SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
AKTUALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING MENUJU PESERTA DIDIK
YANG BERKARAKTER
Dr. H. Samino, M.M.
PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
samino@ums.ac.id
PENDAHULUAN
Pembangunan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dengan pembangunan
karakternya. Salah satu sarana yang ampuh untuk membangun karakter adalah melalui
pendidikan. Dalam pendidikan, dalam pendidikan terdapat bagian yng integral yaitu
bimbingan dan konseling (BK). Oleh karena itu, tanpa BK penyelenggaraan pendidikan
di sekolah tidak akan dapat berhasil secara maksimal. Oleh karena itu, BK wajib adanya
di sebuah sekolah, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dan Permendikbud RI No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalam lingkungan pendidikan, tentang karakter telah lama dibicarakan, bahkaan
Ketua STKIP PGRI Sumenep Dr. Musaheri (dalam Sukiman. 2015: 5-6) sewaktu
memberikan pengantar dalam buku “Bimbingan Konseling Berbasis Pendidikan
Karakter” menyebutkan sebuah keheranannya, yaitu: “Karakter, karakter, karakter lagi.
Karakter memang menjadi wacana luas. Karakter sering kali digugat, didiskusikan,
bahkan dijadikan kambing hitam, pertanda bahwa pembentukan karakter sungguh
penting: menjadi penentu keberhasilan pendidikan”. Berdasarkan komentar tersebut,
berarti jika karakter peserta didik dan lebih luas lagi bangsa Indonesia ini masih buruk
berarti pendidikan di Indonesia belum berhasil. Selanjutnya Musaheri menyatakan
bahwa “Pembentukan karakter peserta didik harus dilandasi semangat yang terus
menyala. Kekompkan serta kerja sama guru - guru, guru - peserta didik, peserta didik -
peserta didik, guru - orang tua, kepala sekolah - guru, dan guru - guru BK yang
dilakukan sepanjang waktu dengan seirama dan adanya kesamaan persepsi serta saling
melengkapi dan menyempurnakan akan mempercepat terbangunnya karakter peserta
didik”. Melihat pernyataan tersebut berarti Bimbingan dan Konseling merupakan bagian
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 29
integral di sekolah, sekaligus merupakan bagian integral dalam pembentukan karakter
peserta didik di sekolah.
Semestinya, manusia itu mampu mengenal dirinya sendiri, sehingga dapat
mengatasi masalah yang ada pada dirinya. Akan tetapi tidak semua orang dapat
mengenal dirinya dengan baik, maka juga kesulitan mengatasi masalah dirinya. Walgito
(2010: 10) menyebutkan bahwa “Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan
sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan bertindak dengan tepat
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua
manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan
orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang
dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling”.
Berdasarkan pernyataan tersebut berarti BK di sekolah memiliki peran yang sangat
strategis dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peserta ddidik. Peserta didik,
khususnya pada pendidikan dasar merupakan manusia muda (anak manusia) yang
tentunya masih memiliki berbagai masalah yang perlu mendapatkan bantuan. Disitulah
seorang petugas BK (konselor) memiliki peran yang sangat strategis, hal tersebut bukan
hanya masalah pribadi, sosial, belajar dan karir, akan tetapi termasuk pada masalah
karakter atau budi pekerti peserta didik.
Oleh karena itu, sangat tepat pada seminar nasional ini yang mengambil tema:
“Aktualisasi Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang
Berkarakter”. Aktualisasi di sini dimaksudkan mengangkat kembali atau
mengangtualkan kembali yang semestinya ada dalam layanan BK di sekolah yaitu:
pendidikan karakter. Aktual artinya (1) betul-betul ada (terjadi), (2) sedang menjadi
pembicaraan hangat, dan (3) baru saja terjadi, masih baru, hangat. Sedangkan
aktualisasi artinya perihal pengaktualan dsb (KBBI.2003: 23). Pendidikan karakter pada
dasarnya telah ada sejak dulu kala, akan tetapi karena kurang mendapatkan perhatian
secara serius maka perlu diaktualkan kembali. K.H. Dewantara, dalam salah satu
prasaran yang disampaikan pada konggres PPPKI (Permufakatan Persatuan Pergerakan
Kebangsaan Indonesia) ke-1 pada 31 Agustus 1928 di Surabaya menyebutkan bahwa
“Mendidik anak itulah mendidik rakyat. Keadaan dalam hidup dan penghidupan kita
pada zaman sekarang itulah buahnya pendidikan yang kita terima dari orang tua pada
kita masih kanak-kanak. Sebaliknya anak-anak yang pada waktu ini kita didik, kelak
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
30 ISBN: 978-602-70471-1-2
akan menjadi warga negara kita” (K.H. Dewantara. 2004: 3). Dengan demikian,
pendidikan karakter harus dilakukan secara terus menerus agar bangsa kita senantiasa
menjadi bangsa yang bermartabat.
MAKNA DAN LANDASAN PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam kehidupan sehari-hari karakter sering dimaknai sebagai watak, perangai,
dan atau tingkah laku yang ditunjukkan seseorang. Dalam bahasa agama(Islam) sering
disebut dengan akhlaq. Menurut Aqib & Sujak (2011: 2-3) “Karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga
orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang pelakunya sesuai dengan kaidah moral
disebut dengan berkarakter mulia”. Selanjutnya Ia menyebutkan bahwa “Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the
deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.
Pemerintah, melalui Kemendiknas, Balitbang Pusat Kurikulum telah
mencanangkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB) sebagai Pedoman
Sekolah. Dalam konsep tersebut dijelaskan bahwa “Budaya diartikan sebagai
keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang
dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah
hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem
berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia
dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem
pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya”. Selanjutnya mengenai karakter
disebutkan bahwa “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak,
dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 31
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter
individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan
budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat
dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.”
Barangkali berkaitan dengan makna karakter dan mengacu pada PBKB tersebut
sudah sangat jelas, sehingga tidak perlu diulas lagi. Secara umum karakter sangat dekat
atau bahkan dapat disejajarkan dengan istilah watak, perilaku, tabiat, dan akhlak.
Adapun “Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat
dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai
oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa”.
Pendidikan Karakter bangsa marak setelah pendidikan yang diarahkan pada
pengembangan secara holistik dan integral belum berhasil. Akhirnya gagasan untuk
memperkuat pendidikan karakter bangsa diperkuat, baik secara yuridis maupun praktis.
Secara yuridis sebagai landasan pendidikan karakter bangsa dapat dilihat berikut ini:
1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
2. Melalui Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025.
Tujuan kebijakan nasional tersebut dikutip oleh Zuchdi, Prasetya, & Masruri (2013:
23-24), yaitu: “… membina dan mengembangkan karakter warga Negara sehingga
mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
32 ISBN: 978-602-70471-1-2
Selanjutnya disebutkan bahwa fungsi dari hal tersebut meliputi: (1) Pengembangan
potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”. (2)
Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. (3)
Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Ruang
lingkupnya meliputi: keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil,
masyarakat politik, dunia usaha dan industri, dan media masa. Ini menunjukkan
bahwa semua elemen masyarakat diminta berpartisipasi dalam gerakan
pembangunan bangsa. Dalam hal ini, satuan pendidikan, terutama pendidikan
formal sangat sentral posisi dan perannya.
3. Pengembangan PBKB Pedoman Sekolah. Ditegaskan dalam pengantarnya bahwa:
Karakter sebagai suatu ’moral excellence’ atau akhlak dibangun di atas berbagai
kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi
atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa). Karakter bangsa Indonesia
adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan-
tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di
masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari
suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara.
Dalam pedoman pengembangan PBKB tsb sebagai Pedoman Sekolah, tujuan
antara pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan satu kesatuan. Tujuan
pendidikan budaya dan karakter bangsa tersebut meliputi:
1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Selanjutnya mengenai nilai dan deskripsi nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa meliputi 18 item sebagaimana dijabarkan dalam tebel 1 berikut ini:
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 33
Tabel 1.
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
34 ISBN: 978-602-70471-1-2
NILAI DESKRIPSI
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM LAYANAN BK DI SEKOLAH
Pada negara maju seperti Amerika Serikat, Bimbingan lebih awal dikembangkan
dibandingkan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di Amerika Serikat
(AS) bimbingan mulai berkembang pesat pada tahun 1920-an, setelah disponsori oleh
para ahli sebelumnya, maka dilanjutkan oleh Frank Parsons, Jessie B. Davis, Anna Y.
Reed, Eli W. Weaver, dan David S. Hill. Bahkan dalam perkembangan lebih lanjut
Frank Parsons, atas karya-karyanya sering disebut sebagai “Bapak Bimbingan. Pada
tahun 2004 konselor yang dilatih telah mencapai 601.000 orang, yang terdiri dari: (a)
konselor pendidikan, pekerjaan, dan sekolah: 248.000 orang; (b) konselor rehabilitasi:
131.000 orang; (c) konselor kesehatan mental: 96.000 orang; (d) konselor untuk
ketergantungan obat dan penyimpangan perilaku: 76.000 orang; (e) konselor dan terapis
pernikahan dan keluarga: 24.000 orang; (f) sisanya konselor bekerja di wilayah-wilayah
khusus seperti konselor rohani, konselor tumbuh kembang balita, konselor penyandang
cacat, konselor manula, konselor pensiunan, konselor krisis paroh baya, dan sebagainya
(Gibson, & Mitchell. 2011).
Berkaitan dengan perkembangan BK di Indonesia, barangkali Prof. Dr. Mungin
Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., selaku Ketua Umum Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia yang lebih tepat menyampaikan. Akan tetapi, saya sebagai alumni prodi
PPB/BK (FKIP, UM Surakarta) perlu menyampaikan bahwa pada waktu sebelum lulus
tahun 1988 telah ada berita bahwa akan terjadi penjarangan (seperti KB) terhadap
program studi BK. Selanjutnya pada beberapa PTN mengalami tutup sementara dan
pada PTS khususnya UMS tutup, hingga akhirnya tutup seterusnya. Pada dasarnya
keberadaan BK di Indonesia diilhami oleh Pembukaan UUD 1945 yaitu: “mencerdaskan
kehidupaan bangsa”. Selanjutnya dalam perkembangannya dimulai tahun 1960
(tepatnya tanggal 22-24 Agustus 1960) diadakanlah konferensi FKIP seluruh Inddonesia
di Malang. Salah satu keputusannya dimasukkannya ke dalam dunia pendidikan di
Indonesia “bimbingan dan konseling”. Selanjutnya dari waktu ke waktu mengalami
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 35
perkembangan yang makin maju (Prayitno & Amti. 2004). Meskipun dalam waktu
tertentu mengalami penurunan sebagaimana yang dilontarkan tersebut di atas. Oleh
karena itu, dengan adanya Permendikbud No. 111, mudah-mudahan BK di sekolah
dapat dikembangkan secara maksimaal.
Sebelum mengkaji tentang BK terkait dengan pendidikan karakter terhadap
peserta didik, khususnya dalam pendidikan dasar, perlu diketengahkan terlebih dahulu
makna bimbingan dan konseling. Setelah melakukan kajian dari berbagai pendapat ahli,
Walgito (2010: 7) mengemukakan “bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghidari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu atau sekumpulan individu
itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”. Selanjutnya tentang konseling, Walgito
(2010: 8) memberikan kesimpulan yang agak panjang, yaitu: “konseling merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya
dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi
individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini perlu diingat bahwa
individu pada akhirnya dapat memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.
Dengan demikian, klien tetap dalam keadaan aktif memupuk kesanggupannya di dalam
memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya. Dari
penjelasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa konseling lebih bersifat kuratif atau
korektif”.
Untuk melengkapi makna tersebut di atas, setelah melakukan kajian mendalam,
Fathurrohman (2014: 16) menyimpulkan bahwa “bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang tersedia terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada
terbimbing, agar tercapai pemahaman diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkunngan”. Selanjutnya mengenai konseling Fathurrohman (2014: 18)
menyimpulkan bahwa “konseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam
bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individual
(face to face relationship). Bimbingan dan konseling mempunyai hubungan sangat erat,
perbedaannya terletak pada kedalamannya”.
Berdasarkan makna tentang bimbingan dan konseling yang telah disebutkan di
atas, pada dasarnya memiliki makna yang sama. Selanjutnya dari dua hal tersebut dapat
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
36 ISBN: 978-602-70471-1-2
dilihat sebagai satu kesatuan antara bimbingan dan konseling. Dengan demikian,
“bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang dengan optimal dalam
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, belajar, dan karier melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku” (Sukitman. 2015:
19). Sedangkan Tohirin (2007: 26) menyebutkan bahwa “Bimbingan dan Konseling
merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan
timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing
(konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal
balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu
melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya,
dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya”. Selanjutnya Sukitman (2015:
19-20) menyebutkan bahwa berdasarkan pengertian tersebut tersimpul hal-hal pokok
sebagai berikut.
1. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan.
2. Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui kegiatan secara perorangan
dan kelompok.
3. Arah kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu peserta didik untuk dapat
melaksanakan kehidupan sehari-hari sencara mandiri dan berkembang dengan
optimal.
4. Ada empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, sosial, beajar, dan karir.
5. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan
tertentu yang ditunjang dengan sejumlah kegiatan pendukung.
6. Pelayanan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang
berlaku.
Selanjutnya mungkin timbul pertanyaan, bagaimana penerapan BK yang
berbasis karakter atau dapat membawa peserta didik yang berkarakter? Menjawab
pertanyaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi sampai dengan
terwujudnya peserta didik yang berkarakter. Oleh karena itu, membangun karakter pada
dasarnya membangun akhlaq. Padahal telah difahami bahwa Nabi Muhammad SAW.,
diutus oleh Allah SWT., pada prinsipnya untuk memperbaiki akhlaq manusia. Dengan
demikian, karakter atau akhlaq manusia menjadi tolok ukur baik atau buruknya
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 37
seseorang. Begitu juga negara yang baik adalah yang baik karakter bangsanya.
Berkaitan dengan kajian tentang pendidikan karakter itu sendiri masih beraneka ragam
pandangan dari para ahli. Berkowitz, Battstich, dan Bier (dalam Sukitman. 2015: 81-86)
menyebutkan bahwa materi pendidikan karakter sangat luas. Dari hasil penelitian
mereka, dijelaskan setidaknya ada 25 variabel yang dapat dipakai sebagai materi
pendidikan karakter. Namun dari 25 variabel tersebut, yang paling umum dilaporkan
dan secara signifikan hanya ada sepuluh, yaitu:
1. Perilaku seksual,
2. Pengetahuan tentang karakter (character knowledge),
3. Pemahaman tentang moral sosial,
4. Keterampilan pemecahan masalah,
5. Kompetensi emosional,
6. Hubungan dengan orang lain (relationships),
7. Perasaan keterikatan dengan sekolah (attachment to school),
8. Prestasi akademis,
9. Kompetensi berkomunikasi, dan
10. Sikap kepada guru (attitudes toward teachers)
Lebih lanjut dijelaskan bahwa “program bimbingan dan konseling yang
mencerminkan pendidikan karakter perupakan kesatuan utuh dari bidang bimbingan
sosial, pribadi, belajar, karir, dan bimbingan pengembangan budi pekerti. Disamping
itu, pemberian keteladanan dalam sikap dan perilaku konselor sekolah/guru bimbingan
dan konseling (guru BK) juga berperan dalam membentuk karakter peserta didik”.
Dengan demikian, perilaku guru BK (konselor) dalam berbagai hal, termasuk tutur kata
serta tindakan di lingkungan sekolah dan luar sekolah (masyarakat) sebagai model
perilaku yang baik atau terpuji yang senantiasa menjadi tolok ukur peserta didik.
Meskipun demikian, keteladanan juga tetap harus ada pada kepala sekolah dan seluruh
jajarannya. Disamping itu, perlu diingat dan diterapkannya tiga asas atau trilogi Ki
Hajar Dewantara. “Ing ngarso sung tulada, artinya jika berada di muka ia memberikan
teladan. Ing madya mangun karsa, artinya jika berada di tengah ia mengembangkan
tekad. Tut Wuri Handayani, artinya jika dibelakang ia menjadi pendorong” (Usman.
2014: 396-397). Hal tersebut perlu dilengkapi sembilan (9) karakter guru yang
menyenangkan, yaitu: guru visioner, pembelajar, penebar senyum, ikhlas, antusias,
humoris, kreatif, positif, dan sugestif (Rudiana. 2012: 69-157).
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
38 ISBN: 978-602-70471-1-2
Cerminan pendidikan karakter pada pelayanan bimbingan dan konseling tampak
pada materi bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh Sukitman pada tabel 2
sebagai berikut.
Tabel 2.
Cerminan Pendidikan Karakter pada Pelayanan Bbimbingan dan Konseling
No. Komponen
Program
BK
Jenis Pelayanan BK Pengembangan Materi
Pelayanan BK Berbasis
Pendidikan Karakter
1 Komponen
pelayanan
dasar
Layanan informasi,
layanan orientasi, layanan
penempatan, layanan
penyaluran, serta layanan
bimbingan kelompok.
a. Bimbingan pribadi:
1). Norma-norma agama dan
sosial budaya,
2). Nilai-nilai kebudayaan,
3). Nilai-nilai kejujuran,
4). Nilai-nilai kemandirian,
5). Nilai-nilai kebersihan,
6). Nilai-nilai kesehatan, dan
7). Rasa tanggung jawab.
b. Bidang sosial:
1). Nilai-nilai kemanusiaan,
2). Nilai-nilai kerja sama,
3). Nilai-nilai gotong-royong,
4). Nilai-nilai kesantunan,
5). Nilai-nilai empatik, dan
6). Nilai-nilai
kepedulian/respek.
c. Bimbingan belajar:
1). Nilai-nilai kedisiplinan,
2). Nilai-nilai kejujuran,
3). Nilai-nilai kemandirian,
4). Rasa tanggung jawab
belajar,
5). Nilai-nilai kreativitas,
6). Kerja keras dalam belajar,
dan
7). Nilai-nilai masa depan/
membangun harapan.
d. Bidang Karier:
1). Nilai-nilai penanaman diri,
2). Nilai-nilai pemahaman
karier/ dunia kerja,
3). Pentingnya perencanaan
karier,
4). Nilai-nilai kemandirian
dalam memilih karier,
5). Nilai-nilai kerja keras
dalam mengikuti
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 39
pendidikan karier,
6). Motivasi kerja,
7). Etos kerja, dan
8). Nilai-nilai kejujuran.
e. Pengembangan Budi Pekerti:
1). Nilai-nilai kesantunan,
2). Nilai-nilai tanggung jawab,
3). Nilai-nilai gotong-royong
4). Nilai-nilai kolaborasi,
5). Nilai-nilai kerja keras, dan
6). Nilai-nilai kejujuran.
2 Komponen
pelayanan
responsif
a. Konseling individual
dan Kelompok, yang
mencaakup:
1). Konseling religious;
2). Konseling spiritual;
3). Konseling krisis;
4). Konseling
traumatic; &
5). Konseling
pendidikan
b. Referal/alih tangan
Menambahkan nilai-nilai:
a. Kesadaran tentang masalah
yang dialami,
b. Kesadaran untuk memecahkan
masalah yang dialami,
c. Kesadaran bahwa masalah
dapat mengganggu
belajar/aktivitas yg harus
dilakukan, dan
d. Kemandirian dalam
memecahkan masalah.
3 Komponen
pelayanan
perencaanaan
individual
Pelayanan individual
dalam bidang pribadi,
social, belajar, dan karir,
misalnya layanan:
a. Instrumentasi BK,
b. Informasi,
c. Konsultasi,
d. Kunjungan rumah, &
e. Kolaborasi dengan
orang tua.
Menanamkan nilai-nilai:
a. Pentingnya merencanakan
masa depan, membangun etos
kerja, dan kedisiplinan belajar;
b. Pentingnya memiliki
keterampilan dalam mengelola
diri (self- management);
c. Pentingnya memiliki
keterampilan kerja sama
(kolaborasi) dan komunikasi;
d. Pentingnya pemahaman diri
(kekuatan dan kelemahan);
e. Pentingnya pemahaman karier
(pekerjaan/profesi, kondisi
kerja, peluang kerja, gaji, dan
pendidikan karier/jurusan atau
program studi pada perguruan
tinggi;
f. Pentingnya memilih karier
(pekerjaan/profesi);
g. Membangun budaya kerja
keras dalam menempuh
pendidikan karier/profesi; serta
h. Mempertahankan dan
memelihara karier/profesi.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
40 ISBN: 978-602-70471-1-2
4 Komponen
pelayanan
dukungan
sistem
a. Sebagai pelayanan yg
bersifat tidak langsung
karena sasarannya tidak
langsung kepada
peserta didik/konseli,
melainkan bersifat
menunjang pelaksanaan
bimbingan dan
konseling kepada
konseli.
b. Kegiatannya berupa:
1). Pengembangan
jejaring
(networking);
2). Manajemen
(pengembangan
program,
pengembangan staf,
serta penataan
sumber daya dan
kebijakan;
3). Pengembangan
profesionalitas;
4). Kolaborasi; dan
5). Manajemen
program BK.
Menanamkan nilai-nilai yang
bersifat positif kepada guru BK
(untuk meningkatkan kualitas
pelayanan BK) melalui berbagai
kegiatan, seperti konsultasi,
kolaborasi, dan rapat staf,
melakukan koordinasi,
memperbaiki pencitraan BK, serta
pengembangan profesionalitas.
PENUTUP
Sumarsono Sudarsono, Ketua Umum Yayasan Jati Diri Bangsa, ketika
memberikan kata pengantar buku “Pendidikan Karakter Sekolah” mengutip pernyataan
Billy Graham yaitu: “Ketika kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan apa-apa.
Ketika kehilangan kesehatan, Anda kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter,
Anda kehilangan segala-galanya”. Selanjutnya ketika menyinggung keterkaitan negara
dengan pendidikan dan karakter, Raka dkk (2011: 4) menggarisbawahi bahwa: “Ketika
suatu Negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka negara terebut tidak
membangun sumber kekuatan, sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber
martabatnya yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas
masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan
karakternya.
Pembangunan sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dengan pendidikan, tanpa
pendidikan pembangunan suatu bangsa tidak akan berhasil. Lebih lanjut keberhasilan
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 41
pembangunan suatu bangsa yang kuat mutlak diperlukan adanya pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Pendidik dan tenaga kependidikan menjadi ujung tombak dalam
pengembangan pendidikan karakter peserta didiknya. Selanjutnya jika dikaji secara
mendalam dan menyeluruh agama (Islam), menjadi bagian terpenting dan sentral dalam
membangun karakter bangsa, khususnya karakter peserta didik di sekolah (Huwalla-hu
a’lam bishshowa-b).
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal & Sujak. 2011. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung:
Penerbit Yrama Widya.
Fathurrohman, Pupuh. 2014. Urgensi Bimbingan & Konseling di Perguruan Tinggi.
Bandung: Refika Aditama.
Gibson, Robert L & Mitchell, Marianne H. 2011. Bimbingan dan Konseling
(Terjemahan oleh: Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jones, Richard Nelson. 2012. Pengantar Keterampilan Konseling (Terjemahan oleh:
Helly Prajitno Soetjipto & Sri MulyantiniSoetjipto). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
K.H. Dewantara. 2004. Karya K.H. Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan.
Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas kerjasama dengan PT Rineka Cipta.
Raka, Gede. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PTElek Media
Komputindo.
Rudiana. 2012. Karakter Guru Menyenangkan Berbasis Ramah Otak. Bandung: Smile’s
Indonesia Institut (SII) Publishing
Sairin, Weinata. . 2010. Himpunan Peraturan Di Bidang Pendididkan. Jakarta: Jala
Permata Aksara.
Sukiman, Tri. 2015. Bimbingan Konseling, Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Diva Press.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Koseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Usman, Husaini. 2014. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
42 ISBN: 978-602-70471-1-2
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Zuchdi D, Prasetya Z K, & Masruri M S. 2013. Model Pendidikan Karakter,
Terintegrasi Dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah.
Yogyakarta: ---
---. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan nasional & Balai Pustaka.
---. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah.
Jakarta: Kemendiknas, Balitbang Pusat Kurikulum
Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
Menuju Peserta Didik yang Berkarakter
ISBN: 978-602-70471-1-2 43

More Related Content

What's hot

Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpattiAfif Faith
 
Analisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAnalisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAhmad Mansur
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikanfenty_febriani
 
Pembentukan karakter generasi muda melalui
Pembentukan  karakter generasi muda melaluiPembentukan  karakter generasi muda melalui
Pembentukan karakter generasi muda melaluiMinna Tiani
 
Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013
Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013
Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013Mas Rauf
 
Pendidikan dan pembangunan nasional
Pendidikan dan pembangunan nasionalPendidikan dan pembangunan nasional
Pendidikan dan pembangunan nasionalEka Ramandha
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMara Sutan Siregar
 
Kolaborasi Memperkuat Karakter Bangsa
Kolaborasi Memperkuat Karakter BangsaKolaborasi Memperkuat Karakter Bangsa
Kolaborasi Memperkuat Karakter BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONALPENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONALcithaquuen
 
Pendidikan karakter...Apaan Tuch!
Pendidikan karakter...Apaan Tuch!Pendidikan karakter...Apaan Tuch!
Pendidikan karakter...Apaan Tuch!Fauzan Gusdurian
 
Potret pendidikan aceh
Potret pendidikan acehPotret pendidikan aceh
Potret pendidikan acehManaf Abdul
 

What's hot (19)

Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpatti
 
Makalah generasi muda
Makalah generasi mudaMakalah generasi muda
Makalah generasi muda
 
Analisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAnalisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikan
 
Pendidikan dan Pembangunan
Pendidikan dan PembangunanPendidikan dan Pembangunan
Pendidikan dan Pembangunan
 
Makalah Karakter - Kelompok 1
Makalah Karakter - Kelompok 1Makalah Karakter - Kelompok 1
Makalah Karakter - Kelompok 1
 
Pembentukan karakter generasi muda melalui
Pembentukan  karakter generasi muda melaluiPembentukan  karakter generasi muda melalui
Pembentukan karakter generasi muda melalui
 
Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013
Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013
Integralisasi nilai keislaman dan akhlak dalam kurikulum 2013
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
Pendidikan dan pembangunan nasional
Pendidikan dan pembangunan nasionalPendidikan dan pembangunan nasional
Pendidikan dan pembangunan nasional
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
 
Kolaborasi Memperkuat Karakter Bangsa
Kolaborasi Memperkuat Karakter BangsaKolaborasi Memperkuat Karakter Bangsa
Kolaborasi Memperkuat Karakter Bangsa
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONALPENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
 
Tugas topik 5
Tugas topik 5Tugas topik 5
Tugas topik 5
 
Pendidikan karakter...Apaan Tuch!
Pendidikan karakter...Apaan Tuch!Pendidikan karakter...Apaan Tuch!
Pendidikan karakter...Apaan Tuch!
 
Potret pendidikan aceh
Potret pendidikan acehPotret pendidikan aceh
Potret pendidikan aceh
 
Pendidikan karakter melalui kepramukaan
Pendidikan karakter melalui kepramukaanPendidikan karakter melalui kepramukaan
Pendidikan karakter melalui kepramukaan
 

Viewers also liked

Sociology - Social Group in Indonesia
Sociology - Social Group in IndonesiaSociology - Social Group in Indonesia
Sociology - Social Group in IndonesiaMariske Myeke Tampi
 
Pengantar Akuntansi - BAB IV
Pengantar Akuntansi - BAB IVPengantar Akuntansi - BAB IV
Pengantar Akuntansi - BAB IVrusdiman1
 
Tahap tahap proses pencatatan transaksi
Tahap tahap proses pencatatan transaksiTahap tahap proses pencatatan transaksi
Tahap tahap proses pencatatan transaksimysaifur
 
RPP Wujud Zat
RPP Wujud ZatRPP Wujud Zat
RPP Wujud Zatmuliaaa
 
Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7
Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7
Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7labdasar
 
Smart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsiSmart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsiSulistiyo Wibowo
 
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan gandaFisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan gandaputrimanggala
 
Pasar dan bentuk bentuk pasar
Pasar dan bentuk bentuk pasarPasar dan bentuk bentuk pasar
Pasar dan bentuk bentuk pasarAnita Adesti
 
Smart solution barisan dan deret
Smart solution barisan dan deretSmart solution barisan dan deret
Smart solution barisan dan deretSulistiyo Wibowo
 
Economics Essential Diagrams
Economics Essential DiagramsEconomics Essential Diagrams
Economics Essential Diagramsevangelxoxo
 

Viewers also liked (15)

Sociology - Social Group in Indonesia
Sociology - Social Group in IndonesiaSociology - Social Group in Indonesia
Sociology - Social Group in Indonesia
 
Songbird
SongbirdSongbird
Songbird
 
Folder Rubbens Vapogrill
Folder Rubbens VapogrillFolder Rubbens Vapogrill
Folder Rubbens Vapogrill
 
Xmas collage
Xmas collageXmas collage
Xmas collage
 
J002419394
J002419394J002419394
J002419394
 
Pengantar Akuntansi - BAB IV
Pengantar Akuntansi - BAB IVPengantar Akuntansi - BAB IV
Pengantar Akuntansi - BAB IV
 
Duopoli
DuopoliDuopoli
Duopoli
 
Tahap tahap proses pencatatan transaksi
Tahap tahap proses pencatatan transaksiTahap tahap proses pencatatan transaksi
Tahap tahap proses pencatatan transaksi
 
RPP Wujud Zat
RPP Wujud ZatRPP Wujud Zat
RPP Wujud Zat
 
Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7
Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7
Rpp ipa smp kurikulum 2013 kelas 7
 
Smart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsiSmart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsi
 
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan gandaFisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
Fisika suhu dan kalor beserta soal pilihan ganda
 
Pasar dan bentuk bentuk pasar
Pasar dan bentuk bentuk pasarPasar dan bentuk bentuk pasar
Pasar dan bentuk bentuk pasar
 
Smart solution barisan dan deret
Smart solution barisan dan deretSmart solution barisan dan deret
Smart solution barisan dan deret
 
Economics Essential Diagrams
Economics Essential DiagramsEconomics Essential Diagrams
Economics Essential Diagrams
 

Similar to 2 samino(1)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxPENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxQoniahHilya
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxReynaldi Wahyu
 
Pendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukum
Pendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukumPendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukum
Pendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukumFilsuf Gorontalo
 
Ur gensi pendidikan karakter
Ur gensi pendidikan karakterUr gensi pendidikan karakter
Ur gensi pendidikan karakterAhmad Syaikhu
 
7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...
7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...
7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...AfifSusanto1
 
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfMATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfahmadchumaedi2
 
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, SanjosePendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, SanjoseAbel Petrus
 
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarMeningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarrizkywibowopambudi
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
 
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsaRevitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsaDrs. HM. Yunus
 
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdfJURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdfQanitaPutriHamidah
 
Septia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikanSeptia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikanseptiaherda
 
Pendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di slaPendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di slaAsmuni Syukir
 

Similar to 2 samino(1) (20)

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pendidikan nilai-di-era-global 2010
Pendidikan nilai-di-era-global 2010Pendidikan nilai-di-era-global 2010
Pendidikan nilai-di-era-global 2010
 
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxPENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docx
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
 
Pendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukum
Pendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukumPendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukum
Pendidikan karakter dalam mengubah perilaku hukum
 
Pendidikan Karakter
Pendidikan KarakterPendidikan Karakter
Pendidikan Karakter
 
Ur gensi pendidikan karakter
Ur gensi pendidikan karakterUr gensi pendidikan karakter
Ur gensi pendidikan karakter
 
7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...
7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...
7-artikel-pendidikan-karakter-berwawasan-sosio-kultural-terbit-majalah-dinami...
 
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfMATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
 
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, SanjosePendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
 
Bowo
BowoBowo
Bowo
 
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarMeningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsaRevitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
Revitalisasi pai dalam m embentuk karakter bangsa
 
Makalah revitilisasi
Makalah revitilisasiMakalah revitilisasi
Makalah revitilisasi
 
Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3
 
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdfJURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
JURNAL KPI QANITA PUTRI HAMIDAH.pdf
 
Septia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikanSeptia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikan
 
Pendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di slaPendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di sla
 

Recently uploaded

presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Recently uploaded (20)

presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

2 samino(1)

  • 1. AKTUALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING MENUJU PESERTA DIDIK YANG BERKARAKTER Dr. H. Samino, M.M. PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta samino@ums.ac.id PENDAHULUAN Pembangunan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dengan pembangunan karakternya. Salah satu sarana yang ampuh untuk membangun karakter adalah melalui pendidikan. Dalam pendidikan, dalam pendidikan terdapat bagian yng integral yaitu bimbingan dan konseling (BK). Oleh karena itu, tanpa BK penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak akan dapat berhasil secara maksimal. Oleh karena itu, BK wajib adanya di sebuah sekolah, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Permendikbud RI No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam lingkungan pendidikan, tentang karakter telah lama dibicarakan, bahkaan Ketua STKIP PGRI Sumenep Dr. Musaheri (dalam Sukiman. 2015: 5-6) sewaktu memberikan pengantar dalam buku “Bimbingan Konseling Berbasis Pendidikan Karakter” menyebutkan sebuah keheranannya, yaitu: “Karakter, karakter, karakter lagi. Karakter memang menjadi wacana luas. Karakter sering kali digugat, didiskusikan, bahkan dijadikan kambing hitam, pertanda bahwa pembentukan karakter sungguh penting: menjadi penentu keberhasilan pendidikan”. Berdasarkan komentar tersebut, berarti jika karakter peserta didik dan lebih luas lagi bangsa Indonesia ini masih buruk berarti pendidikan di Indonesia belum berhasil. Selanjutnya Musaheri menyatakan bahwa “Pembentukan karakter peserta didik harus dilandasi semangat yang terus menyala. Kekompkan serta kerja sama guru - guru, guru - peserta didik, peserta didik - peserta didik, guru - orang tua, kepala sekolah - guru, dan guru - guru BK yang dilakukan sepanjang waktu dengan seirama dan adanya kesamaan persepsi serta saling melengkapi dan menyempurnakan akan mempercepat terbangunnya karakter peserta didik”. Melihat pernyataan tersebut berarti Bimbingan dan Konseling merupakan bagian Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 29
  • 2. integral di sekolah, sekaligus merupakan bagian integral dalam pembentukan karakter peserta didik di sekolah. Semestinya, manusia itu mampu mengenal dirinya sendiri, sehingga dapat mengatasi masalah yang ada pada dirinya. Akan tetapi tidak semua orang dapat mengenal dirinya dengan baik, maka juga kesulitan mengatasi masalah dirinya. Walgito (2010: 10) menyebutkan bahwa “Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling”. Berdasarkan pernyataan tersebut berarti BK di sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peserta ddidik. Peserta didik, khususnya pada pendidikan dasar merupakan manusia muda (anak manusia) yang tentunya masih memiliki berbagai masalah yang perlu mendapatkan bantuan. Disitulah seorang petugas BK (konselor) memiliki peran yang sangat strategis, hal tersebut bukan hanya masalah pribadi, sosial, belajar dan karir, akan tetapi termasuk pada masalah karakter atau budi pekerti peserta didik. Oleh karena itu, sangat tepat pada seminar nasional ini yang mengambil tema: “Aktualisasi Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter”. Aktualisasi di sini dimaksudkan mengangkat kembali atau mengangtualkan kembali yang semestinya ada dalam layanan BK di sekolah yaitu: pendidikan karakter. Aktual artinya (1) betul-betul ada (terjadi), (2) sedang menjadi pembicaraan hangat, dan (3) baru saja terjadi, masih baru, hangat. Sedangkan aktualisasi artinya perihal pengaktualan dsb (KBBI.2003: 23). Pendidikan karakter pada dasarnya telah ada sejak dulu kala, akan tetapi karena kurang mendapatkan perhatian secara serius maka perlu diaktualkan kembali. K.H. Dewantara, dalam salah satu prasaran yang disampaikan pada konggres PPPKI (Permufakatan Persatuan Pergerakan Kebangsaan Indonesia) ke-1 pada 31 Agustus 1928 di Surabaya menyebutkan bahwa “Mendidik anak itulah mendidik rakyat. Keadaan dalam hidup dan penghidupan kita pada zaman sekarang itulah buahnya pendidikan yang kita terima dari orang tua pada kita masih kanak-kanak. Sebaliknya anak-anak yang pada waktu ini kita didik, kelak Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 30 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 3. akan menjadi warga negara kita” (K.H. Dewantara. 2004: 3). Dengan demikian, pendidikan karakter harus dilakukan secara terus menerus agar bangsa kita senantiasa menjadi bangsa yang bermartabat. MAKNA DAN LANDASAN PENDIDIKAN KARAKTER Dalam kehidupan sehari-hari karakter sering dimaknai sebagai watak, perangai, dan atau tingkah laku yang ditunjukkan seseorang. Dalam bahasa agama(Islam) sering disebut dengan akhlaq. Menurut Aqib & Sujak (2011: 2-3) “Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang pelakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia”. Selanjutnya Ia menyebutkan bahwa “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Pemerintah, melalui Kemendiknas, Balitbang Pusat Kurikulum telah mencanangkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB) sebagai Pedoman Sekolah. Dalam konsep tersebut dijelaskan bahwa “Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya”. Selanjutnya mengenai karakter disebutkan bahwa “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 31
  • 4. pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.” Barangkali berkaitan dengan makna karakter dan mengacu pada PBKB tersebut sudah sangat jelas, sehingga tidak perlu diulas lagi. Secara umum karakter sangat dekat atau bahkan dapat disejajarkan dengan istilah watak, perilaku, tabiat, dan akhlak. Adapun “Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa”. Pendidikan Karakter bangsa marak setelah pendidikan yang diarahkan pada pengembangan secara holistik dan integral belum berhasil. Akhirnya gagasan untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa diperkuat, baik secara yuridis maupun praktis. Secara yuridis sebagai landasan pendidikan karakter bangsa dapat dilihat berikut ini: 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2. Melalui Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025. Tujuan kebijakan nasional tersebut dikutip oleh Zuchdi, Prasetya, & Masruri (2013: 23-24), yaitu: “… membina dan mengembangkan karakter warga Negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 32 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 5. Selanjutnya disebutkan bahwa fungsi dari hal tersebut meliputi: (1) Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”. (2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. (3) Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Ruang lingkupnya meliputi: keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, masyarakat politik, dunia usaha dan industri, dan media masa. Ini menunjukkan bahwa semua elemen masyarakat diminta berpartisipasi dalam gerakan pembangunan bangsa. Dalam hal ini, satuan pendidikan, terutama pendidikan formal sangat sentral posisi dan perannya. 3. Pengembangan PBKB Pedoman Sekolah. Ditegaskan dalam pengantarnya bahwa: Karakter sebagai suatu ’moral excellence’ atau akhlak dibangun di atas berbagai kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa). Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan- tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara. Dalam pedoman pengembangan PBKB tsb sebagai Pedoman Sekolah, tujuan antara pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan satu kesatuan. Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa tersebut meliputi: 1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; 2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan 5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). Selanjutnya mengenai nilai dan deskripsi nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa meliputi 18 item sebagaimana dijabarkan dalam tebel 1 berikut ini: Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 33
  • 6. Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa NILAI DESKRIPSI 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/ Komuniktif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 34 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 7. NILAI DESKRIPSI 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM LAYANAN BK DI SEKOLAH Pada negara maju seperti Amerika Serikat, Bimbingan lebih awal dikembangkan dibandingkan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di Amerika Serikat (AS) bimbingan mulai berkembang pesat pada tahun 1920-an, setelah disponsori oleh para ahli sebelumnya, maka dilanjutkan oleh Frank Parsons, Jessie B. Davis, Anna Y. Reed, Eli W. Weaver, dan David S. Hill. Bahkan dalam perkembangan lebih lanjut Frank Parsons, atas karya-karyanya sering disebut sebagai “Bapak Bimbingan. Pada tahun 2004 konselor yang dilatih telah mencapai 601.000 orang, yang terdiri dari: (a) konselor pendidikan, pekerjaan, dan sekolah: 248.000 orang; (b) konselor rehabilitasi: 131.000 orang; (c) konselor kesehatan mental: 96.000 orang; (d) konselor untuk ketergantungan obat dan penyimpangan perilaku: 76.000 orang; (e) konselor dan terapis pernikahan dan keluarga: 24.000 orang; (f) sisanya konselor bekerja di wilayah-wilayah khusus seperti konselor rohani, konselor tumbuh kembang balita, konselor penyandang cacat, konselor manula, konselor pensiunan, konselor krisis paroh baya, dan sebagainya (Gibson, & Mitchell. 2011). Berkaitan dengan perkembangan BK di Indonesia, barangkali Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., selaku Ketua Umum Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia yang lebih tepat menyampaikan. Akan tetapi, saya sebagai alumni prodi PPB/BK (FKIP, UM Surakarta) perlu menyampaikan bahwa pada waktu sebelum lulus tahun 1988 telah ada berita bahwa akan terjadi penjarangan (seperti KB) terhadap program studi BK. Selanjutnya pada beberapa PTN mengalami tutup sementara dan pada PTS khususnya UMS tutup, hingga akhirnya tutup seterusnya. Pada dasarnya keberadaan BK di Indonesia diilhami oleh Pembukaan UUD 1945 yaitu: “mencerdaskan kehidupaan bangsa”. Selanjutnya dalam perkembangannya dimulai tahun 1960 (tepatnya tanggal 22-24 Agustus 1960) diadakanlah konferensi FKIP seluruh Inddonesia di Malang. Salah satu keputusannya dimasukkannya ke dalam dunia pendidikan di Indonesia “bimbingan dan konseling”. Selanjutnya dari waktu ke waktu mengalami Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 35
  • 8. perkembangan yang makin maju (Prayitno & Amti. 2004). Meskipun dalam waktu tertentu mengalami penurunan sebagaimana yang dilontarkan tersebut di atas. Oleh karena itu, dengan adanya Permendikbud No. 111, mudah-mudahan BK di sekolah dapat dikembangkan secara maksimaal. Sebelum mengkaji tentang BK terkait dengan pendidikan karakter terhadap peserta didik, khususnya dalam pendidikan dasar, perlu diketengahkan terlebih dahulu makna bimbingan dan konseling. Setelah melakukan kajian dari berbagai pendapat ahli, Walgito (2010: 7) mengemukakan “bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghidari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”. Selanjutnya tentang konseling, Walgito (2010: 8) memberikan kesimpulan yang agak panjang, yaitu: “konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini perlu diingat bahwa individu pada akhirnya dapat memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. Dengan demikian, klien tetap dalam keadaan aktif memupuk kesanggupannya di dalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya. Dari penjelasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa konseling lebih bersifat kuratif atau korektif”. Untuk melengkapi makna tersebut di atas, setelah melakukan kajian mendalam, Fathurrohman (2014: 16) menyimpulkan bahwa “bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang tersedia terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada terbimbing, agar tercapai pemahaman diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkunngan”. Selanjutnya mengenai konseling Fathurrohman (2014: 18) menyimpulkan bahwa “konseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individual (face to face relationship). Bimbingan dan konseling mempunyai hubungan sangat erat, perbedaannya terletak pada kedalamannya”. Berdasarkan makna tentang bimbingan dan konseling yang telah disebutkan di atas, pada dasarnya memiliki makna yang sama. Selanjutnya dari dua hal tersebut dapat Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 36 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 9. dilihat sebagai satu kesatuan antara bimbingan dan konseling. Dengan demikian, “bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang dengan optimal dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, belajar, dan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku” (Sukitman. 2015: 19). Sedangkan Tohirin (2007: 26) menyebutkan bahwa “Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya”. Selanjutnya Sukitman (2015: 19-20) menyebutkan bahwa berdasarkan pengertian tersebut tersimpul hal-hal pokok sebagai berikut. 1. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan. 2. Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui kegiatan secara perorangan dan kelompok. 3. Arah kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari sencara mandiri dan berkembang dengan optimal. 4. Ada empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, sosial, beajar, dan karir. 5. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan tertentu yang ditunjang dengan sejumlah kegiatan pendukung. 6. Pelayanan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku. Selanjutnya mungkin timbul pertanyaan, bagaimana penerapan BK yang berbasis karakter atau dapat membawa peserta didik yang berkarakter? Menjawab pertanyaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi sampai dengan terwujudnya peserta didik yang berkarakter. Oleh karena itu, membangun karakter pada dasarnya membangun akhlaq. Padahal telah difahami bahwa Nabi Muhammad SAW., diutus oleh Allah SWT., pada prinsipnya untuk memperbaiki akhlaq manusia. Dengan demikian, karakter atau akhlaq manusia menjadi tolok ukur baik atau buruknya Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 37
  • 10. seseorang. Begitu juga negara yang baik adalah yang baik karakter bangsanya. Berkaitan dengan kajian tentang pendidikan karakter itu sendiri masih beraneka ragam pandangan dari para ahli. Berkowitz, Battstich, dan Bier (dalam Sukitman. 2015: 81-86) menyebutkan bahwa materi pendidikan karakter sangat luas. Dari hasil penelitian mereka, dijelaskan setidaknya ada 25 variabel yang dapat dipakai sebagai materi pendidikan karakter. Namun dari 25 variabel tersebut, yang paling umum dilaporkan dan secara signifikan hanya ada sepuluh, yaitu: 1. Perilaku seksual, 2. Pengetahuan tentang karakter (character knowledge), 3. Pemahaman tentang moral sosial, 4. Keterampilan pemecahan masalah, 5. Kompetensi emosional, 6. Hubungan dengan orang lain (relationships), 7. Perasaan keterikatan dengan sekolah (attachment to school), 8. Prestasi akademis, 9. Kompetensi berkomunikasi, dan 10. Sikap kepada guru (attitudes toward teachers) Lebih lanjut dijelaskan bahwa “program bimbingan dan konseling yang mencerminkan pendidikan karakter perupakan kesatuan utuh dari bidang bimbingan sosial, pribadi, belajar, karir, dan bimbingan pengembangan budi pekerti. Disamping itu, pemberian keteladanan dalam sikap dan perilaku konselor sekolah/guru bimbingan dan konseling (guru BK) juga berperan dalam membentuk karakter peserta didik”. Dengan demikian, perilaku guru BK (konselor) dalam berbagai hal, termasuk tutur kata serta tindakan di lingkungan sekolah dan luar sekolah (masyarakat) sebagai model perilaku yang baik atau terpuji yang senantiasa menjadi tolok ukur peserta didik. Meskipun demikian, keteladanan juga tetap harus ada pada kepala sekolah dan seluruh jajarannya. Disamping itu, perlu diingat dan diterapkannya tiga asas atau trilogi Ki Hajar Dewantara. “Ing ngarso sung tulada, artinya jika berada di muka ia memberikan teladan. Ing madya mangun karsa, artinya jika berada di tengah ia mengembangkan tekad. Tut Wuri Handayani, artinya jika dibelakang ia menjadi pendorong” (Usman. 2014: 396-397). Hal tersebut perlu dilengkapi sembilan (9) karakter guru yang menyenangkan, yaitu: guru visioner, pembelajar, penebar senyum, ikhlas, antusias, humoris, kreatif, positif, dan sugestif (Rudiana. 2012: 69-157). Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 38 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 11. Cerminan pendidikan karakter pada pelayanan bimbingan dan konseling tampak pada materi bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh Sukitman pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Cerminan Pendidikan Karakter pada Pelayanan Bbimbingan dan Konseling No. Komponen Program BK Jenis Pelayanan BK Pengembangan Materi Pelayanan BK Berbasis Pendidikan Karakter 1 Komponen pelayanan dasar Layanan informasi, layanan orientasi, layanan penempatan, layanan penyaluran, serta layanan bimbingan kelompok. a. Bimbingan pribadi: 1). Norma-norma agama dan sosial budaya, 2). Nilai-nilai kebudayaan, 3). Nilai-nilai kejujuran, 4). Nilai-nilai kemandirian, 5). Nilai-nilai kebersihan, 6). Nilai-nilai kesehatan, dan 7). Rasa tanggung jawab. b. Bidang sosial: 1). Nilai-nilai kemanusiaan, 2). Nilai-nilai kerja sama, 3). Nilai-nilai gotong-royong, 4). Nilai-nilai kesantunan, 5). Nilai-nilai empatik, dan 6). Nilai-nilai kepedulian/respek. c. Bimbingan belajar: 1). Nilai-nilai kedisiplinan, 2). Nilai-nilai kejujuran, 3). Nilai-nilai kemandirian, 4). Rasa tanggung jawab belajar, 5). Nilai-nilai kreativitas, 6). Kerja keras dalam belajar, dan 7). Nilai-nilai masa depan/ membangun harapan. d. Bidang Karier: 1). Nilai-nilai penanaman diri, 2). Nilai-nilai pemahaman karier/ dunia kerja, 3). Pentingnya perencanaan karier, 4). Nilai-nilai kemandirian dalam memilih karier, 5). Nilai-nilai kerja keras dalam mengikuti Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 39
  • 12. pendidikan karier, 6). Motivasi kerja, 7). Etos kerja, dan 8). Nilai-nilai kejujuran. e. Pengembangan Budi Pekerti: 1). Nilai-nilai kesantunan, 2). Nilai-nilai tanggung jawab, 3). Nilai-nilai gotong-royong 4). Nilai-nilai kolaborasi, 5). Nilai-nilai kerja keras, dan 6). Nilai-nilai kejujuran. 2 Komponen pelayanan responsif a. Konseling individual dan Kelompok, yang mencaakup: 1). Konseling religious; 2). Konseling spiritual; 3). Konseling krisis; 4). Konseling traumatic; & 5). Konseling pendidikan b. Referal/alih tangan Menambahkan nilai-nilai: a. Kesadaran tentang masalah yang dialami, b. Kesadaran untuk memecahkan masalah yang dialami, c. Kesadaran bahwa masalah dapat mengganggu belajar/aktivitas yg harus dilakukan, dan d. Kemandirian dalam memecahkan masalah. 3 Komponen pelayanan perencaanaan individual Pelayanan individual dalam bidang pribadi, social, belajar, dan karir, misalnya layanan: a. Instrumentasi BK, b. Informasi, c. Konsultasi, d. Kunjungan rumah, & e. Kolaborasi dengan orang tua. Menanamkan nilai-nilai: a. Pentingnya merencanakan masa depan, membangun etos kerja, dan kedisiplinan belajar; b. Pentingnya memiliki keterampilan dalam mengelola diri (self- management); c. Pentingnya memiliki keterampilan kerja sama (kolaborasi) dan komunikasi; d. Pentingnya pemahaman diri (kekuatan dan kelemahan); e. Pentingnya pemahaman karier (pekerjaan/profesi, kondisi kerja, peluang kerja, gaji, dan pendidikan karier/jurusan atau program studi pada perguruan tinggi; f. Pentingnya memilih karier (pekerjaan/profesi); g. Membangun budaya kerja keras dalam menempuh pendidikan karier/profesi; serta h. Mempertahankan dan memelihara karier/profesi. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 40 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 13. 4 Komponen pelayanan dukungan sistem a. Sebagai pelayanan yg bersifat tidak langsung karena sasarannya tidak langsung kepada peserta didik/konseli, melainkan bersifat menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling kepada konseli. b. Kegiatannya berupa: 1). Pengembangan jejaring (networking); 2). Manajemen (pengembangan program, pengembangan staf, serta penataan sumber daya dan kebijakan; 3). Pengembangan profesionalitas; 4). Kolaborasi; dan 5). Manajemen program BK. Menanamkan nilai-nilai yang bersifat positif kepada guru BK (untuk meningkatkan kualitas pelayanan BK) melalui berbagai kegiatan, seperti konsultasi, kolaborasi, dan rapat staf, melakukan koordinasi, memperbaiki pencitraan BK, serta pengembangan profesionalitas. PENUTUP Sumarsono Sudarsono, Ketua Umum Yayasan Jati Diri Bangsa, ketika memberikan kata pengantar buku “Pendidikan Karakter Sekolah” mengutip pernyataan Billy Graham yaitu: “Ketika kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, Anda kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, Anda kehilangan segala-galanya”. Selanjutnya ketika menyinggung keterkaitan negara dengan pendidikan dan karakter, Raka dkk (2011: 4) menggarisbawahi bahwa: “Ketika suatu Negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka negara terebut tidak membangun sumber kekuatan, sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabatnya yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakternya. Pembangunan sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dengan pendidikan, tanpa pendidikan pembangunan suatu bangsa tidak akan berhasil. Lebih lanjut keberhasilan Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 41
  • 14. pembangunan suatu bangsa yang kuat mutlak diperlukan adanya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pendidik dan tenaga kependidikan menjadi ujung tombak dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didiknya. Selanjutnya jika dikaji secara mendalam dan menyeluruh agama (Islam), menjadi bagian terpenting dan sentral dalam membangun karakter bangsa, khususnya karakter peserta didik di sekolah (Huwalla-hu a’lam bishshowa-b). DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal & Sujak. 2011. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Penerbit Yrama Widya. Fathurrohman, Pupuh. 2014. Urgensi Bimbingan & Konseling di Perguruan Tinggi. Bandung: Refika Aditama. Gibson, Robert L & Mitchell, Marianne H. 2011. Bimbingan dan Konseling (Terjemahan oleh: Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jones, Richard Nelson. 2012. Pengantar Keterampilan Konseling (Terjemahan oleh: Helly Prajitno Soetjipto & Sri MulyantiniSoetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. K.H. Dewantara. 2004. Karya K.H. Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas kerjasama dengan PT Rineka Cipta. Raka, Gede. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PTElek Media Komputindo. Rudiana. 2012. Karakter Guru Menyenangkan Berbasis Ramah Otak. Bandung: Smile’s Indonesia Institut (SII) Publishing Sairin, Weinata. . 2010. Himpunan Peraturan Di Bidang Pendididkan. Jakarta: Jala Permata Aksara. Sukiman, Tri. 2015. Bimbingan Konseling, Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Diva Press. Tohirin. 2007. Bimbingan dan Koseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Usman, Husaini. 2014. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers 42 ISBN: 978-602-70471-1-2
  • 15. Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta: CV Andi Offset. Zuchdi D, Prasetya Z K, & Masruri M S. 2013. Model Pendidikan Karakter, Terintegrasi Dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah. Yogyakarta: --- ---. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional & Balai Pustaka. ---. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah. Jakarta: Kemendiknas, Balitbang Pusat Kurikulum Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter ISBN: 978-602-70471-1-2 43