Menyontek merupakan perbuatan yang tidak baik yang dapat merusak pembangunan karakter siswa dan menghambat kreativitas. Hal ini dikarenakan menyontek akan membuat siswa kurang percaya diri dan selalu bergantung pada orang lain. Guru seharusnya mendidik siswa untuk jujur dan berani berpikir sendiri agar negara memiliki generasi yang cerdas dan berkarakter ke depannya.
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
MENSONTEK
1. Bermanfaatkah Goresan Tinta Panas di Atas
Kertas ?
Oleh: Esa Karimatuz Zahara
“Barang siapa mencurangi kami maka bukan dari golongan kami”
(HR. Muslim)
Setelah membaca hadist di atas, apa yang terpikirkan di benak pembaca
sekalian ? sebuah kecurangan apa yang dimaksud dalam hadist tersebut ?
Apakah kita semua pernah melakukan kecurangan yang dimaksudkan dalam
hadist itu ? Dalam keadaan sadar atau tidak sadar kita semua pasti pernah
melakukannya. Mulai dari hal yang sekecil apapun. Apa pembaca tahu tentang
perbuatan menyontek ? saya yakin pasti tidak ada yang menggelengkan kepala
ketika saya menanyakannya. Ya, pada zaman sekarang ini siapa yang tidak
tahu tentang hal menyontek.
Menyontek adalah perbuatan menjiplak karya orang lain tanpa atau
dengan izin orang tersebut. Perbuatan menyontek mungkin sudah mendarah
daging di kalangan murid-murid zaman sekarang. Berbagai cara akan mereka
lakukan agar kegiatan mereka tidak diketahui oleh pengawas. “kita menyontek
cuma pada waktu kepepet”, begitu ungkap teman-teman saya ketika kami
sedang membahas hal menyontek. Saya berpikir, kepepet itu keadaan yang
bagaimana ? ada seseorang yang mengatakan kepepet itu saat ia telah belajar
semalaman tetapi ia lupa beberapa hal yang sudah ia hafal, tetapi ada juga
yang mengatakan kepepet saat ia sama sekali tidak melakukan usaha apapun.
Jadi bisa saja alasan kepepet itu hanya untuk menutupi kemalasan seseorang
agar ia bisa mendapatkan jawaban dari temannya. Benar bukan ?
Bagi beberapa orang orientasi belajar siswa-siswi di sekolah hanya untuk
mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif
daripada afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka mengambil
jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktik menyontek.
Sebenarnya apa sih tujuan dari proses pembelajaran itu ? Mendapat nilai yang
tinggi atau mendapat suatu keahlian ? “Jika hanya mendapat nilai yang tinggi,
saya bisa memberikannya kepada kalian berapapun yang kalian mau, tetapi
2. bagaimana jika pada suatu hari nanti ada orang yang meminta
pertanggungjawaban kalian atas nilai-nilai yang saya beri jika kalian sendiri
tidak bisa menguasainya?” begitu yang disampaikan guru bahasa Mandarin
saya. Ya memang benar, nilai bisa kita dapat dengan mudah, tetapi keahlian ?
jangan dipikir kita akan mendapatkannya dengan cara menyontek.
Saya pernah melakukan survei kepada teman-teman saya, saya
mengajukan pertanyaan tentang tujuan menyontek bagi dirinya sendiri,
apakah bermanfaat ? Dari jawaban mereka, saya menyimpulkan bahwa
mereka semua tahu bahwa menyontek adalah tindakan yang tidak pantas
dilakukan. Tetapi ada beberapa dari mereka yang menyangkal bahwa
menyontek itu bisa juga memberikan mereka bantuan saat mereka sedang
berada dalam kesulitan. Beberapa dari mereka juga ada yang menentang
perbuatan menyontek. “Ya nggak adil aja, kita yang belajar mati-matian
dengan mereka yang nggak belajar masak bisa dapat nilai yang hampir sama
atau bahkan lebih tinggi mereka yang nggak belajar”. Jujur, saya sendiri
menentang adanya perbuatan menyontek. Menurut pengalaman saya,
beberapa siswa yang menyontek dapat menduduki posisi terbaik di kelas. dan
itu yang membuat mereka yang tekun menjadi semakin geram karena hal itu
merupakan ketidakadilan. “Aku malah dibilang pelit sama temanku gara-gara
aku nggak memberikan jawabanku saat tryout, padahal aku sudah
menjelaskan kalau tryout itu untuk mengukur kemampuan kita dulu”. Begitu
ungkap Sofi, salah satu teman saya di SMP. Ya seperti itulah kenyataannya.
Seseorang yang ingin mengamalkan hal baik, pasti ada penentangnya.
Memberikan pengertian kepada teman kita merupakan salah satu hal yang
mudah untuk dilakukan, tetapi sangat sulit bagi teman kita yang menyontek
untuk memahami maksud nasihat itu.
Seperti yang kita ketahui saat ini, fasilitas untuk menyontek bukan
hanya berbagai trik yang turun temurun dilakukan angkatan senior, melainkan
juga dari beberapa pendidik atau pengawas sendiri. "Ada guru yang masih
menjaga idealismenya sehingga anti terhadap menyontek, namun ada guru
yang terjebak dalam kepentingan sekolah untuk menjaga reputasinya. Jadi,
guru membiarkan anak menyontek sehingga prestasi sekolah terjaga," kata
Manager Makmal Pendidikan, Domper Dhuafa, Asep Sapa'at, saat berbincang
dengan republika.co.id, Jum'at (23/12).
3. Seperti yang dikatakan oleh bapak Asep Sapa'at di atas. Ada beberapa
pendidik yang berusaha menjaga nama baik sekolah dengan memperbolehkan
murid-muridnya menyontek. Teman saya pernah bercerita, ia memiliki guru
yang bisa dibilang mendukung murid-muridnya untuk menyontek. Guru itu
selalu berkata saat ujian berlangsung “kalau mau menyontek silahkan, asal
jangan ribut.” Saya yakin beberapa murid yang menjumpai guru seperti yang
saya sebutkan diatas akan sangat bahagia karena mereka akan dengan mudah
melakukan hal bodoh, yaitu menyontek. Bagaimana kita dapat menghentikan
perbuatan menyontek jika pendidik yang harusnya mengajarkan hal yang baik
saja mengarahkan para muridnya untuk berbuat yang tidak patut ?
Perlu kita sadari bahwa ujian adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengukur seberapa dalam kemampuan yang kita miliki. Memang
harapannya kita akan mendapat nilai bagus dalam ujian itu. Tetapi apa kita
akan puas jika hasil bagus yang kita dapat itu merupakan buah pikiran orang
lain ? seberapa bagus nilai yang kita dapat, jika nilai itu bukan hasil kita, pasti
kita tidak merasakan kepuasan tersendiri. Terkadang kita memperlihatkan
kepuasan palsu kepada teman-teman kita, tetapi bagaimana dengan hati kita ?
Hati adalah pusat kendali pikiran kita, baik atau buruknya cuma hati kita yang
tahu. Hati kita akan menganggap menyontek adalah perbuatan menipu diri
sendiri.
“Dari Abu Bakar ash-Shiddiq R.A. bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka menipu, orang
kikir, dan orang yang tidak bertanggungjawab terhadap apa yang
dimilikinya.” Riwayat Tirmidzi.”
Sungguh, dari itu semua kita tahu bahwa menyontek adalah perbuatan
yang merusak diri kita. Bahkan Nabi kita sendiri Muhammad SAW tidak
mengakui orang-orang yang melakukan kecurangan bagian dari golongannya.
Na’idzubillahi mindzaliq. Walau terkadang menyontek dapat membuahkan
hasil yang bagus, hasil yang sesuai dengan keinginan kita. Tetapi menyontek
dapat mematikan rasa percaya kepada diri kita sendiri dan juga kreatifitas yang
kita miliki. Seseorang yang mempunyai kebiasaan menyontek akan selalu
merasa tidak percaya dengan apa yang ia kerjakan. Dalam menyelesaikan soal
ada perasaan tidak yakin sehingga selalu ingin melihat pekerjaan orang lain
dan membandingkannya. Hal ini akan mengakibatkan dia tidak mau lagi
4. menyelesaikan soal dan lebih memilih melihat pekerjaan orang lain kemudian
menyalinnya. Lama-kelamaan tidak akan ada ide-ide orisinil yang keluar dari
pikirannya sendiri. Itu mengakibatkan orang tersebut tidak bisa berkreasi.
Padahal kreativitas sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Kreativitas
seseorang (khususnya siswa) yang tinggi, bisa membangun jati diri mereka
sendiri bahkan mengharumkan nama bangsa dan negara. Tanpa kreativitas,
membangun negara yang cerdas adalah mustahil. Kemandirian siswa juga
diperlukan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dengan menyontek kita
akan selalu menggantungkan diri kita kepada orang lain.
Bukankah Tuhan telah memberikan kepada manusianya akal pikiran
untuk dikembangkan dan menghasilkan hal-hal yang berguna ? Jika perbuatan
menyontek dilakukan, tentu saja kecerdasan otak seseorang tidak akan
berkembang. Otak perlu diasah agar dapat bekerja dengan baik. Menyontek
tidak ada manfaat apa-apa untuk kecerdasan otak. Tanpa menyontek, kita bisa
melatih dan mengasah otak dengan hal-hal yang berguna.
“Menurut Poedjinoegroho (2006), dampak yang timbul dari praktik
menyontek yang secara terus-menerus dilakukan akan mengakibatkan
ketidakjujuran. Jika tidak dihilangkan, niscaya akan muncul malapetaka,
peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya
nanti akan menjadi kandidat koruptor.”
Jika masalah menyontek masih dianggap sepele oleh semua orang, tidak
ada respon dan tanggapan dari guru, kepala sekolah, pengawas, dinas
pendidikan, para pakar pendidikan, dan pengambil kebijakan dalam bidang
pendidikan, saya sendiri pesimis dunia pendidikan akan maju dan mungkin
orang-orang yang tidak jujur akan bekerja di semua sektor kehidupan.
Bagaimana jika itu benar-benar terjadi ? akan jadi apa negara kita di masa akan
datang ?