1. Mekanisme pasar Islami adalah cara kerja pasar yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli secara sukarela berdasarkan kesepakatan.
2. Dalam Al-Quran, pasar disebutkan sebagai tempat dimana aktivitas jual beli dilakukan. Islam mengakui pentingnya pasar sebagai wadah aktivitas ekonomi utama u
1. 1
MEKANISME PASAR ISLAMI
Oleh: Anto Apriyanto, M.E.I.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perekonomian kapitalis yang menganut paham kebebasan pasar
dengan slogan laissez faire-nya dewasa ini berada pada posisi krisis yang tak
menentu. Setiap individu dibebaskan dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk
mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, mulai dari kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi. Sistem ini menyandarkan pada mekanisme pasar yang
terbentuk sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Permintaan dan penawaran
ditentukan oleh mekanisme pasar dan merekalah yang menentukan secara
efisien ketiga pokok permasalahan ekonomi itu.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Dumairy (1996).
Dalam teminologi teori mikroekonomi, sistem ekonomi kapitalis merupakan
suatu sistem ekonomi yang menyandarkan diri sepenuhnya pada mekanisme
pasar, prinsip laissez faiere (persaingan bebas), meyakini kemampuan invisible
hands dalam menuju efisiensi ekonomi. Mekanisme pasarlah (kekuatan
permintaan dan penawaran), yang menurut ekonom kapitalis, akan menentukan
secara efisien ketiga pokok persoalan ekonomi.1
Jadi, sistem ekonomi kapitalis yang bersandar pada mekanisme pasar akan
menyebabkan persaingan, yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan
tertindas, karena orang akan dihargai sesuai dengan kemampuan dan prestasi
kerjanya.
Adalah Paul Omerod menulis buku berjudul The Death of Economics
(1994). Omerod menandaskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada ideologi
1
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga, 1996, hlm. 32.
2. 2
kapitalisme yang mekanistik, yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam
membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar
yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung pada
pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu.
Dari berbagai analisis para ekonom dapat disimpulkan, bahwa teori
ekonomi Barat sejatinya telah mati karena beberapa alasan. Pertama, teori
ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan ketidakadilan ekonomi yang
sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya menguntungkan
Barat melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, teori
ekonomi kapitalisme tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan. Ketiga, paradigmanya tidak mengacu kepada
kepentingan masyarakat secara menyeluruh, sehingga ada dikotomi antara
individu, masyarakat dan negara. Keempat, teori ekonominya tidak mampu
menyelaraskan hubungan antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-
negara maju dan negara berkembang. Kelima, terlalaikannya pelestarian sumber
daya alam.2
Seperti yang terjadi di Amerika saat ini, yang merupakan wajah sistem
ekonomi kapitalis. Negara tersebut diguncang krisis kredit macet perumahan
yang menyebabkan masyarakat tidak mampu untuk membayar cicilan uang
rumah. Dengan adanya tunggakan kredit properti, perusahaan pembiayaan tidak
bisa memenuhi kewajibannya kepada lembaga-lembaga keuangan, baik bank
investasi maupun aset manajemen. Hal tersebut mempengaruhi likuiditas pasar
modal maupun sistem perbankan. Kondisi tersebut mengarah kepada terjadinya
pengeringan likuiditas lembaga.
Lembaga keuangan pada akhirnya tidak memiliki dana aktiva untuk
membayar kewajiban yang ada. Ketidakmampuan membayar kewajiban tersebut
membuat lembaga keuangan yang memberikan pinjaman terancam bangkrut.3
2
The Death of Economics dan Chance Ekonomi Syariah? http://www.pesantrenvirtual.com.
Diakses tanggal 13 Maret 2013.
3
“Krisis Keuangan Eropa: Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia”. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional. Deputi Bidang Ekonomi, www.bappenas.go.id, diakses
tanggal 13 Maret 2013.
3. 3
Efek yang ditimbulkan pun menjalar keseluruh Eropa. Di sinilah muncul
ketidakadilan dalam mekanisme pasar kapitalis yang efeknya berakibat buruk
terhadap masyarakat dan negara meanggung beban hutang atas macetnya kredit
perumahan itu.
Di Indonesia pun pernah terjadi liberalisasi keuangan yang mengakibatkan
krisis moneter pada tahun 1997/1998. Peristiwa tersebut merupakan masa suram
Indonesia yang diakibatkan oleh unstability market mechanism. Revrisond
Baswir mengatakan liberalisasi keuangan cenderung menyebabkan semakin
menganganya kesenjangan ekonomi antar sektor, antar wilayah, dan antar
golongan pendapatan di negara-negara sedang berkembang. Ini erat kaitannya
dengan logika dasar yang menggerakkan sektor keuangan. Sebagaimana
diketahui, kegiatan di sektor keuangan digerkkan oleh prinsip ‘money follow the
business’. Artinya, liberalisasi keuangan cenderung mendorong meningkatnya
peredaran uang di tempat-tempat yang uang dapat dengan mudah
dilipatgandakan.4
Jadi, liberalisasi keuangan menyebabkan terjadinya
instabilitas mekanisme pasar sehingga negara pun tak mampu untuk
mengendalikan harga pasar.
Islam adalah agama yang selain bersifat syumuliyah (sempurna) juga
harakiyah (dinamis). Disebut sempurna karena Islam merupakan agama
penyempurna dari agama-agama sebelumnya dan syariatnya mengatur seluruh
aspek kehidupan, baik yang bersifat aqidah maupun muamalah. Dalam kaidah
tentang muamalah, Islam mengatur segala bentuk perilaku manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.
Termasuk di dalamnya adalah kaidah Islam yang mengatur tentang pasar dan
mekanismenya.
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan
melakukan transaksi jual beli barang dan atau jasa. Pentingnya pasar dalam
Islam tidak terlepas dari fungsi pasar sebagai wadah bagi berlangsungnya
kegiatan jual beli. Jual beli sendiri memiliki fungsi penting mengingat jual beli
4
Revrisond Baswir, Bahaya Liberalisasi Keuangan Bagi Negara-Negara Sedang
Berkembang, 2006. www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Maret 2013.
4. 4
merupakan salah satu aktifitas perekonomian yang “terakreditasi” dalam Islam.
Atensi Islam terhadap jual beli sebagai salah satu sendi perekonomian dapat
dilihat dalam surat Al-Baqarah: 275, bahwa Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
Pentingnya pasar sebagai wadah aktifitas tempat jual beli tidak hanya
dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan, norma dan yang terkait dengan
masalah pasar. Dengan fungsi di atas, pasar jadi rentan dengan sejumlah
kecurangan dan juga perbuatan ketidakadilan yang menzalimi pihak lain. Karena
peran pasar penting dan juga rentan dengan hal-hal yang zhalim, maka pasar
tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara lain terkait dengan
pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat
disebut sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah
dalam pengendalian harga.
Pasar, negara, individu dan masyarakat selalu menjadi diskursus
hangat dalam ilmu ekonomi. Menurut ekonomi kapitalis (klasik), pasar
memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Ekonomi
kapitalis menghendaki pasar bebas untuk menyelesaikan permasalahan
ekonomi, mulai dari produksi, konsumsi sampai distribusi. Semboyan kapitalis
adalah lassez faire et laissez le monde va de lui meme (Biarkan ia berbuat dan
biarkan ia berjalan, dunia akan mengurus diri sendiri). Maksudnya, biarkan
sajalah perekonomian berjalan dengan wajar tanpa intervensi pemerintah, nanti
akan ada suatu tangan tak terlihat (invisible hands) yang akan membawa
perekonomian tersebut ke arah equilibrium. Jika banyak campur tangan
pemerintah, maka pasar akan mengalami distorsi yang akan membawa
perekonomian pada ketidakefisienan (inefisiency) dan ketidakseimbangan.
Banyaknya kezhaliman yang terjadi dalam mekanisme pasar dewasa ini
menunjukkan bahwa perlu adanya solusi yang bersumber dari peraturan
ilahiyah. Melihat pentingnya pasar dalam Islam bahkan menjadi kegiatan yang
terakreditasi serta berbagai problem yang terjadi seputar berjalannya mekanisme
pasar dan pengendalian harga, maka pembahasan tentang tema ini menjadi
sangat menarik dan urgen.
5. 5
B. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini masalah akan dibatasi hanya untuk menguraikan
seputar bagaimana mekanisme pasar dalam perspektif Islam.
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Mekanisme Pasar Islami
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan kata mekanisme bisa berarti cara
kerja suatu organisasi (perkumpulan, dan sebagainya); hal saling kerja seperti mesin
(kalau yang satu bergerak yang lain turut bergerak), pembaharuan di segala bidang
berarti peningkatan pembangunan. (Tim Penyusun, 1999: 728)
Sedangkan kata pasar bermakna tempat orang berjual beli, kekuatan
penawaran dan permintaan, tempat penjual ingin menukar barang atau jasa dengan
uang dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa. Islami berarti
bersifat keislaman. Jadi yang dimaksud di sini adalah tempat bertemunya penjual
dan pembeli dan di dalamnya dilakukan dengan sifat keislaman. (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2008)
Kata pasar atau al-suq ()السوق dapat ditemukan di dalam Al-Quran, di
antaranya pada surat Al-Furqan ayat 7,
ٌكَلَم ِهْيَلِإ َلِزْنُأ الْوَل ِاقَوْاألس ِِف يِشََْيَو َامَعَّطال ُلُكْأَي ِولُسَّالر اَذَه ِالَم اوُلاَقَو
( اًيرِذَن ُهَعَم َنوُكَيَف٧)
Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan
berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya
seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan
bersama- sama dengan dia? (QS. Al-Furqan: 7)
Dalam ayat di atas disebut kata aswaq bentuk jamak dari kata suq yang
berarti pasar. Menurut Wahbah Zuhaili sebagaimana yang dikutip oleh Zaki
Fuad Chalil5
, kata suuq terdiri atas huruf sin-waw-qaf, yang berarti mendorong,
menolak, menggiring sesuatu. Dikatakan saaqa–yasuuqu–sauqan dan
assaqiyyah yang berarti binatang ternak yang digiring. Dikatakan pula suqtu ila
imraati shadiquha (saya mengirimkan mahar kepada istri saya). Kata as-suuq
5
Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam, Jakarta:
Erlangga, hlm. 60.
7. 7
atau aswaq dalam bentuk jamaknya, juga memiliki pengertian pasar, karena
segala sesuatu digiring menuju ke tempat itu.
Tergiringnya barang-barang dan aktivitas manusia ke suatu tempat dalam
rangka melakukan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan mereka, tempat itu
kemudian dikenal dengan istilah suq atau pasar. Diilustrasikan oleh Al-Ghazali
dengan menarik dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, sebagaimana yang dikutip
oleh Adiwarman A. Karim:
Mungkin saja petani hidup ketika peralatan pertanian tidak tersedia.
Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu hidup di tempat yang tidak
memiliki lahan pertanian. Jadi, petani membutuhkan pandai besi dan
tukang kayu, dan mereka pada gilirannya membutuhkan petani.
Secara alami, masing-masing akan memenuhi kebutuhannya dengan
memberikan sebagian miliknya untuk dipertukarkan. Dapat pula
terjadi tukang kayu membutuhkan makanan dengan menawarkan
alat-alatnya, tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat tersebut.
Atau jika petani membutuhkan alat-alat, tukang kayu tidak
membutuhkan makanan. Keadaan ini menimbulkan masalah. Oleh
karena itu, secara alami pula orang akan terdorong menyediakan
tempat penyimpanan alat-alat di satu pihak dan tempat penyimpanan
hasil pertanian di lain pihak. Tempat inilah kemudian didatangi
pembeli sesuai kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah
pasar. Petani, tukang kayu, dan pandai besi yang tidak dapat
langsung melakukan barter, juga terdorong pergi ke pasar ini. Bila
di pasar juga tidak ditemukan orang yang mau melakukan barter, ia
akan menjual pada pedagang dengan harga yang relatif murah untuk
kemudian disimpan sebagai persediaan. Pedagang kemudian
menjualnya dengan suatu tingkat keuntungan. Hal ini berlaku untuk
setiap jenis barang”6
Dalam pengertian yang sederhana, pasar dalam istilah ilmu ekonomi dapat
didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan
pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu
dan tempat tertentu. Dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik, WJ. Stanton mengatakan
dalam arti yang lebih luas. Pasar didefinisikan sebagai orang-orang yang
6
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Edisi III, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 323.
8. 8
mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja, serta
kemauan untuk membelanjakannya.7
Dalam konteks ini, transaksi jual beli yang dilakukan melibatkan
pertukaran barang dan jasa dengan uang sebagai media pertukaran yang sah dan
disetujui oleh pihak–pihak yang bertransaksi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasar didefinisi sebagai tempat terjadinya transaksi antara kekuatan
permintaan (demand) dan kekuatan penawaran (supply) secara kolektif.
Pasar adalah suatu tempat atau proses pertemuan antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatau barang atau jasa tertentu,
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dalam
jumlah yang diperdagangkan. Jadi setiap proses yan mempertemukan antara
pembeli dan penjual maka akan membentuk harga yang disepakati antara
pembeli dan penjual8
.
Pasar pun berkembang menjadi tiga kelompok, yaitu pasar barang/jasa,
pasar uang, dan pasar modal/surat-surat berharga. Yang membedakan ketiga
bentuk pasar tersebut adalah pada objek atau komonitas yang diperjualbelikan.
Pada pasar barang dan jasa, yang diperjualbelikan adalah barang dan jasa yang
dihasilkan dari proses produksi, seperti barang kebutuhan pokok, kendaraan dan
jasa telekomunikasi.9
Sedangkan pada pasar uang, yang diperjualbelikan adalah surat-surat
berharga pada jangka pendek kurang dari satu tahun. Misalnya, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), SBI adalah instrumen kebijakan moneter yang digunakan untuk
menyerap kelebihan likuiditas atau kelebihan suplai uang. Untuk itu supaya
kebijakan itu berjalan efektif, pada SBI konvensional, bank BI biasanya
menawarkan bunga dalam persentase tertentu kepada calon investor. Inilah yang
disebut sukuk bunga SBI atau BI rate. Seiring pekembangan perbankan syariah
BI menerbitkan juga SBI syariah atau yang lebih dikenal sebagai SWBI
7
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran, Pembangunan Ekonomi Umat: Tafsir Al-Quran
Tematik. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2009, hlm. 289.
8
Ikhwan Abidin Basri, Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik, Solo: Aqwam Media
Profetika, 2008, hlm. 134.
9
Lajnah Pentashih, Pembangunan Ekonomi, hlm. 289.
9. 9
(Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Dalam SBI Syariah, BI tidak menawarkan
bunga yang bersifat tetap di awal. Melainkan ujrah atau return yang besarnya
tidak pasti dan disesuaikan dengan kondisi moneter. Sukuk adalah surat berharga
syariah sebagai instrumen untuk menyerap dana investasi dengan akad-akad
yang sesuai syariat islam.10
B. Fungsi Pasar
Dalam sistem ekonomi, pasar mempunyai fungsi-fungsinya sendiri, yang
fungsinya tersebut bertujuan untuk memuaskan perekonomian pasar. Dalam
Islam fungsi pasar bertujuan agar dapat mencapai kejayaan di dunia dan di
akhirat. Richard A. Bilas yang dikutip Indahayura menyatakan bahwa pasar
mempunyai lima fungsi utama, yakni:
Pertama, fungsi pasar adalah menetapkan nilai-nilai harga dalam pasar,
karena harga merupakan alat ukur suatu nilai dalam pasar. Di sini fungsi
permintaan konsumen bukanlah segalanya, tetapi uang juga menjadi faktor
terpenting dalam mendukung suatu permintaan. Karena jika seorang konsumen
ingin membeli suatu barang maka tersedianya dana adalah faktor terpenting yang
harus diperhitungkan.
Kedua, pasar menyimpulkan semua produksi itu melalui faktor biaya.
Dalam teori harga diasumsikan bahwa, seorang pengusaha akan
memaksimumkan output dengan input yang semuanya diukur dengan uang. Dari
fungsi inilah asal bagaimana cara menghasilkan barang dan jasa.
Ketiga, pasar mendistribusikan suatu produk itu bersangkut-paut dengan
masalah untuk siapa barang dihasilkan. Karena siapa yang menghasilkan paling
banyak produk maka akan menerima pembayaran yang paling banyak pula.
Suatu tenaga dan sumber daya lain akan dibayar sesuai dengan apa yang
dihasilkannya. Jadi tenaga kerja yang paling produktif akan mendapatkan
imbalan yang terbesar.
10
Ibid.
10. 10
Keempat, pasar melakukan pembatasan, yang ini merupakan inti dari
penentuan harga, karena pasar akan membatasi tingkat konsumsi yang berlaku
dari produksi yang tersedia dengan tujuan agar terjadi keseimbangan suatu
harga.
Kelima, pasar juga menyediakan barang dan jasa untuk keperluan di masa
akan datang. Tabungan dan investasi adalah salah satu alat untuk
mempertahankan sistem dan menghasilkan kemajuan ekonomi.
Semua fungsi tersebut haruslah meyakinkan setiap orang bahwa pasar
dapat memecahkan berbagai masalah. Jadi dalam hal ini beberapa ekonom
percaya bahwa ekonomi dalam pasar bekerja dengan efisien dan mereka juga
percaya bahwa pasar dapat melaksanakan fungsinya dengan memuaskan, tetapi
terkadang pasar juga masih membutuhkan adanya campur tangan pemerintah
dalam mekanisme pasar, karena dengan adanya campur tangan pemerintah maka
kesejahteraan masyarakat akan terpenuhi. Akan tetapi ada sebagian ekonom
yang berpendapat bahwa peranan negara dalam ekonomi harus diminimalisir,
sebab kalau negara turun campur bermain dalam ekonomi hanya akan
mengganggu equilibrium pasar. Jika banyak campur tangan pemerintah, maka
pasar akan mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada
ketidakefisienan (inefisiency) dan ketidakseimbangan.
C. Urgensi Mekanisme Pasar
Mekanisme pasar memiliki peran yang sangat vital dalam perekonomian.
Dalam pandangan ekonomi konvensional mekanisme pasar diposisikan sebagai
instrumen utama dalam mendistribusikan output, income, dan kekayaan di antara
pelaku ekonomi (manusia). Hanya saja mekanisme pasar oleh sistem ekonomi
konvensional diberikan beban di luar batas kemampuannya dalam hal distribusi,
di samping hal-hal yang merusak dalam mekanismenya seperti riba, spekulasi
(maisir), penipuan informasi pasar, dan lain-lain. Akibatnya kekuatan
mekanisme pasar gagal untuk beroperasi secara efisiensi sehingga menimbulkan
harga-harga yang tidak mencerminkan ongkos dan keuntungan ril.
Konsekuensinya, harga barang-barang dan jasa tertentu cenderung melebihi
11. 11
ongkos peluangnya (oppurtunity cost), dan pembayaran kepada sumber-sumber
daya cenderung melebihi atau di bawah nilai kontribusinya kepada output ril.11
Hal ini akan mengarah kepada semakin melebarnya kesenjangan kekayaan dan
menghambatan laju putaran perekonomian.
Islam juga memandang mekanisme pasar sebagai salah satu instrumen
penting dalam mendistribusikan output, income, dan kekayaan. Tingkat harga
upah, sewa, dan profit ditentukan berdasarkan interaksi kekuatan permintaan dan
penawaran di pasar. Hanya saja Islam memberikan rambu-rambu agar
mekanisme pasar berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang dibangun di
atas landasan Al-Quran dan Sunnah agar tercapai efisiensi, keadilan, dan ihsan.12
D. Prinsip Pasar dalam Islam
Muhammad Nejatullah Ash-Shidiqi sebagaimana yang dikutip oleh
Suhrawati K. Lubis dalam bukunya Hukum Ekonomi Islam menyatakan:
Sistem pasar dibawah pengaruh semangat Islam berdasarkan dua
asumsi, asumsi itu adalah rasionalitas ekonomi dan persaingan
sempurna, berdasarkan asumsi ini, sistem pasar dibawah semangat
Islam dapat dianggap sempurna. Sistem ini menggambarkan
keselarasan kepentingan antar konsumen.
Islam memiliki norma tertentu dalam hal mekanisme pasar. Dalam
pendekatan ini Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqi menyimpulkan ciri-ciri
penting pendekatan Islam dalam hal mekanisme pasar adalah :
1. Penyelesaian masalah ekonomi yang asasi, penggunaan, produksi, dan
pembagian, pasti (adil), kondisi ini dikenal sebagai tujuan mekanisme pasar.
2. Dengan berpedoman pada ajaran Islam, pada konsumen diharapkan,
bertingkah laku sesuai dengan mekanisme pasar sehingga dapat mencapai
tujuan yang dinyatakan diatas.
11
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm.
38.
12
Sayyid Tahir dalam Monzer Khaf, Lesson in Islamic Economic, IRTI & IDB, 1998, hlm.
425.
12. 12
3. Jika perlu, campur tangan negara sangat urgen diberlakukan untuk
normalisasi dan memperbaiki mekanisme pasar yang rusak. Sebab, negara
adalah penjamin terwujudnya mekanisme pasar yang normal.13
Ada beberapa prinsip pokok ajaran Islam yang menjadi landasan dalam
mengembangkan pasar. Prinsip-prinsip tersebut adalah14
:
1. Ridha
Prinsip yang pertama adalah ar-ridhaa, yaitu adanya perasaan saling
ridha antar pihak yang bertransaksi. Allah SWT berfirman dalam Surah
Annisa: 29,
ًةَارَ
ِِت َنوُكَت ْنَأ الِإ ِلِاطَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوَْمأ اوُلُكْأَت ال اوُنَآم َينِذَّلا اَهَُّيأ اَي
اًيمِحَر ْمُكِب َناَكَهَّلال َّنِإ ْمُكَسُفَْنأ اوُلُتْقَت الَو ْمُكْنِم ٍاضَرَت ْنَع
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S Annisa: 29 )
Ayat tersebut menggariskan bahwa saling ridha merupakan prinsip
pokok yang mendasari suatu transaksi jual beli. Tidak boleh ada satu pihak
yang merasa terpaksa untuk melakukan jual beli.
2. Tidak boleh berdasarkan riba
Prinsip yang kedua adalah diharamkannya riba ini sudah bersifat final
dan para ulama pun tidak ada yang berbeda pendapat dalam hal ini. Harus
disadari bahwa riba adalah sumber penyebab instabilitas pasar dan
perekonomian. Dari sisi penawaran, riba adalah komponen yang
menyebabkan naiknya harga barang dan jasa akibat akibat naiknya produksi.
sehingga hal tersebut berpotensi menjadi bahan bakar inflansi. dari sisi
permintaan, riba yang telah menjadi komponen harga menyebabkan
bertambahnya beban yang harus dibayar oleh konsumen, dan berpotensi
13
Muhammad Nejatullah Ash-Shidiqi, Pemikiran Ekonomi Islam, (Terj: Ahmad Muflih
Saefuddin), Jakarta: LIPPM, 1991, hlm. 91.
14
Lajnah Pentashih, Pembangunan Ekonomi, hlm. 289.
13. 13
untuk menciptakan kondisi dimana terjadi pengisapan kekayaan konsumen
kepada produsen dan pemilik modal.
3. Tidak boleh ada unsur gharor dan maisir.
Prinsip selanjutnya adalah tidak boleh adanya unsur gharar
(ketidakjelasan) dan maisir (perjudian). Gharar dan maisir merupakan dua
unsur yang merupakan dapat menyebabkan terganggunya mekanisme pasar,
sehingga pasar menjadi tidak sempurna.
4. Berbasis kejujuran, tranparansi, dan keadilan.
Prinsip selanjutnya adalah berbasis kepada kejujuran dan transparansi.
Pasar, sebagai tempat bertransaksi antara produsen dan konsumen, harus
dilandasi oleh prinsip kejujuran dan transparansi. Karena itu, Rasulullah saw
pernah memarahi seorang pedagang yang tidak jujur ketika beliau melakukan
inspeksi mendadak dipasar. Beliau mengetahui pedagang tersebut
menyembunyikan kurma dengan kualitas buruk di bagian bawah sehingga
tidak terdeteksi oleh calon pembeli.
5. Tidak boleh mempermainkan takaran dan timbangan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ٌلْيَو( َنيِِّففَطُمْلِل١( َنوُفْوَتْسَي َِّاسنال ىَلَع اوُلاَتْكا اَذِإ َينِذَّل)ا٢اَذِإَ)و
( َنوُرِسُُْي ْمُوهُنَزَو َْوأ ْمُوهُلاَك٣( َنوُثوُعْبَم ْمَُّهَنأ َكِئَلوُأ ُّنُظَي َالأ)٤ٍمْوَيِ)ل
( ٍميِظَع٥َنيِمَلاَعْلا ِّبَرِل َُّاسنال ُومُقَي َمْوَ)ي
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. tidaklah
orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Q.S Al-
Muthafifin: 1-6)
6. Tidak boleh monopoli.
Prinsip berikutnya adalah tidak boleh ada praktek monopoli di pasar,
baik oleh seorang ataupun sekelompok orang. Allah SWT berfirman dalam
surah Al-Hasyr: 7,
14. 14
ََبْرُقْلا يِذِلَو ِولُسَّلرِلَو ِهَّلِلَف ىَرُقْلا ِلَْهأ ْنِم ِهِلوُسَر ىَلَع ُهَّلال َاءَفَأ اَم
َلوُد َنوُكَي ال ْيَك ِيلِبَّالس ِنْابَو ِنيِاكَسَمْلاَو ىَامَتَيْلاَوْمُكْنِم ِاءَيِنْغاأل َْنيَب ًة
َهَّلال َّنِإ َهَّلال اوُقَّاتَو اوُهَتْانَف ُهْنَع ْمُكاَهَن اَمَو ُوهُذُخَف ُولُسَّالر ُمُكاَآت اَمَو
ِابَقِعْلا ُيدِدَش
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-
kota maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Monopoli pada dasarnya ada yang bersifat alami dan ada pula yang
didasarkan pada proses rekayasa akibat adanya kolusi antara penguasa dan
pengusaha. Monopoli yang bersifat alami dapat disebabkan oleh banyak
faktor, seperti tingginya kualitas sebuah produk sehingga konsumen menjadi
loyal terhadap produk tersebut, belum ada pesaing di pasar, dan lain-lain.
Dalam kondisi seperti ini maka pemerintah perlu memantau keadaan ini,
jangan sampai pihak yang melakukan monopoli menetapkan harga yang
sangat tinggi sehingga merugikan konsumen. Di sejumlah negara, seperti di
Amerika Serikat dan Inggris, undang-undang yang melarang praktek
monopoli sudah ada.
Monopoli jenis kedua terjadi akibat kolusi antara penguasa dan
pengusaha. Ini adalah jenis monopoli yang sangat berbahaya karena akan
merugikan masyarakat. Pasar dapat mengalami kegagalan jika pemerintah
ikut terlibat dalam skenario monopoli ini. Ajaran islam hanya membolehkan
monopoli pada hal-hal yang bersifat menguasai hajat hidup yang banyak,
dengan catatan monopoli itu dilakukan oleh negara. Dalam satu hadits
Rasululah saw menyatakan bahwa manusia berserikat dalam 3 hal, yaitu air,
api, dan angin. Ini menunjukkan ketiga sumber tersebut pengelolaannya dapat
dilakukan oleh negara.
15. 15
ا ِدْعَْاْل ُنْب ُّيِلَع اَنَثَّدََِنْب َناَّبِح ْنَع َناَمْثُع ُنْب ُيزِرَح اَنَرَبَْخأ ُّيِؤُلْؤُّلل
ُنْب ىَيسِع اَنََّثدَح ٌَّددَسُم اَنََّثدَح و ح ٍنْرَق ْنِم ٍلُجَر ْنَع ِِِّبَعَّْرالش ٍدْيَز
ْنَع ٍّيِلَع ُظْفَل اَذَهَو ٍاشَدِخ وَُبأ اَنََّثدَح َناَمْثُع ُنْب ُيزِرَح اَنََّثدَح َسُنوُي
ُتْوَزَغ َالَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّلال ىَّلَص َِِِّّبنال ِابَحَْصأ ْنِم َينِر ِاجَهُمْلا ْنِم ٍلُجَر
ِِف ُاءَكَرُش َنوُمِلْسُمْلا ُولُقَي ُهُعََْْسأ اًث ََلَث َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّلال ىَّلَص َِِِّّبنال َعَم
ِرَّانالَو ِاءَمْلاَو ََِلَكْلا ِِف ٍث ََلَث
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Ja'dan Al Lu`lui telah
mengabarkan kepada kami Hariz bin Utsman dari Hibban bin
Zaid Asy Syar'i dari seorang laki-laki Qarn. (dalam jalur lain
disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan
kepada kami Hariz bin Utsman telah menceritakan kepada kami
Abu Khidasy dan ini adalah lafazh Ali, dari seorang laki-laki
Muhajirin sahabat Nabi shallAllahu 'alaihi wasallam, ia berkata,
"Aku pernah berperang bersama Nabi shallAllahu 'alaihi
wasallam tiga kali, aku mendengar beliau bersabda: "Orang-
orang Muslim bersekutu dalam hal rumput, air dan api. (HR.
Abu Daud)
7. Tidak boleh ada ikhtikar/penimbunan.
Prinsip berikutnya adalah tidak boleh adanya penimbunan/ikhtikar.
Penimbunan, dengan tujuan untuk mengurangi suplai sehingga harga
bergerak naik dan pedagang mendapat keuntungan karenanya, merupakan
akttivitas yang dilarang dalam ajaran islam. Praktek semacam ini dapat
menimbulkan gejolak dan ketidakseimbangan pasar. Tidak hanya itu, praktek
semacam ini dapat menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan
menciptakan konflik sosial berkepanjangan.
8. Tidak boleh melalaikan ibadah kepada Allah.
Kegiatan pasar (kegiatan ekonomi) tidak sepantasnya menyebabkan
terhalangnya melakukan kegiatan ibadah kepada Allah SWT. Karena pada
dasarnya kegiatan ekonomi itu hanyalah wasilah untuk melakukan kegiatan
ibadah kepadaNya. Apabila kegiatan ekonomi ini melalaikan terhadap
zikrulah, maka kerugian dunia dan akhiratlah yang akan didapatkan. Allah
16. 16
SWT sangat mengecam perilaku semacam ini, sebagaimana firman-Nya
dalam Surah Al-Jumu’ah: 9-11,
َعْاسَف ِةَعُمُْاْل ِمْوَي ْنِم َِلةَّلصِل َيِودُن اَذِإ اوُنَآم َينِذَّلا اَهَُّيأ اَيِهَّلال ِرْكِذ ََلِإ اْو
( َنوُمَلْعَت ْمُتْنُك ْنِإ ْمُكَل ٌرْيَخ ْمُكِلَذ َعْيَبْلا اوُرَذَو٩ُةَلَّالص ِتَيِضُق اَذِإَف)
َنوُحِلْفُت ْمُكَّلَعَل اًريِثَكَهَّلال اوُرُكْذاَو ِهَّلال ِلْضَف ْنِم اوُغَتْابَو ِضْاألر ِِف اوُرِشَتْانَف
(١٠َ
ِِت اَْوأَر اَذِإَ)وِهَّلال َدْنِع اَم ْلُق اًمِائَق َوكُكَرَتَو اَهْيَلِإ اوُّضَفْان اًوََْل َْوأ ًةَار
َنيِقِزاَّالر ُرْيَخ ُهَّلالَو ِةَارَِّجتال َنِمَو ِوْهَّلال َنِم ٌرْيَخ
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. dan
apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka
bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu
sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah
lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah
Sebaik-baik pemberi rezki.
Demikianlah Allah SWT memperingatkan hambanya agar kegiatan
pasar tidak melalaikan umatnya beribadah kepadanya.
E. Mekanisme Pasar dan Penetapan Harga
Mekanisme pasar yang mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi atas barang dan jasa berimplikasi terhadap pembentukan
harga.15
Fluaktuasi harga yang ada di dalam pasar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, dimana ulama-ulama Islam telah memberikan kontribusi pemikiran untuk
menjelaskan fenomena ini. Ulama-ulama tersebut di antaranya Abu Yusuf, Al-
Ghazali, Ibn Taimiyyah dan Ibn Khaldun rahimahullahu ajma’in.
Abu Yusuf (w. 182 H/ 798 M) menjelaskan bahwa harga yang terbentuk
di pasar pada dasarnya bersumber dari Allah. Kelebihan suplai barang dan jasa
15
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007, hlm. 65.
17. 17
(excess supply) tidak secara otomatis menurunkan harga. Demikian pula dengan
kelebihan permintaan terhadap barang/jasa (excess demand) tidak secara
otomatis pula menurunkan harga. Naik dan turunnya harga merupakan intervensi
dan keputusan Allah. Abu Yusuf mengatakan:
Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa
diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian
juga mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan. Murah
dan mahal merupakan ketentuan Allah.16
Pendapatnya didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas
bin Malik. Dalam hadis tersebut, Anas bin Malik mengatakan bahwa sejumlah
sahabat datang kepada Rasulullah saw, untuk mengadukan harga-harga yang
melambung tinggi. Kemudian mereka berkata: “Ya Rasulullah, tetapkanlah
harga untuk kami.” Rasulullah kemudian bersabda. “Allah SWT adalah sang
pencipta, sang pengendali, sang penyedia, dan sang penetap harga. Aku berdoa
ketika aku kembali kepada Allah dan bertemu dengan-Nya, tidak ada seorang
pun yang menuntut ketidakadilan kepadaku dalam darah dan harta. (HR.
Ahmad, Ad-Darimi)
Dalam pandangan Al-Ghazali, permintaan dan penawaran dapat
mempengaruhi harga pasar. Ia mengatakan bahwa hasil pertanian di
perjualbelikan dengan harga yang rendah pada saat panen karena suplai melebihi
permintaan. Demikian pula sebaliknya, ketika permintaan melebihi penawaran/
suplai, maka harga akan cenderung bergerak naik. Dalam konteks ini, Al-
Ghazali sesungguhnya telah melakukan pembahasan mengenai excess demand
(kelebihan permintaan) dan excess supply (kelebihan penawaran), yang kedua
mempengaruhi tingkat harga. Harga akan naik ketika terjadi excess demand dan
harga akan turun ketika terjadi excess supply. Ia pun mengatakan bahwa
penimbunan (ihtikar) akan merugikan aktivitas pasar dan masyarakat secara
keseluruhan. Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa transportasi merupakan
variabel yang sangat penting dalam memasarkan barang dari pusat produksi ke
16
Karim, Sejarah Pemikiran, hlm. 253.
18. 18
pusat konsumsi. Transportasi akan menjadi biaya yang akan diperhitungkan dan
dimasukkan menjadi harga jual.17
Ibn Taimiyyah juga mengungkapkan bagaimana mekanisme pasar
membentuk harga barang dan jasa. Ia mendeteksi sejumlah faktor yang
mempengaruhi tingkat harga. Beliau mengatakan bahwa naik turunnya harga
tidak hanya disebabkan oleh aktivitas penimbunan yang dilakukan oleh
pedagang, namun oleh faktor pergerakan permintaan dan penawaran.18
Beliau
mengatakan dalam Majmu Fatawa sebagaimana yang dikutip oleh Endis
Sopiandi:
Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil
dari sebagian orang yang terlibat transaksi. Bisa jadi penyebabnya
adalah penawaran yang menurun akibat efisiensi produksi,
penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga
tekanan pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap barang
meningkat, sedangkan penawaran menurun harga barang tersebut
akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan melimpahnya
barang mungkin disebabkan dengan tindakan yang adil atau
mungkin juga karena tindakan yang tidak adil.19
Adiwarman A. Karim mengutip perkataan Ibn Taimiyyah bahwa:
Jika penduduk menjual barang-barangnya secara normal (al-wajh al-
ma’ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil kemudian
harga tersebut meningkat karena pengaruh kelangkaan barang (yakni
penurunan supply) atau karena peningkatan jumlah penduduk (yakni
peningkatan demand), kenaikan harga-harga tersebut merupakan
kehendak Allah. Dalam kasus ini, memaksa penjual untuk menjual
barang-barang pada harga tertentu adalah pemaksaan yang salah.20
Dalam uraian Badan Litbang dan Diklat DEPAG RI disebutkan bahwa
Ibnu Taimiyyah menganalisa sejumlah faktor yang mempengaruhi harga.
Pertama, keinginan setiap orang terhadap barang yang berlainan, pasti berbeda-
17
Lajnah Pentashih, Pembangunan Ekonomi, hlm. 289.
18
Ibid, hlm. 290.
19
Endis Sopiandi, Distorsi Pasar Dalam Prespektif ekonomi Islam, Bogor: UIKA, 2011.
hlm. 29
20
Karim, Sejarah Pemikiran, hlm. 258.
19. 19
beda. Biasanya keinginan atau permintaan terhadap suatu barang akan
mengalami kenaikan jika barang itu langka. Demikian pula sebaliknya.
Kedua, harga juga akan dipengaruhi oleh jumlah populasi. Tingginya
tingkat populasi penduduk, akan meningkatkan permintaan terhadap barang.
Jika suplai tetap, maka kenaikan permintaan akan menyebabkan kenaikan harga.
Ketiga, faktor keinginan itu sendiri. Semakin tinggi keinginan masyarakat
terhadap suatu barang, semakin tinggi pula harga jika tidak ada perubahan/
respons dari sisi penawaran.
Keempat, karateristik pembeli. Jika seorang pembeli dikenal sebagai orang
yang dipercaya dan mampu memenuhi kewajibannya, termasuk membayar tepat
waktu jika barang tersebut dibeli dengan secara kredit, maka biasanya cenderung
lebih rendah. Tetapi jika pembeli itu dikenal tidak amanah dan selalu mangkir
ketika ditagih utangnya, maka harga barang akan cenderung naik.
Kelima, jenis uang yang digunakan. Jika uang yang digunakan adalah uang
yang sah dan dipakai bersama di sebuah wilayah, maka harga cenderung lebih
rendah bila dibandingkan dengan menggunakan uang yang tidak lazim
digunakan di tempat tersebut. Misalnya, dalam konteks Indonesia, jika seseorang
membeli beras di pasar tradisional dengan rupiah, maka harga akan cenderung
lebih murah jika dibandingkan dengan seseirang yang menggunakan dolar AS.
Jika membeli dengan dolar, seandainya disepakati, maka biasanya kurs yang
diberikan lebih rendah sehingga harganya menjadi lebih mahal.21
Ibn Khaldun juga menjelaskan tentang mekanisme pasar dalam bukunya
Al-Muqadimah, terutama dalam bab “Harga-Harga di Kota-Kota”. Ia membagi
barang-barang menjadi dua kategori, yaitu barang pokok dan barang mewah.
Menurutnya, jika suatu kota berkembang dan jumlah penduduknya semakin
banyak, maka barang-barang pokok akan menurun sementara barang mewah
akan menaik. Ia mengatakan:
Bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya bertambah
banyak, harga-harga barang kebutuhan pokok akan mendapat
prioritas pengadaannya. Akibatnya penawaran meningkat dan ini
berarti turunnya harga. Adapun untuk barang-barang mewah,
21
Lajnah Pentashih, Pembangunan Ekonomi, hlm. 291.
20. 20
permintaannya akan meningkat sejalan dengan berkembangnya kota
dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya, harga barang mewah
meningkat.
Dalam hal tersebut di atas nampak bahwa Ibn Khaldun menjelaskan
pengaruh permintaan dan penawaran terhadap tingkat harga.
Dalam konteks supply atau penawaran, Ibn Khaldun melakukan
pembahasan dengan membandingkan harga produk petani Kristen dan petani
Muslim di Andalusia, di mana harga jual petani Kristen lebih murah bila
dibandingkan dengan harga jual petani Muslim. Ternyata, menurut Ibn Khaldun,
harga jual pada sisi penawaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor alam
termasuk kelangkaan, namun juga oleh biaya produksinya. Semakin tinggi biaya
produksi, semakin tinggi pula harga jual produk tersebut. Kondisi tersebut
tercermin dari kondisi pertani Muslim dan Kristen yang dianalisisnya.
Ibn Khaldun menyimpulkan bahwa biaya produksi yang harus ditanggung
oleh petani Kristen lebih rendah bila dibandingkan dengan petani Muslim.
Tersebut dikarenakan para petani Kristen umumnya tinggal di daerah dataran
rendah yang subur. Sehingga, pengolahan tanahnya menjadi lebih mudah. Alat
yang digunakannya pun lebih sederhana dan murah. Berbeda dengan petani
Muslim yang hidup di daerah pegunungan yang kurang subur. Akibatnya, petani
muslim terpaksa mempergunakan peralatan bercocok tanam yang lebih
kompleks dan lebih mahal. Kondisi tersebut berdampak pada perbedaan harga
jual di antara mereka.22
Ibn Khaldun juga mendeskripsikan pengaruh kenaikan penawaran dan
penurunan penawaran terhadap tingkat harga. Ia mengatakan:
Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga-harga akan naik.
Namun, bila jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan
perjalanan, akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersedian
barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun.23
Ibn Khaldun juga mencoba mengindentifikasi variabel-variabel lain yang
mempengaruhi naik turunnya harga. Salah satunya adalah pajak. Menurutnya,
22
Ibid, hlm. 296.
23
Ibid.
21. 21
pajak yang tinggi dapat menyebabkan naiknya harga. Demikian pula dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kemakmuran masyarakat,
harga pun memiliki potensi untuk semakin tinggi. Alasannya sederhana,
masyarakat yang mampu akan cenderung untuk mau membelanjakan uangnya
pada barang-barang mewah sehingga wajar jika tingkat harga menjadi
meningkat.24
Pengaruh tinggi rendahnya tingkat keuntungan terhadap perilaku pasar,
khusus produsen, juga mendapat perhatian Ibn Khaldun. Menurutnya, tingkat
keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan, sementara
tingkat keuntungan yang terlalu rendah akan membuat lesu perdagangan. Para
pedagang dan produsen lainnya akan kehilangan potensi untuk bertransaksi.
Sebaliknya, jika tingkat keuntungan terlalu tinggi perdangangan juga akan
melemah sebab akan menurunkan tingkat permintaan konsumen.25
Konsep pasar
yang dibahas Ibn Khaldun berangkat dari analisisnya terhadap konsep
permintaan, penawaran, harga dan keterkaitaan harga antar sektor, dan peran
pemerintah dalam mengelola pasar dan perkonomian. Untuk konsep permintaan,
Ibn Khaldun mengawalinya dengan mengambil contoh tentang kerajinan tangan
(crafts). Ia mengatakan bahwa barang kerajinan tangan akan meningkat apabila
permintaan terhadap produk tersebut meningkat. Ketika produk tersebut telah
menjadi objek permintan dan menarik orang untuk mau meningkatkan
peleluaran belanja untuk membelinya, maka produks tersebut akan diproduksi
secara massal dalam kuantitas yang besar, Kemudian orang-orang pun akan
banyak yang berlomba untuk mempelajari teknik membuatnya, dan berbondong-
bondong untuk memproduksinya.26
Dari pemaparan ulama-ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
mekanisme pasar Islami terdapat dua poin penting, yaitu:
1. Penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan
permintaan dan penawaran.
24
Ibid.
25
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, Ekonomi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 311.
26
Lajnah Pentashih, Pembangunan Ekonomi, hlm. 294.
22. 22
2. Pertemuan permintaan dan penawaran tersebut haruslah terjadi secara
sukarela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa dan terdzolimi untuk
melakukan transaksi pada tingkat harga tertentu.
23. 23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam mekanisme pasar islami penentuan harga dibentuk oleh kekuatan-
kekuatan permintaan dan penawaran.
2. Pertemuan permintaan dan penawaran tersebut haruslah terjadi secara
sukarela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa dan terdzolimi untuk
melakukan transaksi pada tingkat harga.
3. Untuk merealisasikan poin ke-2 mekanisme pasar harus dijalan sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam yakni rida, larangan riba, tidak ada unsur gharar dan
maisir, berbasis kejujuran dan keadilan, larangan curang, kontrol monopoli,
kontrol ihtikar, dan tidak boleh melalaikan zikir kepada Allah.