1. Gigitan binatang berbisa seperti ular, laba-laba, dan kalajengking dapat menyebabkan keracunan dan gejala yang bervariasi tergantung spesiesnya.
2. Pertolongan pertama yang diberikan adalah membersihkan luka, imobilisasi bagian tubuh, dan segera membawa korban ke rumah sakit.
3. Penanganan lebih lanjut di rumah sakit meliputi pemberian serum anti bisa, pengobatan gejala kerac
2. Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan
oleh gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll.
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit
Ular.
PATOKAN ULAR
Bagaimanakah Gigitan Ular Dapat Terjadi?
Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan,
nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan
gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya
memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular
juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah
untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus.
3. Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air
liur. Sifat bisa tersebut
Neurotoksin yang berakibat pada syaraf perifer atau sentral.
Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik.
Contoh : ular dari keluarga Elapidae
Haemotoksin yang berakibat hemolitik dengan zat antara :
fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi
dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri
serbagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin.
Contoh : ular dari keluarga Viperidae
4. Myotoksin yang menyebabkan rhabdomyolitis yang sering
berhubungan dengan haemotoksin. Myoglobulinuria yang
menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
Contoh : ular dari keluarga Hydropidae
Kardiotoksin yang merusak serat-serat otot jantung yang
menimbulkan kerusakan jantung.
Cytotoksin : dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktif
lainnya yang berakibat terganggunya kardiovaskuler.
Cytolitik : zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan
nekrose di jaringan pada tempat patukan.
Enzim-enzim : termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif
pada penyebaran bisa.
5. Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem
pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang
termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar
yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar
ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di
belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi
tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama
protein, yang memiliki aktivitas enzimatik. Efek toksik bisa ular
pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies,
ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan
(apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta
banyaknya serangan yang terjadi.
6. Organ pendeteksi panas (pit organ) pada Crotalinae terletak di antara
lubang hidung dan mata.
7. Tidak ada cara sederhana untuk
mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies
ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai
ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa
dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna,
kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat
merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa
adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi
taring, dan pada luka bekas gigitan terdapat
bekas taring.
8. Bekas gigitan ular :
(A) Ular tidak berbisa tanpa bekas taring,
(B) Ular berbisa dengan bekas taring
9.
10. Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan
menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan
sistem pembuluh darah; bisa neurotoksik, yaitu bisa yang
mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu bisa
yang hanya bekerja pada lokasi gigitan.
Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa
pada korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang
diinjeksikan ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat,
tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pening. Gejala dan
tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang
menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban.
Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan taring
(fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan
kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis
jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).
11. Jenis Tedung :
Kesakitan pada tempat gigitan dalam masa setengah jam
Bahagian bekas gigitan membengkak (setelah 1 jam gigitan)
Lemah-lemah badan
Pengeluaran air liur yang berlebihan
Mengantuk
Lumpuh pada otot-otot muka, bibir, lidah dan saluran pernafasan
Tekanan darah menurun
Mata kuyu (ptosis)
Pandangan menjadi kabur
Sawan (konvulsi)
Badan berkeringat
Pada kasus-kasus parah tanda-tanda yang lebih nyata adalah terjadinya
komplikasi kardiovaskular, hipotensi dan sakit yang amat sangat pada
bahagian perut.
12. Jenis Katam Tebu :
Biasanya gigitan ular ini tidak meninggalkan kesan yang
buruk
Jangka masa kesakitan tidak terus menerus
Tidak ada kesan bengkak atau perubahan warna kulit pada
tempat gigitan
Tanda-tanda lain serupa dengan jenis tedung.
Jenis Ular Matahari :
Kesakitan pada bekas gigitan
Bekas gigitan membengkak
Kudis terjadi pada tempat gigitan
Gangguan pernafasan
13. Ular Keluarga Viperidae
Sangat sakit pada tempat gigitan (dalam waktu 5 menit)
Bekas gigitan akan bengkak dan terjadi perubahan warna kulit dalam
waktu setengah jam
Perdarahan yang tidak berhenti pada bekas gigitan
Perdarahan pada gusi, usus dan saluran kencing
Darah tidak membeku
Keracunan berat menyebabkan lutut dan lengan atas membengkak
dalam waktu 2 jam disertai dengan perdarahan
Ular Keluarga Hydropidae
Kesakitan pada otot-otot
Kesukaran untuk menggerakkan kaki dan tangan
Dalam jangka waktu 1 – 2 jam, yang tergigit akan merasakan kesakitan
yang luar biasa apabila menggerakkan anggota badan
Dalam jangka waktu 3 – 6 jam, urine akan berubah menjadi warna gelap
14. Tanda dan gejala yang umum ditemukan
pada pasien bekas gigitan ular adalah :
Tanda-tanda bekas taring, laserasi
Bengkak dan kemerahan, kadang-kadang
bulae atau vasikular
Sakit kepala, mual, muntah
Rasa sakit pada otot-otot, dinding perut
Demam
Keringat dingin
15. Bisa Neuro Toksik :
Kelumpuhan otot pernafasan
Kardiovaskuler terganggu
Kesadaran menurun sampai koma
Bisa Haemolytik :
Luka bekas patukan yang terus berdarah
Haematoma pada tiap suntikan IM
Haematuria
Haemoptisis/haematemesis
Kegagalan ginjal
16. Prinsip Penatalaksanaan :
Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa
Menetralkan bisa
Mengobati komplikasi
Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai
pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket
(diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran
darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan
tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit,
pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus
dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.
17. 1. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain yang
ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah
untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup
korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan
perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini
yang membahayakan. Metode pertolongan yg dilakukan adalah
menenangkan korban yang cemas; imobilisasi bagian tubuh
yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga dengan
kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau
kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam
aliran darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-
immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap
luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan
menimbulkan pendarahan lokal.
18. Cara penanganan awal di tempat kejadian adalah :
Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal
atau air steril.
Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi
menggunakan perban katun elastis dengan lebar +
10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di
sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan
gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti
membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan
terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu.
20. 2. Korban harus segera dibawa ke rumah
sakit secepatnya, dengan cara yang
aman dan senyaman mungkin. Hindari
pergerakan atau kontraksi otot untuk
mencegah peningkatan penyerapan
bisa. (Bila ular telah dimatikan,
sebaiknya dibawa serta).
21. Primary survey
Nilai tingkat kesadaran
Lakukan penilaian ABC :
A – airway: kaji apakah ada muntah,
perdarahan
B – breathing: kaji kemampuan
bernafas akibat kelumpuhan otot-
otot pernafasan
C – circulation : nilai denyut nadi
dan perdarahan pada bekas patukan,
Hematuria, Hematemesis /hemoptisis
22. Intervensi primer
Bebaskan jalan nafas bila ada sumbatan, suction
kalau perlu
Beri O2, bila perlu Intubasi
Kontrol perdarahan, toniquet dengan pita lebar untuk
mencegah aliran getah bening (Pita dilepaskan bila anti bisa
telah diberikan). Bila tidak ada anti bisa, transportasi
secepatnya ke tempat diberikannya anti bisa.
Catatan : tidak dianjurkan memasang tourniquet untuk
arteriel dan insisi luka
Pasang infus
23. Secondary survey dan Penanganan Lanjutan :
Penting menentukan diagnosa patukan ular berbisa
Bila ragu, observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan
bisa nyata, perlu pemberian anti bisa
Kolaborasi pemberian serum antibisa. Karena bisa
ular sebagian besar terdiri atas protein, maka
sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat
dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat
polivalen, yang mengandung antibodi terhadap
beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya
diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan
lokal yang luas.
24. Bila alergi serum kuda :
- Adrenalin 0,5 mg/SC
- ABU IV pelan-pelan
Bila tanda-tanda laringospasme, bronchospasme,
urtikaria hypotensi : adrenalin 0,5 mg/IM,
hydrokortison 100 mg/IV
Anti bisa diulang pemberiannya bila gejala-gejala tak
menghilang atau berkurang. Jangan terlambat dalam
pemberian ABU, karena manfaat akan berkurang.
Kaji Tingkat kesadaran
Nilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
Ukur tanda-tanda vital
25. Supportif :
Awasi kardiovaskuler, pernafasan dan status neurulogis
dengan ketat. Apabila terjadi penurunan, anti bisa diberikan
lagi atau sesuai dengan symptom.
Laboratorium :
Darah : HB, HT, Faktor pembekuan, Elektrolit
Urine : volume dari haemoglobin, myoglobine
Cairan untuk koreksi dehidrasi atau hypovolemik, Plasma
expander, digitalis kalau perlu
Diuretika untuk mempertahankan diuresis, kalau perlu
dialisa
Antibiotik dan ATS
Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa
takut cepat mati/panik.