Perusahaan harus menjual minimum 7.000 unit produk dengan harga Rp95.000 per unit atau total penjualan Rp665 juta untuk mencapai titik impas (break even point) dimana pendapatan sama dengan biaya. Analisis ini mempertimbangkan biaya tetap Rp140 juta dan biaya variabel Rp75.000 per unit.
Analisa operasional leverage dan financial leverage & Break Even Point
1. ANALISA OPERASIONAL LEVERAGE DAN FINANCIAL
LEVERAGE
DAN ANALISA BREAK EVEN POINT
Tugas Manajemen Keuangan 2
Adi Fajar Suseno 20212177
Desra Diar Tri 21212896
Farrel Febrinal R.P 22212765
2eb14
2. Definisi Operating dan Financial Leverage
Konsep operating dan financial Leverage adalah bermanfaat
untuk analisis, perencanaan dan pengendalian keuangan.
Dalam manajemen keuangan, Leverage adalah penggunaan
assets dan sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Jika
semua biaya bersifat variabel, maka akan memberikan
kepastian bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi
karena sebagai biaya perusahaan bersifat biaya tetap, maka
untuk menghasilkan laba diperlikan tingkat penjualan minimum
tertentu.
3. Degree Of Operting Leverage
Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau
biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan
menggunakan leverage. Dengan menggunakan
operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa
perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan
laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar.
Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap
terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut
dengan degree of operating leverage atau disingkat
menjadi DOL.
4. Perhitungan Tingkat Leverage Operasi Secara Aljabar
DOL = % perubahan EBIT
% perubahan Sales
Atau
Q (P – V) S – VC CM
DOL = ----------------- = -------------- = --------
Q (P – V) – F S – VC – F EBIT
Q : Kuantitas Barang (unit) S : Penjualan
P : Harga/unit EBIT : Earning Before Interest & Tax
V : Biaya Variabel/unit CM : Contribution Margin
VC: Biaya Variabel tetap
5. Contoh Soal DOL
Perusahaan A,B dan C laporan keuanganannya tahun 2009 sbb:
Laporan laba-rugi perusahaan A,B dan C ($ 000)
Keterangan Perus.A Perus B Perus C
Penjualan $ 60.000 $ 90.000 $ 120.000
Biaya variable 12.000 54.000 30.000
Marjin kontribusi 48.000 30.000 100.000
Biaya tetap 28.000 15.000 60.000
EBIT 20.000 15.000 40.000
Harga/unit $ 100 100 100
Sales volume/unit 600/u 900/u 1.200/u
Biaya variable/unit $20/u $60/u $,25/u
7. Degree Of Financial Leverage
Tingkat leverage keuangan atau DFL merupakan
persentase perubahan laba per lembar saham
(EPS) yang di akibatkan adanya perubahan dalam
laba (EBIT). Dengan kata lain DFL merupakan
ukuran kuantitatif dari sensitivitas EPS perusahaan
akibat perubahan dalam laba operasi perusahaan
(EBIT)
8. Cara Perhitungan DFL
% perubahan EPS
DFL = -----------------------
% perubahan EBIT
atau
Degree of Financial Leverage (DFL)
DFL= EBIT = Q (P - V) – F
EBIT-I Q (P - V) – F - I
Dimana:
Q= jumlah unit produk
P= harga jual per unit
V= biaya variabel per unit
F= biaya tetap
I= biaya bunga
9. Degree Of Total Leverage
Degree Of total leverage atau biasa yang disebut
dengan Combined Leverage ( Leverage Kombinasi )
terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating
leverage maupun financial leverage dalam usahanya
untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham
biasa. Degree combined leverage adalah multiplier
atas perubahan laba per lembar saham (EPS) karena
perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of
combined leverage adalah rasio antara persentase
perubahan EPS dengan persentase perubahan
penjualan.
10. Perhitungan Degree Of Total Leverage
% perubahan dlm laba bersih (EAT)
DTL = ---------------------------------------------
% perubahan dlm penjualan
atau
CM EBIT
DTL = DOL x DFL = ------- x ----------
EBIT EBIT – I
CM
= -----
EBIT - I
11. Pengertian Break Even Point
Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1. Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)
2. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan
sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut.
3. Menurut Garrison dan Noreen (2004) break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba
sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan
break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi
dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa
gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan
fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
12. Break Even Point
Dalam menyusun perhitungan BEP kita perlu memantau dulu 3
elemen dari rumus BEP, yaitu :
Fixed Cost (Biaya Tetap)
yaitu biaya yang dikeluaarkan untuk menyewa tempat usaha,
peralatan dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus
keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit/ 2 unit atau tidak
menjual sama sekali.
Variable Cost (Biaya Variable)
Yaitu biaya yang timbul dari setiap unti penjualan contohnya setiap
1 unit terjual, kita perlu membayar komisis salesmen, biaya antar,
biaya nota penjualan
Harga Penjualan
Yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli.
13. Jenis Break Even Point
Break Even Point Unit : titik pulang pokok (BEP) yang dinyatakan dalam jumlah
penjualan produk di nilai tertentu.
Break Even Point Rupiah : titik pulang pokok (BEP) yang dinyatakan dalam jumlah
penjualan atau harga penjualan (P) tertentu.
BEP Unit/ Rupiah : Titik pulang pokok
Biaya Tetap : biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang
berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya
asuransi. Dll.
Biaya Variable : biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll
Harga per unit : harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
Biaya Variable per unit : total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di
produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
Margin Kontribusi per Unit : selisih harga jual per unit dengan biaya variable per unit.
14. Contoh Soal Break Even Point
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan
rencana produksi seperti berikut ini :
1) Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
Biaya Gaji Pegawai + Pemilik = Rp.75,000,000
Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp. 1,500,000
Biaya Asuransi Kesehatan = Rp.15,000,000
Biaya Sewa Gedung Kantor = Rp.18,500,000
Biaya Sewa Pabrik = Rp.30,000,000
2) Biaya Variable per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
Biaya Bahan Baku = Rp.35,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp.25,000
Biaya Lain = Rp.15,000
3) Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit
maupun dalam rupiah dengan menggunakan rumus tadi :
15. Jawaban
BEP unit adalah
= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit
BEP Rupiah adalah
= Biaya Tetap / (Kontribusi Margin per unit : Harga per unit)
= Rp.140 juta / (Rp.20,000 : Rp. 95,000)
= Rp.140juta / 0.2105
= Rp.665,083,135
Penjelasan perhitungan BEP :
Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju
Terus harus dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga
Rp.95,000 unit, maka jumlah penjualannya akan menjadi Rp.665,083,135.