SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 28 ISSN 0216 – 163X 
Analisis Kualitas Air Sungai Kalianyar Mojosongo 
Water Analysis of Kalianyar - Mojosongo River 
Daniel Dwi Prasetyo 
Program Studi DIII Analis Kimia Universitas Setia Budi Surakarta 
Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo – Solo 57127 
Email : danielgazelle91@gmail.com 
Abstrak 
Pencemaran pada perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ataupun faktor alam yang dapat menyebabkan perubahan buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Air sungai Kali Anyar sebagai sampel diuji kualitasnya. Pada parameter dengan metode laboratoris TSS, COD dan BOD5. Hasil analisis akan dibandingkan dengan kualitas air golongan 3 pada PP nomor 82 tahun 2001. Hasil penelitian terhadap sampel yang diteliti menunjukan data sebagai berikut : TSS 0,8 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan analisis yang dilakukan, air Sungai Kali Anyar melebihi batas baku mutu PP nomor 82 tahun 2001. 
Kata kunci : Air sungai, Analisis, TSS, COD, BOD5. 
PENDAHULUAN 
Sungai merupakan salah satu bentuk perairan yang dicirikan memiliki arus yang mengalir dari hulu ke hilir. Sungai oleh manusia digunakan sebagai sumber air minum, pengairan, pertanian dan berbagai kegiatan lainnya. Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kondisi sungai seperti hujan deras yang dapat meluap dan menjadi keruh, sedangkan faktor yang berasal dari manusia misalnya pembuangan limbah yang berasal dari industri, pertanian maupun domestik (Kasmanhadi S. Henry 2009). Perindustrian di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Anyar, Mojosongo dapat menyebabkan penurunan mutu kualitas air sungai. Hal ini karena sisa kegiatan produksi yang dihasilkan kemungkinan besar akan dibuang ke sungai. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diadakan pengkajian kualitas air sungai Kali Anyar di Mojosongo mengingat sungai ini berperan penting bagi masyarakat sekitar. 
Penelitian ini secara umum untuk mengetahui kualitas TSS, COD dan BOD5 pada air sungai Kali Anyar, Mojosongo pada standar kualitas air kelas tiga sesuai PP nomor 82 tahun 2001. 
TINJAUAN PUSTAKA 
Pencemaran Perairan Sungai 
Kasmanhadi S. Henry (2009) menyatakan bahwa pencemaran perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa- senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Makhluk hidup memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat kecil sampai ke subletal seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan pengaruh perilaku, atau kematian yang nyata. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan. 
Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Azwir, 2006). Berdasarkan definisinya, pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Hal tersebut juga berfungsi sebagai tolok ukur
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 29 ISSN 0216 – 163X 
untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. 
Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. beban pencemar yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya (PP no.82, 2001). Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan kelayakan mutu air yang dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar internasional, standar nasional, maupun standar perusahaan. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari : 
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. 
2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 
4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 
TSS (Total Suspended Solid) 
TSS adalah total padatan tersuspensi di dalam air berupa bahan- bahan organik dan anorganik. Residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser (Nurhasanah, 2009). Kandungan TSS pada air sungai dapat ditentukan setelah contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total (SNI 06- 6989.3-2004). 
COD (Chemical Oxygen Demand) 
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan- bahan yang dapat teroksidasi dalam air buangan oleh senyawa oksidator sebagai penentu bahan organik. Penetapan COD didasarkan atas kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi dengan bantuan oksidator kuat dalam suasana asam. Nilai COD mencakup kebutuhan oksigen untuk reaksi biokimiawi, karena senyawa organik yang dapat dirombak oleh mikroorganisme dapat pula dirombak mengalami oksidasi lewat reaksi kimiawi. Prinsip analisa dari COD adalah zat organik dioksidasi dengan campuran mendidih asam sulfat dan kalium dikromat yang diketahui normalitasnya dalam suatu refluk selama 2 jam. Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat (FAS) (SNI 06- 6989.15-2004). Reaksi yang terjadi pada tes COD ini adalah :
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 30 ISSN 0216 – 163X 
CaHbOc + Cr2O7= + H+ CO2 + H2O + Cr3+ 
6 Fe2+ + Cr2O7= + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O 
Gambar 1. Reaksi COD 
BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) 
BOD5 adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) semua zat-zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD5 semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk dapat bertahan hidup. BOD5 dipengaruhi oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu, dan sinar matahari. Pengukuran BOD5 dilakukan melalui cara yang distandarisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap pada temperature tertentu dan periode waktu terbatas. (R.Wati, Rosnida, 2008). Prinsip analisa BOD5 yaitu : pemeriksaan BOD5 didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut: 
CnHaObNc + (n )O2 → nCO2 + H2O + cNH3 
Gambar 2. Reaksi BOD5 
Sesuai dengan definisi BOD5 maka limbah itu semakin jelek apabila BOD5 semakin tinggi. Sehingga BOD5 dapat dipergunakan untuk menentukan kepekatan limbah atau baik buruknya limbah. Limbah yang mempunyai BOD5 tinggi pada dasarnya (tidak selalu) lebih jelek daripada limbah yang mempunyai BOD5 rendah. BOD5 itu dapat digunakan sebagai ukuran kualitas limbah cair atau air apabila tidak ada gangguan terhadap aktivitas mikroorganisme. 
METODOLOGI PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian 
Karya tulis ini disusun berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium Kimia Air Universitas Setia Budi pada bulan Maret 2012. 
Sampel Sampel yang digunakan adalah air sungai Kali Anyar, Mojosongo. Prosedur Penelitian 
Prosedur pengambilan sampel air sungai 
Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya. Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya. Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Cara pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : 
1. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian tengah badan sungai. 
2. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan botol plastik yang dimasukan badan sungai berlawanan arus sungai. 
3. Botol yang sudah penuh kemudian ditutup rapat dan dibawa kelab untuk dianalisis/diawetkan. 
4. Pengambilan dilakukan selama 3 kali dikarenakan kegiatan pembuangan limbah sekitar sungai yang dapat mempengaruhi keadaan sungai. 
5. Sampel yang sudah terkumpul lalu dihomogenkan dalam dua botol (Hadi, 2005)
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 31 ISSN 0216 – 163X 
Prosedur Penanganan Sampel 
Sampel yang diambil dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih. Sampel yang telah diambil segera dibawa ke laboratorium analisa dan pengolahan limbah Universitas Setia Budi untuk awetkan. Untuk sampel untuk uji COD ditambahkan H2SO4 pH < 2 dan didinginkan dengan suhu 4o C sedangkan untuk uji TSS dan BOD didinginkan pada suhu 4o C. 
Analisis TSS (SNI 06-6989.3-2004). 
1. Melakukan pengadukan contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen dan memiipet contoh uji dengan volume 50 mL, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk magnetik. 
2. Mencuci kertas saring whattman nomor 42 dengan 10 mL air suling, dan lanjutkan penyaringan sampel air sungai dengan vakum agar diperoleh penyaringan sempurna 
3. Memindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan memindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. 
4. Mengeringkan kertas saring dalam oven setidaknya selama 9 jam pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. 
5. Mendinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang dan mengulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator 
6. Melakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 0,2 mg terhadap penimbangan sebelumnya. 
Analisis COD (SNI 06-6989.15-2004). 1. Memipet 10 ml contoh uji, masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan 0,2 g serbuk HgSO4 dan beberapa batu didih. 
2. Menambahkan 5 ml larutan kalium dikromat, K2Cr2O7 0,25 N dan menambahkan 15 ml pereaksi asam sulfat – perak sulfat perlahan-lahan sambil mendinginkan dalam air pendingin. 
3. Menghubungkan dengan pendingin Liebig dan mendihkan diatas hot plate 
selama 2 jam dengan rangkaian refluks. 
4. Mencuci bagian dalam dari pendingin dengan 20 mL air suling dan mendinginkan sampai temperatur kamar. 
5. Menambahkan indikator ferroin 2 sampai dengan 3 tetes. 
6. Melakukan titrasi dengan larutan FAS 0,1 N sampai warna merah kecoklatan, catat kebutuhan larutan FAS. 
7. Melakukan langkah nomor 1-3 untuk pemeriksaan blanko dengan mengganti contoh uji dengan akuades. 
Analisis BOD5 (SNI 06989.72:2009). 
1. Sebanyak 2 botol Winkler disiapkan dan ditandai dengan notasi A1 dan A2. 
2. Dimasukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol Winkler A1 dan A2, sampai meluap, kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara. 
3. Dilakukan pengocokan beberapa kali, kemudian ditambahkan air bebas mineral pada sekitar mulut botol winkler yang telah ditutup. 
4. Botol winkler A2 disimpan dalam lemari incubator 20°C selama 5 hari. 
5. Dilakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan botol A1 dengan menambahkan 2 mL larutan MnSO4 2,25 % dan 2 mL alkali-iodine azida. 
6. Membolak-nalikan botol sampai 15x dan diamkan selama 2 menit. 
7. Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat dan membolak-balik lagi dan diamkan beberapa saat. 
8. Mentitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 sampai warna kuning muda. 
9. Menambahkan larutan indikator amylum 1% dan titrasi dilanjutkan kembali sampai warna biru pada larutan tepat hilang. 
10. Melakukan perlakuan nomor 5-9 untuk larutan pada botol A2. 
Catatan 1: Oksigen terlarut dalam air pengencer yang dikonsomsi mikroba 5 hari berkisar antara 0,6 mg/L– 1,0 mg/L.
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 32 ISSN 0216 – 163X 
Analisis Data TSS (SNI 06-6989.3-2004) Keterangan : a = Berat kertas saring berisi residu tersuspensi, dalam mg b = Berat kertas saring kosong, dalam mg Vs = Volume sampel COD (SNI 06-6989.15-2004) 
Keterangan: 
a = mL larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko 
b = mL larutan FAS yang dibutuhkan untuk sampel 
N = Normalitas FAS 
P = Pengenceran 
8000 = berat milieqivalent oksigen x 1000 mL/L 
Catatan : kadar larutan reagen selalu dipilih agar (a-b) > 1ml 
BOD5 (SNI 06989.72:2009) 
BOD = DO0 – DO5 
Keterangan: 
A = volume titran natrium tiosulfat 
N =Normalitas larutan natrium tiosulfat (ek/l) 
V = volume botol winkler (ml) 
DO0 = Oksigen terlarut 0 hari 
DO5 = Oksigen terlarut 5 hari 
P = Pengenceran 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil penelitian untuk sampel air sungai Kali Anyar yang dianalisis adalah parameter TSS, COD dan BOD5. Pada analisis parameter TSS, dilihat penampakan air sungai secara fisik terlihat air mengandung padatan tersuspensi yang cukup banyak. Hasil penelitian menunjukan hasil yang cukup besar yaitu 816 mg/L karena sungai sedang surut. TSS dapat terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa air sungai selain itu juga berasal dari limbah yang masuk ke sungai. Dengan demikian dapat dilihat bahwa parameter TSS pada air sungai Kali Anyar tidak memenuhi persyaratan baku mutu air limbah golongan 3. 
Pengukuran bahan organik yang dilakukan dengan cara oksidasi secara kimia menjadi lebih singkat yang disebut uji Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran COD pada suatu perairan menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegradable (terdegradasi secara biologi) maupun yang non- biodegradable (tidak terdegradasi secara biologi) menjadi CO2 dan H2O. Pengukuran COD didasarkan pada prinsip bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat K2Cr2O7 (kalium dikromat) dalam suasana asam. Oksidator ini dapat mengoksidasi bahan organik sekitar 95-100%. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Semakin banyak K2Cr2O7 yang terpakai maka semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal tersebut menunjukkan tingginya bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Dari hasil uji yang dilakukan terhadap air sungai Kali Anyar diperoleh kadar COD 40,608 mg/L. Kadar COD yang diperoleh cukup besar dikarenakan buangan llimbah dari Industri maupun dari limbah rumah tangga yang langsung masuk ke badan sungai. 
Tabel 1.Hasil Analisa Laboratorium terhadap parameter TSS, COD dan BOD5. 
No. 
Parameter 
Hasil 
1 
TSS 
816 mg/L 
2 
COD 
40,608 mg/L 
3 
BOD5 
4,7931 mg/L
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 33 ISSN 0216 – 163X 
Pembandingan uji yang telah dilakukan dengan dengan PP.No.82 Tahun 2001 pada parameter air golongan 3 maka disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut : 
Table 2. tabel perbandingan kualitas air sungai Kali Anyar dengan Baku Mutu. 
Berdasarkan PP.No.82 Tahun 2001 tentang baku mutu kualitas air untuk kadar COD adalah 50 mg/L dan dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kadar COD masih dalam batas yang aman dalam baku mutu. Kadar COD yang didapatkan cukup besar, hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai masih berlangsung di sepanjang Sungai Kali Anyar, terutama dari pemukiman, industri dan berbagai kegiatan di kota Mojosongo, Surakarta. 
Pentingnya pengukuran oksigen terlarut di perairan adalah untuk mengetahui laju oksigen yang digunakan oleh organisme. Adanya laju yang sangat rendah akan mengindikasikan perairan yang bersih atau kemungkinan minimnya mikroorganisme untuk mengkonsumsi bahan organik yang tersedia di perairan dan kemungkinan lainnya adalah mikroorganisme mati. Laju penggunaan oksigen umumnya disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). BOD5 merupakan metode untuk mengetahui banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mendekomposisi bahan organik secara biologi (Biodegradable) di perairan dalam sebuah unit volume air dengan memanfaatkan mikroorganisme. 
BOD5 menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi mikroba dalam proses respirasi aerob yang terdapat dalam botol Winkler yang diinkubasi sekitar 200C, pada umumnya selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya. Bahan organik ini, yaitu : lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, dan ester. Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Berdasarkan PP.No.82 Tahun 2001 tentang baku mutu kualitas air untuk kadar BOD5 adalah 6 mg/L dari hasil penelitian yang diperoleh adalah 4,7931 mg/L maka kadar BOD5 air sungai Kali Anyar yang masih berada dibawah standar mutu. 
KESIMPULAN DAN SARAN 
Kesimpulan 
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data dari parameter, yaitu : TSS 816 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan penelitian ini, kualitas air Sungai Kali Anyar tergolong tercemar. Tidak sesuai dengan baku mutu PP no. 82 tahun 2001. 
Saran 
Kondisi Sungai Kali Anyar tercemar, maka harus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan industri sekitar Sungai Kali Anyar agar tidak melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Selain itu limbah industri tetap perlu diolah sebelum dibuang ke sungai. Masyarakat di sepanjang sungai yang dilengkapi dengan septic tank, pembuatan tempat MCK dan untuk limbah peternakan dibuatkan tempat pengolahan limbah yang dapat mengolah limbah menjadi biogas. DAFTAR PUSTAKA Azwir. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri Kelapa Sawit (PT. PEPUTRA MASTERINDO), di Kabupaten 
Parameter 
Baku Mutu Air kelas 3 
( PP.No.82 Tahun 2001) 
Sampel 
TSS 
400 mg/L 
816 mg/L 
COD 
50 mg/L 
40,608 mg/L 
BOD5 
6 mg/L 
4,7931 mg/L
Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 34 ISSN 0216 – 163X 
Kampar. Thesis. Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2006 Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 06- 6989.15-2004. Chemical Oxygen Demand (COD). Jakarta: BSN. 2004 Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 06- 6989. 3-2004. Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara Gravimetri. Jakarta: BSN. 2004 Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.59.2008. Pengambilan Sampel Air Limbah. Jakarta: BSN. 2008 Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 18644 6989.72:2009. Cara uji kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand/BOD). Jakarta: BSN. 2009 Hadi, A. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005 
Kasmanhadi S, Henry. Karakteristik Kuallitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten. Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2009 
Nurhasanah. Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Tekstil Kelapa Sawit, Pabrik Karet Dan Domestik. Medan. FMIPA Universitas Sumatera Utara. 2009 
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Presiden Republik Indonesia. 
R.Wati, Rosnida. Penentuan Kadar Fosfat dan COD Pada Proses Pengolahan Air Limbah PT.Sinar Oleochemical International (PT.SOCI). Medan. Universitas Sumatera Utara. 2008

More Related Content

What's hot

Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Unsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_lautUnsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_lautAhmad Nur
 
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...Ali Hasimi Pane
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiQunk
 
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanlaporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanElmisa Subama
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanRizal EnsyaMada
 
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)Faizin Mahfudz
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...Adelina Hutauruk
 
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Nanda Reda
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakErnalia Rosita
 
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERLaporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERnurahlina08
 

What's hot (20)

Makalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasiMakalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasi
 
Hidrasi Air
Hidrasi AirHidrasi Air
Hidrasi Air
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Unsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_lautUnsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_laut
 
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologi
 
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewanlaporan praktikum lapangan taksonomi hewan
laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Penentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bodPenentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bod
 
Porifera
PoriferaPorifera
Porifera
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
 
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
 
laporan fieldtrip herbarium
laporan fieldtrip herbariumlaporan fieldtrip herbarium
laporan fieldtrip herbarium
 
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)Kelompok 2 (lempeng tektonik)
Kelompok 2 (lempeng tektonik)
 
SDA (Air) Presentasi
SDA (Air) PresentasiSDA (Air) Presentasi
SDA (Air) Presentasi
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
 
BENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIALBENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIAL
 
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERLaporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 

Viewers also liked

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...infosanitasi
 
Rencana pembelajaran semester bahasa indonesia
Rencana pembelajaran semester bahasa indonesiaRencana pembelajaran semester bahasa indonesia
Rencana pembelajaran semester bahasa indonesiaAndi Sahtiani Jahrir
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Anjas Asmara, S.Si
 
Standar+kualitas+air+bersih
Standar+kualitas+air+bersihStandar+kualitas+air+bersih
Standar+kualitas+air+bersihyudi3456
 
Percobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airPercobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airRini Wulandari
 
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...Laras Agung
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airqlp
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Ecko Chicharito
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Kampus-Sakinah
 
Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)Muhammad Eko
 
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...infosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...infosanitasi
 
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...infosanitasi
 
Power point kimia
Power point kimiaPower point kimia
Power point kimiathambun
 

Viewers also liked (20)

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
 
Analisis air widya
Analisis air widyaAnalisis air widya
Analisis air widya
 
Pengamatan teh
Pengamatan tehPengamatan teh
Pengamatan teh
 
Rencana pembelajaran semester bahasa indonesia
Rencana pembelajaran semester bahasa indonesiaRencana pembelajaran semester bahasa indonesia
Rencana pembelajaran semester bahasa indonesia
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
 
Sulfida
SulfidaSulfida
Sulfida
 
Standar+kualitas+air+bersih
Standar+kualitas+air+bersihStandar+kualitas+air+bersih
Standar+kualitas+air+bersih
 
Percobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airPercobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD air
 
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
Contoh swot
Contoh swotContoh swot
Contoh swot
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)
 
Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)
 
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
 
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan P...
 
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
 
Power point kimia
Power point kimiaPower point kimia
Power point kimia
 
Soal2 p h larutan
Soal2 p h larutanSoal2 p h larutan
Soal2 p h larutan
 

Similar to Analisis Air Sungai

Bod cod do dila
Bod cod do dilaBod cod do dila
Bod cod do dilarahmadawal
 
Lapoan Analisa Air
Lapoan Analisa AirLapoan Analisa Air
Lapoan Analisa Airaji indras
 
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...diqki
 
Pencemaran Air.pptx
Pencemaran Air.pptxPencemaran Air.pptx
Pencemaran Air.pptxssuser359a74
 
Analisis Sungai Bengawan Solo.pptx
Analisis Sungai Bengawan Solo.pptxAnalisis Sungai Bengawan Solo.pptx
Analisis Sungai Bengawan Solo.pptxVelyPurba
 
Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1PT. SASA
 
Andi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdf
Andi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdfAndi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdf
Andi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdfAndiInna2
 
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
 
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranParameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranYos F. da-Lopes
 
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)BiomaPublishing
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanPT. SASA
 
Pkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersih
Pkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersihPkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersih
Pkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersihDidik Setyawarno
 
kondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakarta
kondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakartakondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakarta
kondisi tercemarnya sungai Pepe di SurakartaGanesha Ganes
 

Similar to Analisis Air Sungai (20)

Bod cod do dila
Bod cod do dilaBod cod do dila
Bod cod do dila
 
Lapoan Analisa Air
Lapoan Analisa AirLapoan Analisa Air
Lapoan Analisa Air
 
Cod dan bod
Cod dan bodCod dan bod
Cod dan bod
 
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
 
Pencemaran Air.pptx
Pencemaran Air.pptxPencemaran Air.pptx
Pencemaran Air.pptx
 
Analisis Sungai Bengawan Solo.pptx
Analisis Sungai Bengawan Solo.pptxAnalisis Sungai Bengawan Solo.pptx
Analisis Sungai Bengawan Solo.pptx
 
Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3
 
Pengukuran do 1
Pengukuran do 1Pengukuran do 1
Pengukuran do 1
 
Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1
 
Andi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdf
Andi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdfAndi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdf
Andi Besse Mutmainnah_Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Pabrik.pdf
 
101095339 kualitas-air-bersih
101095339 kualitas-air-bersih101095339 kualitas-air-bersih
101095339 kualitas-air-bersih
 
Jurnal kimia industri
Jurnal kimia industriJurnal kimia industri
Jurnal kimia industri
 
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
 
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranParameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
 
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
Jurnal kimia
Jurnal kimiaJurnal kimia
Jurnal kimia
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
 
Pkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersih
Pkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersihPkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersih
Pkmp status kualitas air lengkong sebagai sumber air bersih
 
kondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakarta
kondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakartakondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakarta
kondisi tercemarnya sungai Pepe di Surakarta
 

More from Farhan Yuzevan

Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...
Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...
Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...Farhan Yuzevan
 
Hubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkungan
Hubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkunganHubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkungan
Hubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkunganFarhan Yuzevan
 
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanol
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanolEkstraksi daun sirsak dengan pelarut etanol
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanolFarhan Yuzevan
 
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...Farhan Yuzevan
 
Kadar tokoferol dalam tauge
Kadar tokoferol dalam taugeKadar tokoferol dalam tauge
Kadar tokoferol dalam taugeFarhan Yuzevan
 
Ppt entropi dan kespontanan
Ppt entropi dan kespontananPpt entropi dan kespontanan
Ppt entropi dan kespontananFarhan Yuzevan
 

More from Farhan Yuzevan (16)

Polutan udara
Polutan udaraPolutan udara
Polutan udara
 
Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...
Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...
Pemanfaatan biji durian sebagai upaya penyediaan bahan baku energi alternatif...
 
Minamata
MinamataMinamata
Minamata
 
Pemanasan global
Pemanasan globalPemanasan global
Pemanasan global
 
Hubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkungan
Hubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkunganHubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkungan
Hubungan kebutuhan dasar manusia dan lingkungan
 
Ppt lingkungan
Ppt lingkungan Ppt lingkungan
Ppt lingkungan
 
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanol
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanolEkstraksi daun sirsak dengan pelarut etanol
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanol
 
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
Pengaruh Ekstrak Tauge Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit yang Diinduksi Pa...
 
Partikel Atom
Partikel AtomPartikel Atom
Partikel Atom
 
Laporan fixaa
Laporan fixaaLaporan fixaa
Laporan fixaa
 
Laporan farhan fix 1
Laporan farhan fix 1Laporan farhan fix 1
Laporan farhan fix 1
 
Kadar tokoferol dalam tauge
Kadar tokoferol dalam taugeKadar tokoferol dalam tauge
Kadar tokoferol dalam tauge
 
Revisi 1
Revisi 1Revisi 1
Revisi 1
 
Atom
AtomAtom
Atom
 
Ppt entropi dan kespontanan
Ppt entropi dan kespontananPpt entropi dan kespontanan
Ppt entropi dan kespontanan
 
Ppt entalpi 2
Ppt entalpi 2Ppt entalpi 2
Ppt entalpi 2
 

Analisis Air Sungai

  • 1. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 28 ISSN 0216 – 163X Analisis Kualitas Air Sungai Kalianyar Mojosongo Water Analysis of Kalianyar - Mojosongo River Daniel Dwi Prasetyo Program Studi DIII Analis Kimia Universitas Setia Budi Surakarta Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo – Solo 57127 Email : danielgazelle91@gmail.com Abstrak Pencemaran pada perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ataupun faktor alam yang dapat menyebabkan perubahan buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Air sungai Kali Anyar sebagai sampel diuji kualitasnya. Pada parameter dengan metode laboratoris TSS, COD dan BOD5. Hasil analisis akan dibandingkan dengan kualitas air golongan 3 pada PP nomor 82 tahun 2001. Hasil penelitian terhadap sampel yang diteliti menunjukan data sebagai berikut : TSS 0,8 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan analisis yang dilakukan, air Sungai Kali Anyar melebihi batas baku mutu PP nomor 82 tahun 2001. Kata kunci : Air sungai, Analisis, TSS, COD, BOD5. PENDAHULUAN Sungai merupakan salah satu bentuk perairan yang dicirikan memiliki arus yang mengalir dari hulu ke hilir. Sungai oleh manusia digunakan sebagai sumber air minum, pengairan, pertanian dan berbagai kegiatan lainnya. Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kondisi sungai seperti hujan deras yang dapat meluap dan menjadi keruh, sedangkan faktor yang berasal dari manusia misalnya pembuangan limbah yang berasal dari industri, pertanian maupun domestik (Kasmanhadi S. Henry 2009). Perindustrian di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Anyar, Mojosongo dapat menyebabkan penurunan mutu kualitas air sungai. Hal ini karena sisa kegiatan produksi yang dihasilkan kemungkinan besar akan dibuang ke sungai. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diadakan pengkajian kualitas air sungai Kali Anyar di Mojosongo mengingat sungai ini berperan penting bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini secara umum untuk mengetahui kualitas TSS, COD dan BOD5 pada air sungai Kali Anyar, Mojosongo pada standar kualitas air kelas tiga sesuai PP nomor 82 tahun 2001. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Perairan Sungai Kasmanhadi S. Henry (2009) menyatakan bahwa pencemaran perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa- senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Makhluk hidup memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat kecil sampai ke subletal seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan pengaruh perilaku, atau kematian yang nyata. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan. Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Azwir, 2006). Berdasarkan definisinya, pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Hal tersebut juga berfungsi sebagai tolok ukur
  • 2. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 29 ISSN 0216 – 163X untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. beban pencemar yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya (PP no.82, 2001). Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan kelayakan mutu air yang dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar internasional, standar nasional, maupun standar perusahaan. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari : 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. 2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. TSS (Total Suspended Solid) TSS adalah total padatan tersuspensi di dalam air berupa bahan- bahan organik dan anorganik. Residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser (Nurhasanah, 2009). Kandungan TSS pada air sungai dapat ditentukan setelah contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total (SNI 06- 6989.3-2004). COD (Chemical Oxygen Demand) COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan- bahan yang dapat teroksidasi dalam air buangan oleh senyawa oksidator sebagai penentu bahan organik. Penetapan COD didasarkan atas kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi dengan bantuan oksidator kuat dalam suasana asam. Nilai COD mencakup kebutuhan oksigen untuk reaksi biokimiawi, karena senyawa organik yang dapat dirombak oleh mikroorganisme dapat pula dirombak mengalami oksidasi lewat reaksi kimiawi. Prinsip analisa dari COD adalah zat organik dioksidasi dengan campuran mendidih asam sulfat dan kalium dikromat yang diketahui normalitasnya dalam suatu refluk selama 2 jam. Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat (FAS) (SNI 06- 6989.15-2004). Reaksi yang terjadi pada tes COD ini adalah :
  • 3. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 30 ISSN 0216 – 163X CaHbOc + Cr2O7= + H+ CO2 + H2O + Cr3+ 6 Fe2+ + Cr2O7= + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O Gambar 1. Reaksi COD BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) BOD5 adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) semua zat-zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD5 semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk dapat bertahan hidup. BOD5 dipengaruhi oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu, dan sinar matahari. Pengukuran BOD5 dilakukan melalui cara yang distandarisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap pada temperature tertentu dan periode waktu terbatas. (R.Wati, Rosnida, 2008). Prinsip analisa BOD5 yaitu : pemeriksaan BOD5 didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut: CnHaObNc + (n )O2 → nCO2 + H2O + cNH3 Gambar 2. Reaksi BOD5 Sesuai dengan definisi BOD5 maka limbah itu semakin jelek apabila BOD5 semakin tinggi. Sehingga BOD5 dapat dipergunakan untuk menentukan kepekatan limbah atau baik buruknya limbah. Limbah yang mempunyai BOD5 tinggi pada dasarnya (tidak selalu) lebih jelek daripada limbah yang mempunyai BOD5 rendah. BOD5 itu dapat digunakan sebagai ukuran kualitas limbah cair atau air apabila tidak ada gangguan terhadap aktivitas mikroorganisme. METODOLOGI PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian Karya tulis ini disusun berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium Kimia Air Universitas Setia Budi pada bulan Maret 2012. Sampel Sampel yang digunakan adalah air sungai Kali Anyar, Mojosongo. Prosedur Penelitian Prosedur pengambilan sampel air sungai Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya. Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya. Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Cara pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian tengah badan sungai. 2. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan botol plastik yang dimasukan badan sungai berlawanan arus sungai. 3. Botol yang sudah penuh kemudian ditutup rapat dan dibawa kelab untuk dianalisis/diawetkan. 4. Pengambilan dilakukan selama 3 kali dikarenakan kegiatan pembuangan limbah sekitar sungai yang dapat mempengaruhi keadaan sungai. 5. Sampel yang sudah terkumpul lalu dihomogenkan dalam dua botol (Hadi, 2005)
  • 4. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 31 ISSN 0216 – 163X Prosedur Penanganan Sampel Sampel yang diambil dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih. Sampel yang telah diambil segera dibawa ke laboratorium analisa dan pengolahan limbah Universitas Setia Budi untuk awetkan. Untuk sampel untuk uji COD ditambahkan H2SO4 pH < 2 dan didinginkan dengan suhu 4o C sedangkan untuk uji TSS dan BOD didinginkan pada suhu 4o C. Analisis TSS (SNI 06-6989.3-2004). 1. Melakukan pengadukan contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen dan memiipet contoh uji dengan volume 50 mL, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk magnetik. 2. Mencuci kertas saring whattman nomor 42 dengan 10 mL air suling, dan lanjutkan penyaringan sampel air sungai dengan vakum agar diperoleh penyaringan sempurna 3. Memindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan memindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. 4. Mengeringkan kertas saring dalam oven setidaknya selama 9 jam pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. 5. Mendinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang dan mengulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator 6. Melakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 0,2 mg terhadap penimbangan sebelumnya. Analisis COD (SNI 06-6989.15-2004). 1. Memipet 10 ml contoh uji, masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan 0,2 g serbuk HgSO4 dan beberapa batu didih. 2. Menambahkan 5 ml larutan kalium dikromat, K2Cr2O7 0,25 N dan menambahkan 15 ml pereaksi asam sulfat – perak sulfat perlahan-lahan sambil mendinginkan dalam air pendingin. 3. Menghubungkan dengan pendingin Liebig dan mendihkan diatas hot plate selama 2 jam dengan rangkaian refluks. 4. Mencuci bagian dalam dari pendingin dengan 20 mL air suling dan mendinginkan sampai temperatur kamar. 5. Menambahkan indikator ferroin 2 sampai dengan 3 tetes. 6. Melakukan titrasi dengan larutan FAS 0,1 N sampai warna merah kecoklatan, catat kebutuhan larutan FAS. 7. Melakukan langkah nomor 1-3 untuk pemeriksaan blanko dengan mengganti contoh uji dengan akuades. Analisis BOD5 (SNI 06989.72:2009). 1. Sebanyak 2 botol Winkler disiapkan dan ditandai dengan notasi A1 dan A2. 2. Dimasukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol Winkler A1 dan A2, sampai meluap, kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara. 3. Dilakukan pengocokan beberapa kali, kemudian ditambahkan air bebas mineral pada sekitar mulut botol winkler yang telah ditutup. 4. Botol winkler A2 disimpan dalam lemari incubator 20°C selama 5 hari. 5. Dilakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan botol A1 dengan menambahkan 2 mL larutan MnSO4 2,25 % dan 2 mL alkali-iodine azida. 6. Membolak-nalikan botol sampai 15x dan diamkan selama 2 menit. 7. Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat dan membolak-balik lagi dan diamkan beberapa saat. 8. Mentitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 sampai warna kuning muda. 9. Menambahkan larutan indikator amylum 1% dan titrasi dilanjutkan kembali sampai warna biru pada larutan tepat hilang. 10. Melakukan perlakuan nomor 5-9 untuk larutan pada botol A2. Catatan 1: Oksigen terlarut dalam air pengencer yang dikonsomsi mikroba 5 hari berkisar antara 0,6 mg/L– 1,0 mg/L.
  • 5. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 32 ISSN 0216 – 163X Analisis Data TSS (SNI 06-6989.3-2004) Keterangan : a = Berat kertas saring berisi residu tersuspensi, dalam mg b = Berat kertas saring kosong, dalam mg Vs = Volume sampel COD (SNI 06-6989.15-2004) Keterangan: a = mL larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko b = mL larutan FAS yang dibutuhkan untuk sampel N = Normalitas FAS P = Pengenceran 8000 = berat milieqivalent oksigen x 1000 mL/L Catatan : kadar larutan reagen selalu dipilih agar (a-b) > 1ml BOD5 (SNI 06989.72:2009) BOD = DO0 – DO5 Keterangan: A = volume titran natrium tiosulfat N =Normalitas larutan natrium tiosulfat (ek/l) V = volume botol winkler (ml) DO0 = Oksigen terlarut 0 hari DO5 = Oksigen terlarut 5 hari P = Pengenceran HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian untuk sampel air sungai Kali Anyar yang dianalisis adalah parameter TSS, COD dan BOD5. Pada analisis parameter TSS, dilihat penampakan air sungai secara fisik terlihat air mengandung padatan tersuspensi yang cukup banyak. Hasil penelitian menunjukan hasil yang cukup besar yaitu 816 mg/L karena sungai sedang surut. TSS dapat terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa air sungai selain itu juga berasal dari limbah yang masuk ke sungai. Dengan demikian dapat dilihat bahwa parameter TSS pada air sungai Kali Anyar tidak memenuhi persyaratan baku mutu air limbah golongan 3. Pengukuran bahan organik yang dilakukan dengan cara oksidasi secara kimia menjadi lebih singkat yang disebut uji Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran COD pada suatu perairan menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegradable (terdegradasi secara biologi) maupun yang non- biodegradable (tidak terdegradasi secara biologi) menjadi CO2 dan H2O. Pengukuran COD didasarkan pada prinsip bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat K2Cr2O7 (kalium dikromat) dalam suasana asam. Oksidator ini dapat mengoksidasi bahan organik sekitar 95-100%. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Semakin banyak K2Cr2O7 yang terpakai maka semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal tersebut menunjukkan tingginya bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Dari hasil uji yang dilakukan terhadap air sungai Kali Anyar diperoleh kadar COD 40,608 mg/L. Kadar COD yang diperoleh cukup besar dikarenakan buangan llimbah dari Industri maupun dari limbah rumah tangga yang langsung masuk ke badan sungai. Tabel 1.Hasil Analisa Laboratorium terhadap parameter TSS, COD dan BOD5. No. Parameter Hasil 1 TSS 816 mg/L 2 COD 40,608 mg/L 3 BOD5 4,7931 mg/L
  • 6. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 33 ISSN 0216 – 163X Pembandingan uji yang telah dilakukan dengan dengan PP.No.82 Tahun 2001 pada parameter air golongan 3 maka disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut : Table 2. tabel perbandingan kualitas air sungai Kali Anyar dengan Baku Mutu. Berdasarkan PP.No.82 Tahun 2001 tentang baku mutu kualitas air untuk kadar COD adalah 50 mg/L dan dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kadar COD masih dalam batas yang aman dalam baku mutu. Kadar COD yang didapatkan cukup besar, hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai masih berlangsung di sepanjang Sungai Kali Anyar, terutama dari pemukiman, industri dan berbagai kegiatan di kota Mojosongo, Surakarta. Pentingnya pengukuran oksigen terlarut di perairan adalah untuk mengetahui laju oksigen yang digunakan oleh organisme. Adanya laju yang sangat rendah akan mengindikasikan perairan yang bersih atau kemungkinan minimnya mikroorganisme untuk mengkonsumsi bahan organik yang tersedia di perairan dan kemungkinan lainnya adalah mikroorganisme mati. Laju penggunaan oksigen umumnya disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). BOD5 merupakan metode untuk mengetahui banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mendekomposisi bahan organik secara biologi (Biodegradable) di perairan dalam sebuah unit volume air dengan memanfaatkan mikroorganisme. BOD5 menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi mikroba dalam proses respirasi aerob yang terdapat dalam botol Winkler yang diinkubasi sekitar 200C, pada umumnya selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya. Bahan organik ini, yaitu : lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, dan ester. Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Berdasarkan PP.No.82 Tahun 2001 tentang baku mutu kualitas air untuk kadar BOD5 adalah 6 mg/L dari hasil penelitian yang diperoleh adalah 4,7931 mg/L maka kadar BOD5 air sungai Kali Anyar yang masih berada dibawah standar mutu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data dari parameter, yaitu : TSS 816 mg/L, COD 40,608 mg/L, dan BOD5 4,7931 mg/L. Berdasarkan penelitian ini, kualitas air Sungai Kali Anyar tergolong tercemar. Tidak sesuai dengan baku mutu PP no. 82 tahun 2001. Saran Kondisi Sungai Kali Anyar tercemar, maka harus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan industri sekitar Sungai Kali Anyar agar tidak melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Selain itu limbah industri tetap perlu diolah sebelum dibuang ke sungai. Masyarakat di sepanjang sungai yang dilengkapi dengan septic tank, pembuatan tempat MCK dan untuk limbah peternakan dibuatkan tempat pengolahan limbah yang dapat mengolah limbah menjadi biogas. DAFTAR PUSTAKA Azwir. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri Kelapa Sawit (PT. PEPUTRA MASTERINDO), di Kabupaten Parameter Baku Mutu Air kelas 3 ( PP.No.82 Tahun 2001) Sampel TSS 400 mg/L 816 mg/L COD 50 mg/L 40,608 mg/L BOD5 6 mg/L 4,7931 mg/L
  • 7. Jurnal Kimia dan Teknologi │Vol 8 No 1 34 ISSN 0216 – 163X Kampar. Thesis. Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2006 Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 06- 6989.15-2004. Chemical Oxygen Demand (COD). Jakarta: BSN. 2004 Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 06- 6989. 3-2004. Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara Gravimetri. Jakarta: BSN. 2004 Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.59.2008. Pengambilan Sampel Air Limbah. Jakarta: BSN. 2008 Badan Standarisasi Nasional. SNI No. 18644 6989.72:2009. Cara uji kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand/BOD). Jakarta: BSN. 2009 Hadi, A. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005 Kasmanhadi S, Henry. Karakteristik Kuallitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten. Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2009 Nurhasanah. Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Tekstil Kelapa Sawit, Pabrik Karet Dan Domestik. Medan. FMIPA Universitas Sumatera Utara. 2009 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Presiden Republik Indonesia. R.Wati, Rosnida. Penentuan Kadar Fosfat dan COD Pada Proses Pengolahan Air Limbah PT.Sinar Oleochemical International (PT.SOCI). Medan. Universitas Sumatera Utara. 2008