http://phylo2.blogspot.com/2012/09/ambiguitas-pemikiran-ilmiah-modern.html
Apa yang Ambigu Dari Pemikiran Ilmiah Modern - Tulisan sederhana ini mencoba mengajak kita untuk merefleksikan kembali sistem pemikiran yang saat ini menjadi panglima disinggasana intelektual kita, yaitu pemikiran ilmiah modern yang positivistik dan empiris(pengalaman inderawi).
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Ambiguitas pemikiran ilmiah modern (Dikutip dalam Blog Phylo Post)
1. "Ambiguitas Pemikiran Ilmiah
Modern"
September 08, 2012 Opiniku
( gambar diambil dari http://hasim319.files.wordpress.com/2011/03/praktikum.jpg)
Tulisan sederhana ini mencoba mengajak kita untuk merefleksikan kembali sistem pemikiran
yang saat ini menjadi panglima disinggasana intelektual kita, yaitu pemikiran ilmiah modern
yang positivistik dan empiris(pengalaman inderawi).
Pengalaman seorang teman penulis, di Jogja seolah mengeringkan kembali air pemikiran ilmiah
didalam bak pemikiran penulis. sungguh... setelah mendengar penuturan temanku itu satu demi
satu penulis mulai meragukan sistem pemikiran ilmiah yang gaya kebarat-baratan itu.
Begini ceritanya:
Salah seorang Profesor sekaligus berprofesi sebagai Ilmuwan disalah satu universitas ternama di
Indonesia dalam sebuah seminar pernah mengatakan "Saya tidak percaya dengan sesuatu yang
tdk bisa diinderawi, seperti hal yang gaib. karena hal itu tidak bisa dibuktikan secara
empiris(ilmiah)." menurut dia. pawang hujan, dukun, ilmu hitam, dll tdk ilmiah dan dia tidak
percaya akan hal itu karena dengan dsar ilmiah itu juga. artinya secara isme yang membuat dia
tidak mempercayainya karena dasar/parameter penilaiannya adalah ilmiah(rasional+empiris),
kalau rasional saja tidak bisa, jadi harus memenuhi kedua-duanya, yakni rasional sekaligus
empris(dibuktikan secara nyata).
Hal yang membuat saya tercengang, suatu ketika dia mengadakan akad nikah anaknya, beberapa
waktu setelah seminar tsb,ternyata dia memanggil "pawang hujan" untuk menghentikan hujan yg
kala itu diramalkan bakal mengguyur tempat dimana akan dilangsungkan prosesi akad nikah.
hmmm....!!! tidak konsisten bukan?? Maka benar kata pepatah bahwa "jangan sampai kita habis
meludah, kemudian ludah itu kita jilat kembali"..Ironiiiiis!!!!!!
disatu sisi dia mengatakan bahwa dia tdk percaya dgn pawang hujan karena tdk ilmiah, tetapi
kita menemukan kontraproduksi(ambiguitas ilmiah) pada pemikiran dia manakala dia
memanggil pawang hujan untuk membantu kelancaran prosesi akad nikah anaknya.
Ini hanyalah salah satu cerita dari sekian banyak realitas yang menunjukkan keambiguitas
pemikiran ilmiah modern. masih banyak lagi kasus yang sulit diterjemahkan oleh mereka yang
katanya "ilmiah" , kasus kesurupan massal, salah satu contoh lainnya. mereka mengatakan itu
2. karena gangguan kejiwaan manusia bukan karena gangguan makhluk halus(dalam bahasa
agama). Tapi pertanyaan saya kepada mereka,, bagaimana mungkin kasus yang sama, yaitu
kesurupan bisa terjadi secara bersamaan disebabkan oleh gangguan kejiwaan(pikiran), sementara
berpikir setiap orang itu berbeda bahkan didera oleh banyak orang secara beruntun???
sebenarnya cerita ini sudah cukup memberikan pesan(isyarat), bahwa pemikiran ilmiah yang
berbasis utamakan pada epistemologi empirisme tidak mampu menjawab segala persoalan
semesta ini. salah satunya, ilmuwan diatas.
sekaligus memberikan kita celah untuk kembali mengkaji "Pemikiran Ilmiah modern ala barat"
itu yang kini merajai arus pemikiran manusia. Yang katanya "Ilmiah" itu, ternyata yang kita
dapatkan adalah ambiguitas.(***)
sumber :
http://phylo2.blogspot.co.id/2012/09/ambiguitas-pemikiran-ilmiah-modern.html