SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
229
“MUSLIM PROGRESIF” OMID SAFI DAN ISU-ISU ISLAM
KONTEMPORER
Ali Murfi
Direktur SuKa Mengajar Yogyakarta
e-mail : alimurfi1@gmail.com
Rahmad Nursyahidin
LDK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
e-mail : syahjhon@gmail.com
Abstract
The research reveals about the thought of Omid Safi about Progressive Muslims from naming, agenda,
attendance reasons, to focus them on the realm of Islamic thought and relate it to trends in contempo-
rary Islam. Progressive Muslim intended as an umbrella concept for people who want an open and safe
space for running a rigorous and honest engagement with tradition, and hopefully will lead to further
action. There are three major agenda (mission) of Progressive Muslims, the first social justice; both
gender equality; The third received a plurality. The method adopted by Omid Safi in constructing the
concept of Progressive Muslims are methods Multiple Critique. Progressive Muslims in an attempt to
compare with trends in contemporary Islam is indeed a lot of help affirm the distinction in each trend.
However, when we conducted an analysis of eight classification proposed by Abdullah Saeed on trends
in contemporary Islam, seemingly progressive Muslims more fit in the category of groups ijtihadi
Progressive, which modern thinkers on religion which seeks to reinterpret religious teachings in order
to answer kebutuham modern society and Saeed himself quoting Omid Safi when defining trends of
this last one.
Keywords: Progressive Muslims, criticismGanda, Justice, Gender Equality, Plurality.
Abstrak
Penelitian ini mengungkap tentang gagasan pemikiran Omid Safi tentang Muslim Progresif mu-
lai dari penamaan, agenda, alasan kehadiran, hingga fokus mereka pada ranah pemikiran Islam serta
mengaitkannya dengan tren-tren Islam kontemporer. Muslim Progresif dimaksudkan sebagai sebuah
konsep yang memayungi bagi orang-orang yang menginginkan ruang terbuka dan aman untuk men-
jalankan suatu keterlibatan yang ketat dan jujur dengan tradisi, dan penuh harap akan mengantarkan
kepada aksi lebih lanjut. Ada tiga agenda besar (misi) dari Muslim Progresif, pertama mewujudkan
keadilan sosial; kedua mewujudkan kesetaraan gender; ketiga menerima pluralitas. Metode yang dia-
dopsi oleh Omid Safi dalam mengkonstruksi konsep tentang Muslim Progresif adalah metode Multiple
Critique. Dalam upaya membandingkan Muslim Progresif dengan tren-tren Islam kontemporer me-
mang banyak membantu menegaskan distingsi secara masing-masing tren. Meskipun demikian, apa-
bila kita melakukan analisis terhadap delapan klasifikasi yang diajukan oleh Abdullah Saeed tentang
tren-tren Islam kontemporer, nampaknya muslim progresif lebih tepat masuk dalam kategori kelompok
Ijtihadi Progresif, yaitu para pemikir modern atas agama yang berupaya menafsir ulang ajaran agama
agar bisa menjawab kebutuham masyarakat modern dan Saeed sendiri mengutip tulisan Omid Safi
ketika mendifinisikan tren terakhir ini.
Kata Kunci : Muslim Progresif, Kritik Ganda, Keadilan, Kesetaraan Gender, Pluralitas.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
230
Pendahuluan
Dewasa ini, pelabelan terhadap kel-
ompok-kelompok serta gerakan-gera-
kan dalam komunits muslim sangat be-
gitu beragam, misalnya, muslim tradis-
ionalis, muslim modernis, muslim lib-
eralis, muslim ekstrimis, muslim kritis,
dan lain-lain—sekarang muncul sebu-
tan baru, “muslim progresif”, meskipun
sesungguhnya sebutan ini telah lama di-
gunakan. Setidaknya, pada tahun 1999,
telah berdiri sebuah organisasi bernama
Progressive Muslims Network (PMN) di
Toronto, Kanada.
Adalah Omid Safi, selaku aktor uta-
ma dalam komunitas ini, dalam bebera-
pa gagasan pemikirannya yang dituang-
kan melalui karya-karyanya, Safi men-
genalkan sekaligus yang membumikan
muslim progresif, mulai dari penamaan,
agenda, alasan kehadiran, hingga fokus
mereka pada ranah pemikiran Islam.
Omid Safi merupkan seorang pemikir
muslim berkebangsaan Amerika Ser-
ikat berdarah Iran. Karenanya, tampak
pada pola berfikirnya luwes karena mo-
tivasinya untuk mempertemukan Islam
dan dengan Barat, khususnya Amerika
Serikat. Sudah menjadi hal yang mak-
lum bahwa Islam oleh Barat dimaknai
sebagai agama yang keras, kaku, tidak
menghargai hak-hak perempuan, tidak
mengedepankan HAM, dan fanatis.
Omid Safi mengkonfirmasi dan me-
nyadarkan Barat, bahwa Islam adalah
agama yang penuh toleran terhadap
pluralisme, menghargai dan mengako-
modasi hak-hak perempuan, dan men-
junjung tinggi HAM. Mendasarkan
pada hal tersebut, Islam harus ditampil-
kan dengan wajah yang demokratis,
pluralis, dan “progresif”.
Terma progresif yang di usung
sebenarnya mengandung problem,
karena kata “progress” mengandung
makna (maju menuju), sehingga me-
munculkan pertanyaan “maju menuju
kemana?”, makna itu juga berkonotasi
elitis dalam arti orang “progresif” lebih
baik, lebih cerdas, lebih maju diband-
ingan orang-orang non-progresif. Ter-
lepas dari problem itu semua, terma
progresif dimaksudkan sebagai sebuah
konsep dasar yang memayungi orang-
orang yang menginginkan ruang ter-
buka dan aman untuk menjalankan
suatu keterlibatan yang ketat dan jujur
dengan tradisi, dan penuh harap akan
mengantarkan kepada aksi lebih lanjut.
(Safi, 2003: 17-18).
Muslim Progresif sendiri menolak
istilah “Islam Progresif”, karena Islam
itu sendiri senantiasa progresif, akan
tetapi muslim belum tentu progresif.
Meski demikian, ada indikasi bahwa
Safi sendiri cenderung bersikap longgar
dalam pilihan antara “Muslim” dan “Is-
lam”. Ia berulang kali menggunakan is-
tilah “Islam Progresif” dalam beberapa
artikel yang ditulisnya. Selain itu, ada
hal pokok yang diinginkan kelompok
ini, bukan sekedar mengidealisasi pan-
dangan tentang Islam yang dapat diper-
bincangkan secara terpisah dari kehidu-
pan nyata umat manusia, dalam hal ini
muslim progresif ingin melibatkan diri
dalam kehidupan nyata muslim di du-
nia. Masih menurut mereka, Islam tidak
dapat dipahami, dialami, dan diartiku-
lasikan tanpa keterlibatan dengan ke-
hidupan nyata umat manusia. Safi juga
menyatakan bahwa pada akhirnya ada-
lah tanggung jawab manusia muslim
itu untuk menjadi progresif atau tidak
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
231
(Safi, 2005: 18). Penting untuk digaris-
bawahi bahwa muslim progresif dalam
tulisan ini akan diperlakukan sebagai
salah satu tren Islam kontemporer.
Muslim Progresif: Sebuah Definisi
Muslim Progresif ? Sebagian besar
dari kita mungkin masih bertanya-tanya
siapa, apa, bagaimana dan kenapa ada
istilah Muslim Progresif? Bukankah
seorang muslim harus selalu progres?
Tidak mudah rasanya untuk meru-
muskan sebuah pemahaman tunggal
tentang apa yang disebut “muslim pro-
gresif”, dalam subjudul ini penulis ingin
memberikan kedalaman dari definisi
tersebut. Karena pada hakikatnya mus-
lim sendiri di tuntut untuk senantiasa
progres, berpikir dan bergerak maju ke
depan. Muslim Progresif beranggapan
bahwa zaman telah berubah dan dengan
otomatis realitas juga berubah. Feno-
mena perubahan tersebut tidak terjadi
begitu saja, melainkan ada faktor-faktor
yang mendorong terjadinya perubahan,
baik itu adanya faktor ekonomi, sosial,
politik dan stuktural yang menyebab-
kan terjadinya perubahan. Kemampuan
dan kesanggupan untuk merombak
dan memperbarui aspek normatif Islam
yang di anggap kuno, menjadikan mus-
lim yang satu ini lebih progres di band-
ingkan dengan muslim lainnya. Tetapi
tidak jarang progresif dimaknai dengan
kemajuan yang berujung pada lahirnya
kebebasan yang justru menciptakan li-
beralisme yang tidak terkendali.
Seakan untuk menghindari perde-
batan dari makna progress itu sendiri,
Omid Safi kemudian merumuskan
makna progress dengan memberikan
syarat bahwa sesuatu dianggap maju
apabila ia memberikan perubahan ke
arah yang lebih baik, lebih bermanfaat,
dan lebih berdaya guna bagi kehidu-
pan umat manusia dan dunia secara
lebih luas (Safi, 2006: 77). Selanjutnya,
Omid Safi merumuskan bahwa sesuatu
disebut lebih baik bilamana telah me-
menuhi dua kata kunci, yaitu keadilan
(al-‘adl/justice) dan kebaikan atau kein-
dahan (al-ihsân). Kedua kata kunci ini
kemudian diterjemahkan pada keadilan
sosial, kesetaraan jender, dan pluralism
(Safi, 2003: 6).
Muslim progresif mempunyai fleksi-
belitas tersendiri dalam memahami Islam
dibandingkan dengan muslim liberal.
Karena muslim Progresif mempunyai
mindset yang jauh ke depan, daripada
sekedar mengekploitasi nilai keliberalan
sendiri, meskipun bisa juga muslim pro-
gresif masuk ke ranah liberal. Tetapi to-
lak ukur Muslim Progresif sebenarnya
terletak pada orientasi ke masa depan,
me-ngenai apa yang akan di capai Islam
di kemudian hari. Omid Safi dalam men-
definisikan Muslim Progresif selalu me-
narikrelevansidenganwacanakeIslaman
saat ini, setidaknya ia menjadi penengah,
antara Islam yang berorientasi liberal.
Seperti yang telah di sebutkan sebelum-
nya bahwa, progresif berarti maju ke de-
pan, bergerak dari ranah radikalism dan
norma-norma sempit Islam. Dengan kata
lain, Islam Progresif tidak berpegang te-
guh pada ide lama secara taqlid buta,
tetapi berusaha terus menggali ide-ide
baru. Hiroh pembaharuan yang di tekan-
kan pada “muslim progresif” yang pasti-
nya banyak bertolak belakang dengan
sebagian penganut radikalism dan sekte-
sekte dalam Islam.
Meskipun demikian Omid Safi
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
232
tetap terbuka untuk tidak mengatakan
bahwa pemaknaan progresif yang dike-
mukakannya adalah yang paling benar.
Seraya mengkritisi mereka yang meng-
anggap bahwa Muslim Progresif adalah
yang paling benar, paling cerdas, pa-
ling maju, Omid Safi justru mengatakan
bahwa Muslim Progresif tidak boleh
elitis, tetapi tidak boleh juga berdiam
diri hanya sebatas menjadi kritikus. Ini-
lah mengapa Omid Safi tidak memakai
istilah muslim kritis (criticalmuslim). Se-
bab menurut Safi, kritikus diidentikkan
dengan golongan yang hanya berke-
luh kesah dan mengkritisi, tetapi tetap
duduk santai ditempatnya dengan tan-
pa berbuatapa-apa (Safi, 2003: 6).
Intinya adalah bahwa muslim
progresif merupakan sebuah konsep
yang memayungi orang-orang yang
menginginkan ruang terbuka dan aman
untuk menjalankan suatu keterlibatan
yang ketat dan jujur dengan tradisi, dan
penuh harap akan mengantarkan kepa-
da aksi lebih lanjut. Dengan demikian,
istilah “progresif” dipilih bukan karena
kata tersebut dianggpa paling represen-
tatif, melainkan karena tidak ada kata
lain yang lebih baik atau at least tidak
bermasalah.
Karakteristik Pemikiran Muslim
Progresif
Muslim Progresif dilahirkan dari
asumsi-asumsi berdasarkan ayat-ayat
Al-Quran. Keseluruhan pemikiran
mereka dalam berbagai masalah yang
terkaitdengan tigaagenda besar mere-
ka—keadilan sosial, kesetaraan gender,
dan pluralisme—merupakan ramifikasi
seluas-luasnya dari tiga asumsi kunci.
Asumsi pertama, setiap manusia,
perempuan dan lelaki, muslim dan
non-muslim, kaya dan miskin, timur
dan Barat, selatan dan utara, memiliki
kemuliaan intrinsic yang sama yang
diberikan oleh Tuhan. Kemuliaan intrin-
sic yang sama itu, menurut al-Qur’an,
adalah ruh ketuhanan yang dihembus-
kan oleh Tuhan kedalam diri manusia
dalam proses penciptaan. Dua ayat al-
Qur’an lainyadengan redaksi yang sama
persis yaitu al-Hijr: 29 dan as-Shad: 71.
Asumsi kedua yang selalu digandengkan
dengan asumsi ketiga, karena keduanya
diderivasikan dari ayatyang sama da-
lam al-Qur’an, masing-masing adalah
misi utama kehadiran manusia di dunia
adalah untuk menjadi pejuang dan pe-
negak keadilan (al-‘adl/justice) untuk se-
genap umat manusia, dan manusia wa-
jib berbuat kebajikan dan berperilaku
santun kepada sesama makhluk Tuhan.
Kedua premis atau asumsi itu disarikan
dari ayatal-Qur’an yang sama, yaitu al-
Nahl: 90.
Ketiga asumsi diatas memiliki imp-
likasi jauh terhadap produk pemikiran
muslim progresif dan bagaimana mer-
eka berpegang secara kritis terhadap
tradisi Islam (criticalengagement) dan
juga menyikapi modernitas (multiplecri-
tique). Setiap produk pemikiran agama
(ijtihad) sebagaimana halnya juga kon-
struksosial dan budaya serta struktur-
struktur yang berdampak kepada dehu-
manisasi, penodaan terhadap kemuliaan
intrinsic manusia, ketidakadilan, dan
kekerasan dilawan oleh mereka. Pe-
mikiran Muslim Progresif sebagaimana
terbaca dalam buku Progressive Muslims
on Justice, Gender and Pluralism meliputi
tiga wilayah diskursus dan aksi, yaitu
keadilan sosial, kesetaraan gender, dan
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
233
pluralisme. Para penulis muslim pro-
gresif menelurkan pemikiran-pemikiran
mereka dalam tiga wilayah itu merupa-
kan elaborasi kreatif atas tiga asumsi
atau premis yang telah dijelaskan di
atas ditambah dengan argumetasi-argu-
mentasi lainnya.
Pertama, mewujudkan keadilan so-
sial, salah satu tolak ukur seseorang bisa
dikatakan muslim sejati nan progresif
adalah ketika ia sanggup memberikan
keadilan sosial bagi sesama manusia.
“ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan...” (Q.S.
al-Nahl:90). Majid (2008:503) mengata-
kan bahwa keadilan merupakan salah
satu persoalan pokok yang di sadari
umat manusia semenjak mereka mulai
berpikir. Segera setelah manusia meng-
injak pada kehidupan bernegara (yang
di mulai oleh bangsa Sumeria di lembah
Mesopotamia sekitar 5000 tahun yang
lalu), masalah keadilan dalam pemerin-
tahanbanyakmenyibukanparapemikir,
khususnya para pemimpin agama yang
saat itu merupakan satu-satunya kasta
yang “melek huruf” dalam masyarakat.
Sedang para ahli sejarah berpenda-
pat bahwa cita-cita keadialan umat ma-
nusia itu pertama kalinya secara hukum
mewujud nyata dalam Hukum atau
Kode Hammurobi (Code of Hummuroby).
Maka Babilonia merupakan negeri per-
tama yang mengenal sistem keadilan be-
dasarkan hukum yang tema pokoknya
ialah keadilan. Pemikiran-pemikiran
dan kemasyarakan raja babilonia ban-
yak dipengaruhi oleh bangsa Semit di
lembah Mesopotamia. Keadaan itu te-
rus berlanjut, sampai dengan jelas di te-
gaskan oleh Nabi yang kebanyakan dari
bangsa Semit, termasuk bangsa Yahudi
dan Arab di dalamnya, terutama sejak
Nabi Ibrahim putra Azar dari Babilonia
(Majid, 2008: 504).
Karenanya, Muslim Progresif ber-
pendapat bahwa bahwa keadilan ada-
lah dasar terciptanya kedamaian. Arti-
nya kedamaian tidak mungkin tercipta
sebelum keadilan itu terbangun dan
hendaknya tidak hanya di artikan seke-
dar “aman” atau “tidak adanya perang
dan perkelahian”, karena hal itu dapat
menjadi kedok untuk memapankan ti-
rani dan struktur sosial yang tidak adil.
Jadi memperjuangkan tegaknya keadi-
lan lebih di utamakan ketimbang hanya
mempertahankan situasi “aman” atau
“tidak adanya perkelahian” (Omid Safi
, A pat of Peace-Rooted in justice. 2008).
Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah (1976: 46)
menyampaikan betapa pentingnya
sikap adil kepada masyarakat:
“Jika urusan dunia diurus dengan kea-
dilan, maka masyarakat akan menjadi
sehat biarpun, biarpun ada moral yang
buruk dari penguasa...
Dan jika urusasn dunia diperintah den-
gan kezaliman, maka masyarakat akan
runtuh, tanpa peduli kesalahan pribadi
para penguasa, yang tentunya akan di
beri pahala di akhirat nanti....
Maka urusan dunia akan tegak baik
karena keadilan, sekalipun tidak ada
keagamaan; dan akan runtuh karena
kezaliman, sekalipun disertai dengan
Islam”.
Jadi, keadilan bisa terwujud jika
penguasa mampu menciptakan rasa
adil dan memberikan kenyamanan
ditengah-tengah masyarakat tanpa
membeda-bedakan ras, suku, dan bu-
daya. Adil dalam pemenuhan hak dan
keputusan, karena setiap orang mempu-
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
234
nyai hak untuk hidup dan memperoleh
penghidupan. Dan bagi setiap umat itu
ada rosul, maka jika seorang rosul itu telah
datang, dibuatlah keputusan diantara mere-
ka dengan adil, dan mereka tidak akan diper-
lakukan dengan zalim. (Q.S. Yunus/10:47).
Ide-ide sosial dalam al-Qur’an harus di
terjemahkan dengan cara yang dapat di
rujuk dan dimengerti oleh pejuang kea-
dilan sosial saat ini dengan bersandar
pada QS. al-Maidah: 32 yang memer-
intahkan untuk melindungi setiap jiwa
insan, maka memperjuangkan keadilan
saat ini dapat dimaknai sebagai meman-
dang setara umat manusia, bertanggung
jawab untuk kebaikan dan kemuliaan
manusia, melawan orang-orang yang
menebar kebencian atas nama Islam,
yang tuhannya iBarat monster pen-
dendam yang menyuruh membunuh
siapa saja, yang Tuhan-nya terlalu kecil,
lemah, sukuistik, dan lelaki. Demikian
pula dengan kata “tetangga” dalm sabda
nabi “Sesungguhnya mu’min sejati adalah
mereka yang tidak membiarkan tetengganya
kelaparan” harus di pahami sebagai ma-
nusia seantero dunia, karena dunia saat
ini sudah menjadi global village. Oleh
karena itu seorang Muslim Progresif
harus kapabel untuk menegakan kea-
dilan dengan mencontohkan prilaku
adil kepada semua manusia bedasarkan
apa yang telah di contohkan oleh para
Nabi.
Kedua, mewujudkan kesetaraan
gender, umat muslim tidak akan bisa
progressive apabila masih ada diskrimi-
nasi mengenai kesetaraan gender. Ka-
rena salah satu barometer kemajuan Is-
lam terletak pada keadialan sosial dan
pluralisme bertumpu pada kesetaraan
gender. Sebenarnya apabila kita lihat
sejarah, kesetaraan gender sudah di
ajarkan oleh Nabi lima belas abad si-
lam, mengenai hak-hak dan kewajiban
seorang perempuan. Rasulullah SAW
se-ring sekali mendelegasikan A’isyah
untuk mengajarkan materi-materi ter-
tentu dalam ajaran Islam, atau seba-
liknya sahabat perempuan mempunyai
akses yang sama dengan sahabat laki-
laki untuk bertanya, berdiskusi, dan
menerima langsung ajaran dari Nabi.
Bila pada perjalannanya banyak terjadi
diskriminasi gender, maka hal itu di ka-
renakan adanya penafsiran yang tidak
sempurna dari Al-Qur’an dan Hadits
bedasarkan kaum tertentu, sehingga
posisi perempuan selalu di marjinalkan
(Alwi Shihab, 1999: 179). Bahkan, set-
elah wafatnya Rasulullah SAW, banyak
dari kalangan sahabat yang menimba
ilmu terutama masalah hadits kepada
Aisyah, refleksi sumber hadist paling
banyak kedua setelah Abu Hurairah,
karena pada masa kenabiannya rosu-
lulloh sering bersama Aisyah, tetapi
pada praktiknya kini orang-orang lupa
akan hal itu atau mungkin semua itu
benar-benar sudah di lupakan?
Dalam perjalananya, misal diru-
ang publik, gerak perempuan selalu di-
batasi, seolah mereka berada di rumah
kaca, wanita hanya mamapu meman-
dang dari bilik jendela, tidak ada kuasa
baginya untuk keluar menjejali aktivi-
tas di luar ruangan. Dan seakan dapur
adalah ruang gerak satu-satunya bagi
perempuan untuk berkarya, sekalipun
semua itu bukanlah keinginannya. Pa-
dahal di luar apabila kita amati begitu
banyak warna-warni dunia yang bisa di
rasakan oleh perempuan sama halnya
dengan laki-laki. Tetapi mereka selalu
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
235
di paksa oleh aturan yang tidak teri-
kat untuk terus berada di tempat yang
tidak diinginkannya. Semua pekerjaan
yang seolah tiada habisnya mulai dari
masak, mencuci, menyapu, mengu-
rus anak, mengurus keperluan rumah
tangga hingga keperluan suami semua
mereka lakukan, sehingga tidak ada
ruang bagi perempuan untuk berpikir.
Apakah mungkin dunia begitu takut
oleh pikiran-pikiran perempuan hingga
ruang geraknya selalu dibatasi? atau
mungkin laki-laki tidak ingin pikiran-
nya tersaingi? kalau memang benar de-
mikian adanya, maka lama-kelamaan
perempuan akan menjelma menjadi
bom waktu yang kapan saja bisa me-
ledakan dunia. Sebagai manusia semes-
tinya perempuan berhak mendapatkan
hak yang sama dengan seorang laki-
laki, mengingat semua manusia adalah
sama yang membedakan adalah pada
esensi taqwa.
Oleh karena itu ada yang perlu di
catat dari pemikiran Omid Safi adalah
kesetaraan dan keadilan gender harus
di berikan kepada kaum perempuan bu-
kan sebagai hadiah atau belas kasihan
pada mereka, melainkan karena mereka
adalah bagian dari umat manusia yang
memang memiliki hak yang melekat
atas semua yang semestinya mereka da-
patkan. H.T Wilson (1989: 2) dalam Sex
and Gender mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan fak-
tor budaya dan kehidupan kolektif da-
lam membedakan laki-laki dan perem-
puan. Selama ini banyak dari kalangan
masyarakat yang memahami kesetaraan
gender hanya sebagai perangkat femi-
nisme saja. padahal dalam kasus ini ke-
setaraan gender bukan hanya terletak
pada atribut feminisme: lipstik, bedak,
belaka, tetepi kesetaraan gender seha-
rusnya lebih di fokuskan kepada eksis-
tensi perempuan di ruang publik.
Sebagai upaya menepis semua pra-
duga yang dilontarkan kaum laki-laki
maka timbulah gerakan-gerakan yang di
pelopori oleh kaum prempuan. Gerakan-
gerakan feminis di dunia Islam mengam-
bil inspirasinya kebanyakan berasal
dari sumber-sumber sekuler. Muslim
Progresif mengupayakan hal-hal lain
yang belum tersentuh dan mengusaha-
kan apa yang secara sah diakui sebagai
feminisme Islami, Sa’diyya Shaikh (da-
lam Omid Safi, 2005: 158) menyebutnya
sebagai feminism Islami transformatif
(transformative Islamic feminism). Femi-
nisme itu meyakini partikularitas kon-
teks dan keragaman identitas perem-
puan; memadukan diskursus feminis
dengan artikulasi perempuan muslim
tentang keterlibatan mereka dalam isu-
isu gender; menciptakan ruang dialog
yang bermakan dan persaudaraan hori-
zontall (horizontalcomra-dership) antara
perempuan muslim dengan perempuan
dari kontek religio-kultural yang lain.
Feminisme demikian merupakan salah
satu respon kontemporer yang paling
terlibat dengan perintah dasar al-Qur’an
untuk menegakkan keadilan.
Proses peralihan masyarakat dari
matriarchal clan ke patrialchal family te-
lah di jelaskan oleh beberapa teori di
antaranya teori Marxis yang di lanjutkan
oleh Engels yang mengemukakan bah-
wa perkembangan masyarakat beralih
dari collective production ke private prop-
erty dan sistem exchange yang semakin
berkembang, menyebabkan perempuan
tergeser, karena fungsi reproduksi
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
236
perempuan dikaitkan dengan produksi
(Reed, 1993: 4). Perbedaan fisik laki-laki
dan perempuan sebenarnya sangatlah
tidak patut apabila di gunakan sebagai
alasan untuk memperkuat dan mem-
perkokoh pengakuan di masyarakat,
melainkan perbedaan tersebut seharus-
nya di jadikan sebagai rahmat yang har-
us di jaga. Dan pada dasarnya, muslim
progresif berangkat dari sebuah prinsip
mendasar bahwa keadilan gender bu-
kanlah sesuatu yang dihadiahkan atau
dikembalikan kepda kaum wanita, se-
bab hak-hak terebut murni milik mere-
ka karena mereka adalah manusia (Safi,
2005: 10-11).
Ketiga, mewujudkan pluralitas. Plu-
ralitas yang berarti memberikan kebe-
basan dan kesempatan bagi setiap orang
yang menjalani kehidupan menurut
keyakinan masing-masing, bukan sa-
ling mencerca, menyakiti dan saling me-
nyalahkan satu dengan lainnya. Hidup
bukan untuk bermusuhan tapi hidup
untuk bersinergi bersama membangun
keharmonisan antar umat manusia.
Dunia saat ini adalah pluralistis.
Pengaruh Globalisasi telah merambah
keseluruh dunia. Kehidupan umat be-
ragama di dunia yang transparan ini
harus mempunyai visi yang tepat ten-
tang agama mereka dengan kesadaran
yang positif akan adanya perbedaan.
Masing-masing komunitas, sebaiknya
memahami dan mempertimbangkan
secara serius kesadaran diri masing-ma-
sing kelompok dan segala perbedaan-
nya. Pluralime disisni dipahami sebagai
“ikatan murni dari berbagai peradaban
yang ada”(Nurcholis Majid, 2001: 175).
Karenanya Muslim progresif menem-
patkan pluralisme sebagai tantangan
besar bukan saja menjadi muslim tetapi
juga bagi umat manusia. “Sekiranya Al-
lah menghendaki niscaya ia menjadikan
kamu (sekalian) satu umat, tetapi Ia hendak
menguji kamu atas pemberian-Nya. Maka
berlombalah kamu dalam kebaikan. Kepada
Allah tempat kamu kembali maka di tunju-
kan apa yang kamu perselisihkan.” (Q.S .al-
Maidah/5:64).
Kutipan Al-Qur’an diatas merupa-
kan bentuk ujian sekaligus tantangan
dalam pluralisme dalam pandangan
Islam. Nah, kemudian yang menjadi
pertanyaan adalah Mampukah kitabe-
lajar tumbuh hingga titik di mana kita
tidak merujuk kepada pengelompo-
kan yang eksklusif, tetapi kepada banī
Ādam, totalitas kemanusiaan? (Omid
Safi, 2005: 11). Al-Qur’an setidaknya
tujuh kali menyebut kata banī Ādam, se-
cara harfiah berarti anak-anak Adam”,
yang merujuk kepada pengertian kes-
eluruhan umat manusia, yaitu: QS.al-
A’raf:26,27,31,172, al-Isra’:70, Yâsin:60.
Dalam ayat-ayat itu al-Qur’an menan-
tang, menggerogoti, dan menghapus
kebiasaan kesukuan yang sempit pada
masa pra-Islam, dan menggambarkan
segenap manusia sebagai anggota satu
maha suku, suku manusia. Oleh karena
itu, bagi setiap muslim tiada ada pilihan
lain selain memenuhi pesan al-Qur’an.
Nabi Muhammad pun menyatakan
hubungan manusia satu dengan manu-
sia lainnya ibarat anggota dalam satu
tubuh; ketika satu anggota tubuh men-
derita sakit maka anggota lainnya ikut
merasakan perih dan ketidaknyamanan
(Safi, 2005: 12). Jadi, persoalannya bu-
kanlah terletak pada perbedaan antar
keyakinan, pendapat, ideologi, tetapi
bagaimana cara mendialogkan, mecari
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
237
titik temu antar perbedaan agar tidak
ada kesenjangan sosial.
Menurut Safi, pluralisme dapat
terwujud apabila kita sanggup untuk
menghormati dan melibatkan orang
atau kelompok lain (the others) pada titik
terdalam dari sesuatu yang menjadikan
semua manusia dalam kedudukan yang
sama. Pluralisme adalah ketika manu-
sia dapat mengatakan “kita” dan yang
mereka maksud adalah manusia secara
menyeluruh (Bani Adam), terlepas dari
semua perbedaan dan persamaan yang
ada. Pluralisme bisa disebut sebagai la-
wan dari klasifikasi eksklusif berdasar-
kan apapun (Omid Safi, 2005: 11-13).
Oleh sebab itu, Safi menolak konsep
“toleransi” karena dalam istilah tere-
but mengandung asumsi bahwa “yang
lain” tersebut adalah sejenis racun yang
dapat kita toleransi hingga batas ketah-
anan tertentu. Safi juga mengkritik slo-
gan “Islam merupakan agama perda-
maian”, sebab slogan tersebut memiliki
kecenderungan untuk membuat kita se-
mua lupa bahwa dalam Islam sekalipun
ada manusia-manusia yang tidak cinta
damai, serta karena perdamaian bisa
saja dimaknai sikap diam dan pasrah
serta tenang menghadapi penindasan
(Omid Safi, 2005: 22-25).
Metode Kritik Muslim Progresif
Persoalan yang terjadi umat mus-
lim saat ini sangatlah kompleks dan
terus berkembang seiring perkemban-
gan zaman. Hal itu tentu saja memerlu-
kan upaya yang tidak sederhana untuk
menjawabnya. Metode kritik muslim
progresif, mungkin mempunyai cara
tersendiri dalam mengkritisi sebuah
problem yang terjadi dalam kehidu-
apan. Dalam hal ini Muslim Progresif
berusaha mengkombinasikan tradisi-ta-
disi dalam Islam dengan sisi kemoder-
nan, serta mencoba merumuskan hasil
dari kombinasi tersebut.
Metode yang diadopsi oleh Omid
Safi dalam mengkonstruksi konsep ten-
tang Muslim Progresif adalah metode
multiple critique. Dalam makna yang
sangat sederhana, istilah ini dapat diter-
jemahkan sebagai kritik-ganda, dimana
kita semua sebagai umat Muslim harus
mampu mengkritisi diri sendiri di satu
sisi dan juga haraus mampu mengkritisi
Barat dalam sisi yang lain. Kritik ganda
juga merupakan sebuah pendekatan
beragam arah (a multi-headed approach)
yang didasarkan atas kritik simultan
terhadap beragam komunitas dan wa-
cana dimana kita terlibat di dalamnya
(Safi, 2005: 2).
Konsepkritikgandadidasarkanatas
sebuah gagasan yang sederhana namun
radikal, yaitu bahwa setiap manusia
tanpa terkecuali—muslim maupun non
muslim, laki-laki maupun perempuan,
ras, warna kulit, suku, dan seterusnya—
memiliki nilai yang sama, yaitu sama-
sama dibekali dengan nilai kesucian
atau hembusan ruh Tuhan (Omid Safi,
2005: 3). Oleh karena itu, keadilan, ke-
setaraan, dan kesempatan memperoleh
perlakuan yang sama adalah hak setiap
individu. Dengan ini pula, segala bentuk
ketidakadilan, diskriminasi, penjajahan,
perbudakan, dan segala ketimpangan
kemanusiaan harus dikritisi dan diper-
baiki. Mendasarkan pada hal tersebut,
Safi mengakui bahwa ketidakadilan te-
lah dan mungkin terjadi atas nama Is-
lam, sembari pada saat yang sama, juga
terus berusaha melawan setiap struktur
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
238
ketidakadilan yang disebabkan oleh he-
gemoni Barat. Bahkan kritik juga harus
terus menerus ditujukan kepada gera-
kan Muslim Progresif itu sendiri, teru-
tama terhadap kecenderunganya untuk
menjadi kaku, otoriter, dan dogmatis
(Safi, 2006: 80).
Penggunaan multiple critique oleh
Muslim Progresif dapat dijelaskan seba-
gai berikut, pertama, Muslim Progresif
mengkritisi pemaknaan teks hukum
Islam yang diskriminatif terhadap ter-
hadap perempuan sekaligus menolak
ekploitasi perempuan yang dilakukan
Barat. Kedua, Muslim Progresif meng-
kritik persekusi kelompok minoritas di
negara-negara Muslim, sementara di
sisi lain, Muslik Progresif juga menyoal
kebijakan luar negeri Amerika Serikat
yang selalu agresif mengadu domba
negara-negara Muslim. Ketiga, Muslim
Progresif memilih visi tentang Islam
yang berbeda dari kelompok Wahabi
atau Neo-Wahabi, akan tetapi di sisi
lain juga menolak untuk menjadi seku-
lar. Keempat, Muslim Progresif sangat
mengkritisi dan mendebat orang-orang
Islam yang tiada henti-hentinya mem-
benci dan memusuhi Barat (Muslim Wes-
thernmophobes), seperti Usmah bin Lad-
en, Ayman al-Zawahiri, dan Sulaiman
Abu Ghayt. Namun di sisi lain, Muslim
Progresif mengecam orang-orang Barat
yang tiada henti-hentinya membenci
dan menyerang Islam (Western Islamo-
phobes), seperti Bernard Lewis, Samuel
P. Huntington, Daniel Pipe, dan Robert
Pencer (Safi, 2007: 199-210).
Untuk mewujudkan atau men-
jalankan metode multiple critique terse-
but seperti penjelasan di atas, Omid
Safi memberikan beberapa prasyarat
yang harus dilakukan untuk mencapa
muslim progresif sejati. Prasyarat terse-
but diantaranya adalah pertama, keter-
libatan utuh dalam tradisi keislaman.
Kedua, hindari sikap apologis. Ketiga,
penyelarasan antara visi dan langkah
konkret (aksi). Keempat, menyandarkan
pada aspek humanisme dan adab. Ke-
lima, keterbukaan pada sumber penge-
tahuan sekunder. (Safi, 2003: 5-15). Agar
lebih mudah mengetahui dan mema-
hami mengenai konsepsi “muslim pro-
gresif” Omid Safi, penulis tampilkan
dalam bentuk mindmap sebagai berikut
:
Muslim Progresif dan Isu-isu Islam
Kontemporer
Muslim progresif merupakan per-
kembangan lanjutan dan tren modernis,
yang berkembang menjadi neo-mo-
dernis dan kemudian menjadi progresif.
Sebagai tren, bukan gerakan, muslim
progresif ini menampung semua ke-
lompok dan kalangan yang memiliki
keberpihakan nilai-nilai universal Islam
sehingga mampu menjawab kebutuhan
masyarakat modern. Omid Safi (2005:
2-3) menyebutkan beberapa isu pen-
ting yang harus dibahas oleh muslim
progresif, antara lain adalah ketidak-
adilan gender, dekriminasi terhadap
kelompok minoritas, baik minoritas
agama maupun etnis, pelanggaran hak
asasi manusia, tidak adanya kebebasan
berbicara, berkeyakinan dan memprak-
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
239
tikan agama sendiri, pembagian keka-
yaan yang tidak mereta dan pemerin-
tahan yang otoriter. Arkoun (2005: 4)
beranggapan bahwa Islam mempunyai
andil penting bagi manusia, tetapi pada
saat yang sama pemahaman terhadap
fenomena sering kali tidak memadai,
ada kebutuhan yang mendorong dan
memprakarsai pemikiran untuk ber-
sikap lebih berani, bebas, dan produktif
tentang Islam sekarang.
Terdapat beragam klasififkasi untu
mengidentifikasi tren dan gerakan Islam
kontemporer, keberagaman tersebut
disebabkan adanya perbedaaan indika-
tor atau kriteria dan kriteria tentunya
akan terus berubah sering perjalanan
waktu. Salah pengklasifikasian yang
layak dipetimbangkan adalah klasifikasi
Abdullah Saeed, menurutnya, tren-tren
Islam kontemporer dapat dipetakan
menjadi delapan kategori, yaitu Lega-
lis Tradisionalis, Puritan Teologis, Ek-
stremis, Militan, Islamis Politis, Liberal
Sekuler, Nominalis Kultural, Modernis
Klasik, serta Ijtihadi Progresif (Saeed,
2006: 142-154). Kemudian yang jadi per-
tanyaan adalah dimana posisi atau letak
pandangan “Muslim Progresif” Omid
Safi dalam kategorisasi tersebut? berikut
akan sampaikan analisis dari penulis.
Muslim progresif berbeda dari kel-
ompok Legalis Tradisionalis karena ia
tidak mencoba mempertahankan tradisi
hukum fiqh klasik. Sebaliknya, muslim
progresif berulang kali menegaskan
kritik mereka kepada sistem fiqh yang
memberi kemapanan struktur ketidak-
adilan di tengah masyarakat muslim.
Muslim progresif juga bukan kaum Pu-
ritan Teologis dan Salafis Wahabi yang
memusatkan perhatian mereka kepada
“pemurnian” akidah. Dalam bebera-
pa tulisannya, Omid Safi menyatakan
muslim progresif memperjuangkan
pluralisme dan humanisme Islam. Se-
lain itu, Safi juga berulang kali mengasi-
kan bahwa muslim progresif berupaya
melawan dan menolak segala bentuk
Liberalisme-Eksklusifisme Islam seperti
yang diyakini oleh kaum wahabisme.
Muslim progresif juga menentang
hegemoni Barat yang tidak adil dan
menindas, tetapi tentu saja bukan seper-
ti Militan-Ektremis yang menghalalkan
penggunaan cara-cara kekerasan dan
teror untuk melawan Barat. Demikian
juga apabila kita bandingkan dengan
kaum Islamis Politis yang menolak se-
gala bentuk kolonialisme dan segala
bentuknya, muslim progresif juga kritis
akan kondisi tersebut akan tetapi tidak
menjadikan jalan politik melalui pendi-
rian negara Islam sebaga metode dan
tujuan utama. Muslim progresif juga
berbeda dengan dari mayoritas umat Is-
lam yang menajdia bagian dari kelom-
pok Nominalis Kultural, yaitu mereka
yang acuh dan terkesan membiarkan
terhadap praktik keagamaan mereka
sendiri—yang tidak peduli terhadap
isu-isu pemikiran keagamaan dalam
tradisi Islam.
Nampaknya gerakan muslim pro-
gresif lebih tepat dibandingkan den-
gan dua kelompok lainya, yaitu kaum
Liberal Sekuler dan Modernis Klasik.
Muslim progresif juga mengkaji isu-isu
seperti kesetaraan gender, pluralisme,
pemaknaan teks agama, dsb. Namun
terdapat beberapa hal yang ditolak oleh
muslim progresif yaitu kenderungan
untuk sekuler dan penerimaan yang
tidak kritis terhadap mnodernitas dan
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
240
produk-produk pemikiran Barat. De-
mikian juga dengan Modernis Klasik,
sama seperti mereka, bagaimana men-
jawab tantangan modernitas sambil
tetap setia pada prinsip-prinsip ajaran
Islam dan percaya pada pentingnya ijti-
had. Namun berbeda dengan modernis
klasik, muslim progresif cenderung
mengidentifikasi diri mereka ke dalam
gerakan postmodernisme yang kritis
terhadap modernitas.
Melihat delapan klasifikasi yang
diajukan oleh Abdullah Saeed tentang
tren-tren Islam kontemporer, nampak-
nya muslim progresif lebih tepat masuk
dalam kategori kelompok Ijtihadi Pro-
gresif, yaitu para pemikir modern atas
agama yang berupaya menafsir ulang
ajaran agama agar bisa menjawab kebu-
tuham masyarakat modern dan Saeed
sendiri mengutip tulisan Omid Safike-
tika mendifinisikan tren terkahir ini
(Saeed, 2007: 402). Meskipun demikian,
patut juga diperhatikan bahwa tidak se-
mua tokoh muslim progresif oleh Saeed
dimasukkan ke dalam kelompik ijtihadi
progresif, contohnya adalah Fazlurrah-
man yang oleh Safi sendiri dianggpa
lebih tepat dimasukkan ke dalam ke-
lompok Modernis.
Penutup
Omid Safi, selaku aktor utama da-
lam komunitas ini (Muslim Progresif),
dalam beberapa gagasan pemikirannya
yang dituangkan melalui karya-karya-
nya, Safi mengenalkan sekaligus yang
membumikan Muslim Progresif, mulai
dari penamaan, agenda, alasan keha-
diran, hingga fokus mereka pada ranah
pemikiran Islam. Sebenarnya, terma
progresif yang di usung tersebut me-
ngandung problem, karena kata “prog-
ress” mengandung makna (maju menu-
ju), sehingga memunculkan pertanyaan
“maju menuju ke mana?”, makna itu
juga berkonotasi elitis dalam arti orang
“progresif” lebih baik, lebih cerdas,
lebih maju dibandingan orang-orang
non-progresif. Terlepas dari problem
itu semua, terma progresif atau Mus-
lim Progresif dimaksudkan sebagai
sebuah konsep yang memayungi bagi
orang-orang yang menginginkan ruang
terbuka dan aman untuk menjalankan
suatu keterlibatan yang ketat dan jujur
dengan tradisi, dan penuh harap akan
mengantarkan kepada aksi lebih lanjut.
Pada dasarnya ada tiga agenda be-
sar (misi) dari Muslim Progresif yang di-
usung Omid Safi dan kawan-kawanya.
Ketiga agenda tersebut adalah, pertama
mewujudkan keadilan sosial yang tidak
membatasi strata sosial, ras, golongan,
suku bangsa, agama dan sekat sosial
apapun; kedua mewujudkan kesetaraan
gender dalam setiap aspek kehidupan,
baik dalam sisi ekonomi, sosial, budaya,
agama, pendidikan, hukum, dsb; ketiga
menerima pluralitas sebagai kenyataan
yang harus dihormati dan dijalankan.
Metode yang diadopsi oleh Omid Safi
dalam mengkonstruksi konsep tentang
Muslim Progresif adalah metode mul-
tiple critique. Dalam makna yang san-
gat sederhana, istilah ini dapat diterje-
mahkan sebagai kritik-ganda, dimana
kita semua sebagai umat Muslim harus
mampu mengkritisi diri sendiri di satu
sisi dan juga haraus mampu mengkritisi
Barat dalam sisi yang lain. Kritik ganda
juga merupakan sebuah pendekatan
beragam arah (a multi-headed approach)
yang didasarkan atas kritik simultan
Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ...,
241
terhadap beragam komunitas dan wa-
cana di mana kita terlibat di dalamnya.
Dalam upaya membandingkan
Muslim Progresif dengan isu-isu atau
tren-tren Islam kontemporer memang
banyak membantu menegaskan disting-
si secara masing-masing tren. Meskipun
demikian, apabila kita melakukan anal-
isis terhadap delapan klasifikasi yang
diajukan oleh Abdullah Saeed tentang
tren-tren Islam kontemporer, nampak-
nya muslim progresif lebih tepat masuk
dalam kategori kelompok Ijtihadi Pro-
gresif, yaitu para pemikir modern atas
agama yang berupaya menafsir ulang
ajaran agama agar bisa menjawab kebu-
tuham masyarakat modern dan Saeed
sendiri mengutip tulisan Omid Safi ke-
tika mendifinisikan tren terkahir ini.
___
DAFTAR PUSTAKA
Auda, Jaser (2008). Maqosid al-Syariah as
philosophy of Islamic Law: Asystem
Approach. London, IIIT
Arkoun, Mohammad (2005). “Islam
Kontemporer Menuju Dialog Antar
Agama”. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Abdullah, Yatimin (2006). Studi Islam
Kontemporer. Jakarta: Amzah.
Mu’ammar, M. Arfan, Abdul Wahid
Hasan (2013). Studi Islam: Perspek-
tif Insider/Outsider. Yogyakarta: IR-
CiSoD.
Majid, Nurcholish (2001). “Passing Over,
Melintasi Batas Agama”. Dalam Pas-
ing Over, Melintasi Batas Agama
ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Majid, Nurcholis (2008). Islam Doktrin
dan Peradaban. Jakarta: Parama-
dina.
Noor, FarishA (2006). Islam Progresif:
Tantangan, Peluang, dan Masa De-
pannya di Asia Tenggara. Yogyakar-
ta: SAMHA.
Reed, Evelyn (1993). Women’s Evolution,
From Matriachal Clan to Patriaalchal
Familly. New York, London, Mon-
treal, Sidney: Tathefiner.
Rahman, Fazlur (1985). Approaches to Is-
lam in Religious Studies. Dalam Ap-
proaches to Islam in Religious Studies,
ed. Richard C. Martin, Tucson: The
University of Arizona Press.
Safi, Omid. A Pathto Peace-Rootedin
Justice,3. Artikel diunduh dari
http://www.beliefnet.com/
story/162/story_16208_3.html.
Safi,Omid. Challenges and Opportunities
for the Progressive Muslimin North
America, dalam Muslim Public Af-
fairs Journal (Januari 2006).
Safi, Omid. I and Thoughtina Fluid World:
Beyond‘ Islam versus the West, da-
lam Voices of Changes.
Safi, Omid (2003). “Introduction: The
Times They Are Changin’—A Mus-
lim Quest for Justice, Gender Equal-
ity, and Pluralism”, dalam Progres-
sive Muslims on Justice, Gender, and
Pluralism. ed. Omid Safi, England:
One World Publications.
Safi, Omid (2005). “Modernism: Islamic
Modernism”dalam Encyclopedia of
Religion, Second Edition,eds.Lind-
say Joneset.al., Farmington Hills:
Mc Millan.
Safi,Omid. (2003). “Whatis Progressive Is-
lam?”, dalam International In- statute
for the Study of Islam in the Modern
World.Vol.13,Desember.
Safi, Omid. (2011). Kenangan dari Sang
Nabi (Memories of Muhammad). Ja-
karta: Alita Aksara Media.
Saeed, Abdullah (2006). Islamic Thought
an Introduction. london and
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015
242
NewYork: Roudledge.
Shaik, Sa’diyya (2003). Transforming
Feminism: Islam, Women, and Gender
Justice, dalam Muslim Progresif on
Justice, Gender and Pluralism. Ed.
Omid Safi. Oxford: Oneworld.
Setiawan, Nur Kholis (2008). Akar-akar
Pemikiran Muslim Progresif dalam
Kajian al-Qur’an, Yogyakarta:
eLSAQ Press.
Taimiyah, Ibn (1976). al-Amr bi ‘l-Ma’ruf
‘l-Nahyi’an ‘l-Munkar, ed. Sholah
al-Din al-Munajad. Beirut : Dar al-
Kitab al-Jadid.
Wilson, H.T (1989). Sex and Gender,
Making Cultural Sense Civilization,
Leiden, New York, Kobenhavn,
Koln, : E.J.Brill
Internet:
http://www.omidsafi.com/
http://www.onbeing.org/column/
omid-safi

More Related Content

What's hot

AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGANAGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGANprimagraphology consulting
 
PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKAT
PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKATPENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKAT
PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKATnuskhah
 
Aswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAhmad Rouf
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaTrisna Nurdiaman
 
Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal Attaturk
Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal AttaturkRasyid Ridha dan Mustafa Kemal Attaturk
Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal AttaturkMuhammad Mauladi
 
Fungsi agama bagi kehidupam manusia
Fungsi agama bagi kehidupam manusiaFungsi agama bagi kehidupam manusia
Fungsi agama bagi kehidupam manusiaMas Amam Udink
 
Agama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusiaAgama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusiadaffi90
 
Fikih kel 9
Fikih kel 9Fikih kel 9
Fikih kel 9Ltfltf
 
Makalah Islam dan Radikalisme
Makalah Islam dan RadikalismeMakalah Islam dan Radikalisme
Makalah Islam dan RadikalismeWinda nawangasari
 
Jamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islamJamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islamHadzaa Choir
 
51160078 konsep-jihad
51160078 konsep-jihad51160078 konsep-jihad
51160078 konsep-jihadZuryn Henney
 

What's hot (20)

Gerakan Muhammadiyah
Gerakan MuhammadiyahGerakan Muhammadiyah
Gerakan Muhammadiyah
 
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGANAGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
 
PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKAT
PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKATPENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKAT
PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DALAM MASYARAKAT
 
ISLAM WASATHIYAH
ISLAM WASATHIYAHISLAM WASATHIYAH
ISLAM WASATHIYAH
 
Aswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyah
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesia
 
Kajian Islam & Liberalisme
Kajian Islam & LiberalismeKajian Islam & Liberalisme
Kajian Islam & Liberalisme
 
Aswaja sbg manhajul fikr
Aswaja sbg manhajul fikrAswaja sbg manhajul fikr
Aswaja sbg manhajul fikr
 
Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal Attaturk
Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal AttaturkRasyid Ridha dan Mustafa Kemal Attaturk
Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal Attaturk
 
Fungsi agama bagi kehidupam manusia
Fungsi agama bagi kehidupam manusiaFungsi agama bagi kehidupam manusia
Fungsi agama bagi kehidupam manusia
 
Yuni rasyid ridha
Yuni rasyid ridhaYuni rasyid ridha
Yuni rasyid ridha
 
Agama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusiaAgama dalam kehidupan manusia
Agama dalam kehidupan manusia
 
ISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERALISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERAL
 
Fikih kel 9
Fikih kel 9Fikih kel 9
Fikih kel 9
 
Makalah Islam dan Radikalisme
Makalah Islam dan RadikalismeMakalah Islam dan Radikalisme
Makalah Islam dan Radikalisme
 
Jamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islamJamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islam
 
Radikalisme
RadikalismeRadikalisme
Radikalisme
 
Agama Sebagai Kebutuhan Manusia
Agama Sebagai Kebutuhan Manusia Agama Sebagai Kebutuhan Manusia
Agama Sebagai Kebutuhan Manusia
 
51160078 konsep-jihad
51160078 konsep-jihad51160078 konsep-jihad
51160078 konsep-jihad
 
Al Islam dan kemuhammadiyahan
Al Islam dan kemuhammadiyahanAl Islam dan kemuhammadiyahan
Al Islam dan kemuhammadiyahan
 

Similar to "Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer

pendekatan normatif dalam study islam
pendekatan normatif dalam study islampendekatan normatif dalam study islam
pendekatan normatif dalam study islamFikri Azzarkasyie
 
Resensi stud islam
Resensi stud islamResensi stud islam
Resensi stud islamNurul Hikmah
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurAna Laku
 
Konsep dakwah wahabi dan muhammadiyah
Konsep dakwah wahabi dan muhammadiyahKonsep dakwah wahabi dan muhammadiyah
Konsep dakwah wahabi dan muhammadiyahAlfis Khisoli
 
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyahPerkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyahMuhsin Hariyanto
 
Perkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa ModernPerkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa ModernWafa Wafiyaa
 
Isu isu islam kontemporer
Isu   isu islam kontemporerIsu   isu islam kontemporer
Isu isu islam kontemporerilmalaja
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Early Ridho Kismawadi
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docxAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docxZukét Printing
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdfAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdfZukét Printing
 
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin MuhtadiAgama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin MuhtadiDonPasti
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaHaubibBro
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Erta Erta
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradabanAbdul Aziz
 

Similar to "Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer (20)

Jil&syi'ah
Jil&syi'ahJil&syi'ah
Jil&syi'ah
 
pendekatan normatif dalam study islam
pendekatan normatif dalam study islampendekatan normatif dalam study islam
pendekatan normatif dalam study islam
 
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullahRadikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
 
Resensi stud islam
Resensi stud islamResensi stud islam
Resensi stud islam
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
 
Konsep dakwah wahabi dan muhammadiyah
Konsep dakwah wahabi dan muhammadiyahKonsep dakwah wahabi dan muhammadiyah
Konsep dakwah wahabi dan muhammadiyah
 
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyahPerkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
 
Perkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa ModernPerkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa Modern
 
Isu isu islam kontemporer
Isu   isu islam kontemporerIsu   isu islam kontemporer
Isu isu islam kontemporer
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docxAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.docx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdfAneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
Aneka Pendekatan dalam Studi Islam 1.pdf
 
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin MuhtadiAgama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
 
Islam modern
Islam modernIslam modern
Islam modern
 
4. bab
4. bab4. bab
4. bab
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesia
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
 
4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban4. aliran dan dilog peradaban
4. aliran dan dilog peradaban
 

More from Ali Murfi

Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Ali Murfi
 
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...Ali Murfi
 
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Ali Murfi
 
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Ali Murfi
 
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaKepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaAli Murfi
 
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Ali Murfi
 
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesIslamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesAli Murfi
 
Achievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAchievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAli Murfi
 
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION Ali Murfi
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenAli Murfi
 
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini  Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini Ali Murfi
 
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Ali Murfi
 
Life mapping
Life mappingLife mapping
Life mappingAli Murfi
 
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaKepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaAli Murfi
 
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...Ali Murfi
 
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Ali Murfi
 
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYSurvey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYAli Murfi
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamAli Murfi
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
 
Komponen Sistem
Komponen SistemKomponen Sistem
Komponen SistemAli Murfi
 

More from Ali Murfi (20)

Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...
 
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...
 
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...
 
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...
 
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaKepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia
 
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...
 
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesIslamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and Challenges
 
Achievement Motivation Training
Achievement Motivation TrainingAchievement Motivation Training
Achievement Motivation Training
 
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION
 
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenBias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen
 
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini  Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini
 
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi : Studi Komparasi Siswa Berprestasi S...
 
Life mapping
Life mappingLife mapping
Life mapping
 
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter BangsaKepemimpinan dan Karakter Bangsa
Kepemimpinan dan Karakter Bangsa
 
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH INDIA (Respon Terhadap Isu Multikulturalisme ...
 
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
Strategi Pembelajaran Aktif : Question Student Have (QSH)
 
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIYSurvey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
Survey Evaluasi Pendidikan ; SMA N 1 Banguntapan Bantul DIY
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
 
Komponen Sistem
Komponen SistemKomponen Sistem
Komponen Sistem
 

Recently uploaded

APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfVenyHandayani2
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaMonaAmelia
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 

Recently uploaded (20)

APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 

"Muslim Progresif" Omid Safi dan Isu-Isu Islam Kontemporer

  • 1. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 229 “MUSLIM PROGRESIF” OMID SAFI DAN ISU-ISU ISLAM KONTEMPORER Ali Murfi Direktur SuKa Mengajar Yogyakarta e-mail : alimurfi1@gmail.com Rahmad Nursyahidin LDK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta e-mail : syahjhon@gmail.com Abstract The research reveals about the thought of Omid Safi about Progressive Muslims from naming, agenda, attendance reasons, to focus them on the realm of Islamic thought and relate it to trends in contempo- rary Islam. Progressive Muslim intended as an umbrella concept for people who want an open and safe space for running a rigorous and honest engagement with tradition, and hopefully will lead to further action. There are three major agenda (mission) of Progressive Muslims, the first social justice; both gender equality; The third received a plurality. The method adopted by Omid Safi in constructing the concept of Progressive Muslims are methods Multiple Critique. Progressive Muslims in an attempt to compare with trends in contemporary Islam is indeed a lot of help affirm the distinction in each trend. However, when we conducted an analysis of eight classification proposed by Abdullah Saeed on trends in contemporary Islam, seemingly progressive Muslims more fit in the category of groups ijtihadi Progressive, which modern thinkers on religion which seeks to reinterpret religious teachings in order to answer kebutuham modern society and Saeed himself quoting Omid Safi when defining trends of this last one. Keywords: Progressive Muslims, criticismGanda, Justice, Gender Equality, Plurality. Abstrak Penelitian ini mengungkap tentang gagasan pemikiran Omid Safi tentang Muslim Progresif mu- lai dari penamaan, agenda, alasan kehadiran, hingga fokus mereka pada ranah pemikiran Islam serta mengaitkannya dengan tren-tren Islam kontemporer. Muslim Progresif dimaksudkan sebagai sebuah konsep yang memayungi bagi orang-orang yang menginginkan ruang terbuka dan aman untuk men- jalankan suatu keterlibatan yang ketat dan jujur dengan tradisi, dan penuh harap akan mengantarkan kepada aksi lebih lanjut. Ada tiga agenda besar (misi) dari Muslim Progresif, pertama mewujudkan keadilan sosial; kedua mewujudkan kesetaraan gender; ketiga menerima pluralitas. Metode yang dia- dopsi oleh Omid Safi dalam mengkonstruksi konsep tentang Muslim Progresif adalah metode Multiple Critique. Dalam upaya membandingkan Muslim Progresif dengan tren-tren Islam kontemporer me- mang banyak membantu menegaskan distingsi secara masing-masing tren. Meskipun demikian, apa- bila kita melakukan analisis terhadap delapan klasifikasi yang diajukan oleh Abdullah Saeed tentang tren-tren Islam kontemporer, nampaknya muslim progresif lebih tepat masuk dalam kategori kelompok Ijtihadi Progresif, yaitu para pemikir modern atas agama yang berupaya menafsir ulang ajaran agama agar bisa menjawab kebutuham masyarakat modern dan Saeed sendiri mengutip tulisan Omid Safi ketika mendifinisikan tren terakhir ini. Kata Kunci : Muslim Progresif, Kritik Ganda, Keadilan, Kesetaraan Gender, Pluralitas.
  • 2. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 230 Pendahuluan Dewasa ini, pelabelan terhadap kel- ompok-kelompok serta gerakan-gera- kan dalam komunits muslim sangat be- gitu beragam, misalnya, muslim tradis- ionalis, muslim modernis, muslim lib- eralis, muslim ekstrimis, muslim kritis, dan lain-lain—sekarang muncul sebu- tan baru, “muslim progresif”, meskipun sesungguhnya sebutan ini telah lama di- gunakan. Setidaknya, pada tahun 1999, telah berdiri sebuah organisasi bernama Progressive Muslims Network (PMN) di Toronto, Kanada. Adalah Omid Safi, selaku aktor uta- ma dalam komunitas ini, dalam bebera- pa gagasan pemikirannya yang dituang- kan melalui karya-karyanya, Safi men- genalkan sekaligus yang membumikan muslim progresif, mulai dari penamaan, agenda, alasan kehadiran, hingga fokus mereka pada ranah pemikiran Islam. Omid Safi merupkan seorang pemikir muslim berkebangsaan Amerika Ser- ikat berdarah Iran. Karenanya, tampak pada pola berfikirnya luwes karena mo- tivasinya untuk mempertemukan Islam dan dengan Barat, khususnya Amerika Serikat. Sudah menjadi hal yang mak- lum bahwa Islam oleh Barat dimaknai sebagai agama yang keras, kaku, tidak menghargai hak-hak perempuan, tidak mengedepankan HAM, dan fanatis. Omid Safi mengkonfirmasi dan me- nyadarkan Barat, bahwa Islam adalah agama yang penuh toleran terhadap pluralisme, menghargai dan mengako- modasi hak-hak perempuan, dan men- junjung tinggi HAM. Mendasarkan pada hal tersebut, Islam harus ditampil- kan dengan wajah yang demokratis, pluralis, dan “progresif”. Terma progresif yang di usung sebenarnya mengandung problem, karena kata “progress” mengandung makna (maju menuju), sehingga me- munculkan pertanyaan “maju menuju kemana?”, makna itu juga berkonotasi elitis dalam arti orang “progresif” lebih baik, lebih cerdas, lebih maju diband- ingan orang-orang non-progresif. Ter- lepas dari problem itu semua, terma progresif dimaksudkan sebagai sebuah konsep dasar yang memayungi orang- orang yang menginginkan ruang ter- buka dan aman untuk menjalankan suatu keterlibatan yang ketat dan jujur dengan tradisi, dan penuh harap akan mengantarkan kepada aksi lebih lanjut. (Safi, 2003: 17-18). Muslim Progresif sendiri menolak istilah “Islam Progresif”, karena Islam itu sendiri senantiasa progresif, akan tetapi muslim belum tentu progresif. Meski demikian, ada indikasi bahwa Safi sendiri cenderung bersikap longgar dalam pilihan antara “Muslim” dan “Is- lam”. Ia berulang kali menggunakan is- tilah “Islam Progresif” dalam beberapa artikel yang ditulisnya. Selain itu, ada hal pokok yang diinginkan kelompok ini, bukan sekedar mengidealisasi pan- dangan tentang Islam yang dapat diper- bincangkan secara terpisah dari kehidu- pan nyata umat manusia, dalam hal ini muslim progresif ingin melibatkan diri dalam kehidupan nyata muslim di du- nia. Masih menurut mereka, Islam tidak dapat dipahami, dialami, dan diartiku- lasikan tanpa keterlibatan dengan ke- hidupan nyata umat manusia. Safi juga menyatakan bahwa pada akhirnya ada- lah tanggung jawab manusia muslim itu untuk menjadi progresif atau tidak
  • 3. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 231 (Safi, 2005: 18). Penting untuk digaris- bawahi bahwa muslim progresif dalam tulisan ini akan diperlakukan sebagai salah satu tren Islam kontemporer. Muslim Progresif: Sebuah Definisi Muslim Progresif ? Sebagian besar dari kita mungkin masih bertanya-tanya siapa, apa, bagaimana dan kenapa ada istilah Muslim Progresif? Bukankah seorang muslim harus selalu progres? Tidak mudah rasanya untuk meru- muskan sebuah pemahaman tunggal tentang apa yang disebut “muslim pro- gresif”, dalam subjudul ini penulis ingin memberikan kedalaman dari definisi tersebut. Karena pada hakikatnya mus- lim sendiri di tuntut untuk senantiasa progres, berpikir dan bergerak maju ke depan. Muslim Progresif beranggapan bahwa zaman telah berubah dan dengan otomatis realitas juga berubah. Feno- mena perubahan tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan ada faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan, baik itu adanya faktor ekonomi, sosial, politik dan stuktural yang menyebab- kan terjadinya perubahan. Kemampuan dan kesanggupan untuk merombak dan memperbarui aspek normatif Islam yang di anggap kuno, menjadikan mus- lim yang satu ini lebih progres di band- ingkan dengan muslim lainnya. Tetapi tidak jarang progresif dimaknai dengan kemajuan yang berujung pada lahirnya kebebasan yang justru menciptakan li- beralisme yang tidak terkendali. Seakan untuk menghindari perde- batan dari makna progress itu sendiri, Omid Safi kemudian merumuskan makna progress dengan memberikan syarat bahwa sesuatu dianggap maju apabila ia memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih berdaya guna bagi kehidu- pan umat manusia dan dunia secara lebih luas (Safi, 2006: 77). Selanjutnya, Omid Safi merumuskan bahwa sesuatu disebut lebih baik bilamana telah me- menuhi dua kata kunci, yaitu keadilan (al-‘adl/justice) dan kebaikan atau kein- dahan (al-ihsân). Kedua kata kunci ini kemudian diterjemahkan pada keadilan sosial, kesetaraan jender, dan pluralism (Safi, 2003: 6). Muslim progresif mempunyai fleksi- belitas tersendiri dalam memahami Islam dibandingkan dengan muslim liberal. Karena muslim Progresif mempunyai mindset yang jauh ke depan, daripada sekedar mengekploitasi nilai keliberalan sendiri, meskipun bisa juga muslim pro- gresif masuk ke ranah liberal. Tetapi to- lak ukur Muslim Progresif sebenarnya terletak pada orientasi ke masa depan, me-ngenai apa yang akan di capai Islam di kemudian hari. Omid Safi dalam men- definisikan Muslim Progresif selalu me- narikrelevansidenganwacanakeIslaman saat ini, setidaknya ia menjadi penengah, antara Islam yang berorientasi liberal. Seperti yang telah di sebutkan sebelum- nya bahwa, progresif berarti maju ke de- pan, bergerak dari ranah radikalism dan norma-norma sempit Islam. Dengan kata lain, Islam Progresif tidak berpegang te- guh pada ide lama secara taqlid buta, tetapi berusaha terus menggali ide-ide baru. Hiroh pembaharuan yang di tekan- kan pada “muslim progresif” yang pasti- nya banyak bertolak belakang dengan sebagian penganut radikalism dan sekte- sekte dalam Islam. Meskipun demikian Omid Safi
  • 4. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 232 tetap terbuka untuk tidak mengatakan bahwa pemaknaan progresif yang dike- mukakannya adalah yang paling benar. Seraya mengkritisi mereka yang meng- anggap bahwa Muslim Progresif adalah yang paling benar, paling cerdas, pa- ling maju, Omid Safi justru mengatakan bahwa Muslim Progresif tidak boleh elitis, tetapi tidak boleh juga berdiam diri hanya sebatas menjadi kritikus. Ini- lah mengapa Omid Safi tidak memakai istilah muslim kritis (criticalmuslim). Se- bab menurut Safi, kritikus diidentikkan dengan golongan yang hanya berke- luh kesah dan mengkritisi, tetapi tetap duduk santai ditempatnya dengan tan- pa berbuatapa-apa (Safi, 2003: 6). Intinya adalah bahwa muslim progresif merupakan sebuah konsep yang memayungi orang-orang yang menginginkan ruang terbuka dan aman untuk menjalankan suatu keterlibatan yang ketat dan jujur dengan tradisi, dan penuh harap akan mengantarkan kepa- da aksi lebih lanjut. Dengan demikian, istilah “progresif” dipilih bukan karena kata tersebut dianggpa paling represen- tatif, melainkan karena tidak ada kata lain yang lebih baik atau at least tidak bermasalah. Karakteristik Pemikiran Muslim Progresif Muslim Progresif dilahirkan dari asumsi-asumsi berdasarkan ayat-ayat Al-Quran. Keseluruhan pemikiran mereka dalam berbagai masalah yang terkaitdengan tigaagenda besar mere- ka—keadilan sosial, kesetaraan gender, dan pluralisme—merupakan ramifikasi seluas-luasnya dari tiga asumsi kunci. Asumsi pertama, setiap manusia, perempuan dan lelaki, muslim dan non-muslim, kaya dan miskin, timur dan Barat, selatan dan utara, memiliki kemuliaan intrinsic yang sama yang diberikan oleh Tuhan. Kemuliaan intrin- sic yang sama itu, menurut al-Qur’an, adalah ruh ketuhanan yang dihembus- kan oleh Tuhan kedalam diri manusia dalam proses penciptaan. Dua ayat al- Qur’an lainyadengan redaksi yang sama persis yaitu al-Hijr: 29 dan as-Shad: 71. Asumsi kedua yang selalu digandengkan dengan asumsi ketiga, karena keduanya diderivasikan dari ayatyang sama da- lam al-Qur’an, masing-masing adalah misi utama kehadiran manusia di dunia adalah untuk menjadi pejuang dan pe- negak keadilan (al-‘adl/justice) untuk se- genap umat manusia, dan manusia wa- jib berbuat kebajikan dan berperilaku santun kepada sesama makhluk Tuhan. Kedua premis atau asumsi itu disarikan dari ayatal-Qur’an yang sama, yaitu al- Nahl: 90. Ketiga asumsi diatas memiliki imp- likasi jauh terhadap produk pemikiran muslim progresif dan bagaimana mer- eka berpegang secara kritis terhadap tradisi Islam (criticalengagement) dan juga menyikapi modernitas (multiplecri- tique). Setiap produk pemikiran agama (ijtihad) sebagaimana halnya juga kon- struksosial dan budaya serta struktur- struktur yang berdampak kepada dehu- manisasi, penodaan terhadap kemuliaan intrinsic manusia, ketidakadilan, dan kekerasan dilawan oleh mereka. Pe- mikiran Muslim Progresif sebagaimana terbaca dalam buku Progressive Muslims on Justice, Gender and Pluralism meliputi tiga wilayah diskursus dan aksi, yaitu keadilan sosial, kesetaraan gender, dan
  • 5. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 233 pluralisme. Para penulis muslim pro- gresif menelurkan pemikiran-pemikiran mereka dalam tiga wilayah itu merupa- kan elaborasi kreatif atas tiga asumsi atau premis yang telah dijelaskan di atas ditambah dengan argumetasi-argu- mentasi lainnya. Pertama, mewujudkan keadilan so- sial, salah satu tolak ukur seseorang bisa dikatakan muslim sejati nan progresif adalah ketika ia sanggup memberikan keadilan sosial bagi sesama manusia. “ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan...” (Q.S. al-Nahl:90). Majid (2008:503) mengata- kan bahwa keadilan merupakan salah satu persoalan pokok yang di sadari umat manusia semenjak mereka mulai berpikir. Segera setelah manusia meng- injak pada kehidupan bernegara (yang di mulai oleh bangsa Sumeria di lembah Mesopotamia sekitar 5000 tahun yang lalu), masalah keadilan dalam pemerin- tahanbanyakmenyibukanparapemikir, khususnya para pemimpin agama yang saat itu merupakan satu-satunya kasta yang “melek huruf” dalam masyarakat. Sedang para ahli sejarah berpenda- pat bahwa cita-cita keadialan umat ma- nusia itu pertama kalinya secara hukum mewujud nyata dalam Hukum atau Kode Hammurobi (Code of Hummuroby). Maka Babilonia merupakan negeri per- tama yang mengenal sistem keadilan be- dasarkan hukum yang tema pokoknya ialah keadilan. Pemikiran-pemikiran dan kemasyarakan raja babilonia ban- yak dipengaruhi oleh bangsa Semit di lembah Mesopotamia. Keadaan itu te- rus berlanjut, sampai dengan jelas di te- gaskan oleh Nabi yang kebanyakan dari bangsa Semit, termasuk bangsa Yahudi dan Arab di dalamnya, terutama sejak Nabi Ibrahim putra Azar dari Babilonia (Majid, 2008: 504). Karenanya, Muslim Progresif ber- pendapat bahwa bahwa keadilan ada- lah dasar terciptanya kedamaian. Arti- nya kedamaian tidak mungkin tercipta sebelum keadilan itu terbangun dan hendaknya tidak hanya di artikan seke- dar “aman” atau “tidak adanya perang dan perkelahian”, karena hal itu dapat menjadi kedok untuk memapankan ti- rani dan struktur sosial yang tidak adil. Jadi memperjuangkan tegaknya keadi- lan lebih di utamakan ketimbang hanya mempertahankan situasi “aman” atau “tidak adanya perkelahian” (Omid Safi , A pat of Peace-Rooted in justice. 2008). Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah (1976: 46) menyampaikan betapa pentingnya sikap adil kepada masyarakat: “Jika urusan dunia diurus dengan kea- dilan, maka masyarakat akan menjadi sehat biarpun, biarpun ada moral yang buruk dari penguasa... Dan jika urusasn dunia diperintah den- gan kezaliman, maka masyarakat akan runtuh, tanpa peduli kesalahan pribadi para penguasa, yang tentunya akan di beri pahala di akhirat nanti.... Maka urusan dunia akan tegak baik karena keadilan, sekalipun tidak ada keagamaan; dan akan runtuh karena kezaliman, sekalipun disertai dengan Islam”. Jadi, keadilan bisa terwujud jika penguasa mampu menciptakan rasa adil dan memberikan kenyamanan ditengah-tengah masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, suku, dan bu- daya. Adil dalam pemenuhan hak dan keputusan, karena setiap orang mempu-
  • 6. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 234 nyai hak untuk hidup dan memperoleh penghidupan. Dan bagi setiap umat itu ada rosul, maka jika seorang rosul itu telah datang, dibuatlah keputusan diantara mere- ka dengan adil, dan mereka tidak akan diper- lakukan dengan zalim. (Q.S. Yunus/10:47). Ide-ide sosial dalam al-Qur’an harus di terjemahkan dengan cara yang dapat di rujuk dan dimengerti oleh pejuang kea- dilan sosial saat ini dengan bersandar pada QS. al-Maidah: 32 yang memer- intahkan untuk melindungi setiap jiwa insan, maka memperjuangkan keadilan saat ini dapat dimaknai sebagai meman- dang setara umat manusia, bertanggung jawab untuk kebaikan dan kemuliaan manusia, melawan orang-orang yang menebar kebencian atas nama Islam, yang tuhannya iBarat monster pen- dendam yang menyuruh membunuh siapa saja, yang Tuhan-nya terlalu kecil, lemah, sukuistik, dan lelaki. Demikian pula dengan kata “tetangga” dalm sabda nabi “Sesungguhnya mu’min sejati adalah mereka yang tidak membiarkan tetengganya kelaparan” harus di pahami sebagai ma- nusia seantero dunia, karena dunia saat ini sudah menjadi global village. Oleh karena itu seorang Muslim Progresif harus kapabel untuk menegakan kea- dilan dengan mencontohkan prilaku adil kepada semua manusia bedasarkan apa yang telah di contohkan oleh para Nabi. Kedua, mewujudkan kesetaraan gender, umat muslim tidak akan bisa progressive apabila masih ada diskrimi- nasi mengenai kesetaraan gender. Ka- rena salah satu barometer kemajuan Is- lam terletak pada keadialan sosial dan pluralisme bertumpu pada kesetaraan gender. Sebenarnya apabila kita lihat sejarah, kesetaraan gender sudah di ajarkan oleh Nabi lima belas abad si- lam, mengenai hak-hak dan kewajiban seorang perempuan. Rasulullah SAW se-ring sekali mendelegasikan A’isyah untuk mengajarkan materi-materi ter- tentu dalam ajaran Islam, atau seba- liknya sahabat perempuan mempunyai akses yang sama dengan sahabat laki- laki untuk bertanya, berdiskusi, dan menerima langsung ajaran dari Nabi. Bila pada perjalannanya banyak terjadi diskriminasi gender, maka hal itu di ka- renakan adanya penafsiran yang tidak sempurna dari Al-Qur’an dan Hadits bedasarkan kaum tertentu, sehingga posisi perempuan selalu di marjinalkan (Alwi Shihab, 1999: 179). Bahkan, set- elah wafatnya Rasulullah SAW, banyak dari kalangan sahabat yang menimba ilmu terutama masalah hadits kepada Aisyah, refleksi sumber hadist paling banyak kedua setelah Abu Hurairah, karena pada masa kenabiannya rosu- lulloh sering bersama Aisyah, tetapi pada praktiknya kini orang-orang lupa akan hal itu atau mungkin semua itu benar-benar sudah di lupakan? Dalam perjalananya, misal diru- ang publik, gerak perempuan selalu di- batasi, seolah mereka berada di rumah kaca, wanita hanya mamapu meman- dang dari bilik jendela, tidak ada kuasa baginya untuk keluar menjejali aktivi- tas di luar ruangan. Dan seakan dapur adalah ruang gerak satu-satunya bagi perempuan untuk berkarya, sekalipun semua itu bukanlah keinginannya. Pa- dahal di luar apabila kita amati begitu banyak warna-warni dunia yang bisa di rasakan oleh perempuan sama halnya dengan laki-laki. Tetapi mereka selalu
  • 7. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 235 di paksa oleh aturan yang tidak teri- kat untuk terus berada di tempat yang tidak diinginkannya. Semua pekerjaan yang seolah tiada habisnya mulai dari masak, mencuci, menyapu, mengu- rus anak, mengurus keperluan rumah tangga hingga keperluan suami semua mereka lakukan, sehingga tidak ada ruang bagi perempuan untuk berpikir. Apakah mungkin dunia begitu takut oleh pikiran-pikiran perempuan hingga ruang geraknya selalu dibatasi? atau mungkin laki-laki tidak ingin pikiran- nya tersaingi? kalau memang benar de- mikian adanya, maka lama-kelamaan perempuan akan menjelma menjadi bom waktu yang kapan saja bisa me- ledakan dunia. Sebagai manusia semes- tinya perempuan berhak mendapatkan hak yang sama dengan seorang laki- laki, mengingat semua manusia adalah sama yang membedakan adalah pada esensi taqwa. Oleh karena itu ada yang perlu di catat dari pemikiran Omid Safi adalah kesetaraan dan keadilan gender harus di berikan kepada kaum perempuan bu- kan sebagai hadiah atau belas kasihan pada mereka, melainkan karena mereka adalah bagian dari umat manusia yang memang memiliki hak yang melekat atas semua yang semestinya mereka da- patkan. H.T Wilson (1989: 2) dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan fak- tor budaya dan kehidupan kolektif da- lam membedakan laki-laki dan perem- puan. Selama ini banyak dari kalangan masyarakat yang memahami kesetaraan gender hanya sebagai perangkat femi- nisme saja. padahal dalam kasus ini ke- setaraan gender bukan hanya terletak pada atribut feminisme: lipstik, bedak, belaka, tetepi kesetaraan gender seha- rusnya lebih di fokuskan kepada eksis- tensi perempuan di ruang publik. Sebagai upaya menepis semua pra- duga yang dilontarkan kaum laki-laki maka timbulah gerakan-gerakan yang di pelopori oleh kaum prempuan. Gerakan- gerakan feminis di dunia Islam mengam- bil inspirasinya kebanyakan berasal dari sumber-sumber sekuler. Muslim Progresif mengupayakan hal-hal lain yang belum tersentuh dan mengusaha- kan apa yang secara sah diakui sebagai feminisme Islami, Sa’diyya Shaikh (da- lam Omid Safi, 2005: 158) menyebutnya sebagai feminism Islami transformatif (transformative Islamic feminism). Femi- nisme itu meyakini partikularitas kon- teks dan keragaman identitas perem- puan; memadukan diskursus feminis dengan artikulasi perempuan muslim tentang keterlibatan mereka dalam isu- isu gender; menciptakan ruang dialog yang bermakan dan persaudaraan hori- zontall (horizontalcomra-dership) antara perempuan muslim dengan perempuan dari kontek religio-kultural yang lain. Feminisme demikian merupakan salah satu respon kontemporer yang paling terlibat dengan perintah dasar al-Qur’an untuk menegakkan keadilan. Proses peralihan masyarakat dari matriarchal clan ke patrialchal family te- lah di jelaskan oleh beberapa teori di antaranya teori Marxis yang di lanjutkan oleh Engels yang mengemukakan bah- wa perkembangan masyarakat beralih dari collective production ke private prop- erty dan sistem exchange yang semakin berkembang, menyebabkan perempuan tergeser, karena fungsi reproduksi
  • 8. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 236 perempuan dikaitkan dengan produksi (Reed, 1993: 4). Perbedaan fisik laki-laki dan perempuan sebenarnya sangatlah tidak patut apabila di gunakan sebagai alasan untuk memperkuat dan mem- perkokoh pengakuan di masyarakat, melainkan perbedaan tersebut seharus- nya di jadikan sebagai rahmat yang har- us di jaga. Dan pada dasarnya, muslim progresif berangkat dari sebuah prinsip mendasar bahwa keadilan gender bu- kanlah sesuatu yang dihadiahkan atau dikembalikan kepda kaum wanita, se- bab hak-hak terebut murni milik mere- ka karena mereka adalah manusia (Safi, 2005: 10-11). Ketiga, mewujudkan pluralitas. Plu- ralitas yang berarti memberikan kebe- basan dan kesempatan bagi setiap orang yang menjalani kehidupan menurut keyakinan masing-masing, bukan sa- ling mencerca, menyakiti dan saling me- nyalahkan satu dengan lainnya. Hidup bukan untuk bermusuhan tapi hidup untuk bersinergi bersama membangun keharmonisan antar umat manusia. Dunia saat ini adalah pluralistis. Pengaruh Globalisasi telah merambah keseluruh dunia. Kehidupan umat be- ragama di dunia yang transparan ini harus mempunyai visi yang tepat ten- tang agama mereka dengan kesadaran yang positif akan adanya perbedaan. Masing-masing komunitas, sebaiknya memahami dan mempertimbangkan secara serius kesadaran diri masing-ma- sing kelompok dan segala perbedaan- nya. Pluralime disisni dipahami sebagai “ikatan murni dari berbagai peradaban yang ada”(Nurcholis Majid, 2001: 175). Karenanya Muslim progresif menem- patkan pluralisme sebagai tantangan besar bukan saja menjadi muslim tetapi juga bagi umat manusia. “Sekiranya Al- lah menghendaki niscaya ia menjadikan kamu (sekalian) satu umat, tetapi Ia hendak menguji kamu atas pemberian-Nya. Maka berlombalah kamu dalam kebaikan. Kepada Allah tempat kamu kembali maka di tunju- kan apa yang kamu perselisihkan.” (Q.S .al- Maidah/5:64). Kutipan Al-Qur’an diatas merupa- kan bentuk ujian sekaligus tantangan dalam pluralisme dalam pandangan Islam. Nah, kemudian yang menjadi pertanyaan adalah Mampukah kitabe- lajar tumbuh hingga titik di mana kita tidak merujuk kepada pengelompo- kan yang eksklusif, tetapi kepada banī Ādam, totalitas kemanusiaan? (Omid Safi, 2005: 11). Al-Qur’an setidaknya tujuh kali menyebut kata banī Ādam, se- cara harfiah berarti anak-anak Adam”, yang merujuk kepada pengertian kes- eluruhan umat manusia, yaitu: QS.al- A’raf:26,27,31,172, al-Isra’:70, Yâsin:60. Dalam ayat-ayat itu al-Qur’an menan- tang, menggerogoti, dan menghapus kebiasaan kesukuan yang sempit pada masa pra-Islam, dan menggambarkan segenap manusia sebagai anggota satu maha suku, suku manusia. Oleh karena itu, bagi setiap muslim tiada ada pilihan lain selain memenuhi pesan al-Qur’an. Nabi Muhammad pun menyatakan hubungan manusia satu dengan manu- sia lainnya ibarat anggota dalam satu tubuh; ketika satu anggota tubuh men- derita sakit maka anggota lainnya ikut merasakan perih dan ketidaknyamanan (Safi, 2005: 12). Jadi, persoalannya bu- kanlah terletak pada perbedaan antar keyakinan, pendapat, ideologi, tetapi bagaimana cara mendialogkan, mecari
  • 9. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 237 titik temu antar perbedaan agar tidak ada kesenjangan sosial. Menurut Safi, pluralisme dapat terwujud apabila kita sanggup untuk menghormati dan melibatkan orang atau kelompok lain (the others) pada titik terdalam dari sesuatu yang menjadikan semua manusia dalam kedudukan yang sama. Pluralisme adalah ketika manu- sia dapat mengatakan “kita” dan yang mereka maksud adalah manusia secara menyeluruh (Bani Adam), terlepas dari semua perbedaan dan persamaan yang ada. Pluralisme bisa disebut sebagai la- wan dari klasifikasi eksklusif berdasar- kan apapun (Omid Safi, 2005: 11-13). Oleh sebab itu, Safi menolak konsep “toleransi” karena dalam istilah tere- but mengandung asumsi bahwa “yang lain” tersebut adalah sejenis racun yang dapat kita toleransi hingga batas ketah- anan tertentu. Safi juga mengkritik slo- gan “Islam merupakan agama perda- maian”, sebab slogan tersebut memiliki kecenderungan untuk membuat kita se- mua lupa bahwa dalam Islam sekalipun ada manusia-manusia yang tidak cinta damai, serta karena perdamaian bisa saja dimaknai sikap diam dan pasrah serta tenang menghadapi penindasan (Omid Safi, 2005: 22-25). Metode Kritik Muslim Progresif Persoalan yang terjadi umat mus- lim saat ini sangatlah kompleks dan terus berkembang seiring perkemban- gan zaman. Hal itu tentu saja memerlu- kan upaya yang tidak sederhana untuk menjawabnya. Metode kritik muslim progresif, mungkin mempunyai cara tersendiri dalam mengkritisi sebuah problem yang terjadi dalam kehidu- apan. Dalam hal ini Muslim Progresif berusaha mengkombinasikan tradisi-ta- disi dalam Islam dengan sisi kemoder- nan, serta mencoba merumuskan hasil dari kombinasi tersebut. Metode yang diadopsi oleh Omid Safi dalam mengkonstruksi konsep ten- tang Muslim Progresif adalah metode multiple critique. Dalam makna yang sangat sederhana, istilah ini dapat diter- jemahkan sebagai kritik-ganda, dimana kita semua sebagai umat Muslim harus mampu mengkritisi diri sendiri di satu sisi dan juga haraus mampu mengkritisi Barat dalam sisi yang lain. Kritik ganda juga merupakan sebuah pendekatan beragam arah (a multi-headed approach) yang didasarkan atas kritik simultan terhadap beragam komunitas dan wa- cana dimana kita terlibat di dalamnya (Safi, 2005: 2). Konsepkritikgandadidasarkanatas sebuah gagasan yang sederhana namun radikal, yaitu bahwa setiap manusia tanpa terkecuali—muslim maupun non muslim, laki-laki maupun perempuan, ras, warna kulit, suku, dan seterusnya— memiliki nilai yang sama, yaitu sama- sama dibekali dengan nilai kesucian atau hembusan ruh Tuhan (Omid Safi, 2005: 3). Oleh karena itu, keadilan, ke- setaraan, dan kesempatan memperoleh perlakuan yang sama adalah hak setiap individu. Dengan ini pula, segala bentuk ketidakadilan, diskriminasi, penjajahan, perbudakan, dan segala ketimpangan kemanusiaan harus dikritisi dan diper- baiki. Mendasarkan pada hal tersebut, Safi mengakui bahwa ketidakadilan te- lah dan mungkin terjadi atas nama Is- lam, sembari pada saat yang sama, juga terus berusaha melawan setiap struktur
  • 10. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 238 ketidakadilan yang disebabkan oleh he- gemoni Barat. Bahkan kritik juga harus terus menerus ditujukan kepada gera- kan Muslim Progresif itu sendiri, teru- tama terhadap kecenderunganya untuk menjadi kaku, otoriter, dan dogmatis (Safi, 2006: 80). Penggunaan multiple critique oleh Muslim Progresif dapat dijelaskan seba- gai berikut, pertama, Muslim Progresif mengkritisi pemaknaan teks hukum Islam yang diskriminatif terhadap ter- hadap perempuan sekaligus menolak ekploitasi perempuan yang dilakukan Barat. Kedua, Muslim Progresif meng- kritik persekusi kelompok minoritas di negara-negara Muslim, sementara di sisi lain, Muslik Progresif juga menyoal kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang selalu agresif mengadu domba negara-negara Muslim. Ketiga, Muslim Progresif memilih visi tentang Islam yang berbeda dari kelompok Wahabi atau Neo-Wahabi, akan tetapi di sisi lain juga menolak untuk menjadi seku- lar. Keempat, Muslim Progresif sangat mengkritisi dan mendebat orang-orang Islam yang tiada henti-hentinya mem- benci dan memusuhi Barat (Muslim Wes- thernmophobes), seperti Usmah bin Lad- en, Ayman al-Zawahiri, dan Sulaiman Abu Ghayt. Namun di sisi lain, Muslim Progresif mengecam orang-orang Barat yang tiada henti-hentinya membenci dan menyerang Islam (Western Islamo- phobes), seperti Bernard Lewis, Samuel P. Huntington, Daniel Pipe, dan Robert Pencer (Safi, 2007: 199-210). Untuk mewujudkan atau men- jalankan metode multiple critique terse- but seperti penjelasan di atas, Omid Safi memberikan beberapa prasyarat yang harus dilakukan untuk mencapa muslim progresif sejati. Prasyarat terse- but diantaranya adalah pertama, keter- libatan utuh dalam tradisi keislaman. Kedua, hindari sikap apologis. Ketiga, penyelarasan antara visi dan langkah konkret (aksi). Keempat, menyandarkan pada aspek humanisme dan adab. Ke- lima, keterbukaan pada sumber penge- tahuan sekunder. (Safi, 2003: 5-15). Agar lebih mudah mengetahui dan mema- hami mengenai konsepsi “muslim pro- gresif” Omid Safi, penulis tampilkan dalam bentuk mindmap sebagai berikut : Muslim Progresif dan Isu-isu Islam Kontemporer Muslim progresif merupakan per- kembangan lanjutan dan tren modernis, yang berkembang menjadi neo-mo- dernis dan kemudian menjadi progresif. Sebagai tren, bukan gerakan, muslim progresif ini menampung semua ke- lompok dan kalangan yang memiliki keberpihakan nilai-nilai universal Islam sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat modern. Omid Safi (2005: 2-3) menyebutkan beberapa isu pen- ting yang harus dibahas oleh muslim progresif, antara lain adalah ketidak- adilan gender, dekriminasi terhadap kelompok minoritas, baik minoritas agama maupun etnis, pelanggaran hak asasi manusia, tidak adanya kebebasan berbicara, berkeyakinan dan memprak-
  • 11. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 239 tikan agama sendiri, pembagian keka- yaan yang tidak mereta dan pemerin- tahan yang otoriter. Arkoun (2005: 4) beranggapan bahwa Islam mempunyai andil penting bagi manusia, tetapi pada saat yang sama pemahaman terhadap fenomena sering kali tidak memadai, ada kebutuhan yang mendorong dan memprakarsai pemikiran untuk ber- sikap lebih berani, bebas, dan produktif tentang Islam sekarang. Terdapat beragam klasififkasi untu mengidentifikasi tren dan gerakan Islam kontemporer, keberagaman tersebut disebabkan adanya perbedaaan indika- tor atau kriteria dan kriteria tentunya akan terus berubah sering perjalanan waktu. Salah pengklasifikasian yang layak dipetimbangkan adalah klasifikasi Abdullah Saeed, menurutnya, tren-tren Islam kontemporer dapat dipetakan menjadi delapan kategori, yaitu Lega- lis Tradisionalis, Puritan Teologis, Ek- stremis, Militan, Islamis Politis, Liberal Sekuler, Nominalis Kultural, Modernis Klasik, serta Ijtihadi Progresif (Saeed, 2006: 142-154). Kemudian yang jadi per- tanyaan adalah dimana posisi atau letak pandangan “Muslim Progresif” Omid Safi dalam kategorisasi tersebut? berikut akan sampaikan analisis dari penulis. Muslim progresif berbeda dari kel- ompok Legalis Tradisionalis karena ia tidak mencoba mempertahankan tradisi hukum fiqh klasik. Sebaliknya, muslim progresif berulang kali menegaskan kritik mereka kepada sistem fiqh yang memberi kemapanan struktur ketidak- adilan di tengah masyarakat muslim. Muslim progresif juga bukan kaum Pu- ritan Teologis dan Salafis Wahabi yang memusatkan perhatian mereka kepada “pemurnian” akidah. Dalam bebera- pa tulisannya, Omid Safi menyatakan muslim progresif memperjuangkan pluralisme dan humanisme Islam. Se- lain itu, Safi juga berulang kali mengasi- kan bahwa muslim progresif berupaya melawan dan menolak segala bentuk Liberalisme-Eksklusifisme Islam seperti yang diyakini oleh kaum wahabisme. Muslim progresif juga menentang hegemoni Barat yang tidak adil dan menindas, tetapi tentu saja bukan seper- ti Militan-Ektremis yang menghalalkan penggunaan cara-cara kekerasan dan teror untuk melawan Barat. Demikian juga apabila kita bandingkan dengan kaum Islamis Politis yang menolak se- gala bentuk kolonialisme dan segala bentuknya, muslim progresif juga kritis akan kondisi tersebut akan tetapi tidak menjadikan jalan politik melalui pendi- rian negara Islam sebaga metode dan tujuan utama. Muslim progresif juga berbeda dengan dari mayoritas umat Is- lam yang menajdia bagian dari kelom- pok Nominalis Kultural, yaitu mereka yang acuh dan terkesan membiarkan terhadap praktik keagamaan mereka sendiri—yang tidak peduli terhadap isu-isu pemikiran keagamaan dalam tradisi Islam. Nampaknya gerakan muslim pro- gresif lebih tepat dibandingkan den- gan dua kelompok lainya, yaitu kaum Liberal Sekuler dan Modernis Klasik. Muslim progresif juga mengkaji isu-isu seperti kesetaraan gender, pluralisme, pemaknaan teks agama, dsb. Namun terdapat beberapa hal yang ditolak oleh muslim progresif yaitu kenderungan untuk sekuler dan penerimaan yang tidak kritis terhadap mnodernitas dan
  • 12. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 240 produk-produk pemikiran Barat. De- mikian juga dengan Modernis Klasik, sama seperti mereka, bagaimana men- jawab tantangan modernitas sambil tetap setia pada prinsip-prinsip ajaran Islam dan percaya pada pentingnya ijti- had. Namun berbeda dengan modernis klasik, muslim progresif cenderung mengidentifikasi diri mereka ke dalam gerakan postmodernisme yang kritis terhadap modernitas. Melihat delapan klasifikasi yang diajukan oleh Abdullah Saeed tentang tren-tren Islam kontemporer, nampak- nya muslim progresif lebih tepat masuk dalam kategori kelompok Ijtihadi Pro- gresif, yaitu para pemikir modern atas agama yang berupaya menafsir ulang ajaran agama agar bisa menjawab kebu- tuham masyarakat modern dan Saeed sendiri mengutip tulisan Omid Safike- tika mendifinisikan tren terkahir ini (Saeed, 2007: 402). Meskipun demikian, patut juga diperhatikan bahwa tidak se- mua tokoh muslim progresif oleh Saeed dimasukkan ke dalam kelompik ijtihadi progresif, contohnya adalah Fazlurrah- man yang oleh Safi sendiri dianggpa lebih tepat dimasukkan ke dalam ke- lompok Modernis. Penutup Omid Safi, selaku aktor utama da- lam komunitas ini (Muslim Progresif), dalam beberapa gagasan pemikirannya yang dituangkan melalui karya-karya- nya, Safi mengenalkan sekaligus yang membumikan Muslim Progresif, mulai dari penamaan, agenda, alasan keha- diran, hingga fokus mereka pada ranah pemikiran Islam. Sebenarnya, terma progresif yang di usung tersebut me- ngandung problem, karena kata “prog- ress” mengandung makna (maju menu- ju), sehingga memunculkan pertanyaan “maju menuju ke mana?”, makna itu juga berkonotasi elitis dalam arti orang “progresif” lebih baik, lebih cerdas, lebih maju dibandingan orang-orang non-progresif. Terlepas dari problem itu semua, terma progresif atau Mus- lim Progresif dimaksudkan sebagai sebuah konsep yang memayungi bagi orang-orang yang menginginkan ruang terbuka dan aman untuk menjalankan suatu keterlibatan yang ketat dan jujur dengan tradisi, dan penuh harap akan mengantarkan kepada aksi lebih lanjut. Pada dasarnya ada tiga agenda be- sar (misi) dari Muslim Progresif yang di- usung Omid Safi dan kawan-kawanya. Ketiga agenda tersebut adalah, pertama mewujudkan keadilan sosial yang tidak membatasi strata sosial, ras, golongan, suku bangsa, agama dan sekat sosial apapun; kedua mewujudkan kesetaraan gender dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam sisi ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, hukum, dsb; ketiga menerima pluralitas sebagai kenyataan yang harus dihormati dan dijalankan. Metode yang diadopsi oleh Omid Safi dalam mengkonstruksi konsep tentang Muslim Progresif adalah metode mul- tiple critique. Dalam makna yang san- gat sederhana, istilah ini dapat diterje- mahkan sebagai kritik-ganda, dimana kita semua sebagai umat Muslim harus mampu mengkritisi diri sendiri di satu sisi dan juga haraus mampu mengkritisi Barat dalam sisi yang lain. Kritik ganda juga merupakan sebuah pendekatan beragam arah (a multi-headed approach) yang didasarkan atas kritik simultan
  • 13. Ali Murfi, Rahmad Nursyahidin, “Muslim Progresif” Omid Safi ..., 241 terhadap beragam komunitas dan wa- cana di mana kita terlibat di dalamnya. Dalam upaya membandingkan Muslim Progresif dengan isu-isu atau tren-tren Islam kontemporer memang banyak membantu menegaskan disting- si secara masing-masing tren. Meskipun demikian, apabila kita melakukan anal- isis terhadap delapan klasifikasi yang diajukan oleh Abdullah Saeed tentang tren-tren Islam kontemporer, nampak- nya muslim progresif lebih tepat masuk dalam kategori kelompok Ijtihadi Pro- gresif, yaitu para pemikir modern atas agama yang berupaya menafsir ulang ajaran agama agar bisa menjawab kebu- tuham masyarakat modern dan Saeed sendiri mengutip tulisan Omid Safi ke- tika mendifinisikan tren terkahir ini. ___ DAFTAR PUSTAKA Auda, Jaser (2008). Maqosid al-Syariah as philosophy of Islamic Law: Asystem Approach. London, IIIT Arkoun, Mohammad (2005). “Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama”. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Abdullah, Yatimin (2006). Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah. Mu’ammar, M. Arfan, Abdul Wahid Hasan (2013). Studi Islam: Perspek- tif Insider/Outsider. Yogyakarta: IR- CiSoD. Majid, Nurcholish (2001). “Passing Over, Melintasi Batas Agama”. Dalam Pas- ing Over, Melintasi Batas Agama ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Majid, Nurcholis (2008). Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Parama- dina. Noor, FarishA (2006). Islam Progresif: Tantangan, Peluang, dan Masa De- pannya di Asia Tenggara. Yogyakar- ta: SAMHA. Reed, Evelyn (1993). Women’s Evolution, From Matriachal Clan to Patriaalchal Familly. New York, London, Mon- treal, Sidney: Tathefiner. Rahman, Fazlur (1985). Approaches to Is- lam in Religious Studies. Dalam Ap- proaches to Islam in Religious Studies, ed. Richard C. Martin, Tucson: The University of Arizona Press. Safi, Omid. A Pathto Peace-Rootedin Justice,3. Artikel diunduh dari http://www.beliefnet.com/ story/162/story_16208_3.html. Safi,Omid. Challenges and Opportunities for the Progressive Muslimin North America, dalam Muslim Public Af- fairs Journal (Januari 2006). Safi, Omid. I and Thoughtina Fluid World: Beyond‘ Islam versus the West, da- lam Voices of Changes. Safi, Omid (2003). “Introduction: The Times They Are Changin’—A Mus- lim Quest for Justice, Gender Equal- ity, and Pluralism”, dalam Progres- sive Muslims on Justice, Gender, and Pluralism. ed. Omid Safi, England: One World Publications. Safi, Omid (2005). “Modernism: Islamic Modernism”dalam Encyclopedia of Religion, Second Edition,eds.Lind- say Joneset.al., Farmington Hills: Mc Millan. Safi,Omid. (2003). “Whatis Progressive Is- lam?”, dalam International In- statute for the Study of Islam in the Modern World.Vol.13,Desember. Safi, Omid. (2011). Kenangan dari Sang Nabi (Memories of Muhammad). Ja- karta: Alita Aksara Media. Saeed, Abdullah (2006). Islamic Thought an Introduction. london and
  • 14. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015 242 NewYork: Roudledge. Shaik, Sa’diyya (2003). Transforming Feminism: Islam, Women, and Gender Justice, dalam Muslim Progresif on Justice, Gender and Pluralism. Ed. Omid Safi. Oxford: Oneworld. Setiawan, Nur Kholis (2008). Akar-akar Pemikiran Muslim Progresif dalam Kajian al-Qur’an, Yogyakarta: eLSAQ Press. Taimiyah, Ibn (1976). al-Amr bi ‘l-Ma’ruf ‘l-Nahyi’an ‘l-Munkar, ed. Sholah al-Din al-Munajad. Beirut : Dar al- Kitab al-Jadid. Wilson, H.T (1989). Sex and Gender, Making Cultural Sense Civilization, Leiden, New York, Kobenhavn, Koln, : E.J.Brill Internet: http://www.omidsafi.com/ http://www.onbeing.org/column/ omid-safi