SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
PERBANDINGAN FAKTOR KLIMATIK PADA DAERAH YANG
TERNAUNGI DAN DAERAH YANG TERDEDAH DI HUTAN KOTA
BABAKAN SILIWANGI BANDUNG
LAPORAN
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum yang diampu oleh
Rini Solihat, M.Pd
Dr. Amprasto, M.Si
Oleh:
Kelompok 4
Kelas Pendidikan Biologi A
Agi Azkya 1300416
Audya Nur Fadhillah 1301282
Fitri Agustiani Azis 1300247
Novela Tri Lesatri 1300294
Rizky Ayu Kania 1301315
Ziar Lazuardi Fitriana 1301406
Irene Astri 1000101
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hutan Babakan Siliwangi Bandung seluas 3,8 hektar diisi dengan
berbagai tumbuhan yang melengkapi ekosistem yang ada. Babakan Siliwangi
bahkan dinobatkan sebagai hutan kota dunia pada tanggal 27 September 2011.
Hal ini menunjukkan pentingnya fungsi Babakan Siliwangi, tidak hanya bagi
Bandung, namun bagi warga dunia pada umumnya. Babakan Siliwangi
menjadi pemasok oksigen bagi warga Bandung yang berjumlah ribuan.
Kondisi klimatik merupakan kondisi cuaca yang terjadi secara terus
menerus sehingga menghasilkan sebuah pola keteraturan cuaca. Faktor iklim
dapat meliputi cahaya matahari, suhu, kelembaban udara, dan angin. Suhu
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari (Ghozaliq, 2013).
Mengetahui peran Hutan Kota Babakan Siliwangi yang begitu penting
bagi Kota Bandung, kami tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana
kondisi klimatik di Hutan Kota tersebut. Selain itu, terdapat hal menarik yang
mendorong kami memutuskan untuk melakukan penelitian disana, yaitu
adanya perbedaan daerah yang ternaungi oleh pepohonan dan daerah yang
terdedah (tidak ternaungi oleh pepohonan), kondisi tersebut mungkin dapat
menyebabkan adanya perbedaan intensitas cahaya yang dapat tembus dan
membuat kami beranggapan bahwa perbedaan intensitas cahaya tersebut dapat
membentuk kondisi klimatik yang berbeda. Hal ini membawa kami untuk
melakukan sebuah penelitian kecil, hasil penelitian tersebut akan kami
tuangkan ke dalam sebuah laporan penelitian.
Besar harapan kami bahwa penelitian ini dapat menjawab atau
membuktikan kebenaran dari dugaan kami mengenai adanya perbedaan
kondisi klimatik di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung akibat adanya
pengaruh perbedaan intensitas cahaya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan
daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana perbandingan intensitas cahaya pada daerah yang ternaungi
dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung?
1.3.2 Bagaimana perbandingan suhu udara pada daerah yang ternaungi dan
daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung?
1.3.3 Bagaimana perbandingan kelembaban udara pada daerah yang
ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Silwangi
Bandung?
1.3.4 Bagaimana perbandingan kecepatan angin pada daerah yang ternaungi
dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi dan
Kebun Binatang Bandung?
1.3.5 Bagaimana perbedaan faktor klimatik pada daerah yang ternaungi dan
daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi dan Kebun
Binatang Bandung?
1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah
yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung.
1.5 Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan profil klimatik pada daerah yang
ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi
Bandung.
1.6 Pembatasan Masalah
Pengamatan yang kami lakukan dibatasi yaitu hanya mengukur hal-hal
yang telah dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Dibatasi juga bahwa
profil yang diamati yaitu di Hutan Kota Babakan Siliwangi. Waktu
pengamatan juga dibatasi yaitu pukul 08.00-14.00.
Adapun waktu pengambilan data dilakukan pada jam 09.00, 11.00 dan
13.00 pada hari Sabtu, 20 Februari 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen Faktor Klimatik
Ekosistem merupakan komponen yang tersusun dari komponen biotik
dan abiotik. Faktor abiotik merupakan faktor fisik yang sangat berpengaruh
terhadap tumbuhan dan hewan. Salah satu komponen yang akan dibahas
dalam pengamatan ini yaitu faktor klimatik yang meliputi intensitas cahaya
matahari, tempratur udara, arah dan kecepatan angin serta curah hujan
(Bareja, 2011).
Komponen abiotik yang meliputi faktor klimatik, yaitu :
2.1.1.Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan.
Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung
hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju
proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan
tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama
suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan
tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari
organisme. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya
dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu
pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan
terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan
kedalaman air. (Juliantara, 2009).
Beberapa variasi suhu dapat dilihat berdasarkan :
a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak
panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas
yang diserap.
b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat,
terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin
basah tanah makin lambat suhu berubah.
c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak
dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka
dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus
keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu
mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah
lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah
banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya
akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran
kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian
fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
d. Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya
pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara
kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di
udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air
inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari
tadi. Kemiringan lereng dan garis lintang.
e. Kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi suhu sebanding dengan
450 km perjalanan arah ke kutub (Ramli, 1989).
2.1.2.Kelembaban udara
Pengertian Kelembaban udara (humidity gauge) adalah jumlah
uap air diudara (atmosfer). Kelembaban adalah konsentrasi uap air di
udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban
absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relative. Kelembaban
udara merupakan tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu
terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara
hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin.
Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya
turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air
berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak
yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Kelembaban tinggi
adalah jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan kelembaban
rendah adalah jumlah uap air yang sedikit diudara.
Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara
absolut, kelembaban nisbi (relatif):
a. Kelembaban absolut adalah kandungan uap air yang dapat
dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya per satuan
volume (kg/m3).Kelembaban nisbi (relatif) adalah perbandingan
kandungan (tekanan) uap air actual dengan keadaan jenuhnya
(g/kg).
b. Kelembaban spesifik Kelembaban spesifik adalah metode untuk
mengukur jumlah uap air di udara dengan rasio terhadap uap air di
udara kering. Kelembaban spesifik diekspresikan dalam rasio
kilogram uap air, mw, per kilogram udara, ma . Rasio tersebut
dapat ditulis sebagai berikut: 3. Kelembaban relatif / Nisbi
Kelembaban Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di
udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama.
c. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap
air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara
untuk menampung uap air.
2.1.3.Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga
pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi
baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal. Intensitas
cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi
akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan
menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan
sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar.
Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor
pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto-
oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan
di dalam mensisntesis protein (Juliantara, 2009).
2.1.4.Kecepatan Arah Angin
Angin merupakan salah satu faktor klimatik pada komponen
abiotik. Angin sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dunia
tumbuhan (Bareja, 2011). Angin dapat bergerak horizontal atau vertikal
dengan kecepatan bervariasi atau berfluktuasi dinamis. Faktor yang
menyebabkan adanya gerakan massa udara adalah adanya perbedaan
tekanan udara dari satu tempat ke tempat lain yang merupakan hasil
dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap
tempat-tempat yang berbeda di permukaan bumi (Alam, 2012).
2.2 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Suhu dan Kelembaban
Intensitas cahaya merupakan kadar banyak tidaknya cahaya sebagai yang
ada dalam suatu wilayah. Intensitas cahaya merupakan salhsatu faktor abiotik
yang mempengaruhi kehidupan dan lingkungan. Cahaya ini memainkan pera
sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat
bervariasi baik dalam ruang maupun dalam waktu atau temporal.
Cahaya yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup adalah sinar matahari.
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu lingkungan. Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh
cahaya matahari,kelembaban, dan juga temperatur (suhu). Banyak tidaknya
cahaya dapat ditentukan dari intensitas cahaya yang yang ada pada suatu
wilayah yang sedang kita amati. Intensitas cahaya matahari yang diterima
oleh suatu area akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara.
Hal tersebut terjadi karena, kalor atau panas dari cahaya matahari dapat
menyebabkan peningkatan temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur
ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara
mengalir atau bergerak membentuk angin. Secara tidak langsung faktor
cahaya yang mempengaruhi suhu tentu akan merambat dan berhubungan erat
pula dengan terjadinya perubahan kelembapan udara, karena kelemabapan
udara ataupun uap air dipengaruhi tinggi rendahnya suhu di suatu wilayah.
Keberadaan uap air di udara ini akan mempengaruhi kecepatan penguapan air
dari permukaan tubuh organisme(Pratiwi, 2012).
2.3 Profil Hutan Kota Babakan Siliwangi
Berdasarkan status informasi dan wisata Bandung (2016). Hutan
Babakan Siliwangi merupakan salah satu hutan kota di Bandung dengan
lahan seluas 3,8 hektar. Hutan Kota ini terletak di Jalan Siliwangi, Bandung,
Jawa Barat dan berada di ketinggian 791 mdpl. Hutan Kota ini lebih dikenal
dengan istilah Baksil (Babakan Siliwangi). Hutan ini merupakan hutan kota
yang diresmikan sebagai hutan kota dunia pertama di Indonesia. Peresmian
dilakukan pada 27 September 2011 dimana pada saat itu bersamaan dengan
Konferensi Lingkungan Anak dan Pemuda yang dihadiri Wakil Presiden
Boediono serta duta besar dari negara sahabat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui keberadaan hutan
kota tersebut, sebagai satu-satunya hutan yang ada saat ini. Keberadaannya
saat ini merupakan penghasil oksigen bagi kota Bandung. Sebab lahan seluas
3.8 hektar ini adalah area resapan air yang sanggup memasok oksigen untuk
15 ribu orang dalam sehari serta memiliki fungsi ekologis, sosial dan budaya
tergolong cukup besar di Bandung (Ulin, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir;1998 dalam
Witasari;2013).
3.2 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling untuk
mengambil sampel di Hutan Kota Babakan Siliwangi. Pengertian purposive
sampling menurut Sugiyono (2008:122) adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih
representatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten
dibidangnya.
Luas daerah penelitian yang diambil yaitu 2400 m2
dengan panjang 120 m
x 20 m. Dengan mengambil tiga titik daerah pengukuran, jarak pengambilan
titik tersebut dilakukan dengan mengukur rentang jarak setiap titik sejauh 40
m.
Daerah Hutan Kota Babakan Siliwangi yang Dipilih sebagai Titik
Tempat Pengambilan Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
120 m
Luas area= 1/3 x 2400 m2
= 800 m2
(6 kotak)
Kotak yang diblok merupakan titik yang dipilih secara acak.
20 m
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel bebas : keadaan daerah yang ternaungi dan terdedah
3.3.2 Variabel terikat : suhu, intensitas cahaya, kelembaban, dan
kecepatan angin
3.4 Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal : Sabtu, 20 Februari 2016
Waktu : 08.00 – 14.00
Tempat : Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
3.5 Alur Penelitian
Bagan 1. Alur Penelitian Faktor Klimatik
3.5 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan
Alat Jumlah
Anemometer 1 buah
Lux meter 2 buah
Termometer 3 buah
Higrometer 3 buah
Alat tulis 1 set
Kamera digital 1 buah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
1. Intensitas Cahaya
Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya pada Daerah Ternaungi dan
Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Waktu Ternaungi Terdedah Ternaungi Terdedah Ternaungi Terdedah
Pukul
09.00
286,5 2581 273,4 761 1381 579
255,0 2089 205,4 758 1381 570
259,6 1532 200,4 772 1485 574
Rata-
rata
267,03 2067,3 226,4 763,67 1415,67 574,3
Ternaungi : 636,3667 Terdedah : 1135,09
Pukul
11.00
408 2803 219,2 3859 861 1542
412 3058 212,8 3883 765 1667
431 2949 220,6 3881 748 1609
Rata-
rata
417 2936,67 217,53 3874,3 791,3 1606
Ternaungi : 475,2646 Terdedah : 2805,657
Pukul
13.00
196,7 2340 242,8 3483 742 1438
204,2 3622 215,3 3446 778 1448
227,2 3980 276,5 3846 609 1462
Rata-
rata
209,37 3314 244,87 3591,67 709,67 1449.3
Ternaungi : 387,97 Terdedah : 2784,99
Tabel 1.2 Rata-rata Intensitas Cahaya pada Daerah Ternaungi dan
Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Intensitas Cahaya (cd)
WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH
09.00 636,37 1135,09
11.00 475,27 2805,66
13.00 387,97 2784,99
2. Kecepatan Angin
Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin pada Daerah Ternaungi dan
Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Waktu Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Ternaungi Terdedah
Pukul
09.00
0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,01
0,00 0,01 0,00 0,03 0,01 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rata-
rata
0 0,013 0 0,01 0,003333 0,003333
Ternaungi : 0,001111 Terdedah : 0,007667
Pukul
11.00
0,01 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00
0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01
0,00 0,00 0,02 0,00 0,01 0,00
Rata-
rata
0,003333 0,003333 0,02 0 0,003333 0,003333
Ternaungi : 0,00889 Terdedah : 0,002222
Pukul
13.00
0,00 0,02 0,02 0,00 0,00 0,00
0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,01
0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,02
Rata-
rata
0 0,016667 0,006667 0 0 0,01
Ternaungi : 0,002222 Terdedah : 0,005556
Tabel 2.2 Rata-rata Kecepatan Angin pada Daerah Ternaungi dan
Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Kecepatan Angin (m/s)
WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH
09.00 0,001111 0,007667
11.00 0,00889 0,002222
13.00 0,002222 0,005556
3. Suhu
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Suhu pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di
Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Waktu Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah
Pukul
09.00
24 27 25 27 25 25
Ternaungi : 24,6667 Terdedah : 26,3333
Pukul
11.00
23 24,5 23,5 25,5 24 25
Ternaungi : 23,5 Terdedah : 25
Pukul
13.00
25,5 27 25 26,5 25,5 26,5
Ternaungi : 25.3333 Terdedah : 26,66667
Tabel 3.2 Rata-rata Suhu pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan
Kota Babakan Siliwangi Bandung
Suhu (o
C)
WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH
09.00 24,67 26,33
11.00 23,5 25
13.00 25,33 26,67
4. Kelembaban
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kelembaban pada Daerah Ternaungi dan
Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Waktu Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah
Pukul
09.00
84 % 92 % 84 % 92 % 92 % 92 %
Ternaungi : 86.67 % Terdedah : 92 %
Pukul
11.00
92 % 92,5 % 91 % 84,5 % 92 % 87, 5 %
Ternaungi : 91.67 % Terdedah : 88.16 %
Pukul
13.00
92 % 69 % 83 % 84 % 84 % 92,6 %
Ternaungi :86.3 % Terdedah : 90,86 %
Tabel 4.2 Rata-rata Kelembaban pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di
Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Kelembaban (%)
WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH
09.00 86,67 92
11.00 91,67 88,16
13.00 86,3 90,86
4.2 Grafik Hasil Pengamatan
1. Intensitas Cahaya
Grafik 1.1 Rata-Rata Intensitas Cahaya pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di
Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
2. Kecepatan Angin
Grafik 2.1 Rata-rata Kecepatan Angin pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di
Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
1135,09
2805,66 2748,99
636,37
475,26 387,97
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
09.00 11.00 13.00
Terdedah
Ternaungi
0,0076
0,0022
0,0055
0,0011
0,0088
0,0022
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
09.00 11.00 13.00
Terdedah
Ternaungi
3. Suhu
Grafik 3.1 Rata-rata Suhu pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota
Babakan Siliwangi Bandung
4. Kelembaban
Grafik 4.1 Rata-rata Kelembaban pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan
Kota Babakan Siliwangi Bandung
26,33
25
26,67
24,67
23,5
0,0055560
5
10
15
20
25
30
09.00 11.00 13.00
Terdedah
Ternaungi
92
88,16
90,86
86,67
91,67
86,3
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
09.00 11.00 13.00
Terdedah
Ternaungi
4.2 Analisis Data Hasil Pengamatan
4.2.1 Normalitas:
Jika Sig. > 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.
1. Intensitas Cahaya
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Minimum Maximum
Ternaungi 3 499.8700 126.01393 387.97 636.37
Terdedah 3 2241.9133 958.59284 1135.09 2805.66
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ternaungi Terdedah
N 3 3
Normal Parametersa,b
Mean 499.8700 2241.9133
Std.
Deviation
126.01393 958.59284
Most Extreme
Differences
Absolute .244 .381
Positive .244 .278
Negative -.194 -.381
Kolmogorov-Smirnov Z .423 .660
Asymp. Sig. (2-tailed) .994 .776
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
2. Kecepatan Angin
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Minimum Maximum
Ternaungi 3 .00407433 .004207323 .001111 .008890
Terdedah 3 .00514833 .002745296 .002222 .007667
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ternaungi Terdedah
N 3 3
Normal Parametersa,b
Mean .00407433 .00514833
Std.
Deviation
.004207323 .002745296
Most Extreme
Differences
Absolute .337 .226
Positive .337 .190
Negative -.241 -.226
Kolmogorov-Smirnov Z .583 .391
Asymp. Sig. (2-tailed) .886 .998
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
3. Kelembaban
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Minimum Maximum
Ternaungi 3 .8833 .03215 .86 .92
Terdedah 3 .9033 .02082 .88 .92
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ternaungi Terdedah
N 3 3
Normal Parametersa,b
Mean .8833 .9033
Std.
Deviation
.03215 .02082
Most Extreme
Differences
Absolute .328 .292
Positive .328 .212
Negative -.234 -.292
Kolmogorov-Smirnov Z .567 .506
Asymp. Sig. (2-tailed) .904 .960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
4. Suhu
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Minimum Maximum
Suhu_Ternaun
gi
3 24.5000 .92677 23.50 25.33
Suhu_Terdedah 3 26.0000 .88255 25.00 26.67
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ternaungi Terdedah
N 3 3
Normal Parametersa,b
Mean 24.5000 26.0000
Std.
Deviation
.92677 .88255
Most Extreme
Differences
Absolute .239 .312
Positive .193 .224
Negative -.239 -.312
Kolmogorov-Smirnov Z .415 .541
Asymp. Sig. (2-tailed) .995 .931
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
4.2.2 Uji Komparasi Independent (T-test)
1. Intensitas Cahaya
Group Statistics
Tempat_Penelitia
n
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Data Intensitas
Cahaya
1.00 3 499.8700 126.01393 72.75418
2.00 3 2241.9133 958.59284 553.44383
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Data
Intensitas
Cahaya
Equal variances assumed 11.882 .026 -3.121 4 .035 -1742.04333 558.20538 -3291.86993 -192.21674
Equal variances not
assumed
-3.121 2.069 .085 -1742.04333 558.20538 -4068.55349 584.46682
2. Kecepatan Angin
Group Statistics
Tempat_Penelitian
4
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Data Kecepatan
Angin
1.000000 3 .00407433 .004207323 .002429099
2.000000 3 .00514833 .002745296 .001584997
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Data Kecepatan
Angin
Equal
variances
assumed
1.170 .340 -.370 4 .730 -.001074 .002900472 -.009127001 .006979001
Equal
variances not
assumed
-.370 3.442 .733 -.001074 .002900472 -.009669298 .007521298
3. Kelembaban
Group Statistics
Tempat_Penelitian
3
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Data
Kelembaban
1.0000 3 .882133 .0299927 .0173163
2.0000 3 .903400 .0197211 .0113860
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Data
Kelembaban
Equal
variances
assumed
1.241 .328 -1.026 4 .363 -.0212667 .0207242 -.0788064 .0362731
Equal
variances not
assumed
-1.026 3.457 .371 -.0212667 .0207242 -.0825520 .0400187
4. Suhu
Group Statistics
Tempat_Penelitian
2
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Data Suhu
1.00 3 24.5000 .92677 .53507
2.00 3 26.0000 .88255 .50954
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Data Suhu
Equal
variances
assumed
.000 1.000 -2.030 4 .112 -1.50000 .73887 -3.55144 .55144
Equal
variances
not
assumed
-2.030 3.990 .112 -1.50000 .73887 -3.55337 .55337
Berdasarkan data analisis data menggunakan statistik komparatif tersebut, dapat
dibuat tabel sebagai berikut:
Data Sig. Komparatif Keterangan Kesimpulan
Intensitas Cahaya 0,026 <0,05 Ho ditolak, Ha diterima
Kecepatan Angin 0,340 > 0,05 Ho diterima, Ha ditolak
Kelembaban 0,328 >0,05 Ho diterima, Ha ditolak
Suhu 1 >0,05 Ho diterima, Ha ditolak
Ho: Terdapat varian yang sama
Ha: Tidak terdapat varian yang sama
Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Ha penelitian :
Terdapat perbedaan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah yang
terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung. (Ditolak)
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi dan pengambilan data di 3 titik daerah
pengukuran di Hutan Kota Babakan Siliwangi, dari ketiga titik tersebut terdapat
perbedaan faktor klimatik yang meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan
kecepatan angin. Dari keempat faktor yang diobservasi, faktor yang paling
mencolok (perbandingannya) dan yang mempengaruhi faktor-faktor lainnya ialah
intensitas cahaya.
Pada daerah yang ternaungi intensitas cahaya lebih kecil dibandingkan di
daerah yang terdedah, hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pohon yang
menaungi 3 titik pengambilan data sehingga cahaya yang tembus atau masuk ke
titik tersebut tidak banyak (teduh). Sedangkan pada daerah yang terdedah, masih
terdapat pohon-pohon disekitarnya namun tidak sebanyak di daerah yang
ternaungi sehingga cahaya yang tembus atau masuk ke titik pengambilan data
sangatlah banyak (terang benderang).
Perbedaan waktu pengambilan (09.00, 11.00 dan 13.00) juga
mempengaruhi intensitas cahaya yang didapat, pada daerah yang terdedah
semakin siang (semakin banyak cahaya matahari yang tembus) maka intensitas
cahaya akan semakin besar. Namun rata-rata intensitas cahaya pada pukul 13.00
mengalami penurunan dibandingkan pada pengambilan data pukul 11.00. Hal
tersebut dikarenakan sempat terjadi hujan di Hutan Kota Babakan Siliwangi,
sehingga intensitas cahaya yang pada awalnya besar menjadi kecil. Kondisi langit
yang awalnya cerah pada pukul 13.00 menjadi mendung dan berawan, maka
intensitas cahaya nya pun dipastikan berkurang.
Intensitas cahaya juga mempengaruhi faktor-faktor klimatik lainnya
seperti suhu dan kelembaban. Intensitas cahaya berbanding terbalik dengan
kelembaban udara, semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin rendah
kelembaban udaranya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi intensitas cahaya
yang didapatkan oleh tanaman maka akan semakin rendah tingkat kandungan air
di udaranya sehingga tingkat kelembaban udara nya akan rendah. Intensitas
cahaya juga mempengaruhi suhu, karena cahaya matahari menyebabkan
peningkatan suhu atau temperature udara.
Berdasarkan hasil pengamatan di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
pada tanggal 20 Februari 2016, rata-rata kecepatan anginnya (m/s) ialah :
a. Pada Pukul 09.00, di tempat terdedah 0,007667 dan di tempat ternaungi :
0,001111
b. Pada pukul 11.00, di tempat terdedah : 0,002222 dan di tempat ternaungi
Ternaungi : 0,00889
c. Pada pukul 13.00, di tempat terdedah : 0,005556 dan di tempat Ternaungi :
0,002222.
Perbedaaan ini terjadi karena pada pagi hari kondisi angin tidak terlalu
kencang, sedangkan saat menjelang siang karena kondisi hujan, angin di hutan
kota ini cukup kencang dibandingkan di pagi hari.
Keadaan yang demikian juga mempengaruhi terhadap intensitas cahaya di
Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung, Karena wilayah yang teramati ialah
titik yang terdedah dan yang ternaungi oleh banyaknya pohon. Rata-rata
intensitas cahanya (Cd) ialah:
a. Pada pukul 09.00, di tempat terdedah 1135,09 , di tempat ternaungi
636,3667
b. Pada pukul 11.00 di tempat terdedah 2805,657 di tempat ternaungi
475,2646
c. Pada pukul 13.00 di tempat terdedah 2784,99 di tempat ternaungi 387,97
Dengan intensitas cahaya yang tinggi maka tentu saja berpengaruh pada
keadaan suhu dan kelembaban derah pengamatan tersebut. Intensitas cahaya yang
tinggi maka suhunya pun akan tinggi. Keadaan suhu ini pun selanjutnya akan
mempengaruhi terhadap kelembaban suatu daerah. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, Rata-rata kondisi suhunya (0
C) ialah:
a. Pada pukul 09.00, di tempat terdedah 26,3333, di tempat ternaungi
24,6667
b. Pada pukul 11.00 di tempat terdedah 25 di tempat ternaungi 23,5
c. Pada pukul 13.00 di tempat terdedah 26,66667 di tempat ternaungi
25.3333
Dan kondisi kelembabannya (%) ialah:
a. Pada pukul 09.00, di tempat terdedah 92, di tempat ternaungi 86.67
b. Pada pukul 11.00 di tempat terdedah 88.16 di tempat ternaungi 91.67
c. Pada pukul 13.00 di tempat terdedah 90,86 di tempat ternaungi 86.3
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yaitu jika suhu pada suatu daerah tinggi
maka kelembapannya akan rendah, begitupun sebaliknya. Sedangkan dari data yang
diperoleh pada pukul 09.00 daerah terdedah memiliki kelembaban yang lebih tinggi
dari daerah yang ternaungi, hal tersebut dapat disebabkan karena faktor embun.
Dimana pada pukul 09.00 embun di daerah yang terdedah lebih banyak dan intensitas
cahaya yang masuk lebih besar, sehingga proses penguapan lebih cepat terjadi dan
menyebabkan tingkat kelembaban di daerah yang terdedah lebih tinggi.
Hal yang serupa terjadi pada pukul 13.00, hal tersebut disebabkan karena pukul
12.00-12.45 terjadi hujan, dan pada saat dimana berakhirnya hujan (12.45) tim mulai
memasang Thermohygometer. Kemungkinan yang terjadi ialah tetes air sisa hujan
jatuh mengenai bagian yang seharusnya kering.
Namun, jika berdasarkan hasil analisis data statistik komparatif. Data yang
memiliki perbedaan hanyalah data dari pengukuran intensitas cahaya, karena memiliki
nilai Sig. 0,026 (lebih kecil dari 0,05). Sedangkan untuk kecepatan angin, kelembaban
dan suhu memiliki data yang relatif sama, karena nilai Sig. yang diperoleh lebih besar
dari 0,05. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan antara daerah yang terdedah dan ternaungi di Hutan Kota Babakan
Siliwangi Bandung.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
1. Intensitas cahaya pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah
di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung memiliki perbedaan.
2. Suhu udara pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di
Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung relatif sama.
3. Kelembaban udara pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah
di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung relatif sama.
4. Kecepatan angin pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di
Hutan Kota Babakan Siliwangi dan Kebun Binatang Bandung relatif
sama.
5. Tidak terdapat perbedaan faktor klimatik yang signifikan pada daerah
yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan
Siliwangi dan Kebun Binatang Bandung.
6.2 Saran
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, berdasarkan kendala
yang dirasakan. Maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya alat pengukur faktor klimatik yang digunakan dalam penelitian
ini dikondisikan agar kuantitas dan kualitasnya memadai.
2. Akan lebih mudah jika penelitian ini didukung dengan studi literatur yang
lengkap dan jurnal-jurnal penelitian yang sesuai.
3. Pengukuran dan pengambilan data di lapangan harus didukung oleh
jumlah peneliti yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin,Wafa Ahmad. 2013. Wahana Rekreasi Kebun Binatang bandung
[Online] Tersedia: http://www.ragamtempatwisata.com/2013/07/wahana-
rekreasi-kebun-binatang-bandung.html
Juliantara, I Ketut Putra. 2009. Ekologi Tumbuhan (Cahaya, Suhu, Dan Air).
Tersedia [Online] : Http://Www.Kompasiana.Com/Ikpj/Ekologi-Tumbuhan-
Cahaya-Suhu-Dan-Air_54ff4049a33311954a50fa24
Pratiwi, A..dkk.(2007).Biologi SMA Jilid 1 Kelas X.Jakarta : Erlangga
Pusat Informasi dan Wisata kota Bandung.2016. [Online] Tersedia:
http://bandung.panduanwisata.id/babakan-siliwangi-hutan-kota-yang-
menyejukkan/
Ramadhan, 2015. Pengertian Kelembaban. Tersedia [Online]
Http://Documents.Tips/Documents/Pengertian-Kelembaban.Html
Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : Pplp Tenaga Kependidikan.
Ulin 2013. Hutan Kota Babakan Siliwangi. [online] Tersedia:
http://www.bandungview.info/2013/07/babakan-siliwangi-area-hijau-
bandung.html
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Ulin 2013. Hutan Kota Babakan Siliwangi. [online] Tersedia:
http://www.bandungview.info/2013/07/babakan-siliwangi-area-hijau-
bandung.html
LAMPIRAN
Gambar 1. Daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 1. Daerah yang ternaungi di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
(Dokumentasi Pribadi, 2016)

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaGoogle
 
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kacamanfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kacaJoel mabes
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia ) almansyahnis S...
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia )   almansyahnis S...RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia )   almansyahnis S...
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia ) almansyahnis S...almansyahnis .
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Struktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannyaStruktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannyaStella Bakti Lakka
 
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisResume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisSiti Nur Aeni
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomydewisetiyana52
 
Nutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikrobaNutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikrobaYusuf Ahmad
 
Ppt poltekes diagram dan rumus bunga
Ppt poltekes diagram dan rumus bungaPpt poltekes diagram dan rumus bunga
Ppt poltekes diagram dan rumus bungaMuhammad Abdul Rohman
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENJosua Sitorus
 
Presentasi Struktur dan Organisasi Tubuh Hewan
Presentasi Struktur dan Organisasi Tubuh HewanPresentasi Struktur dan Organisasi Tubuh Hewan
Presentasi Struktur dan Organisasi Tubuh HewanAgustin Dian Kartikasari
 

What's hot (20)

Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
 
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kacamanfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
 
Stomata
StomataStomata
Stomata
 
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia ) almansyahnis S...
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia )   almansyahnis S...RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia )   almansyahnis S...
RPP Biologi SMA Kelas XI MIA KD 3.5 ( sistem gerak Manusia ) almansyahnis S...
 
Evolusi Tumbuhan
Evolusi TumbuhanEvolusi Tumbuhan
Evolusi Tumbuhan
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
PPT FUNGI
PPT FUNGIPPT FUNGI
PPT FUNGI
 
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
Laporan 1 alat ek um
Laporan 1 alat ek umLaporan 1 alat ek um
Laporan 1 alat ek um
 
Struktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannyaStruktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannya
 
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisResume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksis
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga MajemukPPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomy
 
Nutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikrobaNutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikroba
 
Ppt poltekes diagram dan rumus bunga
Ppt poltekes diagram dan rumus bungaPpt poltekes diagram dan rumus bunga
Ppt poltekes diagram dan rumus bunga
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
 
Presentasi Struktur dan Organisasi Tubuh Hewan
Presentasi Struktur dan Organisasi Tubuh HewanPresentasi Struktur dan Organisasi Tubuh Hewan
Presentasi Struktur dan Organisasi Tubuh Hewan
 

Similar to Laporan klimatik kel 4 a

Hubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udara
Hubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udaraHubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udara
Hubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udaraJoel mabes
 
Pengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusia
Pengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusiaPengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusia
Pengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusiaYesica Adicondro
 
UKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARA
UKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARAUKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARA
UKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARAJoel mabes
 
Laporan praktikum kelembaban udara
Laporan praktikum kelembaban udaraLaporan praktikum kelembaban udara
Laporan praktikum kelembaban udaraDiajeng Ramadhan
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerUNESA
 
BIOLOGI Skl ekologi lingkungan hidup
BIOLOGI Skl  ekologi lingkungan hidupBIOLOGI Skl  ekologi lingkungan hidup
BIOLOGI Skl ekologi lingkungan hidupAhmad Ali
 
interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.pptinteraksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.pptKTeddyRusmaya
 
dokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
dokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.pptdokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
dokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.pptAkmalHasbi1
 
Ekologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganEkologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganShoetiaone
 
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM  TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM  TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...Ika Mariescha
 
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptx
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptxINTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptx
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptxHadiSalam2
 
Laporan 4
Laporan 4Laporan 4
Laporan 4isanuri
 

Similar to Laporan klimatik kel 4 a (20)

Hubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udara
Hubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udaraHubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udara
Hubungan antara kelembaban & suhu dan kapasitas udara
 
Bab ekologi
Bab ekologiBab ekologi
Bab ekologi
 
Acara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologiAcara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologi
 
Tugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologiTugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologi
 
Pengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusia
Pengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusiaPengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusia
Pengaruh perubahan iklim bagi kehidupan manusia
 
UKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARA
UKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARAUKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARA
UKURAN KELEMBABAN DAN EFEK UAP AIR TERHADAP SUHU UDARA
 
Laporan praktikum kelembaban udara
Laporan praktikum kelembaban udaraLaporan praktikum kelembaban udara
Laporan praktikum kelembaban udara
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
 
BIOLOGI Skl ekologi lingkungan hidup
BIOLOGI Skl  ekologi lingkungan hidupBIOLOGI Skl  ekologi lingkungan hidup
BIOLOGI Skl ekologi lingkungan hidup
 
interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.pptinteraksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
 
dokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
dokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.pptdokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
dokumen.tips_interaksi-makhluk-hidup-dengan-lingkungannya.ppt
 
pencemaran udara
pencemaran udarapencemaran udara
pencemaran udara
 
Bab ekologi1
Bab ekologi1Bab ekologi1
Bab ekologi1
 
Ekologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganEkologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkungan
 
Bab ekologi1
Bab ekologi1Bab ekologi1
Bab ekologi1
 
Bab ekologi1
Bab ekologi1Bab ekologi1
Bab ekologi1
 
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM  TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM  TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PERUBAHAN IKLIM TERKAIT KONDISI EKONOMI DI IND...
 
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptx
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptxINTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptx
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.pptx
 
Laporan 4
Laporan 4Laporan 4
Laporan 4
 
Bab 9 ekologi
Bab 9 ekologiBab 9 ekologi
Bab 9 ekologi
 

Laporan klimatik kel 4 a

  • 1. PERBANDINGAN FAKTOR KLIMATIK PADA DAERAH YANG TERNAUNGI DAN DAERAH YANG TERDEDAH DI HUTAN KOTA BABAKAN SILIWANGI BANDUNG LAPORAN disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum yang diampu oleh Rini Solihat, M.Pd Dr. Amprasto, M.Si Oleh: Kelompok 4 Kelas Pendidikan Biologi A Agi Azkya 1300416 Audya Nur Fadhillah 1301282 Fitri Agustiani Azis 1300247 Novela Tri Lesatri 1300294 Rizky Ayu Kania 1301315 Ziar Lazuardi Fitriana 1301406 Irene Astri 1000101 DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan Babakan Siliwangi Bandung seluas 3,8 hektar diisi dengan berbagai tumbuhan yang melengkapi ekosistem yang ada. Babakan Siliwangi bahkan dinobatkan sebagai hutan kota dunia pada tanggal 27 September 2011. Hal ini menunjukkan pentingnya fungsi Babakan Siliwangi, tidak hanya bagi Bandung, namun bagi warga dunia pada umumnya. Babakan Siliwangi menjadi pemasok oksigen bagi warga Bandung yang berjumlah ribuan. Kondisi klimatik merupakan kondisi cuaca yang terjadi secara terus menerus sehingga menghasilkan sebuah pola keteraturan cuaca. Faktor iklim dapat meliputi cahaya matahari, suhu, kelembaban udara, dan angin. Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari (Ghozaliq, 2013). Mengetahui peran Hutan Kota Babakan Siliwangi yang begitu penting bagi Kota Bandung, kami tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kondisi klimatik di Hutan Kota tersebut. Selain itu, terdapat hal menarik yang mendorong kami memutuskan untuk melakukan penelitian disana, yaitu adanya perbedaan daerah yang ternaungi oleh pepohonan dan daerah yang terdedah (tidak ternaungi oleh pepohonan), kondisi tersebut mungkin dapat menyebabkan adanya perbedaan intensitas cahaya yang dapat tembus dan membuat kami beranggapan bahwa perbedaan intensitas cahaya tersebut dapat membentuk kondisi klimatik yang berbeda. Hal ini membawa kami untuk melakukan sebuah penelitian kecil, hasil penelitian tersebut akan kami tuangkan ke dalam sebuah laporan penelitian. Besar harapan kami bahwa penelitian ini dapat menjawab atau membuktikan kebenaran dari dugaan kami mengenai adanya perbedaan kondisi klimatik di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung akibat adanya pengaruh perbedaan intensitas cahaya.
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perbandingan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung? 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana perbandingan intensitas cahaya pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung? 1.3.2 Bagaimana perbandingan suhu udara pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung? 1.3.3 Bagaimana perbandingan kelembaban udara pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung? 1.3.4 Bagaimana perbandingan kecepatan angin pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi dan Kebun Binatang Bandung? 1.3.5 Bagaimana perbedaan faktor klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi dan Kebun Binatang Bandung? 1.4 Hipotesis Terdapat perbedaan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung. 1.5 Tujuan Untuk mengetahui perbandingan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung. 1.6 Pembatasan Masalah Pengamatan yang kami lakukan dibatasi yaitu hanya mengukur hal-hal yang telah dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Dibatasi juga bahwa
  • 4. profil yang diamati yaitu di Hutan Kota Babakan Siliwangi. Waktu pengamatan juga dibatasi yaitu pukul 08.00-14.00. Adapun waktu pengambilan data dilakukan pada jam 09.00, 11.00 dan 13.00 pada hari Sabtu, 20 Februari 2016. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komponen Faktor Klimatik Ekosistem merupakan komponen yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik. Faktor abiotik merupakan faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap tumbuhan dan hewan. Salah satu komponen yang akan dibahas dalam pengamatan ini yaitu faktor klimatik yang meliputi intensitas cahaya matahari, tempratur udara, arah dan kecepatan angin serta curah hujan (Bareja, 2011). Komponen abiotik yang meliputi faktor klimatik, yaitu : 2.1.1.Suhu Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air. (Juliantara, 2009).
  • 5. Beberapa variasi suhu dapat dilihat berdasarkan : a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap. b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah. c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi. d. Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi. Kemiringan lereng dan garis lintang. e. Kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub (Ramli, 1989). 2.1.2.Kelembaban udara
  • 6. Pengertian Kelembaban udara (humidity gauge) adalah jumlah uap air diudara (atmosfer). Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relative. Kelembaban udara merupakan tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Kelembaban tinggi adalah jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan kelembaban rendah adalah jumlah uap air yang sedikit diudara. Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara absolut, kelembaban nisbi (relatif): a. Kelembaban absolut adalah kandungan uap air yang dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya per satuan volume (kg/m3).Kelembaban nisbi (relatif) adalah perbandingan kandungan (tekanan) uap air actual dengan keadaan jenuhnya (g/kg). b. Kelembaban spesifik Kelembaban spesifik adalah metode untuk mengukur jumlah uap air di udara dengan rasio terhadap uap air di udara kering. Kelembaban spesifik diekspresikan dalam rasio kilogram uap air, mw, per kilogram udara, ma . Rasio tersebut dapat ditulis sebagai berikut: 3. Kelembaban relatif / Nisbi Kelembaban Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. c. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air.
  • 7. 2.1.3.Intensitas Cahaya Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal. Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein (Juliantara, 2009). 2.1.4.Kecepatan Arah Angin Angin merupakan salah satu faktor klimatik pada komponen abiotik. Angin sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dunia tumbuhan (Bareja, 2011). Angin dapat bergerak horizontal atau vertikal dengan kecepatan bervariasi atau berfluktuasi dinamis. Faktor yang menyebabkan adanya gerakan massa udara adalah adanya perbedaan tekanan udara dari satu tempat ke tempat lain yang merupakan hasil dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-tempat yang berbeda di permukaan bumi (Alam, 2012). 2.2 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Suhu dan Kelembaban Intensitas cahaya merupakan kadar banyak tidaknya cahaya sebagai yang ada dalam suatu wilayah. Intensitas cahaya merupakan salhsatu faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan dan lingkungan. Cahaya ini memainkan pera sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang maupun dalam waktu atau temporal. Cahaya yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup adalah sinar matahari. Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
  • 8. menentukan suhu lingkungan. Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari,kelembaban, dan juga temperatur (suhu). Banyak tidaknya cahaya dapat ditentukan dari intensitas cahaya yang yang ada pada suatu wilayah yang sedang kita amati. Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu area akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Hal tersebut terjadi karena, kalor atau panas dari cahaya matahari dapat menyebabkan peningkatan temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Secara tidak langsung faktor cahaya yang mempengaruhi suhu tentu akan merambat dan berhubungan erat pula dengan terjadinya perubahan kelembapan udara, karena kelemabapan udara ataupun uap air dipengaruhi tinggi rendahnya suhu di suatu wilayah. Keberadaan uap air di udara ini akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme(Pratiwi, 2012). 2.3 Profil Hutan Kota Babakan Siliwangi Berdasarkan status informasi dan wisata Bandung (2016). Hutan Babakan Siliwangi merupakan salah satu hutan kota di Bandung dengan lahan seluas 3,8 hektar. Hutan Kota ini terletak di Jalan Siliwangi, Bandung, Jawa Barat dan berada di ketinggian 791 mdpl. Hutan Kota ini lebih dikenal dengan istilah Baksil (Babakan Siliwangi). Hutan ini merupakan hutan kota yang diresmikan sebagai hutan kota dunia pertama di Indonesia. Peresmian dilakukan pada 27 September 2011 dimana pada saat itu bersamaan dengan Konferensi Lingkungan Anak dan Pemuda yang dihadiri Wakil Presiden Boediono serta duta besar dari negara sahabat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui keberadaan hutan kota tersebut, sebagai satu-satunya hutan yang ada saat ini. Keberadaannya saat ini merupakan penghasil oksigen bagi kota Bandung. Sebab lahan seluas 3.8 hektar ini adalah area resapan air yang sanggup memasok oksigen untuk 15 ribu orang dalam sehari serta memiliki fungsi ekologis, sosial dan budaya tergolong cukup besar di Bandung (Ulin, 2013).
  • 9.
  • 10. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir;1998 dalam Witasari;2013). 3.2 Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling untuk mengambil sampel di Hutan Kota Babakan Siliwangi. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2008:122) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya. Luas daerah penelitian yang diambil yaitu 2400 m2 dengan panjang 120 m x 20 m. Dengan mengambil tiga titik daerah pengukuran, jarak pengambilan titik tersebut dilakukan dengan mengukur rentang jarak setiap titik sejauh 40 m. Daerah Hutan Kota Babakan Siliwangi yang Dipilih sebagai Titik Tempat Pengambilan Data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 120 m Luas area= 1/3 x 2400 m2 = 800 m2 (6 kotak) Kotak yang diblok merupakan titik yang dipilih secara acak. 20 m
  • 11. 3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel bebas : keadaan daerah yang ternaungi dan terdedah 3.3.2 Variabel terikat : suhu, intensitas cahaya, kelembaban, dan kecepatan angin 3.4 Pelaksanaan Praktikum Hari/tanggal : Sabtu, 20 Februari 2016 Waktu : 08.00 – 14.00 Tempat : Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung 3.5 Alur Penelitian Bagan 1. Alur Penelitian Faktor Klimatik 3.5 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat yang digunakan
  • 12. Alat Jumlah Anemometer 1 buah Lux meter 2 buah Termometer 3 buah Higrometer 3 buah Alat tulis 1 set Kamera digital 1 buah
  • 13. BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Tabel Hasil Pengamatan 1. Intensitas Cahaya Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Titik 1 Titik 2 Titik 3 Waktu Ternaungi Terdedah Ternaungi Terdedah Ternaungi Terdedah Pukul 09.00 286,5 2581 273,4 761 1381 579 255,0 2089 205,4 758 1381 570 259,6 1532 200,4 772 1485 574 Rata- rata 267,03 2067,3 226,4 763,67 1415,67 574,3 Ternaungi : 636,3667 Terdedah : 1135,09 Pukul 11.00 408 2803 219,2 3859 861 1542 412 3058 212,8 3883 765 1667 431 2949 220,6 3881 748 1609 Rata- rata 417 2936,67 217,53 3874,3 791,3 1606 Ternaungi : 475,2646 Terdedah : 2805,657 Pukul 13.00 196,7 2340 242,8 3483 742 1438 204,2 3622 215,3 3446 778 1448 227,2 3980 276,5 3846 609 1462 Rata- rata 209,37 3314 244,87 3591,67 709,67 1449.3 Ternaungi : 387,97 Terdedah : 2784,99
  • 14. Tabel 1.2 Rata-rata Intensitas Cahaya pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Intensitas Cahaya (cd) WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH 09.00 636,37 1135,09 11.00 475,27 2805,66 13.00 387,97 2784,99 2. Kecepatan Angin Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Titik 1 Titik 2 Titik 3 Waktu Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Ternaungi Terdedah Pukul 09.00 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 0,00 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rata- rata 0 0,013 0 0,01 0,003333 0,003333 Ternaungi : 0,001111 Terdedah : 0,007667 Pukul 11.00 0,01 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,02 0,00 0,01 0,00 Rata- rata 0,003333 0,003333 0,02 0 0,003333 0,003333 Ternaungi : 0,00889 Terdedah : 0,002222 Pukul 13.00 0,00 0,02 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,01
  • 15. 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,02 Rata- rata 0 0,016667 0,006667 0 0 0,01 Ternaungi : 0,002222 Terdedah : 0,005556 Tabel 2.2 Rata-rata Kecepatan Angin pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Kecepatan Angin (m/s) WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH 09.00 0,001111 0,007667 11.00 0,00889 0,002222 13.00 0,002222 0,005556 3. Suhu Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Suhu pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Titik 1 Titik 2 Titik 3 Waktu Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Pukul 09.00 24 27 25 27 25 25 Ternaungi : 24,6667 Terdedah : 26,3333 Pukul 11.00 23 24,5 23,5 25,5 24 25 Ternaungi : 23,5 Terdedah : 25 Pukul 13.00 25,5 27 25 26,5 25,5 26,5 Ternaungi : 25.3333 Terdedah : 26,66667
  • 16. Tabel 3.2 Rata-rata Suhu pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Suhu (o C) WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH 09.00 24,67 26,33 11.00 23,5 25 13.00 25,33 26,67 4. Kelembaban Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kelembaban pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Titik 1 Titik 2 Titik 3 Waktu Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Ternaungi terdedah Pukul 09.00 84 % 92 % 84 % 92 % 92 % 92 % Ternaungi : 86.67 % Terdedah : 92 % Pukul 11.00 92 % 92,5 % 91 % 84,5 % 92 % 87, 5 % Ternaungi : 91.67 % Terdedah : 88.16 % Pukul 13.00 92 % 69 % 83 % 84 % 84 % 92,6 % Ternaungi :86.3 % Terdedah : 90,86 % Tabel 4.2 Rata-rata Kelembaban pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung Kelembaban (%) WAKTU TERNAUNGI TERDEDAH 09.00 86,67 92
  • 17. 11.00 91,67 88,16 13.00 86,3 90,86 4.2 Grafik Hasil Pengamatan 1. Intensitas Cahaya Grafik 1.1 Rata-Rata Intensitas Cahaya pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung 2. Kecepatan Angin Grafik 2.1 Rata-rata Kecepatan Angin pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung 1135,09 2805,66 2748,99 636,37 475,26 387,97 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 09.00 11.00 13.00 Terdedah Ternaungi 0,0076 0,0022 0,0055 0,0011 0,0088 0,0022 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 09.00 11.00 13.00 Terdedah Ternaungi
  • 18. 3. Suhu Grafik 3.1 Rata-rata Suhu pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung 4. Kelembaban Grafik 4.1 Rata-rata Kelembaban pada Daerah Ternaungi dan Terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung 26,33 25 26,67 24,67 23,5 0,0055560 5 10 15 20 25 30 09.00 11.00 13.00 Terdedah Ternaungi 92 88,16 90,86 86,67 91,67 86,3 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 09.00 11.00 13.00 Terdedah Ternaungi
  • 19. 4.2 Analisis Data Hasil Pengamatan 4.2.1 Normalitas: Jika Sig. > 0,05 maka distribusi data dikatakan normal. 1. Intensitas Cahaya Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Ternaungi 3 499.8700 126.01393 387.97 636.37 Terdedah 3 2241.9133 958.59284 1135.09 2805.66 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ternaungi Terdedah N 3 3 Normal Parametersa,b Mean 499.8700 2241.9133 Std. Deviation 126.01393 958.59284 Most Extreme Differences Absolute .244 .381 Positive .244 .278 Negative -.194 -.381 Kolmogorov-Smirnov Z .423 .660 Asymp. Sig. (2-tailed) .994 .776 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 2. Kecepatan Angin Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Ternaungi 3 .00407433 .004207323 .001111 .008890 Terdedah 3 .00514833 .002745296 .002222 .007667
  • 20. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ternaungi Terdedah N 3 3 Normal Parametersa,b Mean .00407433 .00514833 Std. Deviation .004207323 .002745296 Most Extreme Differences Absolute .337 .226 Positive .337 .190 Negative -.241 -.226 Kolmogorov-Smirnov Z .583 .391 Asymp. Sig. (2-tailed) .886 .998 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 3. Kelembaban Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Ternaungi 3 .8833 .03215 .86 .92 Terdedah 3 .9033 .02082 .88 .92 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ternaungi Terdedah N 3 3 Normal Parametersa,b Mean .8833 .9033 Std. Deviation .03215 .02082 Most Extreme Differences Absolute .328 .292 Positive .328 .212 Negative -.234 -.292 Kolmogorov-Smirnov Z .567 .506 Asymp. Sig. (2-tailed) .904 .960 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
  • 21. 4. Suhu Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Suhu_Ternaun gi 3 24.5000 .92677 23.50 25.33 Suhu_Terdedah 3 26.0000 .88255 25.00 26.67 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ternaungi Terdedah N 3 3 Normal Parametersa,b Mean 24.5000 26.0000 Std. Deviation .92677 .88255 Most Extreme Differences Absolute .239 .312 Positive .193 .224 Negative -.239 -.312 Kolmogorov-Smirnov Z .415 .541 Asymp. Sig. (2-tailed) .995 .931 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
  • 22. 4.2.2 Uji Komparasi Independent (T-test) 1. Intensitas Cahaya Group Statistics Tempat_Penelitia n N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Data Intensitas Cahaya 1.00 3 499.8700 126.01393 72.75418 2.00 3 2241.9133 958.59284 553.44383 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Data Intensitas Cahaya Equal variances assumed 11.882 .026 -3.121 4 .035 -1742.04333 558.20538 -3291.86993 -192.21674 Equal variances not assumed -3.121 2.069 .085 -1742.04333 558.20538 -4068.55349 584.46682
  • 23. 2. Kecepatan Angin Group Statistics Tempat_Penelitian 4 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Data Kecepatan Angin 1.000000 3 .00407433 .004207323 .002429099 2.000000 3 .00514833 .002745296 .001584997 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Data Kecepatan Angin Equal variances assumed 1.170 .340 -.370 4 .730 -.001074 .002900472 -.009127001 .006979001 Equal variances not assumed -.370 3.442 .733 -.001074 .002900472 -.009669298 .007521298
  • 24. 3. Kelembaban Group Statistics Tempat_Penelitian 3 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Data Kelembaban 1.0000 3 .882133 .0299927 .0173163 2.0000 3 .903400 .0197211 .0113860 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Data Kelembaban Equal variances assumed 1.241 .328 -1.026 4 .363 -.0212667 .0207242 -.0788064 .0362731 Equal variances not assumed -1.026 3.457 .371 -.0212667 .0207242 -.0825520 .0400187
  • 25. 4. Suhu Group Statistics Tempat_Penelitian 2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Data Suhu 1.00 3 24.5000 .92677 .53507 2.00 3 26.0000 .88255 .50954 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Data Suhu Equal variances assumed .000 1.000 -2.030 4 .112 -1.50000 .73887 -3.55144 .55144 Equal variances not assumed -2.030 3.990 .112 -1.50000 .73887 -3.55337 .55337
  • 26. Berdasarkan data analisis data menggunakan statistik komparatif tersebut, dapat dibuat tabel sebagai berikut: Data Sig. Komparatif Keterangan Kesimpulan Intensitas Cahaya 0,026 <0,05 Ho ditolak, Ha diterima Kecepatan Angin 0,340 > 0,05 Ho diterima, Ha ditolak Kelembaban 0,328 >0,05 Ho diterima, Ha ditolak Suhu 1 >0,05 Ho diterima, Ha ditolak Ho: Terdapat varian yang sama Ha: Tidak terdapat varian yang sama Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ha penelitian : Terdapat perbedaan profil klimatik pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung. (Ditolak)
  • 27. BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi dan pengambilan data di 3 titik daerah pengukuran di Hutan Kota Babakan Siliwangi, dari ketiga titik tersebut terdapat perbedaan faktor klimatik yang meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan kecepatan angin. Dari keempat faktor yang diobservasi, faktor yang paling mencolok (perbandingannya) dan yang mempengaruhi faktor-faktor lainnya ialah intensitas cahaya. Pada daerah yang ternaungi intensitas cahaya lebih kecil dibandingkan di daerah yang terdedah, hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pohon yang menaungi 3 titik pengambilan data sehingga cahaya yang tembus atau masuk ke titik tersebut tidak banyak (teduh). Sedangkan pada daerah yang terdedah, masih terdapat pohon-pohon disekitarnya namun tidak sebanyak di daerah yang ternaungi sehingga cahaya yang tembus atau masuk ke titik pengambilan data sangatlah banyak (terang benderang). Perbedaan waktu pengambilan (09.00, 11.00 dan 13.00) juga mempengaruhi intensitas cahaya yang didapat, pada daerah yang terdedah semakin siang (semakin banyak cahaya matahari yang tembus) maka intensitas cahaya akan semakin besar. Namun rata-rata intensitas cahaya pada pukul 13.00 mengalami penurunan dibandingkan pada pengambilan data pukul 11.00. Hal tersebut dikarenakan sempat terjadi hujan di Hutan Kota Babakan Siliwangi, sehingga intensitas cahaya yang pada awalnya besar menjadi kecil. Kondisi langit yang awalnya cerah pada pukul 13.00 menjadi mendung dan berawan, maka intensitas cahaya nya pun dipastikan berkurang. Intensitas cahaya juga mempengaruhi faktor-faktor klimatik lainnya seperti suhu dan kelembaban. Intensitas cahaya berbanding terbalik dengan kelembaban udara, semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin rendah kelembaban udaranya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi intensitas cahaya yang didapatkan oleh tanaman maka akan semakin rendah tingkat kandungan air
  • 28. di udaranya sehingga tingkat kelembaban udara nya akan rendah. Intensitas cahaya juga mempengaruhi suhu, karena cahaya matahari menyebabkan peningkatan suhu atau temperature udara. Berdasarkan hasil pengamatan di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung pada tanggal 20 Februari 2016, rata-rata kecepatan anginnya (m/s) ialah : a. Pada Pukul 09.00, di tempat terdedah 0,007667 dan di tempat ternaungi : 0,001111 b. Pada pukul 11.00, di tempat terdedah : 0,002222 dan di tempat ternaungi Ternaungi : 0,00889 c. Pada pukul 13.00, di tempat terdedah : 0,005556 dan di tempat Ternaungi : 0,002222. Perbedaaan ini terjadi karena pada pagi hari kondisi angin tidak terlalu kencang, sedangkan saat menjelang siang karena kondisi hujan, angin di hutan kota ini cukup kencang dibandingkan di pagi hari. Keadaan yang demikian juga mempengaruhi terhadap intensitas cahaya di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung, Karena wilayah yang teramati ialah titik yang terdedah dan yang ternaungi oleh banyaknya pohon. Rata-rata intensitas cahanya (Cd) ialah: a. Pada pukul 09.00, di tempat terdedah 1135,09 , di tempat ternaungi 636,3667 b. Pada pukul 11.00 di tempat terdedah 2805,657 di tempat ternaungi 475,2646 c. Pada pukul 13.00 di tempat terdedah 2784,99 di tempat ternaungi 387,97 Dengan intensitas cahaya yang tinggi maka tentu saja berpengaruh pada keadaan suhu dan kelembaban derah pengamatan tersebut. Intensitas cahaya yang tinggi maka suhunya pun akan tinggi. Keadaan suhu ini pun selanjutnya akan mempengaruhi terhadap kelembaban suatu daerah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, Rata-rata kondisi suhunya (0 C) ialah: a. Pada pukul 09.00, di tempat terdedah 26,3333, di tempat ternaungi 24,6667 b. Pada pukul 11.00 di tempat terdedah 25 di tempat ternaungi 23,5
  • 29. c. Pada pukul 13.00 di tempat terdedah 26,66667 di tempat ternaungi 25.3333 Dan kondisi kelembabannya (%) ialah: a. Pada pukul 09.00, di tempat terdedah 92, di tempat ternaungi 86.67 b. Pada pukul 11.00 di tempat terdedah 88.16 di tempat ternaungi 91.67 c. Pada pukul 13.00 di tempat terdedah 90,86 di tempat ternaungi 86.3 Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yaitu jika suhu pada suatu daerah tinggi maka kelembapannya akan rendah, begitupun sebaliknya. Sedangkan dari data yang diperoleh pada pukul 09.00 daerah terdedah memiliki kelembaban yang lebih tinggi dari daerah yang ternaungi, hal tersebut dapat disebabkan karena faktor embun. Dimana pada pukul 09.00 embun di daerah yang terdedah lebih banyak dan intensitas cahaya yang masuk lebih besar, sehingga proses penguapan lebih cepat terjadi dan menyebabkan tingkat kelembaban di daerah yang terdedah lebih tinggi. Hal yang serupa terjadi pada pukul 13.00, hal tersebut disebabkan karena pukul 12.00-12.45 terjadi hujan, dan pada saat dimana berakhirnya hujan (12.45) tim mulai memasang Thermohygometer. Kemungkinan yang terjadi ialah tetes air sisa hujan jatuh mengenai bagian yang seharusnya kering. Namun, jika berdasarkan hasil analisis data statistik komparatif. Data yang memiliki perbedaan hanyalah data dari pengukuran intensitas cahaya, karena memiliki nilai Sig. 0,026 (lebih kecil dari 0,05). Sedangkan untuk kecepatan angin, kelembaban dan suhu memiliki data yang relatif sama, karena nilai Sig. yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara daerah yang terdedah dan ternaungi di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung.
  • 30. BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan 1. Intensitas cahaya pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung memiliki perbedaan. 2. Suhu udara pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung relatif sama. 3. Kelembaban udara pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Silwangi Bandung relatif sama. 4. Kecepatan angin pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi dan Kebun Binatang Bandung relatif sama. 5. Tidak terdapat perbedaan faktor klimatik yang signifikan pada daerah yang ternaungi dan daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi dan Kebun Binatang Bandung. 6.2 Saran Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, berdasarkan kendala yang dirasakan. Maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya alat pengukur faktor klimatik yang digunakan dalam penelitian ini dikondisikan agar kuantitas dan kualitasnya memadai. 2. Akan lebih mudah jika penelitian ini didukung dengan studi literatur yang lengkap dan jurnal-jurnal penelitian yang sesuai. 3. Pengukuran dan pengambilan data di lapangan harus didukung oleh jumlah peneliti yang memadai.
  • 31. DAFTAR PUSTAKA Aminudin,Wafa Ahmad. 2013. Wahana Rekreasi Kebun Binatang bandung [Online] Tersedia: http://www.ragamtempatwisata.com/2013/07/wahana- rekreasi-kebun-binatang-bandung.html Juliantara, I Ketut Putra. 2009. Ekologi Tumbuhan (Cahaya, Suhu, Dan Air). Tersedia [Online] : Http://Www.Kompasiana.Com/Ikpj/Ekologi-Tumbuhan- Cahaya-Suhu-Dan-Air_54ff4049a33311954a50fa24 Pratiwi, A..dkk.(2007).Biologi SMA Jilid 1 Kelas X.Jakarta : Erlangga Pusat Informasi dan Wisata kota Bandung.2016. [Online] Tersedia: http://bandung.panduanwisata.id/babakan-siliwangi-hutan-kota-yang- menyejukkan/ Ramadhan, 2015. Pengertian Kelembaban. Tersedia [Online] Http://Documents.Tips/Documents/Pengertian-Kelembaban.Html Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : Pplp Tenaga Kependidikan. Ulin 2013. Hutan Kota Babakan Siliwangi. [online] Tersedia: http://www.bandungview.info/2013/07/babakan-siliwangi-area-hijau- bandung.html Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Ulin 2013. Hutan Kota Babakan Siliwangi. [online] Tersedia: http://www.bandungview.info/2013/07/babakan-siliwangi-area-hijau- bandung.html
  • 32. LAMPIRAN Gambar 1. Daerah yang terdedah di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung (Dokumentasi Pribadi, 2016)
  • 33. Gambar 1. Daerah yang ternaungi di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung (Dokumentasi Pribadi, 2016)