SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
1
ENCODING DAN DECODING WITH HEKSADESIMAL
Dalam dunia komunikasi kita sering mendengar kata encoding dan
decoding. Tahukah Anda apa pengertian dari encoding dan decoding itu sendiri?
Encoding merupakan pengiriman pesan menjadi sebuah data yang dilakukan oleh
pengirim sedangkan decoding merupakan konversi dari sebuah data menjadi sebuah
pesan yang bisa dipahami oleh sang penerima.
Gambar 1. Proses Encoding dan Decoding
Pengkodean pun menggunakan sistem pembelajaran matematika salah
satu contohnya adalah menggunakan basis 16 atau bilangan heksadesimal atau lebih
disingkat hex. Sistem bilangan heksadesimal atau sistem bilangan basis enam belas
adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan 16 simbol yaitu 0, 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7 , 8, 9, A, B, C, D, E, F. Notasi huruf A menyatakan nilai bilangan 10,
B untuk nilai 11, C untuk nilai 12, D untuk nilai 13, E untuk nilai 14, dan F untuk
nilai 15. Dari sistem bilangan heksadesimal, kita dapat mengkonversinya ke sistem
bilangan Desimal, Biner, dan Oktal atau sebaliknya. Dalam membaca bilangan
biner kita membaca dalam 7 atau 8 digit seperti 01000101 yang memiliki nilai 69
di basis 2. Itu membuat kita lebih sukar dalam membaca bilangan biner tersebut
tetapi jika kita menggunakan bilangan heksadesimal kita hanya menggunakan 4
2
digit dari bilangan biner tersebut. Kita pisahkan 4 digit 4 digit menjadi 0100 0101.
Karena sistem bilangan biner dibaca dari kanan ke kiri, kita lihat 4 bit pertama yaitu
0100 itu berarti 0x20
+0x21
+1x22
+0x23
yang hasilnya adalah 4 selanjutnya untuk 4
bit berikutnya yaitu 0101 kita lakukan hal serupa dan mendapatkan hasil 5. Jadi
untuk bilangan biner 0100 0101 itu hasilnya bila kita koversikan kedalam bilangan
heksadesimal akan mendapatkan hasil 45.
Berikut ini merupakan tabel pencacahan sistem bilangan desimal, biner
dan heksadesimal.
Tabel 1. Pencacahan Bilangan Biner dan Heksadesimal
Dari tabel pencacahan tersebut kita dapat simpulkan bilangan
heksadesimal 16 dan seterusnya merupakan penggabungan antara bilangan biner 1-
F dengan bilangan biner 1-F. Sebagai contoh kita lihat bilangan desimal 19.
Bilangan desimal 19 bila kita konversikan kedalam bilangan heksadesimal bernilai
13. Dan bila kita konversikan ke dalam bilangan biner itu berarti nilai bilangan biner
1 ditambah dengan nilai bilangan biner 3. Contoh lain konversi bilangan
heksadesimal kedalam desimal kita ambil bilangan desimal 250. Maka langkah
3
pertama kita rubah bilangan desimal 250 ke dalam bilangan biner: 250(10)=
1111.1010(2).
Untuk memudahkan konversi bilangan biner ke heksadesimal maka
deretan bilangan biner dikelompokkan dalam masing-masing 4 bit. Contoh: 4 bit
pertama adalah 1111(2) = F(16), byte ke dua adalah 1010(2) = A(16). Maka
bilangan heksadesimal, 1111.1010(2) = FA(16) Sehingga 250(10) = FA(16).
Teknologi yang menggunakan bilangan heksadesimal yaitu dalam IP
address untuk jaringan internet dalam komputer. Sesungguhnya IP address
merupakan deretan angka biner antara 32 bit hingga 128 bit. 32 bit untuk IPv4 dan
128 bit untuk IPv6. IPv4 merupakan IP address dengan 32 bit atau sama dengan
232
= 4,294,967,296 Protokol komputer dapat terhubung ke internet. Tetapi para ahli
merasa cemas bila para pengguna internet melebihi jumlah tersebut jadi para ahli
membuat teknologi baru yaitu IPv6 tetapi IPv6 tidak menggunakan bilangan biner
seperti pada IPv4 dikarenakan deretan bit yang sangat banyak yaitu 128 hampir 4
kali dari jumlah IPv4. Jadi pada IPv6 menggunakan bilangan heksadesimal. Contoh
Deretan bit yang panjang seperti pada IPv4 akan menyulitkan dalam sistem
konversi. Maka sistem bilangan heksadesimal memudahkan pekerjaan konversi
tersebut, karena setiap 4 bit bilangan biner diwakili oleh 1 bilangan heksadesimal.
Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang
dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok
bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan
colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-
decimal format. Contoh: ini merupakan alamat IP address untuk IPv4 setelah
diubah kedalam bilangan biner
001000011101101000000000110100110000000000000000001011110011101100
00001010101010000000001111111111111110001010001001110001011010.
4
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal
format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16-
bit
0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000
0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000
1001110001011010.
Lalu, setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam
bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan
dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut:
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A.
Ini merupakan teknologi yang menggunakan bilangan Heksa desimal.
Gambar 2. Perbedaan IPv4 dan IPv6
Penulis akan memberikan contoh pengkodean bilangan biner yang sukar
untuk ditulis bila bilangan biner tersebut banyak. Contoh: seorang pengirim pesan
atau encoding mengirim sebuah pesan biner seperti ini
010000100101100101000101 bila kita koversikan bilangan biner tersebut ke dalam
bilangan desimal 20
+ 22
+ 26
+ 28
+ 211
+ 212
+ 214
+ 217
+ 222
= 1 + 4 +
64 + 256 + 2048 + 4096 + 16384 + 131072 + 4194304 = 4348229.
Kemudian seorang penerima pesan mengkonversikan kode tersebut kedalam kode
biner dan mendapatkan hasil sebuah kata yaitu BYE. Bagaimana itu bisa terjadi?
5
Apakah nilai 4348229 mewakili kata BYE? Untuk itu kita pertama harus
mengetahui apa itu tabel ASCII.
Tabel ASCII berisikan tentang kode-kode biner dari huruf-huruf abjad
dari A-Z dengan A tidak sama dengan a. Jadi kode biner untuk huruf A tidak sama
dengan huruf a. Tabel tersebut dinamakan tabel ASCII (American Standard Code
for Information Interchange) atau Kode Standar Amerika untuk Pertukaran
Informasi. ASCII merupakan kode standar yang digunakan dalam pertukaran
informasi pada komputer. Komputer hanya dapat memahami nomor, maka kode
ASCII adalah representasi numerik dari karakter-karakter dari komputer seperti
a,@ dan sebagainya. Jumlah kode ASCII adalah 255 kode. Kode ASCII 0–127
merupakan kode ASCII untuk manipulasi teks; sedangkan kode ASCII 128-255
merupakan kode ASCII untuk manipulasi grafik. Sedangkan yang akan kita bahas
kali ini mengenai kode ASCII 0–127 untuk manipulasi teks. Setiap simbol yang ada
di keyboard memiliki kode ASCII. Sebagai contoh Huruf A memiliki kode ASCII
65; huruf a memiliki kode ASCII 97. Kode ASCII 65 dalam implementasinya
diterjemahkan ke kode Biner. Kode ASCII dalam implementasinya diterjemahkan
ke kode biner. Kode ASCII sebenarnya memiliki komposisi
bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Kode
bernilai sampai dengan 31 dinamakan kode control, sedangkan 32 sampai dengan
126 adalah kode ASCII yang dapat ditampilkan. Alfabet A sampai Z diwakili oleh
kode desimal 65 sampai 90.
6
Tabel 2. ASCII Lengkap dengan Heksadesimal
Tabel ini merupakan tabel ASCII lengkap dengan bilangan biner dan juga
bilangan heksadesimal yang berasal dari catatanpilihanwordpress.com. Dari tabel
di atas dapat kita simpulkan untuk menerjemahkan bilangan biner ternyata dengan
huruf demi huruf bukan kata demi kata. Selanjutnya bagaimana cara sang penerima
pesan mengubah pesan tersebut menjadi sebuah kata BYE? Padahal tidak ada kata
BYE dalam tabel tersebut ataupun bilangan biner 010000100101100101000101
dengan desimal 4348229. Sang penerima pesan memisahkan bilangan bilangan
biner tersebut menjadi 8 digit sehingga menjadi 01000010 01011001 01000101.
Kemudian sang penerima pesan melihat tabel ASCII sehingga sang penerima pesan
mendapatkan kata BYE. Bagaimana kalo kita tidak memiliki tabel tersebut apakah
kita dapat tetap mengirim kode kepada sang penerima pesan? Tentu saja bisa kita
hanya perlu mengetahui bahwa abjad atau alphabet dari A-Z itu terdapat pada nilai
7
biner 65-90. Bila menurut kita bilangan tersebut terlalu besar untuk kita hitung,
mudah saja kita dapat menggunakan bilangan heksadesimal jadi untuk mencari
huruf H,E,L,L,O maka kita hanya perlu menghitung huruf yang kita inginkan
merupakan ke berapa dalam sistem alphabet bila kita mencari huruf H, kita tahu
bahwa huruf H merupakan huruf ke 8. Maka nilai desimal untuk huruf H adalah
65+8-1 sehingga hasilnya 72 untuk bilangan biner. Untuk lebih mudahnya dalam
kita mengubah desimal 72 kedalam pengkodean biner, kita dapat mengubah angka
72 kedalam bilangan heksadesimal. Dengan cara membagi 72 dengan 16 hasilnya
adalah 4 dengan sisa 8. Jadi bilangan desimal 72 bila kita konversikan kedalam
bilangan heksadesimal maka menjadi 48. Lalu tinggal kita lihat angka 4 pada
bilangan biner yaitu 0100 dan angka 8 dalam biner itu adalah 1000 dan seterusnya
hingga kita mendapatkan bilangan biner untuk kata HELLO mudah kan?
Sekarang pertanyaannya kenapa kita memisahkan 4 bit 4 bit?
Jawabannya karena bila kita menggunakan 8 bit itu menurut saya terlalu panjang
seperti saat kita menulis pesan singkat untuk seorang teman kita sebagai contoh kita
menulis kata “SEKARANG” menurut saya itu terlalu panjang padahal kita dapat
menulisnya dengan cara disingkat menjadi “SKRG” teman kita pun akan
mengetahui bahwa yang dimaksud adalah kata SEKARANG. Begitu juga pada
penggunaan 8 bit menjadi 4 bit kenapa kita menggunakan 8 bit jika ada cara lain
selain 8 bit yang memudahkan kita yaitu dengan cara menulis 4 bit. Istilah lain
untuk 4 bit adalah Nibble. Jadi untuk 1 huruf alphabet berarti 2 nibble = 1 byte
dalam ukuran memori. Sekarang bila kita menulis TEORIBILANGAN berapa
ukuran byte untuk kata tersebut? Jawabannya adalah 13 byte. Kenapa bisa begitu?
Jika kita rinci kata:
 T = 2 nibble
 E = 2 nibble
 O = 2 nibble
 R = 2 nibble
 I = 2 nibble
 Spasi= 2 nibble
8
 B = 2 nibble
 I = 2 nibble
 L = 2 nibble
 A = 2 nibble
 N = 2 nibble
 G = 2 nibble
 A = 2 nibble
 N = 2 nibble
Jumlah seluruh nibble dalam kata tersebut adalah 28 nibble. Kita ketahui
bahwa 2 nibble = 1 byte jadi bila kita hitung maka untuk kata “TEORI
BILANGAN’ kata tersebut akan berukuran 14 byte. Tetapi bila kita coba ketik kata
tersebut dalam microsoft word lalu kita save ukurannya tidak akan 14 byte
dikarenakan ada hal hal lain selain dari segi tersebut seperti pada jenis huruf, ukuran
kertas, tebalnya huruf, dll yang mempengaruhi ukuran byte dalam penulisan kata
“TEORI BILANGAN”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bilangan
heksadesimal merupakan cara ampuh untuk memudahkan kita dalam mengirim dan
membaca kode yang kita inginkan atau kita terima. Memang di dunia ini masih
banyak yang belum mengenal bilangan heksadesimal padahal sitem bilangan
heksadesimal tersebut telah digunakan dalam IP address versi 6. Karena sistem
dalam komputer kebanyakan menggunakan sistem bilangan biner padahal, sistem
bilangan heksadesimal dapat lebih memudahkan kita dalam mengkonversi
bilangan-bilangan biner tersebut dengan skala yang lebih kecil seperti dari 8 digit
bilangan biner kita dapat memisahkan menjadi 2 yang berisi 4 digit 4 digit bilangan
biner lalu kita ubah bilangan tersebut kedalam bilangan heksadesimal. Itu lebih
memudahkan kita dalam pengiriman dan pembacaan kode-kode yang banyak bukan
hanya 3,4,atau 5 huruf mungkin kode tersebut berbentuk 2 kata atau bahkan 1
kalimat. Bahkan ini pun dapat menjadi sebuah secret message yang hanya penerima
dan pengirim lah yang tau apa pesan yang dikirim maupun diterima. Kita sekarang
mengetahui bahwa istilah selain dari 8 bit = 1 byte menjadi 2 nibble = 1 byte
9
Akhirnya pembahasan tentang decoding encoding with heksadesimal pun
selesai. Ini merupakan aplikasi yang lebih memudahkan kita selain daripada
penggunaan bilangan biner. Kedepannya mungkin akan ada aplikasi-aplikasi yang
lebih baru yang lebih memudahkan selain bilangan heksadesimal dalam pengiriman
ataupun penerimaan secret message, pengiriman dan penerimaan kode-kode
ataupun hal-hal lain.

More Related Content

What's hot

Presentasi modul 6
Presentasi modul 6Presentasi modul 6
Presentasi modul 6mharianto
 
Pti (7) sistem bilangan
Pti (7)   sistem bilanganPti (7)   sistem bilangan
Pti (7) sistem bilanganHardini_HD
 
Edo A.G Kode Biner
Edo A.G   Kode BinerEdo A.G   Kode Biner
Edo A.G Kode BinerEdo A.G
 
BAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATA
BAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATABAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATA
BAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATAIez Risma Nursida
 
03 orakom - representasi data
03   orakom - representasi data03   orakom - representasi data
03 orakom - representasi dataWiEn SHipiet
 
Sistem bilangan dan kode
Sistem bilangan dan kodeSistem bilangan dan kode
Sistem bilangan dan kodeRizma Ariyani
 
Metnum 2013 sistem bilangan
Metnum 2013 sistem bilanganMetnum 2013 sistem bilangan
Metnum 2013 sistem bilanganMikum Salam
 
Pertemuan 4 sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal
Pertemuan 4  sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal Pertemuan 4  sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal
Pertemuan 4 sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal SitiFauriah
 
Organisasi Komputer- representasi informasi
Organisasi Komputer- representasi informasiOrganisasi Komputer- representasi informasi
Organisasi Komputer- representasi informasidaru2501
 
Pertemuan 5
Pertemuan 5Pertemuan 5
Pertemuan 5Mrirfan
 
Sistem Bilangan (modul 1)
Sistem Bilangan (modul 1)Sistem Bilangan (modul 1)
Sistem Bilangan (modul 1)Raflyzon Lie
 

What's hot (18)

Presentasi bab 6
Presentasi bab 6Presentasi bab 6
Presentasi bab 6
 
Presentasi modul 6
Presentasi modul 6Presentasi modul 6
Presentasi modul 6
 
Pti (7) sistem bilangan
Pti (7)   sistem bilanganPti (7)   sistem bilangan
Pti (7) sistem bilangan
 
Persentasi bab 6
Persentasi bab 6Persentasi bab 6
Persentasi bab 6
 
Ppt tugas teknik digital 2
Ppt tugas teknik digital 2Ppt tugas teknik digital 2
Ppt tugas teknik digital 2
 
Edo A.G Kode Biner
Edo A.G   Kode BinerEdo A.G   Kode Biner
Edo A.G Kode Biner
 
BAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATA
BAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATABAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATA
BAB II ISI MAKALAH REPRESENTASI DATA
 
konversi sistem bilangan
konversi sistem bilangankonversi sistem bilangan
konversi sistem bilangan
 
03 orakom - representasi data
03   orakom - representasi data03   orakom - representasi data
03 orakom - representasi data
 
Sistem bilangan dan kode
Sistem bilangan dan kodeSistem bilangan dan kode
Sistem bilangan dan kode
 
1. sistem bilangan dan register
1. sistem bilangan dan register1. sistem bilangan dan register
1. sistem bilangan dan register
 
Konversi bilangan desimal
Konversi bilangan desimalKonversi bilangan desimal
Konversi bilangan desimal
 
Metnum 2013 sistem bilangan
Metnum 2013 sistem bilanganMetnum 2013 sistem bilangan
Metnum 2013 sistem bilangan
 
Pertemuan 4 sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal
Pertemuan 4  sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal Pertemuan 4  sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal
Pertemuan 4 sistem bilangan coded decimal dan binary coded hexadecimal
 
Organisasi Komputer- representasi informasi
Organisasi Komputer- representasi informasiOrganisasi Komputer- representasi informasi
Organisasi Komputer- representasi informasi
 
Pertemuan 5
Pertemuan 5Pertemuan 5
Pertemuan 5
 
Bab 1 siskom
Bab 1 siskomBab 1 siskom
Bab 1 siskom
 
Sistem Bilangan (modul 1)
Sistem Bilangan (modul 1)Sistem Bilangan (modul 1)
Sistem Bilangan (modul 1)
 

Viewers also liked (20)

Creating a Culture of Engagement
Creating a Culture of EngagementCreating a Culture of Engagement
Creating a Culture of Engagement
 
JP Morgan Paper
JP Morgan PaperJP Morgan Paper
JP Morgan Paper
 
Alspeed
AlspeedAlspeed
Alspeed
 
Header,Manifold,Exhaust Pipe
Header,Manifold,Exhaust PipeHeader,Manifold,Exhaust Pipe
Header,Manifold,Exhaust Pipe
 
Gia Khanh - CV
Gia Khanh - CVGia Khanh - CV
Gia Khanh - CV
 
Prueba computacion
Prueba computacionPrueba computacion
Prueba computacion
 
Trainingday 2016
Trainingday 2016Trainingday 2016
Trainingday 2016
 
Fundraising from a Former Funder's Perspective
Fundraising from a Former Funder's PerspectiveFundraising from a Former Funder's Perspective
Fundraising from a Former Funder's Perspective
 
Perkalian belasan ala india
Perkalian belasan ala indiaPerkalian belasan ala india
Perkalian belasan ala india
 
CV_Basavanagowda
CV_BasavanagowdaCV_Basavanagowda
CV_Basavanagowda
 
Global Forecast Q3 by G4S Risk Consulting
Global Forecast Q3 by G4S Risk ConsultingGlobal Forecast Q3 by G4S Risk Consulting
Global Forecast Q3 by G4S Risk Consulting
 
OEM CAPABILITY
OEM CAPABILITYOEM CAPABILITY
OEM CAPABILITY
 
SnapDragon Social Media
SnapDragon Social MediaSnapDragon Social Media
SnapDragon Social Media
 
Obi Fox Can Beat Huawei in Kenya
Obi Fox Can Beat Huawei in KenyaObi Fox Can Beat Huawei in Kenya
Obi Fox Can Beat Huawei in Kenya
 
Moch Anis - CV rev 2 (1)
Moch  Anis - CV rev 2 (1)Moch  Anis - CV rev 2 (1)
Moch Anis - CV rev 2 (1)
 
SH.DAVIS Resume K
SH.DAVIS Resume KSH.DAVIS Resume K
SH.DAVIS Resume K
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Boulder County Assistance Site Strategic Outreach Plan_1125
Boulder County Assistance Site Strategic Outreach Plan_1125Boulder County Assistance Site Strategic Outreach Plan_1125
Boulder County Assistance Site Strategic Outreach Plan_1125
 
Neuropathy and Plantar Fasciitis
Neuropathy and Plantar FasciitisNeuropathy and Plantar Fasciitis
Neuropathy and Plantar Fasciitis
 
Ebook fqg-7habitos
Ebook fqg-7habitosEbook fqg-7habitos
Ebook fqg-7habitos
 

Similar to Decoding Encoding with Heksadesimal

Pertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika D
Pertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika DPertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika D
Pertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika Dfeve012345
 
Diktat elektronika digital i
Diktat elektronika digital iDiktat elektronika digital i
Diktat elektronika digital iRizma Ariyani
 
Makalah sistem digital_universitas_sains
Makalah sistem digital_universitas_sainsMakalah sistem digital_universitas_sains
Makalah sistem digital_universitas_sainssyahrulramadhan128
 
Cara belajar cepat konversi bilangan desimal
Cara belajar cepat konversi bilangan desimalCara belajar cepat konversi bilangan desimal
Cara belajar cepat konversi bilangan desimalKevin Ricardo
 
Sistem bilangan3
Sistem bilangan3Sistem bilangan3
Sistem bilangan3adealfarisi
 
Sistem bilangan2
Sistem bilangan2Sistem bilangan2
Sistem bilangan2adealfarisi
 
Materi konversi bilangan
Materi konversi bilanganMateri konversi bilangan
Materi konversi bilanganndriehs
 
sistem bilangan.ppt
sistem bilangan.pptsistem bilangan.ppt
sistem bilangan.pptDonnyAulia1
 
Pertemuan 4 - Representasi Data1234.pptx
Pertemuan 4 - Representasi Data1234.pptxPertemuan 4 - Representasi Data1234.pptx
Pertemuan 4 - Representasi Data1234.pptxAhmadNurfauzan6
 
Jaringan Komputer - Sistem Bilangan
Jaringan Komputer - Sistem BilanganJaringan Komputer - Sistem Bilangan
Jaringan Komputer - Sistem BilanganCeria Agnantria
 
Materi 4-dan-resume-materi-1-3
Materi 4-dan-resume-materi-1-3Materi 4-dan-resume-materi-1-3
Materi 4-dan-resume-materi-1-3Ismanu Rahadi
 

Similar to Decoding Encoding with Heksadesimal (20)

Pertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika D
Pertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika DPertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika D
Pertemuan I-sistem-bilangan-Elektronika D
 
2 sistem-bilangan
2 sistem-bilangan2 sistem-bilangan
2 sistem-bilangan
 
Diktat elektronika digital i
Diktat elektronika digital iDiktat elektronika digital i
Diktat elektronika digital i
 
Makalah sistem digital_universitas_sains
Makalah sistem digital_universitas_sainsMakalah sistem digital_universitas_sains
Makalah sistem digital_universitas_sains
 
1 konversi-bilangan1
1 konversi-bilangan11 konversi-bilangan1
1 konversi-bilangan1
 
Assembly ok3
Assembly ok3Assembly ok3
Assembly ok3
 
Sitem Bilangan Digital
Sitem Bilangan DigitalSitem Bilangan Digital
Sitem Bilangan Digital
 
Kegiatan_Belajar.pdf
Kegiatan_Belajar.pdfKegiatan_Belajar.pdf
Kegiatan_Belajar.pdf
 
Sistem bilangan 2
Sistem bilangan 2Sistem bilangan 2
Sistem bilangan 2
 
Cara belajar cepat konversi bilangan desimal
Cara belajar cepat konversi bilangan desimalCara belajar cepat konversi bilangan desimal
Cara belajar cepat konversi bilangan desimal
 
2 sistem-bilangan
2 sistem-bilangan2 sistem-bilangan
2 sistem-bilangan
 
Sistem bilangan3
Sistem bilangan3Sistem bilangan3
Sistem bilangan3
 
Sistem bilangan2
Sistem bilangan2Sistem bilangan2
Sistem bilangan2
 
Bilangan biner
Bilangan binerBilangan biner
Bilangan biner
 
Materi konversi bilangan
Materi konversi bilanganMateri konversi bilangan
Materi konversi bilangan
 
sistem bilangan.ppt
sistem bilangan.pptsistem bilangan.ppt
sistem bilangan.ppt
 
Pertemuan 4 - Representasi Data1234.pptx
Pertemuan 4 - Representasi Data1234.pptxPertemuan 4 - Representasi Data1234.pptx
Pertemuan 4 - Representasi Data1234.pptx
 
Jaringan Komputer - Sistem Bilangan
Jaringan Komputer - Sistem BilanganJaringan Komputer - Sistem Bilangan
Jaringan Komputer - Sistem Bilangan
 
Materi 4-dan-resume-materi-1-3
Materi 4-dan-resume-materi-1-3Materi 4-dan-resume-materi-1-3
Materi 4-dan-resume-materi-1-3
 
Sistem bilangan2
Sistem bilangan2Sistem bilangan2
Sistem bilangan2
 

Recently uploaded

MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 

Recently uploaded (20)

MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 

Decoding Encoding with Heksadesimal

  • 1. 1 ENCODING DAN DECODING WITH HEKSADESIMAL Dalam dunia komunikasi kita sering mendengar kata encoding dan decoding. Tahukah Anda apa pengertian dari encoding dan decoding itu sendiri? Encoding merupakan pengiriman pesan menjadi sebuah data yang dilakukan oleh pengirim sedangkan decoding merupakan konversi dari sebuah data menjadi sebuah pesan yang bisa dipahami oleh sang penerima. Gambar 1. Proses Encoding dan Decoding Pengkodean pun menggunakan sistem pembelajaran matematika salah satu contohnya adalah menggunakan basis 16 atau bilangan heksadesimal atau lebih disingkat hex. Sistem bilangan heksadesimal atau sistem bilangan basis enam belas adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan 16 simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 , 8, 9, A, B, C, D, E, F. Notasi huruf A menyatakan nilai bilangan 10, B untuk nilai 11, C untuk nilai 12, D untuk nilai 13, E untuk nilai 14, dan F untuk nilai 15. Dari sistem bilangan heksadesimal, kita dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Desimal, Biner, dan Oktal atau sebaliknya. Dalam membaca bilangan biner kita membaca dalam 7 atau 8 digit seperti 01000101 yang memiliki nilai 69 di basis 2. Itu membuat kita lebih sukar dalam membaca bilangan biner tersebut tetapi jika kita menggunakan bilangan heksadesimal kita hanya menggunakan 4
  • 2. 2 digit dari bilangan biner tersebut. Kita pisahkan 4 digit 4 digit menjadi 0100 0101. Karena sistem bilangan biner dibaca dari kanan ke kiri, kita lihat 4 bit pertama yaitu 0100 itu berarti 0x20 +0x21 +1x22 +0x23 yang hasilnya adalah 4 selanjutnya untuk 4 bit berikutnya yaitu 0101 kita lakukan hal serupa dan mendapatkan hasil 5. Jadi untuk bilangan biner 0100 0101 itu hasilnya bila kita koversikan kedalam bilangan heksadesimal akan mendapatkan hasil 45. Berikut ini merupakan tabel pencacahan sistem bilangan desimal, biner dan heksadesimal. Tabel 1. Pencacahan Bilangan Biner dan Heksadesimal Dari tabel pencacahan tersebut kita dapat simpulkan bilangan heksadesimal 16 dan seterusnya merupakan penggabungan antara bilangan biner 1- F dengan bilangan biner 1-F. Sebagai contoh kita lihat bilangan desimal 19. Bilangan desimal 19 bila kita konversikan kedalam bilangan heksadesimal bernilai 13. Dan bila kita konversikan ke dalam bilangan biner itu berarti nilai bilangan biner 1 ditambah dengan nilai bilangan biner 3. Contoh lain konversi bilangan heksadesimal kedalam desimal kita ambil bilangan desimal 250. Maka langkah
  • 3. 3 pertama kita rubah bilangan desimal 250 ke dalam bilangan biner: 250(10)= 1111.1010(2). Untuk memudahkan konversi bilangan biner ke heksadesimal maka deretan bilangan biner dikelompokkan dalam masing-masing 4 bit. Contoh: 4 bit pertama adalah 1111(2) = F(16), byte ke dua adalah 1010(2) = A(16). Maka bilangan heksadesimal, 1111.1010(2) = FA(16) Sehingga 250(10) = FA(16). Teknologi yang menggunakan bilangan heksadesimal yaitu dalam IP address untuk jaringan internet dalam komputer. Sesungguhnya IP address merupakan deretan angka biner antara 32 bit hingga 128 bit. 32 bit untuk IPv4 dan 128 bit untuk IPv6. IPv4 merupakan IP address dengan 32 bit atau sama dengan 232 = 4,294,967,296 Protokol komputer dapat terhubung ke internet. Tetapi para ahli merasa cemas bila para pengguna internet melebihi jumlah tersebut jadi para ahli membuat teknologi baru yaitu IPv6 tetapi IPv6 tidak menggunakan bilangan biner seperti pada IPv4 dikarenakan deretan bit yang sangat banyak yaitu 128 hampir 4 kali dari jumlah IPv4. Jadi pada IPv6 menggunakan bilangan heksadesimal. Contoh Deretan bit yang panjang seperti pada IPv4 akan menyulitkan dalam sistem konversi. Maka sistem bilangan heksadesimal memudahkan pekerjaan konversi tersebut, karena setiap 4 bit bilangan biner diwakili oleh 1 bilangan heksadesimal. Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted- decimal format. Contoh: ini merupakan alamat IP address untuk IPv4 setelah diubah kedalam bilangan biner 001000011101101000000000110100110000000000000000001011110011101100 00001010101010000000001111111111111110001010001001110001011010.
  • 4. 4 Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16- bit 0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000 0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010. Lalu, setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut: 21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A. Ini merupakan teknologi yang menggunakan bilangan Heksa desimal. Gambar 2. Perbedaan IPv4 dan IPv6 Penulis akan memberikan contoh pengkodean bilangan biner yang sukar untuk ditulis bila bilangan biner tersebut banyak. Contoh: seorang pengirim pesan atau encoding mengirim sebuah pesan biner seperti ini 010000100101100101000101 bila kita koversikan bilangan biner tersebut ke dalam bilangan desimal 20 + 22 + 26 + 28 + 211 + 212 + 214 + 217 + 222 = 1 + 4 + 64 + 256 + 2048 + 4096 + 16384 + 131072 + 4194304 = 4348229. Kemudian seorang penerima pesan mengkonversikan kode tersebut kedalam kode biner dan mendapatkan hasil sebuah kata yaitu BYE. Bagaimana itu bisa terjadi?
  • 5. 5 Apakah nilai 4348229 mewakili kata BYE? Untuk itu kita pertama harus mengetahui apa itu tabel ASCII. Tabel ASCII berisikan tentang kode-kode biner dari huruf-huruf abjad dari A-Z dengan A tidak sama dengan a. Jadi kode biner untuk huruf A tidak sama dengan huruf a. Tabel tersebut dinamakan tabel ASCII (American Standard Code for Information Interchange) atau Kode Standar Amerika untuk Pertukaran Informasi. ASCII merupakan kode standar yang digunakan dalam pertukaran informasi pada komputer. Komputer hanya dapat memahami nomor, maka kode ASCII adalah representasi numerik dari karakter-karakter dari komputer seperti a,@ dan sebagainya. Jumlah kode ASCII adalah 255 kode. Kode ASCII 0–127 merupakan kode ASCII untuk manipulasi teks; sedangkan kode ASCII 128-255 merupakan kode ASCII untuk manipulasi grafik. Sedangkan yang akan kita bahas kali ini mengenai kode ASCII 0–127 untuk manipulasi teks. Setiap simbol yang ada di keyboard memiliki kode ASCII. Sebagai contoh Huruf A memiliki kode ASCII 65; huruf a memiliki kode ASCII 97. Kode ASCII 65 dalam implementasinya diterjemahkan ke kode Biner. Kode ASCII dalam implementasinya diterjemahkan ke kode biner. Kode ASCII sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Kode bernilai sampai dengan 31 dinamakan kode control, sedangkan 32 sampai dengan 126 adalah kode ASCII yang dapat ditampilkan. Alfabet A sampai Z diwakili oleh kode desimal 65 sampai 90.
  • 6. 6 Tabel 2. ASCII Lengkap dengan Heksadesimal Tabel ini merupakan tabel ASCII lengkap dengan bilangan biner dan juga bilangan heksadesimal yang berasal dari catatanpilihanwordpress.com. Dari tabel di atas dapat kita simpulkan untuk menerjemahkan bilangan biner ternyata dengan huruf demi huruf bukan kata demi kata. Selanjutnya bagaimana cara sang penerima pesan mengubah pesan tersebut menjadi sebuah kata BYE? Padahal tidak ada kata BYE dalam tabel tersebut ataupun bilangan biner 010000100101100101000101 dengan desimal 4348229. Sang penerima pesan memisahkan bilangan bilangan biner tersebut menjadi 8 digit sehingga menjadi 01000010 01011001 01000101. Kemudian sang penerima pesan melihat tabel ASCII sehingga sang penerima pesan mendapatkan kata BYE. Bagaimana kalo kita tidak memiliki tabel tersebut apakah kita dapat tetap mengirim kode kepada sang penerima pesan? Tentu saja bisa kita hanya perlu mengetahui bahwa abjad atau alphabet dari A-Z itu terdapat pada nilai
  • 7. 7 biner 65-90. Bila menurut kita bilangan tersebut terlalu besar untuk kita hitung, mudah saja kita dapat menggunakan bilangan heksadesimal jadi untuk mencari huruf H,E,L,L,O maka kita hanya perlu menghitung huruf yang kita inginkan merupakan ke berapa dalam sistem alphabet bila kita mencari huruf H, kita tahu bahwa huruf H merupakan huruf ke 8. Maka nilai desimal untuk huruf H adalah 65+8-1 sehingga hasilnya 72 untuk bilangan biner. Untuk lebih mudahnya dalam kita mengubah desimal 72 kedalam pengkodean biner, kita dapat mengubah angka 72 kedalam bilangan heksadesimal. Dengan cara membagi 72 dengan 16 hasilnya adalah 4 dengan sisa 8. Jadi bilangan desimal 72 bila kita konversikan kedalam bilangan heksadesimal maka menjadi 48. Lalu tinggal kita lihat angka 4 pada bilangan biner yaitu 0100 dan angka 8 dalam biner itu adalah 1000 dan seterusnya hingga kita mendapatkan bilangan biner untuk kata HELLO mudah kan? Sekarang pertanyaannya kenapa kita memisahkan 4 bit 4 bit? Jawabannya karena bila kita menggunakan 8 bit itu menurut saya terlalu panjang seperti saat kita menulis pesan singkat untuk seorang teman kita sebagai contoh kita menulis kata “SEKARANG” menurut saya itu terlalu panjang padahal kita dapat menulisnya dengan cara disingkat menjadi “SKRG” teman kita pun akan mengetahui bahwa yang dimaksud adalah kata SEKARANG. Begitu juga pada penggunaan 8 bit menjadi 4 bit kenapa kita menggunakan 8 bit jika ada cara lain selain 8 bit yang memudahkan kita yaitu dengan cara menulis 4 bit. Istilah lain untuk 4 bit adalah Nibble. Jadi untuk 1 huruf alphabet berarti 2 nibble = 1 byte dalam ukuran memori. Sekarang bila kita menulis TEORIBILANGAN berapa ukuran byte untuk kata tersebut? Jawabannya adalah 13 byte. Kenapa bisa begitu? Jika kita rinci kata:  T = 2 nibble  E = 2 nibble  O = 2 nibble  R = 2 nibble  I = 2 nibble  Spasi= 2 nibble
  • 8. 8  B = 2 nibble  I = 2 nibble  L = 2 nibble  A = 2 nibble  N = 2 nibble  G = 2 nibble  A = 2 nibble  N = 2 nibble Jumlah seluruh nibble dalam kata tersebut adalah 28 nibble. Kita ketahui bahwa 2 nibble = 1 byte jadi bila kita hitung maka untuk kata “TEORI BILANGAN’ kata tersebut akan berukuran 14 byte. Tetapi bila kita coba ketik kata tersebut dalam microsoft word lalu kita save ukurannya tidak akan 14 byte dikarenakan ada hal hal lain selain dari segi tersebut seperti pada jenis huruf, ukuran kertas, tebalnya huruf, dll yang mempengaruhi ukuran byte dalam penulisan kata “TEORI BILANGAN”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bilangan heksadesimal merupakan cara ampuh untuk memudahkan kita dalam mengirim dan membaca kode yang kita inginkan atau kita terima. Memang di dunia ini masih banyak yang belum mengenal bilangan heksadesimal padahal sitem bilangan heksadesimal tersebut telah digunakan dalam IP address versi 6. Karena sistem dalam komputer kebanyakan menggunakan sistem bilangan biner padahal, sistem bilangan heksadesimal dapat lebih memudahkan kita dalam mengkonversi bilangan-bilangan biner tersebut dengan skala yang lebih kecil seperti dari 8 digit bilangan biner kita dapat memisahkan menjadi 2 yang berisi 4 digit 4 digit bilangan biner lalu kita ubah bilangan tersebut kedalam bilangan heksadesimal. Itu lebih memudahkan kita dalam pengiriman dan pembacaan kode-kode yang banyak bukan hanya 3,4,atau 5 huruf mungkin kode tersebut berbentuk 2 kata atau bahkan 1 kalimat. Bahkan ini pun dapat menjadi sebuah secret message yang hanya penerima dan pengirim lah yang tau apa pesan yang dikirim maupun diterima. Kita sekarang mengetahui bahwa istilah selain dari 8 bit = 1 byte menjadi 2 nibble = 1 byte
  • 9. 9 Akhirnya pembahasan tentang decoding encoding with heksadesimal pun selesai. Ini merupakan aplikasi yang lebih memudahkan kita selain daripada penggunaan bilangan biner. Kedepannya mungkin akan ada aplikasi-aplikasi yang lebih baru yang lebih memudahkan selain bilangan heksadesimal dalam pengiriman ataupun penerimaan secret message, pengiriman dan penerimaan kode-kode ataupun hal-hal lain.