SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Arie Sujito
Sosiolog UGM
Tantangan Keadilan Ekologi dan
Pembangunan Lokal dalam
UU no. 23 tahun 2014
KONTEKS
• Sengketa agraria atau problem SDA menjadi masalah
serius;
• Banyak masalah agraria yang berlangsung tidak
terselesaikan dengan tuntas; hingga berlarut, berulang
dan menimbulkan dampak buruk yang meluas
• Secara hukum regulasi yang tidak efektif diterapkan
dengan sejumlah faktor dan risiko
• Politik agraria makin terjebak pada pola kebijakan yang
memfasilitasi kepentingan elit politik dan pelaku bisnis
sehingga merusak lingkungan
• Formasi sosial mencerminkan ketimpangan struktural
sebagai bentuk ketidakadilan agraria
• Problem pokok soal kemiskinan, ketimpangan sosial
ekonomi, ketidakadilan dalam pemilikan dan
pengelolaan sumberdaya agraria tidak menjadi
pembahasan dan perdebatan serius; yang mudah
diterpa oleh isu-isu milik “kaum oligark”
• Masalah dan kebutuhan reformasi agraria mengalami
“keterasingan” dalam proses demokratisasi
pembangunan; padahal semangat reformasi berupaya
menuju ke arah pembaharuan dan keadilan agraria
• Sejak era liberalisasi politik (reformasi), belum
terbangun nalar tautan antara demokrasi dengan
problem empirik
• Selain prosuderalisme dan formalisasi menjadi
mainstream, upaya-upaya untuk menempatkan
demokrasi dalam konteks untuk menjawab masalah
krusialyang terjadi di masyarakat
• Akibatnya demokrasi politik kurang berhasil mendorong
pembaharuan agraria secara substansi; alih-alih hanya
sekadar “jargon” dan pepesan kosong yang menjadi
narasi politik tak berpijak pada realitas sosialnya
• Ada dua kutup yang perlu dijelaskan:
• Negara tidak pernah serius mengupayakan langkah
terobosan yang secara konsisten dikerjakan; paling tidak
oleh pemerintah dan aparat lembaga ekstra negara untuk
menyusun road map yang dapat diukur derajat
keberhasilannya; sekalipun ada kebijakan atau regulasi
hanyalah parsial dan selalu “terhalang” oleh konflik
kepentingan, karena watak kebijakan agraria dikendalikan
oleh “pebisnis jahat” yang beririsan kepentingan dengan
politisi
• Masyarakat, dengan segala elemennya, selain bergerak
sporadis dan tidak terorganisir memperjuangkan reformas
agraria, sebagian besar juga terserap dalam nalar
prosedural
• Kepercayaan pada hukum positif untuk mengatasi
problem agraria sebagai dasar legal; ternyata
terhambat dalam corak dan watak hukum yang dibelit
sifat “koruptif”; demikian pula diperparah oleh orientasi
politik yang pragmatis dengan meneguhkan fungsi-
fungsi penguasaan sumberdaya karena bekerjanya
konspirasi politisi dengan pebisnis hitam yang merusak
tatanan agraria
• Upaya mengoptimalkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) tidak pernah berhasil, kecuali hanya
menjadi “narasi besar” yang masuk dalam komodifikasi
politik yang banal (dangkal)
• Ruang artikulasi masyarakat makin menyempit;
negosiasi menuju keadilan agraria terus disumbat;
dampaknya hanyalah menjalar menjadi konflik dan
kekerasan yang mengorbankan rakyat dan beriringan
makin rusaknya tata agraria di Indonesia
• Jika demikian, tidak mungkin memanfaatkan demokrasi
“prosuderalisme dan formalisme” semata tanpa
ditopang gerakan sosial sebagai pengimbang untuk
mengatasi kebuntuan tersebut
• Fakta kompleksitas masalah agraria terkaitt lintas sektor,
sebagaimana tercermin dalam regulasi misalnya Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batu Bara, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014
tentang Perkebunan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; perlu ada analisis kritis
agar mampu menyusun rancang bangun pembaharuan
agraria
• Karena itu, jika akan memanfaatkan Tap MPR No. IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam, harus ada perubahan paradigma praksis pembaharuan
agraria
• Komitmen politik melalui ketetapan MPR itu jika diikuti road map
pembaharuan agraria dengan menautkan pada skema
kebijakan yang lain, dan menggunakan jalur hukum politik dan
civil society, maka masih banyak peluang yang bisa dikerjakan
untuk menyusun terobosan
• Demikian pula, turunan praksis yang bisa mengakselerasi
dengan memanfaatkan momentum; pemerintahan baru,
komitmen politik antar pihak serta dukungan masyarakat sipil
akan menjadi modalitas penting keberhasilan perwujudan
keadilan agraria
• Jalan moderat untuk mengatasinya, melakukan audit legal
atas praktik agraria yang bertumpu pada perubahan cara
pandang tidak sekadar “menata” namun “revolusi hukum”
dengan mendaratkan pada problem empirik: menuju keadilan
agraria (SDA)
• Demikian pula secara politik; perubahan struktural kekuasaan
mau tidak mau menjadi pilihan prioritas; adalah fokus
reformasi sumberdaya alam khususnya agraria dalam jangka
menengah harus mendorong dan memperkuat arah keadilan
struktural berbasis masalah-masalah nyata yang terjadi di
masyarakat
PEMBANGUNAN LOKAL
• Terbitnya UU no. 23 tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah,
menjadi pisau bermata dua;
• Disatu sisi memberi kewenangan lokal membuat terobosan
dalam mengorientasikan arah dan substansi pembangunan
lokal
• Disisi lain bisa menjadi arena dan ladang penyuburan praktik
eksploitasi SDA dengan corak kapitalistik
• Penyalahgunaan kewenangan (abuse of power) yang
berproses secara sistematik di daerah dengan terbitnya Perda,
Perub maupun regulasi atau kebijakan lain yang mendistorsi
tujuan keadilan ekologi dan tata ruang
• Banyak masalah alih lahan pertanian ke pola dan corak
yang kapitalistik (perumahan mewah, apartemen, hotel,
mall dst) berdampak perubahan tata ruang lokal
dengan risiko ketimpangan dan keterancaman ekologi
• Ruang hijau dan arena publik makin terkikis dan
menghasilkan problem : risk society, dengan
kemerosotan kualitas SDA
• Pencemaran atau polusi berbagai jenis; kelangkaan air
dan pendangkalan daya kesuburan tanah
menghasilkan kehancuran sistematis kehidupan lokal
• Hutan-hutan di lokal makin terancam, kerusakan yang
tidak terkendali berdampak “bencana kemanusiaan”
TANTANGAN
• Peluang untuk menghentikan problem tersebut, selain
penegakan hukum dan penguatan partisipasi kritis
masyarakat untuk memperkuat gerakan peduli agraria
dan keadilan ekologi, perlu pula mendorong perubahan
paradigma pembangunan yang arahnya mengontrol
arus pasar (neoliberalisme)
• Anarkhisme pasar dan politik oligark di tingkat daerah
tentu menjadi ancaman; karenanya perlu diantisipasi
dengan pemikiran “radikalisasi kelola SDA”
• Terbitnya UU no. 6 tahun 2014 tentang Desa dapat
dimanfaatkan untuk melakukan “counter politik” atas
mainstream pembangunan daerah dampak
penyalahgunaan kekuasaan dari UU No. 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
• UU Desa dapat dijadikan salah satu arena baru
memperkuat kembali komunitas dan lokalitas dengan
perspektif yang memadukan antara pemberdayaan
ekonomi lokal dan kelola kelestarian SDA.
• Desa membangun sebagai pendekatan strategis
merupakan bentuk kebangkitan lokal digerakkan oleh
madzab “Kelestarian SDA yang berkeadilan”
• Hutan desa merupakan topik penting dalam UU Desa;
Menjadikan desa sebagai subjek strategis pengelola,
penjaga dan penerima manfaat SDA sebagai jawaban
problem-problem kemiskinan dan ketidakadilan
• Perlu transformasi baru, revolusi pemikiran kelola
hutan desa menjadi kekuatan pangan, energi dan pilar
lingkungan

More Related Content

What's hot

Perkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahPerkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahsamiaji
 
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Operator Warnet Vast Raha
 
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kotaHubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kotaEvan Setio
 
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi DareahMasalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi DareahMiftah Ridho
 
Otonomi Daerah (PKN kelas IX)
Otonomi Daerah (PKN kelas  IX)Otonomi Daerah (PKN kelas  IX)
Otonomi Daerah (PKN kelas IX)Azizahluthfi
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahSuprijanto Rijadi
 
Uu 23 2014_pemerintahan_daerah
Uu 23 2014_pemerintahan_daerahUu 23 2014_pemerintahan_daerah
Uu 23 2014_pemerintahan_daerahWahyu Novarianto
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Jerry Makawimbang
 
UU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
UU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
UU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahBINA BANGUN BANGSA
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Tugas tata pemerintahan lokal
Tugas tata pemerintahan lokalTugas tata pemerintahan lokal
Tugas tata pemerintahan lokalricky04
 

What's hot (20)

Perkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahPerkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerah
 
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Makalah wewenang pemerintah daerah
Makalah wewenang pemerintah daerahMakalah wewenang pemerintah daerah
Makalah wewenang pemerintah daerah
 
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kotaHubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota
 
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi DareahMasalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah
 
Otonomi Daerah (PKN kelas IX)
Otonomi Daerah (PKN kelas  IX)Otonomi Daerah (PKN kelas  IX)
Otonomi Daerah (PKN kelas IX)
 
REDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARAT
REDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH  DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARATREDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH  DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARAT
REDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARAT
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 
Uu 23 2014_pemerintahan_daerah
Uu 23 2014_pemerintahan_daerahUu 23 2014_pemerintahan_daerah
Uu 23 2014_pemerintahan_daerah
 
Undang-Undang Nomer 23 tahun 2014
Undang-Undang Nomer 23 tahun 2014 Undang-Undang Nomer 23 tahun 2014
Undang-Undang Nomer 23 tahun 2014
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
 
UU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
UU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
UU nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Tugas tata pemerintahan lokal
Tugas tata pemerintahan lokalTugas tata pemerintahan lokal
Tugas tata pemerintahan lokal
 

Similar to Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014

Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Operator Warnet Vast Raha
 
Ppt program RAG
Ppt program RAGPpt program RAG
Ppt program RAGAndiyasa
 
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...Tri Widodo W. UTOMO
 
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaFungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaOperator Warnet Vast Raha
 
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaFungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaOperator Warnet Vast Raha
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 
Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017
Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017
Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017Panji Kharisma Jaya
 
pptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptx
pptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptxpptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptx
pptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptxUmmuFaizah4
 
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptxxvader
 
Peran Kementerian Pertanian dalam Reforma Agraria
Peran Kementerian Pertanian dalam Reforma AgrariaPeran Kementerian Pertanian dalam Reforma Agraria
Peran Kementerian Pertanian dalam Reforma AgrariaSyahyuti Si-Buyuang
 
Materi PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdf
Materi PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdfMateri PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdf
Materi PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdfKhairuddinataKhairud1
 
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerahKontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerahRustan Amarullah
 
Petani berdesa
Petani berdesaPetani berdesa
Petani berdesaAptu Andy
 
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahanKurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahanShuzna Susan
 
Tata Kelola Sektor Publik.pdf
Tata Kelola Sektor Publik.pdfTata Kelola Sektor Publik.pdf
Tata Kelola Sektor Publik.pdfssusera301e4
 

Similar to Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014 (20)

Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
 
Bab I-III
Bab I-IIIBab I-III
Bab I-III
 
Ppt program RAG
Ppt program RAGPpt program RAG
Ppt program RAG
 
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
 
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
 
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaFungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
 
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaFungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017
Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017
Moniaga s reformaagraria n ham 25okt2017
 
pptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptx
pptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptxpptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptx
pptbirokrasi-150906073959-lva1-app6892 (1).pptx
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Rekonstruksi kultural birokrasi
Rekonstruksi kultural birokrasiRekonstruksi kultural birokrasi
Rekonstruksi kultural birokrasi
 
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
 
Peran Kementerian Pertanian dalam Reforma Agraria
Peran Kementerian Pertanian dalam Reforma AgrariaPeran Kementerian Pertanian dalam Reforma Agraria
Peran Kementerian Pertanian dalam Reforma Agraria
 
Materi PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdf
Materi PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdfMateri PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdf
Materi PEMBINAAN pengurus Rukun Tetangga_2021.pdf
 
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerahKontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
 
Petani berdesa
Petani berdesaPetani berdesa
Petani berdesa
 
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahanKurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan
 
BITRANET edisi 50.pdf
BITRANET edisi 50.pdfBITRANET edisi 50.pdf
BITRANET edisi 50.pdf
 
Tata Kelola Sektor Publik.pdf
Tata Kelola Sektor Publik.pdfTata Kelola Sektor Publik.pdf
Tata Kelola Sektor Publik.pdf
 

More from 01112015

KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 201701112015
 
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANANPERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN01112015
 
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 201401112015
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...01112015
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...01112015
 
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...01112015
 
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T01112015
 
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTSNEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS01112015
 
Investasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di IndonesiaInvestasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di Indonesia01112015
 
Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter
Arah Politik Kebijakan Pembangunan SmelterArah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter
Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter01112015
 

More from 01112015 (10)

KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
 
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANANPERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
 
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
 
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
 
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
 
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTSNEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
 
Investasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di IndonesiaInvestasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di Indonesia
 
Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter
Arah Politik Kebijakan Pembangunan SmelterArah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter
Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter
 

Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014

  • 1. Arie Sujito Sosiolog UGM Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
  • 2. KONTEKS • Sengketa agraria atau problem SDA menjadi masalah serius; • Banyak masalah agraria yang berlangsung tidak terselesaikan dengan tuntas; hingga berlarut, berulang dan menimbulkan dampak buruk yang meluas • Secara hukum regulasi yang tidak efektif diterapkan dengan sejumlah faktor dan risiko • Politik agraria makin terjebak pada pola kebijakan yang memfasilitasi kepentingan elit politik dan pelaku bisnis sehingga merusak lingkungan • Formasi sosial mencerminkan ketimpangan struktural sebagai bentuk ketidakadilan agraria
  • 3. • Problem pokok soal kemiskinan, ketimpangan sosial ekonomi, ketidakadilan dalam pemilikan dan pengelolaan sumberdaya agraria tidak menjadi pembahasan dan perdebatan serius; yang mudah diterpa oleh isu-isu milik “kaum oligark” • Masalah dan kebutuhan reformasi agraria mengalami “keterasingan” dalam proses demokratisasi pembangunan; padahal semangat reformasi berupaya menuju ke arah pembaharuan dan keadilan agraria
  • 4. • Sejak era liberalisasi politik (reformasi), belum terbangun nalar tautan antara demokrasi dengan problem empirik • Selain prosuderalisme dan formalisasi menjadi mainstream, upaya-upaya untuk menempatkan demokrasi dalam konteks untuk menjawab masalah krusialyang terjadi di masyarakat • Akibatnya demokrasi politik kurang berhasil mendorong pembaharuan agraria secara substansi; alih-alih hanya sekadar “jargon” dan pepesan kosong yang menjadi narasi politik tak berpijak pada realitas sosialnya
  • 5. • Ada dua kutup yang perlu dijelaskan: • Negara tidak pernah serius mengupayakan langkah terobosan yang secara konsisten dikerjakan; paling tidak oleh pemerintah dan aparat lembaga ekstra negara untuk menyusun road map yang dapat diukur derajat keberhasilannya; sekalipun ada kebijakan atau regulasi hanyalah parsial dan selalu “terhalang” oleh konflik kepentingan, karena watak kebijakan agraria dikendalikan oleh “pebisnis jahat” yang beririsan kepentingan dengan politisi • Masyarakat, dengan segala elemennya, selain bergerak sporadis dan tidak terorganisir memperjuangkan reformas agraria, sebagian besar juga terserap dalam nalar prosedural
  • 6. • Kepercayaan pada hukum positif untuk mengatasi problem agraria sebagai dasar legal; ternyata terhambat dalam corak dan watak hukum yang dibelit sifat “koruptif”; demikian pula diperparah oleh orientasi politik yang pragmatis dengan meneguhkan fungsi- fungsi penguasaan sumberdaya karena bekerjanya konspirasi politisi dengan pebisnis hitam yang merusak tatanan agraria • Upaya mengoptimalkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) tidak pernah berhasil, kecuali hanya menjadi “narasi besar” yang masuk dalam komodifikasi politik yang banal (dangkal)
  • 7. • Ruang artikulasi masyarakat makin menyempit; negosiasi menuju keadilan agraria terus disumbat; dampaknya hanyalah menjalar menjadi konflik dan kekerasan yang mengorbankan rakyat dan beriringan makin rusaknya tata agraria di Indonesia • Jika demikian, tidak mungkin memanfaatkan demokrasi “prosuderalisme dan formalisme” semata tanpa ditopang gerakan sosial sebagai pengimbang untuk mengatasi kebuntuan tersebut
  • 8. • Fakta kompleksitas masalah agraria terkaitt lintas sektor, sebagaimana tercermin dalam regulasi misalnya Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; perlu ada analisis kritis agar mampu menyusun rancang bangun pembaharuan agraria
  • 9. • Karena itu, jika akan memanfaatkan Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, harus ada perubahan paradigma praksis pembaharuan agraria • Komitmen politik melalui ketetapan MPR itu jika diikuti road map pembaharuan agraria dengan menautkan pada skema kebijakan yang lain, dan menggunakan jalur hukum politik dan civil society, maka masih banyak peluang yang bisa dikerjakan untuk menyusun terobosan • Demikian pula, turunan praksis yang bisa mengakselerasi dengan memanfaatkan momentum; pemerintahan baru, komitmen politik antar pihak serta dukungan masyarakat sipil akan menjadi modalitas penting keberhasilan perwujudan keadilan agraria
  • 10. • Jalan moderat untuk mengatasinya, melakukan audit legal atas praktik agraria yang bertumpu pada perubahan cara pandang tidak sekadar “menata” namun “revolusi hukum” dengan mendaratkan pada problem empirik: menuju keadilan agraria (SDA) • Demikian pula secara politik; perubahan struktural kekuasaan mau tidak mau menjadi pilihan prioritas; adalah fokus reformasi sumberdaya alam khususnya agraria dalam jangka menengah harus mendorong dan memperkuat arah keadilan struktural berbasis masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat
  • 11. PEMBANGUNAN LOKAL • Terbitnya UU no. 23 tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah, menjadi pisau bermata dua; • Disatu sisi memberi kewenangan lokal membuat terobosan dalam mengorientasikan arah dan substansi pembangunan lokal • Disisi lain bisa menjadi arena dan ladang penyuburan praktik eksploitasi SDA dengan corak kapitalistik • Penyalahgunaan kewenangan (abuse of power) yang berproses secara sistematik di daerah dengan terbitnya Perda, Perub maupun regulasi atau kebijakan lain yang mendistorsi tujuan keadilan ekologi dan tata ruang
  • 12. • Banyak masalah alih lahan pertanian ke pola dan corak yang kapitalistik (perumahan mewah, apartemen, hotel, mall dst) berdampak perubahan tata ruang lokal dengan risiko ketimpangan dan keterancaman ekologi • Ruang hijau dan arena publik makin terkikis dan menghasilkan problem : risk society, dengan kemerosotan kualitas SDA • Pencemaran atau polusi berbagai jenis; kelangkaan air dan pendangkalan daya kesuburan tanah menghasilkan kehancuran sistematis kehidupan lokal • Hutan-hutan di lokal makin terancam, kerusakan yang tidak terkendali berdampak “bencana kemanusiaan”
  • 13. TANTANGAN • Peluang untuk menghentikan problem tersebut, selain penegakan hukum dan penguatan partisipasi kritis masyarakat untuk memperkuat gerakan peduli agraria dan keadilan ekologi, perlu pula mendorong perubahan paradigma pembangunan yang arahnya mengontrol arus pasar (neoliberalisme) • Anarkhisme pasar dan politik oligark di tingkat daerah tentu menjadi ancaman; karenanya perlu diantisipasi dengan pemikiran “radikalisasi kelola SDA”
  • 14. • Terbitnya UU no. 6 tahun 2014 tentang Desa dapat dimanfaatkan untuk melakukan “counter politik” atas mainstream pembangunan daerah dampak penyalahgunaan kekuasaan dari UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah • UU Desa dapat dijadikan salah satu arena baru memperkuat kembali komunitas dan lokalitas dengan perspektif yang memadukan antara pemberdayaan ekonomi lokal dan kelola kelestarian SDA. • Desa membangun sebagai pendekatan strategis merupakan bentuk kebangkitan lokal digerakkan oleh madzab “Kelestarian SDA yang berkeadilan”
  • 15. • Hutan desa merupakan topik penting dalam UU Desa; Menjadikan desa sebagai subjek strategis pengelola, penjaga dan penerima manfaat SDA sebagai jawaban problem-problem kemiskinan dan ketidakadilan • Perlu transformasi baru, revolusi pemikiran kelola hutan desa menjadi kekuatan pangan, energi dan pilar lingkungan