Dokumen tersebut menggambarkan karir berhasil Dadang Solihin sebagai pejabat senior di Kementerian PPN/Bappenas dan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata. Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang pembangunan dan berhasil meraih gelar doktor, serta menduduki berbagai posisi senior di Bappenas selama lebih dari 7 tahun berkat kerja keras, ketekunan belajar, dan taat pada aturan. Pengal
Mulusnya Karier dengan Keyakinan Kuat dan Taat Aturan
2. pendidikannya ekonomi pembangunan, S1-
nya sesuai banget. Dulu tuh saya suka aneh,
waktu di Unpar, saya suka disuruh dosen
untuk mempelajari Repelita yang bukunya
tebal-tebal. Membacanya juga ngantuk,
isinya juga kata-kata dan angka tentang
pembangunan. Jadi, waktu diterima di
Bappenas, ya sesuai banget,” kelakarnya.
Kerja keras dan ketekunan
Dadang mengantarkannya menempuh
pendidikan S2 di University of Colorado
at Denver pada tahun 1995-1997 jurusan
Development Economics. Sekembalinya ke
tanah air, ayah tiga orang anak ini menjabat
sebagai Kepala Sub Bagian Bantuan
Pembangunan Daerah Tingkat II dan Desa
Direktorat Regional Bappenas. Setelah dua
tahun menjabat, Dangsol ditunjuk sebagai
Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan
Aparatur Pemerintah Daerah. Ia
mengemban jabatan di Direktorat Regional
hingga 2002.
Usaha memang tidak akan
mengkhianati hasil. Ketaatan dan prinsipnya
untuk selalu mematuhi aturan berhasil
membawanya ke posisi Direktur Sistem dan
Pelaporan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Bappenas pada 2007. “Tentu saja, sebagai
makhluk yang beragama, jangan lupa selalu
beribadah karena hanya Allah pelindung
kita. Ada berbagai aturan tentang PNS yang
juga mengatur kita. Taati saja peraturan,
pasti semua akan berjalan dengan baik.
Bagi seorang PNS di Indonesia, apalagi
teman-teman di Bappenas, K/L pusat, untuk
mencapai level Eselon I dengan selamat
tanpa ditangkap Komisi Pemberantasan
Korupsi itu adalah suatu perjuangan yang
luar biasa karena godaannya sangat besar,”
kisahnya.
JEJARING
Dangsol, begitulah sapaan akrab
pria kelahiran 6 November 1961
ini. Dadang Solihin memulai
karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di Kementerian PPN/Bappenas pada awal
1988. Sebelumnya, setelah menyelesaikan
pendidikan Studi Pembangunan di
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
pada pertengahan 1986, Dangsol sempat
bekerja di proyek Bank Dunia sebelum
mengabdi di Kementerian PPN/Bappenas.
Walaupun bukan lulusan perguruan tinggi
negeri, Dangsol sangat percaya diri untuk
membaur, tidak ada kata minder dalam
kamus hidup pria yang kerap dijuluki “Si
Akang” ini. “Seangkatan saya, mungkin
cuma saya yang dari perguruan tinggi
swasta, selebihnya rombongan dari ITB, UI,
Unpad, UGM, IPB. Di awal-awal, meskipun
dari mana-mana, tapi kan saya lihat dia dari
Bandung, Bogor, jadi teman semua lah.
Dulu sih merasa aduh gimana, Tapi ya, itu
kenangan manis saja,” kenangnya.
Kepercayaan diri tersebut datang
dari bekal pendidikan
yang sesuai dengan
bidang pekerjaan di
Kementerian PPN/
Bappenas. “Saya
Belum genap setahun menjabat
posisinya tersebut, ia mengajukan diri
untuk menempuh pendidikan S3 Ilmu
Pemerintahan di Universitas Padjadjaran.
Sembari menyelesaikan studi, pada 2008,
kariernya berlanjut sebagai Direktur Evaluasi
Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD).
Ketekunan dan kerja keras menuntut
ilmu sekaligus mengabdi pada bangsa
dan negara terbayar saat Dangsol berhasil
meraih gelar doktor di bidang Ilmu
Pemerintahan di 2011.
Perjalanan karier pria yang
gemar berolahraga ini juga diwarnai
dengan segudang kiprah perencanaan
pembangunan, mulai dari penyusunan
Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) V, Repelita VI, Program
Pembangunan Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005-2025, hingga Rancangan Teknokratik
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional IV 2020-2024. Tidak hanya
itu, Dangsol berhasil menjadi peserta
terbaik dalam pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan di Lembaga Administrasi
Negara. Penghargaan Wibawa Seroja
Nugraha sebagai lulusan terbaik juga
disematkan Lembaga Ketahanan Nasional
kepada pria yang sangat peduli terhadap
dunia akademisi ini. Kepeduliannya juga
mengantarkan Dangsol menjadi Rektor
Universitas Darma Persada, tempatnya
mengajarkan ilmu, gagasan, dan pemikiran
tentang ekonomi pembangunan, public
administration, dan perencanaan kebijakan.
Kegemarannya belajar dan
membaca rupanya membuat Dangsol
mulai tertarik dengan fakta bahwa sebuah
budaya dapat diubah. Ia mencontohkan
MULUSNYA KARIER DENGAN
KEYAKINAN KUAT DAN TAAT ATURAN
DADANG SOLIHIN - DEPUTI GUBERNUR DKI JAKARTA
BIDANG BUDAYA DAN PARIWISATA
KABAR BAPPENAS / E D I S I 1 / 2 0 2 0
26
3. JEJARING
Meskipun jabatannya kali ini
berbeda dengan tugasnya selama di
Kementerian PPN/Bappenas, Dangsol
mengaku pengalaman bekerja di bidang
perencanaan sangat membantu dalam
tugasnya sekarang. “Misalnya, Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pelestarian Kebudayaan Betawi, Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Kepariwisataan, dan sebagainya, kita
punya Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah yang memuat dengan
jelas tentang pembangunan budaya dan
pariwisata. Kemudian ada Rencana Strategis
oleh dinas yang menangani kebudayaan
dan dinas yang menangani pariwisata. Itu
semua sudah terencana, tinggal bagaimana
kita mengawal program yang sudah
direncanakan tersebut untuk mencapai
tujuan tadi. Kebetulan di Bappenas juga
saya lama menjadi Direktur Evaluasi Kinerja
Pembangunan Daerah, jadi berpikirnya
bagaimana mengevaluasi berdasarkan
indikator-indikator kinerjanya,” jelasnya.
Saat ini, Covid-19 yang
berdampak sangat besar pada sektor
pariwisata menjadi salah satu tantangan
utama Dangsol. Meski begitu, dengan
pengalaman perencanaan mumpuni
selama mengabdi di Kementerian PPN/
Bappenas, ia tak lantas hanya melihat sisi
kerugian yang harus ditanggung, tetapi
juga melihat hikmah dari pandemi yang
mampu menimbulkan dampak positif bagi
pariwisata di masa depan. “Ketika Covid-19
ini, siapkan semuanya dengan new normal,
adaptasi sebaik-baiknya dengan protokol
Covid-19. Kita siapkan juga destinasi wisata
ketika nanti Covid-19 sudah tidak ada. Kan
luar biasa, ternyata ini sekarang planet bumi
sedang membersihkan diri. Polusi turun,
pemanasan global turun. Itu suatu yang
positif untuk pariwisata. Nanti, kita akan
menemukan hal yang akan dimiliki kembali:
destinasi-destinasi wisata yang bersih, segar
dan alami,” urainya berbinar.
Dangsol berpesan untuk
selalu melakukan perencanaan dengan
mempertimbangkan fenomena disruption,
sebuah hukum alam yang mengatakan
bahwa yang sudah usang itu akan
hilang dan jika sudah tidak diperlukan,
itu akan musnah. Ada empat penyebab
terjadinya disruption, yaitu kondisi Volatile,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity
yang menggambarkan sesuatu yang pasti,
yaitu ketidakpastian itu sendiri. “Jadi,
bagaimana kita merencanakan sesuatu
dengan dinamika yang tinggi banget.
Jangan dokumennya yang itu-itu saja,
tidak pernah direvisi, sementara dunia ini
berubah. Seperti misalnya RPJMN, baru
dibikin, lalu ada Covid-19. Kemudian
Bappenas langsung membuat RPJMN rasa
Covid-19, itu bagus,” pujinya.
Ia berharap, Kementerian PPN/
Bappenas dapat menjadi institusi yang
perannya selalu diperlukan negara ini untuk
membangun bangsa, menuju cita-cita masa
depan. “Bappenas harus menjadi sumber
mata air perencanaan pembangunan
bangsa ini. Jangan hanya merumuskan cita-
cita bangsa dan negara, tapi bagaimana
kita juga mengawalnya, malah bukan
hanya mengawal, tapi juga memberikan
bimbingan kepada teman-teman di
pemerintah daerah sehingga cita-cita
nasional itu tercapai dan semua itu rely on
Bappenas supaya tidak terjadi disruption,”
tutupnya.
tentang perubahan budaya masyarakat
Jepang, di mana dulunya bangsa Jepang
adalah bangsa yang terkenal dengan
sikap indisipliner dan kemalasan.
Ternyata, budaya buruk tersebut dapat
diubah dengan dibuatnya peraturan
dan pemaksaan dari pemerintahnya.
“Ada penulis Dr. Susy Ong dari UI, beliau
menulis buku Shakai Kaizo - Seratus Tahun
Reformasi Jepang dan buku Seikatsu
Kaizen: Reformasi Pola Hidup Jepang.
Buku-buku tersebut banyak mengulas
tentang bagaimana revolusi budaya
Jepang, bagaimana budaya itu diubah,
dan bagaimana mengubah budaya itu
bisa dengan tiga cara sederhana, misalnya
how to learn, how to unlearn, and how
to relearn,” jelasnya. Ketiga cara tersebut
dimanifestasikan menjadi mempelajari
budaya yang baik dari negara lain,
membuang budaya yang buruk dari bangsa
sendiri, dan menumbuhkan kembali budaya
positif yang telah hilang ditelan zaman,
seperti budaya gotong royong.
Ketertarikannya itulah yang
memotivasi dirinya untuk mengikuti open
bidding sebagai Deputi Gubernur DKI
Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata
setelah lebih dari 7 tahun menjabat sebagai
direktur di Kementerian PPN/Bappenas.
Dangsol pun diangkat menjadi deputi
pada September 2019 dan hingga kini
menjalankan tugas kerja sama dalam
bidang kebudayaan dan pariwisata dengan
kedutaan besar negara lain, memimpin Tim
Percepatan Penataan dan Pengembangan
Kawasan Kota Tua, serta menjalin kerja
sama di bidang kebudayaan dan pariwisata
dengan para pemangku kepentingan
penta helix, yaitu para akademisi, pebisnis,
masyarakat, pemerintah, dan media.
Peresmian Instalasi Pengolahan Air teknologi Sea Water Reserve Osmosis
di Pulau Payung, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (20/11/2019).
KABAR BAPPENAS / E D I S I 1 / 2 0 2 0 27