Dokumen tersebut membahas tentang pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan dampaknya terhadap lingkungan. Pembukaan lahan merupakan proses pembersihan lahan melalui penebangan pohon dan pengumpulan sisanya untuk membuat lahan siap tanam. Namun, kegiatan ini berisiko merusak lingkungan karena dapat menghancurkan hutan."
Makalah Kesehatan Lingkungan - Dampak Pembukaan Lahan Untuk Perkebunan Kelapa Sawit
1. DAMPAK PEMBUKAAN LAHAN UNTUK
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
MAKALAH DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
SHAFA NABILAH EKA PUTERI
1205015105
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2013
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembukaan lahan adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari
perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan
secara fisik. Membuka lahan merupakan pekerjaan teknis yang mudah
dilakukan, asalkan tersedian peralatan dan sumber daya yang mudah
dibutuhkan. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pembukaan lahan di
antaranya kesesuaian lahan yang dibuka tersebut untuk budi daya kelapa
sawit.
Pengembangan komoditi kelapa sawit yang dilakukanpemerintah
Indonesia secara massif menyisakan banyakpersoalan. Karena seiring
dengan
pembukaan
lahan
kelapa
sawitsecara
besar-besar,
akan
menimbulkan berbagai persoalanlingkungan terkait musnahnya hutan hujan
tropisIndonesia serta musnahnya berbagai spesies endemik diberbagai
daerah.
Sedangkan, cara pembukaan lahan kelapa sawit merupakan dasardari
keberhasilan penanaman kelapa sawit,dimana kelapa sawit adalahsuatu
tumbuhan di tempat yang harus memiliki air yang mencukupi dan
memenuhi syarat sebagai sarana penanaman kelapa sawit. Tetapi banyak
petani sawit yang menanam tumbuhan ini tanpa memperhatikan area yang
akan menjadi sarana penanamannya.
Isu mengenai dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan dari
pembukaan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit saat ini sangat gencar
sekali didengungkan oleh para pemerhati lingkungan. Oleh sebab itu, dalam
pembangunan perkebunan kelapa sawit, selain mengejar target yang telah
ditentukan oleh perusahaan, kita juga harus memperhatikan lingkungan
hidup sehingga ekosistem tidak terganggu.
2
3. 1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari kelapa sawit?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan pembukaan lahan?
1.2.3 Bagaimana cara pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit?
1.2.4 Apa dampak dari pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit
terhadap lingkungan?
1.2.5 Bagaimana peran pemerintah terhadap pembukaan lahan yang ada di
Indonesia?
1.3
Tujuan
1.3.1 Menjelaskan definisi dari kelapa sawit.
1.3.2 Menjelaskan tentang pembukaan lahan.
1.3.3 Menjelaskan cara pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
1.3.4 Menjelaskan dampak dari pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
terhadap lingkungan.
1.3.5 Menjelaskan peran pemerintah terhadap pembukaan lahan yang ada
di Indonesia.
1.4
Manfaat
1.4.1 Mengetahui definisi dari kelapa sawit.
1.4.2 Mengetahui tentang pembukaan lahan.
1.4.3 Mengetahui cara pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
1.4.4 Mengetahui dampak dari pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
terhadap lingkungan.
1.4.5 Menjelaskna peran pemerintah terhadap pembukaan lahan yang ada
di Indonesia.
3
4. BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Definisi Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil
minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia
adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain
itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun
berwarna
hijau
tua
dan
pelepah
berwarna
sedikit
lebih
muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri
yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah
hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Bunga jantan
dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan
minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang,
kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya.
4
5. 2.2
Pembukaan Lahan
2.2.1 Pengertian dan Batasan
Pembukaan lahan atau landclearing adalah pembukaan lahan
untuk keperluan lainnya seperti perkebunan, transmigrasi, pertanian
dan lain sebagainya.Pembukaan lahan merupakan komponen biaya
inventasi disamping pembibitan yang telah dibicarakan. Tahapantahapan pekerjaan sudah tertentu sehingga jadwal kerja harus
dilaksanakan secara konsekwen. Keterlambatan suatu pekerjaan
diselesaikan akan berlarut pada pekerjaan lain sehingga akan
menambah biaya. Tantangan yang dihadapi cukup banyak misalnya
alam (gangguan cuaca, hewan liar, dan lain-lain), biaya yang harus
berkesinambungan, sumber daya manusia yang harus tersedia serta
alat-alat beserta suku cadangnya. Tahapan- tahapan pekerjaan ini
adalah :
a.
Perencanaan luas kebun dan jadwal pembangunannya.
b.
Rintisan dan rencana pemborong pekerjaan.
c.
Sistim pembukaan lahan yang dipakai.
d.
Persiapan penanaman, parit, drainase, pengawetan tanah,
penanaman kacangan.
e.
Penanaman.
Dari studi kelayakan harus sudah jelas perencanaan luas kebun
yang akan dibangun serta tata ruangnya. Disini harus ada tergambar
misalnya:
a.
Lokasi pemukiman untuk satuan luas tertentu misalnya 800 ha
untuk 1 afdeling. Lokasi ini harus dekat dengan sumber air
minum dan letaknya terpusat dari areal.
b.
Batas areal dari kebun maupun riap afdeling.
c.
Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung (masuk dan
keluar lokasi) atau jalan utama, jalan produksi, dan lain-lain.
d.
Lokasi pembibitan.
e.
Lokasi pabrik dan kantor pusat kebun.
5
6. Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat karena banyak
pekerjaan atau hal-hal tertentu yang harus dilaksanakan atau dipesan
beberapa bulan sebelumnya. Pemesanan kecambah (bibit) harus
dilakukan 3 – 6 bulan sebelum pembibitan dimulai, dan pembibitan
harus sudah dimulai 1 tahun sebelum penanaman dilapangan.
Demikian
pula
dengan
pemesanan
alat-alat
berat,
intansi
penyiraman, pencarian tenaga kerja, penyelesaaian ganti rugi,
menghubungi calon pemborong dan lain-lain. Jadwal pembibitan
dibuat tersendiri dan jadwal pembukaan lahan dan penanaman
tersediri pula.Mengingat sebagian pekerjaan akan menghadapi
tantangan alam maka pekerjaan tersebut harus pula disesuaikan
dengan keadaan yang bakal terjadi. Jadwal kerja ini tergantung pada
kondisi setempat dan hendaknya disesuaikan dengan keadaan iklim,
sarana tenaga kerja, dan dana yang tersedia.
2.2.2 Cara-Cara Pembukan Lahan
a.
Manual
Terutama
tenaga
manusia,
alat-alat
sederhana,
pemakaian tenaga sangat banyak
b.
Mekanis
Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara
ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%).
Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat
berat dalam JKT (jam kerja traktor)
c.
Chemis
Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia
tertentu (untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang
Pilihan : tergantung pada keadaan lapangan, ketersediaan tenaga
kerja, dana, alat-alat serta jadwal waktu penanaman yang
ditargetkan. Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan cara
kombinasi.
6
7. Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak
membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan
lahan
2.2.3 Tahap Pekerjaan
a.
Membabat / Imas
Sebelum melaksanakan pekerjaan imas, maka pekerjaan
babat pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak
belukar dan pohon kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu
dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5 sampai 6 orang.
Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon
kecil yang berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan
parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon
besar.
1) Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm
2) Menggunakan parang dan kampak
3) Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan
serendah mungkin atau dekat dengan tanah
4) Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan
pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu
diimas, langsung dilakukan perun mekanis
b.
Menumbang
Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon
dengan gergaji (chain saw) atau kapak, pohon yang berdiameter
10 cm ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung
pada diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya
Diameter
> 10 – 15 cm
16 – 30 cm
31 – 75 cm
76 – 150 cm
> 150 cm
Ditebang dari permukaan tanah maks.
15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
25 cm
50 cm
100 cm
Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama
7
8. Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :
1) Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air
dan jalan
2) Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon
yang setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh
tanaman menjalar
3) Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu
ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan
(perun mekanis)
4) Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum
6 bulan selesai pembuatan outlet dan main drain serta telah
terjadi penurunan permukaan tanah.
c.
Merencek
Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting
kayu
yang
sudah
ditumbang
dipotong-potong
untuk
mempermudah perumpukan.
Pedoman panjang potongan kayu :
Diameter (cm)
10 - 30
1,5 – 3
30 - 75
2–4
> 75
d.
Panjang Potongan (m)
4-5
Merumpuk
Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau
menata
cabang
dan
ranting
yang
telah
dipotong
dikumpulkan dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat
memanjang Utara – Selatan agar dapat diterpa panas matahari
dan cepat kering, jarak antar rumpukan dibuat 50 – 100 meter
tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.
8
9. 1) Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah
dipotong menjadi barisan yang teratur
2) Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang
yang besar
3) Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.
e.
Membersihkan Areal
Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan
di jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan
menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan
merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan
mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
f.
Perun Mekanis
Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator
merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan
tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan
arah Timur – Barat
Jenis alat berat untuk perun mekanis :
Jenis Alat
Buldozer
Buldozer
Buldozer &
Excavator
Excavator
Vegetasi
Hutan sekunder,
semak belukar
Hutan primer
Hutan primer,
sekunder, semak
belukar
Hutan primer,
sekunder, semak
belukar
Topografi
Gelombang, darat, datar
Datar, gelombang
Bukit, gelombang
Rendahan, gambut
Pelaksanaan perun mekanis
1) Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan
pengumpulan
atau
perumpukan
kayu
diatur
dalam
gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan
harus diletakkan rata di permukaan tanah
9
10. 2) Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau
buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan
tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
2.2.4 Pedoman Pelaksanaan
a.
Hutan Primer
1) Cara yang digunakan : Manual atau mekanis
2) Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :
Uraian
Manual
Alat
Babat/Imas
Parang panjang
Menumbang
Gergaji rantai, kampak
Merencek
Parang + kampak,
gergaji
Merumpuk
Membersihkan jalur
Cangkul
Jumlah
Keb. HK (HK/ha)
20-25
30-60
40-50
10-15
20
120-160 HK
Mekanis
Alat
Keb. HK / JKT
Parang
20-25 HK
Buldozer
10-14 JKT
Gergaji rantai
40-50
Buldozer
7-9 JKT
Buldozer
8 JKT
(60-75 HK) + (25-32 JKT)
HK
: Hari Kerja
JKT
: Jam Kerja Traktor
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa
sawit (2004)
b.
Hutan Sekunder
1.
Cara yang digunakan : manual atau mekanis
2.
Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan
sekunder :
Uraian
Manual
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Parang
15-20
Gergaji rantai
25-35
Babat/Imas
Menumbang
10
11. Merencek
Merumpuk
Membersihkan
areal
Jumlah
Parang + gergaji
Cangkul
20-30
10-12
15-20
85 - 117 HK
Mekanis
Alat
Keb. HK / JKT
Parang
15-20 HK
Buldozer
8-12 JKT
Gergaji rantai
20-30
Buldozer
4-6 JKT
Buldozer
6 JKT
(35-55 HK) + (18-24 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa
sawit (2004)
c.
Semak Belukar
1.
Cara yang digunakan : manual atau mekanis
2.
Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak
belukar:
Uraian
Manual
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Parang
20-25
Parang + gergaji
15-20
10-15
Cangkul
20
Babat/Imas
Merencek
Merumpuk
Membersihkan
jalur/areal
Jumlah
Alat
Parang
Parang
65-80 HK
Mekanis
Keb. HK / JKT
15-20 HK
15-20 HK
Buldozer
4-6 JKT
(30-40 HK) + (4-6 JKT)
11
12. Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa
sawit (2004)
Ketentuan pemerintah UU no 32
Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup sesuai pasal 108 berbunyi : Setiap orang yang
melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2.3
Pembukaan Lahan untuk Perkebunan Sawit
Metode pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit umumnya
sama dengan cara pembukaan lahan untuk perkebunan yang lain. Seperti
melakukan pengukuran batas areal dan penumbangan pohon.
2.3.1. Pengukuran Batas Areal
a.
Pengukuran dimulai dengan penentuan batas areal, setelah itu
dibuat rintisan untuk jalur pengukuran dan pemasangan patok.
b.
Patok yang dicat putih dipasang setiap jarak 25 m dan patok
merah dipasang di setiap sudut batas areal.
c.
Tinggi patok harus minimum 1 meter dari permukaan tanah.
2.3.2. Penumbangan Pohon
Penumbangan dilakukan dengan menebang pohon kayu.
a.
Untuk pohon yang berdiameter 10 cm ditebang terlebih
dahulu. Peralatannya berupa kapak, gergaji rantai(chainsaw),
dan bulldozer. Alat ini dapat meratakan tanah pada kemiringan
tanah kurang dari 15%.
b.
Sedangkan untuk pohon-pohon yang berdiameter antara 10-30
cm ditebang setelah pohon yang berdiameter sebelumnya
dengan alat yang sama.
c.
Untuk batang pohon atau kayu yang dapat dimanfaatkan
dipotong-potong oleh gergaji rantai lalu dikumpulkan pada
12
13. empat yang mudah dijangkau oleh alat transportasi untuk
diangkut kemudian diproses.
Menumbang pohon dilakukan arah utara - selatan pada areal
datar, penumbangan pohon kearah jurangan atau rendahan pada areal
bergelombang berbukit.
2.4
Pembukaan Lahan Perkebunan Sawit tanpa Pembakaran Hutan
Pembukaan lahan tanpa bakar adalah salah satu kegiatan pembersihan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit dengan tahapan-tahapan pekerjaan
yang diawali dengan menentukan batas area calon kebun, pekerjaan
penumbangan pohon sehingga jadwal tahapan kerja harus dilaksanakan
sesuai waktunya.
Pada perkebunan besar, pembukaan hutan pada umumnya dilakukan
dengan cara mekanis menggunakan alat alat berat.
Namun bisa juga membuka hutan dengan cara manual apabila tegakan
pohon kecil dan kerapatannya ringan. Semua bekas tebangan tidak boleh di
bakar.Udara bersih yang bebas dari pencemaran asap merupakan manfaat
utama dari pembukaan hutan dengan teknik tanpa bakar, disamping adanya
peningkatan kandungan bahan organik dan anorganik sebagai akibat
pembusukan kayu secara alami. Dengan peningkatan kandungan bahan
organik dan anorganik tanah, maka akan meningkatkan kesuburan fisik dan
kimia tanah, misalnya perbaikan tekstur tanah, meningkatnya kapasitas
penahanan air dan kapasitas tukar kation, menurunkan plastisitas tanah dan
kohesi tanah serta meningkatkan kandungan hara
2.4.1. Keuntungan Pembukaan Lahan tanpa Bakar
Keuntungan pembukaan lahan tanpa bakar antara lain adalah :
a.
Melindungi humus dan mulsa yang sudah terbentuk bertahuntahun.
b.
Mempertahankan kelembaban tanah.
c.
Menjaga pH tanah.
d.
Mempertahankan kesuburan tanah.
e.
Mempertahankan kelestarian lingkungan dari polusi udara.
13
14. f.
Mereduksi emisi efek rumah kaca terutama CO2.
g.
Penanaman
sawit
dapat
dilakukan
1-2
bulan
setelah
penumbangan dan penumpukan.
2.5
Syarat Pembukaan Lahan Kebun Sawit
ISPO (Indonesian Sustainability Palm Oil) adalah suatu kebijakan yang
diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian yang
bertujuan meningkatkan daya saing minyat sawit Indonesia di pasar dunia
serta ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden
Republik
Indonesia
untuk
mengurangi
gas
rumah
kaca
serta
memberiperhatian terhadap masalah lingkungan. ISPO dibentuk pada tahun
2009 oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua pihak
pengusaha kelapa sawit memenuhi standar pertanian yang diizinkan. ISPO
merupakan standar nasional minyak sawit pertama bagi suatu negara, dan
negara lain kini mencoba mempertimbangkan untuk mengimplementasikan
standar serupa di antara produsen minyak sawit.
Beberapa hal yang diterapkan dalam pembukaan lahan kelapa sawit
baru sesuai prinsip ISPO yaitu:
a.
Tersedia SOP/ Instruksi atau prosedur teknis pembukaan lahan baru
kelapa sawit.
b.
Pembukaan lahan dilakukan tanpa bakar dan memperhatikan konservasi
lahan.
c.
Sebelum pembukaan lahan dilakukan, pelaku usaha wajib melakukan
studi kelayakan dan AMDAL.
d.
Lahan tidak dapat ditanami dengan kemiringan < 30%, lahan gambut
dengan kedalaman < 3 meter dan hamparan lebih dari 70%; lahan adat,
sumber air, situs sejarah dan sebagainya tetap dijaga kelestariaanya.
e.
Untuk pembukaan lahan gambut hanya dilakukan pada lahan kawasan
budidaya dengan ketebalan gambut 3 meter, kematangan saprik
(matang) dan hemik (setengah matang) dan di bawah gambut bukan
merupakan lapisan pasir kuarsa atau lapisan tanah sulfat asam serta
mengatur drainase untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
14
15. f.
Khusus untuk lahan gambut harus dibangun sistem tata air (water
management) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g.
Pembuatan sarana jalan, terasering, rorak, penanaman tanaman penutup
tanah dalam rangka konservasi lahan.
h.
Tersedianya rencana kerja tahunan (RKT) pembukaan lahan baru.
i.
Kegiatan pembukaan secara terdokumentasi (dan pernyataan pelaku
usaha bahwa pembukaan lahan dilakukan tanpa bahan bakar).
15
16. BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Masalah Pembukaan Lahan untuk Kebun Sawit
Berbagai penelitian dan kajian, baik dari luar maupun dalam negeri,
berbicara mengenai perkebunan kelapa sawit. Banyak pendapat kontra yang
beredar dengan mengedepankan isu lingkungan dan kesehatan. Namun
pendapat dan pembelaan yang pro, terutama dari pelaku perkebunan sawit,
juga tidak kalah dibicarakan.
Kita harus meletakkan permasalahan pada porsinya dan melihat apa
yang bisa dilakukan untuk meminimalisir masalah tersebut. Secara jujur
juga diakui bahwa perkebunan kelapa sawit berdampak terhadap lingkungan
hidup. Namun pernyataan bahwa perkebunan kelapa sawit menyerap tenaga
kerja dan berperan dalam ekonomi kita juga merupakan fakta yang tidak
bisa kita singkirkan begitu saja.
3.1.1 Kerusakan Lingkungan
Budidaya tanaman kelapa sawit menerapkan sistem monokultur
yang mensyaratkan pembersihan awal pada lahan yang akan
digunakan
(land
clearing).
Secara
ekologis,
memang
pola
monokultur lebih banyak merugikan karena pengembangan tanaman
tersebut akan berdampak pada penghilangan atau pengurangan
tanaman lain.
Jika lahan baru yang dibuka berupa hutan, maka tentu saja akan
berdampak
pada
keanekaragaman
berkurangnya
hayati
yang
atau
sudah
bahkan
ada
hilangnya
sebelumnya.
Keanekaragaman hayati membentuk ekosistem yang kompleks dan
saling melengkapi, gangguan atas ekosistem tentu akan mengganggu
keseimbangan alam, misalnya pada hilangnya aktor-aktor alam yang
berperan dalam rantai makanan. Kehilangan satu aktor yang ada
pada rantai makanan dalam posisi lebih tinggi dari aktor lainnya
akan menyebabkan peningkatan populasi aktor dibawahnya tanpa
16
17. dikontrol oleh predator alami yang ada di atasnya. Bisa dibayangkan
jika ledakan populasi itu merupakan ancaman bagi populasi lain.
Contoh paling gampang adalah populasi yang mengganggu dan
kemudian disebut hama.
Pada beberapa kasus, pembukaan lahan hutan, tidak hanya lahan
sawit, diikuti dengan pembakaran untuk mempercepat proses land
clearing. Kasus asap yang muncul dari kebakaran (atau pembakaran)
hutan sangat sering muncul beberapa waktu lalu dan kita semua
sudah tahu dampaknya.
Adapun untuk lahan yang sudah beroperasi, kegiatan pertanian
dan perkebunan, seperti aktivitas pemupukan, pengangkutan hasil,
termasuk juga pengolahan tanah dan aktivitas lainnya, secara
kumulatif telah mengakibatkan tanah mengalami penurunan kualitas
(terdegradasi), karena secara fisik, akibat kegiatan tersebut
mengakibatkan tanah menjadi bertekstur keras, tidak mampu
menyerap dan menyimpan air. Penggunaan herbisida dan pestisida
dalam kegiatan perkebunan akan menimbun residu di dalam tanah.
Demikian juga dengan pemupukan yang biasanya menggunakan
pupuk kimia dan kurang menggunakan pupuk organik akan
mengakibatkan pencemaran air tanah dan peningkatan keasaman
tanah.
Tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang rakus air.
Ketersediaan air tanah pada lahan yang menjadi perkebunan kelapa
sawit tersebut akan semakin berkurang. Hal ini akan mengganggu
ketersediaan air, tidak hanya bagi manusia namun bagi tanaman itu
sendiri. Dengan berkurangnya kuantitas air pada tanah dapat
menyebabkan para petani akan sulit mengembangkan lahan
pertanian pasca lahan perkebunan kelapa sawit ini beroperasi.
Jika dibiarkan tanpa antisipasi atas dampak jangka panjang,
maka lahan demikian akan menjadi terlantar dan pada akhirnya akan
menjadi lahan kering juga gersang yang terbengkalai.
17
18. Contoh kasus adalah pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu
perusahaan perkebunan sawit PT. Suryamas Cipta Perkasa (SCP) di
Kalimantan Tengah. Perusahaan tersebut telah membuka perkebunan
kelapa sawit dengan melanggar sejumlah aturan pemerintah, akses
ke sumber daya alam, dan manajemen lingkungan. Yang berdampak
langsung ke wilayah lahan dan hutan gambut seluas 23.000 hektar,
merusak pola hidup masyarakat lokal, membahayakan habitat
orangutan, dan melepas jutaan ton karbon ke udara.
Tercatat, PT SCP sudah merusak hutan yang berisi
kayu-kayu yang bernilai ekonomis bagi Indonesia,
perusahaan ini juga merusak lahan yang merupakan rumah
bagi sekitar 200 orangutan Kalimantan, Mereka bahkan
membayar orang untuk membunuh dan memburu
orangutan, PT SCP juga mengusir warga desa Paduran
Sebangau dari wilayah mereka dan tidak membayar ganti
rugi yang dijanjikan, Tahun 2012 ini kanal-kanal yang
dibangun oleh PT SCP juga telah menyebabkan banjir di
berbagai wilayah sekitar perkebunan.1
3.1.2 Konflik Agraria dan Sumber Daya Alam
Perkebunan
kelapa
sawit
menduduki
peringkat
pertama
penyebab konflik sumber daya alam dan agraria yang terjadi di
Indonesia saat ini.
Peta potensi kelompok yang berkonfik juga sangat beragam.
Ada konflik antara masyarakat adat dengan perkebunan, karyawan
dengan perusahaan dan pemilik lahan dengan pemerintah. Selain itu,
konflik juga bisa melebar menjadi masyarakat dengan pemerintah,
perusahaan dengan pemerintah, masyarakat dengan masyarakat,
masyarakat dengan LSM dan LSM dengan pihak perusahaan. Variasi
konflik yang sangat kompleks itu masih bisa ditambah lagi dengan
konflik perusahaan dengan perusahaan jika menyangkut pemberian
izin lahan yang tumpang-tindih, baik usaha perkebunan dengan
1
http://www.mongabay.co.id/2012/07/12/laporan-pt-scp-sulap-22-000-hektar-hutan-kaltengjadi-kebun-sawit-tanpa-izin/
18
19. perkebunan, usaha perkebunan dengan pertambangan maupun usaha
perkebunan dengan kehutanan. Dan akan makin kompleks lagi jika
perusahaan yang berkonflik merupakan perusahaan multinasional.
Peraturan-peraturan yang berbeda-beda antara pemerintah
provinsi dan kabupaten dengan intepretasi yang beragam juga turut
memicu munculnya konflik. Adanya peraturan di tingkat provinsi,
belum lagi perda di tingkat kabupaten, kesemuanya belum tentu
sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat. Kondisi ini jelas
membuka ruang konflik. Selain itu, pengawasan pemerintah di
dalam perkebunan ini relatif kurang. Yang rajin dilakukan
pemerintah justru penerbitan surat izin, tapi jarang berani mencabut
izin pada perkebunan yang tidak melaksanakan ketentuan. Masih
dalam urusan peraturan, perubahan peruntukan lahan sering berubah
juga dapat menimbulkan masalah sendiri. Misalnya lahan tersebut
merupakan lahan perkebunan, tetapi muncul kebijakan baru yang
menetapkan bahwa lahan tersebut adalah lahan lindung.
Banyak perusahaan perkebunan juga membuat konflik itu
sendiri, seperti sosialisasi tidak dilakukan dengan baik dan optimal
kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Pemahaman sosial
budaya setempat dan penyelesaian masalah pembelian lahan
masyarakat yang juga tidak dilakukan dengan baik. Keterlambatan
pengelolaan kebun ditambah dengan pembangunan kebun plasma
dimana perusahaan itu lebih memprioritaskan pembangunan kebun
inti daripada plasmanya.
Dampak langsung ke masyarakat dapat berupa terancamnya,
bahkan hilangnya sumber-sumber produksi seperti lahan-lahan
pertanian, tempat mencari ikan maupun hasil-hasil hutan baik kayu
maupun non kayu,
penggusuran paksa pemukiman, konflik
horizontal antar warga, hilangnya situs maupun eksistensi sosial
budaya setempat dan penangkapan dan kriminalisasi masyarakat dan
tokoh adat maupun pencemaran lingkungan yang berdampak
penyakit dan terganggunya ekosistem. Jika konflik terjadi pada saat
19
20. sudah beroperasi, maka masalah baru seperti menumpuknya hutang
petani PIR perkebunan kelapa sawit akibat cicilan yang tidak
disetorkan perusahaan dan sebagainya.
Dampak ke perusahaan adalah terganggunya operasional
perusahaan yang tentu saja berdampak pada kerugian atau
berkurangnya keuntungan, tekanan dari berbagai pihak yang dapat
berujung pada penghentian usaha. Dan tentu saja ini tidak hanya
merugikan pengusaha itu sendiri, tetapi juga mempengaruhi banyak
pihak lain. Pekerja kehilangan pekerjaan karena PHK diikuti dengan
masalah kerawanan sosial yang bisa saja timbul sebagai dampaknya,
lahan menjadi terlantar dan berdampak pada lingkungan tanpa
pengembalian ke fungsi awal sebelum menjadi perkebunan serta
hilangnya pendapatan negara baik dalam bentuk PAD maupun
pajak-pajak.
3.2. Peran Pemerintah terhadap Pembukaan Lahan Kebun Sawit
Melihat dari beberapa kasus mengenai pembukaan lahan yang terjadi,
contohnya oleh PT. Suryamas Cipta Perkasa di Kalimantan Tengah, terlihat
bahwa hukum yang ada di Indonesia belum terlaksana dengan benar.
Otoritas birokrasi yang ada di level lokal masih memprioritaskan tetap
beroperasinya perkebunan dibanding penegakan hukum.
Padahal perusahaan tersebut telah melakukan beberapa pelanggaran,
seperti mendapatkan Izin Usaha Perkebunan (IUP) tanpa melalui proses
AMDAL terlebih dahulu, beroperasi di lahan gambut dengan ketebalan
melebihi dari peraturan yang ada yaitu 3 meter, beroperasi tanpa Izin
Pelepasan Hutan, tanpa Izin Pemanfaatan Kayu, diluar batas konsesi
perkebunan, dan melakukan pembukaan lahan dengan pembakaran hutan.
Namun, kendati semua pelanggaran ini telah terjadi, tidak ada proses
penuntutan yang terjadi terhadap PT SCP.
Gubernur Kalimantan Tengah, teras Narang sendiri sudah
berkali-kali meminta bupati Pulang Pisau untuk menyelesaikan
masalah AMDAL PT SCP ini. Bulan Maret 2010, gubernur sudah
20
21. menyurati bupati Pulang Pisau perihal masalah ini, dan meminta
agar PT SCP memenuhi tenggat waktu penyerahan AMDAL, atau
perusahaan ini akan dianggap melanggar UU No.32/2009, dimana
perusahaan atau perorangan yang melakukan aktivitas di hutan
negara tanpa AMDAL dan izin akan dipenjara dan didenda antara
Rp 1 MIliar hingga 3 Miliar rupiah. Namun hingga April 2011,
PT SCP tidak juga memenuhi syarat AMDAL ini.
Hingga Oktober 2011, pemerintah masih tak bisa berbuat
banyak untuk menghukum PT SCP. Kesimpulan sementara,
situasi PT SCP yang beroperasi di Kabupaten Pulang Pisau sudah
diketahui oleh berbagai level otoritas pemerintah di Indonesia.
Namun sekali lagi, tidak ada tindakan, dan tidak ada hukuman
bagi PT SCP.2
Tetapi berdasarkan laporan yang ada, pemerintah sendiri belum bisa
mengambil langkah lebih jauh. Salah satunya, adalah ketiadaan koordinasi
antara Kementerian Kehutanan RI dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Kedua agen pemerintahan ini pergi ke lapangan untuk melakukan
pengecekan, namun tidak berbagi data dan bahkan tidak saling
berkomunikasi perihal penyelesaian masalah ini.
Masalah lain yang tak kalah krusial adalah ketiadaan harmoni antara
peta Tata Ruang Wilayah yang dimiliki oleh Kementerian Kehutanan RI
dan pemerintah lokal di level kabupaten, membuka celah pelanggaran
hukum bagi pengusaha nakal seperti PT Suryamas Cipta Perkasa.
Sayang sekali, masalah yang telah mengorbankan hutan dan warga
negara Indonesia di level terbawah, justru terhambat lemahnya koordinasi
antar-lembaga yang memiliki otoritas untuk menyelesaikan masalah ini.
Jadi dilihat dari contoh kasus di atas, dapat dilihat bahwa pemerintah
masih kurang bisa dalam mengatasi masalah pembukaan lahan yang ada.
Tetapi bukan berarti Pemerintah akan berhenti berusaha dalam
menyelesaikan
masalah-masalah
tersebut.
Karena
menurut
Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam acara Forum Kerja Sama
Ekonomi Asia Pasifik (APEC) beberapa bulan lalu akan mulai menolak
permohonan investasi berupa pembukaan lahan kebun kelapa sawit baru.
2
http://www.mongabay.co.id/2012/07/12/laporan-pt-scp-sulap-22-000-hektar-hutan-kaltengjadi-kebun-sawit-tanpa-izin/
21
22. Pelaku industri diharapkan meningkatkan produktivitas lahan yang sudah
ada.
Kebijakan ini diambil setelah BKPM memutuskan mementingkan aliran
modal yang bisa melindungi kondisi lingkungan Tanah Air. Artinya,
penduduk sekitar kebun sawit juga harus diuntungkan, bukan cuma para
pemodal besar.3
3
http://www.merdeka.com/uang/pemerintah-tutup-pintu-investasi-pembukaan-lahan-sawitbaru.html
22
23. BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pengembangan komoditi kelapa sawit yang dilakukanpemerintah
Indonesia secara massif menyisakan banyakpersoalan. Karena seiring
dengan
pembukaan
lahan
kelapa
sawitsecara
besar-besar,
akan
menimbulkan berbagai persoalanlingkungan terkait musnahnya hutan hujan
tropisIndonesia serta musnahnya berbagai spesies endemik diberbagai
daerah.
Selain itu, pembukaan perkebunan sawit tak jarangmemicu munculnya
persoalan serius yang dialami olehmasyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
perkebunan.Persoalan
yang
sering
muncul
antara
lain
berupa
terjadinyapencemaran sumber air akibat tercemar limbah kebun sawit,
penurunan kualitas dan entitas air yang terusberlangsung hingga sekarang.
Padahal, berkurangnyapotensi air akan berdampak besar terhadap berbagai
aktivitasmasyarakat, termasuk untuk sektor pertanian.
Karena tak bisa dipungkiri, dengan adanya pembukaanperkebunan
kelapa sawit dalam skala besar akan memicuterjadinya lingkungan yang
tidak sehat. Penyebabnyabisa dikarenakan oleh penggunaan pupuk kimia
dan pestisida yang diserap oleh tanah. Sisa pupuk ini kemudianakan
mengalir ke sungai-sungai dan ini akan menimbulkan dampak buruk bagi
masyarakat yang hidupdi sepanjang bantaran sungai. Karena air sungai
tersebutbiasanya dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.
Melihat kondisi seperti itu, maka sangat menyedihkanketika sebagian
besar masyarakat di sekitar perkebunankelapa sawit melepaskan lahan
mereka
untuk
melepaskan
dikonversimenjadi
lahansetelah
lahan
mendapat
sawit.
iming-iming
Seringkali
dan
mereka
propaganda
bahwaperusahaan sawit dapat mensejahterakan masyarakat.Mereka tidak
tahu jika dampak buruknya nanti juga akanmenimpa mereka yang berada di
sekitar lokasi akibat kehancuranekosistem.
23
24. Tidak hanya itu, pembukaan lahan sawit ini juga akanmenimbulkan
ancaman terhadap sumber daya alam dankearifan lokal, serta hilangya tanah
adat. Dengan kata lain,ruang kelola masyarakat lokal atas lahan untuk
berladangdan
berkebun
akan
semakin
menyempit.
Akhirnya,
merekakesulitan memenuhi kebutuhan pokok dan terpaksa menjadiburuh di
perusahaan perkebunan bekas tanah merekasendiri.
Secara garis besar pembukaan perkebunan kelapa sawit akan
mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan, bencanabanjir, kesulitan air
bersih dan pencemaran air, penurunantingkat kesuburan tanah, serta
penurunan
tingkatkeanekaragaman
hayati
oleh
kerusakan
kawasan
hutan.Dan yang akan merasakan langsung dampaknya adalahmasyarakat
lokal yang selama ini tinggal di sekitar lokasiperkebunan kelapa sawit.
Sehingga ke depan diperlukansebuah pola pengelolaan lingkungan yang arif
dan ramahlingkungan serta tidak mengesampingkan keberadaanmasyarakat
lokal.
4.2. Saran
Kita harus mempertimbangkan ulang pembukaan hutan, terutama pada
hutan-hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan di masa mendatang
diproyeksikan sebagai sumber air untuk infrastruktur pendukung pertanian
seperti waduk. Namun memang diperlukan sinergi supaya semua kebijakan
tersebut dapat saling topang.
Konservasi hutan dalam jangka panjang akan membantu konversi balik
lahan sawit menjadi lahan pertanian jika pasokan air yang mencukupi dari
hutan yang terkonservasi dapat dijaga. Atau dalam konteks perkebunan
kelapa sawit itu sendiri, pasokan air yang mencukupi akan membantu
pertumbuhan tanaman kelapa sawit dalam hal ketersediaan air dalam jangka
panjang.
Demikian juga penggunaan masif pupuk kimia harus mulai dikombinasi
dengan pupuk organik berbasis bioteknologi yang memiliki kadar mikroba
penyubur/pembenah tanah. Penggunaan pupuk kimia yang lebih berorientasi
pada pertumbuhan tanaman harus dikombinasi dengan pupuk organik yang
24
25. berorientasi pada kesuburan tanah dengan menjaga proses biologi dan kimia
tanah tetap berlangsung. Kesuburan tanah diharapkan bisa tetap terjaga
sehingga tidak hanya menguntungkan bagi tanaman, namun mencegah
proses penggurunan yang terjadi.
Sedangkan dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan agraria sebaiknya
dimulai dengan mencari akar masalah yang menjadi sumber konflik utama,
yang kemudian harus segera diperbaiki, terutama dari sisi aturan-aturan.
Kebijakan tata ruang harus dipertegas pelaksanaannya sehingga tercipta
kejelasan mengenai peruntukan atas tanah dan sumber daya alam yang ada.
Kebijakan ini harus melihat fakta saat ini dan situasi sosial budaya yang
melingkupi tanah dan sumber daya alam tersebut. Jika kebijakan tersebut
belum bercermin pada kedua hal di atas, maka sudah saatnya dilakukan
perbaikan agar konflik yang tidak perlu tidak terjadi.
Demikian juga dengan kekuasaan daerah dalam memberikan ijin-ijin
pengelolaan agraria dan sumber daya alam harus diformulasi ulang agar
dapat dicari solusi kompensasinya sehingga tidak mengeksploitasi wilayah
mereka tanpa melihat kepentingan nasional yang lebih besar.
25
26. DAFTAR PUSTAKA
Pembukaan Areal. (2010). Dipetik October 2013, dari Membangun Perkebunan
Sawit: http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/pembukaanareal.htm
Harahap, S. (2013, October). 9 Syarat Pembukaan Lahan Kebun Sawit Menurut
ISPO. Dipetik November 2013, dari Auditable:
http://auditable.blogspot.com/2013/10/9-syarat-pembukaan-lahan-kebunsawit.html#.Uoj-fuJaeH5
Malangyudo, A. (2011, Maret). Pembukaan Lahan Untuk Kelapa Sawit. Dipetik
November 2013, dari The Oil Palm Planters:
http://arieyoedo.blogspot.com/2011/03/tanya-jawab-kebun-kelapa-sawit2.html
Mohamad, A. (2013, October 4). Pemerintah tutup pintu investasi pembukaan
lahan sawit baru. Dipetik November 6, 2013, dari Merdeka:
http://www.merdeka.com/uang/pemerintah-tutup-pintu-investasi-pembukaanlahan-sawit-baru.html
Rs., R. (2013, Juni). Masalah Kelapa Sawit Indonesia: Lingkungan, Ketahanan
Pangan dan Konflik Agraria. Dipetik November 2013, dari Kompasiana:
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/06/27/masalah-kelapasawit-indonesia-lingkungan-ketahanan-pangan-dan-konflik-569048.html
Warsi, K. K. (2013, January). Perkebunan Sawit dan Kerusakan Lingkungan.
Dipetik November 2013, dari Warsi:
http://warsi.or.id/hamparan/download/Brief_201301.pdf
Wihardandi, A. (2012, July 12). Laporan: PT SCP Sulap 23.000 Hektar Hutan
Kalteng Jadi Kebun Sawit Tanpa Izin. Dipetik October 2013, dari Mongabay:
http://www.mongabay.co.id/2012/07/12/laporan-pt-scp-sulap-22-000-hektarhutan-kalteng-jadi-kebun-sawit-tanpa-izin/
Wikipedia. (t.thn.). Kelapa Sawit. Dipetik November 2013, dari Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit
26
27. LAMPIRAN
Gambar 1 Lokasi perkebunan PT
Suryamas Cipta Perkasa. Foto:
EIA/Telapak
Gambar 2 Proses perusakan hutan oleh
PT SCP. Foto: EIA/Telapak
Gambar 3 Salah satu area hutan yang baru 'dibersihkan'
oleh PT SCP. Foto: EIA/Telapak
27