SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
KONSEP DASAR DALAM PROMOSI KESEHATAN
                                               Pendahuluan


                      Promosi Kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian ilmu dan informasi
              kesehatan kepada individu kelompok, keluarga dan komunitas dengan tujuan dari tidak
              mampu menjadi mampu merubah kebiasaan yang sesuai dengan prinsip kesehatan
              dalam berbagai aspek kehidupannya secara mandiri dan menerapkan sepanjang
              hidupnya.
                      Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam meningkatkan dan
              mengendalikan kesehatan, maka seseorang/ kelompok harus mengidentifikasi dan
              menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah lingkungannya (
              piagam Ottawa,1986)
              Misi dalam promosi kesehatan :
              1.      Advokat (advocate)
                      Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan
              2.      Menjembatani (mediate)
                      Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
                      kesehatan
              3.      Memampukan (enable)
                      Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara
                      mandiri
              Sasaran dalam promosi kesehatan :
                    Langsung        : Individu , keluarga, Masyarakat
                    Tidak langsung : Pembuat kebijakan; pemerintah pusat dan daerah


I.   Tujuan
     a. Tujuan Umum : Memahami konsep dasar dalam promkes
     b. Tujuan Khusus: Mengaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari terkait dengan perubahan
        perilaku, motivasi,menjalin kemitraan dan kolaborasi
I.          Konsep Dasar Promosi Kesehatan
1. KONSEP PERUBAHAN
         Perubahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses yang dinamik serta
   tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa
   berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan.
           (Atkinson,1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan
   defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau
   seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang
   menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat
   perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan
   perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka
   pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
           Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan
   dari status tetap atau status menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat
   menyesuaikan            diri         dengan         lingkungan         yang      ada.


2. Teori-teori perubahan

           Menurut Rogers, untuk melakukan perubahan perlu beberapa langkah yang harus
   dilakukan supaya perubahan dapat tercapai , antara lain :
   a.   (Atkinson, 1987 dan brooten,1978 dalam murhidiyah 2003 :

        1. unfreezing: suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan
           untuk berubah
        2. Changing: langkah tindakan, baik memperkuat driving force maupun
           memperlemah resistances
        3. Refreezing: membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a
           new dynamic equilibrium)

   b.   Teori Rogers (1992) :
             Menurut Rogers, untuk melakukan perubahan perlu beberapa langkah yang
        harus dilakukan supaya perubahan dapat tercapai , antara lain :
        1. Tahap Awareness
                Tahap ini merupakan tahapan dasar atau tahap awal yang mempunyai
           arti bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran
untuk berubah, apabila tidak ada kesadaran untuk berubah maka tidak
       mungkin terjadi suatu perubahan.
     2. Tahap Interest
            Dalam tahap ini dijelaskan bahwa dalam melakukan perubahan harus
       timbul perasaan minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan
       terhadap sesuatu yang baru dari yang dikenalkan. Minat tersebut yang
       akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
     3. Tahap Evaluasi
               Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar
       tidak terjadi hambatan yang akan di temukan selama mengadakan
       perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam
       melakukan perubahan.
     4. Tahap Trial
               Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru
       atau hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui
       hasilnya sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan
       untuk diterima oleh lingkungan.
     5. Tahap Adoption
               Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses
       penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan
       merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu
       mempertahankan hasil perubahan.


c.   Teori Spradley
       Menurut Spradley bahwa perubahan terencana harus secara konstan
     dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen
     berubah dan sistem berubah.
     Berikut langkah dasar menurut Spradley :
     a). mengenali gejala
     b). mendiagnosis masalah
     c). menganalisa jalan keluar
d). memilih perubahan
          e). merencanakan perubahan
          f). melaksanakan perubahan
          g). mengevaluasi perubahan
          h). menstabilkan perubahan


3. Tahap-tahap manajemen perubahan
   Tahap-tahap manajemen perubahan dibagi dalam 4 tahap yaitu :
  1.    Identifikasi Perubahan
             Pada tahap ini diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang
        akan dilakukan /terjadi.     Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat
        mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan.
  2.    Perencanaan Perubahan.
             Pada tahap ini perubahan harus dianalisis mengenai diagnostik situasional
        tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu
        dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi
        dengan baik.
  3. Implementasi Perubahan
             Pada proses ini terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang
       diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah
       maka perlu dilakukan monitoring perubahan.
  4. Evaluasi dan Umpan Balik.
             Untuk melakukan evaluasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini
       dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat
       di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang
       diinginkan berikutnya.
       Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang yang
       terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan
       sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk
       merubahnya dan membutuhkan waktu lebih yang lama
4. Model dalam perubahan
         Dalam perubahan kita mengenal beberapa model diantaranya model penelitian
  pengembangan, model interaksi social dan model penyelesaian masalah. Ketiga model
  tersebut dapat digunakan sebagai dasar model mengenal perubahan.
  a)   Research and Development Model ( model penelitian dan pengembangan)
       Model perubahan ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan dalam
       pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam menggunakan
       model ini dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi atas perubahan yang
       akan dilakukan dalam perubahan, menyiapkan perubahan dan melakukan
       desiminasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam
       perubahan.
  b)   Social Interaction Model ( model interaksi social)
       Model perubahan dengan interaksi social ini dilakukan berdasarkan atas saling
       kerja sama dalam sistem social dengan memfokuskan pada persepsi dan respons
       dari perubahan yang akan dilakukan. Model ini menggunakan                langkah
       sebagaimana dalam teori perubahan Roger diantaranya, menyadari akan
       perubahan, adanya minat dalam perubahan, melakukan uji coba sesuatu hal yang
       akan dilakukan perubahan serta menerima perubahan.
  c)   Problem Solving Model ( model penyelesaian masalah) akan dilakukan
       Model ini menekankan pada penyelesaian masalah dengan menggunakan langkah
       mengidentifikasi kebutuhan yang menjadi masalah, mendiagnosis masalah,
       menemukan cara penyelesaian masalah yang akan digunakan, melakukan uji coba
       dan melakukan evaluasi dari hasill uji coba untuk digunakan dalam perubahan.
       Dalam promosi kesehatan selain pendidikan kesehatan. Juga diperlukan intervensi
       pada factor lingkungan ( politik, ekonomi, dan organisasi) yang didesain untuk
       memfasilitasi perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
       Hal tersebut berdampak terhadap operasionalisasi perencanaan pendidikan
       kesehatan dan perencanaan promosi kesehatan.
  Model perencanaan promosi kesehatan yang sering digunakan :
  1.   Model PERT
       Model ini dikembangkan sejak tahun 1960 ( Ross dan Mico) dan dalam beberapa
       versi modifikasi, model ini masih digunakan dalam aplikasi kegiatan atau program.
Model PERT terdiri dari enam fase yaitu initiation, need assessment, goal settings,
               planning/programming,
         2.    Model PROCEDE-PROCEED
               Model yang dikembangkan oleh Green dan krekter ( 1991) pada tahun 1980,
               merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
               promosi kesehatan, yang dekenal dengan model PROCEDE ( predisposing,
               renforcing, and enablingcauses in educational diagnosis and evaluation). PRECEDE
               merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah, mulai
               dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991,
               model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEED. PROCEED merupakan
               singkatan dari policy, regulatory and organizational contructs in educational and
               environtmental development. Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan
               bersama-sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
               Precede digunakan dalam fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan
               program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria
               kebijakan, pelasanaan, dan evaluasi. Menurut Schmit dkk. (1990), model ini paling
               banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan, serta model ini
               dianggap lebih berorientasi praktis.
PRECEDE
Fase 5                      fase 4                     fase 3         fase 2            fase 1
Diagnosis dan               diagnose pend.            Diagnose       diagnosis          diagnosis
Kebijakan                  & organisasi               perilaku &     epidemiologi       sosial
Administrasi                                          lingkungan

                               Factor
Promosi
                               predisposisi
kesehatan
   Pendidikan                                         Perilaku dan
    kesehatan                                         kebiasaan
                               Factor
                                                                                         Kualitas
                               penguat                               kesehatan
                                                                                         hidup
    Kebijakan
                                                      lingkungan
    regulasi                   Factor
    organisasi                 kemungkinan
Sedangkan PRODCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan serta
implementasi dan evaluasi.


   5. LANGKAH-LANGKAH DALAM KONSEP PERUBAHAN
               Dalam melakukan perubahan banyak langkah-langkah atau tahapan untuk
        melakukan perubahan. Beberapa teori tentang langkah-langkah perubahan adalah
        sebagai berikut :


       a. Teori Rogers (1992)
               Menurut Rogers, untuk melakukan perubahan perlu beberapa langkah yang harus
           dilakukan supaya perubahan dapat tercapai , antara lain :
           1. Tahap Awareness
               Tahap ini merupakan tahapan dasar atau tahap awal yang mempunyai arti
               bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran untuk
               berubah, apabila tidak ada kesadaran untuk berubah maka tidak mungkin
               terjadi suatu perubahan.
           2. Tahap Interest
               Dalam tahap ini dijelaskan bahwa dalam melakukan perubahan harus
               timbul perasaan minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan
               terhadap sesuatu yang baru dari yang dikenalkan. Minat tersebut yang
               akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
           3. Tahap Evaluasi
               Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak
               terjadi hambatan yang akan di temukan selama mengadakan perubahan.
               Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan
               perubahan.
           4. Tahap Trial
               Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil
               perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya
sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk
          diterima oleh lingkungan.
       5. Tahap Adoption
          Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses
          penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan
          merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu
          mempertahankan hasil perubahan.
  b.    Teori Spradley
        Menurut Spradley bahwa perubahan terencana harus secara konstan
        dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen
        berubah dan sistem berubah.
        Berikut langkah dasar menurut Spradley :
        a). mengenali gejala
        b). mendiagnosis masalah
        c). menganalisa jalan keluar
        d). memilih perubahan
        e). merencanakan perubahan
        f). melaksanakan perubahan
        g). mengevaluasi perubahan
        h). menstabilkan perubahan
6. Tahap-tahap manajemen perubahan
   Tahap-tahap manajemen perubahan dibagi dalam 4 tahap yaitu :
    1. Identifikasi Perubahan
         Pada tahap ini diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang
         akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat
         mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan.
    2. Perencanaan Perubahan.
         Pada tahap ini perubahan harus dianalisis mengenai diagnostik situasional
         tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu
         dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat
         terjadi dengan baik.
3. Implementasi Perubahan
           Pada proses ini terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang
           diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah
           maka perlu dilakukan monitoring perubahan.


        4. Evaluasi dan Umpan Balik.
           Untuk melakukan evaluasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini
           dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini
           dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada
           perubahan yang diinginkan berikutnya.
  Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang
yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan
sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk
merubahnya dan membutuhkan waktu lebih yang lama.


6. Type perubahan
            Perubahan merupakan sesuatu yang mungkin sulit diterima bagi seseorang,
   kelompok atau masyarakat yang belum memahami makna dari perubahan. Apabila
   dipandang dari tipe perubahan, menurut Bennis tahun 1965, perubahan itu sendiri
   memiliki tujuh tipe diantaranya tipe indoktrinasi, tipe paksaan, tipe teknokratik, tipe
   interaksional, tipe sosialisasi, tipe emulative dan tipe alamiah.
   1.     Tipe endoktrinasi, suatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau
          masyarakat yang menginginkan pencapaian tujuan yang diharapakan dengan
          member doktrin atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat berubah.
   2.     Tipe paksaan atau kekerasan, merupakan tipe perubahan dengan melakukan
          pemaksaan atau kekerasan pada anggota atau seseorang dengan harapan tujuan
          yang hendak dicapai dapat terlaksana
   3.     Tipe teknokratik, merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan lain
          dalam mencapai tujuan yang diharapakan terdapat satu pihak merumuskan
          tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuannya.
   4.     Tipe interaksional, merupakan perubahan dengan menggunakan kekuatan
          kelompok yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan
          yang diharapakan dari perubahan
5.   Tipe sosialisasi, merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan
       menggunakan kerja sama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan
       kekuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai
  6.   Tipe emultif, merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan
       unilateral dengan tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguh-
       sungguh, perubahan ini dapat dilakukan pada sistem di organisasi yang
       bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya
  7.   Tipe alamiah, perubahan yang terjadi akibatsesuatu yang tidask disengaja tetapi
       dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh, seperti kecelakaan,
       maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk lebih berhati-hati dalam
       berkendara dan lain sebagainya
7. Hambatan dalam perubahan
         Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan
 yang akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam.hambatan dlam
 perubahan adalah sebagai berikut :
 a.    Ancaman kepentingan pribadi
       Hal ini merupakan hambatan dalam perubahan karena adanya kekhawatiran
       adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri. Contohnya, dalam
       pelaksanaan standarisasi perawat professional yang di akui sebagai profesi perawat
       adalah minimal pendidikan DIII keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang tidak
       ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal
       tersebut dapat menjadi hambatan dalam perubahan.
 b.    Persepsi yang kurang tepat
       Persepsi yang kurang tepat atau informasi informasi yang belum jelas ini dapat
       menjadi kendala dalam proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan
       dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya
       kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerima
       sehingga timbul kekhawatiran dari perubahn tersebut.
 c.    Reaksi psikologis
       Ini merupakan factor yang menjadi hambatan dalam perubahan karena setiap
       orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespon perbedaan sistem
       adaptasi sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan. Contohnya, apabila
       akan dilakukan perubahan dalm sistem praktek keperawatan mandiri, jika perawat
       belum menerima secara psikologis akan timbul kesulitan karena ada perasaan
       takut sebagai dampak dari perubahan.
d.    Toleransi terhadap perubahan rendah
               Toleransi terhadap perubahan tergantung dari individu, kelompok atau
               masyarakat. Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki
               toleransi yang tinggi terhadap perubahan maka akan memudahkan proses
               perubahan tetapi apabila toleransi terhadap perubahan rendah maka perubahan
               akan sulit dilaksanakan.
         e.    Kebiasaan
               Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui
               sebelumnya dibandingkan dengan sesuatu yang baru dikenal, karena keyakinan
               yang dimiliki sangat kuat. Factor kebiasan ini yang menjadi hambatan dalam
               perubahan.
         f.    Ketergantungan
               Seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu, suatu
               perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri
               sehingga perubahan akan sulit dilakukan.
         g.    Perasaaan tidak aman
               Perasaan tidak aman juga merupakan penghambat dalam perubahan karena
               adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah
               ketida amanan pada diri kelompok atau masyarakat.
         h.    Norma
               Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan
               tidak mudah untuk merubahnya. Apabila akan mengadakan proses perubahan
               namun bertentangan dengan norma maka perubahan tersebut akan mengalami
               hambatan.
Kendala dan hambatan dalam melakukan perubahan menurut wilson :
    Sistem dan proses perubahan
    Sumber daya manusia
    Sistem dan lingkungan organisasi


      8. Perencanaan dalam perubahan
          Proses perencanaannya:
          a.   Kita harus mengenal atau mengkaji adanya kebutuhan perubahan
          b.   Mendiagnosa kebutuhan
          c.   Menganalisa alternative pemecahan
          d.   Menyeleksi perubahan
e. Merencanakan perubahan
    Mengimplementasikan perubahan
    Mengevaluasi perubahan
f. Menstabilkan perubahan yang sudah di buat
II.    Motivasi


a.   Defenisi motivasi
         Motivasi dari bahasa latin movere artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi adalah
     kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa tindakan (Haggard,
     1989). Suatu kesediaan peserta didik menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai
     bukti diri motivasi (Redman, 1993). Motivasi merupakan hasil factor external dan internal
     dan bukan hasil manipulasi external saja ( Kort, 1987). Pendidikan kesehatan dilandasi oleh
     motivasi dengan mengubah 3 faktor penentu prilaku yaitu sikap, pengaruh social, dan
     kemampuan lewat komunikasi ( Kok, dkk, 1990). Perawat kerap berfokus pada tingkat
     motivasi sebagai indicator keterlibatan potensial dalam program pendidikan kesehatan.
     Ada hubungan signifikan antara motivasi dengan tindakan kepatuhan pada program
     kesehatan (Becker, dkk, 1974). Motivasi merupakan pergerakan untuk memenuhi
     kebutuhan atau mencapai tujuan.
          Pendekatan oreventif memerlukan bujikan atau motivasi dari seseorang atas dasar
     bahwa pencegahan lebih baik dari pengobatan atau tindakan terkait dengan
     berkembangnya penyakit yang tidak diinginkan atau berakibat fatal. Peran perawat
     memfasilitasi pendekatan peserta dididk kearah tujuan yang diinginkan dan mencegah
     penundaan yang terlallu cepat. Waktu tidak menjadi bagian yang penting dalam motivasi.
     Teori motivasi maslow diintegrasi secara utuh pada individu dan hirarki tujuan, dia
     mengatakan tidak semua perilaku dimotivasi dan teori perilaku tidak sama dengan teori
     motivasi. Dengan prinsip hirarki kebutuhan dasar fisiologis, keamanan, cinta/kepemilikan,
     harga diri dan aktualisasi diri, ada keterlibatan antar kebutuhan yang berdasar tingkat
     kebutuhan. Ada individu sangat termotivasi sangat termotivasi yang lainnya memiliki
     motivasi yang lemah. Jika kebutuhan satu dipuaskan kebutuhan lainnya muncul.
       Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan

     faktor lain yang disebut motivasi (Walgito, 2002). Motivasi adalah sekelompok

     pendorong yang berasal baik dari dalam individu maupun dari luar diri individu yang

     dapat menimbulkan perilaku bekerja dan juga dapat menentukan bentuk, tujuan,

     intensitas, dan lamanya perilaku bekerja (Pider, 2001). Menurut Robbins (2001),
motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk

     tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi

     beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan terjadi apabila tidak ada keseimbangan

     antara apa yang dimiliki dan apa yang diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan

     mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan. Tujuan

     adalah sasaran atau hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu.

b.   Teori motivasi
     a. Teori Kebutuhan Abraham Maslow

       Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan

     yang alami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri apabila

     kebutuhan pegawai tersebut menunjukkan perilaku tidak puas. Sebaliknya, jika

     kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku

     yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya. Kebutuhan merupakan

     fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Kita tidak mungkin memahami

     perilaku pegawai tanpa mengerti kebutuhannya. Hirarki kebutuhan manusia

     menurut Abraham Maslow adalah sebagai berikut:

     1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, dan

       seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut juga

       kebutuhan yang paling dasar

     2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

       bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

     3) Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

       kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

     4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan akan dihormati, dan dihargai oleh

       orang lain.
5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan

  kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan

  mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu

  (Mangkunegara, 2002). Hirarki kebutuhan Maslow dapat digambarkan sebagai

  berikut:

              Gambar 2.1 Hirarki Kebutuhan dari Maslow




                                 Aktualisasi diri

                                 Penghargaan

                                      Sosial

                                    Keamanan

                                    Fisiologis

 Sumber : (Robbins, 2003)



         Gambar tersebut menunjukkan individu bergerak naik mengikuti anak-

  anak tangga hirarki. Dari titik pandang motivasi, teori itu mengatakan bahwa

  meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu

  kebutuhan yang dipuaskan secara cukup banyak (substansial) tidak lagi

  memotivasi. Jadi jika anda ingin memotivasi seseorang, menurut Maslow, anda

  perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah orang itu dan

  memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan diatas

  tingkat itu (Robbins, 2003).
b. Teori Kebutuhan McClelland

            David McClelland dalam Thoha (2002) mengemukakan ada tiga macam

      kebutuhan manusia, yaitu sebagai berikut:

      1) Need for Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan

          refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.

      2) Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan

          dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,

          dan tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

      3) Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi

          dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap

          orang lain.

Teori kebutuhan McClelland dapat digambarkan sebagai berikut:

              Gambar 2.2 Memasangkan Peraih Prestasi dan Pekerjaan

                                        Tanggungjawab pribadi


     Peraih prestasi lebih
                                             Umpan balik
     menyukai pekerjaan
      yang menawarkan
                                            Resiko sedang



 Sumber : (Robbins, 2003)
   Seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2, individu dengan kebutuhan tinggi untuk

berprestasi lebih menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan

balik, dan suatu risiko dengan derajat menengah. Bila karakteristik ini berlaku, peraih

prestasi tinggi akan sangat termotivasi (Robbins, 2003).

  c. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)

              Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja

      keras untuk memenuhi kebutuhan tentang ekxistensi (Existence, kebutuhan
mendasar dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan

   hubungan antar pribadi), dan kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan

   kreativitas pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan bahwa

   kalau kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang

   rendah akan kembali walaupun sudah terpuaskan (Nursalam, 2002).

d. Teori Motivasi Dua Faktor

          Dikembangkan oleh Herzberg dalam Nursalam (2002) yang meyakini

   bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri dan didalamnya

   terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dari

   penelitiannya Herzberg menyimpulkan bahwa ketidakpuasan kerja dan kepuasan

   kerja dalam bekerja muncul dari dua set yang berbeda.

          Menurut teori ini yang dimaksud dua faktor adalah faktor motivasional

   dan faktor hygiene. Faktor motivasional adalah hal-hal pendorong berprestasi

   yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang,

   sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau faktor pemeliharaan

   adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang bersumber dari luar diri

   seseorang, misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang

   dalam kehidupan karyawannya. Menurut Herzberg yang tergolong sebagai faktor

   intrinsik atau faktor motivasional adalah: pekerjaan seseorang, keberhasilan

   yang diraih, kecepatan bertumbuh, kemajuan dalam karir, pengakuan orang lain.

   Sedangkan faktor ekstrinsik atau faktor higiene adalah: status pekerjaan,

   hubungan-hubungan antar pribadi, keamanan kerja atau keselamatan kerja,

   kondisi kerja, sistem pengawasan, sistem imbalan jasa (Swanburg, 2000).

e. Teori Keadilan

          Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam

   motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan
yang diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka mengalami kepuasan

     yang mereka terima dari upaya dalam promosi dan dengan usaha yang mereka

     gunakan (Nursalam, 2002). Teori ini menjelaskan bahwa motivasi merupakan

     fungsi dari keadilan yang didasarkan hasil (out put) dan wages (pendapatan).

     Keadilan yang sederhana adalah menerima pendapatan sesuai dengan

     usahanya. Jika bekerja keras, pendapatannya tinggi. Sebaliknya jika bekerja

     malas,pendapatannya rendah (Arep, 2004).

f.   Teori Harapan

            Setiap individu memiliki harapan usaha kinerja. Harapan tersebut

     menunjukkan persepsi individu mengenai sulitnya mencapai perilaku tertentu

     dan mengenai kemungkinan tercapainya perilaku tersebut. Menurut Gibson

     dalam Siswanto (2007), prinsip utama dari teori harapan meliputi hal-hal berikut:

     1)     P= F (M X A). Kinerja (P) adalah fungsi (F) perkalian antara motivasi (M),

            yakni kekuatan dan Ability (A) atau kemampuan.

     2)     M= F (V1 X E). Motivasi (M) adalah fungsi (F) perkalian antara Valensi

            tingkat satu (V1) dan Expectancy (E) atau harapan bahwa perilaku

            tertentu akan diikuti oleh suatu hasil tingkat pertama. Apabila harapan

            tersebut rendah maka motivasinya kecil. Demikian pula apabila valensi

            dari suatu perolehan tersebut nol, nilai mutlak atau variasi dari besarnya

            harapan untuk menyelesaikannya tidak akan memiliki pengaruh sama

            sekali.

     3)     V1= (V1 X I). Valensi yang berhubungan dengan berbagai macam hasil

            tingkat satu (V1) merupakan fungsi (F) perkalian antara jumlah valensi

            yang melihat pada semua hasil tingkat kedua (V2) dan Instrumentalitas (I)

            atau pertautan antara pencapaian perolehan tingkat pertama dengan
pencapaian perolehan tingkat pertama dengan pencapaian perolehan

       tingkat kedua.

Deskripsi dari prinsip di atas meliputi hal-hal berikut:

a.     Kemampuan (ability) menunjukkan potnsi individu untuk melaksanakn

       tugas atau pekerjaan. Kemampuan tersebut berhubungan dengan

       kemampuan fisik dan mental yang dimiliki individu untuk melaksanakan

       pekerjaan.

b.     Kekuatan (force) dimaksudkan sebagai motivasi. Maksud utama teori

       harapan adalah menilai besar dan arah semua kekuatan yang

       mempengaruhi individu.

c.     Valensi (valance) berhubungan dengan preferensi hasil sebagaimana

       yang dilihat individu. Suatu hasil memiliki valensi positif apabila dipilih,

       dan memiliki valensi negatif apabila tidak dipilih, serta memiliki valensi nol

       apabila individu acuh tak acuh memperolehnya.

d.     Pertautan (instrumentality) adalah persepsi individu bahwa hasil tingkat

       pertama akan dihubungkan dengan tingkat kedua.

e.     Harapan      (expectancy)   berhubungan      dengan    pendapat    mengenai

       kemungkinan subjektif bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil

       tertentu.

f.     Hasil tingkat pertama dan tingkat kedua. Hasil tingkat pertama yang

       timbul dari perilaku adalah hasil yang berhubungan dengan pelaksanaan

       perkerjaan. Termasuk hasil tingkat pertama adalah produktivitas,

       kamangkiran, kualitas atas produktivitas, dan pergantian. Hasiltingkat

       kedua adalah ganjaran yang mungkin ditimbulkan oleh hasil tingkat

       pertama. Termasuk hasil tingkat kedua adalah kenaikan gaji, promosi,

       penerimaan atau penolakan oleh kelompok, dan sebagainya.
Teori ini juga menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai

             alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang

             diperoleh dari tiap tingkah laku (Nursalam, 2002).

             g. Teori Penguatan

                      Ahli psikologi B.F Skinner dan teman-temannya dalam Nursalam (2002)

                 menunjukkan bagaimana konsekwensi tingkah laku di masa lampau yang

                 mempengaruhi tindakan pada masa depan dalam proses belajar klinis.

                 Proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut: rangsangan adalah sesuatu

                 yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu terhadapnya, yang

                 disebut respon. Respon adalah tindakan atau perilaku yang muncul akibat

                 rangsangan. Tindakan perilaku yang dilakukan seseorang pasti akan

                 menimbulkan      konsekwensi yang nantinya membuat seseorang untuk

                 merencanakan masa depan.

             Teori Penguatan dapat digambarkan sebagai berikut:

                                      Gambar 2.3 Teori Penguatan


    Rangsangan               Respon          Konsekwensi              Respon
                                                                     masa depan



Sumber : (Nursalam, 2002).



        Menurut teori penguatan, seseorang termotivasi kalau dia memberikan respon pada

        rangsangan dalam pola tingkah laku konsisten sepanjang waktu.



      c.   Tujuan Motivasi
             Secara    umum     dapat   dikatakan   bahwa   tujuan   motivasi     adalah   untuk

           menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan

      tertentu.

            Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula

      bagaimana tindakan motivasi itu dilakukan. Setiap orang yang akan memberikan

      motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,

      kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.



d.    Prinsip Motivasi



      Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai:

       i.    Prinsip Partisipasi

             Dalam upaya memotivasi klien, perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi

             dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh petugas.

     ii.     Prinsip Komunikasi

             Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan

             usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, klien akan lebih mudah

             dimotivasi.

     iii.    Prinsip Mengakui Andil Klien

             Petugas kesehatan mengakui bahwa klien mempunyai andil didalam usaha

             pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, klien akan lebih mudah

             dimotivasi .

     iv.     Prinsip Pendelegasian Wewenang

             Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai atau

             bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan tehadap pekerjaan

             yang dilakukannya akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi

             termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimipin.
v.    Prinsip Memberi Perhatian

           Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai

           bawahan, akan memotivasi pegawai klien apa yang diharapkan oleh pemimpin

           (Mangkunegara, 2002).



e.   Unsur penggerak Motivasi


          Motivasi akan ditentukan oleh motivatornya. Motivator yang dimaksud adalah

     penggerak motivasi sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu yang

     bersangkutan. Suharno Sahir (2006) mengemukakan unsur-unsur penggerak

     motivasi sebagai berikut:

     a. Prestasi atau Achievement

          Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan atau

          needs dapat mendorongya mencapai sasaran.

     g. Penghargaan atau Recognation

          Penghargaan atau Recognation atas suatu prestasi yang telah dicapai oleh

          seseorang merupakan motivator yang kuat. Pengakuan atas suatu prestasi

          akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan

          dalam bentuk materi atau hadiah. Penghargaan dalam bentuk piagam

          penghargaan atau medali dapat menjadikan motivator yang lebh kuat

          dibandingkan dengan hadiah berupa barang atau uang.

     h. Tantangan atau Challenge

          Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan motivator kuat bagi manusia untuk

          mengatasinya.

     i. Tanggung jawab atau Responsibility
Adanya rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk ikut merasa

  tanggung jawab.

j. Pengembangan atau Development

  Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja atau

  kesempatan untuk maju dapat merupakan motivator kuat bagi tenaga kerja untuk

  bekerja.

k. Rasa ikut terlibat atau Involvement

  Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan dapat dimasukkan

dalam manajemen perusahaan, hal ini merupakan motivator yang cukup kuat untuk

tenaga kerja.
III.   Kemitraan
a. Defenisi
        Definisi Kemitraan (partnership) pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
   royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
   Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok
   atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Kemitraan
   adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
   keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
b. Unsur-unsur kemitraan adalah :
   Unsur-unsur kemitraan adalah : Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
   Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut Adanya keterbukaan atau kepercayaan
   (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut Adanya hubungan timbal balik yang saling
   menguntungkan atau memberi manfaat.
c. Dasar Kemitraan adalah :
   Dasar Kemitraan adalah : Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, Saling
   mempercayai dan saling menghormati Tujuan yang jelas dan terukur Kesediaan untuk
   berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain
d. Prinsip-prinsip Kemitraan adalah:
   Prinsip-prinsip Kemitraan adalah: Persamaan atau equality, Keterbukaan
   atau transparancy dan Saling menguntungkan atau mutual benefit.
e. Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap
   yaitu: : Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3
   tahap yaitu:


         tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor
          kesehatan sendiri,
         tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah,
         tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program,
          lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup : Unsur
          pemerintah, Unsur swasta atau dunia usaha, Unsur LSM dan organisasi masa
          Unsur organisasi profesi.

f. Lima prinsip kemitraan yaitu(WHO) :

   Lima prinsip kemitraan yaitu
   (WHO) Policy-makers (pengambil kebijakan)
         Health managers
         Healthprofessionals
         Academic institutions
         Communities institutions

g. Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam
   rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. :

   Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
   pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

h. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan :

    Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan “Kesehatan adalah hak azasi manusia,
   merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi semua pihak”.
   Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
   seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan,
   ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.

i. Tujuan Kemitraan :

   Tujuan Kemitraan Tujuan umum : Meningkatkan percepatan, efektivitas dan
   efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. Tujuan khusus :
   Meningkatkan saling pengertian; Meningkatkan saling percaya; Meningkatkan saling
   memerlukan; Meningkatkan rasa kedekatan; Membuka peluang untuk saling
   membantu; Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan; Meningkatkan rasa
   saling menghargai;

j. Hasil yang diharapkan :

   Hasil yang diharapkan : Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya
   termasuk kesehatan.

k. Pelaku Kemitraan :

    Pelaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
   pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa,
   penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.

l. Ada 3 prinsip dalam membangun kemitraan, yaitu :

   Ada 3 prinsip dalam membangun kemitraan, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada
   atas bawah (hubungan vertikal), tetapi sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan
   saling menguntungkan.
m. Ada 7 saling yang perlu diperhatikan, yaitu :

   Ada 7 saling yang perlu diperhatikan, yaitu :

            saling memahami kedudukan,
             tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
            saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi);
             saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan
            hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity);
             saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes);
            saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
             saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).

n. Ada 6 langkah Kemitraan harmonis :

   Ada 6 langkah Kemitraan harmonis ;

      o     penjajagan/persiapan,
      o     penyamaan persepsi,
      o      pengaturan peran,
      o     komunikasi intensif,
      o     melakukan kegiatan, dan
      o     melakukan pemantauan & penilaian.

o. Keanggotaan dalam Kemitraan :

   Keanggotaan dalam Kemitraan Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan
   yang aktif. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif. Pemasok
   input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan). Dukungan sumber daya
   : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada.

p. Indikator Keberhasilan :

    Indikator Keberhasilan Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
   Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
   diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan,
   keberlangsungan kemitraan yang dijalankan. Indikator output : Jumlah produk yang
   dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang
   diselenggarakan.

q. Tujuan
   Tujuan umum :
   Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
   pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :

1.   Meningkatkan saling pengertian;
2.   Meningkatkan saling percaya;
3.   Meningkatkan saling memerlukan;
4.   Meningkatkan rasa kedekatan;
5.   Membuka peluang untuk saling membantu;
6.   Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7.   Meningkatkan rasa saling menghargai;

Hasil yang diharapkan :

Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.
IV.     Kolaborasi
a. KONSEP KOLABORASI DALAM PROMOSI KESEHATAN
   Menurut heritage kolaborasi adalah bekerja bersam khususnya dalam usaha
    penggabungan pemikiran.
   Menurut gray, kolaborasi sebagai proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang
    aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan
    tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dilakukan.
   Menurut American Medical Association (AMA) 1994, kolaborasi adalah proses dimana
    dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling
    ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagai nila-nilai
    dan saling mengakui serta menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
    merawat individu, keluarga dan masyarakat (www.nursingword.org/readroom).
   Kolaborasi adalah suatu proses praktisi keperawatan atau praktek klinik bekerja dengan
    dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek professional
    keperawatan, dengan pengawasan dan supervise sebagai pemberi petunjuk
    pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu Negara
    dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan
    bersama sebagai kolega. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus
    bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai
    kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggungjawab, komunikasi,
    otonomi, dan koordinasi seperti skema dibawah ini.



b.    Manfaat dalam melakukan kolaborasi

           Seorang praktisi kesehatan akan melakukan kolaborasi dalam melakukan promosi
      kesehatan. Dengan melakukan kolaborasi akan diperoleh kemudahan seperti sumber yang
      lebih akurat dan dapat lebih menarik klien. Misalnya dengan melakukan promosi kesehatan
      tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kolesterol dengan
      mengundang Ahli gizi atau Dokter.
      Selain itu, pelaksana promkes dimudahkan dalam sarana dan prasarana serta akses untuk
      melakukan kolaborasi. Contohnya, pemerintah membuat iklan layanan masyarakat
      mengenai bahaya kanker leher rahim yang ditayangkan dimedia elektronik dan cetak.
      Sehingga promosi kesehatan yang dilakukan akan lebih berhasil dan efektif.
c. Hambatan dalam melakukan kolaborasi
         Kolaborasi bukan merupakan hal yang mudah, sehingga dalam pelaksanaannya akan
     mengalami hambatan-hambatan. Hambatan yang kemungkinan ada pada suatu kolaborasi
     antara lain :
a. Kurangnya komitmen dari perilaku kolaborasi sehingga tidak solid dalam
     pelaksanaannya, perbedaan pandangan.
  b. Kurangnya keahlian yang sesuai
  c. Kurangnya tukar menukar pikiran maupun pendapat dan tujuan yang telah didapat
  d. Keluarnya partner ditengah proses promosi kesehatan yang sedang dilakukan.
     Kolaborasi dilakukan dengan dasar suka sama suka, dan pada dasarnya memang
  kolaborasi ini membutuhkan sumbangsih dan peran dari semua pihak agar usaha promosi
  kesehatan dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan, semakin banyak pihak yang masuk
  dan berkolaborasi akan menambah nformasi dan memudahkan usaha promosi kesehatan.
      Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas,
  tanggungjawab, komunikasi, otonomi, dan koordinasi seperti skema dibawah ini.




                                   Comunications




            Autonomi                                         Responsibility




commonpurpose
                                     Effectif                                Cooperation
                                  Collaboration




           Coordination                                       Assertivenes




                                     Mutuality
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternative, pendapat, dan perubahan kepercayaan.
Asertifitas, penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan
keyakinan. Tindakan asertife menjamin bahwa pendapatnya benar-benar di dengar dan
consensus untuk dicapai.
    Tanggungjawab mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil consensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya.
Komunikasi, bahwa setiap anggota bertanggungjawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien dan issue yang relevan untuk membuat keputusan klinis.
Autonomi, mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
Koordinasi, efesiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi
duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
    Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya
kerjasama tidak aka nada, asertif menjadi ancaman, cenderung menghindar dari
tanggungjawab, terganggunya komunikasi, autonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan
terjadi.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerjasama tim multi disipliner dapat digunakan untuk
mencapai tujuan kolaborasi tim:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian
   unik professional.

2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.

3. Meningkatnya profesionalisme kepuasan kerja dan loyalitas

4. Meningkatnya kohesifitas antar professional

5. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai serta memahami orang lain

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung dari beberapa criteria yaitu :
a. Adanya rasa saling percaya dan menghormati

b. Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing

c. Memiliki citra diri yang positif

d. Memiliki kematangan professional yang setara

e. Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
f.   Keinginan untuk bernegoisasi

     Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan buat target yang
telah ditentukan dapat dicapai. Selain itu, mengguanakan catatan klien terintegrasi dapat
merupakan suatu alat untuk berkomunikasi antar profesi secara formal tentang asuhan
klien.
Kolaborasi dapat berjalan baik jika :
1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama

2. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya

3. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik

4. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim



Model praktek kolaborasi
1. Interaksi Perawat – Dokter, dalam persetujuan praktek

2. Kolaborasi perawat – dokter, dalam memberikan pelayanan

3. Tim interdisiplin atau komite
Kesimpulan


    Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang
bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
status kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan
dimana petugas kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuannya untuk memlihara dan meningkatkan status
kesehatannnya.
    John P Elder (et. Al. 1994) untuk berperilaku sehat dibutuhkan tiga hal yaitu:
pengetahuan yang tepat, motivasi, dan ketrampilan untuk berperilaku sehat. Jika seseorang
tidak berketarampilan untuk memunculkan perilaku sehat maka disebut sebagai skill
deficits. Namun jika seseorang memiliki pengetahuan tetapi tidak memiliki motivasi maka
disebutsebagai performance deficits. Untuk menimbulkan motivasi maka teknik yang
popular dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku dari aliran
kaum behavioristik. Pemberian penguat (reinforcement) untuk meningkatkan perilaku, atau
pemberian sanksi untuk menurunkan frekuensi perilaku.
    Masalah lain yang menyebabkan seseorang sulit termotivasi untuk berperilaku sehat
adalah karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat tidak menimbulkan
dampak langsung secara cepat, bahkan mungkin tidak berdampak apa-apa terhadap
penyakitnya, namun hanya mencegah agar tidak menjadi lebih buruk lagi. Lebih jauh lagi,
faktor lingkungandapat memper untuk berperilaku hidup sehat sulit motivasi seseorang jika
lingkungan keluarga tidak mendukung perilaku tersebut.
Wawancara untuk meningkatkan motivasi (motivational interview)
Tujuan utama dari interview motivasional ini adalah untuk mendorong individu
mengekplorasi dan menemukan alas an yang sebelumnya belum pernah dipikirkan untuk
mengubah perilakunya. Dua pertanyaan kunci dalam interview ini adalah
a. Apa yang menurut anda baik dari perilaku yang anda lakukan sekarang?
b. Apa yang tidak baik dari perilaku ini?
Jika jawaban klien ternyata ia merasa banyak hal negative daripada positif dari perilaku ini,
maka konselormasuk kearah informasi dan teknik untuk mengubah perilaku. Namun, jika
dari wawancara ini ternyata klien merasa lebih banyak positif daripada negatifnya, maka
dapat disimpulkan bahwa klienbelum termotivasi untuk mengubah perilakunya. Atau dalam
transtfeoritical model disebut masih dalam fase prokontemplasi.
   Masalah       kesehatan      adalah      tanggung       jawab    bersama     setiap
individu,masyarakat,pemerintah dan swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam bertanggung
jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan dan program
,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam
menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait.
(Notoadjmojo,2003)
   Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu.
   Sedangkan      menurut    Depkes      (2006)   dalam   promosi   kesehatan   Online
mengemukana bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat).
            Seorang praktisi kesehatan akan melakukan kolaborasi dalam melakukan
promosi kesehatan. Dengan melakukan kolaborasi akan diperoleh kemudahan seperti
sumber yang lebih akurat dan dapat lebih menarik klien. Misalnya dengan melakukan
promosi kesehatan tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan
kolesterol dengan mengundang Ahli gizi atau Dokter.
Selain itu, pelaksana promkes dimudahkan dalam sarana dan prasarana serta akses
untuk melakukan kolaborasi. Contohnya, pemerintah membuat iklan layanan
masyarakat mengenai bahaya kanker leher rahim yang ditayangkan dimedia
elektronik dan cetak. Sehingga promosi kesehatan yang dilakukan akan lebih berhasil
dan efektif.
TUGAS KELOMPOK HG III
                      Mata Kuliah
               PROMOSI KESEHATAN
( Konsep Perubahan, Kolaborasi, Kemitraan dan Motivasi )




                DI SUSUN OLEH :
            ASEP HIDAYAT

            DEWI NURLELA

            ENDANG MURWANINGSIH

            HARFAH MASADY

            IDHAM MUCHLIS

            MARIYATUL KIPTIYAH




           PROGRAM EKSTENSI 2011
      FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
           UNIVERSITAS INDONESIA

More Related Content

What's hot

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8Muhammad Muqouwis. AT
 
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku IndividuKanaidi ken
 
Kb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Kb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatanKb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Kb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatanpjj_kemenkes
 
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadiMateri pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadiUpi_raharjo
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKANDA IZUL
 
Sistem Informasi Kesehatan - Sebuah Pengantar
Sistem Informasi Kesehatan - Sebuah PengantarSistem Informasi Kesehatan - Sebuah Pengantar
Sistem Informasi Kesehatan - Sebuah PengantarGeri Sugiran Abdul Sukur
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisDasuki Suke
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanMuhammad Awaludin
 
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdfPERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdfayatunFililmi
 
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiasistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiarisdiana21
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanSariana Csg
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN pjj_kemenkes
 
MEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatanMEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatanRifka Marwani
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanom_wiez
 
Sistem informasi keperawatan
Sistem informasi keperawatanSistem informasi keperawatan
Sistem informasi keperawatanFand1 Ant4
 
Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasienSistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasienSulistia Rini
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATPutri Indayani
 

What's hot (20)

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.8
 
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
 
Kb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Kb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatanKb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Kb 4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
 
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadiMateri pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
 
Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi dalam Promosi KesehatanEvaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKIT
 
Promosi kesehatan nasional
Promosi kesehatan nasional Promosi kesehatan nasional
Promosi kesehatan nasional
 
Sistem Informasi Kesehatan - Sebuah Pengantar
Sistem Informasi Kesehatan - Sebuah PengantarSistem Informasi Kesehatan - Sebuah Pengantar
Sistem Informasi Kesehatan - Sebuah Pengantar
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
 
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdfPERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
PERTEMUAN 1-KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN.pdf
 
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiasistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
 
DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN
 
MEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatanMEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatan
 
Kul5. Media Promosi Keseahatan
Kul5. Media Promosi KeseahatanKul5. Media Promosi Keseahatan
Kul5. Media Promosi Keseahatan
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatan
 
Sistem informasi keperawatan
Sistem informasi keperawatanSistem informasi keperawatan
Sistem informasi keperawatan
 
Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasienSistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
 

Similar to Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1

Holistik in nursing
Holistik in nursingHolistik in nursing
Holistik in nursingNursestikes
 
Ilmu keperawatan dasar 1
Ilmu keperawatan dasar 1Ilmu keperawatan dasar 1
Ilmu keperawatan dasar 1Darwis Maulana
 
Konsep berubah dalam keperawatan 2
Konsep berubah dalam keperawatan 2Konsep berubah dalam keperawatan 2
Konsep berubah dalam keperawatan 2Yabniel Lit Jingga
 
TEORI PERUBAHAN PERILAKU
TEORI PERUBAHAN PERILAKU TEORI PERUBAHAN PERILAKU
TEORI PERUBAHAN PERILAKU INDAHMAWARNI1
 
Konsep berubah dalam keperawatan
Konsep berubah dalam keperawatanKonsep berubah dalam keperawatan
Konsep berubah dalam keperawatanYabniel Lit Jingga
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanRiski Eka
 
Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12
Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12
Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12ulungfurtuna
 
Rika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdf
Rika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdfRika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdf
Rika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdfDedeRusmana5
 
Mk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatan
Mk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatanMk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatan
Mk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatanocto zulkarnain
 
Pendekatan Model Promosi Kesehatan
Pendekatan Model Promosi KesehatanPendekatan Model Promosi Kesehatan
Pendekatan Model Promosi KesehatanJillyToar1
 

Similar to Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1 (20)

Perubahan perilaku
Perubahan perilakuPerubahan perilaku
Perubahan perilaku
 
Holistik in nursing
Holistik in nursingHolistik in nursing
Holistik in nursing
 
Holistik in nursing
Holistik in nursingHolistik in nursing
Holistik in nursing
 
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNAKonsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
 
Ilmu keperawatan dasar 1
Ilmu keperawatan dasar 1Ilmu keperawatan dasar 1
Ilmu keperawatan dasar 1
 
Konsep berubah dalam keperawatan 2
Konsep berubah dalam keperawatan 2Konsep berubah dalam keperawatan 2
Konsep berubah dalam keperawatan 2
 
TEORI PERUBAHAN PERILAKU
TEORI PERUBAHAN PERILAKU TEORI PERUBAHAN PERILAKU
TEORI PERUBAHAN PERILAKU
 
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
Konsep dasar perubahan AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep berubah dalam keperawatan
Konsep berubah dalam keperawatanKonsep berubah dalam keperawatan
Konsep berubah dalam keperawatan
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi Kesehatan
 
Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12
Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12
Perubahan dan pengembangan organisasi 11&12
 
Wa ode rahmadania
Wa ode rahmadaniaWa ode rahmadania
Wa ode rahmadania
 
Konsep Perubahan
Konsep PerubahanKonsep Perubahan
Konsep Perubahan
 
Rika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdf
Rika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdfRika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdf
Rika_Endah_N_SKp_2003_Digitized_by_USU_d.pdf
 
Rencana penyuluhan kesehatan
Rencana penyuluhan kesehatanRencana penyuluhan kesehatan
Rencana penyuluhan kesehatan
 
Mk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatan
Mk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatanMk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatan
Mk3. prinsip prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatan
 
Pendekatan Model Promosi Kesehatan
Pendekatan Model Promosi KesehatanPendekatan Model Promosi Kesehatan
Pendekatan Model Promosi Kesehatan
 
promkes.docx
promkes.docxpromkes.docx
promkes.docx
 
Teori berubah
Teori berubahTeori berubah
Teori berubah
 

Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1

  • 1. KONSEP DASAR DALAM PROMOSI KESEHATAN Pendahuluan Promosi Kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian ilmu dan informasi kesehatan kepada individu kelompok, keluarga dan komunitas dengan tujuan dari tidak mampu menjadi mampu merubah kebiasaan yang sesuai dengan prinsip kesehatan dalam berbagai aspek kehidupannya secara mandiri dan menerapkan sepanjang hidupnya. Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam meningkatkan dan mengendalikan kesehatan, maka seseorang/ kelompok harus mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah lingkungannya ( piagam Ottawa,1986) Misi dalam promosi kesehatan : 1. Advokat (advocate) Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan 2. Menjembatani (mediate) Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan 3. Memampukan (enable) Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri Sasaran dalam promosi kesehatan :  Langsung : Individu , keluarga, Masyarakat  Tidak langsung : Pembuat kebijakan; pemerintah pusat dan daerah I. Tujuan a. Tujuan Umum : Memahami konsep dasar dalam promkes b. Tujuan Khusus: Mengaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari terkait dengan perubahan perilaku, motivasi,menjalin kemitraan dan kolaborasi
  • 2. I. Konsep Dasar Promosi Kesehatan 1. KONSEP PERUBAHAN Perubahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. (Atkinson,1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap atau status menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. 2. Teori-teori perubahan Menurut Rogers, untuk melakukan perubahan perlu beberapa langkah yang harus dilakukan supaya perubahan dapat tercapai , antara lain : a. (Atkinson, 1987 dan brooten,1978 dalam murhidiyah 2003 : 1. unfreezing: suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah 2. Changing: langkah tindakan, baik memperkuat driving force maupun memperlemah resistances 3. Refreezing: membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium) b. Teori Rogers (1992) : Menurut Rogers, untuk melakukan perubahan perlu beberapa langkah yang harus dilakukan supaya perubahan dapat tercapai , antara lain : 1. Tahap Awareness Tahap ini merupakan tahapan dasar atau tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran
  • 3. untuk berubah, apabila tidak ada kesadaran untuk berubah maka tidak mungkin terjadi suatu perubahan. 2. Tahap Interest Dalam tahap ini dijelaskan bahwa dalam melakukan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari yang dikenalkan. Minat tersebut yang akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan di temukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan. 4. Tahap Trial Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan. 5. Tahap Adoption Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan. c. Teori Spradley Menurut Spradley bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut langkah dasar menurut Spradley : a). mengenali gejala b). mendiagnosis masalah c). menganalisa jalan keluar
  • 4. d). memilih perubahan e). merencanakan perubahan f). melaksanakan perubahan g). mengevaluasi perubahan h). menstabilkan perubahan 3. Tahap-tahap manajemen perubahan Tahap-tahap manajemen perubahan dibagi dalam 4 tahap yaitu : 1. Identifikasi Perubahan Pada tahap ini diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan. 2. Perencanaan Perubahan. Pada tahap ini perubahan harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik. 3. Implementasi Perubahan Pada proses ini terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah maka perlu dilakukan monitoring perubahan. 4. Evaluasi dan Umpan Balik. Untuk melakukan evaluasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya. Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk merubahnya dan membutuhkan waktu lebih yang lama
  • 5. 4. Model dalam perubahan Dalam perubahan kita mengenal beberapa model diantaranya model penelitian pengembangan, model interaksi social dan model penyelesaian masalah. Ketiga model tersebut dapat digunakan sebagai dasar model mengenal perubahan. a) Research and Development Model ( model penelitian dan pengembangan) Model perubahan ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan dalam pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam menggunakan model ini dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi atas perubahan yang akan dilakukan dalam perubahan, menyiapkan perubahan dan melakukan desiminasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam perubahan. b) Social Interaction Model ( model interaksi social) Model perubahan dengan interaksi social ini dilakukan berdasarkan atas saling kerja sama dalam sistem social dengan memfokuskan pada persepsi dan respons dari perubahan yang akan dilakukan. Model ini menggunakan langkah sebagaimana dalam teori perubahan Roger diantaranya, menyadari akan perubahan, adanya minat dalam perubahan, melakukan uji coba sesuatu hal yang akan dilakukan perubahan serta menerima perubahan. c) Problem Solving Model ( model penyelesaian masalah) akan dilakukan Model ini menekankan pada penyelesaian masalah dengan menggunakan langkah mengidentifikasi kebutuhan yang menjadi masalah, mendiagnosis masalah, menemukan cara penyelesaian masalah yang akan digunakan, melakukan uji coba dan melakukan evaluasi dari hasill uji coba untuk digunakan dalam perubahan. Dalam promosi kesehatan selain pendidikan kesehatan. Juga diperlukan intervensi pada factor lingkungan ( politik, ekonomi, dan organisasi) yang didesain untuk memfasilitasi perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Hal tersebut berdampak terhadap operasionalisasi perencanaan pendidikan kesehatan dan perencanaan promosi kesehatan. Model perencanaan promosi kesehatan yang sering digunakan : 1. Model PERT Model ini dikembangkan sejak tahun 1960 ( Ross dan Mico) dan dalam beberapa versi modifikasi, model ini masih digunakan dalam aplikasi kegiatan atau program.
  • 6. Model PERT terdiri dari enam fase yaitu initiation, need assessment, goal settings, planning/programming, 2. Model PROCEDE-PROCEED Model yang dikembangkan oleh Green dan krekter ( 1991) pada tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dekenal dengan model PROCEDE ( predisposing, renforcing, and enablingcauses in educational diagnosis and evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEED. PROCEED merupakan singkatan dari policy, regulatory and organizational contructs in educational and environtmental development. Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Precede digunakan dalam fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan, pelasanaan, dan evaluasi. Menurut Schmit dkk. (1990), model ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan, serta model ini dianggap lebih berorientasi praktis. PRECEDE Fase 5 fase 4 fase 3 fase 2 fase 1 Diagnosis dan diagnose pend. Diagnose diagnosis diagnosis Kebijakan & organisasi perilaku & epidemiologi sosial Administrasi lingkungan Factor Promosi predisposisi kesehatan Pendidikan Perilaku dan kesehatan kebiasaan Factor Kualitas penguat kesehatan hidup Kebijakan lingkungan regulasi Factor organisasi kemungkinan
  • 7. Sedangkan PRODCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi. 5. LANGKAH-LANGKAH DALAM KONSEP PERUBAHAN Dalam melakukan perubahan banyak langkah-langkah atau tahapan untuk melakukan perubahan. Beberapa teori tentang langkah-langkah perubahan adalah sebagai berikut : a. Teori Rogers (1992) Menurut Rogers, untuk melakukan perubahan perlu beberapa langkah yang harus dilakukan supaya perubahan dapat tercapai , antara lain : 1. Tahap Awareness Tahap ini merupakan tahapan dasar atau tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran untuk berubah, apabila tidak ada kesadaran untuk berubah maka tidak mungkin terjadi suatu perubahan. 2. Tahap Interest Dalam tahap ini dijelaskan bahwa dalam melakukan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari yang dikenalkan. Minat tersebut yang akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan di temukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan. 4. Tahap Trial Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya
  • 8. sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan. 5. Tahap Adoption Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan. b. Teori Spradley Menurut Spradley bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut langkah dasar menurut Spradley : a). mengenali gejala b). mendiagnosis masalah c). menganalisa jalan keluar d). memilih perubahan e). merencanakan perubahan f). melaksanakan perubahan g). mengevaluasi perubahan h). menstabilkan perubahan 6. Tahap-tahap manajemen perubahan Tahap-tahap manajemen perubahan dibagi dalam 4 tahap yaitu : 1. Identifikasi Perubahan Pada tahap ini diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan. 2. Perencanaan Perubahan. Pada tahap ini perubahan harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik.
  • 9. 3. Implementasi Perubahan Pada proses ini terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah maka perlu dilakukan monitoring perubahan. 4. Evaluasi dan Umpan Balik. Untuk melakukan evaluasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya. Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk merubahnya dan membutuhkan waktu lebih yang lama. 6. Type perubahan Perubahan merupakan sesuatu yang mungkin sulit diterima bagi seseorang, kelompok atau masyarakat yang belum memahami makna dari perubahan. Apabila dipandang dari tipe perubahan, menurut Bennis tahun 1965, perubahan itu sendiri memiliki tujuh tipe diantaranya tipe indoktrinasi, tipe paksaan, tipe teknokratik, tipe interaksional, tipe sosialisasi, tipe emulative dan tipe alamiah. 1. Tipe endoktrinasi, suatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau masyarakat yang menginginkan pencapaian tujuan yang diharapakan dengan member doktrin atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat berubah. 2. Tipe paksaan atau kekerasan, merupakan tipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau kekerasan pada anggota atau seseorang dengan harapan tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana 3. Tipe teknokratik, merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan yang diharapakan terdapat satu pihak merumuskan tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuannya. 4. Tipe interaksional, merupakan perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang diharapakan dari perubahan
  • 10. 5. Tipe sosialisasi, merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan kerja sama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai 6. Tipe emultif, merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan unilateral dengan tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguh- sungguh, perubahan ini dapat dilakukan pada sistem di organisasi yang bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya 7. Tipe alamiah, perubahan yang terjadi akibatsesuatu yang tidask disengaja tetapi dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh, seperti kecelakaan, maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk lebih berhati-hati dalam berkendara dan lain sebagainya 7. Hambatan dalam perubahan Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam.hambatan dlam perubahan adalah sebagai berikut : a. Ancaman kepentingan pribadi Hal ini merupakan hambatan dalam perubahan karena adanya kekhawatiran adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri. Contohnya, dalam pelaksanaan standarisasi perawat professional yang di akui sebagai profesi perawat adalah minimal pendidikan DIII keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang tidak ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal tersebut dapat menjadi hambatan dalam perubahan. b. Persepsi yang kurang tepat Persepsi yang kurang tepat atau informasi informasi yang belum jelas ini dapat menjadi kendala dalam proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerima sehingga timbul kekhawatiran dari perubahn tersebut. c. Reaksi psikologis Ini merupakan factor yang menjadi hambatan dalam perubahan karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespon perbedaan sistem adaptasi sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan. Contohnya, apabila akan dilakukan perubahan dalm sistem praktek keperawatan mandiri, jika perawat belum menerima secara psikologis akan timbul kesulitan karena ada perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.
  • 11. d. Toleransi terhadap perubahan rendah Toleransi terhadap perubahan tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi terhadap perubahan rendah maka perubahan akan sulit dilaksanakan. e. Kebiasaan Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya dibandingkan dengan sesuatu yang baru dikenal, karena keyakinan yang dimiliki sangat kuat. Factor kebiasan ini yang menjadi hambatan dalam perubahan. f. Ketergantungan Seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu, suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan akan sulit dilakukan. g. Perasaaan tidak aman Perasaan tidak aman juga merupakan penghambat dalam perubahan karena adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah ketida amanan pada diri kelompok atau masyarakat. h. Norma Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan tidak mudah untuk merubahnya. Apabila akan mengadakan proses perubahan namun bertentangan dengan norma maka perubahan tersebut akan mengalami hambatan. Kendala dan hambatan dalam melakukan perubahan menurut wilson :  Sistem dan proses perubahan  Sumber daya manusia  Sistem dan lingkungan organisasi 8. Perencanaan dalam perubahan Proses perencanaannya: a. Kita harus mengenal atau mengkaji adanya kebutuhan perubahan b. Mendiagnosa kebutuhan c. Menganalisa alternative pemecahan d. Menyeleksi perubahan
  • 12. e. Merencanakan perubahan  Mengimplementasikan perubahan  Mengevaluasi perubahan f. Menstabilkan perubahan yang sudah di buat
  • 13. II. Motivasi a. Defenisi motivasi Motivasi dari bahasa latin movere artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi adalah kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa tindakan (Haggard, 1989). Suatu kesediaan peserta didik menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai bukti diri motivasi (Redman, 1993). Motivasi merupakan hasil factor external dan internal dan bukan hasil manipulasi external saja ( Kort, 1987). Pendidikan kesehatan dilandasi oleh motivasi dengan mengubah 3 faktor penentu prilaku yaitu sikap, pengaruh social, dan kemampuan lewat komunikasi ( Kok, dkk, 1990). Perawat kerap berfokus pada tingkat motivasi sebagai indicator keterlibatan potensial dalam program pendidikan kesehatan. Ada hubungan signifikan antara motivasi dengan tindakan kepatuhan pada program kesehatan (Becker, dkk, 1974). Motivasi merupakan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. Pendekatan oreventif memerlukan bujikan atau motivasi dari seseorang atas dasar bahwa pencegahan lebih baik dari pengobatan atau tindakan terkait dengan berkembangnya penyakit yang tidak diinginkan atau berakibat fatal. Peran perawat memfasilitasi pendekatan peserta dididk kearah tujuan yang diinginkan dan mencegah penundaan yang terlallu cepat. Waktu tidak menjadi bagian yang penting dalam motivasi. Teori motivasi maslow diintegrasi secara utuh pada individu dan hirarki tujuan, dia mengatakan tidak semua perilaku dimotivasi dan teori perilaku tidak sama dengan teori motivasi. Dengan prinsip hirarki kebutuhan dasar fisiologis, keamanan, cinta/kepemilikan, harga diri dan aktualisasi diri, ada keterlibatan antar kebutuhan yang berdasar tingkat kebutuhan. Ada individu sangat termotivasi sangat termotivasi yang lainnya memiliki motivasi yang lemah. Jika kebutuhan satu dipuaskan kebutuhan lainnya muncul. Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain yang disebut motivasi (Walgito, 2002). Motivasi adalah sekelompok pendorong yang berasal baik dari dalam individu maupun dari luar diri individu yang dapat menimbulkan perilaku bekerja dan juga dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas, dan lamanya perilaku bekerja (Pider, 2001). Menurut Robbins (2001),
  • 14. motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan terjadi apabila tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan apa yang diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan. Tujuan adalah sasaran atau hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu. b. Teori motivasi a. Teori Kebutuhan Abraham Maslow Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang alami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri apabila kebutuhan pegawai tersebut menunjukkan perilaku tidak puas. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Kita tidak mungkin memahami perilaku pegawai tanpa mengerti kebutuhannya. Hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, dan seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut juga kebutuhan yang paling dasar 2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. 3) Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. 4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan akan dihormati, dan dihargai oleh orang lain.
  • 15. 5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu (Mangkunegara, 2002). Hirarki kebutuhan Maslow dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Hirarki Kebutuhan dari Maslow Aktualisasi diri Penghargaan Sosial Keamanan Fisiologis Sumber : (Robbins, 2003) Gambar tersebut menunjukkan individu bergerak naik mengikuti anak- anak tangga hirarki. Dari titik pandang motivasi, teori itu mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang dipuaskan secara cukup banyak (substansial) tidak lagi memotivasi. Jadi jika anda ingin memotivasi seseorang, menurut Maslow, anda perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah orang itu dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan diatas tingkat itu (Robbins, 2003).
  • 16. b. Teori Kebutuhan McClelland David McClelland dalam Thoha (2002) mengemukakan ada tiga macam kebutuhan manusia, yaitu sebagai berikut: 1) Need for Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. 2) Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, dan tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3) Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Teori kebutuhan McClelland dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.2 Memasangkan Peraih Prestasi dan Pekerjaan Tanggungjawab pribadi Peraih prestasi lebih Umpan balik menyukai pekerjaan yang menawarkan Resiko sedang Sumber : (Robbins, 2003) Seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2, individu dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi lebih menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan suatu risiko dengan derajat menengah. Bila karakteristik ini berlaku, peraih prestasi tinggi akan sangat termotivasi (Robbins, 2003). c. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan tentang ekxistensi (Existence, kebutuhan
  • 17. mendasar dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan hubungan antar pribadi), dan kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan kreativitas pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan bahwa kalau kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang rendah akan kembali walaupun sudah terpuaskan (Nursalam, 2002). d. Teori Motivasi Dua Faktor Dikembangkan oleh Herzberg dalam Nursalam (2002) yang meyakini bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri dan didalamnya terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dari penelitiannya Herzberg menyimpulkan bahwa ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari dua set yang berbeda. Menurut teori ini yang dimaksud dua faktor adalah faktor motivasional dan faktor hygiene. Faktor motivasional adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau faktor pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang bersumber dari luar diri seseorang, misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan karyawannya. Menurut Herzberg yang tergolong sebagai faktor intrinsik atau faktor motivasional adalah: pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kecepatan bertumbuh, kemajuan dalam karir, pengakuan orang lain. Sedangkan faktor ekstrinsik atau faktor higiene adalah: status pekerjaan, hubungan-hubungan antar pribadi, keamanan kerja atau keselamatan kerja, kondisi kerja, sistem pengawasan, sistem imbalan jasa (Swanburg, 2000). e. Teori Keadilan Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan
  • 18. yang diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka mengalami kepuasan yang mereka terima dari upaya dalam promosi dan dengan usaha yang mereka gunakan (Nursalam, 2002). Teori ini menjelaskan bahwa motivasi merupakan fungsi dari keadilan yang didasarkan hasil (out put) dan wages (pendapatan). Keadilan yang sederhana adalah menerima pendapatan sesuai dengan usahanya. Jika bekerja keras, pendapatannya tinggi. Sebaliknya jika bekerja malas,pendapatannya rendah (Arep, 2004). f. Teori Harapan Setiap individu memiliki harapan usaha kinerja. Harapan tersebut menunjukkan persepsi individu mengenai sulitnya mencapai perilaku tertentu dan mengenai kemungkinan tercapainya perilaku tersebut. Menurut Gibson dalam Siswanto (2007), prinsip utama dari teori harapan meliputi hal-hal berikut: 1) P= F (M X A). Kinerja (P) adalah fungsi (F) perkalian antara motivasi (M), yakni kekuatan dan Ability (A) atau kemampuan. 2) M= F (V1 X E). Motivasi (M) adalah fungsi (F) perkalian antara Valensi tingkat satu (V1) dan Expectancy (E) atau harapan bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh suatu hasil tingkat pertama. Apabila harapan tersebut rendah maka motivasinya kecil. Demikian pula apabila valensi dari suatu perolehan tersebut nol, nilai mutlak atau variasi dari besarnya harapan untuk menyelesaikannya tidak akan memiliki pengaruh sama sekali. 3) V1= (V1 X I). Valensi yang berhubungan dengan berbagai macam hasil tingkat satu (V1) merupakan fungsi (F) perkalian antara jumlah valensi yang melihat pada semua hasil tingkat kedua (V2) dan Instrumentalitas (I) atau pertautan antara pencapaian perolehan tingkat pertama dengan
  • 19. pencapaian perolehan tingkat pertama dengan pencapaian perolehan tingkat kedua. Deskripsi dari prinsip di atas meliputi hal-hal berikut: a. Kemampuan (ability) menunjukkan potnsi individu untuk melaksanakn tugas atau pekerjaan. Kemampuan tersebut berhubungan dengan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki individu untuk melaksanakan pekerjaan. b. Kekuatan (force) dimaksudkan sebagai motivasi. Maksud utama teori harapan adalah menilai besar dan arah semua kekuatan yang mempengaruhi individu. c. Valensi (valance) berhubungan dengan preferensi hasil sebagaimana yang dilihat individu. Suatu hasil memiliki valensi positif apabila dipilih, dan memiliki valensi negatif apabila tidak dipilih, serta memiliki valensi nol apabila individu acuh tak acuh memperolehnya. d. Pertautan (instrumentality) adalah persepsi individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan tingkat kedua. e. Harapan (expectancy) berhubungan dengan pendapat mengenai kemungkinan subjektif bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil tertentu. f. Hasil tingkat pertama dan tingkat kedua. Hasil tingkat pertama yang timbul dari perilaku adalah hasil yang berhubungan dengan pelaksanaan perkerjaan. Termasuk hasil tingkat pertama adalah produktivitas, kamangkiran, kualitas atas produktivitas, dan pergantian. Hasiltingkat kedua adalah ganjaran yang mungkin ditimbulkan oleh hasil tingkat pertama. Termasuk hasil tingkat kedua adalah kenaikan gaji, promosi, penerimaan atau penolakan oleh kelompok, dan sebagainya.
  • 20. Teori ini juga menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku (Nursalam, 2002). g. Teori Penguatan Ahli psikologi B.F Skinner dan teman-temannya dalam Nursalam (2002) menunjukkan bagaimana konsekwensi tingkah laku di masa lampau yang mempengaruhi tindakan pada masa depan dalam proses belajar klinis. Proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut: rangsangan adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu terhadapnya, yang disebut respon. Respon adalah tindakan atau perilaku yang muncul akibat rangsangan. Tindakan perilaku yang dilakukan seseorang pasti akan menimbulkan konsekwensi yang nantinya membuat seseorang untuk merencanakan masa depan. Teori Penguatan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3 Teori Penguatan Rangsangan Respon Konsekwensi Respon masa depan Sumber : (Nursalam, 2002). Menurut teori penguatan, seseorang termotivasi kalau dia memberikan respon pada rangsangan dalam pola tingkah laku konsisten sepanjang waktu. c. Tujuan Motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
  • 21. untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan motivasi itu dilakukan. Setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi. d. Prinsip Motivasi Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai: i. Prinsip Partisipasi Dalam upaya memotivasi klien, perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh petugas. ii. Prinsip Komunikasi Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, klien akan lebih mudah dimotivasi. iii. Prinsip Mengakui Andil Klien Petugas kesehatan mengakui bahwa klien mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, klien akan lebih mudah dimotivasi . iv. Prinsip Pendelegasian Wewenang Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai atau bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan tehadap pekerjaan yang dilakukannya akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimipin.
  • 22. v. Prinsip Memberi Perhatian Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai klien apa yang diharapkan oleh pemimpin (Mangkunegara, 2002). e. Unsur penggerak Motivasi Motivasi akan ditentukan oleh motivatornya. Motivator yang dimaksud adalah penggerak motivasi sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu yang bersangkutan. Suharno Sahir (2006) mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi sebagai berikut: a. Prestasi atau Achievement Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan atau needs dapat mendorongya mencapai sasaran. g. Penghargaan atau Recognation Penghargaan atau Recognation atas suatu prestasi yang telah dicapai oleh seseorang merupakan motivator yang kuat. Pengakuan atas suatu prestasi akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah. Penghargaan dalam bentuk piagam penghargaan atau medali dapat menjadikan motivator yang lebh kuat dibandingkan dengan hadiah berupa barang atau uang. h. Tantangan atau Challenge Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan motivator kuat bagi manusia untuk mengatasinya. i. Tanggung jawab atau Responsibility
  • 23. Adanya rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk ikut merasa tanggung jawab. j. Pengembangan atau Development Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju dapat merupakan motivator kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja. k. Rasa ikut terlibat atau Involvement Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan dapat dimasukkan dalam manajemen perusahaan, hal ini merupakan motivator yang cukup kuat untuk tenaga kerja.
  • 24. III. Kemitraan a. Defenisi Definisi Kemitraan (partnership) pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). b. Unsur-unsur kemitraan adalah : Unsur-unsur kemitraan adalah : Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. c. Dasar Kemitraan adalah : Dasar Kemitraan adalah : Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, Saling mempercayai dan saling menghormati Tujuan yang jelas dan terukur Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain d. Prinsip-prinsip Kemitraan adalah: Prinsip-prinsip Kemitraan adalah: Persamaan atau equality, Keterbukaan atau transparancy dan Saling menguntungkan atau mutual benefit. e. Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu: : Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu:  tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri,  tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah,  tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup : Unsur pemerintah, Unsur swasta atau dunia usaha, Unsur LSM dan organisasi masa Unsur organisasi profesi. f. Lima prinsip kemitraan yaitu(WHO) : Lima prinsip kemitraan yaitu
  • 25. (WHO) Policy-makers (pengambil kebijakan)  Health managers  Healthprofessionals  Academic institutions  Communities institutions g. Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. : Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. h. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan : Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan “Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi semua pihak”. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dll. i. Tujuan Kemitraan : Tujuan Kemitraan Tujuan umum : Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. Tujuan khusus : Meningkatkan saling pengertian; Meningkatkan saling percaya; Meningkatkan saling memerlukan; Meningkatkan rasa kedekatan; Membuka peluang untuk saling membantu; Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan; Meningkatkan rasa saling menghargai; j. Hasil yang diharapkan : Hasil yang diharapkan : Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan. k. Pelaku Kemitraan : Pelaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta. l. Ada 3 prinsip dalam membangun kemitraan, yaitu : Ada 3 prinsip dalam membangun kemitraan, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
  • 26. m. Ada 7 saling yang perlu diperhatikan, yaitu : Ada 7 saling yang perlu diperhatikan, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling menghargai kenyataan masing-masing (reward). n. Ada 6 langkah Kemitraan harmonis : Ada 6 langkah Kemitraan harmonis ; o penjajagan/persiapan, o penyamaan persepsi, o pengaturan peran, o komunikasi intensif, o melakukan kegiatan, dan o melakukan pemantauan & penilaian. o. Keanggotaan dalam Kemitraan : Keanggotaan dalam Kemitraan Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan). Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada. p. Indikator Keberhasilan : Indikator Keberhasilan Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan. q. Tujuan Tujuan umum : Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya.
  • 27. Tujuan khusus : 1. Meningkatkan saling pengertian; 2. Meningkatkan saling percaya; 3. Meningkatkan saling memerlukan; 4. Meningkatkan rasa kedekatan; 5. Membuka peluang untuk saling membantu; 6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan; 7. Meningkatkan rasa saling menghargai; Hasil yang diharapkan : Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.
  • 28. IV. Kolaborasi a. KONSEP KOLABORASI DALAM PROMOSI KESEHATAN  Menurut heritage kolaborasi adalah bekerja bersam khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran.  Menurut gray, kolaborasi sebagai proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dilakukan.  Menurut American Medical Association (AMA) 1994, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagai nila-nilai dan saling mengakui serta menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat (www.nursingword.org/readroom).  Kolaborasi adalah suatu proses praktisi keperawatan atau praktek klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek professional keperawatan, dengan pengawasan dan supervise sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu Negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan bersama sebagai kolega. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggungjawab, komunikasi, otonomi, dan koordinasi seperti skema dibawah ini. b. Manfaat dalam melakukan kolaborasi Seorang praktisi kesehatan akan melakukan kolaborasi dalam melakukan promosi kesehatan. Dengan melakukan kolaborasi akan diperoleh kemudahan seperti sumber yang lebih akurat dan dapat lebih menarik klien. Misalnya dengan melakukan promosi kesehatan tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kolesterol dengan mengundang Ahli gizi atau Dokter. Selain itu, pelaksana promkes dimudahkan dalam sarana dan prasarana serta akses untuk melakukan kolaborasi. Contohnya, pemerintah membuat iklan layanan masyarakat mengenai bahaya kanker leher rahim yang ditayangkan dimedia elektronik dan cetak. Sehingga promosi kesehatan yang dilakukan akan lebih berhasil dan efektif. c. Hambatan dalam melakukan kolaborasi Kolaborasi bukan merupakan hal yang mudah, sehingga dalam pelaksanaannya akan mengalami hambatan-hambatan. Hambatan yang kemungkinan ada pada suatu kolaborasi antara lain :
  • 29. a. Kurangnya komitmen dari perilaku kolaborasi sehingga tidak solid dalam pelaksanaannya, perbedaan pandangan. b. Kurangnya keahlian yang sesuai c. Kurangnya tukar menukar pikiran maupun pendapat dan tujuan yang telah didapat d. Keluarnya partner ditengah proses promosi kesehatan yang sedang dilakukan. Kolaborasi dilakukan dengan dasar suka sama suka, dan pada dasarnya memang kolaborasi ini membutuhkan sumbangsih dan peran dari semua pihak agar usaha promosi kesehatan dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan, semakin banyak pihak yang masuk dan berkolaborasi akan menambah nformasi dan memudahkan usaha promosi kesehatan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggungjawab, komunikasi, otonomi, dan koordinasi seperti skema dibawah ini. Comunications Autonomi Responsibility commonpurpose Effectif Cooperation Collaboration Coordination Assertivenes Mutuality
  • 30. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternative, pendapat, dan perubahan kepercayaan. Asertifitas, penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertife menjamin bahwa pendapatnya benar-benar di dengar dan consensus untuk dicapai. Tanggungjawab mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil consensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi, bahwa setiap anggota bertanggungjawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issue yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Autonomi, mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya. Koordinasi, efesiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya kerjasama tidak aka nada, asertif menjadi ancaman, cenderung menghindar dari tanggungjawab, terganggunya komunikasi, autonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam kerjasama tim multi disipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi tim: 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik professional. 2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya. 3. Meningkatnya profesionalisme kepuasan kerja dan loyalitas 4. Meningkatnya kohesifitas antar professional 5. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai serta memahami orang lain Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung dari beberapa criteria yaitu : a. Adanya rasa saling percaya dan menghormati b. Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing c. Memiliki citra diri yang positif d. Memiliki kematangan professional yang setara e. Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
  • 31. f. Keinginan untuk bernegoisasi Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan buat target yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain itu, mengguanakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk berkomunikasi antar profesi secara formal tentang asuhan klien. Kolaborasi dapat berjalan baik jika : 1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama 2. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya 3. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik 4. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim Model praktek kolaborasi 1. Interaksi Perawat – Dokter, dalam persetujuan praktek 2. Kolaborasi perawat – dokter, dalam memberikan pelayanan 3. Tim interdisiplin atau komite
  • 32. Kesimpulan Pemberdayaan masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dimana petugas kesehatan berperan untuk memfasilitasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuannya untuk memlihara dan meningkatkan status kesehatannnya. John P Elder (et. Al. 1994) untuk berperilaku sehat dibutuhkan tiga hal yaitu: pengetahuan yang tepat, motivasi, dan ketrampilan untuk berperilaku sehat. Jika seseorang tidak berketarampilan untuk memunculkan perilaku sehat maka disebut sebagai skill deficits. Namun jika seseorang memiliki pengetahuan tetapi tidak memiliki motivasi maka disebutsebagai performance deficits. Untuk menimbulkan motivasi maka teknik yang popular dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku dari aliran kaum behavioristik. Pemberian penguat (reinforcement) untuk meningkatkan perilaku, atau pemberian sanksi untuk menurunkan frekuensi perilaku. Masalah lain yang menyebabkan seseorang sulit termotivasi untuk berperilaku sehat adalah karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat tidak menimbulkan dampak langsung secara cepat, bahkan mungkin tidak berdampak apa-apa terhadap penyakitnya, namun hanya mencegah agar tidak menjadi lebih buruk lagi. Lebih jauh lagi, faktor lingkungandapat memper untuk berperilaku hidup sehat sulit motivasi seseorang jika lingkungan keluarga tidak mendukung perilaku tersebut. Wawancara untuk meningkatkan motivasi (motivational interview) Tujuan utama dari interview motivasional ini adalah untuk mendorong individu mengekplorasi dan menemukan alas an yang sebelumnya belum pernah dipikirkan untuk mengubah perilakunya. Dua pertanyaan kunci dalam interview ini adalah a. Apa yang menurut anda baik dari perilaku yang anda lakukan sekarang? b. Apa yang tidak baik dari perilaku ini? Jika jawaban klien ternyata ia merasa banyak hal negative daripada positif dari perilaku ini, maka konselormasuk kearah informasi dan teknik untuk mengubah perilaku. Namun, jika dari wawancara ini ternyata klien merasa lebih banyak positif daripada negatifnya, maka
  • 33. dapat disimpulkan bahwa klienbelum termotivasi untuk mengubah perilakunya. Atau dalam transtfeoritical model disebut masih dalam fase prokontemplasi. Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,masyarakat,pemerintah dan swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam bertanggung jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan dan program ,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003) Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu- individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Seorang praktisi kesehatan akan melakukan kolaborasi dalam melakukan promosi kesehatan. Dengan melakukan kolaborasi akan diperoleh kemudahan seperti sumber yang lebih akurat dan dapat lebih menarik klien. Misalnya dengan melakukan promosi kesehatan tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kolesterol dengan mengundang Ahli gizi atau Dokter. Selain itu, pelaksana promkes dimudahkan dalam sarana dan prasarana serta akses untuk melakukan kolaborasi. Contohnya, pemerintah membuat iklan layanan masyarakat mengenai bahaya kanker leher rahim yang ditayangkan dimedia elektronik dan cetak. Sehingga promosi kesehatan yang dilakukan akan lebih berhasil dan efektif.
  • 34. TUGAS KELOMPOK HG III Mata Kuliah PROMOSI KESEHATAN ( Konsep Perubahan, Kolaborasi, Kemitraan dan Motivasi ) DI SUSUN OLEH :  ASEP HIDAYAT  DEWI NURLELA  ENDANG MURWANINGSIH  HARFAH MASADY  IDHAM MUCHLIS  MARIYATUL KIPTIYAH PROGRAM EKSTENSI 2011 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA