SlideShare a Scribd company logo
1 of 130
BAB III
ANALISA STRUKTUR
3.1 Beban yang bekerja
3.1.1 Distribusi beban dengan metode amplop
Distribusi beban yang terjadi pada pelat lantai dan atap ditunjukan
pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 distribusi beban dengan metode amplop
1. Beban Mati (DL)
Distribusi beban segitiga untuk beban mati lantai 1 dan 2:
a) Beban sendiri plat lantai = h . 2400kg/m3 = 0,12 . 2400 = 288 kg/m2
b) Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2
c) Beban spesi tebal 2 cm = 0,02 x 2100 = 42g/m2
d) Beban ubin 1 cm = 0,01 x 2400 = 24 kg/m2
e) Beban mechanical electrical = 25kg/m2
Beban mati total, qD = 397 kg/m2
Beban segitiga terebut diekuivalensikan menjadi beban persegi :
Gambar 3.2 beban mati ekuivalen dari beban segitiga
Momen segitiga = Mmax persegi
1
24
. qD.lx3 =
1
8
.qeq .lx2
qeq =
1
3
. qD.lx
=
1
3
. 397 3,25 =430,083 kg/m
Distribusi beban trapesium untuk beban mati lantai 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3 beban mati ekuivalen dari beban trapesium
RA = RB =
1
2
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦−
1
2
𝑙𝑥)
2
=
1
8
. Wu . lx (2ly - lx)
Mmax =
1
2
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2
−2.
1
2
𝑙𝑥2
)
24
=
1
48
. 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
Mmax persegi = M max trapesium
1
8
. qeq ly2 =
1
48
. 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
qeq =
1
6
. 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3 − (
𝑙𝑥
𝑙𝑦
)2)
=
1
6
.397 .3,25.(3 − (
3,25
5,5
)2)
= 570,038 kg/m
Distribusi beban mati segitiga untuk beban mati lantai atap (3)
a) Beban sendiri plat atap = h . 2400 kg/m3 = 0,11. 2400 =267 kg/m2
b) Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2
c) Beban mechanical electrical = 25 kg/m2
Beban mati total, qD = 310 kg/m2
Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi:
Gambar 3.4 beban mati ekuivalen dari beban segitiga
Momen segitiga = Mmax persegi
1
24
. qD.lx3 =
1
8
.qeq .lx2
qeq =
1
3
. qD.lx
=
1
3
. 310. 3,25 = 335,833 kg/m
Distribusi beban trapesium untuk beban mati atap (lantai3) adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5 beban mati ekuivalen dari beban trapesium
RA = RB =
1
2
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦−
1
2
𝑙𝑥)
2
=
1
8
. Wu . lx (2ly - lx)
Mmax =
1
2
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2
−2.
1
2
𝑙𝑥2
)
24
=
1
48
. 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
Mmax persegi = M max trapesium
1
8
. qeq ly2 =
1
48
. 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
qeq =
1
6
. 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3 − (
𝑙𝑥
𝑙𝑦
)2)
=
1
6
.310 .3,25.(3 − (
3,25
5,5
)2)
= 445,118 kg/m
2. Beban Hidup (LL)
Distribusi beban segitiga untuk beban hidup lantai 1 dan 2:
Gambar 3.6 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga
Beban hidup = 250 kg/m2
Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi
Momen segitiga = Mmax persegi
1
24
. qL.lx3 =
1
8
. qeq .lx2
qeq =
1
3
. qL.lx
=
1
3
. 250. 3,25 = 270,833 kg/m
Distribusi beban trapesium untuk beban hidup lantai1 dan 2 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.7 beban hidup ekuivalen dari beban trapesium
RA = RB =
1
2
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦−
1
2
𝑙𝑥)
2
=
1
8
. Wu . lx (2ly - lx)
Mmax =
1
2
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2
−2.
1
2
𝑙𝑥2
)
24
=
1
48
. 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
Mmax persegi = M max trapesium
1
8
. qeq ly2 =
1
48
. 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
qeq =
1
6
. 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3 − (
𝑙𝑥
𝑙𝑦
)2)
=
1
6
.250 .3,25.(3 − (
3,25
5,5
)2)
= 358,966 kg/m
Distribusi beban segitiga untuk beban hidup lantai 3 (atap):
Gambar 3.8 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga
Beban hidup = 100 kg/m2
Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi
Momen segitiga = Mmax persegi
1
24
. qL.lx3 =
1
8
.qeq .lx2
qeq =
1
3
. qL.lx
=
1
3
. 100. 3,25 = 108,333 kg/m
Distribusi beban trapesium untuk beban hidup lantai 3 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.9 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga
RA = RB =
1
2
𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦−
1
2
𝑙𝑥)
2
=
1
8
. Wu . lx (2ly - lx)
Mmax =
1
2
.𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2
−2.
1
2
𝑙𝑥2
)
24
=
1
48
. 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
Mmax persegi = M max trapesium
1
8
. qeq ly2 =
1
48
. 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2
− 𝑙𝑥2
)
qeq =
1
6
. 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3 − (
𝑙𝑥
𝑙𝑦
)2)
=
1
6
.100 .3,25.(3 − (
3,25
5,5
)2)
= 143,586 kg/m
3.2 Beban pada portal
3.2.1 Portal memanjang ( sumbu X )
a. Beban mati
1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2
2qeqsegitiga = 2 x 430,083 kg/m= 860,166 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,12) x 2400 = 273,6 kg/m
Total beban = 860,166+273,6 = 1133,766 kg/m
2. Beban balok anak lantai 1 dan 2
2qeqtrapesium = 2 x 570,038 kg/m = 140,076 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,25 x (0,40-0,12) x 2400 = 168 kg/m
Total beban = 1140,076 +168 = 1308,076 kg/m
Gambar 3.10 Gaya pada balok anak lantai 1 dan 2
Vu=
1
2
. q . L =
1
2
. 1308,076 . 5,5 =3597,209 kg
Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok
anak, jadi 2 x 3597,209 = 7194,418 kg
3. Beban merata balok induk induk lantai 3
2 qeqsegitiga = 2 x 335,833 kg/m = 671,666 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,11) x 2400 = 280,8 kg/m
Total beban = 671,666+280,8 = 952,466 kg/m
4. Beban balok anak lantai 3
2 qeqtrapesium = 2 x 445,118 kg/m = 890,236 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,25 x (0,40-0,11) x 2400 = 174 kg/m
Total beban = 890,236+174 = 1064,236 kg/m
Gambar 3.11 Gaya pada balok anak lantai 3
Vu=
1
2
. q . L =
1
2
. 1064,236 . 5,5 = 2926,649 kg
Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok
anak, jadi 2 x 2926,649 = 5853,298 kg
5. Beban terpusat balok induk lantai 1 dan 2
Beban terpusat di tengah balok
q= 2 x qeqtrapesium + berat sendiri = 2 x 570,038+168 = 1308,076 kg/m
Vu =
1
2
.q .L=
1
2
. 1308,76 . 5,5 = 3597,209 kg
V = 2 x 3597,209= 7194,418 kg
6. Beban terpusat balok induk lantai 3
Beban terpusat di tengah balok
q= 2xqeqtrapesium + berat sendiri = 2x 445,118+174 = 1064,236 kg/m
Vu=
1
2
.q .L=
1
2
. 1064,236. 5,5 = 2926,649 kg
V= 2 x 2926,649 = 5853,298 kg
b. Beban hidup
1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2
2qeqsegitiga = 2 x 270,833 kg/m = 541,666 kg/m
2. Beban balok anak lantai 1 dan 2
2qeqtrapesium = 2 x 358,966 kg/m = 717,932 kg/m
Gambar 3.12 Gaya pada balok anak lantai 1 dan 2
Vu =
1
2
. q . L =
1
2
. 717,932. 5,5 = 1974,313 kg
Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok
anak, jadi 2 x 1974,313 = 3948,626 kg
3. Beban merata balok induk induk lantai 3
2qeqsegitiga = 2 x 108,333 kg/m = 216,666 kg/m
4. Beban balok anak lantai 3
2qeqtrapesium = 2 x 143,586 kg/m = 287,172 kg/m
Gambar 3.13 Gaya pada balok anak lantai 3
Vu=
1
2
. q . L =
1
2
. 287,172. 5,5 = 789,723 kg
Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok
anak, jadi 2 x 789,723 = 1579,446 kg
5. Beban terpusat balok induk lantai 1 dan 2
Beban terpusat di tengah balok
q= 2xqeqtrapesium = 2 x 358,966 = 717,932 kg/m
Vu=
1
2
.q .L=
1
2
. 717,932. 5,5 = 1974,313 kg
V= 2 x 1974,313 = 3948,626 kg
6. Beban terpusat balok induk lantai 3
Beban terpusat di tengah balok
q = 2xqeqtrapesium = 2 x 143,586 = 287,172 kg/m
Vu =
1
2
.q .L =
1
2
. 287,172. 5,5 = 789,723 kg
V= 2 x 789,723 = 1579,446 kg
3.2.2 Portal melintang (Sumbu Y)
a. Beban mati
1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2
2qeqtrapesium = 2 x 570,038 kg/m = 1140,076 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,30 x (0,5-0,12) x 2400 = 273,6 kg/m
Total beban = 1140,076+273,6 = 1413,676 kg/m
2. Beban merata balok induk induk lantai 3
2qeqtrapesium = 2 x 445,118 kg/m = 890,236 kg/m
Beban akibat struktur
q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,11) x 2400 = 280,8 kg/m
Total beban = 890,236 + 280,8 = 1171,636 kg/m
b. Beban hidup
1) Beban merata balok induk lantai 1 dan 2
2qeqtrapesium = 2 x 358,966 kg/m = 711,932 kg/m
2) Beban merata balok induk lantai 3
2qeqtrapesium = 2 x 143,586 kg/m = 287,12 kg/m
3.3 Kombinasi pembebanan
3.3.1 Portal memanjang ( Sumbu X )
a. Kombinasi pembebanan tanpa beban gempa
1. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
- Lantai 3 (Atap)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
2. Beban terpusat
- Lantai 1 dan 2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
- Lantai 3 (Atap)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
b. Kombinasi pembebanan dengan bebam gempa
1. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,2D + 1L + 1E
- Lantai 3 (Atap)
1,2D + 1L + 1E
2. Beban terpusat
- Lantai 1 dan 2
1,2D + 1L + 1E
- Lantai 3 (Atap)
1,2D + 1L + 1E
3.3.2 Portal Melintang ( sumbu Y )
a. Kombinasi pembebanan tanpa beban gempa
1. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
- Lantai 3 (Atap)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L
b. Kombinasi pembebanan dengan bebam gempa
2. Beban merata
- Lantai 1 dan 2
1,2D + 1L + 1E
- Lantai 3 (Atap)
1,2D + 1L + 1E
3.4 Sketsa beban pada portal
3.4.1 Sketsa Beban Mati (DL) pada portal memanjang ( Sumbu X )
Sketsa beban mati (DL) pada portal memanjang ( Sumbu X ) ditunjukan pada
gambar 3.14.
Gambar 3.14 Beban mati (DL) pada portal memanjang (sumbu X)
3.4.2 Sketsa Beban Hidup (LL) pada portal memanjang ( Sumbu X )
Sketsa beban hidup (LL) pada portal memanjang ( Sumbu X) ditunjukan pada
gambar 3.15.
Gambar 3.15 Beban hidup (LL) pada portal memanjang (sumbu X)
3.4.3 Sketsa Beban Gempa pada portal memanjang ( Sumbu X )
Sketsa beban gempa pada portal memanjang ( Sumbu X ) ditunjukan pada
gambar 3.16.
Gambar 3.16 Beban gempa pada portal melintang (sumbu Y)
3.4.4 Sketsa Beban Mati (DL) pada portal melintang (sumbu Y)
Sketsa beban mati (DL) pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada
gambar 3.17.
Gambar 3.17 Beban Mati (DL) pada portal melintang (sumbu Y)
3.4.5 Sketsa Beban Hidup (LL) pada portal melintang (sumbu Y)
Sketsa beban hidup (LL) pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada
gambar 3.18.
Gambar 3.18 Beban Hidup (LL) pada portal melintang (sumbu Y)
3.4.6 Sketsa Beban Gempa pada portal melintang (sumbu Y)
Sketsa beban gempa pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada
gambar 3.19.
Gambar 3.19 Beban Gempa pada portal melintang (sumbu Y)
3.5 Analisa Struktur Beban Mati (DL) portal melintang ( arah Y )
Gambar 3.20 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah
pada kondisi pembebanan beban mati (DL)
Gambar 3.20 Pembebanan beban mati (DL) Portal Melintang (Sumbu Y)
3.5.1 Perhitungan DOF
DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 12
S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
= 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 3
Jadi kebebasan rotasi = 9
kebebasan translasi = 3
3.5.2 Faktor Kekakuan Batang
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap =
1
12
x 400 x 4003 :
1
12
x 300 x 5003 :
1
12
x 300 x 5003
= 0,6827 : 1 : 1
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 =
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok atap
Lbalok
=
0,6827E
3500
:
𝐸
5500
:
0,6827E
3500
:
𝐸
5500
:
0,6287E
3500
:
𝐸
5500
= 1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932
3.5.3 Perhitungan Momen Primer
M12 = -
1
12
x q x L2
= -
1
12
x 1,414 x 5,52
= - 3,565 Ton m
M21 = 3,565 Ton m
M45 = -
1
12
x q x L2
= -
1
12
x 1,414 x 5,52
= - 3,565 Ton m
M54 = 3,565 Ton m
M78 = -
1
12
x q x L2
= -
1
12
x 1,172 x 5,52
= - 2,954 Ton m
M87 = 2,954 Ton m
3.5.4 Analisa Perhitungan Takabeya
1. Titik 1
ƩM1 = 0
M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + Ṁ1A
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + Ṁ12
= 0.932 (2m1 + 0 + 0) – 3,565
= 1,864 m1 – 7,146
M14 = k (2m1 + m4 + m̅14) + Ṁ14
= 0,932 (2m1 + m4 + 0) – 0
= 1,864 m1 + 0,932 m4
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = 4,728 m1 + 0,932 m4 – 3,565
2. Titik 4
ƩM4 = 0
M41 = 1 (2m4 + m1 + m̅41) + Ṁ41
= 1 (2m4 + m1 + 0) – 0
= 2 m4 + m1
M45 = k (2m4 + m5 + m̅45) + Ṁ45
= 0,932 (2m4 + 0 + 0) – 3,565
= 1,864 m4 – 7,146
M47 = k (2m4 + m7+ m̅47) + Ṁ47
= 1 (2m4 + m7 + 0) + 0
= 2 m4 + m7
ƩM4 = M41+ M45+ M47
0 = 5,864 m4 + m1 + m7 – 3,565
3. Titik 7
ƩM7 = 0
M74 = k (2m7 + m4 + m̅74) + Ṁ74
= 1 (2m7 + m4 + 0) + 0
= 2 m7 + m4
M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + Ṁ78
= 0,932 (2m7 + 0 + 0) – 2,954
= 1,864 m7 – 4,701
ƩM7 = M74 + M78
0 = 3,864 m7 + m4 – 2,954
𝑚1 𝑚4 𝑚7
Momen
Primer
4,720 0,932 0 3.565
1 5,864 1 3,565
0 1 3,864 2,954
Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan,
sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
𝑚1 = 0,503 ton m
𝑚4 = 0,376 ton m
𝑚7 = 0,615 ton m
3.5.5 Momen Akhir
M1A = 2 m1 = 1,078 ton m
M12 = 1,864 m1 – 3,565 =-2,560 ton m
M14 = 1,864 m1 + 0,932 m4 = 1,482 ton m
M41 = 2 m4 + m1 = 1,346 ton m
M45 = 1,864 m4 – 3,565 = -2,813 ton m
M47 = 2 m4 + m7 = 1,467 ton m
M74 = 2 m7 + m4 = 1,723ton m
M78 = 1,864 m7 – 2,954 = -1,723 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) +0 = 0,503 ton m
M21 = 0,932 (0 + m1 + 0) + 3,565 = 4,068 ton m
M54 = 1 (0 + m4 + 0) + 7,146 = 3,941 ton m
M87 = 0,932 (0 + m7 + 0) + 2,954 = 3,569 ton m
3.5.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban mati
Gambar 3.21 hingga gambar 3.24 menunjukkan Gambar free body diagram
portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan
beban mati (DL)
Gambar 3.21 free body diagram akibat beban mati (DL)
Gambar 3.22 Bidang Momen akibat beban mati (DL)
Gambar 3.23 Bidang Geser akibat beban mati (DL)
Gambar 3.24 Bidang Normal akibat beban mati (DL)
3.6 Analisa Struktur Beban Hidup (LL) portal melintang ( arah Y )
Gambar 3.25 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah
pada kondisi pembebanan beban hidup (LL)
Gambar 3.25 Pembebanan beban hidup Portal Melintang (Sumbu Y)
3.6.1 Perhitungan DOF
DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 12
S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
= 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 3
Jadi kebebasan rotasi = 9
kebebasan translasi = 3
3.6.2 Faktor Kekakuan Batang
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap =
1
12
x 400 x 4003 :
1
12
x 300 x 5003 :
1
12
x 300 x 5003
= 0,6827 : 1 : 1
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 =
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok atap
Lbalok
=
0,6827E
3500
:
𝐸
5500
:
0,6827E
3500
:
𝐸
5500
:
0,6287E
3500
:
𝐸
5500
= 1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932
3.6.3 Perhitungan Momen Primer
M12 = -
1
12
x q x L2
= -
1
12
x 0,712 x 5,52
= - 1,794 Ton m
M21 = 1,794 Ton m
M45 = -
1
12
x q x L2
= -
1
12
x 0,712 x 5,52
= - 1,794 Ton m
M54 = 1,794 Ton m
M78 = -
1
12
x q x L2
= -
1
12
x 0,287 x 5,52
= - 0,723 Ton m
M87 = 0,723 Ton m
3.6.4 Analisa Perhitungan Takabeya
1. Titik 1
ƩM1 = 0
M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + Ṁ1A
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + Ṁ12
= 0.932 (2m1 + 0 + 0) – 1,794
= 1,864 m1 – 7,146
M14 = k (2m1 + m4 + m̅14) + Ṁ14
= 0,932 (2m1 + m4 + 0) – 0
= 1,864 m1 + 0,932 m4
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = 4,728 m1 + 0,932 m4 – 1,794
2. Titik 4
ƩM4 = 0
M41 = 1 (2m4 + m1 + m̅41) + Ṁ41
= 1 (2m4 + m1 + 0) – 0
= 2 m4 + m1
M45 = k (2m4 + m5 + m̅45) + Ṁ45
= 0,932 (2m4 + 0 + 0) – 1,794
= 1,864 m4 – 7,146
M47 = k (2m4 + m7+ m̅47) + Ṁ47
= 1 (2m4 + m7 + 0) + 0
= 2 m4 + m7
ƩM4 = M41+ M45+ M47
0 = 5,864 m4 + m1 + m7 – 1,794
3. Titik 7
ƩM7 = 0
M74 = k (2m7 + m4 + m̅74) + Ṁ74
= 1 (2m7 + m4 + 0) + 0
= 2 m7 + m4
M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + Ṁ78
= 0,932 (2m7 + 0 + 0) – 0,723
= 1,864 m7 – 4,701
ƩM7 = M74 + M78
0 = 3,864 m7 + m4 – 0,723
𝑚1 𝑚4 𝑚7
Momen
Primer
4,720 0,932 0 1,794
1 5,864 1 1,794
0 1 3,864 0,723
Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan,
sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
𝑚1 = 0,247 ton m
𝑚4 = 0,223 ton m
𝑚7 = 0,117 ton m
3.6.5 Momen Akhir
M1A = 2 m1 = 0,530 ton m
M12 = 1,864 m1 – 3,565 =-1,300 ton m
M14 = 1,864 m1 + 0,932 m4 = 0,770 ton m
M41 = 2 m4 + m1 = 0,744 ton m
M45 = 1,864 m4 – 3,565 = -1,348 ton m
M47 = 2 m4 + m7 = 0,604 ton m
M74 = 2 m7 + m4 = 0,490 ton m
M78 = 1,864 m7 – 2,954 = -0,490 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) +0 = 0,265 ton m
M21 = 0,932 (0 + m1 + 0) + 3,565 = 2,041 ton m
M54 = 1 (0 + m4 + 0) + 7,146 = 2,017 ton m
M87 = 0,932 (0 + m7 + 0) + 2,954 = 0,840 ton m
3.6.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban hidup
Gambar 3.26 hingga gambar 3.29 menunjukkan Gambar free body diagram
portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan
beban hidup (LL)
Gambar 3.26 free body diagram akibat beban hidup (LL)
Gambar 3.27 Bidang Momen akibat beban hidup (LL)
Gambar 3.28 Bidang Geser akibat beban hidup (LL)
Gambar 3.29 Bidang Normal akibat beban hidup (LL)
3.7 Analisa Struktur Beban Gempa Portal Melintang (Arah Y)
Gambar 3.30 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah
pada kondisi pembebanan akibat beban gempa.
Gambar 3.30 Pembebanan Portal Melintang akibat Beban Gempa
3.7.1 Perhitungan DOF
DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 12
S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
= 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 )
= 3
Jadi kebebasan rotasi = 9
kebebasan translasi = 3
3.7.2 Faktor Kekakuan Batang
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap =
1
12
x 400 x 4003 :
1
12
x 300 x 5003 :
1
12
x 300 x 5003
= 0,6827 : 1 : 1
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 =
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok atap
Lbalok
=
0,6827E
3500
:
𝐸
5500
:
0,6827E
3500
:
𝐸
5500
:
0,6287E
3500
:
𝐸
5500
=1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932
3.7.3 Perhitungan Momen Primer
Karena pada beban gempa tidak ada beban yang tegak lurus dengan frame
horizontal, maka nilai momen primer pada setiap titik bernilai 0 tm.
3.7.4 Mencari Persamaan Momen Parsial
a. Titik 1
ρ1 = 2 (k1A + k12 + k14)
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
τ1 = M̅12 = 0 ton m
ɣ1A =
k1A
ρ1
=
1
5,864
= 0,170
ɣ12 =
k12
ρ1
=
0,932
5,864
= 0,159
ɣ14 =
k14
ρ1
=
1
5,864
= 0,170
m1 = –
τ1
ρ1
– γ12 x m2 – γ14 x (m4 + m̅II) – γ1A x (mA + m̅I)
=
0
5,864
– 0,159 m2 – 0,170 x (m4 + m̅II) – 0,170 x (mA + m̅I)
= 0 – 0,159 m2 – 0,170 m4 – 0,170 m̅II– 0,170 m̅I
b. Titik 2
ρ2 = 2 (k2B + k21 + k23 + k25)
= 2 (1 + 0,932 + 0,932 + 1)
= 7,728
τ2 = 0 ton m
ɣ2B =
k2B
ρ2
=
1
7,728
= 0,130
ɣ21 =
k21
ρ2
=
0,932
7,728
= 0,120
ɣ23 =
k23
ρ2
=
0,932
7,728
= 0,120
ɣ25 =
k25
ρ2
=
1
7,728
= 0,130
m2 = –
τ2
ρ2
– γ21 x m1– γ23 x m3– γ25 x (m5 + m̅II) – γ2B x (mB + m̅I)
= – 0,120 m1 – 0,120 m3– 0,130 (m5 + m̅II) – 0,130m̅I
c. Titik 3
ρ3 = 2 (k3C + k32 + k36)
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
τ3 = M̅32 = 0 ton m
ɣ3C =
k3C
ρ3
=
1
5,864
= 0,170
ɣ32 =
k32
ρ3
=
0,932
5,864
= 0,159
ɣ36 =
k36
ρ3
=
1
5,864
= 0,170
m3 = –
τ3
ρ3
– γ32 x m2 – γ36 x (m6 + m̅II) – γ3C x (mC + m̅I)
= –
0
5,864
– 0,159 m2 – 0,170 x (m6 + m̅II) – 0,170 x (mC + m̅I)
= 0 – 0,159 m2 – 0,170 m6 – 0,170 m̅II – 0,170 m̅I
d. Titik 4
ρ4 = 2 (k41 + k45 + k47)
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
τ4 = M̅45 = 0 ton m
ɣ41 =
k41
ρ4
=
1
5,864
= 0,170
ɣ45 =
k45
ρ4
=
0,932
5,864
= 0,159
ɣ47 =
k47
ρ4
=
1
5,864
= 0,170
m4 = –
τ4
ρ4
– γ45 x m5 – γ41 x (m1 + m̅II) – γ47 x (m7 + m̅III)
=
0
5,864
– 0,159 m5 – 0,170 x (m1 + m̅II) – 0,170 x (m7 + m̅III)
= 0 – 0,159 m5 – 0,170 m1 – 0,170 m̅II – 0,170 m7 – 0,170 m̅III
e. Titik 5
ρ5 = 2 (k52 + k54 + k56 + k58)
= 2 (1 + 0,932 + 0,932 + 1)
= 7,728
τ2 = 0 ton m
ɣ52 =
k52
ρ2
=
1
7,728
= 0,130
ɣ54 =
k54
ρ2
=
0,932
7,728
= 0,120
ɣ56 =
k56
ρ2
=
0,932
7,728
= 0,120
ɣ58 =
k58
ρ2
=
1
7,728
= 0,130
m5 = –
τ5
ρ5
– γ54 x m4 – γ56 x m6 – γ52 x (m2 + m̅II) – γ58 x (m8 + m̅III)
= – 0,120 m4 – 0,120 m6– 0,130 (m2 + m̅II) – 0,130 (m8 + m̅III)
f. Titik 6
ρ6 = 2 (k63 + k65 + k69)
= 2 (1 + 0,932 + 1)
= 5,864
τ6 = M̅65 = 0 ton m
ɣ63 =
k63
ρ6
=
1
5,864
= 0,170
ɣ65 =
k65
ρ6
=
0,932
5,864
= 0,159
ɣ69 =
k69
ρ6
=
1
5,864
= 0,170
m6 = –
τ6
ρ6
– γ65 x m5 – γ63 x (m3 + m̅II) – γ69 x (m9 + m̅III)
= –
0
5,864
– 0,159 m5 – 0,170 x (m3 + m̅II) – 0,170 x (m9 + m̅III)
= 0 – 0,159 m5 – 0,170 m3 – 0,170 m̅II – 0,170 m9 – 0,170 m̅III
g. Titik 7
ρ7 = 2 (k74 + k78)
= 2 (1 + 0,932)
= 3,864
τ7 = M̅78 = 0 ton m
ɣ74 =
k74
ρ7
=
1
3,864
= 0,259
ɣ78 =
k78
ρ7
=
0,932
3,864
= 0,241
m7 = –
τ7
ρ7
– γ78 x m8 – γ74 x (m4 + m̅III)
=
0
3,864
– 0,241 m8 – 0,259 x (m4 + m̅III)
= 0– 0,241 m8 – 0,259 m4 – 0,259m̅III
h. Titik 8
ρ8 = 2 (k85 + k87 + k89)
= 2 (1 + 0,932 + 0,932)
= 5,728
τ8 = 0 ton m
ɣ85 =
k85
ρ8
=
1
5,728
= 0,175
ɣ87 =
k87
ρ8
=
0,932
5,728
= 0,163
ɣ89 =
k89
ρ8
=
0,932
5,728
= 0,163
m8 = –
τ8
ρ8
– γ87 x m7 – γ89 x m9 – γ85 x (m5 + m̅III)
= – 0,163 m7 – 0,163 m9– 0,175 (m5 + m̅II)
i. Titik 9
ρ9 = 2 (k96 + k98)
= 2 (1 + 0,932)
= 3,864
τ9 = M̅78 = 0 ton m
ɣ96 =
k96
ρ9
=
1
3,864
= 0,258
ɣ98 =
k78
ρ7
=
0,932
3,864
= 0,241
m9 = –
τ9
ρ9
– γ98 x m8 – γ96 x (m6 + m̅III)
= –
0
3,864
– 0,241 m8 – 0,258 x (m6 + m̅III)
= 0 – 0,241 m8 – 0,258 m6 – 0,258m̅III
j. Tingkat I
TI = 2 (k1A + k2B + k3C)
= 2 (1 + 1 + 1)
= 6
t1A = t2B = t3C =
3 x k1A
TI
=
3 x 1
6
= 0,5
m̅I = –
H x h
TI
– t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) – t3C (m3 + mC)
= –
3,5 x (3,507+6,182+7,040)
6
– 0,5 m1 – 0,5 m2– 0,5 m3
= –9,759– 0,5 m1 – 0,5 m2 – 0,5 m3
k. Tingkat II
TII = 2 (k41 + k52 + k63)
= 2 (1 + 1 + 1)
= 6
t41 = t52 = t63 =
3 x k41
TII
=
3 x 1
6
= 0,5
m̅II = –
H x h
TII
– t41 (m4 + m1) – t52 (m5 + m2) – t63 (m6 + m3)
= –
3,5 x (6,182+7,040)
6
– 0,5(m4 +m1) – 0,5 (m5+ m2) – 0,5 (m6+ m3)
= –7,713– 0,5 m4 – 0,5 m1 – 0,5 m5– 0,5 m2 – 0,5 m6– 0,5 m3
l. Tingkat III
TIII = 2 (k74 + k85 + k96)
= 2 (1 + 1 + 1)
= 6
t74 = t85 = t96 =
3 x k74
TIII
=
3 x 1
6
= 0,5
m̅III = –
H x h
TIII
– t74 (m7 + m4) – t85 (m8 + m5) – t96 (m9 + m6)
= –
3,5 x (7,040)
6
– 0,5(m7 + m4) – 0,5 (m8+ m5) – 0,5 (m9+ m6)
= – 4,1067– 0,5 m7 – 0,5 m4 – 0,5 m8 – 0,5 m5 – 0,5 m9 – 0,5 m6
1 0,159 0 0,171 0 0 0 0 0 0,171 0,171 0 0,00
0,121 1 0,121 0 0,129 0 0 0 0 0,129 0,129 0 0,00
0 0,159 1 0 0 0,171 0 0 0 0,171 0,171 0 0,00
0,171 0 0 1 0,159 0 0,171 0 0 0 0,171 0,171 0,00
0 0,129 0 0,121 1 0,121 0 0,129 0 0 0,129 0,129 0,00
0 0 0,171 0 0,159 1 0 0 0,171 0 0,171 0,171 0,00
0 0 0 0,259 0 0 1 0,241 0 0 0 0,259 0,00
0 0 0 0 0,175 0 0,163 1 0,163 0 0 0,175 0,00
0 0 0 0 0 0,259 0 0,241 1 0 0 0,259 0,00
0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 -9,76
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 1 0 -7,71
0 0 0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 1 -4,11
Momen parsial dicari menggunakan cara Gauss Jordan, maka diperoleh :
m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m̅I m̅II m̅III
Momen
Primer
1,000 0,159 0,000 0,171 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,171 0,171 0,000 0,000
0,000 0,981 0,121 -0,021 0,129 0,000 0,000 0,000 0,000 0,109 0,109 0,000 0,000
0,000 0,000 0,980 0,003 -0,021 0,171 0,000 0,000 0,000 0,153 0,153 0,000 0,000
0,000 0,000 0,000 0,970 0,163 -0,001 0,171 0,000 0,000 -0,027 0,144 0,171 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,962 0,123 -0,022 0,129 0,000 -0,008 0,099 0,108 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,949 0,004 -0,022 0,171 -0,025 0,127 0,152 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,954 0,247 -0,001 0,007 -0,035 0,217 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,933 0,167 0,000 -0,009 0,121 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,909 0,007 -0,032 0,185 0,000
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,001 0,000 0,794 -0,176 0,023 -9,759
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,602 -0,140 -9,878
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,547 -6,121
Eliminasi Gauss Jordan tersebut akan memberikan nilai momen parsial sebagai
berikut:
m1 = 4,901 ton m
m2 = 3,047 ton m
m3 = 4,901 ton m
m4 = 3,621 ton m
m5 = 2,518 ton m
m6 = 3,621 ton m
m7 = 1,730 ton m
m8 = 0,951 ton m
m9 = 1,730 ton m
mI = -16,184 ton m
mII = -19,017 ton m
mIII = -11,192 ton m
Masukkan nilai momen parsial ke persamaan kesetimbangan takabeya maka didapat:
i. Titik 1
M1A = k (2m1 + mA +m̅1A) + M̅1A
= 1 (2 x 4,901 + 0 – 16,184) – 0
= -6,381 ton m
M12 = k (2m1 + m2 +m̅12) + Ṁ12
= 0,932 (2 x 4,901 + 3,047 + 0) – 0
= 11,976 ton m
M14 = k (2m1 + m4+m̅14) + Ṁ1A
= 1 (2 x 4,901 + 3,621 – 19,017) – 0
= -5,594 ton m
checking
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = 11,976 – 6,381 – 5,594
0 = 0
ii. Titik 4
M41 = k (2m4+ m1+ m̅41) + M̅41
= 1 (2 x 3,621 + 4,901 – 19,017) – 0
= - 6,875 ton m
M45 = k (2m4+ m5+m̅45) + M̅45
= 0,932 (2 x 3,621 + 2,518 + 0) – 0
= 9,096 ton m
M47 = k (2m4+ m7+m̅47) + M̅47
= 1 (2 x 3,621 + 1,730 – 11,192) – 0
= -2,221 ton m
checking
ƩM4 = M41+ M45 + M47
0 = -6,875 + 9,096 – 2,221
0 = 0
iii. Titik 7
M74 = k (2m7+ m4+m̅74) + M̅74
= 1 (2 x 1,730 + 3,621 – 11,192) – 0
= -4,111 ton m
M78 = k (2m7+ m8+ m̅78) + M̅78
= 0,932 (2 x 1,730 + 0,951 + 0) – 0
= 4,111 ton m
checking
ƩM7 = M74+ M78
0 = -4,111 + 4,111
0 = 0
iv. Titik 2
M2B = k (2m2+ mB+m̅2B) + M̅2B
= 1 (2 x 3,047 + 0 – 16,184) – 0
= -10,090 ton m
M21 = k (2m2+ m1+m̅12) + M̅21
= 0,932 (2 x 3,047 + 4,901 + 0) + 0
= 10,248 ton m
M23 = k (2m2+ m3+m̅23) + M̅23
= 0,932 (2 x 3,047 + 4,901 + 0) – 0
= 10,248 ton m
M25 = k (2m2+ m5+m̅25) + M̅25
= 1 (2 x 3,047 + 2,518 – 19,017) – 0
= -10,405 ton m
checking
ƩM2 = M2B+ M21 + M23+ M25
0 = -10,090 + 10,248 + 10,248 – 10,405
0 = 0
v. Titik 5
M52 = k (2m5+ m2+m̅25) + M̅52
= 1 (2 x 2,518 + 3,047 – 19,017) – 0
= -10,934 ton m
M54 = k (2m5+ m4+m̅45) + M̅54
= 0,932 (2 x 2,518 + 3,621 + 0) + 0
= 8,069 ton m
M56 = k (2m5+ m6+m̅56) + M̅56
= 0,932 (2 x 2,518 + 3,621 + 0) – 0
= 8,069 ton m
M58 = k (2m5+ m8+m̅58) + M̅58
= 1 (2 x 2,518 + 0,951 – 11,192) – 0
= -5,204 ton m
checking
ƩM5 = M52+ M54 + M56+ M58
0 = -10,934 + 8,069 + 8,069 – 5,204
0 = 0
vi. Titik 8
M85 = k (2m8+ m5+m̅85) + M̅85
= 1 (2 x 0,951 + 2,518 – 11,192 – 0
= -6,771 ton m
M87 = k (2m8+ m7+m̅78) + M̅87
= 0,932 (2 x 0,951 + 1,730 + 0) + 0
= 3,386 ton m
M89 = k (2m8+ m9+m̅89) + M̅89
= 0,932 (2 x 0,951 + 1,730 + 0)– 0
= 3,386 ton m
checking
ƩM8 = M85+ M87+ M89
0 = -6,771+ 3,386 + 3,386
0 = 0
vii. Titik 3
M3C = k (2m3+ mC+m̅3C) + M̅3C
= 1 (2 x 4,901 + 0 – 16,184) – 0
= -6,381 ton m
M32 = k (2m3+ m2 +m̅23) + M̅32
= 0,932 (2 x 4,901 + 3,047 + 0) + 0
= 11,976 ton m
M36 = k (2m3+ m6+m̅36) + M̅36
= 1 (2 x 4,901 + 3,621 – 19,017) – 0
= -5,594 ton m
checking
ƩM3 = M3C+ M32+ M36
0 = -6,381 + 11,976 – 5,594
0 = 0
viii. Titik 6
M63 = k (2m6+ m3+m̅36) + M̅63
= 1 (2 x 3,621 + 4,901 – 19,017) – 0
= -6,875 ton m
M65 = k (2m6+ m5+m̅56) + M̅65
= 0,932 (2 x 3,621 + 2,518 + 0) + 0
= 9,096 ton m
M69 = k (2m6+ m9+m̅69) + M̅69
= 1 (2 x 3,621 + 1,730 – 11,192) – 0
= -2,221 ton m
checking
ƩM6 = M63+ M65 + M69
0 = -6,875 + 9,096 – 2,221
0 = 0
ix. Titik 9
M96 = k (2m9+ m6+m̅69) + M̅96
= 1 (2 x 1,730 + 3,621 – 11,192) – 0
= -4,111 ton m
M98 = k (2m9+ m8+m̅89) + M̅98
= 0,932 (2 x 1,730 + 0,951 + 0) + 0
= 4,111 ton m
checking
ƩM9 = M96+ M98
0 = -4,111 + 4,111
0 = 0
MA1 = k (2mA+ m1+m̅A1) + M̅A1
= 1 (0 + 4,901 – 16,184) + 0
= -11,283 ton m
MB2 = k (2mB+ m2+m̅B2) + M̅B2
= 1 (0 + 3,047 – 16,184) + 0
= -13,137 ton m
MC3 = k (2mC+ m3+m̅C3) + M̅C3
= 1 (0 + 4,901 – 16,184) + 0
= -11,283 ton m
3.7.5 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban gempa
Gambar 3.31 hingga gambar 3.34 menunjukkan Gambar free body diagram
portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan
gempa.
Gambar 3.31 Free Body Diagram portal melintang akibat beban gempa
Gambar 3.32 Bidang Momen portal melintang akibat beban gempa
Gambar 3.33 Bidang Geser portal melintang akibat beban gempa
Gambar 3.34 Bidang Normal portal melintang akibat beban gempa
3.8 Analisa Struktur Beban Mati (DL) Portal Memanjang (Arah X)
Gambar 3.35 menunjukkan Gambar potongan memanjang denah di bagian
tengah pada kondisi pembebanan akibat beban mati (DL)
Gambar 3.35 Beban Mati (DL) pada portal memanjang
3.8.1 Perhitungan DOF
DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 18
S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
= 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 3
Jadi kebebasan rotasi = 15
kebebasan translasi = 3
3.8.2 Faktor Kekakuan Batang
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap =
1
12
x 400 x 4003 :
1
12
x 300 x 5003 :
1
12
x 300 x 5003
= 0,6827 : 1 : 1
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 =
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok atap
Lbalok
=
0,6827E
3500
:
E
6500
:
0,6827E
3500
:
E
6500
:
0,6287E
3500
:
E
6500
= 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887
3.8.3 Perhitungan Momen Primer
M12 = -
1
12
x q x L2 -
1
8
x P x L
= -
1
12
x 1,134 x 6,52-
1
8
x 7,194 x 6,5
= - 9,838 Ton m
M21 = 9,838Ton m
M67 = -
1
12
x q x L2 -
1
8
x P x L
= -
1
12
x 1,134 x 6,52-
1
8
x 7,194 x 6,5
= - 9,838 Ton m
M76 = 9,838 Ton m
M1112 = -
1
12
x q x L2-
1
8
x P x L
= -
1
12
x 0,953 x 6,52-
1
8
x 5,853 x 6,5
= - 8,111 Ton m
M1211 = 8,111 Ton m
3.8.4 Analisa Perhitungan Takabeya
ƩM1 = 0
M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + M̅1A
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + M̅12
= 0,7887 (2m1 + m2 + 0) – 9,838
= 1,578 m1 + 0,789 m2 – 9,838
M16 = k (2m1 + m6 + m̅16) + M̅1A
= 1 (2m1 + m6 + 0) – 0
= 2 m1 + m4
ƩM1 = M12 + M1A + M16
0 = 5,578 m1 + 0,789 m2 + m6 – 9,838
ƩM6 = 0
M61 = k (2m6 + m1 + m̅61) + M̅61
= 1 (2m6 + m1 + 0) – 0
= 2 m6 + m1
M67 = k (2m6 + m7 + m̅67) + M̅67
= 0,7887 (2m6 + m7 + 0) – 9,838
= 1,578 m6 + 0,789 m7 – 9,838
M611 = k (2m6 + m11 + m̅611) + M̅611
= 1 (2m6 + m11 + 0) – 0
= 2 m6 + m11
ƩM6 = M61+ M67 + M611
0 = 5,578 m6 + m1 + 0,789 m7 + m11 – 9,838
ƩM11 = 0
M116 = k (2m11 + m6 + m̅116) + M̅116
= 1 (2m11 + m6 + 0) – 0
= 2 m11 + m6
M1112 = k (2m11 + m12 + m̅1112) + M̅1112
= 0,7887 (2m11 + m12 + 0) – 8,111
= 1,577 m11 + 0,7887 m12 – 8,111
ƩM11 = M116 + M1112
0 = 3,577 m11 + m6 + 0,7887 m12 – 8,111
ƩM2 = 0
M2B = k (2m2 + mB + m̅2B) + M̅2B
= 1 (2m2 + 0 + 0) – 0
= 2 m2
M21 = k (2m2 + m1 + m̅21) + M̅21
= 0,7887 (2m2 + m1 + 0) + 9,838
= 1,578 m2 + 0,789 m1 + 9,838
M23 = k (2m2 + m3 + m̅23) + M̅23
= 0,7887 (2m2 + 0 + 0) – 9,838
= 1,578 m2 – 9,838
M27 = k (2m2 + m7 + m̅27) + M̅27
= 1 (2m2 + m7 + 0) – 0
= 2 m2 + m7
ƩM2 = M21 + M2B + M23 + M27
0 = 7,155 m2 + 0,789 m1 + m7
ƩM7 = 0
M72 = k (2m7 + m2 + m̅72) + M̅72
= 1 (2m7 + m2 + 0) – 0
= 2 m7 + m2
M76 = k (2m7 + m6 + m̅76) + M̅76
= 0,7887 (2m7 + m6 + 0) + 9,838
= 1,578 m7 + 0,789 m6 + 9,838
M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + M̅78
= 0,7887 (2m7 + 0 + 0) – 9,838
= 1,578 m7 – 9,838
M712 = k (2m7 + m12 + m̅712) + M̅712
= 1 (2m7 + m12 + 0) – 0
= 2 m7 + m12
ƩM7 = M76 + M72 + M78 + M712
0 = 7,155 m7 + m2 + 0,789 m6 + m12
ƩM12 = 0
M127 = k (2m12 + m7 + m̅127) + M̅127
= 1 (2m12 + m7 + 0) – 0
= 2 m12 + m7
M1211 = k (2m12 + m11 + m̅1211) + M̅1211
= 0,7887 (2m12 + m11 + 0) + 8,111
= 1,577 m12 + 0,7887 m11 + 8,111
M1213 = k (2m12 + m13 + m̅1213) + M̅1213
= 0,7887 (2m12 + 0 + 0) – 8,111
= 1,577 m12 – 8,111
ƩM12 = M127 + M1211 + M1213
0 = 5,154 m12 + m7 + 0,7887 m11
Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan,
sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
m1 = 1,585 tonm m6 = 1,126 tonm m11 = 2,018 tonm
m2 = -0,166 tonm m7 = -0,059 tonm m12 = -0,297 tonm
3.8.5 Momen Akhir
M1A = 2 m1 = 3,171 ton m
M12 = 1,578 m1 + 0,789 m2 – 19,231 = -7,468 ton m
M16 = 2 m1 + m6 = 4,297 ton m
M61 = 2 m6 + m1 = 3,838 ton m
M67 = 1,578 m6 + 0,789 m7 – 19,231 = -8,108 ton m
M611 = 2 m6 + m11 = 4,270 ton m
M116 = 2 m11 + 1 m6 = 5,162 ton m
M1112 = 0,673 m11 + 0,337 m12 – 10,754 = -5,162 ton m
M2B = 2 m2 = -0,333 ton m
M21 = 1,578 m2 + 0,789 m1 + 19,231 = 10,826 ton m
M23 = 1,578 m2 + 0,789 m3 – 19,231 = -10,101 ton m
M27 = 2 m2 + m7 = -0,392 ton m
M72 = 2 m7 + m2 = -0,285 ton m
M76 = 2 m7 + m6 + 19,231 = 10,633 ton m
M78 = 2 m7 + m8 – 19,231 = -9,932 ton m
M712 = 2 m7 + m12 = -0,416 ton m
M127 = 2 m12 + m7 = -0,654 ton m
M1211 = 0,673 m12 + 0,337 m11 – 10,754 = 9,234 ton m
M1213 = 0,673 m12 + 0,337 m13 – 10,754 = -8,580 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) + 0 = 1,585 ton m
MB2 = 1 (0 + m2 + 0) + 0 = -0,166 ton m
M32 = 0,789 (0 + m2 + 0) + 19,231 = 9,707 ton m
M87 = 0,789 (0 + m7 + 0) + 19,231 = 9,791 ton m
M1312 = 0,337 (0 + m12 + 0) + 10,754 = 7,877 ton m
3.8.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam portal memanjang
akibat beban mati (DL)
Gambar 3.36 hingga gambar 3.39 menunjukkan Gambar free body diagram
portal memanjang (sumbu X) dan bidang gaya dalam pada kondisi
pembebanan akibat beban mati (DL).
3.9 Analisa Struktur Portal Memanjang (Arah X) dengan Gempa
Gambar 3.21 menunjukkan Gambar potongan memanjang denah di bagian
tengah pada kondisi pembebanan dengan gempa.
Gambar 3.21 Pembebanan Portal Memanjang dengan Gempa
3.9.1 Perhitungan DOF
DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 18
S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
= 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 3
Jadi kebebasan rotasi = 15
kebebasan translasi = 3
3.9.2 Faktor Kekakuan Batang
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap =
1
12
x 400 x 4003 :
1
12
x 300 x 5003 :
1
12
x 300 x 5003
= 0,6827 : 1 : 1
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 =
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok lantai
Lbalok
:
E×Ikolom
Lkolom
:
E×Ibalok atap
Lbalok
=
0,6827E
3500
:
E
6500
:
0,6827E
3500
:
E
6500
:
0,6287E
3500
:
E
6500
= 1: 0,7887 : 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887
3.9.3 Perhitungan Momen Primer
M12= -
1
12
x q x L2 -
1
8
x P x L
= -
1
12
x 1,902 x 6,52 -
1
8
x 12,581 x 6,5
= - 16,919 Ton m
M21 = 16,919 Ton m
M67= -
1
12
x q x L2 -
1
8
x P x L
= -
1
12
x 1,902 x 6,52 -
1
8
x 12,581 x 6,5
= - 16,919 Ton m
M67 = 16,919 Ton m
M1112 = -
1
12
x q x L2-
1
8
x P x L
= -
1
12
x 1,359 x 6,52 -
1
8
x8,063 x 6,5
= - 11,336 Ton m
M1122 = 11,336 Ton m
3.9.4 Analisa Perhitungan Takabeya
a. Titik 1
ρ1 = 2 (k1A + k12 + k16)
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
τ1 = M̅12 = -16,386 ton m
ɣ1A =
k1A
ρ1
=
1
5,578
= 0,179
ɣ12 =
k12
ρ1
=
1
5,578
= 0,141
ɣ14 =
k14
ρ1
=
1
5,578
= 0,179
m1 = –
τ1
ρ1
– γ12 x m2 – γ14 x (m4 + m̅II) – γ1A x (mA + m̅I)
=
16,919
5,578
– 0,141 m2 – 0,179 x (m4 + m̅II) – 0,179 x (mA + m̅I)
= 3,033 – 0,141 m2 – 0,179 m4 – 0,179 m̅II– 0,179 m̅I
b. Titik 2
ρ2 = 2 (k2B + k21 + k23 + k27)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ2 = 0 ton m
ɣ2B =
k2B
ρ2
=
1
7,155
= 0,140
ɣ21 =
k21
ρ2
=
0,789
7,155
= 0,110
ɣ23 =
k23
ρ2
=
0,789
7,155
= 0,110
ɣ25 =
k25
ρ2
=
1
7,155
= 0,140
m2 = –
τ2
ρ2
– γ21 x m1 – γ23 x m3 – γ25 x (m5 + m̅II) – γ2B x (mB + m̅I)
= – 0,110 m1 – 0,110 m3– 0,140 (m5 + m̅II) – 0,140 m̅I
c. Titik 3
Ρ3 = 2 (k3C + k32 + k34 + k38)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ3 = 0 ton m
ɣ3C =
k3C
ρ3
=
1
7,155
= 0,140
ɣ32 =
k32
ρ3
=
0,789
7,155
= 0,110
ɣ34 =
k34
ρ3
=
0,789
7,155
= 0,110
ɣ38 =
k38
ρ3
=
1
7,155
= 0,140
m3 = –
τ3
ρ3
– γ32 x m2 – γ34 x m4 – γ38 x (m8 + m̅II) – γ3C x (mC + m̅I)
= – 0,110 m2 – 0,110 m4– 0,140 (m8 + m̅II) – 0,140 m̅I
d. Titik 4
Ρ4 = 2 (k4D + k43 + k45 + k49)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ4 = 0 ton m
ɣ4D =
k4D
ρ4
=
1
7,155
= 0,140
ɣ43 =
k43
ρ4
=
1
7,155
= 0,110
ɣ45 =
k45
ρ4
=
1
7,155
= 0,110
ɣ49 =
k49
ρ4
=
1
7,155
= 0,140
m4 = –
τ4
ρ4
– γ43 x m3 – γ45 x m5 – γ49 x (m9 + m̅II) – γ4D x (mD + m̅I)
= – 0,110 m3 – 0,110 m5– 0,140 (m9 + m̅II) – 0,140 m̅I
e. Titik 5
ρ5 = 2 (k5D + k54 + k510)
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
τ5 = M̅54 = 16,386 ton m
ɣ5D =
k5D
ρ5
=
1
5,578
= 0,179
ɣ54 =
k54
ρ5
=
1
5,578
= 0,141
ɣ510 =
k510
ρ5
=
1
5,578
= 0,179
m5 = –
τ5
ρ5
– γ54 x m4 – γ510 x (m10 + m̅II) – γ5D x (mD + m̅I)
= –
16,919
5,578
– 0,141 m4 – 0,179 x (m10 + m̅II) – 0,179 x (mD + m̅I)
= – 3,033 – 0,141 m4 – 0,179 m10 – 0,179 m̅II – 0,179 m̅I
f. Titik 6
Ρ6 = 2 (k61 + k67 + k611)
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
τ6 = M̅67 = -16,386 ton m
ɣ61 =
k61
ρ6
=
1
5,578
= 0,179
ɣ67 =
k67
ρ6
=
1
5,578
= 0,141
ɣ611 =
k611
ρ6
=
1
5,578
= 0,179
m6 = –
τ6
ρ6
– γ67 x m7 – γ61 x (m1 + m̅II) – γ611 x (m11 + m̅III)
=
16,919
5,578
– 0,141 m7 – 0,179 x (m1 + m̅II) – 0,179 x (m11 + m̅III)
= 3,033 – 0,141 m7 – 0,179 m1 – 0,179 m̅II – 0,179 m11 – 0,179 m̅III
g. Titik 7
ρ7 = 2 (k72 + k76 + k78 + k712)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ7 = 0 ton m
ɣ72 =
k72
ρ7
=
1
7,155
= 0,140
ɣ76 =
k76
ρ7
=
1
7,155
= 0,110
ɣ78 =
k78
ρ7
=
1
7,155
= 0,110
ɣ712 =
k712
ρ7
=
1
7,155
= 0,140
m7 = –
τ7
ρ7
– γ76 x m6 – γ78 x m8 – γ72 x (m2 + m̅II) – γ712 x (m12 + m̅III)
= – 0,110 m6 – 0,110 m8 – 0,140 (m2 + m̅II) – 0,140 (m12 + m̅III)
h. Titik 8
ρ8 = 2 (k83 + k87 + k89 + k813)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ8 = 0 ton m
ɣ83 =
k83
ρ8
=
1
7,155
= 0,140
ɣ87 =
k87
ρ8
=
1
7,155
= 0,110
ɣ89 =
k89
ρ8
=
1
7,155
= 0,110
ɣ813 =
k813
ρ8
=
1
7,155
= 0,140
m8 = –
τ8
ρ8
– γ87 x m7 – γ89 x m9 – γ83 x (m3 + m̅II) – γ813 x (m13 + m̅III)
= – 0,110 m7 – 0,110 m9– 0,140 (m3 + m̅II) – 0,140 (m13 + m̅III)
i. Titik 9
ρ9 = 2 (k94 + k98 + k910 + k914)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1)
= 7,155
τ9 = 0 ton m
ɣ94 =
k94
ρ9
=
1
7,155
= 0,140
ɣ98 =
k98
ρ9
=
1
7,155
= 0,110
ɣ910 =
k910
ρ9
=
1
7,155
= 0,110
ɣ914 =
k914
ρ9
=
1
7,155
= 0,140
m9 = –
τ9
ρ9
– γ98 x m8 – γ910 x m10 – γ94 x (m4 + m̅II) – γ914 x (m14 + m̅III)
= – 0,110 m8 – 0,110 m10 – 0,140 (m4 + m̅II) – 0,140 (m14 + m̅III)
j. Titik 10
ρ10 = 2 (k105 + k109 + k1015)
= 2 (1 + 0,789 + 1)
= 5,578
τ10 = M̅109 = 16,386 ton m
ɣ105 =
k105
ρ10
=
1
5,578
= 0,179
ɣ109 =
k109
ρ10
=
1
5,578
= 0,141
ɣ1015 =
k1015
ρ10
=
1
5,578
= 0,179
m10 = –
τ10
ρ10
– γ109 x m9 – γ105 x (m5 + m̅II) – γ1015 x (m15 + m̅III)
= –
16,919
5,578
– 0,141 m9 – 0,179 x (m5 + m̅II) – 0,179 x (m15 + m̅III)
= –3,033 – 0,141 m9 – 0,179 m5 – 0,179 m̅II – 0,179 m15 – 0,179 m̅III
k. Titik 11
ρ11 = 2 (k116 + k1112)
= 2 (1 + 0,789)
= 3,578
τ11 = M̅1112 = -11,336 ton m
ɣ116 =
k116
ρ11
=
1
3,578
= 0,279
ɣ1112 =
k1112
ρ11
=
0,789
3,578
= 0,220
m11 = –
τ11
ρ11
– γ1112 x m12 – γ116 x (m6 + m̅III)
=
11,336
3,578
– 0,220 m12 – 0,279 x (m6 + m̅III)
= 3,168 – 0,220 m12 – 0,279 m6 – 0,279 m̅III
l. Titik 12
ρ12 = 2 (k127 + k1211 + k1213)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789)
= 5,156
τ12 = 0 ton m
ɣ127 =
k2B
ρ8
=
1
5,156
= 0,194
ɣ1211 =
k1211
ρ11
=
0,789
5,156
= 0,153
ɣ1213 =
k1213
ρ11
=
0,789
5,156
= 0,153
m12 = –
τ12
ρ12
– γ1211 x m11 – γ1213 x m13 – γ127 x (m7 + m̅III)
= – 0,153 m11 – 0,153 m13 – 0,194 (m7 + m̅III)
m. Titik 13
ρ13 = 2 (k138 + k1312 + k1314)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789)
= 5,156
τ13 = 0 ton m
ɣ138 =
k138
ρ13
=
1
5,156
= 0,194
ɣ1312 =
k1312
ρ13
=
0,789
5,156
= 0,153
ɣ1314 =
k1314
ρ13
=
0,789
5,156
= 0,153
m13 = –
τ13
ρ13
– γ1312 x m12 – γ1314 x m14 – γ138 x (m8 + m̅III)
= – 0,153 m12 – 0,153 m14 – 0,194 (m8 + m̅III)
n. Titik 14
ρ14 = 2 (k149 + k1413 + k1415)
= 2 (1 + 0,789 + 0,789)
= 5,156
τ14 = 0 ton m
ɣ149 =
k149
ρ14
=
1
5,156
= 0,194
ɣ1413 =
k1413
ρ14
=
0,789
5,156
= 0,153
ɣ1415 =
k1415
ρ14
=
0,789
5,156
= 0,153
m14 = –
τ14
ρ14
– γ1413 x m13 – γ1415 x m15 – γ149 x (m9 + m̅III)
= – 0,153 m13 – 0,153 m15 – 0,194 (m9 + m̅III)
o. Titik 15
ρ15 = 2 (k1510 + k159)
= 2 (1 + 0,789)
= 3,578
τ15 = M̅1514 = 11,336 ton m
ɣ1510 =
k1510
ρ15
=
1
3,578
= 0,279
ɣ1514 =
k1514
ρ15
=
0,789
3,578
= 0,220
m15 = –
τ15
ρ15
– γ1514 x m14 – γ1510 x (m10 + m̅III)
= –
11,336
3,578
– 0,220m14 – 0,279 x (m10 + m̅III)
= –3,16 – 0,220 m8 – 0,279 m6 – 0,279 m̅III
p. Tingkat I
TI = 2 (k1A + k2B + k3C + k4E + k5D)
= 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1)
= 10
t1A = t2B = t3C = t4D = t5E =
3 x k1A
TI
=
3 x 1
10
= 0,3
m̅I = –
H x h
TI
– t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) – t3C (m3 + mC) – t1A (m1 +
mA) – t2B (m2 + mB)
= –
3,5 x (5,848+10,303+11,735)
10
– 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3– 0,3 m4 –
0,3 m5
= –9,760 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3 m5
q. Tingkat II
TII = 2 (k61 + k72 + k83 + k94 + k105)
= 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1)
= 10
t61 = t72 = t83 = t94 = t105 =
3 x k61
TII
=
3 x 1
10
= 0,3
m̅II = –
H x h
TII
– t61 (m6 + m1) – t72 (m7 + m2) – t83 (m8 + m3) – t94 (m9 +
m4) – t105 (m10 + m5)
= –
3,5 x (10,303+11,735)
10
– 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3– 0,3 m4 – 0,3
m5 – 0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10
= –7,7133 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3 m5 – 0,3 m6 –
0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10
r. Tingkat III
TIII = 2 (k116 + k127 + k138 + k149 + k1510)
= 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1)
= 10
T116 = t127 = t138 = t149 = t1510 =
3 x k116
TIII
=
3 x 1
10
= 0,3
m̅III = –
H x h
TIII
– t116 (m6 + m11) – t127 (m7 + m12) – t138 (m8 + m13) – t149
(m9 + m14) – t1510 (m10 + m15)
= –
3,5 x (11,735)
10
– 0,3 m11 – 0,3 m12 – 0,3 m13 – 0,3 m14 – 0,3 m15 –
0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10
= –4,107 – 0,3 m11 – 0,3 m12 – 0,3 m13 – 0,3 m14 – 0,3 m15 – 0,3 m6 –
0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10
Momen parsial dicari menggunakan cara eliminasi Gauss Jordan, maka
diperoleh matriks seperti berikut :
Eliminasi Gauss Jordan tersebut akan memberikan nilai momen parsial sebagai
berikut:
m1 = 7,760 ton m
m2 = 3,218 ton m
m3 = 3,680 ton m
m4 = 3,774 ton m
m5 = 2,364 ton m
m6 = 5,787 ton m
m7 = 2,638 ton m
m8 = 2,845 ton m
m9 = 2,915 ton m
m10 = 1,605 ton m
m11 = 4,450 ton m
m12 = 0,745 ton m
m13 = 1,229 ton m
m14 = 1,508 ton m
m15 = -0,887 ton m
mI = -15,999 ton m
mII = -18,689 ton m
mIII = -10,957 ton m
Masukkan nilai momen parsial ke persamaan kesetimbangan takabeya maka didapat:
M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + M̅1A
= 1 (2 x 7,760+ 0 – 15,999) – 0
= -0,479 ton m
M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + M̅12
= 0,7887 (2 x 7,760 + 3,218 + 0) – 16,919
= -2,139 ton m
M16 = k (2m1 + m6 + m̅16) + M̅1A
= 1 (2 x 7,760 + 5,787 – 18,689) – 0
= 2,168 ton m
checking
ƩM1 = M12 + M1A + M14
0 = -0,479 – 2,139 + 2,618
0 = 0
M61 = k (2m6 + m1 + m̅61) + M̅61
= 1 (2 x 5,787 + 7,760 – 18,689) – 0
= 0,644 ton m
M67 = k (2m6 + m7 + m̅67) + M̅67
= 0,7887 (2 x 5,787 + 2,638 + 0) – 16,919
= -5,710 ton m
M611 = k (2m6 + m11 + m̅611) + M̅611
= 1 (2 x 5,787 + 4,450 – 10,957) – 0
= 5,065 ton m
checking
ƩM6 = M61 + M67 + M611
0 = 0,644 – 5,710 + 5,065
0 = 0
M116 = k (2m11 + m6 + m̅116) + M̅116
= 1 (2 x 4,450 + 5,787 – 10,957) – 0
= 3,729 ton m
M1112 = k (2m11 + m12 + m̅1112) + M̅1112
= 0,7887 (2 x 4,450 + 0,745 + 0) – 11,336
= -3,729 ton m
checking
ƩM11 = M116 + M1112
0 = 3,729 – 3,729
0 = 0
M2B = k (2m2 + mB + m̅2B) + M̅2B
= 1 (2 x 3,218 + 0 – 15,9999) – 0
= -9,563 ton m
M21 = k (2m2 + m1 + m̅12) + M̅21
= 0,7887 (2 x 3,218 + 7,760 + 0) + 16,919
= 28,116 ton m
M23 = k (2m2 + m3 + m̅23) + M̅23
= 0,7887 (2 x 3,218 + 3,680 + 0) – 16,919
= -8,939 ton m
M27 = k (2m2 + m7 + m̅27) + M̅27
= 1 (2 x 3,218+ 2,638 – 18,689) – 0
= -9,615 ton m
checking
ƩM2 = M2B + M21 + M23 + M27
0 = -9,563 + 28,116 – 8,939 – 9,615
0 = 0
M72 = k (2m7 + m2 + m̅72) + M̅72
= 1 (2 x 2,638 + 3,218– 18,689) – 0
= -10,195 ton m
M76 = k (2m7 + m6 + m̅76) + M̅76
= 0,7887 (2 x 2,638+ 5,787+ 0) + 16,919
= 25,644 ton m
M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + M̅78
= 0,7887 (2 x 2,638+ 2,845 + 0) – 16,919
= -10,513 ton m
M712 = k (2m7 + m12 + m̅712) + M̅172
= 1 (2 x 2,638 + 0,745 – 10,957) – 0
= -4,937 ton m
checking
ƩM7 = M72 + M76 + M78 + M712
0 = -10,195 + 25,644 – 10,513 – 4,937
0 = 0
M127 = k (2m12 + m7 + m̅127) + M̅127
= 1 (2 x 0,745+ 2,638 – 10,957) – 0
= -6,830ton m
M1211 = k (2m12 + m11 + m̅1211) + M̅1211
= 0,3365 (2 x 0,745 + 4,450 + 0) + 11,336
= 16,021 ton m
M1213 = k (2m12 + m13 + m̅1213) + M̅1213
= 0,7887 (2 x 0,745 + 1,229 + 0) – 11,336
= -9,191 ton m
checking
ƩM12 = M127 + M1211 + M1213
0 = -6,830 + 16,021 – 9,191
0 = 0
M3C = k (2m3 + mC + m̅3C) + M̅3C
= 1 (2 x 3,680 + 0 – 18,689) – 0
= -8,640 ton m
M32 = k (2m3 + m2 + m̅32) + M̅32
= 0,7887 (2 x 3,680 + 3,218 + 0) + 16,919
= 25,262 ton m
M34 = k (2m3 + m4 + m̅34) + M̅34
= 0,7887 (2 x 3,680 + 3,774 + 0) + 16,919
= -8,137 ton m
M38 = k (2m3 + m8 + m̅38) + M̅38
= 1 (2 x 3,680 + 2,845 – 18,689) – 0
= -8,485 ton m
checking
ƩM3 = M3C + M32 + M34 + M38
0 = -8,640 + 25,262 – 8,137 – 8,485
0 = 0
M83 = k (2m8 + m3 + m̅83) + M̅83
= 1 (2 x 2,845 + 3,680 – 18,689) – 0
= -9,319 ton m
M87 = k (2m8 + m7 + m̅87) + M̅87
= 0,7887 (2 x 2,845 + 2,638 + 0) + 16,919
= 23,488 ton m
M89 = k (2m8 + m9 + m̅89) + M̅89
= 1 (2 x 2,845 + 2,915 – 10,957) – 0
= -10,131 ton m
M813 = k (2m8 + m13 + m̅813) + M̅813
= 1 (2 x 2,845 + 1,229 – 10,957) – 0
= -4,038 ton m
checking
ƩM8 = M83 + M87 + M89 + M813
0 = -9,319 + 23,488 – 10,131 – 4,038
0 = 0
M138 = k (2m13 + m8 + m̅138) + M̅138
= 1 (2 x 1,229 + 2,845 – 10,957) – 0
= -5,654 ton m
M1312 = k (2m13 + m12 + m̅1312) + M̅1312
= 0,7887 (2 x 1,229 + 0,745 + 0) + 11,336
= 13,862 ton m
M1314 = k (2m13 + m14 + m̅1314) + M̅1314
= 0,7887 (2 x 1,229 + 1,508 + 0) + 11,336
= -8,208 ton m
checking
ƩM13 = M138 + M1312 + M1314
0 = -5,654 + 13,862 – 8,208
0 = 0
M4D = k (2m4 + mD + m̅4D) + M̅4D
= 1 (2 x 3,774 + 0 – 15,999) – 0
= -8,450 ton m
M43 = k (2m4 + m3 + m̅43) + M̅43
= 0,7887 (2 x 3,774 + 3,680 + 0) + 16,919
= 25,775 ton m
M45 = k (2m4 + m5 + m̅45) + M̅45
= 0,7887 (2 x 3,774 + 2,364 + 0) + 16,919
= -9,099 ton m
M49 = k (2m4 + m9 + m̅49) + M̅49
= 1 (2 x 3,774 + 2,915 – 18,689) – 0
= -8,226 ton m
checking
ƩM4 = M4D + M43 + M45 + M49
0 = -8,450 + 25,775 – 9,099 – 8,226
0 = 0
M5E = k (2m5 + mE + m̅5E) + M̅5E
= 1 (2 x 2,364 + 0 – 15,999) – 0
= -11,270 ton m
M54 = k (2m5 + m4 + m̅54) + M̅54
= 0,7887 (2 x 2,364 + 3,774 + 0) – 16,919
= 23,626 ton m
M510 = k (2m5 + m10 + m̅510) + M̅510
= 1 (2 x 2,364 + 1,605 – 18,689) – 0
= -12,355 ton m
checking
ƩM5 = M5E + M54 + M510
0 = -11,270 + 23,626 – 12,355
0 = 0
M105 = k (2m10 + m5 + m̅105) + M̅105
= 1 (2 x 1,605 + 2,364 – 18,689) – 0
= -13,115 ton m
M109 = k (2m10 + m9 + m̅109) + M̅109
= 0,7887 (2 x 1,605 + 2,915 + 0) + 16,919
= 21,749 ton m
M1015 = k (2m10 + m15 + m̅1015) + M̅1015
= 1 (2 x 1,605 + 0,887 – 10,957) – 0
= -8,635 ton m
checking
ƩM10 = M105 + M109 + M1015
0 = -13,115 + 21,749 – 8,635
0 = 0
M1510 = k (2m15 + m10 + m̅1510) + M̅1510
= 1 (2 x -0,887 +1,605 – 10,957) – 0
= -11,126 ton m
M1514 = k (2m15 + m14 + m̅1514) + M̅1514
= 0,7887 (2 x -0,887 + 1,508 + 0) + 11,336
= 11,126 ton m
checking
ƩM15 = M1510 + M1514
0 = -11,126 + 11,126
0 = 0
MA1 = k (2mA + m1 + m̅A1) + M̅A1
= 1 (0 + 7,760 – 15,999) + 0
= -8,239 ton m
MB2 = k (2mB + m2 + m̅B2) + M̅B2
= 1 (0 + 3,218 – 15,999) + 0
= -12,781 ton m
MC3 = k (2mC + m3 + m̅C3) + M̅C3
= 1 (0 + 3,680 – 15,999) + 0
= -12,320 ton m
MD4 = k (2mD + m4 + m̅D4) + M̅D4
= 1 (0 + 3,774 – 15,999) + 0
= -12,225 ton m
ME5 = k (2mE + m5 + m̅E5) + M̅E5
= 1 (0 + 2,364 – 15,999) + 0
= -13,635 ton m
Dari perhitungan analisa struktur dengan menggunakan metode takabeya ,
maka di dapat kombinasi yang mengakibatkan gaya dalam yang paling besar , yaitu
portal memanjang (Sumbu X) dengan beban gempa ,sehingga kami memilih
kombinasi tersebut dalam perencanaan.
Free Body Diagram Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.22
Gambar 3.22 Free Body Diagram Portal Memanjang dengan Gempa
Diagram Normal Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.23
Gambar 3.23 Diagram Normal Portal Memanjang dengan Gempa
Diagram Lintang Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.24
Gambar 3.24 Diagram Lintang Portal Memanjang dengan Gempa
Diagram Momen Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.24
Gambar 3.24 Diagram Momen Portal Memanjang dengan Gempa
BAB IV
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR DAN AKSIAL
4.1 Denah Kolom
Perencanaan elemen lentur dan aksial berdasarkan dari denah kolom pada
koordinat B-2 pada lantai 1 seperti pada Gambar 4.1.Dasar peninjauan yaitu
kolom yang memiliki panjang terbesar dan mempertimbangkan efek dari beban
gempa terbesar.
Gambar 4.1 Denah Kolom
4.2 Diagram Gaya-gaya Dalam Kolom
Gambar 4.2 hingga Gambar 4.6 berikut ini adalah gambar free body diagram
,gaya aksial , momen , dan gaya lintang akibat beban mati , beban hidup , dan
beban gempa yang bekerja pada kolom yang ditinjau (K1-40x40) pada lantai 1
koordinat B-2.
Gambar 4.2 Pembebanan Portal Memanjang dengan Gempa
Gambar 4.3 Gaya dalam akibat beban mati pada kolom (K1-40 x40)
Gambar 4.4 Gaya dalam akibat beban hidup pada kolom (K1-40 x40)
Gambar 4.5 Gaya dalam akibat beban gempa arah X pada kolom (K1-40 x40)
Gambar 4.6 Gaya dalam akibat beban gempa arah Y pada kolom (K1-40 x40)
4.3 Disain Tulangan Lentur Kolom
4.3.1 Definisi Kolom
Desain tulangan kolom sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.
a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum > 0,1 Ag f’c
Pu maksimal = 66,646 ton = 666460 N
Pu > 0,1 x (400 x 400) mm2 x 40 MPa
666460 N > 640000 N OK
b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm
Sisi terpendek = 400 mm
400 mm > 300 mm OK
Syarat sisi terpendek kolom terpenuhi.
c.
b
h
> 0,4
400
400
> 0,4
1 > 0,4 OK
Syarat geometri balok terpenuhi.
d. Tinggi efektif kolom
d = h – p – ø – D/2 = 400 – 40 – 10 – 25/2 = 337,5 mm
e. Check konfigurasi penulangan
Asumsi digunakan tulangan baja 12D25 (As = 5890,486 mm2),
sehingga s = 5890,486/160000 = 3,68 %.
Syarat konfigurasi penulangan terpenuhi, 1% <  < 6%.
4.3.2 Portal Bergoyang dan Tidak bergoyang
Elemen tekan (kolom) pada struktur harus dikelompokkan
sebagai portal tidak bergoyang atau portal bergoyang. Berdasarkan SNI
03-2847-2002, suatu portal dapat dianggap tak bergoyang bila
perbesaran momen-momen di ujung akibat pengaruh orde dua tidak
melebihi 5% dari momen-momen ujung orde satu. Suatu tingkat pada
struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila nilai :
Q =
∑ Pu ∆o
Vus x lc
< 5%
dimana : ΣPu adalah total beban vertikal tiap lantai
Vus adalah beban gempa nominal tiap lantai
Δo adalah simpangan relatif antar tingkat
lc adalah panjang komponen struktur tekan
Hasil analisis apakah portal melintang termasuk portal bergoyang atau
tidak ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Cek Portal Melintang Bergoyang atau Tidak
Lantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 18,623 3,71 7,04 3500,0 0,28% Tidak Bergoyang
2 26,488 6,19 6,18 3500,0 0,76% Tidak Bergoyang
1 26,488 5,31 3,51 3500,0 1,15% Tidak Bergoyang
Hasil analisis apakah portal memanjang termasuk portal bergoyang atau
tidak ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Cek Portal Memanjang Bergoyang atau Tidak
Lantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 67,586 3,71 11,73 3500,0 0,61% Tidak Bergoyang
2 99,776 6,19 10,30 3500,0 1,71% Tidak Bergoyang
1 99,776 5,31 5,85 3500,0 2,59% Tidak Bergoyang
Hasil analisis menunjukkan baik portal melintang maupun portal
memanjang termasuk portal tidak bergoyang.
4.3.3 Kelangsingan Kolom
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.12.2, perhitungan kelangsingan
portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak ditahan terhadap
goyangan samping), boleh diabaikan apabila :
𝑘 𝑙 𝑢
𝑟
≤ 34 − 12 (
M1
M2
)
dimana : r (radius girasi) =√
I
A
atau 0,3h untuk kolom persegi.
lu adalah panjang bersih kolom
k (faktor panjang efektif)
M1 adalah momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan; bernilai positif bila komponen struktur
melentur dengan kelengkungan tunggal, negative bila
komponen struktur melentur dengan kelengkungan ganda.
M2 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar pada
komponen struktur tekan; selalu bernilai positif
Faktor panjang efektif (k) komponen struktur tekan atau kolom sangat
dipengaruhi oleh rasio dari komponen struktur tekan terhadap komponen
struktur lentur pada salah satu ujung komponen struktur tekan yang
dihitung dalam bidang rangka yang ditinjau (Ψ) seperti yang tercantum
pada SNI 03-2847-2002 Pasal 12.11.6 sebagai berikut:
Ψ =
∑ ( Ec
Ik
lu
)
∑ ( Ec
Ib
lu
)
1. Sisi atas kolom yang ditinjau:
a. Kolom yang didisain
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 400 × 4003
= 2,133 × 109
mm4
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109
= 1,493 × 109
mm4
b. Kolom atas
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 400 × 4003
= 2,133 × 109
mm4
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109
= 1,493 × 109
mm4
c. Balok atas kanan
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 300 × 5003
= 3,125 × 109
mm4
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109
= 1,09375 × 109
mm4
d. Balok atas kiri
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 300 × 5003
= 3,125 × 109
mm4
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109
= 1,09375 × 109
mm4
Nilai Ψ untuk kolom bagian atas adalah
Ψatas =
(
29725,41x1 ,49×109
3500
) + (
29725,41x1,49×109
3500
)
(
29725 ,41×1,09×109
6500
) + (
29725,41×1,09×109
6500
)
= 2,54
2. Sisi bawah kolom yang ditinjau:
a. Kolom bawah
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 400 × 4003
= 2,133 × 109
mm4
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109
= 1,493 × 109
mm4
b. Kolom yang didisain
b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√30 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 400 × 4003
= 2,133 × 109
mm4
Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109
= 1,493 × 109
mm4
c. Balok bawah kanan
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 300 × 5003
= 3,125 × 109
mm4
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109
= 1,09375 × 109
mm4
d. Balok bawah kiri
b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700√f c
′ = 4700√40 = 29725,41 MPa
Ig =
1
12
bh3
=
1
12
× 300 × 5003
= 3,125 × 109
mm4
Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109
= 1,09375 × 109
mm4
Nilai Ψ untuk kolom bagian bawah adalah
Ψbawah =
(
29725,41x1 ,49×109
3500
) + (
29725,41x1,49×109
3500
)
(
29725,41×1,09×109
6500
) + (
29725,41×1,09×109
6500
)
= 2,54
Nilai k diperoleh dengan menggunakan monogram untuk portal tidak
bergoyang seperti yang ditunjukkan Gambar 4.4 dengan memplotkan nilai
Ψatas = 2,54 dan Ψbawah = 2,54. Buat garis antara Ψatas dan Ψbawah sehinnga
memotoing garis k. Nilai k adalah nilai yang terpotong oleh garis yang
menghubungkan Ψatas dan Ψbawah.
Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif
Monograf di atas memberikan nilai k = 0,88
klu
r
< 34 − 12(
M1
M2
)
0,88 × 3000
120
< 34 − 12 (
M1
M2
)
22 < 34 -12 (
9,615
10,195
)
22 < 24
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kolom pada bangunan bertingkat
tinggi ini termasuk kolom tidak langsing, sehingga tidak perlu
memperhitungkan perbesaran momen.
4.3.4 Diagram Interaksi Kolom
Kunci dalam perhitungan diagram interaksi kolom adalah besarnya nilai c.
Besarnya nilai c mempengaruhi apakah suatu tulangan sudah mencapai
kondisi leleh atau belum. Kondisi leleh suatu tulangan ditentukan oleh
regangannya. Perhitungan regangan menggunakan sifat perbandingan
segitiga.
0,003
c
=
ε1
c−s1
ε1 =
c−s1
c
x 0,003
kalikan kedua ruas dengan Ebaja = 200000MPa
fs1 = 600
c−s1
c
= 600
c−62,5
c
lakukan hal yang sama untuk ε2, ε3, dan ε4
fs2 = 600
c−s2
c
= 600
c−154,2
c
fs3 = 600
c−s3
c
= 600
c−245,8
c
fs4 = 600
c−s4
c
= 600
c−337,5
c
nilai f maksimal adalah saat mencapai kondisi leleh yaitu fy = 360MPa
Besarnya nilai c diperoleh dari Persamaan
ΣP = 0
Cc + Cs1 + Cs2 – Ts1 – Ts2 = 0
dimana Cc = 0,85 x f’c x a x b
Cs1 = As1 x fs1
Cs2 = As2 x fs2
Ts1 = As3 x fs3
Ts2 = As4 x fs4
Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada
perhitungan tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom (0,5 h).
Mn = Cc x (
h
2
–
a
2
) + Cs1 x (
h
2
– s1) + Cs2 x (
h
2
– s2) + Ts1 x (s3 –
h
2
) + Ts2 x
(s4 –
h
2
)
a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan tarik
sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh.
Cb =
600d
600+fy
=
600 x 337,5
600+360
= 210,94 mm
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Balance 210,94 164,32 Beton Cc 71718,75 110,35 -40 -2235,00 -263,34
4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -161 -158,53 -7,27
2 buah Baja Ts1 981,75 -45,83 99 97,45 -4,47
4 buah Baja Ts2 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-2295,84 -469,46
ø Pno = 0,65 x 2295,84 kN = 1492,296 kN
ø Mb = 0,65 x 469,46 kN = 305,149 kN m
b. Kondisi Pno, aksial maksimum tekan terjadi saat e = 0
Pno = Pconcrete + Psteel
Pno = 0,85 x f’c x (Ag – As) + fy x As
Pno = 0,85 x 40 MPa x (160000 – 5890,5) mm2 + 360 MPa x 5890,5 mm2
Pno = 7360300 N = 7360,3 kN
ø Pno = 0,65 x 7360,3 kN = 4784,19 kN
c. Kondisi lentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti
mencapai tegangan leleh
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Lentur 95,23 74,18 Beton Cc 29672,10 162,91 -40 -1009,00 -164,35
murni 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -206 -405,00 -55,67
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 360 353,00 16,20
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,00 -16,20
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 707,00 -97,19
0,00 -317,21
;ø Mb = 0,8 x 317,21 kN = 253,768 kN m
d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat e = 0
Pu = Psteel
Pu = fy x As
Pu = 360 MPa x 6050,368 mm2
Pu = 2120575 N = 2120,575 kN
ø Pu = 0,65 x 2120,575 kN = 1378 kN
e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 270,00 210,33 Beton Cc 84132,00 94,84 -40 -2860,00 -271,27
tekan 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -257 -252,71 -11,58
2 buah Baja Cs3 981,75 -45,83 -54 -52,72 2,42
4 buah Baja Ts1 1963,50 -137,50 150 294,52 -40,50
-3578,25 -418,13
ø Pno = 0,65 x 3578,25 kN = 2325,863 kN
ø Mb = 0,65 x 418,13 kN = 271,785 kN m
f. Kondisi runtuh zona tekan 2, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 300,00 233,70 Beton Cc 93480,00 83,15 -40 -3178,00 -264,28
tekan 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -292 -286,34 -13,12
2 buah Baja Cs3 981,75 -45,83 -108 -106,36 4,87
4 buah Baja Ts1 1963,50 -137,50 75 147,26 -20,25
-4130,62 -389,97
ø Pno = 0,65 x 4130,62 kN = 2684,90 kN
ø Mb = 0,65 x 389,97 kN = 253,481 kN m
g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 170,00 132,43 Beton Cc 52972,00 133,79 -40 -1801,00 -240,95
tarik 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 -56 -54,86 -2,51
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 268 262,76 -12,04
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-1593,15 -449,90
ø Pno = 0,65 x 1593,15 kN = 1035,548 kN
ø Mb = 0,65 x 449,90 kN = 292,44 kN m
h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 120,00 93,48 Beton Cc 37392,00 153,26 -40 -1271,00 -194,84
tarik 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -288 -564,50 -77,62
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 171 167,72 7,69
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,43 -16,20
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-607,83 -378,17
ø Pno = 0,8 x 607,83 kN = 486,264 kN
ø Mb = 0,8 x 378,17 kN = 302,540 kN m
i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat Pn = 0,1Pno.
kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M(kNm)
0,1 Pno 125,97 98,13 Beton Cc 39252,40 150,93 -40 -1335,00 -201,43
4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -302 -594,00 -81,62
2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 134 132,00 6,04
2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,43 -16,20
4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19
-736,03 -390,40
ø Pno = 0,65 x 736,03 kN = 478,420 kN
ø Mb = 0,65 x 390,401 kN = 253,761 kN m
j. Kondisi tekan asimtosis, perilaku balok tidak bisa diprediksi.
0,8 (ø Pno) = 0,8 x 4784,19 kN = 3827,35 kN
f Mn f Pn C e
0 4784 0 0
253 2685 300 94
272 2326 270 117
305 1492 211 205
292 1036 170 281
254 478 126 530
302 486 120 621
254 0 95 -
0 -1378 0 0
0 3827 0 0
Runtuh Tarik
Kondisi
Aksial Tekan maks
Runtuh Tekan
Runtuh Tekan
Balance
Pn = 0,1 Pno
Runtuh Tarik
Lentur Murni
Aksial Tarik maks
Pn maks
Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Gambar Diagram Interaksi Kolom
4.4 Tinjauan Lentur Biaksial
Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari
Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi yang
dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah sangat
cocok dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi) 9,4%, dan
dengan rata – rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam dan kombinasi
pembebanan yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk dilakukan peninjauan
lentur biaksial.
Tabel 4.3. Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi pada
Kolom (K1-40 x 40)
Gaya
Dalam
Beban Kombinasi
Mati
(DL)
Hidup
(LL)
Gempa
arah
X(Ex)
Gempa
arah
Y(Ey)
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 D + 1,0 LL
+1,0 Ex
1,2 D + 1,0 LL
+1,0 Ey
P(kN) 416,667 160,52 1,07 4,87 756,8324 661,5904 665,3904
Vmax(kN) 0,05 0,0032 6,096 7,077 0,06512 6,1592 7,1402
M2b M2s M2b M2s M2b M2s
Mx
(kNm)
1,01 0,654 4,87 10,564 2,2584 0 6,736 4,87 12,43 10,564
My
(kNm)
7,576 3,821 9,243 0,77 15,2048 0 22,1552 9,243 13,6822 0,77
4.4.1 Perhitungan Lentur Biaksial
Pu = 756,8324 kN
Muy = 22,1552 kNm dan Mux = 6,736 kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (400) = 27 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
ex =
Muy
Pu
=
22,1552 (1000)
756,8324
= 29,27 mm > emin maka digunakan ex
Eksentrisitas arah Y adalah :
ey =
Mux
Pu
=
6,736 (1000)
756,8324
= 8,900 mm < emin maka digunakan emin
Gambar 4.9. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang
ditinjau
Gambar 4.9. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-400x400) dengan tulangan 12 D 25
1
Pni
=
1
Pnx
+
1
Pny
-
1
Po
1
Pni
=
1
3989
+
1
4004
-
1
7360,3
Pni = 2741,496 kN
Øpni = 0,65*(2741,496) = 1781,972 kN > 756,8324 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya
yang bekerja pada penampang yaitu Pu.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 25 50 75100125150175200225250275300325350375400425450475500525550575600625650
P(kN)
e (mm)
Diagram P-e kolom
27mm;4004 kN
29,24 mm;3989 kN
4.5 Desain Shear Reinforcement
Vsway =
Mpr_top x DF + Mpr_btm x DF
Ln
=
468,203 x 0,5+468,203x0,5
3
= 156,072 kN
Vsway > Vanalitis
156,072 kN > 60,37 kN
Vc =
1
6
√f′c x b x d =
1
6
√40 x 400 x 337,5 = 142,302 kN
Check
Vu
ø
>
1
2
Vc
156,072
0,75
>
1
2
x 142,302
208,096 kN > 71,151 kN
Check
Vu
ø
> Vc +
1
3
x b x d
208,096 kN > 142,302 +
1
3
x (400 x 337,5)/1000
208,096 kN > 187,302 kN
Vsperlu =
Vu
ø
– Vc
Vsperlu = 208,096 – 187,302 kN = 20,794 kN
Coba gunakan D10 – 110 (Av = 157,08 mm2)
Vs =
Av x fy x d
s
=
157,08 x 360 x 337,5
110
= 173,5 kN
Vs > Vsperlu
173,5 kN > 20,794 kN OK
4.6 Desain Confinement Reinforcement
Tulangan hoops harus dipasang sepanjang lo terhadap ln (dari bawah muka balok
dan atas muka lantai). Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4..4.4, panjang
lo dipilih yang terbesar di antara:
a. h = 400 mm
b. 1/6 Ln = 1/6 x 3000 = 500 mm
c. 500 mm
Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.1 tidak
kurang dari salah satu yang tebesar antara
Ash_1 = 0,3 (
s x hc x f′c
fyh
) (
Ag
Ach
– 1)
Ash_2 = (
0,09 x s x hc x f′c
fyh
)
Coba gunakan 3 leg D13 (Av = 397,995 mm2)
hc = b – 2(40 + ½db) = 400 – 2(40 + ½ x 13) = 307 mm
Ach = (bw – 2(40)) x (bw – 2(40)) = (400 – 80)2 = 102400 mm2
Ash_1
s
= 0,3 (
hc x f′c
fyh
) (
Ag
Ach
– 1) = 0,3 (
307 x 40
360
) (
160000
102400
– 1) = 4,256
mm2
mm
Ash_2
s
= (
0,09 x hc x f′c
fyh
) = (
0,09 x 307 x 40
360
) = 3,07
mm2
mm
Ambil nilai terbesar 5,756
mm2
mm
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara :
a. ¼ cross section dimensi kolom = 400/4 = 100 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
c. sx < 100 +
350− hx
3
, dimana hx = 2/3 hc dan 100 mm < sx < 150 mm
sx < 100 +
350−
2
3
x 307
3
= 148,444 mm
Digunakan spasi 90 mm
Ahoops = 4,256 x 90 = 383,04 mm2, maka digunakan
Av > Ahoops OK
4.6.1 Untuk Bentang di luar lo
Vc regular =
1
6
√f′c x b x d =
1
6
√40 x 400 x 337,5 = 142,302 kN
SNI persamaan (47) memberikan harga Vc
Vc = (1 +
Nu
14Ag
) x
1
6
√f′c x b x d
= (1 +
666460
14 x 160000
) x
1
6
√40 x 400 x 340,5
= 184,641 kN
Vsperlu =
Vu
ø
– Vc
Vsperlu = 208,096 – 184,641 kN = 23,455 kN
Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2)
Vs =
Av x fy x d
s
=
157,08 x 360 x 337,5
200
= 152,68 kN
Vs > Vsperlu
152,68 kN > 23,455 kN OK
Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar 4.10 dan
Gambar 4.11
Gambar 4.10 Penulangan Kolom
Gambar 4.11 Potongan Kolom
BAB V
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR
5.1 Denah Balok
Perencanaan elemen lentur berdasarkan dari denah balok yang sudah
direncanakan. Balok yang didisain ditunjukkan pada Gambar 5.1 dan Gambar
5.2
Gambar 5.1 Denah Balok Lantai 1 dan 2 adalah balok induk pada lantai 2
koordinat 2-A-B
Gambar 5.2 Denah Balok Lantai 3 adalah balok induk pada lantai 3 koordinat
2-A-B
5.2 Analisa Pembebanan pada Balok
Analisa pembebanan pada portal akan menghasilkan gaya-gaya dalam
terutama momen, dalam perencanaan elemen lentur. Nilai momen terbesar itu
diperoleh dari analisa pembebanan portal memanjang seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.3
Gambar 5.3 Bidang gaya dalam momen pada portal memanjang
5.3 Diagram Gaya Dalam
Perencanaan elemen lentur harus mampu menahan gaya-gaya dalam yang terjadi
pada elemen lentur. Perencanaan elemen lentur ini mengacu pada gaya dalam
terbesar untuk portal memanjang maupun portal melintang.
a. Envelope Portal Memanjang Lantai
Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.
Goyangan ke Kanan
Gambar 5.4 Diagram Momen Batang 1 – 2
Goyangan ke Kiri
Gambar 5.5 Diagram Momen Batang 1 – 2
Superposisi dari keduanya menghasilkan Gambar 5.6
Gambar 5.6 Diagram Momen Envelope Batang 1 – 2
Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Induk
Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m)
1 Titik 1 Negatif Kanan 2,139
2 Titik 2 Negatif Kanan 28,116
3 Lapangan Positif Kanan 14,914
4 Titik 1 Negatif Kiri 23,626
5 Titik 2 Negatif Kiri 9,099
6 Lapangan Positif Kiri 10,876
b. Envelope Portal Memanjang Atap
Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.7 dan Gambar 5.8.
Goyangan ke Kanan
Gambar 5.7 Diagram Momen Batang 11 – 12
Goyangan ke Kiri
Gambar 5.8 Diagram Momen Batang 11 – 12
Superposisi dari keduanya menghasilkan Gambar 5.9
Gambar 5.9 Diagram Momen Envelope Batang 11 – 12
Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Atap
Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m)
1 Titik 1 Negatif Kanan 3,729
2 Titik 2 Negatif Kanan 16,021
3 Lapangan Positif Kanan 10,404
4 Titik 1 Negatif Kiri 11,126
5 Titik 2 Negatif Kiri 9,657
6 Lapangan Positif Kiri 9,897
5.4 DesainTulangan Lentur Balok Lantai
5.4.1 Definisi Balok
Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.
a. Gaya tekan aksial terfaktor < 0,1 Ag f’c
Pu = 3,355 ton = 33550 N
Pu < 0,1 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa
33550 N < 600000 N OK
b. Bentang bersih (Ln) > 4d
Ln = L – hkolom = 6500 – 400 = 6100 mm
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 22/2 = 439 mm
Ln > 4 x 439
6100 mm > 1756 mm OK
Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi.
c.
b
h
> 0,3
300
500
> 0,3
0,6 > 0,3 OK
Lebar balok 300 mm lebih besar dari lebar balok minimum 250 mm,
syarat geometri balok terpenuhi.
5.4.2 Perhitungan Tulangan Lentur
Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang
bagian tepi di lantai 1.
a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2
Momen : 28,116 ton m = 281,16 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
281,16 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 2607,331 mm2
Coba gunakan tulangan 10D19 (As = 2835,287 mm2)
dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 33 = 417 mm
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
2835,287 mm2x 360 MPa
0,85 x 40MPa x 300 mm
= 100,069 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 2835,287 mm2 x 360 MPa x (417 –
100,069
2
)
= 299,65 kN m
ø Mn > Mu
299,65 kN m > 281,16 kN m OK
Tulangan 10D19 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 417 = 549,446 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 417 = 486,50 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
2835,287
300 𝑥 417
= 0,0227
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + 𝑓𝑦
=
0,85 𝑥 0,779 𝑥 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,034, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 10D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.10
Gambar 5.10 Penulangan Balok Lantai Kondisi 1
b. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen positif di titik 2
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 281,16 kN m = 140,580 kN m
 Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
140,580 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 1203,66 mm2
Coba gunakan tulangan 3D19, 2D16 (As = 1252,710 mm2)
Cek momen nominal :
a = =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
1252,710 mm2x 360 MPa
0,85 x 40 MPa x 300 mm
= 44,213 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 –
44,213
2
)
= 150,95 kN m
ø Mn > Mu
150,95 kN m > 140,58 kN m OK
Tulangan 3D19, 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.
 Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
 Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
1252,710
300 𝑥 440,5
= 0,0090
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + fy
=
0,85 x 0,779 x 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
 Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19, 2D16. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.11
Gambar 5.11 Penulangan Balok Lantai Kondisi 2
c. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen negatif di titik 1
Momen : 23,626 ton m = 236,26 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
236,26 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 2190,95 mm2
Coba gunakan tulangan 5D19 dan 3D19 (As = 2268,230 mm2)
dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 39 = 411,00 mm
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
2268,230 mm2x 360 MPa
0,85 x 40MPa x 300 mm
= 80,055 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 2268,230 mm2 x 360 MPa x (411,0 –
80,055
2
)
= 242,337 kN m
ø Mn > Mu
242,337 kN m > 236,26 kN m OK
Tulangan 8D19 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 411 = 541,54 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 422,88 = 493,35 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
2268,230
300 𝑥 411
= 0,018
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + 𝑓𝑦
=
0,85 𝑥 0,779 𝑥 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 8D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.12
Gambar 5.12 Penulangan Balok Lantai Kondisi 3
d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 1
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 236,26 kN m = 118,13 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
118,13 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 1095,476 mm2
Coba gunakan tulangan 3D19, 1D16 (As = 1051,648 mm2)
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
1051,648 mm2x 360 MPa
0,85 x 40 MPa x 300 mm
= 37,117 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 1051,648 mm2 x 360 MPa x (440,5 –
37,117
2
)
= 127,795 kN m
ø Mn > Mu
127,795 kN m > 118,13 kN m OK
Tulangan 3D19, 1D16 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
1051,648
300 𝑥 440,5
= 0,0080
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + fy
=
0,85 x 0779 x 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025.
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 1D16. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.13.
Gambar 5.13 Penulangan Balok Lantai Kondisi 4
e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif midspan
Momen : 14,914 ton m = 149,14 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
149,14 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 1383,047 mm2
Coba gunakan tulangan 3D19 dan 2D16 (As = 1252,710 mm2)
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
1252,710 mm2x 360 MPa
0,85 x 40 MPa x 300 mm
= 44,213 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 –
44,213
2
)
= 150,94 kN m
ø Mn > Mu
150,94 kN m > 149,14 kN m , OK
Tulangan 3D19 dan 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
1252,710
300 𝑥 440,5
= 0,009
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + 𝑓𝑦
=
0,85 𝑥 0,779 𝑥 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 2D16. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.14
Gambar 5.14 Penulangan Balok Lantai Kondisi 5
Kapasitas momen balok lantai harus dikontrol. Momen yang terjadi pada seluruh
bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya.
Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 149,14 kN m
Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 281,16 kN m
Kapasitas momen positif di tengah bentang = 149,14 kN m
¼ momen maksimum = 70,290 kN m
Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK
Gambar 5.15 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke kanan
di titik 1, midpsan, dan titik 2.
Gambar 5.15 Potongan Balok Lantai
5.5 Perencanaan Tulangan Lentur Balok Atap
5.5.1 Definisi Balok
Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.
a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum < 0,1 Ag f’c
Pu maksimal = 14,247 ton = 142470 N
Pu < 0,1 x (250 x 400) mm2 x 30 MPa
142470 N < 300000 N OK
b. Bentang bersih (Ln) > 4d
Ln = L – hkolom = 6500 – 400 = 6100 mm
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
Ln > 4 x 440,5
6100 mm > 1762 mm OK
Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi.
c.
b
h
> 0,3
300
500
> 0,3
0,6 > 0,3 OK
Lebar balok 300 mm lebih dari lebar balok minimum 250 mm, syarat
geometri balok terpenuhi.
5.5.2 Perhitungan Tulangan Lentur
Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang
bagian tepi di Atap.
a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2
Momen : 16,021 ton m = 160,21 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
160,021 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 1483,951 mm2
Coba gunakan tulangan 10D19 (As = 2835,287 mm2)
dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 33 = 417 mm
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
2835,287 mm2x 360 MPa
0,85 x 40MPa x 300 mm
= 100,069 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 2835,287 mm2 x 360 MPa x (417 –
100,069
2
)
= 299,65 kN m
ø Mn > Mu
299,65 kN m > 160,021 kN m OK
Tulangan 10D19 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 417 = 549,446 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 417 = 486,50 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
2835,287
300 𝑥 417
= 0,0227
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + 𝑓𝑦
=
0,85 𝑥 0,779 𝑥 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,034, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 10D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.10
Gambar 5.16 Penulangan Balok Atap Kondisi 1
b. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen positif di titik 2
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 160,21 kN m = 80,105 kN m
 Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
80,105 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 742,852 mm2
Coba gunakan tulangan 3D19, 2D16 (As = 1252,710 mm2)
Cek momen nominal :
a = =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
1252,710 mm2x 360 MPa
0,85 x 40 MPa x 300 mm
= 44,213 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 –
44,213
2
)
= 150,95 kN m
ø Mn > Mu
150,95 kN m > 80,105 kN m OK
Tulangan 3D19, 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.
 Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
 Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
1252,710
300 𝑥 440,5
= 0,0090
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + fy
=
0,85 x 0,779 x 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
 Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19, 2D16. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.11
Gambar 5.17 Penulangan Balok Atap Kondisi 2
c. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen negatif di titik 1
Momen : 11,126 ton m = 111,26 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
111,26x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 1031,767 mm2
Coba gunakan tulangan 5D19 dan 3D19 (As = 2268,230 mm2)
dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 39 = 411,00 mm
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
2268,230 mm2x 360 MPa
0,85 x 40MPa x 300 mm
= 80,055 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 2268,230 mm2 x 360 MPa x (411,0 –
80,055
2
)
= 242,337 kN m
ø Mn > Mu
242,337 kN m > 111,26 kN m OK
Tulangan 8D19 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 411 = 541,54 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 422,88 = 493,35 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
2268,230
300 𝑥 411
= 0,018
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + 𝑓𝑦
=
0,85 𝑥 0,779 𝑥 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 8D19, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada
Gambar 5.12
Gambar 5.18 Penulangan Balok Atap Kondisi 3
d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 1
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama
Mu = 50% x 111,26 kN m = 55,630 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
55,630 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 515,884 mm2
Coba gunakan tulangan 3D19, 1D16 (As = 1051,648 mm2)
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
1051,648 mm2x 360 MPa
0,85 x 40 MPa x 300 mm
= 37,117 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 1051,648 mm2 x 360 MPa x (440,5 –
37,117
2
)
= 127,795 kN m
ø Mn > Mu
127,795 kN m > 55,630 kN m OK
Tulangan 3D19, 1D16 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
1051,648
300 𝑥 440,5
= 0,0080
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + fy
=
0,85 x 0779 x 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025.
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 1D16. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.13.
Gambar 5.19 Penulangan Balok Atap Kondisi 4
e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif midspan
Momen : 10,404 ton m = 104,04 kN m
v. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan
tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan
hkolom
20
=
400
20
= 20 mm, trial awal
gunakan D19
d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =
Mu
ø x fy x j x d
=
104,04 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 440,5
= 964,813 mm2
Coba gunakan tulangan 3D19 dan 2D16 (As = 1252,710 mm2)
Cek momen nominal :
a =
As x fy
0,85 x f′c x b
=
1252,710 mm2x 360 MPa
0,85 x 40 MPa x 300 mm
= 44,213 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d –
a
2
)
= 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 –
44,213
2
)
= 150,94 kN m
ø Mn > Mu
150,94 kN m > 104,04 kN m , OK
Tulangan 3D19 dan 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.
vi. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =
√𝑓′ 𝑐
4 𝑥 𝑓𝑦
x b x d =
√40
4 𝑥 360
x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =
1,4
fy
x b x d =
1,4
360
x 300 x 440,5 = 513,92 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
vii. Cek rasio tulangan
ρ =
As
b x d
=
1252,710
300 𝑥 440,5
= 0,009
ρb =
0,85 x β x f′c
fy
600
600 + 𝑓𝑦
=
0,85 𝑥 0,779 𝑥 40
360
600
960
= 0,046
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025
ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
viii. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D19 dan 2D16. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.14
Gambar 5.20 Penulangan Balok Atap Kondisi 5
Kapasitas momen Balok Atap harus dikontrol. Momen yang terjadi pada seluruh
bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya.
Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 160,021 kN m
Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 104,04 kN m
Kapasitas momen positif di tengah bentang = 104,04 kN m
¼ kapasitas momen maksimum = 40,005 kN m
Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK
Gambar 5.21 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke kanan
di titik 1, midpsan, dan titik 2.
Gambar 5.21 Potongan Balok Atap
5.6 DesainTulangan GeserBalok
Geser seismic pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi palstis
terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai
hingga 1,25 fy dan ø = 1. (SNI 03-2847-2002, Pasal 23.3.4.2).
i. Titik 2 (goyangan ke kanan)
apr_2 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 2835,287 x 360
0,85 x 40 x 300
= 125,086 mm2
Mpr_2= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 2835,287 x 360 x (417 –
100,069
2
)
= 468,203 kN m
ii. Titik 1 (goyangan ke kanan)
apr_1 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 1051,648 x 360
0,85 x 40 x 300
= 46,39 mm2
Mpr_1= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 1051,648 x 360 x (440,5 –
44,213
2
)
= 198,001 kN m
iii. Titik 1 (goyangan ke kiri)
apr_1 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 2268,230 x 360
0,85 x 40 x 300
= 100,069 mm2
Mpr_1= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 2268,230 x 360 x (411 –
80,055
2
)
= 378,65 kN m
iv. Titik 2 (goyangan ke kiri)
apr_2 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 1252,710 x 360
0,85 x 40 x 300
= 55,267 mm2
Mpr_2= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 1252,710 x 360 x (440,5 –
37,117
2
)
= 237,86 kN m
v. Titik 12 (goyangan ke kanan)
apr_12 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 2835,287 x 360
0,85 x 40 x 300
= 125,086 mm2
Mpr_12= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 2835,287 x 360 x (417 –
100,069
2
)
= 468,203 kN m
vi. Titik 11 (goyangan ke kanan)
apr_11 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 1051,648 x 360
0,85 x 40 x 300
= 46,39 mm2
Mpr_11= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 1051,648 x 360 x (440,5 –
44,213
2
)
= 198,001 kN m
vii. Titik 11 (goyangan ke kiri)
apr_11 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 2268,230 x 360
0,85 x 40 x 300
= 100,069 mm2
Mpr_11= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 2268,230 x 360 x (411 –
80,055
2
)
= 378,65 kN m
viii. Titik 12 (goyangan ke kiri)
apr_12 =
1,25 As fy
0,85 x f′c x b
=
1,25 x 1252,710 x 360
0,85 x 40 x 300
= 55,267 mm2
Mpr_12= 1,25 x As x fy x (d –
a
2
)
= 1,25 x 1252,710 x 360 x (440,5 –
37,117
2
)
= 237,86 kN m
5.7 Diagram Gaya GeserBalok
Reaksi geser di ujung-ujung balok akibat pembebanan struktur secara gravitasi
berdasarkan SNI Gempa 1726-2002.
Wu atap = 1,359 ton/m
Wu lantai = 1,902 ton/m
P atap = 8,063 ton
P lantai 12,581 ton
Vg atap =
Wu atap x L
2
+
P atap
2
=
1,359 x 6,5
2
+
8,063
2
= 8,448 ton
Vg lantai =
Wu lantai x L
2
+
P lantai
2
=
1,902x 6,5
2
+
12,581
2
= 12,472 ton
Rangka dengan goyangan terbesar (kiri) untuk bagian atap
Vsway_atap =
Mpr_1+ Mpr_2
Ln
=
378,65+ 237,86
6,5
= 94,848 kN
Total reaksi geser di ujung kiri balok = 84,48 + 94,848 = 179,328 kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = 84,48 – 94,848 = -10,368 kN
Rangka dengan goyangan terbesar (kanan) untuk bagian lantai
Vsway_lantai =
Mpr_1+ Mpr_2
Ln
=
468,203+ 198,001
6,5
= 102,493 kN
Total reaksi geser di ujung kiri balok = 124,72 – 102,493 = 22,227 kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = 124,72 + 102,493 = 227,213 kN
Gambar 5.22 dan Gambar 5.23 menunjukkan diagram gaya geser untuk balok
atap dan balok lantai.
Gambar 5.22 Diagram Gaya Geser Balok Atap(goyangan ke kiri)
Gambar 5.23 Diagram Gaya Geser Balok Lantai(goyangan ke kanan)
5.8 Perencanaan Tulangan GeserBalok Lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil = 0 jika
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih dari ½ kuat
geser perlu maksimum Vs, dan
Vsway > ½ Ve
102,493 kN > ½ x 227,213 kN
102,493 kN > 113,607 kN TIDAK
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang dari
0,05 x Ag x f’c.
Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c
Pu maksimal = 3,355 ton = 33550 N
Pu < 0,05 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa
33550 N < 300000 N IYA
Vs = Vn – Vc
Vsperlu =
Vu
ø
–
1
6
√f′c x b x d =
227213
0,75
–
1
6
√30 x 300 x 417 = 171,083 kN
Coba gunakan D10 – 125 (Av = 157,08 mm2)
Vs =
Av x fy x d
s
=
157,08 x 360 x 417
125
= 188,646 kN
Vs > Vsperlu OK
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi untuk tulangan
geser di sepanjang bentang adalah d/2 yaitu 417/2 = 208,50 mm. maka digunakan
spasi 125 mm (D10 – 125) dan pada daerah lapangan digunakan spasi 200 mm
(D10 – 200)
5.9 Perencanaan Tulangan Hoops Balok Lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops dipasang sepanjang 2h
dari sisi muka kolom terdekat yaitu 2 x 500 = 1000 mm. Tulangan hoops
dipasang di daerah sendi plastis untuk mengakomodir supaya tidak tejadi
keruntuhan akibat geser tetapi akibat sendi plastis.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang
dengan spasi terkecil di antara :
a. d/4 = 417 / 4 = 104,25 mm
b. 8 Dterkecil = 8 x 16 = 128 mm
c. 24 Dhoops = 24 x 10 = 240 mm
d. 300 mm
Digunakan tulangan hoops D10 – 100.
Gambar Penulangan dan Potongan Balok Lantai ditunjukkan pada Gambar 5.19 dan
Gambar 5.20
Gambar 5.24 Penulangan Balok Lantai
Gambar 5.25 Potongan Balok Lantai
5.10 Perencanaan Tulangan GeserBalok Atap
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil = 0 jika
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih dari ½ kuat
geser perlu maksimum Vs, dan
Vsway > ½ Ve
84,48 kN > ½ x 179,328 kN
84,48 kN > 89,664 kN TIDAK
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang dari
0,05 x Ag x f’c.
Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c
Pu maksimal = 14,247 ton = 142470 N
Pu < 0,05 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa
142470 N < 300000 N IYA
Vs = Vn – Vc
Vsperlu =
Vu
ø
–
1
6
√f′c x b x d =
179,328
0,75
–
1
6
√40 x 300 x 440,5 = 99,805 kN
Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2)
Vs =
Av x fy x d
s
=
157,08 x 360 x 440,5
200
= 124,548 kN
Vs > Vsperlu OK
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi untuk tulangan
geser di sepanjang bentang adalah d/2 yaitu 440,5 / 2 = 220,25 mm, maka
digunakan spasi 200 mm. (D10 – 200).
5.11 Perencanaan Tulangan Hoops Balok Atap
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops dipasang sepanjang 2h
dari sisi muka kolom terdekat yaitu 2 x 500 = 1000 mm. Tulangan hoops
dipasang di daerah sendi plastis untuk mengakomodir supaya tidak tejadi
keruntuhan akibat geser tetapi akibat sendi plastis.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang
dengan spasi terkecil di antara :
a. d/4 = 440,5 / 4 = 110,125 mm
b. 8 Dterkecil = 8 x 16 = 128 mm
c. 24 Dhoops = 24 x 10 = 240 mm
d. 300 mm
Digunakan tulangan hoops D10 – 100.
Gambar Penulangan dan Potongan Balok Atap ditunjukkan pada Gambar 5.26 dan
Gambar 5.22
Gambar 5.26 Penulangan Balok Atap
Gambar 5.27 Potongan Balok Atap
BAB VI
HUBUNGAN BALOK KOLOM (HBK)
6.1. Panjang Penyaluran
Ketentuan panjang penyaluran didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal
23.5.3.4. Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standard 90o
dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db atau 150
mm. Gambar panjang penyaluran ditunjukkan pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Panjang Penyaluran
ldh =
fy x db
5,4 √f′c
=
360 x 19
5,4 √40
= 200,227 mm
6.2. Kuat Geser pada Hubungan Balok Kolom
Ketentuan kuat geser didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1. Kuat
geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada
1,7 √f′c Ajoint, untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat
sisinya. Suatu balok dianggap memberikan kekangan bila ¾ bidang muka
hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok tersebut. Gambar luas
efektif hubungan balok kolom ditunjukkan pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2 Luas Efektif Hubungan Balok-Kolom (Ajoint)
Ajoint = bbalok x bkolom = 300 mm x 400 mm = 120000 mm2
a. Check apakah balok mengekang kolom
bbalok > ¾ bkolom
300 mm > ¾ x 400 mm
300 mm > 300 mm (OK)
Maka, kuat geser balok Vc = 1,7 √f′c Ajoint = 1,7 √40 120000 = 1290,209 kN
b. Check apakah Vc > Vsperlu
Penyederhanaan dilakukan dengan menganggap tulangan 2 layer menjadi 1
layer untuk memudahkan perhitungan. Gambar kuat geser pada hubungan
balok-kolom ditunjukkan pada gambar 6.3.
Gambar 6.3 Kuat Geser pada Hubungan Balok-Kolom
Gambar 6.4 Penulangan pada balok di ujung 1 – lapangan – ujung 2
Balok yang memasuki joint memiliki probable moment 468,203 kNm dan
198,001 kNm.
Pada joint, kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama sehingga
DF = 0,5 untuk setiap kolom
Me = 0,5 x (468,203 + 198,001) = 333,102 kNm
Geser pada kolom
Vsway = (333,102 + 333,102) / (3,5 – 0,5) = 222,068 kN
Tulangan yang dipakai di layer atas adalah 10D19 (As = 2835,287 mm2)
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
T1 = 1,25 As x fy = 1,25 x 2835,287 mm2 x 360 MPa = 1275,879 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri adalah
C1 = T1 = 1275,879 kN
Tulangan yang dipakai di layer bawah adalah 3D19 dan 1D16 (As =
1051,648 mm2)
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
T2 = 1,25 As x fy = 1,25 x 1051,648 mm2 x 360 MPa = 473,241 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan adalah
C2 = T2 = 473,241 kN
Vu = T1 + C2 – Vsway = 1275,879 + 473,241 – 222,068 = 1527,052 kN
Vu > Vn
1527,052 kN > 1290,209 kN
Vsperlu = Vu – Vn = 1527,052 – 1290,209 = 236,843 kN
Cek terlebih dahulu apakah tulangan hoops 3D13 – 150 (As = 398,197 mm2)
> Vsperlu
Vs =
Av x fy x d
s
=
398,197 x 360 x 337,5
130
= 372,161 kN
Vs > Vsperlu (OK)
Tulangan hoops mampu menahan gaya geser perlu sehingga tidak diperlukan
tulangan geser (shear) pada hubungan balok-kolom.

More Related Content

What's hot

menghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja kompositmenghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja kompositShaleh Afif Hasibuan
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Muhammad Umari
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaAmi_Roy
 
Laporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur bajaLaporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur bajatanchul
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Lala Sgl
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanterbott
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokShaleh Afif Hasibuan
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturKomang Satriawan
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Contoh soal komposit
Contoh soal kompositContoh soal komposit
Contoh soal kompositkahar pasca
 

What's hot (20)

menghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja kompositmenghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja komposit
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur baja
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Laporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur bajaLaporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur baja
 
1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Contoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapakContoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapak
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan struktur
 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Contoh soal komposit
Contoh soal kompositContoh soal komposit
Contoh soal komposit
 

Viewers also liked

analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.
analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.
analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.Ardi Bato'v Patimang
 
Analisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanAnalisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanEkha Poetra
 
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)Fatayah Rannanda
 
Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)Fatayah Rannanda
 
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Dokter Kota
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategangPoten Novo
 
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksiKonsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksiNana Roy
 
Struktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatStruktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatVersa Apriana
 
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)Juleha Usmad
 
Contoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseContoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseMetza d'Arch
 
Rigid pavement distress
Rigid pavement distress Rigid pavement distress
Rigid pavement distress Ankit Sarkar
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Herlyn Meylisa
 
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5Okitanawa Everrobert
 

Viewers also liked (20)

analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.
analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.
analisa kapasitas dan tingkat pelayanan.
 
Analisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanAnalisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalan
 
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton BertulangPerencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
 
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
 
lapora RLL
lapora RLL lapora RLL
lapora RLL
 
Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan ppt (kelompok 6)
 
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
 
Tugas Akhir Struktur Beton Prategang
Tugas Akhir Struktur Beton PrategangTugas Akhir Struktur Beton Prategang
Tugas Akhir Struktur Beton Prategang
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategang
 
Perencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan rayaPerencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan raya
 
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksiKonsep rancangan struktur &amp; konstruksi
Konsep rancangan struktur &amp; konstruksi
 
Struktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatStruktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkat
 
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)
 
Contoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseContoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainase
 
Rigid pavement distress
Rigid pavement distress Rigid pavement distress
Rigid pavement distress
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
 
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
Laporan Tugas Besar Mekanika Rekayasa 5
 
Laporan tugas besar
Laporan tugas besarLaporan tugas besar
Laporan tugas besar
 
Perencanaan Plat
Perencanaan PlatPerencanaan Plat
Perencanaan Plat
 
Beton bertulang
Beton bertulangBeton bertulang
Beton bertulang
 

Similar to ANALISIS STRUKTUR

183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalenafat civik
 
Contoh wingwall
Contoh wingwallContoh wingwall
Contoh wingwalltanchul
 
Tugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi IITugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi IIRendi Fahreza
 
PPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptxPPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptxGentaPermata2
 
Laporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah TinggalLaporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah TinggalAli Hasan
 
Bab iv pembebanan struktur
Bab iv pembebanan strukturBab iv pembebanan struktur
Bab iv pembebanan strukturAndhita Je
 
Modul 2- , balok terjepit sebelah
Modul 2- , balok terjepit sebelahModul 2- , balok terjepit sebelah
Modul 2- , balok terjepit sebelahMOSES HADUN
 
Modul 2- balok terjepit sebelah
Modul 2- balok terjepit sebelahModul 2- balok terjepit sebelah
Modul 2- balok terjepit sebelahMOSES HADUN
 
KULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptx
KULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptxKULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptx
KULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptxTediHermawan5
 
Soal penyisihan-sma
Soal penyisihan-smaSoal penyisihan-sma
Soal penyisihan-smaAn Nur
 
Perencanaan gording Baja
Perencanaan gording BajaPerencanaan gording Baja
Perencanaan gording Bajabumi lohita
 
Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Ahmad Ramdani
 
TEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptx
TEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptxTEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptx
TEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptxDanaGunaSatrio
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaasroel1995
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaekobudi27
 
Bahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisikaBahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisikamatalih
 

Similar to ANALISIS STRUKTUR (20)

183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
 
Struktur Tahan Gempa
Struktur Tahan GempaStruktur Tahan Gempa
Struktur Tahan Gempa
 
Contoh wingwall
Contoh wingwallContoh wingwall
Contoh wingwall
 
Tugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi IITugas Besar Pondasi II
Tugas Besar Pondasi II
 
PPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptxPPT BIMA HUTARI.pptx
PPT BIMA HUTARI.pptx
 
Laporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah TinggalLaporan Struktur Rumah Tinggal
Laporan Struktur Rumah Tinggal
 
Bab iv pembebanan struktur
Bab iv pembebanan strukturBab iv pembebanan struktur
Bab iv pembebanan struktur
 
Modul 2- , balok terjepit sebelah
Modul 2- , balok terjepit sebelahModul 2- , balok terjepit sebelah
Modul 2- , balok terjepit sebelah
 
Modul 2- balok terjepit sebelah
Modul 2- balok terjepit sebelahModul 2- balok terjepit sebelah
Modul 2- balok terjepit sebelah
 
KULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptx
KULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptxKULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptx
KULIAH(4&5) HITUNGAN PONDASI.UTS .pptx
 
Soal penyisihan-sma
Soal penyisihan-smaSoal penyisihan-sma
Soal penyisihan-sma
 
3563729631300103
35637296313001033563729631300103
3563729631300103
 
Lenturan 2
Lenturan 2Lenturan 2
Lenturan 2
 
Balok lentur
Balok lenturBalok lentur
Balok lentur
 
Perencanaan gording Baja
Perencanaan gording BajaPerencanaan gording Baja
Perencanaan gording Baja
 
Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1
 
TEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptx
TEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptxTEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptx
TEGANGAN%20DALAM%20MASSA%20TANAH-2.pptx
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-baja
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-baja
 
Bahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisikaBahan pembinaanosn fisika
Bahan pembinaanosn fisika
 

Recently uploaded

PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksiPPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksimanotartamba555
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 

Recently uploaded (10)

PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksiPPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
PPT manajemen Konstruksi ahli madya bidang keahlian manajemen konstruksi
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 

ANALISIS STRUKTUR

  • 1. BAB III ANALISA STRUKTUR 3.1 Beban yang bekerja 3.1.1 Distribusi beban dengan metode amplop Distribusi beban yang terjadi pada pelat lantai dan atap ditunjukan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 distribusi beban dengan metode amplop 1. Beban Mati (DL) Distribusi beban segitiga untuk beban mati lantai 1 dan 2: a) Beban sendiri plat lantai = h . 2400kg/m3 = 0,12 . 2400 = 288 kg/m2 b) Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2 c) Beban spesi tebal 2 cm = 0,02 x 2100 = 42g/m2 d) Beban ubin 1 cm = 0,01 x 2400 = 24 kg/m2 e) Beban mechanical electrical = 25kg/m2 Beban mati total, qD = 397 kg/m2
  • 2. Beban segitiga terebut diekuivalensikan menjadi beban persegi : Gambar 3.2 beban mati ekuivalen dari beban segitiga Momen segitiga = Mmax persegi 1 24 . qD.lx3 = 1 8 .qeq .lx2 qeq = 1 3 . qD.lx = 1 3 . 397 3,25 =430,083 kg/m Distribusi beban trapesium untuk beban mati lantai 1 dan 2 adalah sebagai berikut: Gambar 3.3 beban mati ekuivalen dari beban trapesium RA = RB = 1 2 𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 1 2 𝑙𝑥) 2 = 1 8 . Wu . lx (2ly - lx) Mmax = 1 2 .𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2 −2. 1 2 𝑙𝑥2 ) 24 = 1 48 . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) Mmax persegi = M max trapesium 1 8 . qeq ly2 = 1 48 . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) qeq = 1 6 . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3 − ( 𝑙𝑥 𝑙𝑦 )2) = 1 6 .397 .3,25.(3 − ( 3,25 5,5 )2) = 570,038 kg/m
  • 3. Distribusi beban mati segitiga untuk beban mati lantai atap (3) a) Beban sendiri plat atap = h . 2400 kg/m3 = 0,11. 2400 =267 kg/m2 b) Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2 c) Beban mechanical electrical = 25 kg/m2 Beban mati total, qD = 310 kg/m2 Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi: Gambar 3.4 beban mati ekuivalen dari beban segitiga Momen segitiga = Mmax persegi 1 24 . qD.lx3 = 1 8 .qeq .lx2 qeq = 1 3 . qD.lx = 1 3 . 310. 3,25 = 335,833 kg/m Distribusi beban trapesium untuk beban mati atap (lantai3) adalah sebagai berikut: Gambar 3.5 beban mati ekuivalen dari beban trapesium RA = RB = 1 2 𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 1 2 𝑙𝑥) 2 = 1 8 . Wu . lx (2ly - lx) Mmax = 1 2 .𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2 −2. 1 2 𝑙𝑥2 ) 24 = 1 48 . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 )
  • 4. Mmax persegi = M max trapesium 1 8 . qeq ly2 = 1 48 . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) qeq = 1 6 . 𝑞𝐷 . 𝑙𝑥. (3 − ( 𝑙𝑥 𝑙𝑦 )2) = 1 6 .310 .3,25.(3 − ( 3,25 5,5 )2) = 445,118 kg/m 2. Beban Hidup (LL) Distribusi beban segitiga untuk beban hidup lantai 1 dan 2: Gambar 3.6 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga Beban hidup = 250 kg/m2 Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi Momen segitiga = Mmax persegi 1 24 . qL.lx3 = 1 8 . qeq .lx2 qeq = 1 3 . qL.lx = 1 3 . 250. 3,25 = 270,833 kg/m Distribusi beban trapesium untuk beban hidup lantai1 dan 2 adalah sebagai berikut: Gambar 3.7 beban hidup ekuivalen dari beban trapesium
  • 5. RA = RB = 1 2 𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 1 2 𝑙𝑥) 2 = 1 8 . Wu . lx (2ly - lx) Mmax = 1 2 .𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2 −2. 1 2 𝑙𝑥2 ) 24 = 1 48 . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) Mmax persegi = M max trapesium 1 8 . qeq ly2 = 1 48 . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) qeq = 1 6 . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3 − ( 𝑙𝑥 𝑙𝑦 )2) = 1 6 .250 .3,25.(3 − ( 3,25 5,5 )2) = 358,966 kg/m Distribusi beban segitiga untuk beban hidup lantai 3 (atap): Gambar 3.8 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga Beban hidup = 100 kg/m2 Beban segitiga tersebut diekuivalensikan menjadi beban persegi Momen segitiga = Mmax persegi 1 24 . qL.lx3 = 1 8 .qeq .lx2 qeq = 1 3 . qL.lx = 1 3 . 100. 3,25 = 108,333 kg/m
  • 6. Distribusi beban trapesium untuk beban hidup lantai 3 adalah sebagai berikut: Gambar 3.9 beban hidup ekuivalen dari beban segitiga RA = RB = 1 2 𝑊𝑢 .𝑙𝑥 .(𝑙𝑦− 1 2 𝑙𝑥) 2 = 1 8 . Wu . lx (2ly - lx) Mmax = 1 2 .𝑊𝑢 .𝑙𝑥.(3𝑙𝑦2 −2. 1 2 𝑙𝑥2 ) 24 = 1 48 . 𝑊𝑢 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) Mmax persegi = M max trapesium 1 8 . qeq ly2 = 1 48 . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3𝑙𝑦2 − 𝑙𝑥2 ) qeq = 1 6 . 𝑞𝐿 . 𝑙𝑥. (3 − ( 𝑙𝑥 𝑙𝑦 )2) = 1 6 .100 .3,25.(3 − ( 3,25 5,5 )2) = 143,586 kg/m
  • 7. 3.2 Beban pada portal 3.2.1 Portal memanjang ( sumbu X ) a. Beban mati 1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2 2qeqsegitiga = 2 x 430,083 kg/m= 860,166 kg/m Beban akibat struktur q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,12) x 2400 = 273,6 kg/m Total beban = 860,166+273,6 = 1133,766 kg/m 2. Beban balok anak lantai 1 dan 2 2qeqtrapesium = 2 x 570,038 kg/m = 140,076 kg/m Beban akibat struktur q=bx(h-tp)γ = 0,25 x (0,40-0,12) x 2400 = 168 kg/m Total beban = 1140,076 +168 = 1308,076 kg/m Gambar 3.10 Gaya pada balok anak lantai 1 dan 2 Vu= 1 2 . q . L = 1 2 . 1308,076 . 5,5 =3597,209 kg Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok anak, jadi 2 x 3597,209 = 7194,418 kg 3. Beban merata balok induk induk lantai 3 2 qeqsegitiga = 2 x 335,833 kg/m = 671,666 kg/m Beban akibat struktur q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,11) x 2400 = 280,8 kg/m Total beban = 671,666+280,8 = 952,466 kg/m
  • 8. 4. Beban balok anak lantai 3 2 qeqtrapesium = 2 x 445,118 kg/m = 890,236 kg/m Beban akibat struktur q=bx(h-tp)γ = 0,25 x (0,40-0,11) x 2400 = 174 kg/m Total beban = 890,236+174 = 1064,236 kg/m Gambar 3.11 Gaya pada balok anak lantai 3 Vu= 1 2 . q . L = 1 2 . 1064,236 . 5,5 = 2926,649 kg Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok anak, jadi 2 x 2926,649 = 5853,298 kg 5. Beban terpusat balok induk lantai 1 dan 2 Beban terpusat di tengah balok q= 2 x qeqtrapesium + berat sendiri = 2 x 570,038+168 = 1308,076 kg/m Vu = 1 2 .q .L= 1 2 . 1308,76 . 5,5 = 3597,209 kg V = 2 x 3597,209= 7194,418 kg 6. Beban terpusat balok induk lantai 3 Beban terpusat di tengah balok q= 2xqeqtrapesium + berat sendiri = 2x 445,118+174 = 1064,236 kg/m Vu= 1 2 .q .L= 1 2 . 1064,236. 5,5 = 2926,649 kg V= 2 x 2926,649 = 5853,298 kg b. Beban hidup 1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2 2qeqsegitiga = 2 x 270,833 kg/m = 541,666 kg/m
  • 9. 2. Beban balok anak lantai 1 dan 2 2qeqtrapesium = 2 x 358,966 kg/m = 717,932 kg/m Gambar 3.12 Gaya pada balok anak lantai 1 dan 2 Vu = 1 2 . q . L = 1 2 . 717,932. 5,5 = 1974,313 kg Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok anak, jadi 2 x 1974,313 = 3948,626 kg 3. Beban merata balok induk induk lantai 3 2qeqsegitiga = 2 x 108,333 kg/m = 216,666 kg/m 4. Beban balok anak lantai 3 2qeqtrapesium = 2 x 143,586 kg/m = 287,172 kg/m Gambar 3.13 Gaya pada balok anak lantai 3 Vu= 1 2 . q . L = 1 2 . 287,172. 5,5 = 789,723 kg Balok induk yang menjadi acuan di tengah portal menahan 2 balok anak, jadi 2 x 789,723 = 1579,446 kg 5. Beban terpusat balok induk lantai 1 dan 2 Beban terpusat di tengah balok q= 2xqeqtrapesium = 2 x 358,966 = 717,932 kg/m Vu= 1 2 .q .L= 1 2 . 717,932. 5,5 = 1974,313 kg V= 2 x 1974,313 = 3948,626 kg 6. Beban terpusat balok induk lantai 3
  • 10. Beban terpusat di tengah balok q = 2xqeqtrapesium = 2 x 143,586 = 287,172 kg/m Vu = 1 2 .q .L = 1 2 . 287,172. 5,5 = 789,723 kg V= 2 x 789,723 = 1579,446 kg 3.2.2 Portal melintang (Sumbu Y) a. Beban mati 1. Beban merata balok induk lantai 1 dan 2 2qeqtrapesium = 2 x 570,038 kg/m = 1140,076 kg/m Beban akibat struktur q=bx(h-tp)γ = 0,30 x (0,5-0,12) x 2400 = 273,6 kg/m Total beban = 1140,076+273,6 = 1413,676 kg/m 2. Beban merata balok induk induk lantai 3 2qeqtrapesium = 2 x 445,118 kg/m = 890,236 kg/m Beban akibat struktur q=bx(h-tp)γ = 0,3 x (0,5-0,11) x 2400 = 280,8 kg/m Total beban = 890,236 + 280,8 = 1171,636 kg/m b. Beban hidup 1) Beban merata balok induk lantai 1 dan 2 2qeqtrapesium = 2 x 358,966 kg/m = 711,932 kg/m 2) Beban merata balok induk lantai 3 2qeqtrapesium = 2 x 143,586 kg/m = 287,12 kg/m
  • 11. 3.3 Kombinasi pembebanan 3.3.1 Portal memanjang ( Sumbu X ) a. Kombinasi pembebanan tanpa beban gempa 1. Beban merata - Lantai 1 dan 2 1,4 D 1,2 D + 1,6 L - Lantai 3 (Atap) 1,4 D 1,2 D + 1,6 L 2. Beban terpusat - Lantai 1 dan 2 1,4 D 1,2 D + 1,6 L - Lantai 3 (Atap) 1,4 D 1,2 D + 1,6 L b. Kombinasi pembebanan dengan bebam gempa 1. Beban merata - Lantai 1 dan 2 1,2D + 1L + 1E - Lantai 3 (Atap) 1,2D + 1L + 1E 2. Beban terpusat - Lantai 1 dan 2 1,2D + 1L + 1E - Lantai 3 (Atap) 1,2D + 1L + 1E
  • 12. 3.3.2 Portal Melintang ( sumbu Y ) a. Kombinasi pembebanan tanpa beban gempa 1. Beban merata - Lantai 1 dan 2 1,4 D 1,2 D + 1,6 L - Lantai 3 (Atap) 1,4 D 1,2 D + 1,6 L b. Kombinasi pembebanan dengan bebam gempa 2. Beban merata - Lantai 1 dan 2 1,2D + 1L + 1E - Lantai 3 (Atap) 1,2D + 1L + 1E
  • 13. 3.4 Sketsa beban pada portal 3.4.1 Sketsa Beban Mati (DL) pada portal memanjang ( Sumbu X ) Sketsa beban mati (DL) pada portal memanjang ( Sumbu X ) ditunjukan pada gambar 3.14. Gambar 3.14 Beban mati (DL) pada portal memanjang (sumbu X) 3.4.2 Sketsa Beban Hidup (LL) pada portal memanjang ( Sumbu X ) Sketsa beban hidup (LL) pada portal memanjang ( Sumbu X) ditunjukan pada gambar 3.15. Gambar 3.15 Beban hidup (LL) pada portal memanjang (sumbu X)
  • 14. 3.4.3 Sketsa Beban Gempa pada portal memanjang ( Sumbu X ) Sketsa beban gempa pada portal memanjang ( Sumbu X ) ditunjukan pada gambar 3.16. Gambar 3.16 Beban gempa pada portal melintang (sumbu Y) 3.4.4 Sketsa Beban Mati (DL) pada portal melintang (sumbu Y) Sketsa beban mati (DL) pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada gambar 3.17. Gambar 3.17 Beban Mati (DL) pada portal melintang (sumbu Y)
  • 15. 3.4.5 Sketsa Beban Hidup (LL) pada portal melintang (sumbu Y) Sketsa beban hidup (LL) pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada gambar 3.18. Gambar 3.18 Beban Hidup (LL) pada portal melintang (sumbu Y) 3.4.6 Sketsa Beban Gempa pada portal melintang (sumbu Y) Sketsa beban gempa pada portal melintang ( Sumbu Y ) ditunjukan pada gambar 3.19. Gambar 3.19 Beban Gempa pada portal melintang (sumbu Y)
  • 16. 3.5 Analisa Struktur Beban Mati (DL) portal melintang ( arah Y ) Gambar 3.20 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah pada kondisi pembebanan beban mati (DL) Gambar 3.20 Pembebanan beban mati (DL) Portal Melintang (Sumbu Y) 3.5.1 Perhitungan DOF DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m ) = 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 ) = 12 S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m ) = 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 ) = 3 Jadi kebebasan rotasi = 9 kebebasan translasi = 3
  • 17. 3.5.2 Faktor Kekakuan Batang Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = 1 12 x 400 x 4003 : 1 12 x 300 x 5003 : 1 12 x 300 x 5003 = 0,6827 : 1 : 1 k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok atap Lbalok = 0,6827E 3500 : 𝐸 5500 : 0,6827E 3500 : 𝐸 5500 : 0,6287E 3500 : 𝐸 5500 = 1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932 3.5.3 Perhitungan Momen Primer M12 = - 1 12 x q x L2 = - 1 12 x 1,414 x 5,52 = - 3,565 Ton m M21 = 3,565 Ton m M45 = - 1 12 x q x L2 = - 1 12 x 1,414 x 5,52 = - 3,565 Ton m M54 = 3,565 Ton m M78 = - 1 12 x q x L2 = - 1 12 x 1,172 x 5,52 = - 2,954 Ton m M87 = 2,954 Ton m
  • 18. 3.5.4 Analisa Perhitungan Takabeya 1. Titik 1 ƩM1 = 0 M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + Ṁ1A = 1 (2m1 + 0 + 0) – 0 = 2 m1 M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + Ṁ12 = 0.932 (2m1 + 0 + 0) – 3,565 = 1,864 m1 – 7,146 M14 = k (2m1 + m4 + m̅14) + Ṁ14 = 0,932 (2m1 + m4 + 0) – 0 = 1,864 m1 + 0,932 m4 ƩM1 = M12 + M1A + M14 0 = 4,728 m1 + 0,932 m4 – 3,565 2. Titik 4 ƩM4 = 0 M41 = 1 (2m4 + m1 + m̅41) + Ṁ41 = 1 (2m4 + m1 + 0) – 0 = 2 m4 + m1 M45 = k (2m4 + m5 + m̅45) + Ṁ45 = 0,932 (2m4 + 0 + 0) – 3,565 = 1,864 m4 – 7,146 M47 = k (2m4 + m7+ m̅47) + Ṁ47 = 1 (2m4 + m7 + 0) + 0 = 2 m4 + m7 ƩM4 = M41+ M45+ M47 0 = 5,864 m4 + m1 + m7 – 3,565 3. Titik 7 ƩM7 = 0 M74 = k (2m7 + m4 + m̅74) + Ṁ74 = 1 (2m7 + m4 + 0) + 0
  • 19. = 2 m7 + m4 M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + Ṁ78 = 0,932 (2m7 + 0 + 0) – 2,954 = 1,864 m7 – 4,701 ƩM7 = M74 + M78 0 = 3,864 m7 + m4 – 2,954 𝑚1 𝑚4 𝑚7 Momen Primer 4,720 0,932 0 3.565 1 5,864 1 3,565 0 1 3,864 2,954 Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan, sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut : 𝑚1 = 0,503 ton m 𝑚4 = 0,376 ton m 𝑚7 = 0,615 ton m 3.5.5 Momen Akhir M1A = 2 m1 = 1,078 ton m M12 = 1,864 m1 – 3,565 =-2,560 ton m M14 = 1,864 m1 + 0,932 m4 = 1,482 ton m M41 = 2 m4 + m1 = 1,346 ton m M45 = 1,864 m4 – 3,565 = -2,813 ton m M47 = 2 m4 + m7 = 1,467 ton m M74 = 2 m7 + m4 = 1,723ton m M78 = 1,864 m7 – 2,954 = -1,723 ton m MA1 = 1 (0 + m1 + 0) +0 = 0,503 ton m M21 = 0,932 (0 + m1 + 0) + 3,565 = 4,068 ton m M54 = 1 (0 + m4 + 0) + 7,146 = 3,941 ton m M87 = 0,932 (0 + m7 + 0) + 2,954 = 3,569 ton m 3.5.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban mati
  • 20. Gambar 3.21 hingga gambar 3.24 menunjukkan Gambar free body diagram portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan beban mati (DL) Gambar 3.21 free body diagram akibat beban mati (DL)
  • 21. Gambar 3.22 Bidang Momen akibat beban mati (DL) Gambar 3.23 Bidang Geser akibat beban mati (DL)
  • 22. Gambar 3.24 Bidang Normal akibat beban mati (DL)
  • 23. 3.6 Analisa Struktur Beban Hidup (LL) portal melintang ( arah Y ) Gambar 3.25 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah pada kondisi pembebanan beban hidup (LL) Gambar 3.25 Pembebanan beban hidup Portal Melintang (Sumbu Y) 3.6.1 Perhitungan DOF DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m ) = 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 ) = 12 S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m ) = 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 ) = 3 Jadi kebebasan rotasi = 9 kebebasan translasi = 3
  • 24. 3.6.2 Faktor Kekakuan Batang Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = 1 12 x 400 x 4003 : 1 12 x 300 x 5003 : 1 12 x 300 x 5003 = 0,6827 : 1 : 1 k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok atap Lbalok = 0,6827E 3500 : 𝐸 5500 : 0,6827E 3500 : 𝐸 5500 : 0,6287E 3500 : 𝐸 5500 = 1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932 3.6.3 Perhitungan Momen Primer M12 = - 1 12 x q x L2 = - 1 12 x 0,712 x 5,52 = - 1,794 Ton m M21 = 1,794 Ton m M45 = - 1 12 x q x L2 = - 1 12 x 0,712 x 5,52 = - 1,794 Ton m M54 = 1,794 Ton m M78 = - 1 12 x q x L2 = - 1 12 x 0,287 x 5,52 = - 0,723 Ton m M87 = 0,723 Ton m
  • 25. 3.6.4 Analisa Perhitungan Takabeya 1. Titik 1 ƩM1 = 0 M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + Ṁ1A = 1 (2m1 + 0 + 0) – 0 = 2 m1 M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + Ṁ12 = 0.932 (2m1 + 0 + 0) – 1,794 = 1,864 m1 – 7,146 M14 = k (2m1 + m4 + m̅14) + Ṁ14 = 0,932 (2m1 + m4 + 0) – 0 = 1,864 m1 + 0,932 m4 ƩM1 = M12 + M1A + M14 0 = 4,728 m1 + 0,932 m4 – 1,794 2. Titik 4 ƩM4 = 0 M41 = 1 (2m4 + m1 + m̅41) + Ṁ41 = 1 (2m4 + m1 + 0) – 0 = 2 m4 + m1 M45 = k (2m4 + m5 + m̅45) + Ṁ45 = 0,932 (2m4 + 0 + 0) – 1,794 = 1,864 m4 – 7,146 M47 = k (2m4 + m7+ m̅47) + Ṁ47 = 1 (2m4 + m7 + 0) + 0 = 2 m4 + m7 ƩM4 = M41+ M45+ M47 0 = 5,864 m4 + m1 + m7 – 1,794 3. Titik 7 ƩM7 = 0 M74 = k (2m7 + m4 + m̅74) + Ṁ74 = 1 (2m7 + m4 + 0) + 0
  • 26. = 2 m7 + m4 M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + Ṁ78 = 0,932 (2m7 + 0 + 0) – 0,723 = 1,864 m7 – 4,701 ƩM7 = M74 + M78 0 = 3,864 m7 + m4 – 0,723 𝑚1 𝑚4 𝑚7 Momen Primer 4,720 0,932 0 1,794 1 5,864 1 1,794 0 1 3,864 0,723 Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan, sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut : 𝑚1 = 0,247 ton m 𝑚4 = 0,223 ton m 𝑚7 = 0,117 ton m 3.6.5 Momen Akhir M1A = 2 m1 = 0,530 ton m M12 = 1,864 m1 – 3,565 =-1,300 ton m M14 = 1,864 m1 + 0,932 m4 = 0,770 ton m M41 = 2 m4 + m1 = 0,744 ton m M45 = 1,864 m4 – 3,565 = -1,348 ton m M47 = 2 m4 + m7 = 0,604 ton m M74 = 2 m7 + m4 = 0,490 ton m M78 = 1,864 m7 – 2,954 = -0,490 ton m MA1 = 1 (0 + m1 + 0) +0 = 0,265 ton m M21 = 0,932 (0 + m1 + 0) + 3,565 = 2,041 ton m M54 = 1 (0 + m4 + 0) + 7,146 = 2,017 ton m M87 = 0,932 (0 + m7 + 0) + 2,954 = 0,840 ton m
  • 27. 3.6.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban hidup Gambar 3.26 hingga gambar 3.29 menunjukkan Gambar free body diagram portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan beban hidup (LL) Gambar 3.26 free body diagram akibat beban hidup (LL)
  • 28. Gambar 3.27 Bidang Momen akibat beban hidup (LL) Gambar 3.28 Bidang Geser akibat beban hidup (LL)
  • 29. Gambar 3.29 Bidang Normal akibat beban hidup (LL)
  • 30. 3.7 Analisa Struktur Beban Gempa Portal Melintang (Arah Y) Gambar 3.30 menunjukkan Gambar potongan melintang denah di bagian tengah pada kondisi pembebanan akibat beban gempa. Gambar 3.30 Pembebanan Portal Melintang akibat Beban Gempa 3.7.1 Perhitungan DOF DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m ) = 3 x 12 – ( 3 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 ) = 12 S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m ) = 2 x 12 – ( 2 x 3 + 2 x 0 + 0 + 15 ) = 3 Jadi kebebasan rotasi = 9 kebebasan translasi = 3
  • 31. 3.7.2 Faktor Kekakuan Batang Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = 1 12 x 400 x 4003 : 1 12 x 300 x 5003 : 1 12 x 300 x 5003 = 0,6827 : 1 : 1 k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok atap Lbalok = 0,6827E 3500 : 𝐸 5500 : 0,6827E 3500 : 𝐸 5500 : 0,6287E 3500 : 𝐸 5500 =1 : 0,932 : 1 : 0,932 : 1 : 0,932 3.7.3 Perhitungan Momen Primer Karena pada beban gempa tidak ada beban yang tegak lurus dengan frame horizontal, maka nilai momen primer pada setiap titik bernilai 0 tm. 3.7.4 Mencari Persamaan Momen Parsial a. Titik 1 ρ1 = 2 (k1A + k12 + k14) = 2 (1 + 0,932 + 1) = 5,864 τ1 = M̅12 = 0 ton m ɣ1A = k1A ρ1 = 1 5,864 = 0,170 ɣ12 = k12 ρ1 = 0,932 5,864 = 0,159 ɣ14 = k14 ρ1 = 1 5,864 = 0,170 m1 = – τ1 ρ1 – γ12 x m2 – γ14 x (m4 + m̅II) – γ1A x (mA + m̅I) = 0 5,864 – 0,159 m2 – 0,170 x (m4 + m̅II) – 0,170 x (mA + m̅I) = 0 – 0,159 m2 – 0,170 m4 – 0,170 m̅II– 0,170 m̅I
  • 32. b. Titik 2 ρ2 = 2 (k2B + k21 + k23 + k25) = 2 (1 + 0,932 + 0,932 + 1) = 7,728 τ2 = 0 ton m ɣ2B = k2B ρ2 = 1 7,728 = 0,130 ɣ21 = k21 ρ2 = 0,932 7,728 = 0,120 ɣ23 = k23 ρ2 = 0,932 7,728 = 0,120 ɣ25 = k25 ρ2 = 1 7,728 = 0,130 m2 = – τ2 ρ2 – γ21 x m1– γ23 x m3– γ25 x (m5 + m̅II) – γ2B x (mB + m̅I) = – 0,120 m1 – 0,120 m3– 0,130 (m5 + m̅II) – 0,130m̅I c. Titik 3 ρ3 = 2 (k3C + k32 + k36) = 2 (1 + 0,932 + 1) = 5,864 τ3 = M̅32 = 0 ton m ɣ3C = k3C ρ3 = 1 5,864 = 0,170 ɣ32 = k32 ρ3 = 0,932 5,864 = 0,159 ɣ36 = k36 ρ3 = 1 5,864 = 0,170 m3 = – τ3 ρ3 – γ32 x m2 – γ36 x (m6 + m̅II) – γ3C x (mC + m̅I) = – 0 5,864 – 0,159 m2 – 0,170 x (m6 + m̅II) – 0,170 x (mC + m̅I) = 0 – 0,159 m2 – 0,170 m6 – 0,170 m̅II – 0,170 m̅I d. Titik 4 ρ4 = 2 (k41 + k45 + k47)
  • 33. = 2 (1 + 0,932 + 1) = 5,864 τ4 = M̅45 = 0 ton m ɣ41 = k41 ρ4 = 1 5,864 = 0,170 ɣ45 = k45 ρ4 = 0,932 5,864 = 0,159 ɣ47 = k47 ρ4 = 1 5,864 = 0,170 m4 = – τ4 ρ4 – γ45 x m5 – γ41 x (m1 + m̅II) – γ47 x (m7 + m̅III) = 0 5,864 – 0,159 m5 – 0,170 x (m1 + m̅II) – 0,170 x (m7 + m̅III) = 0 – 0,159 m5 – 0,170 m1 – 0,170 m̅II – 0,170 m7 – 0,170 m̅III e. Titik 5 ρ5 = 2 (k52 + k54 + k56 + k58) = 2 (1 + 0,932 + 0,932 + 1) = 7,728 τ2 = 0 ton m ɣ52 = k52 ρ2 = 1 7,728 = 0,130 ɣ54 = k54 ρ2 = 0,932 7,728 = 0,120 ɣ56 = k56 ρ2 = 0,932 7,728 = 0,120 ɣ58 = k58 ρ2 = 1 7,728 = 0,130 m5 = – τ5 ρ5 – γ54 x m4 – γ56 x m6 – γ52 x (m2 + m̅II) – γ58 x (m8 + m̅III) = – 0,120 m4 – 0,120 m6– 0,130 (m2 + m̅II) – 0,130 (m8 + m̅III) f. Titik 6 ρ6 = 2 (k63 + k65 + k69) = 2 (1 + 0,932 + 1)
  • 34. = 5,864 τ6 = M̅65 = 0 ton m ɣ63 = k63 ρ6 = 1 5,864 = 0,170 ɣ65 = k65 ρ6 = 0,932 5,864 = 0,159 ɣ69 = k69 ρ6 = 1 5,864 = 0,170 m6 = – τ6 ρ6 – γ65 x m5 – γ63 x (m3 + m̅II) – γ69 x (m9 + m̅III) = – 0 5,864 – 0,159 m5 – 0,170 x (m3 + m̅II) – 0,170 x (m9 + m̅III) = 0 – 0,159 m5 – 0,170 m3 – 0,170 m̅II – 0,170 m9 – 0,170 m̅III g. Titik 7 ρ7 = 2 (k74 + k78) = 2 (1 + 0,932) = 3,864 τ7 = M̅78 = 0 ton m ɣ74 = k74 ρ7 = 1 3,864 = 0,259 ɣ78 = k78 ρ7 = 0,932 3,864 = 0,241 m7 = – τ7 ρ7 – γ78 x m8 – γ74 x (m4 + m̅III) = 0 3,864 – 0,241 m8 – 0,259 x (m4 + m̅III) = 0– 0,241 m8 – 0,259 m4 – 0,259m̅III h. Titik 8 ρ8 = 2 (k85 + k87 + k89) = 2 (1 + 0,932 + 0,932) = 5,728
  • 35. τ8 = 0 ton m ɣ85 = k85 ρ8 = 1 5,728 = 0,175 ɣ87 = k87 ρ8 = 0,932 5,728 = 0,163 ɣ89 = k89 ρ8 = 0,932 5,728 = 0,163 m8 = – τ8 ρ8 – γ87 x m7 – γ89 x m9 – γ85 x (m5 + m̅III) = – 0,163 m7 – 0,163 m9– 0,175 (m5 + m̅II) i. Titik 9 ρ9 = 2 (k96 + k98) = 2 (1 + 0,932) = 3,864 τ9 = M̅78 = 0 ton m ɣ96 = k96 ρ9 = 1 3,864 = 0,258 ɣ98 = k78 ρ7 = 0,932 3,864 = 0,241 m9 = – τ9 ρ9 – γ98 x m8 – γ96 x (m6 + m̅III) = – 0 3,864 – 0,241 m8 – 0,258 x (m6 + m̅III) = 0 – 0,241 m8 – 0,258 m6 – 0,258m̅III j. Tingkat I TI = 2 (k1A + k2B + k3C) = 2 (1 + 1 + 1) = 6 t1A = t2B = t3C = 3 x k1A TI = 3 x 1 6 = 0,5 m̅I = – H x h TI – t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) – t3C (m3 + mC) = – 3,5 x (3,507+6,182+7,040) 6 – 0,5 m1 – 0,5 m2– 0,5 m3
  • 36. = –9,759– 0,5 m1 – 0,5 m2 – 0,5 m3 k. Tingkat II TII = 2 (k41 + k52 + k63) = 2 (1 + 1 + 1) = 6 t41 = t52 = t63 = 3 x k41 TII = 3 x 1 6 = 0,5 m̅II = – H x h TII – t41 (m4 + m1) – t52 (m5 + m2) – t63 (m6 + m3) = – 3,5 x (6,182+7,040) 6 – 0,5(m4 +m1) – 0,5 (m5+ m2) – 0,5 (m6+ m3) = –7,713– 0,5 m4 – 0,5 m1 – 0,5 m5– 0,5 m2 – 0,5 m6– 0,5 m3 l. Tingkat III TIII = 2 (k74 + k85 + k96) = 2 (1 + 1 + 1) = 6 t74 = t85 = t96 = 3 x k74 TIII = 3 x 1 6 = 0,5 m̅III = – H x h TIII – t74 (m7 + m4) – t85 (m8 + m5) – t96 (m9 + m6) = – 3,5 x (7,040) 6 – 0,5(m7 + m4) – 0,5 (m8+ m5) – 0,5 (m9+ m6) = – 4,1067– 0,5 m7 – 0,5 m4 – 0,5 m8 – 0,5 m5 – 0,5 m9 – 0,5 m6
  • 37. 1 0,159 0 0,171 0 0 0 0 0 0,171 0,171 0 0,00 0,121 1 0,121 0 0,129 0 0 0 0 0,129 0,129 0 0,00 0 0,159 1 0 0 0,171 0 0 0 0,171 0,171 0 0,00 0,171 0 0 1 0,159 0 0,171 0 0 0 0,171 0,171 0,00 0 0,129 0 0,121 1 0,121 0 0,129 0 0 0,129 0,129 0,00 0 0 0,171 0 0,159 1 0 0 0,171 0 0,171 0,171 0,00 0 0 0 0,259 0 0 1 0,241 0 0 0 0,259 0,00 0 0 0 0 0,175 0 0,163 1 0,163 0 0 0,175 0,00 0 0 0 0 0 0,259 0 0,241 1 0 0 0,259 0,00 0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 -9,76 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 0 0 1 0 -7,71 0 0 0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 0 1 -4,11 Momen parsial dicari menggunakan cara Gauss Jordan, maka diperoleh : m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m̅I m̅II m̅III Momen Primer 1,000 0,159 0,000 0,171 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,171 0,171 0,000 0,000 0,000 0,981 0,121 -0,021 0,129 0,000 0,000 0,000 0,000 0,109 0,109 0,000 0,000 0,000 0,000 0,980 0,003 -0,021 0,171 0,000 0,000 0,000 0,153 0,153 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,970 0,163 -0,001 0,171 0,000 0,000 -0,027 0,144 0,171 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,962 0,123 -0,022 0,129 0,000 -0,008 0,099 0,108 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,949 0,004 -0,022 0,171 -0,025 0,127 0,152 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,954 0,247 -0,001 0,007 -0,035 0,217 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,933 0,167 0,000 -0,009 0,121 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,909 0,007 -0,032 0,185 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,001 0,000 0,794 -0,176 0,023 -9,759 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,602 -0,140 -9,878 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,547 -6,121
  • 38. Eliminasi Gauss Jordan tersebut akan memberikan nilai momen parsial sebagai berikut: m1 = 4,901 ton m m2 = 3,047 ton m m3 = 4,901 ton m m4 = 3,621 ton m m5 = 2,518 ton m m6 = 3,621 ton m m7 = 1,730 ton m m8 = 0,951 ton m m9 = 1,730 ton m mI = -16,184 ton m mII = -19,017 ton m mIII = -11,192 ton m Masukkan nilai momen parsial ke persamaan kesetimbangan takabeya maka didapat: i. Titik 1 M1A = k (2m1 + mA +m̅1A) + M̅1A = 1 (2 x 4,901 + 0 – 16,184) – 0 = -6,381 ton m M12 = k (2m1 + m2 +m̅12) + Ṁ12 = 0,932 (2 x 4,901 + 3,047 + 0) – 0 = 11,976 ton m M14 = k (2m1 + m4+m̅14) + Ṁ1A = 1 (2 x 4,901 + 3,621 – 19,017) – 0 = -5,594 ton m checking ƩM1 = M12 + M1A + M14 0 = 11,976 – 6,381 – 5,594 0 = 0
  • 39. ii. Titik 4 M41 = k (2m4+ m1+ m̅41) + M̅41 = 1 (2 x 3,621 + 4,901 – 19,017) – 0 = - 6,875 ton m M45 = k (2m4+ m5+m̅45) + M̅45 = 0,932 (2 x 3,621 + 2,518 + 0) – 0 = 9,096 ton m M47 = k (2m4+ m7+m̅47) + M̅47 = 1 (2 x 3,621 + 1,730 – 11,192) – 0 = -2,221 ton m checking ƩM4 = M41+ M45 + M47 0 = -6,875 + 9,096 – 2,221 0 = 0 iii. Titik 7 M74 = k (2m7+ m4+m̅74) + M̅74 = 1 (2 x 1,730 + 3,621 – 11,192) – 0 = -4,111 ton m M78 = k (2m7+ m8+ m̅78) + M̅78 = 0,932 (2 x 1,730 + 0,951 + 0) – 0 = 4,111 ton m checking ƩM7 = M74+ M78 0 = -4,111 + 4,111 0 = 0 iv. Titik 2 M2B = k (2m2+ mB+m̅2B) + M̅2B = 1 (2 x 3,047 + 0 – 16,184) – 0 = -10,090 ton m
  • 40. M21 = k (2m2+ m1+m̅12) + M̅21 = 0,932 (2 x 3,047 + 4,901 + 0) + 0 = 10,248 ton m M23 = k (2m2+ m3+m̅23) + M̅23 = 0,932 (2 x 3,047 + 4,901 + 0) – 0 = 10,248 ton m M25 = k (2m2+ m5+m̅25) + M̅25 = 1 (2 x 3,047 + 2,518 – 19,017) – 0 = -10,405 ton m checking ƩM2 = M2B+ M21 + M23+ M25 0 = -10,090 + 10,248 + 10,248 – 10,405 0 = 0 v. Titik 5 M52 = k (2m5+ m2+m̅25) + M̅52 = 1 (2 x 2,518 + 3,047 – 19,017) – 0 = -10,934 ton m M54 = k (2m5+ m4+m̅45) + M̅54 = 0,932 (2 x 2,518 + 3,621 + 0) + 0 = 8,069 ton m M56 = k (2m5+ m6+m̅56) + M̅56 = 0,932 (2 x 2,518 + 3,621 + 0) – 0 = 8,069 ton m M58 = k (2m5+ m8+m̅58) + M̅58 = 1 (2 x 2,518 + 0,951 – 11,192) – 0 = -5,204 ton m checking ƩM5 = M52+ M54 + M56+ M58 0 = -10,934 + 8,069 + 8,069 – 5,204 0 = 0
  • 41. vi. Titik 8 M85 = k (2m8+ m5+m̅85) + M̅85 = 1 (2 x 0,951 + 2,518 – 11,192 – 0 = -6,771 ton m M87 = k (2m8+ m7+m̅78) + M̅87 = 0,932 (2 x 0,951 + 1,730 + 0) + 0 = 3,386 ton m M89 = k (2m8+ m9+m̅89) + M̅89 = 0,932 (2 x 0,951 + 1,730 + 0)– 0 = 3,386 ton m checking ƩM8 = M85+ M87+ M89 0 = -6,771+ 3,386 + 3,386 0 = 0 vii. Titik 3 M3C = k (2m3+ mC+m̅3C) + M̅3C = 1 (2 x 4,901 + 0 – 16,184) – 0 = -6,381 ton m M32 = k (2m3+ m2 +m̅23) + M̅32 = 0,932 (2 x 4,901 + 3,047 + 0) + 0 = 11,976 ton m M36 = k (2m3+ m6+m̅36) + M̅36 = 1 (2 x 4,901 + 3,621 – 19,017) – 0 = -5,594 ton m checking ƩM3 = M3C+ M32+ M36 0 = -6,381 + 11,976 – 5,594 0 = 0
  • 42. viii. Titik 6 M63 = k (2m6+ m3+m̅36) + M̅63 = 1 (2 x 3,621 + 4,901 – 19,017) – 0 = -6,875 ton m M65 = k (2m6+ m5+m̅56) + M̅65 = 0,932 (2 x 3,621 + 2,518 + 0) + 0 = 9,096 ton m M69 = k (2m6+ m9+m̅69) + M̅69 = 1 (2 x 3,621 + 1,730 – 11,192) – 0 = -2,221 ton m checking ƩM6 = M63+ M65 + M69 0 = -6,875 + 9,096 – 2,221 0 = 0 ix. Titik 9 M96 = k (2m9+ m6+m̅69) + M̅96 = 1 (2 x 1,730 + 3,621 – 11,192) – 0 = -4,111 ton m M98 = k (2m9+ m8+m̅89) + M̅98 = 0,932 (2 x 1,730 + 0,951 + 0) + 0 = 4,111 ton m checking ƩM9 = M96+ M98 0 = -4,111 + 4,111 0 = 0 MA1 = k (2mA+ m1+m̅A1) + M̅A1 = 1 (0 + 4,901 – 16,184) + 0 = -11,283 ton m
  • 43. MB2 = k (2mB+ m2+m̅B2) + M̅B2 = 1 (0 + 3,047 – 16,184) + 0 = -13,137 ton m MC3 = k (2mC+ m3+m̅C3) + M̅C3 = 1 (0 + 4,901 – 16,184) + 0 = -11,283 ton m 3.7.5 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam akibat beban gempa Gambar 3.31 hingga gambar 3.34 menunjukkan Gambar free body diagram portal melintang (sumbu Y) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan gempa. Gambar 3.31 Free Body Diagram portal melintang akibat beban gempa
  • 44. Gambar 3.32 Bidang Momen portal melintang akibat beban gempa Gambar 3.33 Bidang Geser portal melintang akibat beban gempa
  • 45. Gambar 3.34 Bidang Normal portal melintang akibat beban gempa
  • 46. 3.8 Analisa Struktur Beban Mati (DL) Portal Memanjang (Arah X) Gambar 3.35 menunjukkan Gambar potongan memanjang denah di bagian tengah pada kondisi pembebanan akibat beban mati (DL) Gambar 3.35 Beban Mati (DL) pada portal memanjang 3.8.1 Perhitungan DOF DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m ) = 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 ) = 18 S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m ) = 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 ) = 3 Jadi kebebasan rotasi = 15 kebebasan translasi = 3 3.8.2 Faktor Kekakuan Batang Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = 1 12 x 400 x 4003 : 1 12 x 300 x 5003 : 1 12 x 300 x 5003 = 0,6827 : 1 : 1
  • 47. k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok atap Lbalok = 0,6827E 3500 : E 6500 : 0,6827E 3500 : E 6500 : 0,6287E 3500 : E 6500 = 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887 3.8.3 Perhitungan Momen Primer M12 = - 1 12 x q x L2 - 1 8 x P x L = - 1 12 x 1,134 x 6,52- 1 8 x 7,194 x 6,5 = - 9,838 Ton m M21 = 9,838Ton m M67 = - 1 12 x q x L2 - 1 8 x P x L = - 1 12 x 1,134 x 6,52- 1 8 x 7,194 x 6,5 = - 9,838 Ton m M76 = 9,838 Ton m M1112 = - 1 12 x q x L2- 1 8 x P x L = - 1 12 x 0,953 x 6,52- 1 8 x 5,853 x 6,5 = - 8,111 Ton m M1211 = 8,111 Ton m 3.8.4 Analisa Perhitungan Takabeya ƩM1 = 0 M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + M̅1A = 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
  • 48. = 2 m1 M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + M̅12 = 0,7887 (2m1 + m2 + 0) – 9,838 = 1,578 m1 + 0,789 m2 – 9,838 M16 = k (2m1 + m6 + m̅16) + M̅1A = 1 (2m1 + m6 + 0) – 0 = 2 m1 + m4 ƩM1 = M12 + M1A + M16 0 = 5,578 m1 + 0,789 m2 + m6 – 9,838 ƩM6 = 0 M61 = k (2m6 + m1 + m̅61) + M̅61 = 1 (2m6 + m1 + 0) – 0 = 2 m6 + m1 M67 = k (2m6 + m7 + m̅67) + M̅67 = 0,7887 (2m6 + m7 + 0) – 9,838 = 1,578 m6 + 0,789 m7 – 9,838 M611 = k (2m6 + m11 + m̅611) + M̅611 = 1 (2m6 + m11 + 0) – 0 = 2 m6 + m11 ƩM6 = M61+ M67 + M611 0 = 5,578 m6 + m1 + 0,789 m7 + m11 – 9,838 ƩM11 = 0 M116 = k (2m11 + m6 + m̅116) + M̅116 = 1 (2m11 + m6 + 0) – 0 = 2 m11 + m6 M1112 = k (2m11 + m12 + m̅1112) + M̅1112 = 0,7887 (2m11 + m12 + 0) – 8,111 = 1,577 m11 + 0,7887 m12 – 8,111
  • 49. ƩM11 = M116 + M1112 0 = 3,577 m11 + m6 + 0,7887 m12 – 8,111 ƩM2 = 0 M2B = k (2m2 + mB + m̅2B) + M̅2B = 1 (2m2 + 0 + 0) – 0 = 2 m2 M21 = k (2m2 + m1 + m̅21) + M̅21 = 0,7887 (2m2 + m1 + 0) + 9,838 = 1,578 m2 + 0,789 m1 + 9,838 M23 = k (2m2 + m3 + m̅23) + M̅23 = 0,7887 (2m2 + 0 + 0) – 9,838 = 1,578 m2 – 9,838 M27 = k (2m2 + m7 + m̅27) + M̅27 = 1 (2m2 + m7 + 0) – 0 = 2 m2 + m7 ƩM2 = M21 + M2B + M23 + M27 0 = 7,155 m2 + 0,789 m1 + m7 ƩM7 = 0 M72 = k (2m7 + m2 + m̅72) + M̅72 = 1 (2m7 + m2 + 0) – 0 = 2 m7 + m2 M76 = k (2m7 + m6 + m̅76) + M̅76 = 0,7887 (2m7 + m6 + 0) + 9,838 = 1,578 m7 + 0,789 m6 + 9,838 M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + M̅78 = 0,7887 (2m7 + 0 + 0) – 9,838 = 1,578 m7 – 9,838 M712 = k (2m7 + m12 + m̅712) + M̅712 = 1 (2m7 + m12 + 0) – 0
  • 50. = 2 m7 + m12 ƩM7 = M76 + M72 + M78 + M712 0 = 7,155 m7 + m2 + 0,789 m6 + m12 ƩM12 = 0 M127 = k (2m12 + m7 + m̅127) + M̅127 = 1 (2m12 + m7 + 0) – 0 = 2 m12 + m7 M1211 = k (2m12 + m11 + m̅1211) + M̅1211 = 0,7887 (2m12 + m11 + 0) + 8,111 = 1,577 m12 + 0,7887 m11 + 8,111 M1213 = k (2m12 + m13 + m̅1213) + M̅1213 = 0,7887 (2m12 + 0 + 0) – 8,111 = 1,577 m12 – 8,111 ƩM12 = M127 + M1211 + M1213 0 = 5,154 m12 + m7 + 0,7887 m11 Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan, sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut : m1 = 1,585 tonm m6 = 1,126 tonm m11 = 2,018 tonm m2 = -0,166 tonm m7 = -0,059 tonm m12 = -0,297 tonm 3.8.5 Momen Akhir M1A = 2 m1 = 3,171 ton m M12 = 1,578 m1 + 0,789 m2 – 19,231 = -7,468 ton m M16 = 2 m1 + m6 = 4,297 ton m M61 = 2 m6 + m1 = 3,838 ton m M67 = 1,578 m6 + 0,789 m7 – 19,231 = -8,108 ton m M611 = 2 m6 + m11 = 4,270 ton m M116 = 2 m11 + 1 m6 = 5,162 ton m M1112 = 0,673 m11 + 0,337 m12 – 10,754 = -5,162 ton m M2B = 2 m2 = -0,333 ton m
  • 51. M21 = 1,578 m2 + 0,789 m1 + 19,231 = 10,826 ton m M23 = 1,578 m2 + 0,789 m3 – 19,231 = -10,101 ton m M27 = 2 m2 + m7 = -0,392 ton m M72 = 2 m7 + m2 = -0,285 ton m M76 = 2 m7 + m6 + 19,231 = 10,633 ton m M78 = 2 m7 + m8 – 19,231 = -9,932 ton m M712 = 2 m7 + m12 = -0,416 ton m M127 = 2 m12 + m7 = -0,654 ton m M1211 = 0,673 m12 + 0,337 m11 – 10,754 = 9,234 ton m M1213 = 0,673 m12 + 0,337 m13 – 10,754 = -8,580 ton m MA1 = 1 (0 + m1 + 0) + 0 = 1,585 ton m MB2 = 1 (0 + m2 + 0) + 0 = -0,166 ton m M32 = 0,789 (0 + m2 + 0) + 19,231 = 9,707 ton m M87 = 0,789 (0 + m7 + 0) + 19,231 = 9,791 ton m M1312 = 0,337 (0 + m12 + 0) + 10,754 = 7,877 ton m
  • 52. 3.8.6 Gambar free body diagram dan bidang gaya dalam portal memanjang akibat beban mati (DL) Gambar 3.36 hingga gambar 3.39 menunjukkan Gambar free body diagram portal memanjang (sumbu X) dan bidang gaya dalam pada kondisi pembebanan akibat beban mati (DL). 3.9 Analisa Struktur Portal Memanjang (Arah X) dengan Gempa Gambar 3.21 menunjukkan Gambar potongan memanjang denah di bagian tengah pada kondisi pembebanan dengan gempa. Gambar 3.21 Pembebanan Portal Memanjang dengan Gempa 3.9.1 Perhitungan DOF DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m ) = 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 ) = 18 S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
  • 53. = 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 ) = 3 Jadi kebebasan rotasi = 15 kebebasan translasi = 3 3.9.2 Faktor Kekakuan Batang Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = 1 12 x 400 x 4003 : 1 12 x 300 x 5003 : 1 12 x 300 x 5003 = 0,6827 : 1 : 1 k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok lantai Lbalok : E×Ikolom Lkolom : E×Ibalok atap Lbalok = 0,6827E 3500 : E 6500 : 0,6827E 3500 : E 6500 : 0,6287E 3500 : E 6500 = 1: 0,7887 : 1 : 0,7887 : 1 : 0,7887 3.9.3 Perhitungan Momen Primer M12= - 1 12 x q x L2 - 1 8 x P x L = - 1 12 x 1,902 x 6,52 - 1 8 x 12,581 x 6,5 = - 16,919 Ton m M21 = 16,919 Ton m M67= - 1 12 x q x L2 - 1 8 x P x L = - 1 12 x 1,902 x 6,52 - 1 8 x 12,581 x 6,5 = - 16,919 Ton m M67 = 16,919 Ton m M1112 = - 1 12 x q x L2- 1 8 x P x L = - 1 12 x 1,359 x 6,52 - 1 8 x8,063 x 6,5 = - 11,336 Ton m M1122 = 11,336 Ton m
  • 54. 3.9.4 Analisa Perhitungan Takabeya a. Titik 1 ρ1 = 2 (k1A + k12 + k16) = 2 (1 + 0,789 + 1) = 5,578 τ1 = M̅12 = -16,386 ton m ɣ1A = k1A ρ1 = 1 5,578 = 0,179 ɣ12 = k12 ρ1 = 1 5,578 = 0,141 ɣ14 = k14 ρ1 = 1 5,578 = 0,179 m1 = – τ1 ρ1 – γ12 x m2 – γ14 x (m4 + m̅II) – γ1A x (mA + m̅I) = 16,919 5,578 – 0,141 m2 – 0,179 x (m4 + m̅II) – 0,179 x (mA + m̅I) = 3,033 – 0,141 m2 – 0,179 m4 – 0,179 m̅II– 0,179 m̅I b. Titik 2 ρ2 = 2 (k2B + k21 + k23 + k27) = 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1) = 7,155 τ2 = 0 ton m ɣ2B = k2B ρ2 = 1 7,155 = 0,140 ɣ21 = k21 ρ2 = 0,789 7,155 = 0,110 ɣ23 = k23 ρ2 = 0,789 7,155 = 0,110 ɣ25 = k25 ρ2 = 1 7,155 = 0,140 m2 = – τ2 ρ2 – γ21 x m1 – γ23 x m3 – γ25 x (m5 + m̅II) – γ2B x (mB + m̅I) = – 0,110 m1 – 0,110 m3– 0,140 (m5 + m̅II) – 0,140 m̅I
  • 55. c. Titik 3 Ρ3 = 2 (k3C + k32 + k34 + k38) = 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1) = 7,155 τ3 = 0 ton m ɣ3C = k3C ρ3 = 1 7,155 = 0,140 ɣ32 = k32 ρ3 = 0,789 7,155 = 0,110 ɣ34 = k34 ρ3 = 0,789 7,155 = 0,110 ɣ38 = k38 ρ3 = 1 7,155 = 0,140 m3 = – τ3 ρ3 – γ32 x m2 – γ34 x m4 – γ38 x (m8 + m̅II) – γ3C x (mC + m̅I) = – 0,110 m2 – 0,110 m4– 0,140 (m8 + m̅II) – 0,140 m̅I d. Titik 4 Ρ4 = 2 (k4D + k43 + k45 + k49) = 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1) = 7,155 τ4 = 0 ton m ɣ4D = k4D ρ4 = 1 7,155 = 0,140 ɣ43 = k43 ρ4 = 1 7,155 = 0,110 ɣ45 = k45 ρ4 = 1 7,155 = 0,110 ɣ49 = k49 ρ4 = 1 7,155 = 0,140 m4 = – τ4 ρ4 – γ43 x m3 – γ45 x m5 – γ49 x (m9 + m̅II) – γ4D x (mD + m̅I) = – 0,110 m3 – 0,110 m5– 0,140 (m9 + m̅II) – 0,140 m̅I
  • 56. e. Titik 5 ρ5 = 2 (k5D + k54 + k510) = 2 (1 + 0,789 + 1) = 5,578 τ5 = M̅54 = 16,386 ton m ɣ5D = k5D ρ5 = 1 5,578 = 0,179 ɣ54 = k54 ρ5 = 1 5,578 = 0,141 ɣ510 = k510 ρ5 = 1 5,578 = 0,179 m5 = – τ5 ρ5 – γ54 x m4 – γ510 x (m10 + m̅II) – γ5D x (mD + m̅I) = – 16,919 5,578 – 0,141 m4 – 0,179 x (m10 + m̅II) – 0,179 x (mD + m̅I) = – 3,033 – 0,141 m4 – 0,179 m10 – 0,179 m̅II – 0,179 m̅I f. Titik 6 Ρ6 = 2 (k61 + k67 + k611) = 2 (1 + 0,789 + 1) = 5,578 τ6 = M̅67 = -16,386 ton m ɣ61 = k61 ρ6 = 1 5,578 = 0,179 ɣ67 = k67 ρ6 = 1 5,578 = 0,141 ɣ611 = k611 ρ6 = 1 5,578 = 0,179 m6 = – τ6 ρ6 – γ67 x m7 – γ61 x (m1 + m̅II) – γ611 x (m11 + m̅III) = 16,919 5,578 – 0,141 m7 – 0,179 x (m1 + m̅II) – 0,179 x (m11 + m̅III) = 3,033 – 0,141 m7 – 0,179 m1 – 0,179 m̅II – 0,179 m11 – 0,179 m̅III g. Titik 7
  • 57. ρ7 = 2 (k72 + k76 + k78 + k712) = 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1) = 7,155 τ7 = 0 ton m ɣ72 = k72 ρ7 = 1 7,155 = 0,140 ɣ76 = k76 ρ7 = 1 7,155 = 0,110 ɣ78 = k78 ρ7 = 1 7,155 = 0,110 ɣ712 = k712 ρ7 = 1 7,155 = 0,140 m7 = – τ7 ρ7 – γ76 x m6 – γ78 x m8 – γ72 x (m2 + m̅II) – γ712 x (m12 + m̅III) = – 0,110 m6 – 0,110 m8 – 0,140 (m2 + m̅II) – 0,140 (m12 + m̅III) h. Titik 8 ρ8 = 2 (k83 + k87 + k89 + k813) = 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1) = 7,155 τ8 = 0 ton m ɣ83 = k83 ρ8 = 1 7,155 = 0,140 ɣ87 = k87 ρ8 = 1 7,155 = 0,110 ɣ89 = k89 ρ8 = 1 7,155 = 0,110 ɣ813 = k813 ρ8 = 1 7,155 = 0,140 m8 = – τ8 ρ8 – γ87 x m7 – γ89 x m9 – γ83 x (m3 + m̅II) – γ813 x (m13 + m̅III) = – 0,110 m7 – 0,110 m9– 0,140 (m3 + m̅II) – 0,140 (m13 + m̅III) i. Titik 9 ρ9 = 2 (k94 + k98 + k910 + k914)
  • 58. = 2 (1 + 0,789 + 0,789 + 1) = 7,155 τ9 = 0 ton m ɣ94 = k94 ρ9 = 1 7,155 = 0,140 ɣ98 = k98 ρ9 = 1 7,155 = 0,110 ɣ910 = k910 ρ9 = 1 7,155 = 0,110 ɣ914 = k914 ρ9 = 1 7,155 = 0,140 m9 = – τ9 ρ9 – γ98 x m8 – γ910 x m10 – γ94 x (m4 + m̅II) – γ914 x (m14 + m̅III) = – 0,110 m8 – 0,110 m10 – 0,140 (m4 + m̅II) – 0,140 (m14 + m̅III) j. Titik 10 ρ10 = 2 (k105 + k109 + k1015) = 2 (1 + 0,789 + 1) = 5,578 τ10 = M̅109 = 16,386 ton m ɣ105 = k105 ρ10 = 1 5,578 = 0,179 ɣ109 = k109 ρ10 = 1 5,578 = 0,141 ɣ1015 = k1015 ρ10 = 1 5,578 = 0,179 m10 = – τ10 ρ10 – γ109 x m9 – γ105 x (m5 + m̅II) – γ1015 x (m15 + m̅III) = – 16,919 5,578 – 0,141 m9 – 0,179 x (m5 + m̅II) – 0,179 x (m15 + m̅III) = –3,033 – 0,141 m9 – 0,179 m5 – 0,179 m̅II – 0,179 m15 – 0,179 m̅III k. Titik 11 ρ11 = 2 (k116 + k1112) = 2 (1 + 0,789)
  • 59. = 3,578 τ11 = M̅1112 = -11,336 ton m ɣ116 = k116 ρ11 = 1 3,578 = 0,279 ɣ1112 = k1112 ρ11 = 0,789 3,578 = 0,220 m11 = – τ11 ρ11 – γ1112 x m12 – γ116 x (m6 + m̅III) = 11,336 3,578 – 0,220 m12 – 0,279 x (m6 + m̅III) = 3,168 – 0,220 m12 – 0,279 m6 – 0,279 m̅III l. Titik 12 ρ12 = 2 (k127 + k1211 + k1213) = 2 (1 + 0,789 + 0,789) = 5,156 τ12 = 0 ton m ɣ127 = k2B ρ8 = 1 5,156 = 0,194 ɣ1211 = k1211 ρ11 = 0,789 5,156 = 0,153 ɣ1213 = k1213 ρ11 = 0,789 5,156 = 0,153 m12 = – τ12 ρ12 – γ1211 x m11 – γ1213 x m13 – γ127 x (m7 + m̅III) = – 0,153 m11 – 0,153 m13 – 0,194 (m7 + m̅III) m. Titik 13 ρ13 = 2 (k138 + k1312 + k1314) = 2 (1 + 0,789 + 0,789) = 5,156 τ13 = 0 ton m ɣ138 = k138 ρ13 = 1 5,156 = 0,194
  • 60. ɣ1312 = k1312 ρ13 = 0,789 5,156 = 0,153 ɣ1314 = k1314 ρ13 = 0,789 5,156 = 0,153 m13 = – τ13 ρ13 – γ1312 x m12 – γ1314 x m14 – γ138 x (m8 + m̅III) = – 0,153 m12 – 0,153 m14 – 0,194 (m8 + m̅III) n. Titik 14 ρ14 = 2 (k149 + k1413 + k1415) = 2 (1 + 0,789 + 0,789) = 5,156 τ14 = 0 ton m ɣ149 = k149 ρ14 = 1 5,156 = 0,194 ɣ1413 = k1413 ρ14 = 0,789 5,156 = 0,153 ɣ1415 = k1415 ρ14 = 0,789 5,156 = 0,153 m14 = – τ14 ρ14 – γ1413 x m13 – γ1415 x m15 – γ149 x (m9 + m̅III) = – 0,153 m13 – 0,153 m15 – 0,194 (m9 + m̅III) o. Titik 15 ρ15 = 2 (k1510 + k159) = 2 (1 + 0,789) = 3,578 τ15 = M̅1514 = 11,336 ton m ɣ1510 = k1510 ρ15 = 1 3,578 = 0,279 ɣ1514 = k1514 ρ15 = 0,789 3,578 = 0,220
  • 61. m15 = – τ15 ρ15 – γ1514 x m14 – γ1510 x (m10 + m̅III) = – 11,336 3,578 – 0,220m14 – 0,279 x (m10 + m̅III) = –3,16 – 0,220 m8 – 0,279 m6 – 0,279 m̅III p. Tingkat I TI = 2 (k1A + k2B + k3C + k4E + k5D) = 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1) = 10 t1A = t2B = t3C = t4D = t5E = 3 x k1A TI = 3 x 1 10 = 0,3 m̅I = – H x h TI – t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) – t3C (m3 + mC) – t1A (m1 + mA) – t2B (m2 + mB) = – 3,5 x (5,848+10,303+11,735) 10 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3– 0,3 m4 – 0,3 m5 = –9,760 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3 m5 q. Tingkat II TII = 2 (k61 + k72 + k83 + k94 + k105) = 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1) = 10 t61 = t72 = t83 = t94 = t105 = 3 x k61 TII = 3 x 1 10 = 0,3 m̅II = – H x h TII – t61 (m6 + m1) – t72 (m7 + m2) – t83 (m8 + m3) – t94 (m9 + m4) – t105 (m10 + m5) = – 3,5 x (10,303+11,735) 10 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3– 0,3 m4 – 0,3 m5 – 0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10 = –7,7133 – 0,3 m1 – 0,3 m2 – 0,3 m3 – 0,3 m4 – 0,3 m5 – 0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10
  • 62. r. Tingkat III TIII = 2 (k116 + k127 + k138 + k149 + k1510) = 2 (1 + 1 + 1 + 1 + 1) = 10 T116 = t127 = t138 = t149 = t1510 = 3 x k116 TIII = 3 x 1 10 = 0,3 m̅III = – H x h TIII – t116 (m6 + m11) – t127 (m7 + m12) – t138 (m8 + m13) – t149 (m9 + m14) – t1510 (m10 + m15) = – 3,5 x (11,735) 10 – 0,3 m11 – 0,3 m12 – 0,3 m13 – 0,3 m14 – 0,3 m15 – 0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10 = –4,107 – 0,3 m11 – 0,3 m12 – 0,3 m13 – 0,3 m14 – 0,3 m15 – 0,3 m6 – 0,3 m7 – 0,3 m8– 0,3 m9 – 0,3 m10 Momen parsial dicari menggunakan cara eliminasi Gauss Jordan, maka diperoleh matriks seperti berikut : Eliminasi Gauss Jordan tersebut akan memberikan nilai momen parsial sebagai berikut: m1 = 7,760 ton m m2 = 3,218 ton m m3 = 3,680 ton m m4 = 3,774 ton m m5 = 2,364 ton m m6 = 5,787 ton m
  • 63. m7 = 2,638 ton m m8 = 2,845 ton m m9 = 2,915 ton m m10 = 1,605 ton m m11 = 4,450 ton m m12 = 0,745 ton m m13 = 1,229 ton m m14 = 1,508 ton m m15 = -0,887 ton m mI = -15,999 ton m mII = -18,689 ton m mIII = -10,957 ton m Masukkan nilai momen parsial ke persamaan kesetimbangan takabeya maka didapat: M1A = k (2m1 + mA + m̅1A) + M̅1A = 1 (2 x 7,760+ 0 – 15,999) – 0 = -0,479 ton m M12 = k (2m1 + m2 + m̅12) + M̅12 = 0,7887 (2 x 7,760 + 3,218 + 0) – 16,919 = -2,139 ton m M16 = k (2m1 + m6 + m̅16) + M̅1A = 1 (2 x 7,760 + 5,787 – 18,689) – 0 = 2,168 ton m checking ƩM1 = M12 + M1A + M14 0 = -0,479 – 2,139 + 2,618 0 = 0 M61 = k (2m6 + m1 + m̅61) + M̅61 = 1 (2 x 5,787 + 7,760 – 18,689) – 0 = 0,644 ton m
  • 64. M67 = k (2m6 + m7 + m̅67) + M̅67 = 0,7887 (2 x 5,787 + 2,638 + 0) – 16,919 = -5,710 ton m M611 = k (2m6 + m11 + m̅611) + M̅611 = 1 (2 x 5,787 + 4,450 – 10,957) – 0 = 5,065 ton m checking ƩM6 = M61 + M67 + M611 0 = 0,644 – 5,710 + 5,065 0 = 0 M116 = k (2m11 + m6 + m̅116) + M̅116 = 1 (2 x 4,450 + 5,787 – 10,957) – 0 = 3,729 ton m M1112 = k (2m11 + m12 + m̅1112) + M̅1112 = 0,7887 (2 x 4,450 + 0,745 + 0) – 11,336 = -3,729 ton m checking ƩM11 = M116 + M1112 0 = 3,729 – 3,729 0 = 0 M2B = k (2m2 + mB + m̅2B) + M̅2B = 1 (2 x 3,218 + 0 – 15,9999) – 0 = -9,563 ton m M21 = k (2m2 + m1 + m̅12) + M̅21 = 0,7887 (2 x 3,218 + 7,760 + 0) + 16,919 = 28,116 ton m M23 = k (2m2 + m3 + m̅23) + M̅23 = 0,7887 (2 x 3,218 + 3,680 + 0) – 16,919
  • 65. = -8,939 ton m M27 = k (2m2 + m7 + m̅27) + M̅27 = 1 (2 x 3,218+ 2,638 – 18,689) – 0 = -9,615 ton m checking ƩM2 = M2B + M21 + M23 + M27 0 = -9,563 + 28,116 – 8,939 – 9,615 0 = 0 M72 = k (2m7 + m2 + m̅72) + M̅72 = 1 (2 x 2,638 + 3,218– 18,689) – 0 = -10,195 ton m M76 = k (2m7 + m6 + m̅76) + M̅76 = 0,7887 (2 x 2,638+ 5,787+ 0) + 16,919 = 25,644 ton m M78 = k (2m7 + m8 + m̅78) + M̅78 = 0,7887 (2 x 2,638+ 2,845 + 0) – 16,919 = -10,513 ton m M712 = k (2m7 + m12 + m̅712) + M̅172 = 1 (2 x 2,638 + 0,745 – 10,957) – 0 = -4,937 ton m checking ƩM7 = M72 + M76 + M78 + M712 0 = -10,195 + 25,644 – 10,513 – 4,937 0 = 0 M127 = k (2m12 + m7 + m̅127) + M̅127 = 1 (2 x 0,745+ 2,638 – 10,957) – 0 = -6,830ton m
  • 66. M1211 = k (2m12 + m11 + m̅1211) + M̅1211 = 0,3365 (2 x 0,745 + 4,450 + 0) + 11,336 = 16,021 ton m M1213 = k (2m12 + m13 + m̅1213) + M̅1213 = 0,7887 (2 x 0,745 + 1,229 + 0) – 11,336 = -9,191 ton m checking ƩM12 = M127 + M1211 + M1213 0 = -6,830 + 16,021 – 9,191 0 = 0 M3C = k (2m3 + mC + m̅3C) + M̅3C = 1 (2 x 3,680 + 0 – 18,689) – 0 = -8,640 ton m M32 = k (2m3 + m2 + m̅32) + M̅32 = 0,7887 (2 x 3,680 + 3,218 + 0) + 16,919 = 25,262 ton m M34 = k (2m3 + m4 + m̅34) + M̅34 = 0,7887 (2 x 3,680 + 3,774 + 0) + 16,919 = -8,137 ton m M38 = k (2m3 + m8 + m̅38) + M̅38 = 1 (2 x 3,680 + 2,845 – 18,689) – 0 = -8,485 ton m checking ƩM3 = M3C + M32 + M34 + M38 0 = -8,640 + 25,262 – 8,137 – 8,485 0 = 0 M83 = k (2m8 + m3 + m̅83) + M̅83 = 1 (2 x 2,845 + 3,680 – 18,689) – 0 = -9,319 ton m
  • 67. M87 = k (2m8 + m7 + m̅87) + M̅87 = 0,7887 (2 x 2,845 + 2,638 + 0) + 16,919 = 23,488 ton m M89 = k (2m8 + m9 + m̅89) + M̅89 = 1 (2 x 2,845 + 2,915 – 10,957) – 0 = -10,131 ton m M813 = k (2m8 + m13 + m̅813) + M̅813 = 1 (2 x 2,845 + 1,229 – 10,957) – 0 = -4,038 ton m checking ƩM8 = M83 + M87 + M89 + M813 0 = -9,319 + 23,488 – 10,131 – 4,038 0 = 0 M138 = k (2m13 + m8 + m̅138) + M̅138 = 1 (2 x 1,229 + 2,845 – 10,957) – 0 = -5,654 ton m M1312 = k (2m13 + m12 + m̅1312) + M̅1312 = 0,7887 (2 x 1,229 + 0,745 + 0) + 11,336 = 13,862 ton m M1314 = k (2m13 + m14 + m̅1314) + M̅1314 = 0,7887 (2 x 1,229 + 1,508 + 0) + 11,336 = -8,208 ton m checking ƩM13 = M138 + M1312 + M1314 0 = -5,654 + 13,862 – 8,208 0 = 0 M4D = k (2m4 + mD + m̅4D) + M̅4D = 1 (2 x 3,774 + 0 – 15,999) – 0 = -8,450 ton m
  • 68. M43 = k (2m4 + m3 + m̅43) + M̅43 = 0,7887 (2 x 3,774 + 3,680 + 0) + 16,919 = 25,775 ton m M45 = k (2m4 + m5 + m̅45) + M̅45 = 0,7887 (2 x 3,774 + 2,364 + 0) + 16,919 = -9,099 ton m M49 = k (2m4 + m9 + m̅49) + M̅49 = 1 (2 x 3,774 + 2,915 – 18,689) – 0 = -8,226 ton m checking ƩM4 = M4D + M43 + M45 + M49 0 = -8,450 + 25,775 – 9,099 – 8,226 0 = 0 M5E = k (2m5 + mE + m̅5E) + M̅5E = 1 (2 x 2,364 + 0 – 15,999) – 0 = -11,270 ton m M54 = k (2m5 + m4 + m̅54) + M̅54 = 0,7887 (2 x 2,364 + 3,774 + 0) – 16,919 = 23,626 ton m M510 = k (2m5 + m10 + m̅510) + M̅510 = 1 (2 x 2,364 + 1,605 – 18,689) – 0 = -12,355 ton m checking ƩM5 = M5E + M54 + M510 0 = -11,270 + 23,626 – 12,355 0 = 0 M105 = k (2m10 + m5 + m̅105) + M̅105 = 1 (2 x 1,605 + 2,364 – 18,689) – 0 = -13,115 ton m
  • 69. M109 = k (2m10 + m9 + m̅109) + M̅109 = 0,7887 (2 x 1,605 + 2,915 + 0) + 16,919 = 21,749 ton m M1015 = k (2m10 + m15 + m̅1015) + M̅1015 = 1 (2 x 1,605 + 0,887 – 10,957) – 0 = -8,635 ton m checking ƩM10 = M105 + M109 + M1015 0 = -13,115 + 21,749 – 8,635 0 = 0 M1510 = k (2m15 + m10 + m̅1510) + M̅1510 = 1 (2 x -0,887 +1,605 – 10,957) – 0 = -11,126 ton m M1514 = k (2m15 + m14 + m̅1514) + M̅1514 = 0,7887 (2 x -0,887 + 1,508 + 0) + 11,336 = 11,126 ton m checking ƩM15 = M1510 + M1514 0 = -11,126 + 11,126 0 = 0 MA1 = k (2mA + m1 + m̅A1) + M̅A1 = 1 (0 + 7,760 – 15,999) + 0 = -8,239 ton m MB2 = k (2mB + m2 + m̅B2) + M̅B2 = 1 (0 + 3,218 – 15,999) + 0 = -12,781 ton m
  • 70. MC3 = k (2mC + m3 + m̅C3) + M̅C3 = 1 (0 + 3,680 – 15,999) + 0 = -12,320 ton m MD4 = k (2mD + m4 + m̅D4) + M̅D4 = 1 (0 + 3,774 – 15,999) + 0 = -12,225 ton m ME5 = k (2mE + m5 + m̅E5) + M̅E5 = 1 (0 + 2,364 – 15,999) + 0 = -13,635 ton m Dari perhitungan analisa struktur dengan menggunakan metode takabeya , maka di dapat kombinasi yang mengakibatkan gaya dalam yang paling besar , yaitu portal memanjang (Sumbu X) dengan beban gempa ,sehingga kami memilih kombinasi tersebut dalam perencanaan.
  • 71. Free Body Diagram Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.22 Gambar 3.22 Free Body Diagram Portal Memanjang dengan Gempa Diagram Normal Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.23 Gambar 3.23 Diagram Normal Portal Memanjang dengan Gempa
  • 72. Diagram Lintang Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.24 Gambar 3.24 Diagram Lintang Portal Memanjang dengan Gempa Diagram Momen Portal Memanjang dengan gempa ditunjukkan pada Gambar 3.24 Gambar 3.24 Diagram Momen Portal Memanjang dengan Gempa
  • 73. BAB IV PERENCANAAN ELEMEN LENTUR DAN AKSIAL 4.1 Denah Kolom Perencanaan elemen lentur dan aksial berdasarkan dari denah kolom pada koordinat B-2 pada lantai 1 seperti pada Gambar 4.1.Dasar peninjauan yaitu kolom yang memiliki panjang terbesar dan mempertimbangkan efek dari beban gempa terbesar. Gambar 4.1 Denah Kolom 4.2 Diagram Gaya-gaya Dalam Kolom Gambar 4.2 hingga Gambar 4.6 berikut ini adalah gambar free body diagram ,gaya aksial , momen , dan gaya lintang akibat beban mati , beban hidup , dan beban gempa yang bekerja pada kolom yang ditinjau (K1-40x40) pada lantai 1 koordinat B-2. Gambar 4.2 Pembebanan Portal Memanjang dengan Gempa
  • 74. Gambar 4.3 Gaya dalam akibat beban mati pada kolom (K1-40 x40) Gambar 4.4 Gaya dalam akibat beban hidup pada kolom (K1-40 x40) Gambar 4.5 Gaya dalam akibat beban gempa arah X pada kolom (K1-40 x40) Gambar 4.6 Gaya dalam akibat beban gempa arah Y pada kolom (K1-40 x40)
  • 75. 4.3 Disain Tulangan Lentur Kolom 4.3.1 Definisi Kolom Desain tulangan kolom sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4. a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum > 0,1 Ag f’c Pu maksimal = 66,646 ton = 666460 N Pu > 0,1 x (400 x 400) mm2 x 40 MPa 666460 N > 640000 N OK b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm Sisi terpendek = 400 mm 400 mm > 300 mm OK Syarat sisi terpendek kolom terpenuhi. c. b h > 0,4 400 400 > 0,4 1 > 0,4 OK Syarat geometri balok terpenuhi. d. Tinggi efektif kolom d = h – p – ø – D/2 = 400 – 40 – 10 – 25/2 = 337,5 mm e. Check konfigurasi penulangan Asumsi digunakan tulangan baja 12D25 (As = 5890,486 mm2), sehingga s = 5890,486/160000 = 3,68 %. Syarat konfigurasi penulangan terpenuhi, 1% <  < 6%. 4.3.2 Portal Bergoyang dan Tidak bergoyang Elemen tekan (kolom) pada struktur harus dikelompokkan sebagai portal tidak bergoyang atau portal bergoyang. Berdasarkan SNI 03-2847-2002, suatu portal dapat dianggap tak bergoyang bila perbesaran momen-momen di ujung akibat pengaruh orde dua tidak melebihi 5% dari momen-momen ujung orde satu. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila nilai : Q = ∑ Pu ∆o Vus x lc < 5%
  • 76. dimana : ΣPu adalah total beban vertikal tiap lantai Vus adalah beban gempa nominal tiap lantai Δo adalah simpangan relatif antar tingkat lc adalah panjang komponen struktur tekan Hasil analisis apakah portal melintang termasuk portal bergoyang atau tidak ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Cek Portal Melintang Bergoyang atau Tidak Lantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan 3 18,623 3,71 7,04 3500,0 0,28% Tidak Bergoyang 2 26,488 6,19 6,18 3500,0 0,76% Tidak Bergoyang 1 26,488 5,31 3,51 3500,0 1,15% Tidak Bergoyang Hasil analisis apakah portal memanjang termasuk portal bergoyang atau tidak ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Cek Portal Memanjang Bergoyang atau Tidak Lantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan 3 67,586 3,71 11,73 3500,0 0,61% Tidak Bergoyang 2 99,776 6,19 10,30 3500,0 1,71% Tidak Bergoyang 1 99,776 5,31 5,85 3500,0 2,59% Tidak Bergoyang Hasil analisis menunjukkan baik portal melintang maupun portal memanjang termasuk portal tidak bergoyang. 4.3.3 Kelangsingan Kolom Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.12.2, perhitungan kelangsingan portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak ditahan terhadap goyangan samping), boleh diabaikan apabila : 𝑘 𝑙 𝑢 𝑟 ≤ 34 − 12 ( M1 M2 ) dimana : r (radius girasi) =√ I A atau 0,3h untuk kolom persegi. lu adalah panjang bersih kolom k (faktor panjang efektif) M1 adalah momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen tekan; bernilai positif bila komponen struktur
  • 77. melentur dengan kelengkungan tunggal, negative bila komponen struktur melentur dengan kelengkungan ganda. M2 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar pada komponen struktur tekan; selalu bernilai positif Faktor panjang efektif (k) komponen struktur tekan atau kolom sangat dipengaruhi oleh rasio dari komponen struktur tekan terhadap komponen struktur lentur pada salah satu ujung komponen struktur tekan yang dihitung dalam bidang rangka yang ditinjau (Ψ) seperti yang tercantum pada SNI 03-2847-2002 Pasal 12.11.6 sebagai berikut: Ψ = ∑ ( Ec Ik lu ) ∑ ( Ec Ib lu ) 1. Sisi atas kolom yang ditinjau: a. Kolom yang didisain b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4 Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4 b. Kolom atas b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4 Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4 c. Balok atas kanan b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4 Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4
  • 78. d. Balok atas kiri b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4 Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4 Nilai Ψ untuk kolom bagian atas adalah Ψatas = ( 29725,41x1 ,49×109 3500 ) + ( 29725,41x1,49×109 3500 ) ( 29725 ,41×1,09×109 6500 ) + ( 29725,41×1,09×109 6500 ) = 2,54 2. Sisi bawah kolom yang ditinjau: a. Kolom bawah b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4 Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4 b. Kolom yang didisain b = 400 mm; h = 400 mm; lu = 3500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√30 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 400 × 4003 = 2,133 × 109 mm4 Ic = 0,70Ig = 0,70 × 2,133 × 109 = 1,493 × 109 mm4 c. Balok bawah kanan b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4 Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4
  • 79. d. Balok bawah kiri b = 300 mm; h = 500 mm; lu = 6500 mm Ec = 4700√f c ′ = 4700√40 = 29725,41 MPa Ig = 1 12 bh3 = 1 12 × 300 × 5003 = 3,125 × 109 mm4 Ib = 0,35Ig = 0,35 × 3,125 × 109 = 1,09375 × 109 mm4 Nilai Ψ untuk kolom bagian bawah adalah Ψbawah = ( 29725,41x1 ,49×109 3500 ) + ( 29725,41x1,49×109 3500 ) ( 29725,41×1,09×109 6500 ) + ( 29725,41×1,09×109 6500 ) = 2,54 Nilai k diperoleh dengan menggunakan monogram untuk portal tidak bergoyang seperti yang ditunjukkan Gambar 4.4 dengan memplotkan nilai Ψatas = 2,54 dan Ψbawah = 2,54. Buat garis antara Ψatas dan Ψbawah sehinnga memotoing garis k. Nilai k adalah nilai yang terpotong oleh garis yang menghubungkan Ψatas dan Ψbawah. Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif
  • 80. Monograf di atas memberikan nilai k = 0,88 klu r < 34 − 12( M1 M2 ) 0,88 × 3000 120 < 34 − 12 ( M1 M2 ) 22 < 34 -12 ( 9,615 10,195 ) 22 < 24 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kolom pada bangunan bertingkat tinggi ini termasuk kolom tidak langsing, sehingga tidak perlu memperhitungkan perbesaran momen. 4.3.4 Diagram Interaksi Kolom Kunci dalam perhitungan diagram interaksi kolom adalah besarnya nilai c. Besarnya nilai c mempengaruhi apakah suatu tulangan sudah mencapai kondisi leleh atau belum. Kondisi leleh suatu tulangan ditentukan oleh regangannya. Perhitungan regangan menggunakan sifat perbandingan segitiga. 0,003 c = ε1 c−s1 ε1 = c−s1 c x 0,003 kalikan kedua ruas dengan Ebaja = 200000MPa fs1 = 600 c−s1 c = 600 c−62,5 c lakukan hal yang sama untuk ε2, ε3, dan ε4
  • 81. fs2 = 600 c−s2 c = 600 c−154,2 c fs3 = 600 c−s3 c = 600 c−245,8 c fs4 = 600 c−s4 c = 600 c−337,5 c nilai f maksimal adalah saat mencapai kondisi leleh yaitu fy = 360MPa Besarnya nilai c diperoleh dari Persamaan ΣP = 0 Cc + Cs1 + Cs2 – Ts1 – Ts2 = 0 dimana Cc = 0,85 x f’c x a x b Cs1 = As1 x fs1 Cs2 = As2 x fs2 Ts1 = As3 x fs3 Ts2 = As4 x fs4 Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada perhitungan tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom (0,5 h). Mn = Cc x ( h 2 – a 2 ) + Cs1 x ( h 2 – s1) + Cs2 x ( h 2 – s2) + Ts1 x (s3 – h 2 ) + Ts2 x (s4 – h 2 ) a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh. Cb = 600d 600+fy = 600 x 337,5 600+360 = 210,94 mm kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm) Balance 210,94 164,32 Beton Cc 71718,75 110,35 -40 -2235,00 -263,34 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19 2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -161 -158,53 -7,27 2 buah Baja Ts1 981,75 -45,83 99 97,45 -4,47 4 buah Baja Ts2 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19 -2295,84 -469,46 ø Pno = 0,65 x 2295,84 kN = 1492,296 kN ø Mb = 0,65 x 469,46 kN = 305,149 kN m
  • 82. b. Kondisi Pno, aksial maksimum tekan terjadi saat e = 0 Pno = Pconcrete + Psteel Pno = 0,85 x f’c x (Ag – As) + fy x As Pno = 0,85 x 40 MPa x (160000 – 5890,5) mm2 + 360 MPa x 5890,5 mm2 Pno = 7360300 N = 7360,3 kN ø Pno = 0,65 x 7360,3 kN = 4784,19 kN c. Kondisi lentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm) Lentur 95,23 74,18 Beton Cc 29672,10 162,91 -40 -1009,00 -164,35 murni 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -206 -405,00 -55,67 2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 360 353,00 16,20 2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,00 -16,20 4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 707,00 -97,19 0,00 -317,21 ;ø Mb = 0,8 x 317,21 kN = 253,768 kN m d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan leleh, terjadi saat e = 0 Pu = Psteel Pu = fy x As Pu = 360 MPa x 6050,368 mm2 Pu = 2120575 N = 2120,575 kN ø Pu = 0,65 x 2120,575 kN = 1378 kN e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh, terjadi saat C > Cb
  • 83. kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm) Runtuh 270,00 210,33 Beton Cc 84132,00 94,84 -40 -2860,00 -271,27 tekan 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19 2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -257 -252,71 -11,58 2 buah Baja Cs3 981,75 -45,83 -54 -52,72 2,42 4 buah Baja Ts1 1963,50 -137,50 150 294,52 -40,50 -3578,25 -418,13 ø Pno = 0,65 x 3578,25 kN = 2325,863 kN ø Mb = 0,65 x 418,13 kN = 271,785 kN m f. Kondisi runtuh zona tekan 2, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh, terjadi saat C > Cb kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm) Runtuh 300,00 233,70 Beton Cc 93480,00 83,15 -40 -3178,00 -264,28 tekan 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19 2 buah Baja Cs2 981,75 45,83 -292 -286,34 -13,12 2 buah Baja Cs3 981,75 -45,83 -108 -106,36 4,87 4 buah Baja Ts1 1963,50 -137,50 75 147,26 -20,25 -4130,62 -389,97 ø Pno = 0,65 x 4130,62 kN = 2684,90 kN ø Mb = 0,65 x 389,97 kN = 253,481 kN m g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh, terjadi saat C < Cb kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm) Runtuh 170,00 132,43 Beton Cc 52972,00 133,79 -40 -1801,00 -240,95 tarik 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -360 -706,86 -97,19 2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 -56 -54,86 -2,51 2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 268 262,76 -12,04 4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19 -1593,15 -449,90 ø Pno = 0,65 x 1593,15 kN = 1035,548 kN ø Mb = 0,65 x 449,90 kN = 292,44 kN m h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh, terjadi saat C < Cb
  • 84. kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M (kNm) Runtuh 120,00 93,48 Beton Cc 37392,00 153,26 -40 -1271,00 -194,84 tarik 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -288 -564,50 -77,62 2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 171 167,72 7,69 2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,43 -16,20 4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19 -607,83 -378,17 ø Pno = 0,8 x 607,83 kN = 486,264 kN ø Mb = 0,8 x 378,17 kN = 302,540 kN m i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh, terjadi saat Pn = 0,1Pno. kondisi C (mm) a (mm) Material A (mm²) lengan f (MPa) P (kN) M(kNm) 0,1 Pno 125,97 98,13 Beton Cc 39252,40 150,93 -40 -1335,00 -201,43 4 buah Baja Cs1 1963,50 137,50 -302 -594,00 -81,62 2 buah Baja Ts1 981,75 45,83 134 132,00 6,04 2 buah Baja Ts2 981,75 -45,83 360 353,43 -16,20 4 buah Baja Ts3 1963,50 -137,50 360 706,86 -97,19 -736,03 -390,40 ø Pno = 0,65 x 736,03 kN = 478,420 kN ø Mb = 0,65 x 390,401 kN = 253,761 kN m j. Kondisi tekan asimtosis, perilaku balok tidak bisa diprediksi. 0,8 (ø Pno) = 0,8 x 4784,19 kN = 3827,35 kN f Mn f Pn C e 0 4784 0 0 253 2685 300 94 272 2326 270 117 305 1492 211 205 292 1036 170 281 254 478 126 530 302 486 120 621 254 0 95 - 0 -1378 0 0 0 3827 0 0 Runtuh Tarik Kondisi Aksial Tekan maks Runtuh Tekan Runtuh Tekan Balance Pn = 0,1 Pno Runtuh Tarik Lentur Murni Aksial Tarik maks Pn maks
  • 85. Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8 Gambar 4.8 Gambar Diagram Interaksi Kolom
  • 86. 4.4 Tinjauan Lentur Biaksial Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi yang dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah sangat cocok dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi) 9,4%, dan dengan rata – rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk dilakukan peninjauan lentur biaksial. Tabel 4.3. Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi pada Kolom (K1-40 x 40) Gaya Dalam Beban Kombinasi Mati (DL) Hidup (LL) Gempa arah X(Ex) Gempa arah Y(Ey) 1,2 DL + 1,6 LL 1,2 D + 1,0 LL +1,0 Ex 1,2 D + 1,0 LL +1,0 Ey P(kN) 416,667 160,52 1,07 4,87 756,8324 661,5904 665,3904 Vmax(kN) 0,05 0,0032 6,096 7,077 0,06512 6,1592 7,1402 M2b M2s M2b M2s M2b M2s Mx (kNm) 1,01 0,654 4,87 10,564 2,2584 0 6,736 4,87 12,43 10,564 My (kNm) 7,576 3,821 9,243 0,77 15,2048 0 22,1552 9,243 13,6822 0,77 4.4.1 Perhitungan Lentur Biaksial Pu = 756,8324 kN Muy = 22,1552 kNm dan Mux = 6,736 kNm Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (400) = 27 mm Eksentrisitas arah X adalah : ex = Muy Pu = 22,1552 (1000) 756,8324 = 29,27 mm > emin maka digunakan ex Eksentrisitas arah Y adalah : ey = Mux Pu = 6,736 (1000) 756,8324 = 8,900 mm < emin maka digunakan emin
  • 87. Gambar 4.9. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang ditinjau Gambar 4.9. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-400x400) dengan tulangan 12 D 25 1 Pni = 1 Pnx + 1 Pny - 1 Po 1 Pni = 1 3989 + 1 4004 - 1 7360,3 Pni = 2741,496 kN Øpni = 0,65*(2741,496) = 1781,972 kN > 756,8324 kN Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang bekerja pada penampang yaitu Pu. 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 25 50 75100125150175200225250275300325350375400425450475500525550575600625650 P(kN) e (mm) Diagram P-e kolom 27mm;4004 kN 29,24 mm;3989 kN
  • 88. 4.5 Desain Shear Reinforcement Vsway = Mpr_top x DF + Mpr_btm x DF Ln = 468,203 x 0,5+468,203x0,5 3 = 156,072 kN Vsway > Vanalitis 156,072 kN > 60,37 kN Vc = 1 6 √f′c x b x d = 1 6 √40 x 400 x 337,5 = 142,302 kN Check Vu ø > 1 2 Vc 156,072 0,75 > 1 2 x 142,302 208,096 kN > 71,151 kN Check Vu ø > Vc + 1 3 x b x d 208,096 kN > 142,302 + 1 3 x (400 x 337,5)/1000 208,096 kN > 187,302 kN Vsperlu = Vu ø – Vc Vsperlu = 208,096 – 187,302 kN = 20,794 kN Coba gunakan D10 – 110 (Av = 157,08 mm2) Vs = Av x fy x d s = 157,08 x 360 x 337,5 110 = 173,5 kN Vs > Vsperlu 173,5 kN > 20,794 kN OK
  • 89. 4.6 Desain Confinement Reinforcement Tulangan hoops harus dipasang sepanjang lo terhadap ln (dari bawah muka balok dan atas muka lantai). Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4..4.4, panjang lo dipilih yang terbesar di antara: a. h = 400 mm b. 1/6 Ln = 1/6 x 3000 = 500 mm c. 500 mm Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.1 tidak kurang dari salah satu yang tebesar antara Ash_1 = 0,3 ( s x hc x f′c fyh ) ( Ag Ach – 1) Ash_2 = ( 0,09 x s x hc x f′c fyh ) Coba gunakan 3 leg D13 (Av = 397,995 mm2) hc = b – 2(40 + ½db) = 400 – 2(40 + ½ x 13) = 307 mm Ach = (bw – 2(40)) x (bw – 2(40)) = (400 – 80)2 = 102400 mm2 Ash_1 s = 0,3 ( hc x f′c fyh ) ( Ag Ach – 1) = 0,3 ( 307 x 40 360 ) ( 160000 102400 – 1) = 4,256 mm2 mm Ash_2 s = ( 0,09 x hc x f′c fyh ) = ( 0,09 x 307 x 40 360 ) = 3,07 mm2 mm Ambil nilai terbesar 5,756 mm2 mm Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara : a. ¼ cross section dimensi kolom = 400/4 = 100 mm b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm c. sx < 100 + 350− hx 3 , dimana hx = 2/3 hc dan 100 mm < sx < 150 mm sx < 100 + 350− 2 3 x 307 3 = 148,444 mm Digunakan spasi 90 mm Ahoops = 4,256 x 90 = 383,04 mm2, maka digunakan Av > Ahoops OK
  • 90. 4.6.1 Untuk Bentang di luar lo Vc regular = 1 6 √f′c x b x d = 1 6 √40 x 400 x 337,5 = 142,302 kN SNI persamaan (47) memberikan harga Vc Vc = (1 + Nu 14Ag ) x 1 6 √f′c x b x d = (1 + 666460 14 x 160000 ) x 1 6 √40 x 400 x 340,5 = 184,641 kN Vsperlu = Vu ø – Vc Vsperlu = 208,096 – 184,641 kN = 23,455 kN Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2) Vs = Av x fy x d s = 157,08 x 360 x 337,5 200 = 152,68 kN Vs > Vsperlu 152,68 kN > 23,455 kN OK
  • 91. Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 Gambar 4.10 Penulangan Kolom Gambar 4.11 Potongan Kolom
  • 92. BAB V PERENCANAAN ELEMEN LENTUR 5.1 Denah Balok Perencanaan elemen lentur berdasarkan dari denah balok yang sudah direncanakan. Balok yang didisain ditunjukkan pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 Gambar 5.1 Denah Balok Lantai 1 dan 2 adalah balok induk pada lantai 2 koordinat 2-A-B Gambar 5.2 Denah Balok Lantai 3 adalah balok induk pada lantai 3 koordinat 2-A-B
  • 93. 5.2 Analisa Pembebanan pada Balok Analisa pembebanan pada portal akan menghasilkan gaya-gaya dalam terutama momen, dalam perencanaan elemen lentur. Nilai momen terbesar itu diperoleh dari analisa pembebanan portal memanjang seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3 Gambar 5.3 Bidang gaya dalam momen pada portal memanjang 5.3 Diagram Gaya Dalam Perencanaan elemen lentur harus mampu menahan gaya-gaya dalam yang terjadi pada elemen lentur. Perencanaan elemen lentur ini mengacu pada gaya dalam terbesar untuk portal memanjang maupun portal melintang. a. Envelope Portal Memanjang Lantai Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.
  • 94. Goyangan ke Kanan Gambar 5.4 Diagram Momen Batang 1 – 2 Goyangan ke Kiri Gambar 5.5 Diagram Momen Batang 1 – 2 Superposisi dari keduanya menghasilkan Gambar 5.6 Gambar 5.6 Diagram Momen Envelope Batang 1 – 2
  • 95. Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Induk Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m) 1 Titik 1 Negatif Kanan 2,139 2 Titik 2 Negatif Kanan 28,116 3 Lapangan Positif Kanan 14,914 4 Titik 1 Negatif Kiri 23,626 5 Titik 2 Negatif Kiri 9,099 6 Lapangan Positif Kiri 10,876 b. Envelope Portal Memanjang Atap Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti ditunjukkan pada Gambar 5.7 dan Gambar 5.8. Goyangan ke Kanan Gambar 5.7 Diagram Momen Batang 11 – 12 Goyangan ke Kiri Gambar 5.8 Diagram Momen Batang 11 – 12
  • 96. Superposisi dari keduanya menghasilkan Gambar 5.9 Gambar 5.9 Diagram Momen Envelope Batang 11 – 12 Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Atap Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m) 1 Titik 1 Negatif Kanan 3,729 2 Titik 2 Negatif Kanan 16,021 3 Lapangan Positif Kanan 10,404 4 Titik 1 Negatif Kiri 11,126 5 Titik 2 Negatif Kiri 9,657 6 Lapangan Positif Kiri 9,897 5.4 DesainTulangan Lentur Balok Lantai 5.4.1 Definisi Balok Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3. a. Gaya tekan aksial terfaktor < 0,1 Ag f’c Pu = 3,355 ton = 33550 N Pu < 0,1 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa 33550 N < 600000 N OK b. Bentang bersih (Ln) > 4d Ln = L – hkolom = 6500 – 400 = 6100 mm d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 22/2 = 439 mm Ln > 4 x 439
  • 97. 6100 mm > 1756 mm OK Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi. c. b h > 0,3 300 500 > 0,3 0,6 > 0,3 OK Lebar balok 300 mm lebih besar dari lebar balok minimum 250 mm, syarat geometri balok terpenuhi. 5.4.2 Perhitungan Tulangan Lentur Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang bagian tepi di lantai 1. a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2 Momen : 28,116 ton m = 281,16 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 281,16 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 2607,331 mm2 Coba gunakan tulangan 10D19 (As = 2835,287 mm2) dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 33 = 417 mm Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 2835,287 mm2x 360 MPa 0,85 x 40MPa x 300 mm = 100,069 mm
  • 98. ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 2835,287 mm2 x 360 MPa x (417 – 100,069 2 ) = 299,65 kN m ø Mn > Mu 299,65 kN m > 281,16 kN m OK Tulangan 10D19 kuat menahan momen yang terjadi. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 417 = 549,446 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 417 = 486,50 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 2835,287 300 𝑥 417 = 0,0227 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + 𝑓𝑦 = 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,034, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 10D19, dipasang 2 layer dengan jarak bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.10
  • 99. Gambar 5.10 Penulangan Balok Lantai Kondisi 1 b. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen positif di titik 2 Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama Mu = 50% x 281,16 kN m = 140,580 kN m  Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 140,580 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 1203,66 mm2 Coba gunakan tulangan 3D19, 2D16 (As = 1252,710 mm2) Cek momen nominal : a = = As x fy 0,85 x f′c x b = 1252,710 mm2x 360 MPa 0,85 x 40 MPa x 300 mm = 44,213 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – 44,213 2 ) = 150,95 kN m
  • 100. ø Mn > Mu 150,95 kN m > 140,58 kN m OK Tulangan 3D19, 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.  Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 440,5 = 580,410 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 440,5 = 513,92 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.  Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 1252,710 300 𝑥 440,5 = 0,0090 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + fy = 0,85 x 0,779 x 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.  Reinforcement Gunakan baja tulangan 3D19, 2D16. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.11 Gambar 5.11 Penulangan Balok Lantai Kondisi 2
  • 101. c. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen negatif di titik 1 Momen : 23,626 ton m = 236,26 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 236,26 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 2190,95 mm2 Coba gunakan tulangan 5D19 dan 3D19 (As = 2268,230 mm2) dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 39 = 411,00 mm Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 2268,230 mm2x 360 MPa 0,85 x 40MPa x 300 mm = 80,055 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 2268,230 mm2 x 360 MPa x (411,0 – 80,055 2 ) = 242,337 kN m ø Mn > Mu 242,337 kN m > 236,26 kN m OK Tulangan 8D19 kuat menahan momen yang terjadi. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 411 = 541,54 mm2,
  • 102. tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 422,88 = 493,35 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 2268,230 300 𝑥 411 = 0,018 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + 𝑓𝑦 = 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 8D19, dipasang 2 layer dengan jarak bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.12 Gambar 5.12 Penulangan Balok Lantai Kondisi 3
  • 103. d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 1 Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama Mu = 50% x 236,26 kN m = 118,13 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 118,13 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 1095,476 mm2 Coba gunakan tulangan 3D19, 1D16 (As = 1051,648 mm2) Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 1051,648 mm2x 360 MPa 0,85 x 40 MPa x 300 mm = 37,117 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 1051,648 mm2 x 360 MPa x (440,5 – 37,117 2 ) = 127,795 kN m ø Mn > Mu 127,795 kN m > 118,13 kN m OK Tulangan 3D19, 1D16 kuat menahan momen yang terjadi. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 440,5 = 580,410 mm2,
  • 104. tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 440,5 = 513,92 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 1051,648 300 𝑥 440,5 = 0,0080 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + fy = 0,85 x 0779 x 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025. ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 3D19 dan 1D16. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.13. Gambar 5.13 Penulangan Balok Lantai Kondisi 4 e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif midspan Momen : 14,914 ton m = 149,14 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada.
  • 105. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 149,14 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 1383,047 mm2 Coba gunakan tulangan 3D19 dan 2D16 (As = 1252,710 mm2) Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 1252,710 mm2x 360 MPa 0,85 x 40 MPa x 300 mm = 44,213 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – 44,213 2 ) = 150,94 kN m ø Mn > Mu 150,94 kN m > 149,14 kN m , OK Tulangan 3D19 dan 2D16 kuat menahan momen yang terjadi. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 440,5 = 580,410 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 440,5 = 513,92 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 1252,710 300 𝑥 440,5 = 0,009
  • 106. ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + 𝑓𝑦 = 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 3D19 dan 2D16. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.14 Gambar 5.14 Penulangan Balok Lantai Kondisi 5 Kapasitas momen balok lantai harus dikontrol. Momen yang terjadi pada seluruh bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya. Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 149,14 kN m Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 281,16 kN m Kapasitas momen positif di tengah bentang = 149,14 kN m ¼ momen maksimum = 70,290 kN m Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK Gambar 5.15 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke kanan di titik 1, midpsan, dan titik 2.
  • 107. Gambar 5.15 Potongan Balok Lantai 5.5 Perencanaan Tulangan Lentur Balok Atap 5.5.1 Definisi Balok Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3. a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum < 0,1 Ag f’c Pu maksimal = 14,247 ton = 142470 N Pu < 0,1 x (250 x 400) mm2 x 30 MPa 142470 N < 300000 N OK b. Bentang bersih (Ln) > 4d Ln = L – hkolom = 6500 – 400 = 6100 mm d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm Ln > 4 x 440,5 6100 mm > 1762 mm OK Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi. c. b h > 0,3 300 500 > 0,3 0,6 > 0,3 OK Lebar balok 300 mm lebih dari lebar balok minimum 250 mm, syarat geometri balok terpenuhi.
  • 108. 5.5.2 Perhitungan Tulangan Lentur Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang bagian tepi di Atap. a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2 Momen : 16,021 ton m = 160,21 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 160,021 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 1483,951 mm2 Coba gunakan tulangan 10D19 (As = 2835,287 mm2) dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 33 = 417 mm Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 2835,287 mm2x 360 MPa 0,85 x 40MPa x 300 mm = 100,069 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 2835,287 mm2 x 360 MPa x (417 – 100,069 2 ) = 299,65 kN m ø Mn > Mu 299,65 kN m > 160,021 kN m OK Tulangan 10D19 kuat menahan momen yang terjadi.
  • 109. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 417 = 549,446 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 417 = 486,50 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 2835,287 300 𝑥 417 = 0,0227 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + 𝑓𝑦 = 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,034, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 10D19, dipasang 2 layer dengan jarak bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.10 Gambar 5.16 Penulangan Balok Atap Kondisi 1
  • 110. b. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen positif di titik 2 Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama Mu = 50% x 160,21 kN m = 80,105 kN m  Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 80,105 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 742,852 mm2 Coba gunakan tulangan 3D19, 2D16 (As = 1252,710 mm2) Cek momen nominal : a = = As x fy 0,85 x f′c x b = 1252,710 mm2x 360 MPa 0,85 x 40 MPa x 300 mm = 44,213 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – 44,213 2 ) = 150,95 kN m ø Mn > Mu 150,95 kN m > 80,105 kN m OK Tulangan 3D19, 2D16 kuat menahan momen yang terjadi.  Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 440,5 = 580,410 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari
  • 111. Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 440,5 = 513,92 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.  Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 1252,710 300 𝑥 440,5 = 0,0090 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + fy = 0,85 x 0,779 x 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.  Reinforcement Gunakan baja tulangan 3D19, 2D16. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.11 Gambar 5.17 Penulangan Balok Atap Kondisi 2 c. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen negatif di titik 1 Momen : 11,126 ton m = 111,26 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada.
  • 112. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 111,26x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 1031,767 mm2 Coba gunakan tulangan 5D19 dan 3D19 (As = 2268,230 mm2) dterkoreksi = h – p – ø – D̅ = 500 – 40 – 10 – 39 = 411,00 mm Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 2268,230 mm2x 360 MPa 0,85 x 40MPa x 300 mm = 80,055 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 2268,230 mm2 x 360 MPa x (411,0 – 80,055 2 ) = 242,337 kN m ø Mn > Mu 242,337 kN m > 111,26 kN m OK Tulangan 8D19 kuat menahan momen yang terjadi. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 411 = 541,54 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 422,88 = 493,35 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
  • 113. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 2268,230 300 𝑥 411 = 0,018 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + 𝑓𝑦 = 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 8D19, dipasang 2 layer dengan jarak bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.12 Gambar 5.18 Penulangan Balok Atap Kondisi 3 d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 1 Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang sama Mu = 50% x 111,26 kN m = 55,630 kN m i. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada.
  • 114. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85 As = Mu ø x fy x j x d = 55,630 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 515,884 mm2 Coba gunakan tulangan 3D19, 1D16 (As = 1051,648 mm2) Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 1051,648 mm2x 360 MPa 0,85 x 40 MPa x 300 mm = 37,117 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 1051,648 mm2 x 360 MPa x (440,5 – 37,117 2 ) = 127,795 kN m ø Mn > Mu 127,795 kN m > 55,630 kN m OK Tulangan 3D19, 1D16 kuat menahan momen yang terjadi. ii. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 440,5 = 580,410 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 440,5 = 513,92 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
  • 115. iii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 1051,648 300 𝑥 440,5 = 0,0080 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + fy = 0,85 x 0779 x 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025. ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi. iv. Reinforcement Gunakan baja tulangan 3D19 dan 1D16. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.13. Gambar 5.19 Penulangan Balok Atap Kondisi 4 e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif midspan Momen : 10,404 ton m = 104,04 kN m v. Kebutuhan Tulangan Lentur Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan tulangan tekan diabaikan jika ada. Diameter maksimal tulangan hkolom 20 = 400 20 = 20 mm, trial awal gunakan D19 d = h – p – ø – D/2 = 500 – 40 – 10 – 19/2 = 440,5 mm ø = 0,8 Asumsi : j = 0,85
  • 116. As = Mu ø x fy x j x d = 104,04 x 106 N mm 0,8 x 360 x 0,85 x 440,5 = 964,813 mm2 Coba gunakan tulangan 3D19 dan 2D16 (As = 1252,710 mm2) Cek momen nominal : a = As x fy 0,85 x f′c x b = 1252,710 mm2x 360 MPa 0,85 x 40 MPa x 300 mm = 44,213 mm ø Mn = ø x As x fy x (d – a 2 ) = 0,8 x 1252,710 mm2 x 360 MPa x (440,5 – 44,213 2 ) = 150,94 kN m ø Mn > Mu 150,94 kN m > 104,04 kN m , OK Tulangan 3D19 dan 2D16 kuat menahan momen yang terjadi. vi. Cek luasan tulangan minimum : Asmin = √𝑓′ 𝑐 4 𝑥 𝑓𝑦 x b x d = √40 4 𝑥 360 x 300 x 440,5 = 580,410 mm2, tetapi tidak boleh kurang dari Asmin = 1,4 fy x b x d = 1,4 360 x 300 x 440,5 = 513,92 mm2 As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi. vii. Cek rasio tulangan ρ = As b x d = 1252,710 300 𝑥 440,5 = 0,009 ρb = 0,85 x β x f′c fy 600 600 + 𝑓𝑦 = 0,85 𝑥 0,779 𝑥 40 360 600 960 = 0,046 ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,046 = 0,035, batas ρmax berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2 adalah 0,025 ρ < ρmax OK. Syarat ρmax terpenuhi.
  • 117. viii. Reinforcement Gunakan baja tulangan 3D19 dan 2D16. Gambar penulangan ditunjukkan pada Gambar 5.14 Gambar 5.20 Penulangan Balok Atap Kondisi 5 Kapasitas momen Balok Atap harus dikontrol. Momen yang terjadi pada seluruh bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya. Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 160,021 kN m Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 104,04 kN m Kapasitas momen positif di tengah bentang = 104,04 kN m ¼ kapasitas momen maksimum = 40,005 kN m Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK Gambar 5.21 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke kanan di titik 1, midpsan, dan titik 2. Gambar 5.21 Potongan Balok Atap
  • 118. 5.6 DesainTulangan GeserBalok Geser seismic pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi palstis terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai hingga 1,25 fy dan ø = 1. (SNI 03-2847-2002, Pasal 23.3.4.2). i. Titik 2 (goyangan ke kanan) apr_2 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 2835,287 x 360 0,85 x 40 x 300 = 125,086 mm2 Mpr_2= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 2835,287 x 360 x (417 – 100,069 2 ) = 468,203 kN m ii. Titik 1 (goyangan ke kanan) apr_1 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 1051,648 x 360 0,85 x 40 x 300 = 46,39 mm2 Mpr_1= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 1051,648 x 360 x (440,5 – 44,213 2 ) = 198,001 kN m iii. Titik 1 (goyangan ke kiri) apr_1 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 2268,230 x 360 0,85 x 40 x 300 = 100,069 mm2 Mpr_1= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 2268,230 x 360 x (411 – 80,055 2 ) = 378,65 kN m iv. Titik 2 (goyangan ke kiri) apr_2 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 1252,710 x 360 0,85 x 40 x 300 = 55,267 mm2 Mpr_2= 1,25 x As x fy x (d – a 2 )
  • 119. = 1,25 x 1252,710 x 360 x (440,5 – 37,117 2 ) = 237,86 kN m v. Titik 12 (goyangan ke kanan) apr_12 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 2835,287 x 360 0,85 x 40 x 300 = 125,086 mm2 Mpr_12= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 2835,287 x 360 x (417 – 100,069 2 ) = 468,203 kN m vi. Titik 11 (goyangan ke kanan) apr_11 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 1051,648 x 360 0,85 x 40 x 300 = 46,39 mm2 Mpr_11= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 1051,648 x 360 x (440,5 – 44,213 2 ) = 198,001 kN m vii. Titik 11 (goyangan ke kiri) apr_11 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 2268,230 x 360 0,85 x 40 x 300 = 100,069 mm2 Mpr_11= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 2268,230 x 360 x (411 – 80,055 2 ) = 378,65 kN m viii. Titik 12 (goyangan ke kiri) apr_12 = 1,25 As fy 0,85 x f′c x b = 1,25 x 1252,710 x 360 0,85 x 40 x 300 = 55,267 mm2 Mpr_12= 1,25 x As x fy x (d – a 2 ) = 1,25 x 1252,710 x 360 x (440,5 – 37,117 2 ) = 237,86 kN m
  • 120. 5.7 Diagram Gaya GeserBalok Reaksi geser di ujung-ujung balok akibat pembebanan struktur secara gravitasi berdasarkan SNI Gempa 1726-2002. Wu atap = 1,359 ton/m Wu lantai = 1,902 ton/m P atap = 8,063 ton P lantai 12,581 ton Vg atap = Wu atap x L 2 + P atap 2 = 1,359 x 6,5 2 + 8,063 2 = 8,448 ton Vg lantai = Wu lantai x L 2 + P lantai 2 = 1,902x 6,5 2 + 12,581 2 = 12,472 ton Rangka dengan goyangan terbesar (kiri) untuk bagian atap Vsway_atap = Mpr_1+ Mpr_2 Ln = 378,65+ 237,86 6,5 = 94,848 kN Total reaksi geser di ujung kiri balok = 84,48 + 94,848 = 179,328 kN Total reaksi geser di ujung kanan balok = 84,48 – 94,848 = -10,368 kN Rangka dengan goyangan terbesar (kanan) untuk bagian lantai Vsway_lantai = Mpr_1+ Mpr_2 Ln = 468,203+ 198,001 6,5 = 102,493 kN Total reaksi geser di ujung kiri balok = 124,72 – 102,493 = 22,227 kN Total reaksi geser di ujung kanan balok = 124,72 + 102,493 = 227,213 kN Gambar 5.22 dan Gambar 5.23 menunjukkan diagram gaya geser untuk balok atap dan balok lantai.
  • 121. Gambar 5.22 Diagram Gaya Geser Balok Atap(goyangan ke kiri) Gambar 5.23 Diagram Gaya Geser Balok Lantai(goyangan ke kanan)
  • 122. 5.8 Perencanaan Tulangan GeserBalok Lantai Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil = 0 jika a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih dari ½ kuat geser perlu maksimum Vs, dan Vsway > ½ Ve 102,493 kN > ½ x 227,213 kN 102,493 kN > 113,607 kN TIDAK b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang dari 0,05 x Ag x f’c. Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c Pu maksimal = 3,355 ton = 33550 N Pu < 0,05 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa 33550 N < 300000 N IYA Vs = Vn – Vc Vsperlu = Vu ø – 1 6 √f′c x b x d = 227213 0,75 – 1 6 √30 x 300 x 417 = 171,083 kN Coba gunakan D10 – 125 (Av = 157,08 mm2) Vs = Av x fy x d s = 157,08 x 360 x 417 125 = 188,646 kN Vs > Vsperlu OK Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi untuk tulangan geser di sepanjang bentang adalah d/2 yaitu 417/2 = 208,50 mm. maka digunakan spasi 125 mm (D10 – 125) dan pada daerah lapangan digunakan spasi 200 mm (D10 – 200) 5.9 Perencanaan Tulangan Hoops Balok Lantai Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops dipasang sepanjang 2h dari sisi muka kolom terdekat yaitu 2 x 500 = 1000 mm. Tulangan hoops dipasang di daerah sendi plastis untuk mengakomodir supaya tidak tejadi keruntuhan akibat geser tetapi akibat sendi plastis.
  • 123. Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops yang pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil di antara : a. d/4 = 417 / 4 = 104,25 mm b. 8 Dterkecil = 8 x 16 = 128 mm c. 24 Dhoops = 24 x 10 = 240 mm d. 300 mm Digunakan tulangan hoops D10 – 100. Gambar Penulangan dan Potongan Balok Lantai ditunjukkan pada Gambar 5.19 dan Gambar 5.20 Gambar 5.24 Penulangan Balok Lantai Gambar 5.25 Potongan Balok Lantai
  • 124. 5.10 Perencanaan Tulangan GeserBalok Atap Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil = 0 jika a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih dari ½ kuat geser perlu maksimum Vs, dan Vsway > ½ Ve 84,48 kN > ½ x 179,328 kN 84,48 kN > 89,664 kN TIDAK b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang dari 0,05 x Ag x f’c. Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c Pu maksimal = 14,247 ton = 142470 N Pu < 0,05 x (300 x 500) mm2 x 40 MPa 142470 N < 300000 N IYA Vs = Vn – Vc Vsperlu = Vu ø – 1 6 √f′c x b x d = 179,328 0,75 – 1 6 √40 x 300 x 440,5 = 99,805 kN Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2) Vs = Av x fy x d s = 157,08 x 360 x 440,5 200 = 124,548 kN Vs > Vsperlu OK Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi untuk tulangan geser di sepanjang bentang adalah d/2 yaitu 440,5 / 2 = 220,25 mm, maka digunakan spasi 200 mm. (D10 – 200). 5.11 Perencanaan Tulangan Hoops Balok Atap Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops dipasang sepanjang 2h dari sisi muka kolom terdekat yaitu 2 x 500 = 1000 mm. Tulangan hoops dipasang di daerah sendi plastis untuk mengakomodir supaya tidak tejadi keruntuhan akibat geser tetapi akibat sendi plastis.
  • 125. Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.2, hoops yang pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil di antara : a. d/4 = 440,5 / 4 = 110,125 mm b. 8 Dterkecil = 8 x 16 = 128 mm c. 24 Dhoops = 24 x 10 = 240 mm d. 300 mm Digunakan tulangan hoops D10 – 100. Gambar Penulangan dan Potongan Balok Atap ditunjukkan pada Gambar 5.26 dan Gambar 5.22 Gambar 5.26 Penulangan Balok Atap Gambar 5.27 Potongan Balok Atap
  • 126.
  • 127. BAB VI HUBUNGAN BALOK KOLOM (HBK) 6.1. Panjang Penyaluran Ketentuan panjang penyaluran didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.4. Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standard 90o dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db atau 150 mm. Gambar panjang penyaluran ditunjukkan pada Gambar 6.1. Gambar 6.1 Panjang Penyaluran ldh = fy x db 5,4 √f′c = 360 x 19 5,4 √40 = 200,227 mm 6.2. Kuat Geser pada Hubungan Balok Kolom Ketentuan kuat geser didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1. Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada 1,7 √f′c Ajoint, untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya. Suatu balok dianggap memberikan kekangan bila ¾ bidang muka hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok tersebut. Gambar luas efektif hubungan balok kolom ditunjukkan pada Gambar 6.2.
  • 128. Gambar 6.2 Luas Efektif Hubungan Balok-Kolom (Ajoint) Ajoint = bbalok x bkolom = 300 mm x 400 mm = 120000 mm2 a. Check apakah balok mengekang kolom bbalok > ¾ bkolom 300 mm > ¾ x 400 mm 300 mm > 300 mm (OK) Maka, kuat geser balok Vc = 1,7 √f′c Ajoint = 1,7 √40 120000 = 1290,209 kN b. Check apakah Vc > Vsperlu Penyederhanaan dilakukan dengan menganggap tulangan 2 layer menjadi 1 layer untuk memudahkan perhitungan. Gambar kuat geser pada hubungan balok-kolom ditunjukkan pada gambar 6.3.
  • 129. Gambar 6.3 Kuat Geser pada Hubungan Balok-Kolom Gambar 6.4 Penulangan pada balok di ujung 1 – lapangan – ujung 2 Balok yang memasuki joint memiliki probable moment 468,203 kNm dan 198,001 kNm. Pada joint, kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama sehingga DF = 0,5 untuk setiap kolom Me = 0,5 x (468,203 + 198,001) = 333,102 kNm Geser pada kolom Vsway = (333,102 + 333,102) / (3,5 – 0,5) = 222,068 kN Tulangan yang dipakai di layer atas adalah 10D19 (As = 2835,287 mm2)
  • 130. Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah T1 = 1,25 As x fy = 1,25 x 2835,287 mm2 x 360 MPa = 1275,879 kN Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri adalah C1 = T1 = 1275,879 kN Tulangan yang dipakai di layer bawah adalah 3D19 dan 1D16 (As = 1051,648 mm2) Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah T2 = 1,25 As x fy = 1,25 x 1051,648 mm2 x 360 MPa = 473,241 kN Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan adalah C2 = T2 = 473,241 kN Vu = T1 + C2 – Vsway = 1275,879 + 473,241 – 222,068 = 1527,052 kN Vu > Vn 1527,052 kN > 1290,209 kN Vsperlu = Vu – Vn = 1527,052 – 1290,209 = 236,843 kN Cek terlebih dahulu apakah tulangan hoops 3D13 – 150 (As = 398,197 mm2) > Vsperlu Vs = Av x fy x d s = 398,197 x 360 x 337,5 130 = 372,161 kN Vs > Vsperlu (OK) Tulangan hoops mampu menahan gaya geser perlu sehingga tidak diperlukan tulangan geser (shear) pada hubungan balok-kolom.