SlideShare a Scribd company logo
1 of 97
Download to read offline
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Metode Discounted Cash Flow dalam
Penilaian Aktiva Tidak Berwujud untuk
Tujuan Transfer Pricing (dari sudut
pandang pembayar) – DRAF KASAR
Kesepakatan
Arm’s-length principle : prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
Intangible : aktiva tidak berwujud, barang tidak berwujud, harta
tidak berwujud, mencakup HAKI/IP
HAKI/IP : hak kekayaan intelektual/intangible properties
Associated companye : perusahaan-perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa
Associated companye : perusahaan-perusahaan yang mempunyai tidak
hubungan istimewa
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
BAB I
Pendahuluan
Dengan terbitnya PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010 tentang Penerapan
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak
dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa (untuk selanjutnya disebut
sebagai “PER-43”), pihak Dirjen Pajak Indonesia telah menggariskan bahwa wajib
pajak wajib menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam melakukan
transaksi-transaksi tertentu dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
PER-43 pada intinya mengatur mengenai:
 bagaimana prinsip kewajaran dan kelaziman usaha serta analisis
kesebandingan dilakukan;
 metode penentuan harga wajar atau laba wajar yang diakui;
 kondisi-kondisi yang tepat bagi pemilihan metode penentuan harga transfer;
 harga wajar atau laba wajar baik berupa harga atau laba tunggal (single price)
atau dalam bentuk rentang harga wajar atau laba wajar (arm’s length range);
 transaksi jasa, transaksi pemanfaatan dan pengalihan harta tidak berwujud;
 dokumen dan kewajiban pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan; dan
 kewenangan Direktur Jenderal Pajak dan hak-hak wajib pajak.
Diharapkan dari diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak di atas akan dapat
memberikan kepastian dan kelancaran dalam penerapan kewajaran dan kelaziman
usaha1
.
Khusus untuk transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud, PER-43 mengaturnya
dalam Pasal 17, yang akan kita dalami lebih lanjut dalam Bab II. Dalam tahun yang
sama, the Organization for Economic Co-operation and Development menerbitkan
OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax
Administrators (July 2010) yang merupakan revisi besar atas OECD Report Transfer
Pricing and Multinational Enterprises (1979). OECD Transfer Pricing Guideline 2010
(untuk selanjutnya diacu sebagai OECD TP Guideline) terdiri dari 9 bab, mencakup
1
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010
tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi antara Wajib
Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
www.futurumcorfinan.com
Page 3
juga bab VI “Special Consideration for Intangible Property” dan Bab IX “Transfer
Pricing Aspects of Business Restructurings”.
OECD TP Guideline ditujukan untuk memberikan petunjuk mengenai salah satu isu
yang paling sulit dalam penerapan prinsip perpajakan internasional terhadap
perusahaan multinasional, yaitu penentuan transfer price yang tepat untuk tujuan
perpajakan.
Transfer prices are the prices at which an enterprise transfers physical goods and
intangible assets or provide services to associated enterprises.
Terjemahan bebas:
Transfer price adalah harga yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam
pengalihan barang fisik dan aktiva tidak berwujud atau menyediakan jasa kepada
perusahaan terkait.
Di belakang penentuan transfer price terdapat prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha. Dalam bagian Glossary OECD TP Guideline disebutkan bahwa:
The international standard that OECD member countries have agreed should be
used for determining transfer prices for tax purposes. It is set forth in Article 9 of the
OECD Model Tax Convention as follows: where
“conditions are made or imposed between the two enterprises in their commercial or
financial relations which differ from those which would be made between
independent enterprises, then any profits which would, but for those conditions, have
accrued to one of the enterprises, but, by reason of those conditions, have not so
accrued, may be included in the profits of that enterprise and taxed accordingly.”
Terjemahan bebas:
Standard internasional yang telah disetujui oleh para negara anggota OECD wajib
digunakan untuk menentukan transfer price untuk tujuan perpajakan. Hal ini
disebutkan dalam Artikel 9 dari OECD Model Tax Convention sebagai berikut:
dimana
“kondisi dalam mana terjadi atau dibebankan antara dua perusahaan dalam
hubungan komersial atau keuangan yang berbeda dari kondisi yang akan terjadi
antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, maka laba apapun
www.futurumcorfinan.com
Page 4
yang akan, untuk kondisi tersebut, telah diberikan kepada salah satu pihak, tetapi,
karena alasan kondisi-kondisi tersebut, tidak diberikan, dapat termasuk dalam laba
perusahaan dan dengan demikian dikenakan pajak.”
Dalam PER-43 sendiri, yang dimaksud dengan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha adalah sebagai berikut2
:
Yang dimaksud dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (arm’s length
principle) adalah prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang
dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau
sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau
laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam
transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa yang menjadi pembanding.
Secara singkat, harga yang dianggap memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha (arm’s-length price) adalah:
price applied or proposed to be applied by unrelated enterprises under uncontrolled
conditions
Apabila digambarkan, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha sebagai berikut:
2
PER-43 halaman_________
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Apakah proses di atas dapat dilihat, baik antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dan tidak mempunyai hubungan istimewa?
Secara umum, antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa,
proses negosiasi merupakan proses untuk mencapai kata sepakat yang akan
membawa manfaat bagi kedua belah pihak (win-win solution), sebagaimana
tergambar di bawah ini.
www.futurumcorfinan.com
Page 6
OECD TP Guidelines banyak menggunakan konsep atau analisa kesebandingan
(comparability).
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Begitu kita menyentuh analisa kesebandingan dengan mengacu ke market, maka
kita akan dihadapkan pada banyak segi yang harus dipertimbangkan dan
disesuaikan, antara lain:
 karakteristik dari item yang dialihkan (jasa yang diberikan)
 FAR oleh masing-masing entitas
 Isi perjanjian (contractual terms), baik menyangkut adanya option fee, up-
front fee dan pembayaran royalti minimum.
 Kondisi yang ada di pasar menyangkut:
o Lokasi geografis
o Ukuran pasar
o Hukum dan peraturan
o Modal yang ditanamkan
o Tingkat kompetisi, dan lain-lain
 Tingkat rentabilitas/profitabilitas
 Tingkat resiko
 Kesadaran (awareness) dan kekuatan merek
 Tingkat perlindungan merek
 Eksklusivitas
 Jangkauan pemasaran (lokal, regional atau global)
 Kondisi industri
 Ukuran dan karakteristik pasar
 Gambaran ekspektasi pertumbuhan produk yang bersangkutan
 Jalur distribusi
 Hambatan untuk masuk ke industry (barriers to entry)
 Timing
 Lamanya perjanjian
 Cakupan dan status perlindungan hukum
 Isi perjanjian (misalnya pembatasan penggunaan, struktur pembayaran, dan
lain-lain)
 Kaitan dengan IP yang lain
 Fungsi-fungsi dalam perusahaan
o Penelitian dan pengembangan
o Pabrikasi, produksi dan engineering proses
o Pembuatan dan penyusunan (fabrication and assembly) produk
o Pembelian dan manajemen bahan baku
o Fungsi pemasaran dan distribusi, termasuk manajemen persediaan,
administrasi warranty, dan kegiatan periklanan.
www.futurumcorfinan.com
Page 8
o Transportasi dan pergudangan
o Manajemen, legal, akuntansi dan keuangan
Dalam Glossary OECD TP Guideline3
, menyebutkan bahwa:
Two enterprises are associated if one of the enterprises participates directly or
indirectly in the management, control, or capital of the other or if “the same persons
participate directly or indirectly in the management, control, or capital” of both
enterprises (i.e. if both enterprises are under common control).4
Terjemahan bebas:
Dua perusahaan dikatakan terkait jika satu dari perusahaan-perusahaan tersebut
berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung dalam manajemen, pengendalian,
atau modal pada perusahaan lainnya atau jika “orang yang sama berpartisipasi
secara langsung atau tidak langsung atas manajemen, pengendalian, atau modal”
dari kedua perusahaan tersebut (dengan kata lain, kedua perusahaan berada pada
pengendalian yang sama.
“Enterprises”
Seksi 92F (iii) memberikan definisi “enterprise” sebagai “any person (including
Permanent Establishment) engaged in:
 any activity relating to production, storage, supply, acquisition or control of
articles, goods or specified intangibles.
 any activity pertaining to provision of services or carrying out any work in
pursuance of a contract
 any investment or financing activity”
Istilah Permanent Establishment telah didefinisikan menjadi istilah inklusif mencakup
“a fixed place of business through which the business of the enterprise if wholly or
partly carried on [S.92F(iiia)]”.
“Associated Enterprises” telah diberikan definisi mencakup:
3
OECD page ________
4
OECD page ____
www.futurumcorfinan.com
Page 9
1. Participation in Management / Control or Capital [Section 92A(1)(a)] –
participation criterion
2. Common persons in Management/Control or Capital [Section 92A(1)(b)] –
common control criterion
3. 13 Categories of deeming fictions for enterprises to qualify as Associated
Enterprises [Section 92 (2)] – deeming fictions
Terkait dengan kriteria partisipasi, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Associated Enterprise for an enterprise means an enterprise which participates :
• Directly or indirectly or
• Through one or more intermediaries
in management or control or capital of other enterprise [Section 92A (1) (a)]
Terkait dengan kriteria dalam pengendalian bersama (common control), dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Associated Enterprise for an enterprise means an enterprise in respect of which :
one or more persons who participate
www.futurumcorfinan.com
Page 10
• directly or indirectly or
• through one or more intermediaries
in its management or control or capital ARE THE SAME PERSONS WHO
PARTICIPATE
• directly or indirectly or
• through one or more intermediaries
in its management or control or capital of the other enterprise
Terkait dengan Deeming Fictions adalah sebagai berikut:
Enterprises deemed to be Associated Enterprises [Section 92 A (2)]:
a) one has direct or indirect shareholding carrying not less than 26% voting
power in the other
b) common parent / person holds 26% of voting power in both enterprises
c) one advances loan constituting not less than 51% of book value of total
assets of the other enterprise
d) one provides guarantees of not less than 10% of total borrowings of the other
enterprise
e) more than half of board of directors of one enterprise are appointed by the
other enterprise
f) more than half of the board of directors of both enterprises are appointed by
the same person or persons
www.futurumcorfinan.com
Page 11
g) one enterprise is wholly dependent on use of IPRs of the other enterprise
h) At least 90% of raw materials and consumables required by an enterprise are
supplied by the other enterprise, or by persons specified by the other
enterprise, and prices and conditions relating to supply are influenced by
such other enterprise
i) Goods or articles manufactured or processed by one enterprise, are sold to
the other enterprise or to persons specified by the other enterprise, and
prices and conditions relating thereto are influenced by such other
enterprise
j) Both enterprises controlled by same the same individual singly or jointly with
relatives
k) One enterprise controlled by HUF and other controlled by member of HUF or
his relative or jointly
l) One enterprise being a firm, association of persons or body of individuals, the
other enterprise holds not less than 10% interest therein
m) There exists between the two enterprises, any relationship of mutual interest,
as may be prescribed
Deeming fictions dapat mencakup transaksi-transaksi pihak ketiga terkait dengan:
• Ventura Bersama/Joint Ventures [Section 92 A (2) (a)]
• Pendanaan ekstensif oleh bank kepada perusahaan [Section 92 A (2)
(c)]
• Pengaturan global untuk suplai bahan baku dalam jumlah besar
[Section 92 A (2) (h)]
• Penggunaan teknologi eksklusif oleh suatu perusahaan yang
seluruhnya mempunyai ketergantungan [Section 92 A (2) (g)]
Bandingkan dengan pemahaman Hubungan Istimewa menurut PER-43 yang
mengacu kepada hubungan antara Wajib Pajak dengan pihak lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang PPh atau Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang PPN.
Secara umum, pengertian hubungan istimewa yang didapatkan dalam ketentuan
perpajakan di Indonesia adalah sebagai berikut:
www.futurumcorfinan.com
Page 12
1. Hubungan istimewa karena kepemilikan saham/penyertaan sebagaimana
diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf a UU PPh.
 Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak
langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib
Pajak lain;
 hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih;
 atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut
terakhir;
2. Hubungan istimewa karena penguasaan sebagaimana diatur oleh Pasal 18
ayat (4) huruf b UU PPh.
3. Hubungan istimewa karena hubungan keluarga sebagaimana diatur oleh
Pasal 18 ayat (4) huruf c UU PPh.
4. Hubungan istimewa karena pengendalian sebagaimana diatur oleh Pasal 9
ayat (1) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (tax treaty) antara
Indonesia dengan negara domisili pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak
Banyak isu yang dicakup dalam OECD TP Guideline cukup relevan untuk transaksi-
transaksi terkait aktiva tidak berwujud. Terutama:
 bab II memberikan petunjuk atas seleksi metode transfer pricing yang paling
tepat (paragraph 2.1-2.11);
 petunjuk lebih lanjut untuk penerapan profit-split method di mana kedua-belah
pihak dalam suatu transaksi memberikan kontribusi aktiva tidak berwujud
yang unik dan berharga (paragraph 2.108 – 2.145);
 bab IX memberikan petunjuk baru atas resiko (paragraph 9.10-9.47) dan
pengalihan atas aktiva tidak berwujud (paragraph 9.80-9.92);
 bab II terkait aplikasi metode laba bersih transaksional (transactional net
margin method);
 bab III terkait dengan analisa kesebandingan; dan
 bab IX terkait dengan restrukturisasi bisnis.
Namun demikian, beberapa isu yang spesifik terhadap transaksi-transaksi terkait
aktiva tidak berwujud belum tercakup dalam OECD TP Guideline, yang kemudian
menimbulkan kesulitan yang signifikan, baik bagi wajib pajak dan pemerintah,
tentang perlakuan atas aktiva tidak berwujud untuk tujuan transfer pricing. Ini
www.futurumcorfinan.com
Page 13
mengarah ke banyak sengketa pajak menyangkut transfer pricing yang secara
jumlah cukup signifikan dan adanya resiko pemajakan ganda atas suatu transaksi.
Contoh timbulnya pemajakan ganda atas suatu transaksi pembayaran royalti:
OECD TP Guideline juga belum memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud
dengan aktiva tidak berwujud, meskipun terdapat satu bab (Bab VI) yang
didedikasikan untuk pembahasan aktiva tidak berwujud. Sedangkan paragraph 6.2
OECD TP Guideline hanya memuat daftar ilustrasi beberapa intangibles.
Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas, OECD melalui The Committee
on Fiscal Affairs telah memulai pada tahun 2011 suatu proyek baru tentang aspek
transfer pricing dari aktiva tidak berwujud. Diharapkan proyek tersebut akan
menghasilkan suatu pembaharuan (update) atas Bab VI dari TP Guideline dan
kemungkinan Bab VIII juga5
. Jadual dari penyelesaian proyek ini per Mei 2011
adalah sebagai berikut:
5
OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project, Document approved
by The Committee on Fiscal Affairs on 25 Januari 2011.
www.futurumcorfinan.com
Page 14
Sumber : OECD website
Tujuan proyek ini adalah terkait pemeriksaan atas aspek transfer pricing transaksi
melibatkan intangibles 6
, transaksi mana dilakukan antar perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa (associated enterprises)7
.
Area spesifik yang dicakup dalam proyek OECD ini adalah mengenai:
1. Kerangka untuk analisis isu-isu transfer pricing yang berkait intangible;
2. Aspek definisi;
3. Kategori spesifik dari intangible mencakup kegiatan riset dan
pengembangan (“R&D”), perbedaan antara penyerahan (transfer)
intangible dan jasa, intangible pemasaran (marketing intangible), intangible
dan atribut bisnis lainnya;
6
Intangible digunakan dan bukan aktiva tidak berwujud, karena aktiva tidak berwujud
terkesan tercatat di laporan keuangan perusahaan licensor.
7
Associated enterprises yang dimaksud adalah dalam konteks Pasal 9 dari The OECD Model
Tax Convention. Untuk Intangible terkait atribusi kepemilikan ekonomis (economic ownership)
intangible kepada bentuk usaha tetap (permanent establishment) dalam konteks Pasal 7
telah dicakup dalam July 2008 dan July 2010 Reports on the Attribution of Profits to
Permanent Establishments.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
4. Transfer intangible mencakup identifikasi transfer intangible dan bentuknya,
isu-isu re-karakterisasi (tolong diperjelas);
5. Hak dari suatu perusahaan untuk ikut dibagi atas imbal hasil dari suatu
intangible yang tidak dia miliki8
;
6. Pengaturan kontribusi biaya (Cost Contribution Arrangement); dan
7. Penilaian (valuation) mencakup petunjuk umum atas pemilihan metode
transfer pricing yang paling tepat, atas aplikasi lima metode yang diakui
OECD dan atas kesebandingan (comparability), metode penilaian
keuangan, agregasi intangible untuk tujuan penilaian, penilaian dengan
ketidakpastian yang tinggi, dan aspek-aspek lain.
(masukkan soal revisi Chapter I – III OECD 2010) yang relevan untuk
intangible.
Bab VI “Special Consideration for Intangible Property” dalam OECD TP Guideline
memberikan konfirmasi bahwa semua lima (5) metode yang diakui OECD secara
teori dapat diterapkan pada intangible, tergantung pada fakta dan keadaan dari
kasus yang ada, sementara pada saat yang sama menunjukkan berulang kali
kepada kesulitan yang timbul dari aplikasi metode-metode tersebut, terutama terkait
isu kesebandingan dimana intangible unik yang berharga terlibat.
Paragraf 6.20 dari TP Guideline:
6.20 In applying the arm’s length principle to controlled transactions involving
intangible property, some special factors relevant to comparability between the
controlled and uncontrolled should be considered. These factors include the
expected benefits from the intangible property (possibly determined through a net
present value calculation)9
.
Terjemahan bebas:
6.20 Dalam menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length
principle) atas transaksi-transaksi yang dikendalikan melibatkan aktiva tidak
berwujud, beberapa faktor special yang relevan kepada kesebandingan antara
transaksi-transaksi yang dikendalikan dan tidak dikendalikan, wajib dipertimbangkan.
8
Lihat paragraph 6.36 – 6.39 dari TP Guideline yang menjelaskan mengenai aktivitas
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki trademark atau trade names.
9
Kata-kata “net present value” sengaja ditebalkan untuk tujuan penekanan.
www.futurumcorfinan.com
Page 16
Faktor-faktor ini mencakup manfaat yang diharapkan dari aktiva tidak berwujud
(kemungkinan ditentukan melalui perhitungan nilai kini bersih).
OECD telah memberikan penjelasan bahwa walaupun paragraph 6.20 OECD TP
Guideline mencakup suatu acuan ke perhitungan nilai kini bersih, ini lebih
dimaksudkan sebagai faktor kesebandingan (comparability factor) dan bukan
sebagai metode penilaian (pricing method)10
.
Proyek OECD ini akan mempertimbangkan seberapa jauh metode-metode penilaian
keuangan dan terutama metode Arus Kas Diskonto (Discounted Cash Flow method)
dapat diberikan pengakuan yang lebih besar dalam TP Guideline.
Dalam buku ini, 3 hal yang terkait:
(1) Esensi pembayaran royalti itu sendiri? Apa sudut pandang perpajakan? Ini
secara tidak langsung mempertanyakan : definisi intangible itu sendiri untuk
tujuan transfer pricing.
Empat point yang diurai oleh OECD cukup menjelaskan permasalahan ini:
a. Arti dan kegunaan terkait dengan pembayaran untuk transfer “something
of value” (sesuatu yang berharga) dalam konteks transaksi yang
melibatkan intangibles.
b. Relevansi dan kegunaan definisi intangible yang diambil dari berbagai
sumber (akuntansi, penilaian keuangan, dan literatur-literatur hukum).
c. Faktor-faktor relevan yang wajib dipertimbangkan dalam menentukan ada
tidaknya suatu intangible itu digunakan atau ditransfer, dan jika ada,
bagaimana menentukan imbalan atau harganya menggunakan prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha (at arm’s length).
Faktor-faktor yang dibicarakan termasuk, antara lain,
 kemampuan mendatangkan manfaat ekonomis masa depan kepada
kegiatan bisnis,
10
OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project – Document
approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 January 2011, Centre for Tax Policy and
Administration, halaman 7.
www.futurumcorfinan.com
Page 17
 ketersediaan proteksi hukum, dan
 apakah suatu intangible yang spesifik dapat memiliki nilai jika ia tidak
dapat di-alihkan secara terpisah.
d. Relevansi dan kegunaan analitis dari pengelompokkan intangible yang
disebut dalam OECD TP Guideline atau yang umum disebutkan dalam
analisa transfer pricing, antara lain, istilah marketing dan trade
intangibles, routine dan non-routine intangibles11
.
(2) Tarif royalty yang dibayar – penentuan tarif yang dapat diterima untuk tujuan
transfer pricing atau dapat diterima dari sudut perpajakan.
(3) Pihak penerima royalti dipertanyakan apakah memang sebagai beneficial
owner atau legal owner?
Dalam transaksi-transaksi dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa (associated enterprise or related party?), pada umumnya adalah
mungkin untuk meng-identifikasi perusahaan terkait mana yang adalah pemilik legal
dari suatu asset yang dilindungi hukum (misalnya suatu paten atau trademark).
Bagaimanapun, mungkin saja suatu perusahaan yang bukan pemilik legal dari suatu
intangible, selayaknya memperoleh bagian, berdasarkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha, untuk turut ambil bagian dalam imbal hasil tambahan yang berasal
dari pengembangan atau eksploitasi suatu intangible, misalnya, perusahaan tersebut
telah ambil bagian dalam menanggung resiko dan biaya-biaya sehubungan dengan
pengembangan suatu intangible atau peningkatan nilainya.
Dari Paragraf 6.36 – 6.39, TP Guideline memberikan beberapa contoh:
Terkait dengan contoh-contoh tersebut, Pasal 9 dari OECD Model Tax Convention
dan OECD TP Guideline tidak secara umum menyarankan untuk mengabaikan
kepemilikan legal dari intangible12
, tetapi lebih kepada memastikan bahwa setiap
perusahaan terkait turut memperoleh bagian berdasarkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha (an arm’s-length share) dari manfaat-manfaat yang berasal dari
intangible, berdasarkan apa yang akan disepakati oleh para pihak-pihak yang tidak
11
OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project – Document
approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 January 2011, Centre for Tax Policy and
Administration, halaman 4.
12
TP Guideline 1.64 – 1.69 memberikan beberapa keadaan yang bersifat pengecualian.
www.futurumcorfinan.com
Page 18
mempunyai hubungan istimewa (independent parties) dalam keadaan yang dapat
diperbandingkan.
Masukkan 1 contoh GlaxoKlien vs Smith
Untuk dapat menganalisa secara tepat apakah suatu transaksi transfer pricing
menyangkut intangibles telah dilakukan sesuai prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha, perlu dipahami 4 hal:
1. Apa yang dimaksud dengan intangible dan termasuk dalam kategori yang
mana suatu intangible yang dibicarakan
2. Menganalisa kepemilikan intangible
3. Memeriksa cara pengalihan dilakukan
4. Pihak-pihak yang melakukan transaksi
Dengan demikian, kita akan membahas beberapa hal yang penting:
1. Menyinggung soal definisi Intangible.
Kita akan mencoba melihat apa yang dijelaskan oleh IFRS dan US GAAP.
Transaksi-nya?
2. Penggunaan Discounted Cash Flows dalam penilaian
www.futurumcorfinan.com
Page 19
Bab II
Mendefinisikan Intangibles
Satu hal yang jelas bahwa adalah relatif sulit untuk memberikan definisi pada istilah
intangible. Oleh karena itu, beberapa perspektif akan kita lihat:
1. International Valuation Standards Council
2. Otoritas Perpajakan Amerika Serikat
3. OECD TP Guideline
4. US GAAP
5. International Accounting Standards
6. ??
Mendefinisikan Intangibles: Perspektif International Valuation Standards
Council
International Valuation Standards Council (IVSC) telah menerbitkan Guidance Note 4
“Valuation of Intangible Assets (Revised 2010)” pada bulan Februari 2010.
Guidance Note ini dapat kita gunakan sebagai referensi mengingat IVSC
menyebutkan bahwa penilaian aktiva tidak berwujud (intangible assets) diperlukan
untuk tujuan yang berbeda-beda termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
 akuisisi, penggabungan usaha dan penjualan bisnis atau bagian dari bisnis;
 pembelian dan penjualan aktiva tidak berwujud;
 pelaporan kepada otoritas perpajakan;
 litigasi dan insolvensi; dan
 pelaporan keuangan.
Definisi Intangible Asset adalah:
A non-monetary asset that manifests itself by its economic properties. It does not
have physical substance but grants rights and economic benefits to its owner or the
holder of an interest. (pasal 2.3)
www.futurumcorfinan.com
Page 20
Disebutkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud dapat diidentifikasi (identifiable) atau
tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable) dalam konteks penilaian.
Suatu aktiva dapat diidentifikasi jika memenuhi SALAH SATU di bawah ini:
1. dapat dipisahkan (separable) 13
, yaitu kemampuan untuk dipisahkan
(separated) atau dikeluarkan (divided) dari entitas dan dijual (sold), dialihkan
(transferred), dilisensikan (licensed), disewakan (rented) atau dipertukarkan
(exchanged), baik secara individual atau bersama-sama dengan kontrak
terkait, aktiva atau kewajiban yang dapat diidentifikasi, terlepas apakah
entitas tersebut berkeinginan untuk melakukan demikian; atau
2. timbul dari hak-hak kontraktual atau hukum lainnya, terlepas apakah hak-hak
tersebut dapat dialihkan (transferable) atau dipisahkan (separable) dari
entitas atau dari hak-hak dan kewajiban lainnya.
Aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi terkait dengan bisnis atau
sekelompok aset pada umumnya dikenal sebagai goodwill.
Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi dapat kontraktual atau non-kontraktual,
yang dapat dibagi ke dalam empat (4) kelompok utama, sebagai berikut:
1. Aset tidak berwujud terkait dengan pemasaran (marketing-related intangible
assets) digunakan terutama dalam pemasaran atau promosi produk atau jasa.
Contoh berikut ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
 Trademarks, trade names, service marks, collective marks dan
certification marks;
 Trade dress (warna, bentuk atau desain kemasan yang unik);
 Newspaper mastheads;
 Internet domain names; atau
 Perjanjian tidak bersaing (non-compete agreement).
13
Ini merupakan karakteristik pendukung dalam konteks US GAAP dan bukan karakteristik
penentu. Syarat terpisahkan diajukan berkaitan dengan ketertukaran (exchangeability). Untuk
dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik
yang lain atau berdiri sendiri. Syarat ini telah dikesampingkan oleh FASB sebagai kriteria
untuk mendefinisi aset (Kam 1990, halaman 108) dengan argumen bahwa ketertukaran dan
keterpisahan hanyalah merupakan syarat untuk memperoleh manfaat suatu aset.
www.futurumcorfinan.com
Page 21
2. Aset tidak berwujud terkait dengan pelanggan atau pemasok (customer or
supplier-related intangible assets) terdiri dari hubungan dengan atau
pengetahuan mengenai pelanggan atau pemasok. Contoh-contoh di bawah
ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
 perjanjian iklan, konstruksi, manajemen, jasa/pelayanan atau penawaran
(supply);
 perjanjian lisensi dan royalti;
 kontrak servicing (servicing contracts);
 buku pemesanan (order books);
 kontrak ketenagakerjaan (employment contracts);
 hak-hak penggunaan (use rights), seperti pengeboran (drilling), air, udara,
pemotongan papan (timber cutting) dan slot pendaratan pelabuhan udara
(airport landing slots);
 perjanjian franchise;
 hubungan pelanggan; atau
 daftar pelanggan.
3. Aset tidak berwujud terkait dengan teknologi (technology-related intangible
assets) timbul dari hak-hak kontraktual atau non-kontraktual untuk
menggunakan teknologi (baik dipatenkan dan tidak dipatenkan), database,
formula, desain, software, proses atau resep;
4. Aset tidak berwujud terkait dengan seni (artistic-related intangible assets)
yang timbul dari hak-hak untuk memperoleh manfaat seperti royalti dari
pekerjaan seni, seperti drama (plays), buku, film dan music, dan dari
perlindungan hak cipta (copyright) non-kontraktual.
www.futurumcorfinan.com
Page 22
Disebutkan juga bahwa aset tidak berwujud tertentu didefinisikan dan dijelaskan oleh
karakteristik atau atribut seperti fungsi, posisi di pasar, jangkauan global, profil pasar,
kapabilitas dan image. Karakteristik-karakteristik ini membedakan satu aset tidak
berwujud dari lainnya. Sebagai contoh:
 Brand makanan (food brands) dapat dibedakan melalui perbedaan rasa
(taste), sumber bahan (source of ingredients) dan mutu; atau
 Produk software computer dapat dibedakan untuk mengacu kepada
spesifikasi fungsional.
Karakteristik atau atribut dari suatu aset tidak berwujud termasuk, tetapi tidak
terbatas pada hak-hak kepemilikan, hak istimewa dan kondisi-kondisi yang terkait
dengan aset tersebut. Hak-hak kepemilikan pada umumnya diuraikan dalam
dokumen-dokumen legal dan termasuk, menurut juridiksi yang terlibat, paten,
trademark, dan hak cipta. Hak-hak kepemilikan dan kondisi-kondisi dapat dalam
suatu perjanjian atau korespondensi dan dapat atau tidak dapat dialihkan kepada
pemilik baru. Bagaimanapun juga, terdapat aset tidak berwujud yang memberikan
hak istimewa tanpa eksistensi hak-hak kepemilikan aktual, misalnya hubungan
pelanggan atau rahasia dagang. Intangible tidak perlu harus memiliki kontrak yang
mendasarinya, namun suatu perusahaan atau individu dapat menjadi pemilik dari
intangible semacam ini dan memperoleh manfaat ekonomis. Identifikasi dan
pelaporan karakteristik dari suatu aset tidak berwujud adalah bagian yang penting
dari suatu penilaian.
Meskipun kadang kala tepat dan mungkin untuk menilai suatu aset tidak berwujud
secara individual (stand-alone basis), dapat pula tidak mungkin atau tidak praktis
www.futurumcorfinan.com
Page 23
dalam kasus lain untuk menilai suatu aset tidak berwujud selain menilainya terkait
dengan aset [berwujud atau] tidak berwujud. Adalah mungkin atau praktis untuk
mengestimasi nilai aset tidak berwujud secara individual.
Mendefinisikan intangible : perspektif Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, untuk tujuan seksi 482 dari regulasi final, istilah “intangible”
mengacu pada item apapun yang termasuk dalam satu diantara enam kategori yang
dispesifikasi dalam regulasi, asalkan item tersebut memiliki nilai substansial
terlepas dari jasa dari masing-masing item (sebagai properti independen)14
.
Kategori-kategori intangible property termasuk:
 Paten, ciptaan (invention), formula, proses, desain, pola-pola (patterns) atau
know-how;
 Hak cipta (copyrights) dan kesustraan (literary), musik, atau komposisi seni
(artistic compositions);
 Trademarks, trade names, atau brand names;
 Franchise, lisensi, atau kontrak-kontrak;
 Metode, program, sistem, prosedur, kampanye (campaign), survei, studi,
ramalan, estimasi, daftar pelanggan, atau data-data teknis; dan
 Item lain yang sama yang memperoleh nilainya dari isi intelektual lebih dari
atribut fisiknya.
Regulasi seksi 482 final tidak mencakup pembatasan, dan bahwa wajib pajak
diwajibkan untuk mengenakan imbalan berdasarkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha hanya ketika terdapat pengalihan dari suatu kepentingan yang
secara komersial dapat dialihkan (a transfer of a commercially transferable interest).
Definisi di atas tidak menetapkan adanya enforceable property rights?
Terdapat perbedaan antara aset tidak berwujud (intangible asset) dan intellectual
property (HAKI), terutama dalam konteks lisensi. HAKI adalah suatu kategori aset
tidak berwujud yang memperoleh perlindungan hukum (misalnya trademarks),
sehingga dimungkinkan untuk dialihkan hak-haknya melalui lisensi. Tidak semua
aset tidak berwujud masuk dalam kategori ini: prosedur perusahaan dan estimasi
14
Treasury Regulations Section 1.482-4(b).
www.futurumcorfinan.com
Page 24
berdasarkan pengalaman manajemen diakui sebagai aset tidak berwujud, tetapi
akan terbukti sulit untuk dilisensikan kepada pihak ketiga (?).
Salah satu masalah yang timbul15
Dalam kasus Merck, IRS (Internal Revenue Service – otoritas perpajakan di Amerika
Serikat) memberikan argumentasi bahwa Merck seharusnya diberikan imbalan
sehubungan dengan memasok anak perusahaannya dengan intangible property
yang terdiri dari struktur afiliasi, struktur mekanisme penetapan harga, dan struktur
perencanaan keseluruhan grup. Pengadilan Pajak menolak argumen tersebut
dengan pertimbangan bahwa “struktur-struktur” tersebut bukan merupakan
“enforceable property rights”
Kalangan penilai di Amerika Serikat secara umum menggolongkan aset tidak
berwujud ke dalam 10 kelompok16
:
1. Marketing-related intangible assets (misalnya, trademarks, trade names,
brand names, logos);
2. Technology-related intangible assets (misalnya, proses, paten, aplikasi paten,
dokumentasi teknis, seperti laboratory notebooks, technical know-how);
3. Artistic-related intangible assets (misalnya, karya dan hak cipta
kesusasteraan dan hak cipta, komposisi musik, peta, ukuran (engravings));
4. Data processing-related intangible assets (misalnya, proprietary computer
software, software copyrights, automated databases, integrated circuit masks
and masters);
5. Engineering-related intangible assets (misalnya, desain industrial, paten
produk, rahasia dagang, engineering drawings and schematics, blueprints,
proprietary documentation);
6. Customer-related intangible assets (misalnya, daftar pelanggan, kontrak
pelanggan, hubungan pelanggan, open purchase orders);
7. Contract-related intangible assets (misalnya, kontrak pemasok yang
menguntungkan, perjanjian lisensi, perjanjian franchise, perjanjian non-
kompetisi);
15
D.M. McGavock et al, n 74, 41-2, referring to Merck & Co., Inc. vs United States 24 Cl. Ct.
73 (1991), dikutip dari Markham, Michelle, The Transfer Pricing of Intangibles, 2005, Kluwer
Law International, halaman 39.
16
R.F. Reilly dan R.P. Schweihs, Valuing Intangible Assets (McGraw-Hill, New York, 1999),
halaman 19-20.
www.futurumcorfinan.com
Page 25
8. Human capital-related intangible assets (misalnya, trained and assembled
workforce, perjanjian ketenagakerjaan, kontrak serikat pekerja);
9. Location-related intangible assets (misalnya, leasehold interests, hak-hak
eksploitasi mineral, easements, hak-hak pemanfaatan udara, hak-hak
pemanfaatan air);
10. Goodwill-related intangible assets (misalnya, institutional goodwill,
professional practice goodwill, personal goodwill of a professional, celebrity
goodwill, general business going-concern value).
Mendefinisikan Intangibles : Perspektif OECD TP Guideline
OECD TP Guideline mempunyai satu bab khusus yaitu bab VI “Special
Considerations for Intangible Property” yang membicarakan pertimbangan-
pertimbangan khusus yang timbul pada saat akan menetapkan apakah (1) kondisi-
kondisi (? – isi agreement itu sendiri atau nature transaction yang dilakukan?) yang
terjadi atau dibebankan dalam transaksi-transaksi antara associated enterprises
melibatkan intangible property mencerminkan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha. Perhatian khusus diberikan kepada (2) transaksi intangible property karena
transaksi-transaksi sering kali sulit untuk dievaluasi untuk tujuan perpajakan
(maksudnya apa?).
Jadi di sini isu:
Tidak adanya transaksi (atau adanya transaksi menurut sudut discus) yang
melibatkan intangible property dalam aktivitas komersial.
Istilah “intangible property” termasuk :
Rights (penekanan adalah hak ? – apa yang harus dibuktikan?) to use
 industrial assets (? – jelas disebutkan mengenai asset?) such as patents,
trademarks, trade names, designs or models.
 includes literary and artistic property rights,
 intellectual property such as know-how and trade secrets.
Jelas yang dibicarakan oleh OECD adalah business rights, ‘that is intangible property
associated for commercial activities, including marketing activities’ - profit seeking
activities.
www.futurumcorfinan.com
Page 26
Diakui oleh OECD bahwa intangibles ini adalah aset yang “that may have
considerable value even though they may have no book value in the company’s
balance sheet” – jadi OECD jelas mengambil posisi bahwa terlepas apakah dicatat
atau tidak dicatat dalam laporan keuangan perusahaan – aset itu tetap diakui?
Aset itu dapat pula melekat resiko yang besar, misalnya kewajiban kontrak atau
produk dan kerusakan lingkungan.
Commercial intangibles – business rights
OECD TP Guideline untuk mudahnya mengelompokkan dua yaitu:
Trade intangible – includes
 patents,
 know-how,
 designs, and
 models that are used for the production of a good or the provision of a service,
 intangible rights that are themselves business assets transferred to
customers or used in the operation of business (e.g. computer software).
Beberapa ciri trade intangibles:
 Trade intangibles ini sering kali timbul tercipta melalui aktivitas penelitian dan
pengembangan yang mahal dan beresiko (apakah ini berarti bahwa trade
intangible tidak bisa timbul dari non-R&D?).
 Pengembang (developer) pada umumnya berusaha mendapatkan kembali
pengeluaran-pengeluaran yang ada melalui imbal hasil melalui penjualan
produk, kontrak jasa, atau perjanjian lisensi.
Kegiatan penciptaan trade intangible dapat dilakukan:
1. Dilakukan sendiri
Marketing intangible
Marketing intangible termasuk:
www.futurumcorfinan.com
Page 27
 trademarks and trade names that aid in the commercial exploitation of a
product or service,
 customer lists,
 distribution channels, and
 unique names,
 symbols, or
 pictures that have an important promotional value for the product concerned.
Beberapa hal mengenai marketing intangibles:
 marketing intangibles (e.g. trademarks) dapat diproteksi oleh hukum di
negara-negara tertentu (berarti tidak selalu legally protected?)
 nilai dari marketing intangibles tergantung pada banyak faktor, termasuk :
o reputasi dan kredibilitas dari trade name atau trademark yang
dikembangkan oleh kualitas barang dan jasa yang disediakan oleh
nama atau mark tersebut di masa lalu;
o tingkat pengendalian kualitas dan keberlangsungan penelitian dan
pengembangan;
o distribusi dan ketersediaan barang atau jasa yang sedang dipasarkan;
o cakupan sejauh mana dan tingkat keberhasilan pengeluaran
promosional yang timbul untuk supaya calon pelanggan mengenali
produk atau jasa (terutama pengeluaran iklan dan pemasaran yang
timbul untuk mengembangkan jaringan hubungan dengan distributor,
agen, atau agensi facilitating lainnya);
o nilai pasar kemana marketing intangibles akan menyediakan akses;
dan,
o sifat dari hak yang tercipta dalam intangible di bawah hukum.
Hybrid intangibles
Intellectual property seperti know-how dan rahasia dagang dapat berupa trade
intangibles atau marketing intangibles.
Know-how dan rahasia dagang adalah proprietary information or knowledge yang
membantu atau meningkatkan aktivitas komersial, tetapi tidak diregistrasi untuk
proteksi dengan cara seperti paten atau trademark.
www.futurumcorfinan.com
Page 28
Diakui oleh OECD bahwa istilah know-how sendiri kemungkinan adalah konsep yang
kurang tepat (less precise).
Paragraf 11 dari Commentary on Article 12 of the OECD Model Tax Convention
memberikan definisi sebagai berikut:
Know-how is all the divulged technical information, whether capable of being
patented or not, that is necessary for the industrial reproduction of a product or
process, directly and under the same conditions; in as much as it is derived from
experience, know-how represents what a manufacturer cannot know from mere
examination of the product and mere knowledge of the progress of technique.”
Know-how dapat termasuk proses rahasia atau formula atau informasi rahasia
lainnya menyangkut pengalaman sains, komersial atau industrial, yang tidak dicakup
oleh paten.
Disebutkan pula bahwa pengungkapan apapun atas know-how atau rahasia dagang
dapat secara substansial mengurangi nilai dari property yang ada.
Ditambahkan pula bahwa perlu kehati-hatian untuk menentukan apakah atau
Mendefinisikan Intangibles : Perspektif US GAAP
Kembali ke awal-awal pembahasan intangible dalam dunia akuntan di Amerika
Serikat, kita dapatkan beberapa hal:
Kohler mendefinisikan intangibles sebagai aset modal (capital assets) yang tidak
memiliki eksistensi fisik dimana nilainya tergantung pada hak-hak dan manfaat-
manfaat yang diberikan dari kepemilikannya kepada pemilik17
.
Paton sendiri telah mengingatkan bahwa dengan hanya mengandalkan pada uji
eksistensi fisik tidak terlalu bermanfaat dan menyarankan bahwa intangibles adalah
aset yang lebih terkait pada perusahaan secara keseluruhan dari pada satu atau
beberapa komponen-nya18
.
17
Kohler, Eric L. A Dictionary for Accountants, 3rd
ed. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall,
1963), halaman 269.
18
Paton, William A., dan William A. Paton, Jr., Asset Accounting (New York: Macmillan,
1952), halaman 485-490.
www.futurumcorfinan.com
Page 29
Satu hal yang jelas dari aset tidak berwujud (intangible asset) adalah mereka
memperoleh nilai mereka lebih signifikan dari hak-hak dan privilese yang spesial
(special rights and privileges) yang mereka berikan, daripada eksistensi fisik mereka,
kalau ada.
Accounting Principles Board di Amerika Serikat dalam mengatasi masalah definisi
intangible, lebih pada kemudian mengelompokkan aset tak berwujud berdasarkan
beberapa hal:
 Identifikasi (identifiability) – apakah dapat diidentifikasi secara terpisah
atau kesulitan untuk melakukan identifikasi secara spesifik.
 Cara memperolehnya (manner of acquisition) – diperoleh secara tersendiri,
dalam kelompok, atau dalam kombinasi bisnis, atau dikembangkan secara
internal.
 Periode manfaat yang diharapkan (expected period of benefit) – dibatasi
oleh hukum atau kontrak, terkait dengan faktor manusia atau ekonomi,
atau memiliki masa waktu yang tidak dapat ditentukan19
.
 Pemisahan dari perusahaan (separability from an entire enterprise) – hak-
hak yang dapat dialihkan tanpa title, dapat dijual, atau tidak terpisahkan
dari perusahaan atau bagian yang signifikan darinya20
.
Lebih lanjut, US GAAP membicarakan mengenai
 intangibles yang diklasifikasikan menurut apakah mereka diperoleh
dari pihak external (externally acquired/purchased) atau
dikembangkan secara internal (internally developed).
 intangibles yang dapat diidentifikasi (identifiable) atau tidak dapat
diidentifikasi (unidentifiable).
Melihat perjalanan bagaimana US GAAP memberikan definisi kepada aktiva, kiranya
kita dapat belajar sesuatu dari sana.
19
Bahasa Inggris “indefinite” tidak sama artinya dengan “infinite”. Indefinite = indeterminate.
20
Accounting Principles Board, APB Opinion No. 17, “Intangible Assets” (New York: AICPA,
1970).
www.futurumcorfinan.com
Page 30
Sebelum 1950 : Barang yang kita miliki (Things we own)
Ini merupakan pemahaman paling fundamental tentang aktiva. Walaupun sederhana,
terdapat beberapa kekurangan yang menyolok:
 aktiva tidak harus merupakan barang/”things”, ia dapat juga berupa
intangible.
 Kata “things” lebih mengandung konotasi bahwa ia memiliki bentuk fisik
 Aktiva tidak harus dimiliki. Sepanjang perusahaan dapat memiliki kendali,
misalnya barang sewa leasing. Kepemilikan legal tidak merupakan
persyaratan yang benar untuk definisi aktiva. Yang dibutuhkan perusahaan
adalah memiliki kendali atasnya dan akses eksklusif atasnya.
1950-an : Sesuatu dengan saldo debit (Something with a debit balance)
Something represented by a debit balance that is or would be properly carried
forward upon a closing of books of account …… on the basis that it represents either
a property right or value acquired or expenditure made which…is applicable to the
future21
.
21
American Institute of Certified Public Accountants, Accounting Terminology Bulletin No. 1,
New York: AICPA, 1953 paragraf 26.
www.futurumcorfinan.com
Page 31
1960-an : Manfaat ekonomis masa datang (Future economic benefits)
Asset represents expected future economic benefits, rights to which have been
acquired by the enterprise as a result of some current or past transaction22
.
1. Manfaat suatu aktiva adalah diharapkan, atau ada di masa mendatang, yang
berarti ada ketidakpastian dalam derajat tertentu yang terlibat dalam
aktiva tersebut (elaborate lebih jauh dalam konteks royalti).
2. Manfaat adalah bersifat ekonomis karena mereka langka dan untuk itu
mempunyai nilai.
3. Kejadian yang membawa aktiva kepada eksistensi-nya dalam perusahaan
adalah adanya transaksi, baik terjadi di masa lampau atau terjadi saat ini.
Inti suatu aktiva ada empat:
1. Aktiva mendatangkan manfaat kepada pemilik
2. Manfaat ekonomis tersebut ada di masa depan
3. Perusahaan/pemilik mempunyai hak (right) atas manfaat tersebut, dan tidak
perlu harus memilikinya.
4. Hak di atas diperoleh oleh perusahaan melalui suatu transaksi, baik di masa
lalu atau saat ini (jadi tidak bisa melalui transaksi di masa mendatang!).
1970-an : Sumber-daya ekonomi atau bukan? (Economic resources, or not?)
Economic resources of an enterprise that are recognized and measured in
conformity with generally accepted accounting principles…….. Assets also include
certain deferred charges that are not resources…..23
Penggunaan economic resources karena ia merupakan faktor yang jarang jumlah
(scarce) dengan nilai ekonomis.
1985 : Manfaat ekonomi masa depan yang mungkin (Probable future economic
benefits)24
Definisi aktiva dalam the Conceptual Framework in SFAC No. 6:
22
Moonitz, dan Sprouse, Accounting Research Study #3, 1962, halaman 20.
23
Accounting Principles Board, Statement No. 4, Basic Concepts and Accounting Principles
Underlying Financial Statements of Business Enterprises, New York: AICPA, 1970,
paragraph 132.
24
Evans, Thomas G., Accounting Theory, Contemporary Accounting Issues, Thomson South-
Western, 2003, bab 10.
www.futurumcorfinan.com
Page 32
Assets are probable future economic benefits, rights to which have been acquired by
the enterprise as a result of some current or past transactions or events.
Ada tiga karakteristik yang penting dimana ketiga-tiganya harus ada supaya suatu
aktiva dapat diakui:
1. Probable future economic benefits in cash flows
Esensi dari suatu aktiva adalah mendatangkan manfaat ekonomis masa
depan atau potensi pelayanan (potential service) bagi perusahaan. Manfaat
spesifik akan memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
kepada arus kas masuk perusahaan, baik secara sendiri-sendiri atau melalui
kombinasi dengan aktiva-aktiva yang lain.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan “probable”.
Kata ini digunakan untuk menyampaikan pemahaman bahwa ada
ketidakpastian yang terkait dengan manfaat-manfaat tersebut. FASB sendiri
dalam Standard Dictionary Definition, mengartikan “probable” sebagai:
“reasonably expected or believed on the basis of available evidence or logic
but is neither certain nor proved25
.”
Tidak ada arti yang lebih jelas, misalnya dengan probabilitas di atas 50%?
2. Controlled by the firm
Perusahaan telah memperoleh manfaat dan dapat mengendalikan akses
perusahaan lain terhadap manfaat tersebut. Perusahaan harus memiliki klaim
atas hak-hak atau pelayanan-pelayanan (services) tersebut dan dapat
mencegah pihak lain dari menggunakan aktiva tersebut atau membagi bagian
atas manfaat dengan pihak lain. Dengan kata lain, perusahaan tidak harus
secara legal memiliki suatu item untuk dapat memiliki kendali atas item
tersebut.
25
Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Concepts No. 6,
“Elements of Financial Statements.” Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board,
1985, paragraph 26.
www.futurumcorfinan.com
Page 33
3. Past transaction or event has created the benefit
Aktiva timbul dari transaksi atau kejadian yang telah terjadi, atau
ditransaksikan. Jadi, terjadinya kejadian atau transaksi adalah “trigger” untuk
terjadinya pengakuan aktiva.
Dari ketiga karakteristik yang esensial di atas, karakteristik yang pertama
yaitu, adanya manfaat ekonomis di masa mendatang, adalah yang paling
penting, dan ini membawa kepada pembahasan lebih lanjut atas sifat dari
manfaat tersebut.
Darimana ia berasal dan dalam bentuk apa ia ada? Bagaimana kita dapat
yakin bahwa manfaat tersebut riil?
Sumber dan bukti dari manfaat
Untuk menekankan arti dari manfaat ekonomis masa depan, sumber dari
manfaat harus dipertimbangkan. Menurut SFAC No. 6, manfaat ekonomis
masa depan dari suatu aktiva dapat terwujud dalam 3 nilai berikut ini26
:
1. Exchange value – perusahaan dapat menerima sesuatu untuk ditukarkan
untuk aktiva tersebut.
2. Production value – perusahaan dapat menggunakan aktiva tersebut
untuk memproduksi sesuatu yang mengandung nilai.
3. Acceptance value – perusahaan dapat menggunakan aktiva untuk
menyelesaikan kewajiban.
Bukti apa yang ada menunjukkan bahwa manfaat tersebut ada? Menurut
SFAC No. 6, bukti keberadaan manfaat dapat didasarkan pada tiga faktor27
:
1. Market value – aktiva pada umumnya dibeli dan dijual di suatu pasar.
Aktiva dapat dibeli dan dijual secara individual atau dalam gabungan
dengan aktiva yang lain, yang biasanya disebut sebagai pembelian atau
penjualan gabungan (basket purchase or sale).
26
SFAC No. 6, paragraph 172.
27
SFAC No. 6, paragraph 173
www.futurumcorfinan.com
Page 34
2. Acceptability – aktiva dapat digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
atau hutang; aktiva tersebut pada umumnya dapat diterima oleh kreditor
atau pemberi pinjaman untuk pembayaran hutang.
3. Productivity – aktiva tersebut dapat digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa baik berwujud atau tidak berwujud, dengan nilai pasar
atau yang dapat diterima secara umum (common acceptability).
Schuetze’s concerns28
Salah satu kritik yang cukup menarik atas definisi aktiva SFAC No. 6 di atas, datang
dari W. Schuetze pada tahun 1993, yang kemudian menjadi kepala akuntansi SEC.
Dia memberikan kesimpulan bahwa definisi aktiva dalam SFAC No. 6 adalah “so
complex, abstract, so open-ended, so all-inclusive, and so vague that we cannot use
it to solve problems.” Lebih lanjut, ia menyamakan definisi tersebut sebagai “an
empty box. A large empty box. A large empty box with sideboards. Almost everything
or anything can fit into it.”
Dalam tulisannya, ia menyatakan kekuatiran dia bahwa definisi tidak secara jelas
membedakan antara aktiva dan biaya-biaya, yang dapat mengakibatkan bahwa
pengakuan suatu item sebagai aktiva, yang dapat juga dilihat sebagai biaya menurut
pihak lain. (Note : apakah suatu pembayaran royalti, sebetulnya pembagian biaya
yang disharing dengan licensee berupa pembayaran royalti? - terutama
perusahaan-perusahaan yang merugi, tetapi tetap membayar royalty?)
Schuetze menekankan pada adanya exchangeability dari suatu aktiva, dengan kata
lain, untuk dapat diperhitungkan sebagai aktiva, item tersebut harus dapat dijual
(secara terpisah) oleh perusahaan.
Apakah ini berarti kita harus mengatur bahwa royalty harus terkait dengan intangible
yang dapat dijual?
Masalah tertukarkan (exchangeability) sudah menjadi gagasan atau argumen yang
diajukan untuk memenuhi syarat sebagai aset, yaitu suatu sumber ekonomik harus
dapat dipertukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan
alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu
28
Schuetze, W. “What is an Asset?” Accounting Horizons (September 1993), halaman 66-70.
www.futurumcorfinan.com
Page 35
sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar. Dengan kata lain, manfaat
eknomik diturunkan dari daya tukar.
Syarat dan argumen ini disanggah karena manfaat ekonomik tidak hanya terletak
pada daya tukar tetapi juga dari daya guna suatu objek untuk produksi. Misalnya,
mesin mungkin sekali tidak mempunyai daya tukar tetapi dapat digunakan untuk
menghasilkan produk. Bahkan hamper sebagian besar aset manfaatnya didapat dari
penggunaan daripada dari pertukaran. Sebagaimana dikutip Kam (1990, halaman
107-108)29
, Moonitz menyatakan bahwa “exchange does not make values, it merely
reveals them.”
Samuelson’s Concerns30
Richard Samuelson, seorang professor akuntansi, pada tahun 1996 menyatakan
bahwa, definisi aktiva mempunyai dua komponen fundamental:
1. Komponen ekonomi, yang mengakui karakteristik ekonomi atau teknis dari
aktiva, dan
2. Komponen hukum/legal, yang mengidentifikasi karakteristik legal atau
proprietary.
Dalam definisi FASB untuk aktiva, kedua komponen, ada, namun komponen
ekonomi lebih menonjol. Ini menimbulkan tiga kelemahan dalam definisi yang
membatasi kegunaan dalam setting standar akuntansi:
1. Definisi mencampur-adukan antara definisi aktiva dengan pengukuran aktiva.
2. Definisi mencampur-adukan antara ide waktu dengan mendefinisikan aktiva,
(yang adalah stocks), sebagai manfaat ekonomis di masa depan (yang
adalah flows). Pada umumnya, stocks adalah pada saat ini, sedangkan flows
terjadi di masa depan. Namun demikian, kedua hal tersebut dimasukkan
dalam definisi FASB mengenai aktiva.
3. Definisi menekankan komponen ekonomis di atas komponen legal.
29
Kam, Vernon, Accounting Theory, New York: John Wiley & Sons, 1990, halaman 107-108.
30
Samuelson, Richard, The Concept of Assets in Accounting Theory” Accounting Horizons
(September 1996), halaman 147 – 157.
www.futurumcorfinan.com
Page 36
Apakah ini berarti bahwa penekanan pada kejadian masa depan, dimana tentu saja
ini tidak dapat diamati (observable), sehingga tidak dapat dikonfirmasi secara empiris
(empirically confirmed).
Apakah royalty dapat dikoreksi setelah beberapa tahun ke depan?
Beberapa hal terkait:
1. Probable
FASB mendefinisikan probable sebagai “that which can reasonably be
expected or believed on the basis of available evidence or logic but is neither
certain nor proved.31
”
Amer dan teman-teman mendapatkan bahwa dalam sample sejumlah auditor
professional, sebagian besar menginterpretasikan bahwa kata probable akan
berarti adanya probabilitas sebesar 0.79 (mean) atau 0.80 (median)32
.
Banyak pihak yang menginginkan bahwa kata probable dispesifikasi lebih
jelas, misalnya, dengan menyatakan bahwa itu berarti sekurang-kurangnya
65% kesempatan terjadinya.
2. Fokus definisi aktiva yang mengharuskan adanya transaksi atau kejadian
yang sudah terjadi.
Keharusan adanya suatu transaksi dalam definisi akan membatasi
perusahaan dari mengakui aktiva yang telah berkembang sepanjang waktu
tanpa adanya transaksi yang spesifik.
Misalnya, logo Nike mengalami peningkatan nilai disebabkan produk dan
pemasaran Nike, atau Mickey Mouse dan Donald Duck sekarang secara
universal diakui sebagai symbol Disney. Di sini tidak ada transaksi spesifik
yang telah terjadi.
31
Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Concepts No. 6,
“Elements of Financial Statements. Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board,
1985, paragraph 25.
32
Amer dan teman-teman, sebagaimana dikutip dalam Johnson, T., dan Kimberly Petrone,
The FASB Cases on Recognition and Measurement, Second Edition, Norwalk, CT: Financial
Accounting Standards Board, 1995, halaman 85.
www.futurumcorfinan.com
Page 37
Terkait dengan biaya riset dan pengembangan (R&D), perusahaan-perusahaan
besar secara kontinyu berusaha untuk meningkatkan lini produk mereka,
mengembangkan produk-produk baru, meningkatkan metode manufaktur dan
mengembangkan fasilitas pabrikasi yang telah ditingkatkan. Biaya-biaya terkait
kegiatan R&D dapat merupakan biaya-biaya yang tidak akan pernah memberikan
manfaat di masa mendatang. Banyak akuntan melihat bahwa menentukan apakah
ketidakpastian di sekitar penentuan apakah biaya-biaya R&D akan memberikan
manfaat di masa mendatang dan kapan manfaat-manfaat itu akan terealisasi,
menjadi terlalu subyektif dan tidak dapat diandalkan.
SFAS No. 2 mewajibkan semua biaya-biaya R&D untuk dibebankan pada saat
terjadinya.
Untuk membedakan biaya-biaya R&D dari biaya-biaya lainnya, FASB memberikan
definisi sebagai berikut:
 research is planned search or critical investigation aimed at discovery of
new knowledge with the hope that such knowledge will be useful in
developing a new product or service or new process or technique or in
bringing about a significant improvement to an existing product or process.
 development is the translation of research findings or other knowledge
into a plan or design for a new product or process or for a significant
improvement to an existing product or process whether intended for sale or
use. It includes the conceptual formulation, design and testing of product
alternatives, construction of prototypes, and operation of pilot plants. It
does not include routine or periodic alterations to existing products,
production lines, manufacturing processes, and other ongoing operations
even though these alterations may represent improvements and it does not
include market research or market testing activities33
.
Karena banyak biaya-biaya yang mempunyai karakteristik sama dengan biaya R&D,
FASB juga mencantumkan daftar aktivitas yang termasuk dan tidak termasuk di
dalam kategori biaya R&D sebagai berikut:
33
Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Standards No. 2,
“Accounting for Research and Development Costs” (Stamford, CT: FASB, 1974) paragraph 8.
www.futurumcorfinan.com
Page 38
Kegiatan Riset dan Pengembangan
Kegiatan yang bukan merupakan riset
dan pengembangan
Riset laboratorium yang ditujukan untuk
menemukan pengetahuan baru (new
knowledge)
Lanjutan engineering dalam tahap yang
awal dari kegiatan komersial
Mencari penerapan dari temuan riset
yang baru
Pengendalian kualitas selama produksi
komersial termasuk pengujian rutin
Penyusunan konseptual dan desain dari
produk yang mungkin atau alternatif
proses
Mengatasi gangguan (breakdown)
selama produksi
Pengujian dalam mencari atau evaluasi
alternative produk atau proses
Usaha-usaha rutin dan sedang
berlangsung untuk memperbaiki,
memperkaya, atau meningkatkan
kualitas suatu produk yang ada
Modifikasi desain suatu produk atau
suatu proses
Menyesuaikan suatu kapabilitas yang
ada ke dalam persyaratan tertentu atau
kebutuhan tertentu pelanggan
Desain, konstruksi, dan pengujian
prototype pre-produksi dan model
Perubahan design secara periodic
terhadap produk-produk yang ada
Desain peralatan, jigs, cetakan, dies
melibatkan teknologi baru
Desain rutin atas peralatan, jigs, cetakan,
dan dies
Desain, konstruksi, dan operasional dari
pabrik contoh (pilot plant) yang tidak
berguna untuk produksi komersial
Kegiatan, termasuk desain dan
konstruksi engineering, terkait dengan
konstruksi, relokasi, pengaturan ulang,
atau start-up fasilitas atau peralatan
Aktivitas engineering yang dibutuhkan
untuk memajukan desain suatu produk
memasuki tahap produksi
Ijin kerja atas aplikasi patent, penjualan,
lisensi, atau litigasi
IAS No. 38, “Intangible Assets” diterapkan kepada semua aktiva tidak berwujud yang
tidak diatur secara khusus oleh International Accounting Standards yang lain. IAS No.
38 secara khusus berlaku atas pengeluaran yang berhubungan dengan iklan,
pelatihan, start-up, dan kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan (R&D).
www.futurumcorfinan.com
Page 39
Secara khusus, IAS No. 38 menunjukkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud wajib
diakui mula-mula pada biaya perolehan (at cost), dalam laporan keuangan, jika ia
memenuhi 3 persyaratan :
1. Aktiva tersebut memenuhi definisi aktiva tidak berwujud. Terutama, terdapat
aktiva yang dapat diidentifikasi (identifiable) yang dikendalikan (controlled)
dan dapat secara jelas dibedakan (distinguishable) dari goodwill perusahan.
2. Adalah mungkin bahwa manfaat ekonomis di masa mendatang (future
economic benefits) yang timbul (attributable) dari aktiva tersebut akan
mengalir kepada perusahaan.
3. Biaya aktiva dapat diukur secara andal.
Persyaratan di atas berlaku apakah suatu aktiva tidak berwujud diperoleh secara
eksternal (externally acquired) atau dihasilkan secara internal (internally generated).
Jika suatu item intangible tidak memenuhi baik definisi maupun kriteria untuk
pengakuan aktiva tidak berwujud, biaya-biaya yang timbul akan dibebankan pada
laporan laba rugi. Semua pengeluaran atas riset akan dibiayakan langsung sebagai
beban tahun berjalan, dan intangible yang dihasilkan secara internal seperti goodwill
tidak dapat diakui sebagai aktiva (? - cek lagi).
Sesudah pengakuan awal dalam laporan keuangan, IAS No. 38 menunjukkan bahwa
suatu aktiva tidak berwujud wajib diukur menggunakan satu dari dua perlakuan:
1. Perlakuan benchmark : biaya historis dikurangi amortisasi dan kerugian
penurunan nilai.
2. Perlakuan alternative yang diperbolehkan : nilai revaluasi (berdasarkan nilai
wajar (fair value)) dikurangi amortisasi dan kerugian penurunan nilai
selanjutnya.
Perbedaan utama perlakuan revaluasi aktiva tetap sebagaimana diatur dalam IAS
No. 16, “_________________” adalah bahwa revaluasi aktiva tidak berwujud
diperbolehkan hanya jika nilai wajar dapat ditentukan dengan mengacu kepada
pasar aktif (active market), dan pasar aktif sendiri diharapkan jarang ditemukan
untuk aktiva tidak berwujud.
Apakah intangible atas mana royalti dibayar wajib tercatat di laporan keuangan
licensor?
www.futurumcorfinan.com
Page 40
Bagaimana kalau aktiva tersebut mengalami penurunan nilai, apakah ini berakibat
pada royalti? Mengingat IAS No. 39 (?) mewajibkan bahwa kerugian penurunan nilai
diakui untuk aktiva keuangan (?) yang nilai yang dapat dipulihkan (recoverable
amount) kurang dari nilai tercatat (carrying amount).
Contoh:
A Ltd. di Negara AAA berhasil me-paten-kan (?) karton plastik, yang telah diproduksi
dan dipasarkan untuk 5 tahun dan menghasilkan laba. Paten yang satu mencakup
proses produksi dan paten yang lain mencakup produk yang terkait.
Paten tersebut mewakili terobosan yang signifikan dalam industry dalam 20 tahun
terakhir. Produk-produk yang dihasilkan telah dipasarkan menggunakan trademark
teregistrasi (registered trademark) menggunakan nama Technoc, Bauxnoc dan
Dealnoc.
Lisensi atas paten tersebut telah diberikan ke beberapa pabrikan di berbagai negara
dan A Ltd. memperoleh royalti yang besar dari lisensi tersebut.
Apakah paten dapat dicatat menggunakan metode “discounted value of expected net
royalty receipts” (metode nilai diskonto dari penerimaan royalti bersih)?
Paten tidak dapat dicatat menggunakan metode di atas, dengan demikian, royalti
tidak dapat dikaitkan dengan pencatatan? Dapat dalam konteks untuk transfer?
Definisi aktiva
Ketika akuntan telah memastikan bahwa suatu aktiva telah diakui berdasarkan
definisi di atas, isu berikutnya adalah bagaimana menilai aktiva tersebut.
Model-model valuasi
Sejalan waktu, dua model (school of thoughts) valuasi yang berbeda, mengenai nilai
apa yang akan diasosiasikan dengan suatu aktiva telah berkembang, yaitu:
1. Model input
2. Model output
Model Input
Model input mendukung penilaian aktiva yang mencerminkan ukuran jumlah
pembayaran yang digunakan atau penting untuk memperoleh aktiva (misalnya, untuk
mencerminkan harga input atau akuisisi).
www.futurumcorfinan.com
Page 41
Dua pendekatan untuk menerapkan model input adalah sebagai berikut:
 Biaya historis
Aktiva dinilai pada harga original yang perusahaan bayar untuk memperoleh
aktiva pada transaksi atau pertukaran berdasarkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha (arm’s-length). Pada umumnya, nilai awal terkait dengan
aktiva tidak berubah sampai aktiva tersebut dilepas (disposed) atau
dikeluarkan (removed) dari perusahaan. Keunggulan yang utama terhadap
pendekatan ini adalah bahwa ia obyektif, dapat diperiksa dan mencerminkan
nilai perolehan kepada perusahaan. Kelemahannya adalah bahwa biaya
dapat menjadi outdated seiring dengan perubahan di pasar untuk aktiva.
 Replacement cost atau current cost
Aktiva dinilai menurut apa yang diperlukan hari ini untuk memperoleh aktiva
atau jasa tersebut. Keunggulan pendekatan ini adalah ia mencerminkan
ukuran terbaik dari nilai kini untuk perusahaan.
Model Output
Model output mendukung konsep penilaian didasarkan nilai pertukaran atau konversi
yang mencerminkan ukuran pembayaran yang akan diterima di masa mendatang
dari aktiva. Pendekatan ini mem-fokuskan pada manfaat yang terkait dengan aktiva.
Empat pendekatan yang dapat diimplementasikan:
 Nilai kini (present value)
Pendekatan ini menilai aktiva pada nilai kini dari penerimaan arus kas di
masa mendatang yang terkait dengannya. Ia mencerminkan penyederhanaan
(abstraksi) yang berguna, tetapi sering tidak praktis untuk banyak aktiva34
.
 Current Selling Price
Pendekatan ini menilai aktiva pada harga dimana aktiva tersebut pada saat
ini ditawarkan di pasar. Jika nilai jual dikurangi untuk biaya menyelesaikan
34
SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements.” SFAC No. 7 memberikan prinsip umum mengenai penggunaan nilai kini
dalam akuntansi, terutama pada saat ketidakpastian ada, dan pemahaman yang umum
mengenai tujuan penggunaan nilai kini sebagai pengukur akuntansi.
www.futurumcorfinan.com
Page 42
penjualan, ini akan dinamakan current net realizable value. Namun demikian,
current selling price hanya berlaku untuk aktiva-aktiva yang akan dijual (held
for sale) atau ditawarkan di pasar. Pendekatan ini bermanfaat karena ia
mempunyai fokus ke depan (future focus). Current selling price hanya relevan
kalau aktiva tersebut tidak akan dimiliki atau dikendalikan sampai dengan
masa akhirnya(?).
 Liquidation Value
Pendekatan ini mengukur aktiva berdasarkan pada apa yang perusahaan
dapat terima dari penjualan yang dipaksakan (forced sale) pada harga yang
lebih rendah dari harga pasar. Harga ini dapat jadi tidak relevan bagi
perusahaan-perusahaan yang memiliki kelangsungan usaha (going
concerns).
 Expected Value
Johnson dan teman-teman menyarankan penggunaan nilai yang diharapkan
dalam akuntansi untuk memenuhi tujuan penyediaan informasi yang berguna
tentang jumlah, timing, dan ketidakpastian dari arus kas bersih prospektif
dalam beberapa situasi35
.
Nilai yang diharapkan mempertimbangkan semua hasil yang mungkin terkait dengan
kejadian dan memberikan bobot pada masing-masing kejadian berdasarkan
probabilitas terjadinya. Pendekatan ini tidak sering digunakan dalam akuntansi.
Apakah adanya pasar sekunder akan mempengaruhi jawaban?
Jawabannya adalah tidak. Kecuali aktiva dibeli untuk dijual lagi di pasar sekunder,
adanya harga di pasar sekunder tidak relevan dalam situasi ini karena tujuannya
bukan untuk dijual kembali (resell). Keberadaan nilai pasar tidak dengan sendirinya
menyebabkan sesuatu itu menjadi aktiva.
Probabilitas adalah juga kata kunci, jika tingkat probabilitas-nya sedemikian rendah,
maka dapat juga diartikan bahwa tidak tepat untuk menilai aktiva pada harga yang
lebih tinggi dari nihil.
35
Johnson, T., Barry Robbins, Robert Swieringa, dan Roman Weil, “Expected Values in
Financial Reporting.” Accounting Horisons (December 1993): hal 77-90.
www.futurumcorfinan.com
Page 43
Kalau ada perbandingan harga:
1. Biaya historis (US$150)
2. Current selling price di pasar sekunder (nilai pasar wajar) US$90
3. Nilai yang diharapkan US$100 (probabilitas x hadiah utama)
4. Tidak ada nilai, nihil
Kalau diasumsikan aktiva akan dimiliki/dikendalikan hingga masa akhirnya, maka
ada dua kemungkinan, hadiah utama atau nihil.
Nilai yang diharapkan dapat merupakan pilihan yang dipertimbangkan karena ia
memperhitungkan jumlah yang diharapkan dari hasil arus kas dan probabilitas setiap
outcome dapat ditentukan secara andal (masukkan contoh perhitungan nilai yang
diharapkan). Apakah probabilitas dapat ditentukan secara andal atau akurat?
Kalau ya dan fokus memang ke depan (future focus) maka nilai yang diharapkan
layak diperhitungkan.
INTM467200 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence -
Discounted cash flow models
Introduction
“A discounted cash flow model is one of the many ways in which third parties might
attempt to value intangible property”.
(terjemahan bebas: Model DCF adalah satu dari banyak cara dimana pihak ketiga
berusaha untuk menilai aktiva tidak berwujud.)
Dalam dunia komersial, metode yang sangat umum dalam menilai merek (brands)
adalah menggunakan model matematis untuk menghitung alir pendapatan yang
dapat diharapkan dari eksploitasi brand. Model ini sering digunakan untuk mencoba
menilai brand untuk tujuan penjualan (outright sale), angka yang dihasilkan wajib
memperhitungkan nilai uang sepanjang waktu (time value of money).
Contoh, Bodgit & Scarper (Plastic Tat) telah memproduksi dan menjual model rel
kereta api selama tahunan. Aktivitas tersebut selalu membawa keuntungan bagi
divisi perusahaan, tetapi, untuk mengumpulkan dana untuk membiayai suatu new
venture, diputuskan untuk menjual divisi model rel kereta. Perusahaan mengestimasi
bahwa divisi akan memproduksi laba yang tetap sebesar £10 million selama 10
tahun ke depan. Dengan demikian perusahaan akan melepaskan arus laba sebesar
www.futurumcorfinan.com
Page 44
£100 million. Namun demikian, £10 juta yang diperoleh di tahun 1 akan lebih
berharga daripada £10 juta di tahun 10. Dengan mengestimasi bahwa £10juta tahun
depan berharga 5% lebih rendah daripada £10juta tahun ini, dan berikutnya, estimasi
dari nilai kini bersih £100juta adalah £77juta.
Kalkulasi ini dapat dilakukan menggunakan model DCF, juga dikenal sebagai model
NPV. Selain menilai brands, model DCF juga dapat digunakan untuk menghitung
royalti yang terhutang berdasarkan perjanjian lisensi.
Bagian berikut ini membicarakan bagaimana model DCF dapat digunakan dan
dihitung dan mempertimbangkan juga kerugian dari menggunakan model ini.
Informasi yang digunakan untuk menyusun model DCF
Dasar model DCF adalah product line laporan laba rugi untuk brand atau produk36
.
Metode ini dapat digunakan untuk produk atau brand single atau a basket products
asalkan produknya sama.
Model menggunakan :
 Proyeksi penjualan
 Biaya-biaya yang terkait
 Informasi di-supply oleh perusahaan (?)
 Berdasarkan informasi yang tersedia pada saat perjanjian lisensi diberikan
Model dibangun di sekitar product line income statement yang memperhitungkan
semua kegiatan untuk memproduksi suatu produk, termasuk biaya-biaya terkait:
• Bahan baku
• Biaya produksi
• Pemasaran dan promosi
• Penjualan
• Distribusi
• Administrasi
• Biaya-biaya R&D yang dikeluarkan terkait langsung dengan produk
36
see INTM467160 on product line income statements
www.futurumcorfinan.com
Page 45
Biaya-biaya untuk menemukan dan mengembangkan produk pada umumnya tidak
dimasukkan.
Secara alternative, model dapat juga berfokus pada satu aktivitas (katakan
manufaktur atau distribusi), mengalokasikan biaya-biaya dan laba yang dapat di-
atribusikan pada aktivitas lain, menggunakan metode-metode OECD misalnya resale
minus atau cost plus.
Lamanya perjanjian lisensi
Tidak ada periode minimum untuk perjanjian lisensi dimana model DCF dapat
digunakan untuk menentukan tarif royalti. Tentu saja, semakin panjang periode yang
dicakup oleh model, proyeksi penjualan dan biaya-biaya menjadi lebih terbuka untuk
dipertanyakan. Namun demikian, model DCF menjadi lebih berat ke tahun-tahun
awal, supaya proyeksi menjadi lebih andal.
Misalkan, mempertimbangkan perjanjian lisensi untuk 10 tahun diproyeksikan untuk
menghasilkan £10juta laba setiap tahun. Total laba selama periode 10 tahun adalah
£100 juta. Namun demikian, tarif diskon 10%, nilai kini bersih adalah £61.45juta.
Jika laba tahun untuk tahun 5-10 diperkirakan £12juta, maka total laba untuk periode
10 tahun £110juta, tetapi nilai kini bersih adalah hanya £66.15juta.
Untuk produk baru, atau brand yang ada sedang diluncurkan di pasar baru, akan
menjadi pertanyaan apakah suatu perjanjian lisensi yang panjang akan diberikan,
tanpa suatu break clause.
Masalah dengan tarif royalti yang sama
Model DCF didesign untuk memberikan tarif royalti yang sama sepanjang periode
model. Tapi pada umumnya, produk atau brand baru membutuhkan promosi awal
yang lebih tinggi dan usaha-usaha/pengeluaran pemasaran dan laba kemungkinan
akan rendah atau bahkan tidak ada pada tahun-tahun awal. Berdasarkan prinsip
kewajaran (kesebandingan) dan kelaziman usaha, tidak realistis untuk
mengharapkan royalti untuk dibayar selama fase start-up.
Jika model ini di-split, kemungkinan bahwa unsur untuk tahun-tahun pertama, akan
menunjukkan royalti yang minimal atau bahkan tidak ada, dan unsur untuk tahun-
tahun berikutnya akan menunjukkan tarif yang sedikit lebih tinggi daripada tarif yang
www.futurumcorfinan.com
Page 46
seragam. Ini akan menggambarkan apa yang akan terjadi berdasarkan prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha. Secara keseluruhan licensor dan licensee
seharusnya memperoleh alokasi laba yang sama – licensor akan mendapat
bagiannya sedikit lebih lama dalam siklus perjanjian lisensi.
Mengalokasikan laba
Menggunakan model DCF akan memberikan kita suatu nilai untuk suatu brand,
basket produk, berdasarkan laba yang kemungkinan akan dihasilkan. Bagian yang
lebih sulit adalah mengupayakan bagaimana laba seharusnya dialokasikan (at arm’s-
length?)
Umpamakan dimana suatu perusahaan induk memberikan suatu lisensi 10 tahun
kepada suatu anak perusahaan berbasiskan di Singapura untuk memproduksi dan
menjual suatu obat baru. Obat ini ditemukan oleh perusahaan induk. Pekerjaan
pengembangan dilakukan oleh perusahaan induk dan dua anak perusahaan di
Perancis dan Amerika Serikat. Bahan aktif obat diproduksi di Singapura dan
kemudian dijual kepada perusahaan grup berbasis di Swiss. Perusahaan Swiss
kemudian menjual bahan aktif kepada perusahaan distributor grup yang melakukan
produksi sekunder (mengubah bahan aktif menjadi tablet) dan kemudian menjual
obat tersebut.
Model DCF akan menghasilkan laba system untuk obat. Laba butuh untuk
dialokasikan di antara:
• Perusahaan induk (sebagai licensor)
• Anak perusahaan Amerika Serikat dan Perancis (untuk bagian mereka dalam
mengembangkan obat)
• Anak perusahaan Singapore (untuk melaksanakan produksi primer)
• Anak perusahaan Swiss (untuk acting sebagai clearing house)
• Distributor group (untuk melaksanakan produksi dan distribusi sekunder)
Perusahaan induk harus dialokasikan pada an arm’s length profit.
Secara praktik, prinsip-prinsip yang sama perlu diterapkan sama seperti
menggunakan metode profit-split.
(see INTM467160).
www.futurumcorfinan.com
Page 47
Reservasi OECD
The OECD Transfer Pricing Guidelines mempertimbangkan model DCF mungkin
berguna dalam situasi start-up, dimana proyeksi dapat diestimasi dengan tingkat
kepastian yang wajar. Mereka mengingatkan bahwa angka diskonto, yang harus
sama dengan apa yang pihak ketiga akan setuju, akan membantu seberapa andal
model tersebut. Premi resiko industry-wide digunakan untuk menghitung angka
diskonto, adalah industry-wide. Mereka tidak membedakan antara perusahaan-
perusahaan yang berbeda, apalagi segmen –segmen bisnis. Guideline juga
memperingatkan bahwa kita akan dapat menemukan masalah-masalah dalam
mengestimasi timing relative penerimaan yang akan dimasukkan ke dalam model.
The OECD Transfer Pricing Guidelines menganjurkan bahwa model DCF
seharusnya digunakan dengan hati-hati, dan seharusnya ditambah kalau mungkin
dengan informasi yang diperoleh dari metode yang lain.
Secara khusus NPV yang dimaksud adalah NPV yang ada digunakan dalam formula
EXCEL.
Perhitungan dilakukan dengan mengambil nilai sebagai snap shot pada akhir tahun.
Dalam ringkasan berikut ini dari spreadsheet Excel, kalkulasi memperlakukan
penjualan dan harga pokok penjualan untuk setiap tahun jatuh pada akhir tahun. Ini
akan memberikan gambaran yang terdistorsi, karena penjualan dan harga pokok
penjualan terjadi sepanjang waktu dalam tahun bersangkutan, dan tidak hanya pada
satu hari pada akhir tahun.
A B C D E F G H I
1 NPV 2000 2001 2002 2003 2004 2005
2 £’m £’m £’m £’m £’m £’m £’m
3
4 Sales 417 10.0 30.0 80.0 150.0 165.0 210.0
5
Cost of
sales
-137 -4.4 -13.2 -30.8 -48.2 -53.0 -59.4
6 Gross profit 280 5.6 16.8 49.2 101.8 112.0 150.6
www.futurumcorfinan.com
Page 48
Metode alternative adalah nilai jatuh pada awal tahun
A B C D E F G H I
1 NPV 2000 2001 2002 2003 2004 2005
2 £’m £’m £’m £’m £’m £’m £’m
3
4 Sales 459 10.0 30.0 80.0 150.0 165.0 210.0
5
Cost of
sales
-151 -4.4 -13.2 -30.8 -48.2 -53.0 -59.4
6 Gross profit 308 5.6 16.8 49.2 101.8 112.0 150.6
Bagaimanapun juga, ini tidak memiliki pengaruh yang besar pada tarif royalti
menggunakan model ini.
Untuk lebih tepat, rata-rata dari kedua hasil dapat dihitung, dimana penjualan dan
beban pokok penjualan terjadi secara merata sepanjang tahun.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi model DCF
Suatu model DCF seharusnya mendapat pemeriksaan dan penilaian yang tinggi.
Faktor-faktor ini adalah mereka yang perlu direview secara seksama, walaupun
secara individual, perubahannya hanya mempengaruhi sebagian kecil dari tarif
royalti. Namun secara bersama-sama, pengaruh dapat signifikan terhadap tarif
royalti.
1. Satu dari dua faktor kunci adalah keterandalan dari angka-angka yang
dimasukkan ke dalam model. Angka-angka yang digunakan adalah proyeksi yang
diperoleh dari informasi contemporaneous, dan tidak berdasarkan hasil aktual. Jadi
perlu kita lihat bagaimana data prime tersebut dihasilkan/diambil? Apakah angka
proyeksi yang digunakan sebetulnya disusun untuk tujuan lain – jika ya, bagaimana
mereka dibandingkan dengan angka proyeksi yang digunakan dalam model? Asumsi
dan estimasi apa yang telah dibuat dan berdasarkan basis apa? Walaupun kita
seharusnya tidak menggunakan “hindsight”, namun adanya hasil aktual yang
www.futurumcorfinan.com
Page 49
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan hasil proyeksi memberikan
gambaran bahwa proyeksi tidak terlalu robust.
2. Tujuan model adalah menghasilkan nilai kini bersih dari laba yang diharapkan dan
kemudian menghitung tarif royalti berdasarkan pada proporsi dari laba tersebut.
Laba apa yang akan dihitung oleh model tersebut? Laba dari operasi, laba sebelum
pajak atau laba sesudah pajak? Target terbaik ketika menggunakan model DCF
untuk menilai property tak berwujud adalah laba dari operasi. At arm’s length,
berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, licensor dan licensee tidak
akan memperhitungkan posisi perpajakan masing-masing pihak. Laba sebelum
pajak memperhitungkan biaya bunga, item exceptional dan extraordinary.
Menggunakan laba sesudah pajak berarti mengestimasi pajak untuk semua pihak
yang terlibat. Ini dapat mengarah pada masalah lebih dari satu variable – dimana
merubah tarif royalti (variable utama) juga akan merubah pajak, menimbulkan
variable yang lain. Memperhitungkan pajak terhutang oleh licensor juga dapat
menimbulkan masalah (maksudnya apa?). Tidak merupakan hal sederhana dengan
hanya memasukkan pajak terhutang sebagai unsur biaya dalam model.
3. Faktor kunci ke-dua adalah mengalokasikan nilai kini bersih dari laba yang
diantisipasi kepada pihak-pihak yang terlibat. Prinsip-prinsip untuk mengalokasi laba
dalam model DCF adalah sama seperti mengalokasikan laba menggunakan model
profit-split37
4. Merubah angka diskonto akan mempunyai pengaruh pada model. Diskonto
dirancang untuk meng-counter dua faktor: inflasi dan premi resiko. Premi resiko
untuk brand yang sangat popular, dengan jejak rekam penjualan yang kuat, akan
relatif rendah. Untuk produk baru, atau obat baru yang belum memperoleh
persetujuan dari badan berwenang dan membutuhkan lebih banyak pengujian, premi
resiko akan lebih tinggi. Analis bisnis menggunakan angka diskonto benchmark
ketika menyusun model peramalan/forecasting. Penilaian Aktiva dan Saham memiliki
beberapa pengalaman dalam menggunakan angka diskonto dan akan dapat
memberikan masukan mengenai tarif diskonto yang akan digunakan dalam industry
tertentu. (Perhatikan OECD Reservation di atas)
37
lihat INTM467160
www.futurumcorfinan.com
Page 50
5. Jumlah tahun yang dimasukkan dalam model turut mempengaruhi tarif royalti.
Dalam banyak kasus, lamanya perjanjian lisensi akan menentukan berapa tahun
yang akan digunakan dalam model. Ada situasi dimana meskipun hak atas suatu
produk atau brand dijual kepada afiliasi, suatu penjualan outright tidak akan terjadi
berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (at arms’-length) dan
sebaliknya, perjanjian lisensi akan diberikan. Dalam kasus ini, jumlah tahun yang
dimasukkan dalam model akan diperhitungkan secara seksama. Faktor-faktor seperti
lamanya perjanjian lisensi yang dapat diperbandingkan, atau berakhirnya paten
kunci akan mempengaruhi jumlah tahun yang akan dimasukkan ke dalam model.
6. You may on occasion see very complicated models which include adjustments to
balance sheet assets and liabilities such as stock, capital expenditure, debtors and
creditors. You need to ensure that such models do not include elements of double
counting, such as including both capital expenditure and depreciation of fixed assets.
INTM467210 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence
- Franchise models
Menetapkan tingkat imbal hasil arm’s length untuk memberikan hak menggunakan
intangible yang berharga adalah sesuatu exercise yang kompleks. Mendapatkan
data pembanding biasanya sulit. Perusahaan-perusahaan akan kadang-kadang
menggunakan perjanjian franchise untuk mendukung tingkat royalti dalam situasi ini.
Informasi mengenai perjanjian franchise lebih tersedia.
Franchise adalah umum di dunia retail, terutama dalam sector fast food. McDonald’s
dan Burger King adalah dua dari franchise dunia yang sangat terkenal. Di luar sector
ritel, franchise kurang dikenal meskipun beberapa bisnis di sector jasa menggunakan
franchise.
Perjanjian franchise akan berlaku untuk beberapa tahun. Sebagai imbalan atas
pembayaran teratur, franchisee akan menggunakan nama bisnis dan kemungkinan
akan diberikan fasilitas pengadaan untuk barang dan jasa untuk mendukung
franchise. Fee umumnya terdiri dari dua unsur:
 turnover fee untuk penggunaan brand
 turnover fee untuk jasa yang disentralisasi (utamanya adalah iklan dan
promosi)
www.futurumcorfinan.com
Page 51
Perjanjian franchise untuk brand global yang terkenal, franchisee akan membayar
fee tahunan terdiri dari jumlah untuk nama dan jumlah untuk jasa. Dalam sebuah
franchise, perusahaan membeli sebuah model bisnis yang sudah ada dan teruji.
Resiko untuk usaha bisnis yang baru harusnya lebih rendah – karena yang lain
sudah ada di sana sebelumnya dan menunjukkan bahwa model bisnisnya baik.
Semakin sukses suatu franchise, semakin pengakuan yang ada, semakin tinggi fee
franchisee kemungkinan harus membayar.
Beberapa perbedaan antara pengaturan franchising dengan pengaturan licensing:
• Perjanjian lisensi adalah bukan perjanjian franchise. Masing-masing menawarkan
hak-hak yang berbeda dan tipe yang berbeda dari hubungan dagang.
• Kasus transfer pricing akan melibatkan tarif royalti untuk bisnis start-up. Biasanya
brand atau produk sedang diluncurkan dalam suatu pasar yang baru. Tidak terdapat
bisnis yang terbukti yang telah membangun pengakuan brand.
• Bisnis franchise bekerja pada konsep dengan banyak franchisee, masing-masing
memegang satu outlet dan mencakup suatu area. Licensee beroperasi dengan cara
yang seluruhnya berbeda, yang mungkin mencakup satu negara dan mengeluarkan
tipe-tipe biaya yang berbeda.
Harus melihat fakta-fakta jika persyaratan di antara pihak-pihak yang terkait sama
dengan perjanjian atau pengaturan franchise dimana sebetulnya merupakan lisensi
penuh yang telah disetujui, karena ini akan mempengaruhi harga arm’s-length.
INTM467160 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence -
Establishing an arm’s length price for valuable intangible property
Menetapkan harga arm’s length untuk transaksi-transaksi yang melibatkan
intangibles adalah sulit. Terdapat beberapa point yang harus dipertimbangkan:
 Is the intangible property actually worth anything?
 Is the company name worth anything?
 OECD Transfer Pricing Guidelines - comments on valuation of intangibles
 Establishing an arm's length price when the intangibles are owned by someone else
 Marketing of branded goods
www.futurumcorfinan.com
Page 52
 Example involving sale of branded products
 Product line income statements
 Profit split method
 Profit split - variations
 Does the cost of the intangibles affect the value of the intangibles?
 The reward for marketing intangibles
 Bundles of intangible property
Is the intangible property actually worth anything?
Semua bisnis memiliki property, yang dapat mengambil banyak bentuk. Beberapa
dari mereka sangat berharga, seperti obat baru yang dapat efektif menyembuhkan
kondisi medis yang sebelumnya tidak dapat ditangani, atau brand name yang
bernilai seperti Coca Cola. Beberapa property tidak berwujud dapat menjadi tidak
berharga. Beberapa property tidak berwujud pernah adalah revolusioner dan sangat
berharga, tetapi sekarang hanya memiliki nilai yang keci, seperti teknologi yang
digunakan untuk membuat mesin video Betamax.
Tipe yang berbeda-beda untuk intangibles dipertimbangkan lebih detil dalam
INTM464070.
Penilaian intangibles adalah area yang sulit. Dimulai dengan mempertimbangkan
point fundamental sebagai berikut:
• Pembayaran untuk apa? Apa yang dibayar?
• Apakah mungkin item-item ini dibayar pada arm’s-length?
• Mengapa suatu pihak independen membayar jumlah ini?
• Bagaimana jumlah yang dibayar mempengaruhi tingkat laba yang akan dinikmati
oleh masing-masing pihak?
• Apakah tingkat laba yang accruing untuk masing-masing pihak adalah apa yang
kita harapkan lihat di antara pihak-pihak independen?
• Apakah perusahaan membayar sesuatu yang telah ia tolong ciptakan pada tempat
pertama?
Pertimbangkan beberapa contoh tipe-tipe property tidak berwujud yang berbeda-
www.futurumcorfinan.com
Page 53
beda dan pengeluaran yang dapat menciptakan suatu intangible yang pihak
independen akan atau tidak akan siap untuk membayar untuk menggunakan:
• Brand yang mempunyai pengakuan widespread yang dapat menghasilkan baik
volume penjualan dan harga premi.
• Paten yang akan memberikan hak eksklusif untuk mengeksploitasi proses atau
ciptaan tertentu untuk periode tertentu. Ini dapat mengarah ke obat bar dengan tidak
ada competitor, atau mungkin widget dalam suatu kaleng bir untuk memproduksi
efek bahwa itu telah ditarik dari suatu pompa. Selama periode proteksi paten,
perusahaan dapat memasarkan produk dengan mengetahui bahwa tidak terdapat
kompetitor langsung dalam pasar-pasar utama. Perusahaan dapat menghasilkan
baik volume penjualan dan dapat menentukan harga yang tinggi.
• Perusahaan multinasional yang besar dengan sejumlah toko retail di sejumlah
negara mendirikan anak perusahaan di Inggris (dimana tidak ada kehadiran
sebelumnya), dimana kemudian mendirikan toko retail di seluruh negara. Grup
menjual serangkaian kecil produk-nya sendiri, tetapi utamanya menjual barang-
barang yang memiliki brand. Perusahaan induk membebankan anak perusahan
royalti untuk menggunakan nama grup. Berdasarkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha, suatu perusahaan tidak akan membayar untuk penggunaan suatu
nama yang tidak memiliki atau pengakuan yang kecil dalam Inggris.
• Suatu system komputer bespoke untuk suatu grup membantu melancarkan dan
merasionalisasi aktivitas bisnis. Sementara ia dapat memberikan manfaat berwujud
kepada anggota-anggota grup, pengeluaran tidak dengan sendirinya menciptakan
aktiva tidak berwujud yang pihak independen akan membayar suatu royalti. Suatu
pembebanan kembali (re-charge) dari biaya-biaya untuk komissioning system dari
kontraktor (independen) akan lebih tepat.
• Suatu perusahaan menggunakan sejumlah konsultan untuk memberikan masukan
untuk menetapkan tema keseluruhan dan set of values dengan mana perusahaan
dan karyawannya akan ber-operasi, baik secara internal dan dengan pelanggannya.
Sementara ini dapat memiliki beberapa manfaat tidak langsung, akan sangat sulit
untuk mencoba dan menempatkan nilai pada suatu intangibles yang diciptakan.
Akankah pihak ketiga akan membayar untuk semacam intangible?
Akan terdapat situasi dimana meskipun suatu aktiva tidak berwujud mungkin
diidentifikasi, sangat tidak mungkin bahwa seseorang akan menginginkan membayar
itu. Sebagai alternative, sebagian grup akan memiliki intangibles yang ada demikian
penting kepada bisnis bahwa mereka tidak akan dilisensikan, or jika mereka akan
www.futurumcorfinan.com
Page 54
dilisensikan pada prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, bentuk lisensi akan
ditandai berbeda.
Apakah nama perusahaan berharga sesuatu?
Kadang-kadang ditemui pembebanan atas penggunaan nama perusahaan.
Mula-mula harus di-identifikasi nama perusahaan dan/atau logo dan brand dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan mungkin memiliki serangkaian besar
brand. Suatu brand biasanya terdiri dari produk (jasa) itu sendiri, brand name
bersama-sama dengan logo atau trademark yang terkait dan “packaging” untuk
brand (misalnya, suatu produk minimum dapat disajikan dalam suatu model botol
tertentu). Brand dapat tidak memiliki nilai yang segera terlihat jelas terkait dengan
suatu perusahaan. Suatu brand yang diperkenalkan kepada suatu pasar baru dapat
tidak memiliki nilai, bahkan jika itu terkenal di negara lain.
Secara kontras, suatu perusahaan dapat mempromosikan jasa atau produknya
secara dominan dengan menggunakan nama dan logo perusahaan atau mungkin
mempromosikan brand predominant melalui penggunaan nama dan logo.
Perusahaan multinasional mengembangkan nama dan reputasi mereka melalui
berbagai cara. Mungkin melalui kualitas tinggi yang eksepsional dari produk MNE
dapat membuat dan menjual – pelanggan akan memiliki suatu persepsi bahwa
apapun perusahaan memproduksi, akan memiliki kualitas yang tinggi dan bernilai
untuk dibayar lebih. MNE mungkin telah mengembangkan suatu monopoli atau
menguasai proporsi yang signifikan dari pasar, dan dengan demikian, dapat
membebankan harga yang tinggi untuk produk atau jasanya. Sebagai alternative,
MNE dapat melakukan investasi tinggi pada pemasaran, sehingga pelanggan dapat
mengasosiasikan mereka dengan produk atau jasa tertentu.
Selalu memperhatikan untuk mengklasifikasi kegiatan apa yang menghasilkan laba:
pemasaran atau kualitas innate produk. Ini akan mengarah kepada pandangan apa
imbalan arm’s length untuk kegiatan ini akan menjadi.
Siapa pelanggan akan mencerminkan mengapa suatu brand memiliki nilai. Brand
konsumen dan nama perusahaan pada umumnya dipromosikan untuk menarik
pelanggan “high street”. Suatu organisasi komersial pada sisi lainnya mungkin tidak
tertarik – mereka akan berkonsentrasi pada produk atau jasa yang sedang dijual
kepada mereka. Perusahaan associated hanya akan dibebankan untuk penggunaan
nama perusahaan jika perusahaan dapat mendemonstrasikan bahwa nama
www.futurumcorfinan.com
Page 55
menambah nilai, apakah membebankan harga premi atau dapat mengamankan
keuntungan tertentu dalam memperoleh dan mempertahankan pangsa pasar. Harus
dipertimbangkan apakah suatu beban/charge dapat ada dari perspektif pengguna
nama, juga pemilik.
Ini dapat ditunjukkan dalam suatu kasus dimana terdapat marketing intangibles
terkait dan manfaat bisnis yang jelas yang dikaitkan dengan nama, dan produk
secara jelas memiliki nama atau logo perusahaan.
Dalam beberapa kasus, suatu beban/charge tidak akan tepat karena suatu
perusahaan associated semata-mata memperoleh manfaat incidental menjadi milik
satu MNE besar. Dalam kasus yang lain, terdapat isu-isu legal yang terkait dengan
kepemilikan suatu nama dan/atau logo. Jika untuk contohnya, anak perusahaan dari
MNE besar telah menggunakan nama dan logo perusahaan untuk 20 tahun, dan
suatu beban/charge kemudian diperkenalkan, mungkin bahwa jika pihak-pihak
adalah independen, anak perusahaan akan menantang pembayaran manapun.
Sebagai alternatif, nilai nama yang telah dibangun oleh usaha-usaha anak
perusahaan.
Jika suatu beban/charge tepat, periksa apakah tidak terdapat pembebanan/charge
untuk nama melalui transfer price barang atau jasa.
OECD Transfer Pricing Guidelines - comments on valuation of intangibles
The OECD Transfer Pricing Guidelines mendedikasikan satu bab lengkap untuk
intangibles (Bab 6), mengakui bahwa transaksi-transaksi yang melibatkan intangibles
adalah sulit untuk dinilai buat tujuan perpajakan. Disamping melihat tipe yang
berbeda-beda atas property yang tidak berwujud, Guideline juga menawarkan
nasehat untuk bagaimana menetapkan harga arm’s length pada transaksi-transaksi
yang melibatkan intangibles.
Guideline menyatakan bahwa harus diperhitungkan kedua belah pihak atas transaksi.
Menerapkan prinsip arm’s length kepada pemilik intangible berarti melihat harga
pihak independen akan bersedia menerima untuk melaksanakan transaksi. Dari
sudut pandang pihak yang membayar untuk menggunakan intangibles, pihak
independen yang bertindah pada arm’s length akan memperhitungkan nilai dan
kegunaan dari intangibles untuk bisnis mereka ketika memutuskan harga apa
mereka akan bersedia untuk membayar. Ini bukan suatu kasus dimana “one size fits
all” – suatu pihak akan bersedia untuk membayar lebih dari pada yang lain, jika
www.futurumcorfinan.com
Page 56
mereka berpikir mereka dapat menarik manfaat lebih dari menggunakan intangibles.
Paragraf 6.20 kepada 6.22 OECD Transfer Pricing Guidelines mendiskusikan
berbagai faktor yang harus dipertimbangkan pada saat mencoba menetapkan harga
perbandingan. Mereka termasuk:
 Manfaat yang mungkin timbul dari menggunakan intangibles
 Nature dari hak-hak (terutama dalam kaitannya dengan paten)
 Pasar dan biaya-biaya yang mungkin akan dibutuhkan untuk memproduksi
dan memasarkan produk yang menggunakan intangibles.
Aplikasi dari berbagai metodologi pricing OECD dibicarakan dalam INTM463000:
• Comparable uncontrolled price – perbandingan internal, jika tersedia, akan
memberikan CUP yang sesuai. Perjanjian antara pihak-pihak independen dapat juga
memberikan guide meskipun akses kepada informasi semacam ini mungkin sulit.
• Resale minus method – dapat berguna untuk pricing penjualan barang-barang
memasukkan trademark, atau trade intangibles seperti manufacturing know-how.
Dimana aktiva tak berwujud ditransfer berdasarkan perjanjian lisensi kepada pihak
connected adalah di-sub-lisensikan kepada pihak yang independen, metode resale-
minus dapat secara potensial digunakan untuk mencoba dan menetapkan harga
lisensi tersebut.
• Profit split – dalam hal-hal melibatkan intangible yang sangat bernilai dimana tidak
ada CUP tersedia, metode profit split mungkin relevan, karena metodologi yang lain
akan menjadi sulit untuk diterapkan.
Establishing an arm's length price when the intangibles are owned by someone else
Kemungkinan akan ditemui kasus dimana intangibles dimiliki orang lain, tetapi
sedang digunakan oleh perusahaan grup di UK. Skenario yang sangat mungkin
adalah pemasaran branded goods dan produksi produk menggunakan intangibles
semacam paten dan secret know-how, dan penyediaan jasa.
Suatu perusahaan dapat dibebankan untuk menggunakan intangibles dalam
berbagai cara. Misalnya:
1. Royalti mungkin terhutang berdasarkan perjanjian lisensi. Ini lebih mungkin untuk
bisnis manufaktur atau sebuah bisnis menyediakan jasa. Kemungkinan lebih kurang
untuk melihat royalti dibayar bisnis distribusi/pemasaran atau bisnis menjual barang-
barang retail.
www.futurumcorfinan.com
Page 57
2. Turnover-based fee, mirip dengan royalti mungkin dibayar, mungkin oleh suatu
bisnis menjual jasa-jasa (misalnya hotel)
3. Harga pembelian untuk branded goods. Bisnis yang mendistribusikan dan/atau
memasarkan branded goods kemungkinan membayar harga premium kepada
manufaktur. Pemilik brand akan menerima imbalannya dalam bentuk royalti dari
pabrikan.
Pemasaran branded goods
Dalam istilah umum, suatu pihak independen akan hanya membayar untuk
menggunakan sesuatu jika ia akan memperoleh manfaat dari menggunakan tersebut.
Sekalipun demikian, sering tidak terbantahkan bahwa suatu afiliasi sedang
menggunakan, katakana, suatu brand name dan pada arm’s length jika
menggunakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang lain kita harus membayar untuk
itu. Apa yang dibayar, kemungkinan tergantung pada nilai brand name tersebut. Ini
tentu saja tidak bernilai apa-apa jika tidak dapat diperoleh laba dari penggunaannya.
Lebih lanjut, jika kita telah menciptakan atau membantu menciptakan brand value
pertama kali di teritori kita (melalui pengeluaran pemasaran dan iklan) ini akan
mempengaruhi jumlah yang kita bersedia bayar untuk menggunakan brand tersebut.
Pihak independen akan enggan untuk menciptakan nilai brand pertama kali jika
seseorang telah memiliki brand tersebut.
Pertimbangkan suatu situasi dimana suatu perusahaan membayar suatu royalty atau
suatu premi melalui harga pembelian, untuk suatu brand consumer yang dimiliki oleh
suatu afiliasi ketika brand tersebut mempunyai nilai sebagian besar karena usaha-
usaha licensee pertama kali. Sebagai contoh,
Suatu perusahaan induk luar negeri meregistrasikan nama brand yang baru dalam
suatu tax shelter. Brand adalah baru dan untuk itu bernilai nihil. Anak perusahaan
UK mulai memproduksi dan menjual di bawah brand name. Tidak ada yang spesial
mengenai produk-produk – hanya brand name dan kemasan yang membedakan
produk (bandingkan dengan suatu produk yang mempunyai nilai intrinsic yang
disebabkan oleh kualitas). Untuk mempromosikan penjualan, perusahaan UK
mengeluarkan biaya iklan dan pemasaran. Produk-produk adalah suatu sukses
penjualan yang spectacular. Untuk mempertahankan penjualan, pengeluaran
pemasaran tetap berlangsung.
• Apakah suatu royalti akan terhutang dan pada titik mana?
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)
Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

More Related Content

What's hot

Sumber Dana dan Alokasi Dana Bank
Sumber Dana dan Alokasi Dana BankSumber Dana dan Alokasi Dana Bank
Sumber Dana dan Alokasi Dana BankAfdal Adam
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Pengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariahPengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariahcitra Joni
 
Temu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingTemu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingAni Andiyani
 
Obligasi (Matematika Keuangan)
Obligasi (Matematika Keuangan)Obligasi (Matematika Keuangan)
Obligasi (Matematika Keuangan)Kelinci Coklat
 
Pengantar Akuntansi 2- Bonds payable
Pengantar Akuntansi 2- Bonds payablePengantar Akuntansi 2- Bonds payable
Pengantar Akuntansi 2- Bonds payableyuniastuti18400700
 
Biaya relevan dan keputusan khusus
Biaya relevan dan keputusan khususBiaya relevan dan keputusan khusus
Biaya relevan dan keputusan khususPuw Elroy
 
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKUPENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU9elevenStarUnila
 
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - Asuransi
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - AsuransiBank dan Lembaga Keuangan Lainnya - Asuransi
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - AsuransiAsadCungkring97
 
Harga pokok proses roti tawar
Harga pokok proses roti tawarHarga pokok proses roti tawar
Harga pokok proses roti tawarAlvin Setiawan
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasInal Ypyn
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Judianto Nugroho
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroaudi15Ar
 
liabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjangliabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjangeksa ridwan
 
Indra wijaya hamzah. tugas review jurnal alk
Indra wijaya hamzah. tugas review jurnal alkIndra wijaya hamzah. tugas review jurnal alk
Indra wijaya hamzah. tugas review jurnal alkIndraWijayaHamzah
 

What's hot (20)

Sumber Dana dan Alokasi Dana Bank
Sumber Dana dan Alokasi Dana BankSumber Dana dan Alokasi Dana Bank
Sumber Dana dan Alokasi Dana Bank
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Pengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariahPengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariah
 
Temu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingTemu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costing
 
Bab 3-piutang-wesel
Bab 3-piutang-weselBab 3-piutang-wesel
Bab 3-piutang-wesel
 
Obligasi (Matematika Keuangan)
Obligasi (Matematika Keuangan)Obligasi (Matematika Keuangan)
Obligasi (Matematika Keuangan)
 
M keu-31
M keu-31M keu-31
M keu-31
 
Bahan kuliah pengantar akuntansi II Utang Jk. Pendek
Bahan kuliah pengantar akuntansi II  Utang Jk. PendekBahan kuliah pengantar akuntansi II  Utang Jk. Pendek
Bahan kuliah pengantar akuntansi II Utang Jk. Pendek
 
Pengantar Akuntansi 2- Bonds payable
Pengantar Akuntansi 2- Bonds payablePengantar Akuntansi 2- Bonds payable
Pengantar Akuntansi 2- Bonds payable
 
Biaya relevan dan keputusan khusus
Biaya relevan dan keputusan khususBiaya relevan dan keputusan khusus
Biaya relevan dan keputusan khusus
 
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKUPENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
 
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - Asuransi
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - AsuransiBank dan Lembaga Keuangan Lainnya - Asuransi
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - Asuransi
 
Pengantar Akuntansi 1-3, Soal
Pengantar Akuntansi 1-3, SoalPengantar Akuntansi 1-3, Soal
Pengantar Akuntansi 1-3, Soal
 
Harga pokok proses roti tawar
Harga pokok proses roti tawarHarga pokok proses roti tawar
Harga pokok proses roti tawar
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kas
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
 
liabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjangliabilitas jangka panjang
liabilitas jangka panjang
 
Indra wijaya hamzah. tugas review jurnal alk
Indra wijaya hamzah. tugas review jurnal alkIndra wijaya hamzah. tugas review jurnal alk
Indra wijaya hamzah. tugas review jurnal alk
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
 

Similar to Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

Transfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujudTransfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujudFuturum2
 
Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)
Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)
Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)Futurum2
 
Transfer pricing suatu pemahaman awal
Transfer pricing suatu pemahaman awalTransfer pricing suatu pemahaman awal
Transfer pricing suatu pemahaman awalFuturum2
 
Transfer Pricing.pdf
Transfer Pricing.pdfTransfer Pricing.pdf
Transfer Pricing.pdfAdidewamahend
 
Norma Selestia-43222120010-TM06.docx
Norma Selestia-43222120010-TM06.docxNorma Selestia-43222120010-TM06.docx
Norma Selestia-43222120010-TM06.docxNormaSelestia
 
Dampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLN
Dampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLNDampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLN
Dampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLNJessica Stefanus
 
Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...
Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...
Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...Futurum2
 
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)Futurum2
 
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beli
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beliPerlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beli
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beliUlulAzmiFunna
 
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...masda araffi
 
Financial Planning.pdf
Financial Planning.pdfFinancial Planning.pdf
Financial Planning.pdfMuzahidAkbar1
 
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Ririen Eka
 
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Ririen Eka
 
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricingPenentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricingFuturum2
 
The regulation of financial accounting
The regulation of financial accountingThe regulation of financial accounting
The regulation of financial accountingdita888
 
SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017
SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017
SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017Fadli2727
 
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 20185. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018Novi Siti
 

Similar to Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar) (20)

Transfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujudTransfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujud
 
Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)
Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)
Transfer pricing suatu pemahaman awal (short version)
 
Transfer pricing suatu pemahaman awal
Transfer pricing suatu pemahaman awalTransfer pricing suatu pemahaman awal
Transfer pricing suatu pemahaman awal
 
Transfer Pricing.pdf
Transfer Pricing.pdfTransfer Pricing.pdf
Transfer Pricing.pdf
 
Norma Selestia-43222120010-TM06.docx
Norma Selestia-43222120010-TM06.docxNorma Selestia-43222120010-TM06.docx
Norma Selestia-43222120010-TM06.docx
 
Dampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLN
Dampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLNDampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLN
Dampak PSAK Sewa yang Baru terhadap PLN
 
Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...
Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...
Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di ...
 
FRCG Tugas ke 6.pptx
FRCG Tugas ke 6.pptxFRCG Tugas ke 6.pptx
FRCG Tugas ke 6.pptx
 
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
 
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beli
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beliPerlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beli
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beli
 
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan ...
 
Financial Planning.pdf
Financial Planning.pdfFinancial Planning.pdf
Financial Planning.pdf
 
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
 
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
 
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricingPenentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
 
The regulation of financial accounting
The regulation of financial accountingThe regulation of financial accounting
The regulation of financial accounting
 
Gcg theory of the firm
Gcg theory of the firmGcg theory of the firm
Gcg theory of the firm
 
SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017
SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017
SIM, FADLI, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Pengembangan Sistem, 2017
 
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 20185. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
 
Outsourching2
Outsourching2Outsourching2
Outsourching2
 

More from Futurum2

Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Futurum2
 
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionAre P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionFuturum2
 
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionNPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionFuturum2
 
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Futurum2
 
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Futurum2
 
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftA quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftFuturum2
 
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiMenggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiFuturum2
 
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Futurum2
 
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryIgnacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryFuturum2
 
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estatREIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estatFuturum2
 
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Futurum2
 
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapSurplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapFuturum2
 
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationPerpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationFuturum2
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Futurum2
 
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...Futurum2
 
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)Futurum2
 
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Futurum2
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Futurum2
 
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutangHutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutangFuturum2
 
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Futurum2
 

More from Futurum2 (20)

Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
 
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionAre P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
 
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionNPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
 
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
 
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
 
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftA quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
 
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiMenggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
 
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
 
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryIgnacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
 
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estatREIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
 
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
 
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapSurplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
 
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationPerpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
 
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
 
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutangHutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
 
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
 

Metode dcf dalam penilaian aktiva tak berwujud untuk tujuan transfer pricing (draf kasar)

  • 1. www.futurumcorfinan.com Page 1 Metode Discounted Cash Flow dalam Penilaian Aktiva Tidak Berwujud untuk Tujuan Transfer Pricing (dari sudut pandang pembayar) – DRAF KASAR Kesepakatan Arm’s-length principle : prinsip kewajaran dan kelaziman usaha Intangible : aktiva tidak berwujud, barang tidak berwujud, harta tidak berwujud, mencakup HAKI/IP HAKI/IP : hak kekayaan intelektual/intangible properties Associated companye : perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa Associated companye : perusahaan-perusahaan yang mempunyai tidak hubungan istimewa Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com
  • 2. www.futurumcorfinan.com Page 2 BAB I Pendahuluan Dengan terbitnya PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa (untuk selanjutnya disebut sebagai “PER-43”), pihak Dirjen Pajak Indonesia telah menggariskan bahwa wajib pajak wajib menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. PER-43 pada intinya mengatur mengenai:  bagaimana prinsip kewajaran dan kelaziman usaha serta analisis kesebandingan dilakukan;  metode penentuan harga wajar atau laba wajar yang diakui;  kondisi-kondisi yang tepat bagi pemilihan metode penentuan harga transfer;  harga wajar atau laba wajar baik berupa harga atau laba tunggal (single price) atau dalam bentuk rentang harga wajar atau laba wajar (arm’s length range);  transaksi jasa, transaksi pemanfaatan dan pengalihan harta tidak berwujud;  dokumen dan kewajiban pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan; dan  kewenangan Direktur Jenderal Pajak dan hak-hak wajib pajak. Diharapkan dari diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak di atas akan dapat memberikan kepastian dan kelancaran dalam penerapan kewajaran dan kelaziman usaha1 . Khusus untuk transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud, PER-43 mengaturnya dalam Pasal 17, yang akan kita dalami lebih lanjut dalam Bab II. Dalam tahun yang sama, the Organization for Economic Co-operation and Development menerbitkan OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administrators (July 2010) yang merupakan revisi besar atas OECD Report Transfer Pricing and Multinational Enterprises (1979). OECD Transfer Pricing Guideline 2010 (untuk selanjutnya diacu sebagai OECD TP Guideline) terdiri dari 9 bab, mencakup 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
  • 3. www.futurumcorfinan.com Page 3 juga bab VI “Special Consideration for Intangible Property” dan Bab IX “Transfer Pricing Aspects of Business Restructurings”. OECD TP Guideline ditujukan untuk memberikan petunjuk mengenai salah satu isu yang paling sulit dalam penerapan prinsip perpajakan internasional terhadap perusahaan multinasional, yaitu penentuan transfer price yang tepat untuk tujuan perpajakan. Transfer prices are the prices at which an enterprise transfers physical goods and intangible assets or provide services to associated enterprises. Terjemahan bebas: Transfer price adalah harga yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam pengalihan barang fisik dan aktiva tidak berwujud atau menyediakan jasa kepada perusahaan terkait. Di belakang penentuan transfer price terdapat prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Dalam bagian Glossary OECD TP Guideline disebutkan bahwa: The international standard that OECD member countries have agreed should be used for determining transfer prices for tax purposes. It is set forth in Article 9 of the OECD Model Tax Convention as follows: where “conditions are made or imposed between the two enterprises in their commercial or financial relations which differ from those which would be made between independent enterprises, then any profits which would, but for those conditions, have accrued to one of the enterprises, but, by reason of those conditions, have not so accrued, may be included in the profits of that enterprise and taxed accordingly.” Terjemahan bebas: Standard internasional yang telah disetujui oleh para negara anggota OECD wajib digunakan untuk menentukan transfer price untuk tujuan perpajakan. Hal ini disebutkan dalam Artikel 9 dari OECD Model Tax Convention sebagai berikut: dimana “kondisi dalam mana terjadi atau dibebankan antara dua perusahaan dalam hubungan komersial atau keuangan yang berbeda dari kondisi yang akan terjadi antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, maka laba apapun
  • 4. www.futurumcorfinan.com Page 4 yang akan, untuk kondisi tersebut, telah diberikan kepada salah satu pihak, tetapi, karena alasan kondisi-kondisi tersebut, tidak diberikan, dapat termasuk dalam laba perusahaan dan dengan demikian dikenakan pajak.” Dalam PER-43 sendiri, yang dimaksud dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha adalah sebagai berikut2 : Yang dimaksud dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (arm’s length principle) adalah prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding. Secara singkat, harga yang dianggap memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s-length price) adalah: price applied or proposed to be applied by unrelated enterprises under uncontrolled conditions Apabila digambarkan, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha sebagai berikut: 2 PER-43 halaman_________
  • 5. www.futurumcorfinan.com Page 5 Apakah proses di atas dapat dilihat, baik antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan tidak mempunyai hubungan istimewa? Secara umum, antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, proses negosiasi merupakan proses untuk mencapai kata sepakat yang akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak (win-win solution), sebagaimana tergambar di bawah ini.
  • 6. www.futurumcorfinan.com Page 6 OECD TP Guidelines banyak menggunakan konsep atau analisa kesebandingan (comparability).
  • 7. www.futurumcorfinan.com Page 7 Begitu kita menyentuh analisa kesebandingan dengan mengacu ke market, maka kita akan dihadapkan pada banyak segi yang harus dipertimbangkan dan disesuaikan, antara lain:  karakteristik dari item yang dialihkan (jasa yang diberikan)  FAR oleh masing-masing entitas  Isi perjanjian (contractual terms), baik menyangkut adanya option fee, up- front fee dan pembayaran royalti minimum.  Kondisi yang ada di pasar menyangkut: o Lokasi geografis o Ukuran pasar o Hukum dan peraturan o Modal yang ditanamkan o Tingkat kompetisi, dan lain-lain  Tingkat rentabilitas/profitabilitas  Tingkat resiko  Kesadaran (awareness) dan kekuatan merek  Tingkat perlindungan merek  Eksklusivitas  Jangkauan pemasaran (lokal, regional atau global)  Kondisi industri  Ukuran dan karakteristik pasar  Gambaran ekspektasi pertumbuhan produk yang bersangkutan  Jalur distribusi  Hambatan untuk masuk ke industry (barriers to entry)  Timing  Lamanya perjanjian  Cakupan dan status perlindungan hukum  Isi perjanjian (misalnya pembatasan penggunaan, struktur pembayaran, dan lain-lain)  Kaitan dengan IP yang lain  Fungsi-fungsi dalam perusahaan o Penelitian dan pengembangan o Pabrikasi, produksi dan engineering proses o Pembuatan dan penyusunan (fabrication and assembly) produk o Pembelian dan manajemen bahan baku o Fungsi pemasaran dan distribusi, termasuk manajemen persediaan, administrasi warranty, dan kegiatan periklanan.
  • 8. www.futurumcorfinan.com Page 8 o Transportasi dan pergudangan o Manajemen, legal, akuntansi dan keuangan Dalam Glossary OECD TP Guideline3 , menyebutkan bahwa: Two enterprises are associated if one of the enterprises participates directly or indirectly in the management, control, or capital of the other or if “the same persons participate directly or indirectly in the management, control, or capital” of both enterprises (i.e. if both enterprises are under common control).4 Terjemahan bebas: Dua perusahaan dikatakan terkait jika satu dari perusahaan-perusahaan tersebut berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung dalam manajemen, pengendalian, atau modal pada perusahaan lainnya atau jika “orang yang sama berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung atas manajemen, pengendalian, atau modal” dari kedua perusahaan tersebut (dengan kata lain, kedua perusahaan berada pada pengendalian yang sama. “Enterprises” Seksi 92F (iii) memberikan definisi “enterprise” sebagai “any person (including Permanent Establishment) engaged in:  any activity relating to production, storage, supply, acquisition or control of articles, goods or specified intangibles.  any activity pertaining to provision of services or carrying out any work in pursuance of a contract  any investment or financing activity” Istilah Permanent Establishment telah didefinisikan menjadi istilah inklusif mencakup “a fixed place of business through which the business of the enterprise if wholly or partly carried on [S.92F(iiia)]”. “Associated Enterprises” telah diberikan definisi mencakup: 3 OECD page ________ 4 OECD page ____
  • 9. www.futurumcorfinan.com Page 9 1. Participation in Management / Control or Capital [Section 92A(1)(a)] – participation criterion 2. Common persons in Management/Control or Capital [Section 92A(1)(b)] – common control criterion 3. 13 Categories of deeming fictions for enterprises to qualify as Associated Enterprises [Section 92 (2)] – deeming fictions Terkait dengan kriteria partisipasi, dapat dijelaskan sebagai berikut. Associated Enterprise for an enterprise means an enterprise which participates : • Directly or indirectly or • Through one or more intermediaries in management or control or capital of other enterprise [Section 92A (1) (a)] Terkait dengan kriteria dalam pengendalian bersama (common control), dapat dijelaskan sebagai berikut: Associated Enterprise for an enterprise means an enterprise in respect of which : one or more persons who participate
  • 10. www.futurumcorfinan.com Page 10 • directly or indirectly or • through one or more intermediaries in its management or control or capital ARE THE SAME PERSONS WHO PARTICIPATE • directly or indirectly or • through one or more intermediaries in its management or control or capital of the other enterprise Terkait dengan Deeming Fictions adalah sebagai berikut: Enterprises deemed to be Associated Enterprises [Section 92 A (2)]: a) one has direct or indirect shareholding carrying not less than 26% voting power in the other b) common parent / person holds 26% of voting power in both enterprises c) one advances loan constituting not less than 51% of book value of total assets of the other enterprise d) one provides guarantees of not less than 10% of total borrowings of the other enterprise e) more than half of board of directors of one enterprise are appointed by the other enterprise f) more than half of the board of directors of both enterprises are appointed by the same person or persons
  • 11. www.futurumcorfinan.com Page 11 g) one enterprise is wholly dependent on use of IPRs of the other enterprise h) At least 90% of raw materials and consumables required by an enterprise are supplied by the other enterprise, or by persons specified by the other enterprise, and prices and conditions relating to supply are influenced by such other enterprise i) Goods or articles manufactured or processed by one enterprise, are sold to the other enterprise or to persons specified by the other enterprise, and prices and conditions relating thereto are influenced by such other enterprise j) Both enterprises controlled by same the same individual singly or jointly with relatives k) One enterprise controlled by HUF and other controlled by member of HUF or his relative or jointly l) One enterprise being a firm, association of persons or body of individuals, the other enterprise holds not less than 10% interest therein m) There exists between the two enterprises, any relationship of mutual interest, as may be prescribed Deeming fictions dapat mencakup transaksi-transaksi pihak ketiga terkait dengan: • Ventura Bersama/Joint Ventures [Section 92 A (2) (a)] • Pendanaan ekstensif oleh bank kepada perusahaan [Section 92 A (2) (c)] • Pengaturan global untuk suplai bahan baku dalam jumlah besar [Section 92 A (2) (h)] • Penggunaan teknologi eksklusif oleh suatu perusahaan yang seluruhnya mempunyai ketergantungan [Section 92 A (2) (g)] Bandingkan dengan pemahaman Hubungan Istimewa menurut PER-43 yang mengacu kepada hubungan antara Wajib Pajak dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang PPh atau Pasal 2 ayat (2) Undang-undang PPN. Secara umum, pengertian hubungan istimewa yang didapatkan dalam ketentuan perpajakan di Indonesia adalah sebagai berikut:
  • 12. www.futurumcorfinan.com Page 12 1. Hubungan istimewa karena kepemilikan saham/penyertaan sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf a UU PPh.  Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain;  hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih;  atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; 2. Hubungan istimewa karena penguasaan sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf b UU PPh. 3. Hubungan istimewa karena hubungan keluarga sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (4) huruf c UU PPh. 4. Hubungan istimewa karena pengendalian sebagaimana diatur oleh Pasal 9 ayat (1) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (tax treaty) antara Indonesia dengan negara domisili pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak Banyak isu yang dicakup dalam OECD TP Guideline cukup relevan untuk transaksi- transaksi terkait aktiva tidak berwujud. Terutama:  bab II memberikan petunjuk atas seleksi metode transfer pricing yang paling tepat (paragraph 2.1-2.11);  petunjuk lebih lanjut untuk penerapan profit-split method di mana kedua-belah pihak dalam suatu transaksi memberikan kontribusi aktiva tidak berwujud yang unik dan berharga (paragraph 2.108 – 2.145);  bab IX memberikan petunjuk baru atas resiko (paragraph 9.10-9.47) dan pengalihan atas aktiva tidak berwujud (paragraph 9.80-9.92);  bab II terkait aplikasi metode laba bersih transaksional (transactional net margin method);  bab III terkait dengan analisa kesebandingan; dan  bab IX terkait dengan restrukturisasi bisnis. Namun demikian, beberapa isu yang spesifik terhadap transaksi-transaksi terkait aktiva tidak berwujud belum tercakup dalam OECD TP Guideline, yang kemudian menimbulkan kesulitan yang signifikan, baik bagi wajib pajak dan pemerintah, tentang perlakuan atas aktiva tidak berwujud untuk tujuan transfer pricing. Ini
  • 13. www.futurumcorfinan.com Page 13 mengarah ke banyak sengketa pajak menyangkut transfer pricing yang secara jumlah cukup signifikan dan adanya resiko pemajakan ganda atas suatu transaksi. Contoh timbulnya pemajakan ganda atas suatu transaksi pembayaran royalti: OECD TP Guideline juga belum memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan aktiva tidak berwujud, meskipun terdapat satu bab (Bab VI) yang didedikasikan untuk pembahasan aktiva tidak berwujud. Sedangkan paragraph 6.2 OECD TP Guideline hanya memuat daftar ilustrasi beberapa intangibles. Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas, OECD melalui The Committee on Fiscal Affairs telah memulai pada tahun 2011 suatu proyek baru tentang aspek transfer pricing dari aktiva tidak berwujud. Diharapkan proyek tersebut akan menghasilkan suatu pembaharuan (update) atas Bab VI dari TP Guideline dan kemungkinan Bab VIII juga5 . Jadual dari penyelesaian proyek ini per Mei 2011 adalah sebagai berikut: 5 OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project, Document approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 Januari 2011.
  • 14. www.futurumcorfinan.com Page 14 Sumber : OECD website Tujuan proyek ini adalah terkait pemeriksaan atas aspek transfer pricing transaksi melibatkan intangibles 6 , transaksi mana dilakukan antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (associated enterprises)7 . Area spesifik yang dicakup dalam proyek OECD ini adalah mengenai: 1. Kerangka untuk analisis isu-isu transfer pricing yang berkait intangible; 2. Aspek definisi; 3. Kategori spesifik dari intangible mencakup kegiatan riset dan pengembangan (“R&D”), perbedaan antara penyerahan (transfer) intangible dan jasa, intangible pemasaran (marketing intangible), intangible dan atribut bisnis lainnya; 6 Intangible digunakan dan bukan aktiva tidak berwujud, karena aktiva tidak berwujud terkesan tercatat di laporan keuangan perusahaan licensor. 7 Associated enterprises yang dimaksud adalah dalam konteks Pasal 9 dari The OECD Model Tax Convention. Untuk Intangible terkait atribusi kepemilikan ekonomis (economic ownership) intangible kepada bentuk usaha tetap (permanent establishment) dalam konteks Pasal 7 telah dicakup dalam July 2008 dan July 2010 Reports on the Attribution of Profits to Permanent Establishments.
  • 15. www.futurumcorfinan.com Page 15 4. Transfer intangible mencakup identifikasi transfer intangible dan bentuknya, isu-isu re-karakterisasi (tolong diperjelas); 5. Hak dari suatu perusahaan untuk ikut dibagi atas imbal hasil dari suatu intangible yang tidak dia miliki8 ; 6. Pengaturan kontribusi biaya (Cost Contribution Arrangement); dan 7. Penilaian (valuation) mencakup petunjuk umum atas pemilihan metode transfer pricing yang paling tepat, atas aplikasi lima metode yang diakui OECD dan atas kesebandingan (comparability), metode penilaian keuangan, agregasi intangible untuk tujuan penilaian, penilaian dengan ketidakpastian yang tinggi, dan aspek-aspek lain. (masukkan soal revisi Chapter I – III OECD 2010) yang relevan untuk intangible. Bab VI “Special Consideration for Intangible Property” dalam OECD TP Guideline memberikan konfirmasi bahwa semua lima (5) metode yang diakui OECD secara teori dapat diterapkan pada intangible, tergantung pada fakta dan keadaan dari kasus yang ada, sementara pada saat yang sama menunjukkan berulang kali kepada kesulitan yang timbul dari aplikasi metode-metode tersebut, terutama terkait isu kesebandingan dimana intangible unik yang berharga terlibat. Paragraf 6.20 dari TP Guideline: 6.20 In applying the arm’s length principle to controlled transactions involving intangible property, some special factors relevant to comparability between the controlled and uncontrolled should be considered. These factors include the expected benefits from the intangible property (possibly determined through a net present value calculation)9 . Terjemahan bebas: 6.20 Dalam menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) atas transaksi-transaksi yang dikendalikan melibatkan aktiva tidak berwujud, beberapa faktor special yang relevan kepada kesebandingan antara transaksi-transaksi yang dikendalikan dan tidak dikendalikan, wajib dipertimbangkan. 8 Lihat paragraph 6.36 – 6.39 dari TP Guideline yang menjelaskan mengenai aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki trademark atau trade names. 9 Kata-kata “net present value” sengaja ditebalkan untuk tujuan penekanan.
  • 16. www.futurumcorfinan.com Page 16 Faktor-faktor ini mencakup manfaat yang diharapkan dari aktiva tidak berwujud (kemungkinan ditentukan melalui perhitungan nilai kini bersih). OECD telah memberikan penjelasan bahwa walaupun paragraph 6.20 OECD TP Guideline mencakup suatu acuan ke perhitungan nilai kini bersih, ini lebih dimaksudkan sebagai faktor kesebandingan (comparability factor) dan bukan sebagai metode penilaian (pricing method)10 . Proyek OECD ini akan mempertimbangkan seberapa jauh metode-metode penilaian keuangan dan terutama metode Arus Kas Diskonto (Discounted Cash Flow method) dapat diberikan pengakuan yang lebih besar dalam TP Guideline. Dalam buku ini, 3 hal yang terkait: (1) Esensi pembayaran royalti itu sendiri? Apa sudut pandang perpajakan? Ini secara tidak langsung mempertanyakan : definisi intangible itu sendiri untuk tujuan transfer pricing. Empat point yang diurai oleh OECD cukup menjelaskan permasalahan ini: a. Arti dan kegunaan terkait dengan pembayaran untuk transfer “something of value” (sesuatu yang berharga) dalam konteks transaksi yang melibatkan intangibles. b. Relevansi dan kegunaan definisi intangible yang diambil dari berbagai sumber (akuntansi, penilaian keuangan, dan literatur-literatur hukum). c. Faktor-faktor relevan yang wajib dipertimbangkan dalam menentukan ada tidaknya suatu intangible itu digunakan atau ditransfer, dan jika ada, bagaimana menentukan imbalan atau harganya menggunakan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (at arm’s length). Faktor-faktor yang dibicarakan termasuk, antara lain,  kemampuan mendatangkan manfaat ekonomis masa depan kepada kegiatan bisnis, 10 OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project – Document approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 January 2011, Centre for Tax Policy and Administration, halaman 7.
  • 17. www.futurumcorfinan.com Page 17  ketersediaan proteksi hukum, dan  apakah suatu intangible yang spesifik dapat memiliki nilai jika ia tidak dapat di-alihkan secara terpisah. d. Relevansi dan kegunaan analitis dari pengelompokkan intangible yang disebut dalam OECD TP Guideline atau yang umum disebutkan dalam analisa transfer pricing, antara lain, istilah marketing dan trade intangibles, routine dan non-routine intangibles11 . (2) Tarif royalty yang dibayar – penentuan tarif yang dapat diterima untuk tujuan transfer pricing atau dapat diterima dari sudut perpajakan. (3) Pihak penerima royalti dipertanyakan apakah memang sebagai beneficial owner atau legal owner? Dalam transaksi-transaksi dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (associated enterprise or related party?), pada umumnya adalah mungkin untuk meng-identifikasi perusahaan terkait mana yang adalah pemilik legal dari suatu asset yang dilindungi hukum (misalnya suatu paten atau trademark). Bagaimanapun, mungkin saja suatu perusahaan yang bukan pemilik legal dari suatu intangible, selayaknya memperoleh bagian, berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, untuk turut ambil bagian dalam imbal hasil tambahan yang berasal dari pengembangan atau eksploitasi suatu intangible, misalnya, perusahaan tersebut telah ambil bagian dalam menanggung resiko dan biaya-biaya sehubungan dengan pengembangan suatu intangible atau peningkatan nilainya. Dari Paragraf 6.36 – 6.39, TP Guideline memberikan beberapa contoh: Terkait dengan contoh-contoh tersebut, Pasal 9 dari OECD Model Tax Convention dan OECD TP Guideline tidak secara umum menyarankan untuk mengabaikan kepemilikan legal dari intangible12 , tetapi lebih kepada memastikan bahwa setiap perusahaan terkait turut memperoleh bagian berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (an arm’s-length share) dari manfaat-manfaat yang berasal dari intangible, berdasarkan apa yang akan disepakati oleh para pihak-pihak yang tidak 11 OECD, Transfer Pricing and Intangibles : Scope of the OECD Project – Document approved by The Committee on Fiscal Affairs on 25 January 2011, Centre for Tax Policy and Administration, halaman 4. 12 TP Guideline 1.64 – 1.69 memberikan beberapa keadaan yang bersifat pengecualian.
  • 18. www.futurumcorfinan.com Page 18 mempunyai hubungan istimewa (independent parties) dalam keadaan yang dapat diperbandingkan. Masukkan 1 contoh GlaxoKlien vs Smith Untuk dapat menganalisa secara tepat apakah suatu transaksi transfer pricing menyangkut intangibles telah dilakukan sesuai prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, perlu dipahami 4 hal: 1. Apa yang dimaksud dengan intangible dan termasuk dalam kategori yang mana suatu intangible yang dibicarakan 2. Menganalisa kepemilikan intangible 3. Memeriksa cara pengalihan dilakukan 4. Pihak-pihak yang melakukan transaksi Dengan demikian, kita akan membahas beberapa hal yang penting: 1. Menyinggung soal definisi Intangible. Kita akan mencoba melihat apa yang dijelaskan oleh IFRS dan US GAAP. Transaksi-nya? 2. Penggunaan Discounted Cash Flows dalam penilaian
  • 19. www.futurumcorfinan.com Page 19 Bab II Mendefinisikan Intangibles Satu hal yang jelas bahwa adalah relatif sulit untuk memberikan definisi pada istilah intangible. Oleh karena itu, beberapa perspektif akan kita lihat: 1. International Valuation Standards Council 2. Otoritas Perpajakan Amerika Serikat 3. OECD TP Guideline 4. US GAAP 5. International Accounting Standards 6. ?? Mendefinisikan Intangibles: Perspektif International Valuation Standards Council International Valuation Standards Council (IVSC) telah menerbitkan Guidance Note 4 “Valuation of Intangible Assets (Revised 2010)” pada bulan Februari 2010. Guidance Note ini dapat kita gunakan sebagai referensi mengingat IVSC menyebutkan bahwa penilaian aktiva tidak berwujud (intangible assets) diperlukan untuk tujuan yang berbeda-beda termasuk, tetapi tidak terbatas pada:  akuisisi, penggabungan usaha dan penjualan bisnis atau bagian dari bisnis;  pembelian dan penjualan aktiva tidak berwujud;  pelaporan kepada otoritas perpajakan;  litigasi dan insolvensi; dan  pelaporan keuangan. Definisi Intangible Asset adalah: A non-monetary asset that manifests itself by its economic properties. It does not have physical substance but grants rights and economic benefits to its owner or the holder of an interest. (pasal 2.3)
  • 20. www.futurumcorfinan.com Page 20 Disebutkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud dapat diidentifikasi (identifiable) atau tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable) dalam konteks penilaian. Suatu aktiva dapat diidentifikasi jika memenuhi SALAH SATU di bawah ini: 1. dapat dipisahkan (separable) 13 , yaitu kemampuan untuk dipisahkan (separated) atau dikeluarkan (divided) dari entitas dan dijual (sold), dialihkan (transferred), dilisensikan (licensed), disewakan (rented) atau dipertukarkan (exchanged), baik secara individual atau bersama-sama dengan kontrak terkait, aktiva atau kewajiban yang dapat diidentifikasi, terlepas apakah entitas tersebut berkeinginan untuk melakukan demikian; atau 2. timbul dari hak-hak kontraktual atau hukum lainnya, terlepas apakah hak-hak tersebut dapat dialihkan (transferable) atau dipisahkan (separable) dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban lainnya. Aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi terkait dengan bisnis atau sekelompok aset pada umumnya dikenal sebagai goodwill. Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi dapat kontraktual atau non-kontraktual, yang dapat dibagi ke dalam empat (4) kelompok utama, sebagai berikut: 1. Aset tidak berwujud terkait dengan pemasaran (marketing-related intangible assets) digunakan terutama dalam pemasaran atau promosi produk atau jasa. Contoh berikut ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada:  Trademarks, trade names, service marks, collective marks dan certification marks;  Trade dress (warna, bentuk atau desain kemasan yang unik);  Newspaper mastheads;  Internet domain names; atau  Perjanjian tidak bersaing (non-compete agreement). 13 Ini merupakan karakteristik pendukung dalam konteks US GAAP dan bukan karakteristik penentu. Syarat terpisahkan diajukan berkaitan dengan ketertukaran (exchangeability). Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lain atau berdiri sendiri. Syarat ini telah dikesampingkan oleh FASB sebagai kriteria untuk mendefinisi aset (Kam 1990, halaman 108) dengan argumen bahwa ketertukaran dan keterpisahan hanyalah merupakan syarat untuk memperoleh manfaat suatu aset.
  • 21. www.futurumcorfinan.com Page 21 2. Aset tidak berwujud terkait dengan pelanggan atau pemasok (customer or supplier-related intangible assets) terdiri dari hubungan dengan atau pengetahuan mengenai pelanggan atau pemasok. Contoh-contoh di bawah ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada:  perjanjian iklan, konstruksi, manajemen, jasa/pelayanan atau penawaran (supply);  perjanjian lisensi dan royalti;  kontrak servicing (servicing contracts);  buku pemesanan (order books);  kontrak ketenagakerjaan (employment contracts);  hak-hak penggunaan (use rights), seperti pengeboran (drilling), air, udara, pemotongan papan (timber cutting) dan slot pendaratan pelabuhan udara (airport landing slots);  perjanjian franchise;  hubungan pelanggan; atau  daftar pelanggan. 3. Aset tidak berwujud terkait dengan teknologi (technology-related intangible assets) timbul dari hak-hak kontraktual atau non-kontraktual untuk menggunakan teknologi (baik dipatenkan dan tidak dipatenkan), database, formula, desain, software, proses atau resep; 4. Aset tidak berwujud terkait dengan seni (artistic-related intangible assets) yang timbul dari hak-hak untuk memperoleh manfaat seperti royalti dari pekerjaan seni, seperti drama (plays), buku, film dan music, dan dari perlindungan hak cipta (copyright) non-kontraktual.
  • 22. www.futurumcorfinan.com Page 22 Disebutkan juga bahwa aset tidak berwujud tertentu didefinisikan dan dijelaskan oleh karakteristik atau atribut seperti fungsi, posisi di pasar, jangkauan global, profil pasar, kapabilitas dan image. Karakteristik-karakteristik ini membedakan satu aset tidak berwujud dari lainnya. Sebagai contoh:  Brand makanan (food brands) dapat dibedakan melalui perbedaan rasa (taste), sumber bahan (source of ingredients) dan mutu; atau  Produk software computer dapat dibedakan untuk mengacu kepada spesifikasi fungsional. Karakteristik atau atribut dari suatu aset tidak berwujud termasuk, tetapi tidak terbatas pada hak-hak kepemilikan, hak istimewa dan kondisi-kondisi yang terkait dengan aset tersebut. Hak-hak kepemilikan pada umumnya diuraikan dalam dokumen-dokumen legal dan termasuk, menurut juridiksi yang terlibat, paten, trademark, dan hak cipta. Hak-hak kepemilikan dan kondisi-kondisi dapat dalam suatu perjanjian atau korespondensi dan dapat atau tidak dapat dialihkan kepada pemilik baru. Bagaimanapun juga, terdapat aset tidak berwujud yang memberikan hak istimewa tanpa eksistensi hak-hak kepemilikan aktual, misalnya hubungan pelanggan atau rahasia dagang. Intangible tidak perlu harus memiliki kontrak yang mendasarinya, namun suatu perusahaan atau individu dapat menjadi pemilik dari intangible semacam ini dan memperoleh manfaat ekonomis. Identifikasi dan pelaporan karakteristik dari suatu aset tidak berwujud adalah bagian yang penting dari suatu penilaian. Meskipun kadang kala tepat dan mungkin untuk menilai suatu aset tidak berwujud secara individual (stand-alone basis), dapat pula tidak mungkin atau tidak praktis
  • 23. www.futurumcorfinan.com Page 23 dalam kasus lain untuk menilai suatu aset tidak berwujud selain menilainya terkait dengan aset [berwujud atau] tidak berwujud. Adalah mungkin atau praktis untuk mengestimasi nilai aset tidak berwujud secara individual. Mendefinisikan intangible : perspektif Amerika Serikat Di Amerika Serikat, untuk tujuan seksi 482 dari regulasi final, istilah “intangible” mengacu pada item apapun yang termasuk dalam satu diantara enam kategori yang dispesifikasi dalam regulasi, asalkan item tersebut memiliki nilai substansial terlepas dari jasa dari masing-masing item (sebagai properti independen)14 . Kategori-kategori intangible property termasuk:  Paten, ciptaan (invention), formula, proses, desain, pola-pola (patterns) atau know-how;  Hak cipta (copyrights) dan kesustraan (literary), musik, atau komposisi seni (artistic compositions);  Trademarks, trade names, atau brand names;  Franchise, lisensi, atau kontrak-kontrak;  Metode, program, sistem, prosedur, kampanye (campaign), survei, studi, ramalan, estimasi, daftar pelanggan, atau data-data teknis; dan  Item lain yang sama yang memperoleh nilainya dari isi intelektual lebih dari atribut fisiknya. Regulasi seksi 482 final tidak mencakup pembatasan, dan bahwa wajib pajak diwajibkan untuk mengenakan imbalan berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha hanya ketika terdapat pengalihan dari suatu kepentingan yang secara komersial dapat dialihkan (a transfer of a commercially transferable interest). Definisi di atas tidak menetapkan adanya enforceable property rights? Terdapat perbedaan antara aset tidak berwujud (intangible asset) dan intellectual property (HAKI), terutama dalam konteks lisensi. HAKI adalah suatu kategori aset tidak berwujud yang memperoleh perlindungan hukum (misalnya trademarks), sehingga dimungkinkan untuk dialihkan hak-haknya melalui lisensi. Tidak semua aset tidak berwujud masuk dalam kategori ini: prosedur perusahaan dan estimasi 14 Treasury Regulations Section 1.482-4(b).
  • 24. www.futurumcorfinan.com Page 24 berdasarkan pengalaman manajemen diakui sebagai aset tidak berwujud, tetapi akan terbukti sulit untuk dilisensikan kepada pihak ketiga (?). Salah satu masalah yang timbul15 Dalam kasus Merck, IRS (Internal Revenue Service – otoritas perpajakan di Amerika Serikat) memberikan argumentasi bahwa Merck seharusnya diberikan imbalan sehubungan dengan memasok anak perusahaannya dengan intangible property yang terdiri dari struktur afiliasi, struktur mekanisme penetapan harga, dan struktur perencanaan keseluruhan grup. Pengadilan Pajak menolak argumen tersebut dengan pertimbangan bahwa “struktur-struktur” tersebut bukan merupakan “enforceable property rights” Kalangan penilai di Amerika Serikat secara umum menggolongkan aset tidak berwujud ke dalam 10 kelompok16 : 1. Marketing-related intangible assets (misalnya, trademarks, trade names, brand names, logos); 2. Technology-related intangible assets (misalnya, proses, paten, aplikasi paten, dokumentasi teknis, seperti laboratory notebooks, technical know-how); 3. Artistic-related intangible assets (misalnya, karya dan hak cipta kesusasteraan dan hak cipta, komposisi musik, peta, ukuran (engravings)); 4. Data processing-related intangible assets (misalnya, proprietary computer software, software copyrights, automated databases, integrated circuit masks and masters); 5. Engineering-related intangible assets (misalnya, desain industrial, paten produk, rahasia dagang, engineering drawings and schematics, blueprints, proprietary documentation); 6. Customer-related intangible assets (misalnya, daftar pelanggan, kontrak pelanggan, hubungan pelanggan, open purchase orders); 7. Contract-related intangible assets (misalnya, kontrak pemasok yang menguntungkan, perjanjian lisensi, perjanjian franchise, perjanjian non- kompetisi); 15 D.M. McGavock et al, n 74, 41-2, referring to Merck & Co., Inc. vs United States 24 Cl. Ct. 73 (1991), dikutip dari Markham, Michelle, The Transfer Pricing of Intangibles, 2005, Kluwer Law International, halaman 39. 16 R.F. Reilly dan R.P. Schweihs, Valuing Intangible Assets (McGraw-Hill, New York, 1999), halaman 19-20.
  • 25. www.futurumcorfinan.com Page 25 8. Human capital-related intangible assets (misalnya, trained and assembled workforce, perjanjian ketenagakerjaan, kontrak serikat pekerja); 9. Location-related intangible assets (misalnya, leasehold interests, hak-hak eksploitasi mineral, easements, hak-hak pemanfaatan udara, hak-hak pemanfaatan air); 10. Goodwill-related intangible assets (misalnya, institutional goodwill, professional practice goodwill, personal goodwill of a professional, celebrity goodwill, general business going-concern value). Mendefinisikan Intangibles : Perspektif OECD TP Guideline OECD TP Guideline mempunyai satu bab khusus yaitu bab VI “Special Considerations for Intangible Property” yang membicarakan pertimbangan- pertimbangan khusus yang timbul pada saat akan menetapkan apakah (1) kondisi- kondisi (? – isi agreement itu sendiri atau nature transaction yang dilakukan?) yang terjadi atau dibebankan dalam transaksi-transaksi antara associated enterprises melibatkan intangible property mencerminkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Perhatian khusus diberikan kepada (2) transaksi intangible property karena transaksi-transaksi sering kali sulit untuk dievaluasi untuk tujuan perpajakan (maksudnya apa?). Jadi di sini isu: Tidak adanya transaksi (atau adanya transaksi menurut sudut discus) yang melibatkan intangible property dalam aktivitas komersial. Istilah “intangible property” termasuk : Rights (penekanan adalah hak ? – apa yang harus dibuktikan?) to use  industrial assets (? – jelas disebutkan mengenai asset?) such as patents, trademarks, trade names, designs or models.  includes literary and artistic property rights,  intellectual property such as know-how and trade secrets. Jelas yang dibicarakan oleh OECD adalah business rights, ‘that is intangible property associated for commercial activities, including marketing activities’ - profit seeking activities.
  • 26. www.futurumcorfinan.com Page 26 Diakui oleh OECD bahwa intangibles ini adalah aset yang “that may have considerable value even though they may have no book value in the company’s balance sheet” – jadi OECD jelas mengambil posisi bahwa terlepas apakah dicatat atau tidak dicatat dalam laporan keuangan perusahaan – aset itu tetap diakui? Aset itu dapat pula melekat resiko yang besar, misalnya kewajiban kontrak atau produk dan kerusakan lingkungan. Commercial intangibles – business rights OECD TP Guideline untuk mudahnya mengelompokkan dua yaitu: Trade intangible – includes  patents,  know-how,  designs, and  models that are used for the production of a good or the provision of a service,  intangible rights that are themselves business assets transferred to customers or used in the operation of business (e.g. computer software). Beberapa ciri trade intangibles:  Trade intangibles ini sering kali timbul tercipta melalui aktivitas penelitian dan pengembangan yang mahal dan beresiko (apakah ini berarti bahwa trade intangible tidak bisa timbul dari non-R&D?).  Pengembang (developer) pada umumnya berusaha mendapatkan kembali pengeluaran-pengeluaran yang ada melalui imbal hasil melalui penjualan produk, kontrak jasa, atau perjanjian lisensi. Kegiatan penciptaan trade intangible dapat dilakukan: 1. Dilakukan sendiri Marketing intangible Marketing intangible termasuk:
  • 27. www.futurumcorfinan.com Page 27  trademarks and trade names that aid in the commercial exploitation of a product or service,  customer lists,  distribution channels, and  unique names,  symbols, or  pictures that have an important promotional value for the product concerned. Beberapa hal mengenai marketing intangibles:  marketing intangibles (e.g. trademarks) dapat diproteksi oleh hukum di negara-negara tertentu (berarti tidak selalu legally protected?)  nilai dari marketing intangibles tergantung pada banyak faktor, termasuk : o reputasi dan kredibilitas dari trade name atau trademark yang dikembangkan oleh kualitas barang dan jasa yang disediakan oleh nama atau mark tersebut di masa lalu; o tingkat pengendalian kualitas dan keberlangsungan penelitian dan pengembangan; o distribusi dan ketersediaan barang atau jasa yang sedang dipasarkan; o cakupan sejauh mana dan tingkat keberhasilan pengeluaran promosional yang timbul untuk supaya calon pelanggan mengenali produk atau jasa (terutama pengeluaran iklan dan pemasaran yang timbul untuk mengembangkan jaringan hubungan dengan distributor, agen, atau agensi facilitating lainnya); o nilai pasar kemana marketing intangibles akan menyediakan akses; dan, o sifat dari hak yang tercipta dalam intangible di bawah hukum. Hybrid intangibles Intellectual property seperti know-how dan rahasia dagang dapat berupa trade intangibles atau marketing intangibles. Know-how dan rahasia dagang adalah proprietary information or knowledge yang membantu atau meningkatkan aktivitas komersial, tetapi tidak diregistrasi untuk proteksi dengan cara seperti paten atau trademark.
  • 28. www.futurumcorfinan.com Page 28 Diakui oleh OECD bahwa istilah know-how sendiri kemungkinan adalah konsep yang kurang tepat (less precise). Paragraf 11 dari Commentary on Article 12 of the OECD Model Tax Convention memberikan definisi sebagai berikut: Know-how is all the divulged technical information, whether capable of being patented or not, that is necessary for the industrial reproduction of a product or process, directly and under the same conditions; in as much as it is derived from experience, know-how represents what a manufacturer cannot know from mere examination of the product and mere knowledge of the progress of technique.” Know-how dapat termasuk proses rahasia atau formula atau informasi rahasia lainnya menyangkut pengalaman sains, komersial atau industrial, yang tidak dicakup oleh paten. Disebutkan pula bahwa pengungkapan apapun atas know-how atau rahasia dagang dapat secara substansial mengurangi nilai dari property yang ada. Ditambahkan pula bahwa perlu kehati-hatian untuk menentukan apakah atau Mendefinisikan Intangibles : Perspektif US GAAP Kembali ke awal-awal pembahasan intangible dalam dunia akuntan di Amerika Serikat, kita dapatkan beberapa hal: Kohler mendefinisikan intangibles sebagai aset modal (capital assets) yang tidak memiliki eksistensi fisik dimana nilainya tergantung pada hak-hak dan manfaat- manfaat yang diberikan dari kepemilikannya kepada pemilik17 . Paton sendiri telah mengingatkan bahwa dengan hanya mengandalkan pada uji eksistensi fisik tidak terlalu bermanfaat dan menyarankan bahwa intangibles adalah aset yang lebih terkait pada perusahaan secara keseluruhan dari pada satu atau beberapa komponen-nya18 . 17 Kohler, Eric L. A Dictionary for Accountants, 3rd ed. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1963), halaman 269. 18 Paton, William A., dan William A. Paton, Jr., Asset Accounting (New York: Macmillan, 1952), halaman 485-490.
  • 29. www.futurumcorfinan.com Page 29 Satu hal yang jelas dari aset tidak berwujud (intangible asset) adalah mereka memperoleh nilai mereka lebih signifikan dari hak-hak dan privilese yang spesial (special rights and privileges) yang mereka berikan, daripada eksistensi fisik mereka, kalau ada. Accounting Principles Board di Amerika Serikat dalam mengatasi masalah definisi intangible, lebih pada kemudian mengelompokkan aset tak berwujud berdasarkan beberapa hal:  Identifikasi (identifiability) – apakah dapat diidentifikasi secara terpisah atau kesulitan untuk melakukan identifikasi secara spesifik.  Cara memperolehnya (manner of acquisition) – diperoleh secara tersendiri, dalam kelompok, atau dalam kombinasi bisnis, atau dikembangkan secara internal.  Periode manfaat yang diharapkan (expected period of benefit) – dibatasi oleh hukum atau kontrak, terkait dengan faktor manusia atau ekonomi, atau memiliki masa waktu yang tidak dapat ditentukan19 .  Pemisahan dari perusahaan (separability from an entire enterprise) – hak- hak yang dapat dialihkan tanpa title, dapat dijual, atau tidak terpisahkan dari perusahaan atau bagian yang signifikan darinya20 . Lebih lanjut, US GAAP membicarakan mengenai  intangibles yang diklasifikasikan menurut apakah mereka diperoleh dari pihak external (externally acquired/purchased) atau dikembangkan secara internal (internally developed).  intangibles yang dapat diidentifikasi (identifiable) atau tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable). Melihat perjalanan bagaimana US GAAP memberikan definisi kepada aktiva, kiranya kita dapat belajar sesuatu dari sana. 19 Bahasa Inggris “indefinite” tidak sama artinya dengan “infinite”. Indefinite = indeterminate. 20 Accounting Principles Board, APB Opinion No. 17, “Intangible Assets” (New York: AICPA, 1970).
  • 30. www.futurumcorfinan.com Page 30 Sebelum 1950 : Barang yang kita miliki (Things we own) Ini merupakan pemahaman paling fundamental tentang aktiva. Walaupun sederhana, terdapat beberapa kekurangan yang menyolok:  aktiva tidak harus merupakan barang/”things”, ia dapat juga berupa intangible.  Kata “things” lebih mengandung konotasi bahwa ia memiliki bentuk fisik  Aktiva tidak harus dimiliki. Sepanjang perusahaan dapat memiliki kendali, misalnya barang sewa leasing. Kepemilikan legal tidak merupakan persyaratan yang benar untuk definisi aktiva. Yang dibutuhkan perusahaan adalah memiliki kendali atasnya dan akses eksklusif atasnya. 1950-an : Sesuatu dengan saldo debit (Something with a debit balance) Something represented by a debit balance that is or would be properly carried forward upon a closing of books of account …… on the basis that it represents either a property right or value acquired or expenditure made which…is applicable to the future21 . 21 American Institute of Certified Public Accountants, Accounting Terminology Bulletin No. 1, New York: AICPA, 1953 paragraf 26.
  • 31. www.futurumcorfinan.com Page 31 1960-an : Manfaat ekonomis masa datang (Future economic benefits) Asset represents expected future economic benefits, rights to which have been acquired by the enterprise as a result of some current or past transaction22 . 1. Manfaat suatu aktiva adalah diharapkan, atau ada di masa mendatang, yang berarti ada ketidakpastian dalam derajat tertentu yang terlibat dalam aktiva tersebut (elaborate lebih jauh dalam konteks royalti). 2. Manfaat adalah bersifat ekonomis karena mereka langka dan untuk itu mempunyai nilai. 3. Kejadian yang membawa aktiva kepada eksistensi-nya dalam perusahaan adalah adanya transaksi, baik terjadi di masa lampau atau terjadi saat ini. Inti suatu aktiva ada empat: 1. Aktiva mendatangkan manfaat kepada pemilik 2. Manfaat ekonomis tersebut ada di masa depan 3. Perusahaan/pemilik mempunyai hak (right) atas manfaat tersebut, dan tidak perlu harus memilikinya. 4. Hak di atas diperoleh oleh perusahaan melalui suatu transaksi, baik di masa lalu atau saat ini (jadi tidak bisa melalui transaksi di masa mendatang!). 1970-an : Sumber-daya ekonomi atau bukan? (Economic resources, or not?) Economic resources of an enterprise that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles…….. Assets also include certain deferred charges that are not resources…..23 Penggunaan economic resources karena ia merupakan faktor yang jarang jumlah (scarce) dengan nilai ekonomis. 1985 : Manfaat ekonomi masa depan yang mungkin (Probable future economic benefits)24 Definisi aktiva dalam the Conceptual Framework in SFAC No. 6: 22 Moonitz, dan Sprouse, Accounting Research Study #3, 1962, halaman 20. 23 Accounting Principles Board, Statement No. 4, Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements of Business Enterprises, New York: AICPA, 1970, paragraph 132. 24 Evans, Thomas G., Accounting Theory, Contemporary Accounting Issues, Thomson South- Western, 2003, bab 10.
  • 32. www.futurumcorfinan.com Page 32 Assets are probable future economic benefits, rights to which have been acquired by the enterprise as a result of some current or past transactions or events. Ada tiga karakteristik yang penting dimana ketiga-tiganya harus ada supaya suatu aktiva dapat diakui: 1. Probable future economic benefits in cash flows Esensi dari suatu aktiva adalah mendatangkan manfaat ekonomis masa depan atau potensi pelayanan (potential service) bagi perusahaan. Manfaat spesifik akan memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung kepada arus kas masuk perusahaan, baik secara sendiri-sendiri atau melalui kombinasi dengan aktiva-aktiva yang lain. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan “probable”. Kata ini digunakan untuk menyampaikan pemahaman bahwa ada ketidakpastian yang terkait dengan manfaat-manfaat tersebut. FASB sendiri dalam Standard Dictionary Definition, mengartikan “probable” sebagai: “reasonably expected or believed on the basis of available evidence or logic but is neither certain nor proved25 .” Tidak ada arti yang lebih jelas, misalnya dengan probabilitas di atas 50%? 2. Controlled by the firm Perusahaan telah memperoleh manfaat dan dapat mengendalikan akses perusahaan lain terhadap manfaat tersebut. Perusahaan harus memiliki klaim atas hak-hak atau pelayanan-pelayanan (services) tersebut dan dapat mencegah pihak lain dari menggunakan aktiva tersebut atau membagi bagian atas manfaat dengan pihak lain. Dengan kata lain, perusahaan tidak harus secara legal memiliki suatu item untuk dapat memiliki kendali atas item tersebut. 25 Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Concepts No. 6, “Elements of Financial Statements.” Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board, 1985, paragraph 26.
  • 33. www.futurumcorfinan.com Page 33 3. Past transaction or event has created the benefit Aktiva timbul dari transaksi atau kejadian yang telah terjadi, atau ditransaksikan. Jadi, terjadinya kejadian atau transaksi adalah “trigger” untuk terjadinya pengakuan aktiva. Dari ketiga karakteristik yang esensial di atas, karakteristik yang pertama yaitu, adanya manfaat ekonomis di masa mendatang, adalah yang paling penting, dan ini membawa kepada pembahasan lebih lanjut atas sifat dari manfaat tersebut. Darimana ia berasal dan dalam bentuk apa ia ada? Bagaimana kita dapat yakin bahwa manfaat tersebut riil? Sumber dan bukti dari manfaat Untuk menekankan arti dari manfaat ekonomis masa depan, sumber dari manfaat harus dipertimbangkan. Menurut SFAC No. 6, manfaat ekonomis masa depan dari suatu aktiva dapat terwujud dalam 3 nilai berikut ini26 : 1. Exchange value – perusahaan dapat menerima sesuatu untuk ditukarkan untuk aktiva tersebut. 2. Production value – perusahaan dapat menggunakan aktiva tersebut untuk memproduksi sesuatu yang mengandung nilai. 3. Acceptance value – perusahaan dapat menggunakan aktiva untuk menyelesaikan kewajiban. Bukti apa yang ada menunjukkan bahwa manfaat tersebut ada? Menurut SFAC No. 6, bukti keberadaan manfaat dapat didasarkan pada tiga faktor27 : 1. Market value – aktiva pada umumnya dibeli dan dijual di suatu pasar. Aktiva dapat dibeli dan dijual secara individual atau dalam gabungan dengan aktiva yang lain, yang biasanya disebut sebagai pembelian atau penjualan gabungan (basket purchase or sale). 26 SFAC No. 6, paragraph 172. 27 SFAC No. 6, paragraph 173
  • 34. www.futurumcorfinan.com Page 34 2. Acceptability – aktiva dapat digunakan untuk menyelesaikan kewajiban atau hutang; aktiva tersebut pada umumnya dapat diterima oleh kreditor atau pemberi pinjaman untuk pembayaran hutang. 3. Productivity – aktiva tersebut dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa baik berwujud atau tidak berwujud, dengan nilai pasar atau yang dapat diterima secara umum (common acceptability). Schuetze’s concerns28 Salah satu kritik yang cukup menarik atas definisi aktiva SFAC No. 6 di atas, datang dari W. Schuetze pada tahun 1993, yang kemudian menjadi kepala akuntansi SEC. Dia memberikan kesimpulan bahwa definisi aktiva dalam SFAC No. 6 adalah “so complex, abstract, so open-ended, so all-inclusive, and so vague that we cannot use it to solve problems.” Lebih lanjut, ia menyamakan definisi tersebut sebagai “an empty box. A large empty box. A large empty box with sideboards. Almost everything or anything can fit into it.” Dalam tulisannya, ia menyatakan kekuatiran dia bahwa definisi tidak secara jelas membedakan antara aktiva dan biaya-biaya, yang dapat mengakibatkan bahwa pengakuan suatu item sebagai aktiva, yang dapat juga dilihat sebagai biaya menurut pihak lain. (Note : apakah suatu pembayaran royalti, sebetulnya pembagian biaya yang disharing dengan licensee berupa pembayaran royalti? - terutama perusahaan-perusahaan yang merugi, tetapi tetap membayar royalty?) Schuetze menekankan pada adanya exchangeability dari suatu aktiva, dengan kata lain, untuk dapat diperhitungkan sebagai aktiva, item tersebut harus dapat dijual (secara terpisah) oleh perusahaan. Apakah ini berarti kita harus mengatur bahwa royalty harus terkait dengan intangible yang dapat dijual? Masalah tertukarkan (exchangeability) sudah menjadi gagasan atau argumen yang diajukan untuk memenuhi syarat sebagai aset, yaitu suatu sumber ekonomik harus dapat dipertukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu 28 Schuetze, W. “What is an Asset?” Accounting Horizons (September 1993), halaman 66-70.
  • 35. www.futurumcorfinan.com Page 35 sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar. Dengan kata lain, manfaat eknomik diturunkan dari daya tukar. Syarat dan argumen ini disanggah karena manfaat ekonomik tidak hanya terletak pada daya tukar tetapi juga dari daya guna suatu objek untuk produksi. Misalnya, mesin mungkin sekali tidak mempunyai daya tukar tetapi dapat digunakan untuk menghasilkan produk. Bahkan hamper sebagian besar aset manfaatnya didapat dari penggunaan daripada dari pertukaran. Sebagaimana dikutip Kam (1990, halaman 107-108)29 , Moonitz menyatakan bahwa “exchange does not make values, it merely reveals them.” Samuelson’s Concerns30 Richard Samuelson, seorang professor akuntansi, pada tahun 1996 menyatakan bahwa, definisi aktiva mempunyai dua komponen fundamental: 1. Komponen ekonomi, yang mengakui karakteristik ekonomi atau teknis dari aktiva, dan 2. Komponen hukum/legal, yang mengidentifikasi karakteristik legal atau proprietary. Dalam definisi FASB untuk aktiva, kedua komponen, ada, namun komponen ekonomi lebih menonjol. Ini menimbulkan tiga kelemahan dalam definisi yang membatasi kegunaan dalam setting standar akuntansi: 1. Definisi mencampur-adukan antara definisi aktiva dengan pengukuran aktiva. 2. Definisi mencampur-adukan antara ide waktu dengan mendefinisikan aktiva, (yang adalah stocks), sebagai manfaat ekonomis di masa depan (yang adalah flows). Pada umumnya, stocks adalah pada saat ini, sedangkan flows terjadi di masa depan. Namun demikian, kedua hal tersebut dimasukkan dalam definisi FASB mengenai aktiva. 3. Definisi menekankan komponen ekonomis di atas komponen legal. 29 Kam, Vernon, Accounting Theory, New York: John Wiley & Sons, 1990, halaman 107-108. 30 Samuelson, Richard, The Concept of Assets in Accounting Theory” Accounting Horizons (September 1996), halaman 147 – 157.
  • 36. www.futurumcorfinan.com Page 36 Apakah ini berarti bahwa penekanan pada kejadian masa depan, dimana tentu saja ini tidak dapat diamati (observable), sehingga tidak dapat dikonfirmasi secara empiris (empirically confirmed). Apakah royalty dapat dikoreksi setelah beberapa tahun ke depan? Beberapa hal terkait: 1. Probable FASB mendefinisikan probable sebagai “that which can reasonably be expected or believed on the basis of available evidence or logic but is neither certain nor proved.31 ” Amer dan teman-teman mendapatkan bahwa dalam sample sejumlah auditor professional, sebagian besar menginterpretasikan bahwa kata probable akan berarti adanya probabilitas sebesar 0.79 (mean) atau 0.80 (median)32 . Banyak pihak yang menginginkan bahwa kata probable dispesifikasi lebih jelas, misalnya, dengan menyatakan bahwa itu berarti sekurang-kurangnya 65% kesempatan terjadinya. 2. Fokus definisi aktiva yang mengharuskan adanya transaksi atau kejadian yang sudah terjadi. Keharusan adanya suatu transaksi dalam definisi akan membatasi perusahaan dari mengakui aktiva yang telah berkembang sepanjang waktu tanpa adanya transaksi yang spesifik. Misalnya, logo Nike mengalami peningkatan nilai disebabkan produk dan pemasaran Nike, atau Mickey Mouse dan Donald Duck sekarang secara universal diakui sebagai symbol Disney. Di sini tidak ada transaksi spesifik yang telah terjadi. 31 Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Concepts No. 6, “Elements of Financial Statements. Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board, 1985, paragraph 25. 32 Amer dan teman-teman, sebagaimana dikutip dalam Johnson, T., dan Kimberly Petrone, The FASB Cases on Recognition and Measurement, Second Edition, Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board, 1995, halaman 85.
  • 37. www.futurumcorfinan.com Page 37 Terkait dengan biaya riset dan pengembangan (R&D), perusahaan-perusahaan besar secara kontinyu berusaha untuk meningkatkan lini produk mereka, mengembangkan produk-produk baru, meningkatkan metode manufaktur dan mengembangkan fasilitas pabrikasi yang telah ditingkatkan. Biaya-biaya terkait kegiatan R&D dapat merupakan biaya-biaya yang tidak akan pernah memberikan manfaat di masa mendatang. Banyak akuntan melihat bahwa menentukan apakah ketidakpastian di sekitar penentuan apakah biaya-biaya R&D akan memberikan manfaat di masa mendatang dan kapan manfaat-manfaat itu akan terealisasi, menjadi terlalu subyektif dan tidak dapat diandalkan. SFAS No. 2 mewajibkan semua biaya-biaya R&D untuk dibebankan pada saat terjadinya. Untuk membedakan biaya-biaya R&D dari biaya-biaya lainnya, FASB memberikan definisi sebagai berikut:  research is planned search or critical investigation aimed at discovery of new knowledge with the hope that such knowledge will be useful in developing a new product or service or new process or technique or in bringing about a significant improvement to an existing product or process.  development is the translation of research findings or other knowledge into a plan or design for a new product or process or for a significant improvement to an existing product or process whether intended for sale or use. It includes the conceptual formulation, design and testing of product alternatives, construction of prototypes, and operation of pilot plants. It does not include routine or periodic alterations to existing products, production lines, manufacturing processes, and other ongoing operations even though these alterations may represent improvements and it does not include market research or market testing activities33 . Karena banyak biaya-biaya yang mempunyai karakteristik sama dengan biaya R&D, FASB juga mencantumkan daftar aktivitas yang termasuk dan tidak termasuk di dalam kategori biaya R&D sebagai berikut: 33 Financial Accounting Standards Board, Statement of Financial Accounting Standards No. 2, “Accounting for Research and Development Costs” (Stamford, CT: FASB, 1974) paragraph 8.
  • 38. www.futurumcorfinan.com Page 38 Kegiatan Riset dan Pengembangan Kegiatan yang bukan merupakan riset dan pengembangan Riset laboratorium yang ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru (new knowledge) Lanjutan engineering dalam tahap yang awal dari kegiatan komersial Mencari penerapan dari temuan riset yang baru Pengendalian kualitas selama produksi komersial termasuk pengujian rutin Penyusunan konseptual dan desain dari produk yang mungkin atau alternatif proses Mengatasi gangguan (breakdown) selama produksi Pengujian dalam mencari atau evaluasi alternative produk atau proses Usaha-usaha rutin dan sedang berlangsung untuk memperbaiki, memperkaya, atau meningkatkan kualitas suatu produk yang ada Modifikasi desain suatu produk atau suatu proses Menyesuaikan suatu kapabilitas yang ada ke dalam persyaratan tertentu atau kebutuhan tertentu pelanggan Desain, konstruksi, dan pengujian prototype pre-produksi dan model Perubahan design secara periodic terhadap produk-produk yang ada Desain peralatan, jigs, cetakan, dies melibatkan teknologi baru Desain rutin atas peralatan, jigs, cetakan, dan dies Desain, konstruksi, dan operasional dari pabrik contoh (pilot plant) yang tidak berguna untuk produksi komersial Kegiatan, termasuk desain dan konstruksi engineering, terkait dengan konstruksi, relokasi, pengaturan ulang, atau start-up fasilitas atau peralatan Aktivitas engineering yang dibutuhkan untuk memajukan desain suatu produk memasuki tahap produksi Ijin kerja atas aplikasi patent, penjualan, lisensi, atau litigasi IAS No. 38, “Intangible Assets” diterapkan kepada semua aktiva tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus oleh International Accounting Standards yang lain. IAS No. 38 secara khusus berlaku atas pengeluaran yang berhubungan dengan iklan, pelatihan, start-up, dan kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan (R&D).
  • 39. www.futurumcorfinan.com Page 39 Secara khusus, IAS No. 38 menunjukkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud wajib diakui mula-mula pada biaya perolehan (at cost), dalam laporan keuangan, jika ia memenuhi 3 persyaratan : 1. Aktiva tersebut memenuhi definisi aktiva tidak berwujud. Terutama, terdapat aktiva yang dapat diidentifikasi (identifiable) yang dikendalikan (controlled) dan dapat secara jelas dibedakan (distinguishable) dari goodwill perusahan. 2. Adalah mungkin bahwa manfaat ekonomis di masa mendatang (future economic benefits) yang timbul (attributable) dari aktiva tersebut akan mengalir kepada perusahaan. 3. Biaya aktiva dapat diukur secara andal. Persyaratan di atas berlaku apakah suatu aktiva tidak berwujud diperoleh secara eksternal (externally acquired) atau dihasilkan secara internal (internally generated). Jika suatu item intangible tidak memenuhi baik definisi maupun kriteria untuk pengakuan aktiva tidak berwujud, biaya-biaya yang timbul akan dibebankan pada laporan laba rugi. Semua pengeluaran atas riset akan dibiayakan langsung sebagai beban tahun berjalan, dan intangible yang dihasilkan secara internal seperti goodwill tidak dapat diakui sebagai aktiva (? - cek lagi). Sesudah pengakuan awal dalam laporan keuangan, IAS No. 38 menunjukkan bahwa suatu aktiva tidak berwujud wajib diukur menggunakan satu dari dua perlakuan: 1. Perlakuan benchmark : biaya historis dikurangi amortisasi dan kerugian penurunan nilai. 2. Perlakuan alternative yang diperbolehkan : nilai revaluasi (berdasarkan nilai wajar (fair value)) dikurangi amortisasi dan kerugian penurunan nilai selanjutnya. Perbedaan utama perlakuan revaluasi aktiva tetap sebagaimana diatur dalam IAS No. 16, “_________________” adalah bahwa revaluasi aktiva tidak berwujud diperbolehkan hanya jika nilai wajar dapat ditentukan dengan mengacu kepada pasar aktif (active market), dan pasar aktif sendiri diharapkan jarang ditemukan untuk aktiva tidak berwujud. Apakah intangible atas mana royalti dibayar wajib tercatat di laporan keuangan licensor?
  • 40. www.futurumcorfinan.com Page 40 Bagaimana kalau aktiva tersebut mengalami penurunan nilai, apakah ini berakibat pada royalti? Mengingat IAS No. 39 (?) mewajibkan bahwa kerugian penurunan nilai diakui untuk aktiva keuangan (?) yang nilai yang dapat dipulihkan (recoverable amount) kurang dari nilai tercatat (carrying amount). Contoh: A Ltd. di Negara AAA berhasil me-paten-kan (?) karton plastik, yang telah diproduksi dan dipasarkan untuk 5 tahun dan menghasilkan laba. Paten yang satu mencakup proses produksi dan paten yang lain mencakup produk yang terkait. Paten tersebut mewakili terobosan yang signifikan dalam industry dalam 20 tahun terakhir. Produk-produk yang dihasilkan telah dipasarkan menggunakan trademark teregistrasi (registered trademark) menggunakan nama Technoc, Bauxnoc dan Dealnoc. Lisensi atas paten tersebut telah diberikan ke beberapa pabrikan di berbagai negara dan A Ltd. memperoleh royalti yang besar dari lisensi tersebut. Apakah paten dapat dicatat menggunakan metode “discounted value of expected net royalty receipts” (metode nilai diskonto dari penerimaan royalti bersih)? Paten tidak dapat dicatat menggunakan metode di atas, dengan demikian, royalti tidak dapat dikaitkan dengan pencatatan? Dapat dalam konteks untuk transfer? Definisi aktiva Ketika akuntan telah memastikan bahwa suatu aktiva telah diakui berdasarkan definisi di atas, isu berikutnya adalah bagaimana menilai aktiva tersebut. Model-model valuasi Sejalan waktu, dua model (school of thoughts) valuasi yang berbeda, mengenai nilai apa yang akan diasosiasikan dengan suatu aktiva telah berkembang, yaitu: 1. Model input 2. Model output Model Input Model input mendukung penilaian aktiva yang mencerminkan ukuran jumlah pembayaran yang digunakan atau penting untuk memperoleh aktiva (misalnya, untuk mencerminkan harga input atau akuisisi).
  • 41. www.futurumcorfinan.com Page 41 Dua pendekatan untuk menerapkan model input adalah sebagai berikut:  Biaya historis Aktiva dinilai pada harga original yang perusahaan bayar untuk memperoleh aktiva pada transaksi atau pertukaran berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s-length). Pada umumnya, nilai awal terkait dengan aktiva tidak berubah sampai aktiva tersebut dilepas (disposed) atau dikeluarkan (removed) dari perusahaan. Keunggulan yang utama terhadap pendekatan ini adalah bahwa ia obyektif, dapat diperiksa dan mencerminkan nilai perolehan kepada perusahaan. Kelemahannya adalah bahwa biaya dapat menjadi outdated seiring dengan perubahan di pasar untuk aktiva.  Replacement cost atau current cost Aktiva dinilai menurut apa yang diperlukan hari ini untuk memperoleh aktiva atau jasa tersebut. Keunggulan pendekatan ini adalah ia mencerminkan ukuran terbaik dari nilai kini untuk perusahaan. Model Output Model output mendukung konsep penilaian didasarkan nilai pertukaran atau konversi yang mencerminkan ukuran pembayaran yang akan diterima di masa mendatang dari aktiva. Pendekatan ini mem-fokuskan pada manfaat yang terkait dengan aktiva. Empat pendekatan yang dapat diimplementasikan:  Nilai kini (present value) Pendekatan ini menilai aktiva pada nilai kini dari penerimaan arus kas di masa mendatang yang terkait dengannya. Ia mencerminkan penyederhanaan (abstraksi) yang berguna, tetapi sering tidak praktis untuk banyak aktiva34 .  Current Selling Price Pendekatan ini menilai aktiva pada harga dimana aktiva tersebut pada saat ini ditawarkan di pasar. Jika nilai jual dikurangi untuk biaya menyelesaikan 34 SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurements.” SFAC No. 7 memberikan prinsip umum mengenai penggunaan nilai kini dalam akuntansi, terutama pada saat ketidakpastian ada, dan pemahaman yang umum mengenai tujuan penggunaan nilai kini sebagai pengukur akuntansi.
  • 42. www.futurumcorfinan.com Page 42 penjualan, ini akan dinamakan current net realizable value. Namun demikian, current selling price hanya berlaku untuk aktiva-aktiva yang akan dijual (held for sale) atau ditawarkan di pasar. Pendekatan ini bermanfaat karena ia mempunyai fokus ke depan (future focus). Current selling price hanya relevan kalau aktiva tersebut tidak akan dimiliki atau dikendalikan sampai dengan masa akhirnya(?).  Liquidation Value Pendekatan ini mengukur aktiva berdasarkan pada apa yang perusahaan dapat terima dari penjualan yang dipaksakan (forced sale) pada harga yang lebih rendah dari harga pasar. Harga ini dapat jadi tidak relevan bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki kelangsungan usaha (going concerns).  Expected Value Johnson dan teman-teman menyarankan penggunaan nilai yang diharapkan dalam akuntansi untuk memenuhi tujuan penyediaan informasi yang berguna tentang jumlah, timing, dan ketidakpastian dari arus kas bersih prospektif dalam beberapa situasi35 . Nilai yang diharapkan mempertimbangkan semua hasil yang mungkin terkait dengan kejadian dan memberikan bobot pada masing-masing kejadian berdasarkan probabilitas terjadinya. Pendekatan ini tidak sering digunakan dalam akuntansi. Apakah adanya pasar sekunder akan mempengaruhi jawaban? Jawabannya adalah tidak. Kecuali aktiva dibeli untuk dijual lagi di pasar sekunder, adanya harga di pasar sekunder tidak relevan dalam situasi ini karena tujuannya bukan untuk dijual kembali (resell). Keberadaan nilai pasar tidak dengan sendirinya menyebabkan sesuatu itu menjadi aktiva. Probabilitas adalah juga kata kunci, jika tingkat probabilitas-nya sedemikian rendah, maka dapat juga diartikan bahwa tidak tepat untuk menilai aktiva pada harga yang lebih tinggi dari nihil. 35 Johnson, T., Barry Robbins, Robert Swieringa, dan Roman Weil, “Expected Values in Financial Reporting.” Accounting Horisons (December 1993): hal 77-90.
  • 43. www.futurumcorfinan.com Page 43 Kalau ada perbandingan harga: 1. Biaya historis (US$150) 2. Current selling price di pasar sekunder (nilai pasar wajar) US$90 3. Nilai yang diharapkan US$100 (probabilitas x hadiah utama) 4. Tidak ada nilai, nihil Kalau diasumsikan aktiva akan dimiliki/dikendalikan hingga masa akhirnya, maka ada dua kemungkinan, hadiah utama atau nihil. Nilai yang diharapkan dapat merupakan pilihan yang dipertimbangkan karena ia memperhitungkan jumlah yang diharapkan dari hasil arus kas dan probabilitas setiap outcome dapat ditentukan secara andal (masukkan contoh perhitungan nilai yang diharapkan). Apakah probabilitas dapat ditentukan secara andal atau akurat? Kalau ya dan fokus memang ke depan (future focus) maka nilai yang diharapkan layak diperhitungkan. INTM467200 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence - Discounted cash flow models Introduction “A discounted cash flow model is one of the many ways in which third parties might attempt to value intangible property”. (terjemahan bebas: Model DCF adalah satu dari banyak cara dimana pihak ketiga berusaha untuk menilai aktiva tidak berwujud.) Dalam dunia komersial, metode yang sangat umum dalam menilai merek (brands) adalah menggunakan model matematis untuk menghitung alir pendapatan yang dapat diharapkan dari eksploitasi brand. Model ini sering digunakan untuk mencoba menilai brand untuk tujuan penjualan (outright sale), angka yang dihasilkan wajib memperhitungkan nilai uang sepanjang waktu (time value of money). Contoh, Bodgit & Scarper (Plastic Tat) telah memproduksi dan menjual model rel kereta api selama tahunan. Aktivitas tersebut selalu membawa keuntungan bagi divisi perusahaan, tetapi, untuk mengumpulkan dana untuk membiayai suatu new venture, diputuskan untuk menjual divisi model rel kereta. Perusahaan mengestimasi bahwa divisi akan memproduksi laba yang tetap sebesar £10 million selama 10 tahun ke depan. Dengan demikian perusahaan akan melepaskan arus laba sebesar
  • 44. www.futurumcorfinan.com Page 44 £100 million. Namun demikian, £10 juta yang diperoleh di tahun 1 akan lebih berharga daripada £10 juta di tahun 10. Dengan mengestimasi bahwa £10juta tahun depan berharga 5% lebih rendah daripada £10juta tahun ini, dan berikutnya, estimasi dari nilai kini bersih £100juta adalah £77juta. Kalkulasi ini dapat dilakukan menggunakan model DCF, juga dikenal sebagai model NPV. Selain menilai brands, model DCF juga dapat digunakan untuk menghitung royalti yang terhutang berdasarkan perjanjian lisensi. Bagian berikut ini membicarakan bagaimana model DCF dapat digunakan dan dihitung dan mempertimbangkan juga kerugian dari menggunakan model ini. Informasi yang digunakan untuk menyusun model DCF Dasar model DCF adalah product line laporan laba rugi untuk brand atau produk36 . Metode ini dapat digunakan untuk produk atau brand single atau a basket products asalkan produknya sama. Model menggunakan :  Proyeksi penjualan  Biaya-biaya yang terkait  Informasi di-supply oleh perusahaan (?)  Berdasarkan informasi yang tersedia pada saat perjanjian lisensi diberikan Model dibangun di sekitar product line income statement yang memperhitungkan semua kegiatan untuk memproduksi suatu produk, termasuk biaya-biaya terkait: • Bahan baku • Biaya produksi • Pemasaran dan promosi • Penjualan • Distribusi • Administrasi • Biaya-biaya R&D yang dikeluarkan terkait langsung dengan produk 36 see INTM467160 on product line income statements
  • 45. www.futurumcorfinan.com Page 45 Biaya-biaya untuk menemukan dan mengembangkan produk pada umumnya tidak dimasukkan. Secara alternative, model dapat juga berfokus pada satu aktivitas (katakan manufaktur atau distribusi), mengalokasikan biaya-biaya dan laba yang dapat di- atribusikan pada aktivitas lain, menggunakan metode-metode OECD misalnya resale minus atau cost plus. Lamanya perjanjian lisensi Tidak ada periode minimum untuk perjanjian lisensi dimana model DCF dapat digunakan untuk menentukan tarif royalti. Tentu saja, semakin panjang periode yang dicakup oleh model, proyeksi penjualan dan biaya-biaya menjadi lebih terbuka untuk dipertanyakan. Namun demikian, model DCF menjadi lebih berat ke tahun-tahun awal, supaya proyeksi menjadi lebih andal. Misalkan, mempertimbangkan perjanjian lisensi untuk 10 tahun diproyeksikan untuk menghasilkan £10juta laba setiap tahun. Total laba selama periode 10 tahun adalah £100 juta. Namun demikian, tarif diskon 10%, nilai kini bersih adalah £61.45juta. Jika laba tahun untuk tahun 5-10 diperkirakan £12juta, maka total laba untuk periode 10 tahun £110juta, tetapi nilai kini bersih adalah hanya £66.15juta. Untuk produk baru, atau brand yang ada sedang diluncurkan di pasar baru, akan menjadi pertanyaan apakah suatu perjanjian lisensi yang panjang akan diberikan, tanpa suatu break clause. Masalah dengan tarif royalti yang sama Model DCF didesign untuk memberikan tarif royalti yang sama sepanjang periode model. Tapi pada umumnya, produk atau brand baru membutuhkan promosi awal yang lebih tinggi dan usaha-usaha/pengeluaran pemasaran dan laba kemungkinan akan rendah atau bahkan tidak ada pada tahun-tahun awal. Berdasarkan prinsip kewajaran (kesebandingan) dan kelaziman usaha, tidak realistis untuk mengharapkan royalti untuk dibayar selama fase start-up. Jika model ini di-split, kemungkinan bahwa unsur untuk tahun-tahun pertama, akan menunjukkan royalti yang minimal atau bahkan tidak ada, dan unsur untuk tahun- tahun berikutnya akan menunjukkan tarif yang sedikit lebih tinggi daripada tarif yang
  • 46. www.futurumcorfinan.com Page 46 seragam. Ini akan menggambarkan apa yang akan terjadi berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Secara keseluruhan licensor dan licensee seharusnya memperoleh alokasi laba yang sama – licensor akan mendapat bagiannya sedikit lebih lama dalam siklus perjanjian lisensi. Mengalokasikan laba Menggunakan model DCF akan memberikan kita suatu nilai untuk suatu brand, basket produk, berdasarkan laba yang kemungkinan akan dihasilkan. Bagian yang lebih sulit adalah mengupayakan bagaimana laba seharusnya dialokasikan (at arm’s- length?) Umpamakan dimana suatu perusahaan induk memberikan suatu lisensi 10 tahun kepada suatu anak perusahaan berbasiskan di Singapura untuk memproduksi dan menjual suatu obat baru. Obat ini ditemukan oleh perusahaan induk. Pekerjaan pengembangan dilakukan oleh perusahaan induk dan dua anak perusahaan di Perancis dan Amerika Serikat. Bahan aktif obat diproduksi di Singapura dan kemudian dijual kepada perusahaan grup berbasis di Swiss. Perusahaan Swiss kemudian menjual bahan aktif kepada perusahaan distributor grup yang melakukan produksi sekunder (mengubah bahan aktif menjadi tablet) dan kemudian menjual obat tersebut. Model DCF akan menghasilkan laba system untuk obat. Laba butuh untuk dialokasikan di antara: • Perusahaan induk (sebagai licensor) • Anak perusahaan Amerika Serikat dan Perancis (untuk bagian mereka dalam mengembangkan obat) • Anak perusahaan Singapore (untuk melaksanakan produksi primer) • Anak perusahaan Swiss (untuk acting sebagai clearing house) • Distributor group (untuk melaksanakan produksi dan distribusi sekunder) Perusahaan induk harus dialokasikan pada an arm’s length profit. Secara praktik, prinsip-prinsip yang sama perlu diterapkan sama seperti menggunakan metode profit-split. (see INTM467160).
  • 47. www.futurumcorfinan.com Page 47 Reservasi OECD The OECD Transfer Pricing Guidelines mempertimbangkan model DCF mungkin berguna dalam situasi start-up, dimana proyeksi dapat diestimasi dengan tingkat kepastian yang wajar. Mereka mengingatkan bahwa angka diskonto, yang harus sama dengan apa yang pihak ketiga akan setuju, akan membantu seberapa andal model tersebut. Premi resiko industry-wide digunakan untuk menghitung angka diskonto, adalah industry-wide. Mereka tidak membedakan antara perusahaan- perusahaan yang berbeda, apalagi segmen –segmen bisnis. Guideline juga memperingatkan bahwa kita akan dapat menemukan masalah-masalah dalam mengestimasi timing relative penerimaan yang akan dimasukkan ke dalam model. The OECD Transfer Pricing Guidelines menganjurkan bahwa model DCF seharusnya digunakan dengan hati-hati, dan seharusnya ditambah kalau mungkin dengan informasi yang diperoleh dari metode yang lain. Secara khusus NPV yang dimaksud adalah NPV yang ada digunakan dalam formula EXCEL. Perhitungan dilakukan dengan mengambil nilai sebagai snap shot pada akhir tahun. Dalam ringkasan berikut ini dari spreadsheet Excel, kalkulasi memperlakukan penjualan dan harga pokok penjualan untuk setiap tahun jatuh pada akhir tahun. Ini akan memberikan gambaran yang terdistorsi, karena penjualan dan harga pokok penjualan terjadi sepanjang waktu dalam tahun bersangkutan, dan tidak hanya pada satu hari pada akhir tahun. A B C D E F G H I 1 NPV 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2 £’m £’m £’m £’m £’m £’m £’m 3 4 Sales 417 10.0 30.0 80.0 150.0 165.0 210.0 5 Cost of sales -137 -4.4 -13.2 -30.8 -48.2 -53.0 -59.4 6 Gross profit 280 5.6 16.8 49.2 101.8 112.0 150.6
  • 48. www.futurumcorfinan.com Page 48 Metode alternative adalah nilai jatuh pada awal tahun A B C D E F G H I 1 NPV 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2 £’m £’m £’m £’m £’m £’m £’m 3 4 Sales 459 10.0 30.0 80.0 150.0 165.0 210.0 5 Cost of sales -151 -4.4 -13.2 -30.8 -48.2 -53.0 -59.4 6 Gross profit 308 5.6 16.8 49.2 101.8 112.0 150.6 Bagaimanapun juga, ini tidak memiliki pengaruh yang besar pada tarif royalti menggunakan model ini. Untuk lebih tepat, rata-rata dari kedua hasil dapat dihitung, dimana penjualan dan beban pokok penjualan terjadi secara merata sepanjang tahun. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi model DCF Suatu model DCF seharusnya mendapat pemeriksaan dan penilaian yang tinggi. Faktor-faktor ini adalah mereka yang perlu direview secara seksama, walaupun secara individual, perubahannya hanya mempengaruhi sebagian kecil dari tarif royalti. Namun secara bersama-sama, pengaruh dapat signifikan terhadap tarif royalti. 1. Satu dari dua faktor kunci adalah keterandalan dari angka-angka yang dimasukkan ke dalam model. Angka-angka yang digunakan adalah proyeksi yang diperoleh dari informasi contemporaneous, dan tidak berdasarkan hasil aktual. Jadi perlu kita lihat bagaimana data prime tersebut dihasilkan/diambil? Apakah angka proyeksi yang digunakan sebetulnya disusun untuk tujuan lain – jika ya, bagaimana mereka dibandingkan dengan angka proyeksi yang digunakan dalam model? Asumsi dan estimasi apa yang telah dibuat dan berdasarkan basis apa? Walaupun kita seharusnya tidak menggunakan “hindsight”, namun adanya hasil aktual yang
  • 49. www.futurumcorfinan.com Page 49 berbeda secara signifikan dibandingkan dengan hasil proyeksi memberikan gambaran bahwa proyeksi tidak terlalu robust. 2. Tujuan model adalah menghasilkan nilai kini bersih dari laba yang diharapkan dan kemudian menghitung tarif royalti berdasarkan pada proporsi dari laba tersebut. Laba apa yang akan dihitung oleh model tersebut? Laba dari operasi, laba sebelum pajak atau laba sesudah pajak? Target terbaik ketika menggunakan model DCF untuk menilai property tak berwujud adalah laba dari operasi. At arm’s length, berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, licensor dan licensee tidak akan memperhitungkan posisi perpajakan masing-masing pihak. Laba sebelum pajak memperhitungkan biaya bunga, item exceptional dan extraordinary. Menggunakan laba sesudah pajak berarti mengestimasi pajak untuk semua pihak yang terlibat. Ini dapat mengarah pada masalah lebih dari satu variable – dimana merubah tarif royalti (variable utama) juga akan merubah pajak, menimbulkan variable yang lain. Memperhitungkan pajak terhutang oleh licensor juga dapat menimbulkan masalah (maksudnya apa?). Tidak merupakan hal sederhana dengan hanya memasukkan pajak terhutang sebagai unsur biaya dalam model. 3. Faktor kunci ke-dua adalah mengalokasikan nilai kini bersih dari laba yang diantisipasi kepada pihak-pihak yang terlibat. Prinsip-prinsip untuk mengalokasi laba dalam model DCF adalah sama seperti mengalokasikan laba menggunakan model profit-split37 4. Merubah angka diskonto akan mempunyai pengaruh pada model. Diskonto dirancang untuk meng-counter dua faktor: inflasi dan premi resiko. Premi resiko untuk brand yang sangat popular, dengan jejak rekam penjualan yang kuat, akan relatif rendah. Untuk produk baru, atau obat baru yang belum memperoleh persetujuan dari badan berwenang dan membutuhkan lebih banyak pengujian, premi resiko akan lebih tinggi. Analis bisnis menggunakan angka diskonto benchmark ketika menyusun model peramalan/forecasting. Penilaian Aktiva dan Saham memiliki beberapa pengalaman dalam menggunakan angka diskonto dan akan dapat memberikan masukan mengenai tarif diskonto yang akan digunakan dalam industry tertentu. (Perhatikan OECD Reservation di atas) 37 lihat INTM467160
  • 50. www.futurumcorfinan.com Page 50 5. Jumlah tahun yang dimasukkan dalam model turut mempengaruhi tarif royalti. Dalam banyak kasus, lamanya perjanjian lisensi akan menentukan berapa tahun yang akan digunakan dalam model. Ada situasi dimana meskipun hak atas suatu produk atau brand dijual kepada afiliasi, suatu penjualan outright tidak akan terjadi berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (at arms’-length) dan sebaliknya, perjanjian lisensi akan diberikan. Dalam kasus ini, jumlah tahun yang dimasukkan dalam model akan diperhitungkan secara seksama. Faktor-faktor seperti lamanya perjanjian lisensi yang dapat diperbandingkan, atau berakhirnya paten kunci akan mempengaruhi jumlah tahun yang akan dimasukkan ke dalam model. 6. You may on occasion see very complicated models which include adjustments to balance sheet assets and liabilities such as stock, capital expenditure, debtors and creditors. You need to ensure that such models do not include elements of double counting, such as including both capital expenditure and depreciation of fixed assets. INTM467210 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence - Franchise models Menetapkan tingkat imbal hasil arm’s length untuk memberikan hak menggunakan intangible yang berharga adalah sesuatu exercise yang kompleks. Mendapatkan data pembanding biasanya sulit. Perusahaan-perusahaan akan kadang-kadang menggunakan perjanjian franchise untuk mendukung tingkat royalti dalam situasi ini. Informasi mengenai perjanjian franchise lebih tersedia. Franchise adalah umum di dunia retail, terutama dalam sector fast food. McDonald’s dan Burger King adalah dua dari franchise dunia yang sangat terkenal. Di luar sector ritel, franchise kurang dikenal meskipun beberapa bisnis di sector jasa menggunakan franchise. Perjanjian franchise akan berlaku untuk beberapa tahun. Sebagai imbalan atas pembayaran teratur, franchisee akan menggunakan nama bisnis dan kemungkinan akan diberikan fasilitas pengadaan untuk barang dan jasa untuk mendukung franchise. Fee umumnya terdiri dari dua unsur:  turnover fee untuk penggunaan brand  turnover fee untuk jasa yang disentralisasi (utamanya adalah iklan dan promosi)
  • 51. www.futurumcorfinan.com Page 51 Perjanjian franchise untuk brand global yang terkenal, franchisee akan membayar fee tahunan terdiri dari jumlah untuk nama dan jumlah untuk jasa. Dalam sebuah franchise, perusahaan membeli sebuah model bisnis yang sudah ada dan teruji. Resiko untuk usaha bisnis yang baru harusnya lebih rendah – karena yang lain sudah ada di sana sebelumnya dan menunjukkan bahwa model bisnisnya baik. Semakin sukses suatu franchise, semakin pengakuan yang ada, semakin tinggi fee franchisee kemungkinan harus membayar. Beberapa perbedaan antara pengaturan franchising dengan pengaturan licensing: • Perjanjian lisensi adalah bukan perjanjian franchise. Masing-masing menawarkan hak-hak yang berbeda dan tipe yang berbeda dari hubungan dagang. • Kasus transfer pricing akan melibatkan tarif royalti untuk bisnis start-up. Biasanya brand atau produk sedang diluncurkan dalam suatu pasar yang baru. Tidak terdapat bisnis yang terbukti yang telah membangun pengakuan brand. • Bisnis franchise bekerja pada konsep dengan banyak franchisee, masing-masing memegang satu outlet dan mencakup suatu area. Licensee beroperasi dengan cara yang seluruhnya berbeda, yang mungkin mencakup satu negara dan mengeluarkan tipe-tipe biaya yang berbeda. Harus melihat fakta-fakta jika persyaratan di antara pihak-pihak yang terkait sama dengan perjanjian atau pengaturan franchise dimana sebetulnya merupakan lisensi penuh yang telah disetujui, karena ini akan mempengaruhi harga arm’s-length. INTM467160 - Establishing the arm's length price: gathering your own evidence - Establishing an arm’s length price for valuable intangible property Menetapkan harga arm’s length untuk transaksi-transaksi yang melibatkan intangibles adalah sulit. Terdapat beberapa point yang harus dipertimbangkan:  Is the intangible property actually worth anything?  Is the company name worth anything?  OECD Transfer Pricing Guidelines - comments on valuation of intangibles  Establishing an arm's length price when the intangibles are owned by someone else  Marketing of branded goods
  • 52. www.futurumcorfinan.com Page 52  Example involving sale of branded products  Product line income statements  Profit split method  Profit split - variations  Does the cost of the intangibles affect the value of the intangibles?  The reward for marketing intangibles  Bundles of intangible property Is the intangible property actually worth anything? Semua bisnis memiliki property, yang dapat mengambil banyak bentuk. Beberapa dari mereka sangat berharga, seperti obat baru yang dapat efektif menyembuhkan kondisi medis yang sebelumnya tidak dapat ditangani, atau brand name yang bernilai seperti Coca Cola. Beberapa property tidak berwujud dapat menjadi tidak berharga. Beberapa property tidak berwujud pernah adalah revolusioner dan sangat berharga, tetapi sekarang hanya memiliki nilai yang keci, seperti teknologi yang digunakan untuk membuat mesin video Betamax. Tipe yang berbeda-beda untuk intangibles dipertimbangkan lebih detil dalam INTM464070. Penilaian intangibles adalah area yang sulit. Dimulai dengan mempertimbangkan point fundamental sebagai berikut: • Pembayaran untuk apa? Apa yang dibayar? • Apakah mungkin item-item ini dibayar pada arm’s-length? • Mengapa suatu pihak independen membayar jumlah ini? • Bagaimana jumlah yang dibayar mempengaruhi tingkat laba yang akan dinikmati oleh masing-masing pihak? • Apakah tingkat laba yang accruing untuk masing-masing pihak adalah apa yang kita harapkan lihat di antara pihak-pihak independen? • Apakah perusahaan membayar sesuatu yang telah ia tolong ciptakan pada tempat pertama? Pertimbangkan beberapa contoh tipe-tipe property tidak berwujud yang berbeda-
  • 53. www.futurumcorfinan.com Page 53 beda dan pengeluaran yang dapat menciptakan suatu intangible yang pihak independen akan atau tidak akan siap untuk membayar untuk menggunakan: • Brand yang mempunyai pengakuan widespread yang dapat menghasilkan baik volume penjualan dan harga premi. • Paten yang akan memberikan hak eksklusif untuk mengeksploitasi proses atau ciptaan tertentu untuk periode tertentu. Ini dapat mengarah ke obat bar dengan tidak ada competitor, atau mungkin widget dalam suatu kaleng bir untuk memproduksi efek bahwa itu telah ditarik dari suatu pompa. Selama periode proteksi paten, perusahaan dapat memasarkan produk dengan mengetahui bahwa tidak terdapat kompetitor langsung dalam pasar-pasar utama. Perusahaan dapat menghasilkan baik volume penjualan dan dapat menentukan harga yang tinggi. • Perusahaan multinasional yang besar dengan sejumlah toko retail di sejumlah negara mendirikan anak perusahaan di Inggris (dimana tidak ada kehadiran sebelumnya), dimana kemudian mendirikan toko retail di seluruh negara. Grup menjual serangkaian kecil produk-nya sendiri, tetapi utamanya menjual barang- barang yang memiliki brand. Perusahaan induk membebankan anak perusahan royalti untuk menggunakan nama grup. Berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, suatu perusahaan tidak akan membayar untuk penggunaan suatu nama yang tidak memiliki atau pengakuan yang kecil dalam Inggris. • Suatu system komputer bespoke untuk suatu grup membantu melancarkan dan merasionalisasi aktivitas bisnis. Sementara ia dapat memberikan manfaat berwujud kepada anggota-anggota grup, pengeluaran tidak dengan sendirinya menciptakan aktiva tidak berwujud yang pihak independen akan membayar suatu royalti. Suatu pembebanan kembali (re-charge) dari biaya-biaya untuk komissioning system dari kontraktor (independen) akan lebih tepat. • Suatu perusahaan menggunakan sejumlah konsultan untuk memberikan masukan untuk menetapkan tema keseluruhan dan set of values dengan mana perusahaan dan karyawannya akan ber-operasi, baik secara internal dan dengan pelanggannya. Sementara ini dapat memiliki beberapa manfaat tidak langsung, akan sangat sulit untuk mencoba dan menempatkan nilai pada suatu intangibles yang diciptakan. Akankah pihak ketiga akan membayar untuk semacam intangible? Akan terdapat situasi dimana meskipun suatu aktiva tidak berwujud mungkin diidentifikasi, sangat tidak mungkin bahwa seseorang akan menginginkan membayar itu. Sebagai alternative, sebagian grup akan memiliki intangibles yang ada demikian penting kepada bisnis bahwa mereka tidak akan dilisensikan, or jika mereka akan
  • 54. www.futurumcorfinan.com Page 54 dilisensikan pada prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, bentuk lisensi akan ditandai berbeda. Apakah nama perusahaan berharga sesuatu? Kadang-kadang ditemui pembebanan atas penggunaan nama perusahaan. Mula-mula harus di-identifikasi nama perusahaan dan/atau logo dan brand dimiliki oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan mungkin memiliki serangkaian besar brand. Suatu brand biasanya terdiri dari produk (jasa) itu sendiri, brand name bersama-sama dengan logo atau trademark yang terkait dan “packaging” untuk brand (misalnya, suatu produk minimum dapat disajikan dalam suatu model botol tertentu). Brand dapat tidak memiliki nilai yang segera terlihat jelas terkait dengan suatu perusahaan. Suatu brand yang diperkenalkan kepada suatu pasar baru dapat tidak memiliki nilai, bahkan jika itu terkenal di negara lain. Secara kontras, suatu perusahaan dapat mempromosikan jasa atau produknya secara dominan dengan menggunakan nama dan logo perusahaan atau mungkin mempromosikan brand predominant melalui penggunaan nama dan logo. Perusahaan multinasional mengembangkan nama dan reputasi mereka melalui berbagai cara. Mungkin melalui kualitas tinggi yang eksepsional dari produk MNE dapat membuat dan menjual – pelanggan akan memiliki suatu persepsi bahwa apapun perusahaan memproduksi, akan memiliki kualitas yang tinggi dan bernilai untuk dibayar lebih. MNE mungkin telah mengembangkan suatu monopoli atau menguasai proporsi yang signifikan dari pasar, dan dengan demikian, dapat membebankan harga yang tinggi untuk produk atau jasanya. Sebagai alternative, MNE dapat melakukan investasi tinggi pada pemasaran, sehingga pelanggan dapat mengasosiasikan mereka dengan produk atau jasa tertentu. Selalu memperhatikan untuk mengklasifikasi kegiatan apa yang menghasilkan laba: pemasaran atau kualitas innate produk. Ini akan mengarah kepada pandangan apa imbalan arm’s length untuk kegiatan ini akan menjadi. Siapa pelanggan akan mencerminkan mengapa suatu brand memiliki nilai. Brand konsumen dan nama perusahaan pada umumnya dipromosikan untuk menarik pelanggan “high street”. Suatu organisasi komersial pada sisi lainnya mungkin tidak tertarik – mereka akan berkonsentrasi pada produk atau jasa yang sedang dijual kepada mereka. Perusahaan associated hanya akan dibebankan untuk penggunaan nama perusahaan jika perusahaan dapat mendemonstrasikan bahwa nama
  • 55. www.futurumcorfinan.com Page 55 menambah nilai, apakah membebankan harga premi atau dapat mengamankan keuntungan tertentu dalam memperoleh dan mempertahankan pangsa pasar. Harus dipertimbangkan apakah suatu beban/charge dapat ada dari perspektif pengguna nama, juga pemilik. Ini dapat ditunjukkan dalam suatu kasus dimana terdapat marketing intangibles terkait dan manfaat bisnis yang jelas yang dikaitkan dengan nama, dan produk secara jelas memiliki nama atau logo perusahaan. Dalam beberapa kasus, suatu beban/charge tidak akan tepat karena suatu perusahaan associated semata-mata memperoleh manfaat incidental menjadi milik satu MNE besar. Dalam kasus yang lain, terdapat isu-isu legal yang terkait dengan kepemilikan suatu nama dan/atau logo. Jika untuk contohnya, anak perusahaan dari MNE besar telah menggunakan nama dan logo perusahaan untuk 20 tahun, dan suatu beban/charge kemudian diperkenalkan, mungkin bahwa jika pihak-pihak adalah independen, anak perusahaan akan menantang pembayaran manapun. Sebagai alternatif, nilai nama yang telah dibangun oleh usaha-usaha anak perusahaan. Jika suatu beban/charge tepat, periksa apakah tidak terdapat pembebanan/charge untuk nama melalui transfer price barang atau jasa. OECD Transfer Pricing Guidelines - comments on valuation of intangibles The OECD Transfer Pricing Guidelines mendedikasikan satu bab lengkap untuk intangibles (Bab 6), mengakui bahwa transaksi-transaksi yang melibatkan intangibles adalah sulit untuk dinilai buat tujuan perpajakan. Disamping melihat tipe yang berbeda-beda atas property yang tidak berwujud, Guideline juga menawarkan nasehat untuk bagaimana menetapkan harga arm’s length pada transaksi-transaksi yang melibatkan intangibles. Guideline menyatakan bahwa harus diperhitungkan kedua belah pihak atas transaksi. Menerapkan prinsip arm’s length kepada pemilik intangible berarti melihat harga pihak independen akan bersedia menerima untuk melaksanakan transaksi. Dari sudut pandang pihak yang membayar untuk menggunakan intangibles, pihak independen yang bertindah pada arm’s length akan memperhitungkan nilai dan kegunaan dari intangibles untuk bisnis mereka ketika memutuskan harga apa mereka akan bersedia untuk membayar. Ini bukan suatu kasus dimana “one size fits all” – suatu pihak akan bersedia untuk membayar lebih dari pada yang lain, jika
  • 56. www.futurumcorfinan.com Page 56 mereka berpikir mereka dapat menarik manfaat lebih dari menggunakan intangibles. Paragraf 6.20 kepada 6.22 OECD Transfer Pricing Guidelines mendiskusikan berbagai faktor yang harus dipertimbangkan pada saat mencoba menetapkan harga perbandingan. Mereka termasuk:  Manfaat yang mungkin timbul dari menggunakan intangibles  Nature dari hak-hak (terutama dalam kaitannya dengan paten)  Pasar dan biaya-biaya yang mungkin akan dibutuhkan untuk memproduksi dan memasarkan produk yang menggunakan intangibles. Aplikasi dari berbagai metodologi pricing OECD dibicarakan dalam INTM463000: • Comparable uncontrolled price – perbandingan internal, jika tersedia, akan memberikan CUP yang sesuai. Perjanjian antara pihak-pihak independen dapat juga memberikan guide meskipun akses kepada informasi semacam ini mungkin sulit. • Resale minus method – dapat berguna untuk pricing penjualan barang-barang memasukkan trademark, atau trade intangibles seperti manufacturing know-how. Dimana aktiva tak berwujud ditransfer berdasarkan perjanjian lisensi kepada pihak connected adalah di-sub-lisensikan kepada pihak yang independen, metode resale- minus dapat secara potensial digunakan untuk mencoba dan menetapkan harga lisensi tersebut. • Profit split – dalam hal-hal melibatkan intangible yang sangat bernilai dimana tidak ada CUP tersedia, metode profit split mungkin relevan, karena metodologi yang lain akan menjadi sulit untuk diterapkan. Establishing an arm's length price when the intangibles are owned by someone else Kemungkinan akan ditemui kasus dimana intangibles dimiliki orang lain, tetapi sedang digunakan oleh perusahaan grup di UK. Skenario yang sangat mungkin adalah pemasaran branded goods dan produksi produk menggunakan intangibles semacam paten dan secret know-how, dan penyediaan jasa. Suatu perusahaan dapat dibebankan untuk menggunakan intangibles dalam berbagai cara. Misalnya: 1. Royalti mungkin terhutang berdasarkan perjanjian lisensi. Ini lebih mungkin untuk bisnis manufaktur atau sebuah bisnis menyediakan jasa. Kemungkinan lebih kurang untuk melihat royalti dibayar bisnis distribusi/pemasaran atau bisnis menjual barang- barang retail.
  • 57. www.futurumcorfinan.com Page 57 2. Turnover-based fee, mirip dengan royalti mungkin dibayar, mungkin oleh suatu bisnis menjual jasa-jasa (misalnya hotel) 3. Harga pembelian untuk branded goods. Bisnis yang mendistribusikan dan/atau memasarkan branded goods kemungkinan membayar harga premium kepada manufaktur. Pemilik brand akan menerima imbalannya dalam bentuk royalti dari pabrikan. Pemasaran branded goods Dalam istilah umum, suatu pihak independen akan hanya membayar untuk menggunakan sesuatu jika ia akan memperoleh manfaat dari menggunakan tersebut. Sekalipun demikian, sering tidak terbantahkan bahwa suatu afiliasi sedang menggunakan, katakana, suatu brand name dan pada arm’s length jika menggunakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang lain kita harus membayar untuk itu. Apa yang dibayar, kemungkinan tergantung pada nilai brand name tersebut. Ini tentu saja tidak bernilai apa-apa jika tidak dapat diperoleh laba dari penggunaannya. Lebih lanjut, jika kita telah menciptakan atau membantu menciptakan brand value pertama kali di teritori kita (melalui pengeluaran pemasaran dan iklan) ini akan mempengaruhi jumlah yang kita bersedia bayar untuk menggunakan brand tersebut. Pihak independen akan enggan untuk menciptakan nilai brand pertama kali jika seseorang telah memiliki brand tersebut. Pertimbangkan suatu situasi dimana suatu perusahaan membayar suatu royalty atau suatu premi melalui harga pembelian, untuk suatu brand consumer yang dimiliki oleh suatu afiliasi ketika brand tersebut mempunyai nilai sebagian besar karena usaha- usaha licensee pertama kali. Sebagai contoh, Suatu perusahaan induk luar negeri meregistrasikan nama brand yang baru dalam suatu tax shelter. Brand adalah baru dan untuk itu bernilai nihil. Anak perusahaan UK mulai memproduksi dan menjual di bawah brand name. Tidak ada yang spesial mengenai produk-produk – hanya brand name dan kemasan yang membedakan produk (bandingkan dengan suatu produk yang mempunyai nilai intrinsic yang disebabkan oleh kualitas). Untuk mempromosikan penjualan, perusahaan UK mengeluarkan biaya iklan dan pemasaran. Produk-produk adalah suatu sukses penjualan yang spectacular. Untuk mempertahankan penjualan, pengeluaran pemasaran tetap berlangsung. • Apakah suatu royalti akan terhutang dan pada titik mana?