SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Hutang Dagang dengan Fasilitas Anjak Piutang
(Factoring): Hutang Dagang (Trade Accounts
Payable) atau Pinjaman (Debt)?
Pendahuluan
Dalam perputaran bisnis perusahaan, perusahaan mesti mencari sumber pendanaan, atau
umum disebut sebagai Struktur Keuangan (Financial Structure) sebagaimana ditunjukkan di
gambar di bawah ini, yang merupakan sisi kanan dari neraca (atau laporan posisi keuangan)
perusahaan1
.
1
Keown, Arthur J.; John D. Martin; and J. William Petty. Foundations of Finance : The Logic and Practice of
Financial Management. Edisi kedelapan. New Jersey (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 12 : Determining
the Financing Mix. Halaman 394.
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
Komponen dalam struktur keuangan perusahaan di atas ada yang bersifat:
 Spontan, yaitu yang timbul secara otomatis atau alami sebagai akibat dari kegiatan atau
perputaran bisnis perusahaan. Dalam hal ini, terdapat dua sumber pendanaan spontan
yang secara umum atau banyak disajikan dalam neraca perusahaan, yaitu hutang
dagang (trade accounts payable)2
dan akrual.
 Tidak spontan (atau bersifat diskresioner), yaitu yang timbul akibat keputusan
manajemen perusahaan misalnya dengan memperoleh fasilitas pinjaman dari bank,
atau adanya suntikan modal melalui penerbitan efek saham kepada pihak pemegang
saham.
Menilik komponen struktur keuangan perusahaan di atas, terdapat liabilitas/kewajiban
(liabilities) dan ekuitas (equity).
Munculnya akun liabilitas atau kewajiban adalah langsung berdasarkan “ciptaan” manusia, yaitu
sistem pembelian (atau perolehan jasa) yang dilakukan secara kredit, yang artinya ada
penundaan pembayaran atas suatu kewajiban. Sistem kredit ini akan otomatis menimbulkan
pencatatan akun liabilitas pada neraca perusahaan pada tanggal pelaporan keuangan.
2
Penting ditekankan bahwa di sini accounts payable, ada yang bersifat trade (dagang) dan non-trade (non-dagang).
Bersifat dagang karena terkait langsung dengan kegiatan perdagangan dan aktivitas bisnis perusahaan, sedangkan
non-dagang, misalnya terkait dengan pembelian unit perumahan untuk karyawan di daerah-daerah tertentu.
Sama seperti akun hutang dagang yang bisa trade dan non-trade, hutang wesel jangka pendek (short-term notes
payable) juga ada yang bersifat trade dan non-trade, yaitu:
Short-term notes payable include trade notes payable that arise from the same source as accounts payable,
nontrade notes payable that arise from other sources, and the current payment due on long-term notes.
Dyckman, Thomas R.; Charles J. Davis; and Roland E. Dukes. Intermediate Accounting. Edisi kelima. New York
(USA): The McGraw-Hill Companies, Inc. 2001. Bab 15: Short-Term Liabilities. Halaman 717.
www.futurumcorfinan.com
Page 3
Secara umum, akun liabilitas bisa tercipta dan dicatat akibat3
:
 Kegiatan operasional normal perusahaan. Ini adalah transaksi alami yang dijalankan
oleh suatu perusahaan dalam kegiatan usahanya sehari-hari. Transaksi ini yang
melibatkan perolehan atau pembelian sumber daya dan modal atau kegiatan-kegiatan
yang memanfaatkan atau menghabiskan sumber daya guna memproduksi suatu produk
atau jasa, dengan sendirinya akan melahirkan suatu kewajiban/liabilitas. Contoh
liabilitas dalam kategori ini adalah hutang dagang, hutang gaji dan upah, dan beban
bunga yang masih harus dibayar.
 Keputusan pengadilan dan keputusan/peraturan pemerintah. Masuk dalam kategori
ini keputusan pengadilan yang mewajibkan perusahaan untuk memberikan uang ganti
rugi/kompensasi kepada masyarakat sekitar, pemulihan lingkungan sekitar akibat
kegiatan pertambangan dan eksploitasi sumber daya alam misalnya hutan, beban pajak
penghasilan dan pajak daerah lainnya.
 Etika dan kewajiban moral. Kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat sekitar,
atau sumbangan kepada masyarakat sekitar yang selama ini tergantung pada kegiatan
pabrik perusahaan yang akan ditutup.
Sementara itu, dilihat dari jenis liabilitas atau kewajiban tersebut, dapat timbul berdasarkan:
 Kontrak, baik secara eksplisit maupun implisit, tertulis atau tidak tertulis/lisan.
Kewajiban secara ketentuan hukum/legal dapat masuk dalam kategori ini.
 Konstruktif. Dalam beberapa situasi, perusahaan akan tetap memiliki kewajiban
berdasarkan tindakan di masa lalu, walaupun tidak ada kontrak yang tertulis atau lisan.
Tindakan perusahaan di masa lalu atau praktik bisnis normal (custom) yang secara
konsisten menunjukkan adanya pola, dapat mengakibatkan adanya preseden, yang
akan berlaku seperti kontrak implisit. Kewajaran warranty termasuk dalam kategori ini.
 Etika. Munculnya kewajiban berdasarkan praktek-praktek yang dianggap lebih “etis”,
misalnya perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki kegiatan pabrikasi di
negara-negara berkembang, cenderung didorong untuk memperhatikan tingkat upah
layak (yang bahkan bisa melebih tingkat upah minimum di daerah tersebut, memberikan
tingkat upah yang melebihi tingkat upah minimum yang masih dianggap kurang
3
Evans, Thomas G. Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues. Ohio (USA): South-Western, a
division of Thomson Learning. 2003. Bab 12: The Nature of Liabilities. Halaman 257-258.
www.futurumcorfinan.com
Page 4
memberikan kewajaran bagi penghidupan pekerja di sana) dan mengusahakan kondisi
tempat kerja yang aman dan memenuhi ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja
tingkat internasional.
Ruang Lingkup Pembahasan
Tulisan ini khusus membicarakan sumber pendanaan perusahaan berupa hutang dagang (trade
accounts payable).
Permasalahan
Apakah hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang merupakan akun hutang dagang atau
pinjaman?
Pembahasan: Hutang Dagang
Hutang dagang dikatakan sumber pendanaan/pembiayaan bisnis yang bersifat spontan, karena
hampir dalam semua kegiatan usaha pada umumnya, pihak perusahaan tidak memiliki barang
yang diperdagangkan atau diproduksi guna dijual kepada pihak konsumen, dan dalam proses
pembelian itulah, pihak perusahaan pembeli akan menerima pengiriman barang (atau
perolehan jasa) terlebih dahulu.
Dalam mata rantai pembelian, misalkan, barang dagangan, bahan mentah atau barang
pendukung, penyerahan barang akan disertai dengan bukti penerimaan barang dari pihak
penerimaan (pada umumnya orang gudang) suatu perusahaan. Bukti penerimaan barang ini
kemudian akan disertakan dengan tagihan (invoice) guna dikirimkan oleh pihak perusahaan
pemasok (supplier/vendor) kepada perusahaan pembeli tersebut. Pembayaran atas tagihan
tersebut (atau sejak tukar tagihan dilakukan) akan disepakati dalam dokumen Pesanan
Pembelian (Purchase Order) antara pihak perusahaan dengan pihak pemasok. Kesepakatan
ini, yang umum disebut terms of payment (TOP), bisa 2 minggu hingga 2-3 bulan, tergantung
tipe barang atau jasa yang dibeli, serta praktek bisnis yang lazim dalam industri tersebut.
Karena adanya interval waktu antara tanggal penerimaan barang, tanggal tagihan dan tanggal
diterimanya tagihan oleh pihak perusahaan pembeli, kalau dilihat dari sejak tanggal penerimaan
barang, secara efektif, akan lebih dari TOP, karena TOP dihitung dari tanggal penerimaan
tagihan oleh pihak perusahaan, dan bukan tanggal tagihan atau tanggal penerimaan barang.
Namun dalam dinamika bisnis, TOP bisa saja dihitung sejak tanggal tagihan.
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Rangkaian hubungan komersial antara pihak perusahaan pembeli dan pihak pemasok dapat
diilustrasikan sebagai berikut:4
Kehadiran pembelian secara kredit yang memunculkan akun hutang dagang jelas
menguntungkan perusahaan pembeli, karena perusahaan, sejak menerima barang (atau jasa)
tersebut telah dapat mempergunakan dengan segera dan langsung barang (atau jasa) tersebut
dalam kegiatan produksi dan penjualan kepada konsumen. Mengingat pada umumnya juga ada
jeda waktu (dikenal sebagai terms of credit) yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada
pelanggan atau konsumennya5
, pihak perusahaan dapat mengusahakan “gap” antara tanggal
penerimaan uang dari pihak konsumen dengan tanggal jatuh tempo pembayaran tagihan
pemasok sedekat mungkin. “Gap” ini dalam manajemen keuangan disebut sebagai “cash
conversion cycle (C2C)” sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, yaitu jumlah waktu (rata-rata)
antara tanggal pihak perusahaan membayar pembelian barang dagangan (atau bahan mentah
dan bahan pendukung), dengan tanggal penerimaan uang dari kegiatan penjualan produk
kepada pihak konsumen6
.
4
PwC Global Working Capital Annual Review 2013. Working Capital: Opportunities Knock. How Companies Can
Tap the Cheapest Source of Cash in the “New Normal”. Halaman 28.
5
Kecuali dalam industri tertentu, misalnya, penjualan makanan dan minuman, dan pasar ritel modern dimana
transaksi penjualan dilakukan secara tunai (COD = Cash on Delivery), atau bahkan dalam industry e-commerce,
berlaku CBD (Cash Before Delivery).
6
Berk, Jonathan; dan Peter DeMarzo. Corporate Finance. Edisi ketiga. Boston (USA): Pearson Education, Inc.
2014. Bab 26: Working Capital Management. Halaman 887.
www.futurumcorfinan.com
Page 6
Di sini kita melihat bahwa hutang dagang (trade credit) merupakan sumber pembiayaan
spontan karena akun ini timbul dari kegiatan usaha normal sehari-hari perusahaan. Artinya
kegiatan penjualan perusahaan akan mendorong perusahaan secara otomatis untuk melakukan
kegiatan produksi dan bagian yang secara langsung terkait dengan kegiatan produksi, yaitu
kegiatan pengadaan (procurement) yang umum dikenal sebagai mata rantai pasokan (supply
chain), dan untuk itu, akan melakukan pemesanan dan pembelian dari pihak pemasok.
Perusahaan akan sebisa mungkin mengusahakan bahwa pembelian tersebut dilakukan secara
kredit, mengingat perusahaan belum melakukan proses dan kegiatan penjualan kepada pihak
konsumen7
. Pembelian secara kredit akan “otomatis/spontan” memunculkan pencatatan akun
Hutang Dagang8
.
Jadi dari sudut pandang perusahaan, pembelian secara kredit secara tidak langsung, pihak
pemasok “mendanai” kegiatan produksi perusahaan, mengingat perusahaan sebagai pihak
pembeli, dapat mempergunakan terlebih dahulu barang (atau jasa) tersebut guna dijual dan
memperoleh keuntungan, tanpa terlebih dahulu mesti membayar barang (atau jasa) tersebut
pada saat diterima dari pihak pemasok.
Interval waktu dari tanggal diterimanya barang (atau jasa) dari pihak pemasok hingga tanggal
pembayaran dilakukan umum disebut sebagai “positive float”. Ia tentunya dianggap “positif”
bagi kegiatan perusahaan pembeli, karena semakin lama interval waktu terkait pembayaran
tersebut dilakukan, akan semakin baik.9
Filosofi secara umum adalah bahwa “pembayaran
hutang dagang diusahakan baru dilakukan hingga tanggal jatuh tempo tagihan”, dengan kata
lain, hutang dagang tidak boleh dibayar lebih awal dari tanggal jatuh tempo tagihan. Dengan
demikian, pihak perusahaan didorong untuk melakukan negosiasi dengan pihak pemasok
sedemikian rupa hingga diperoleh TOP yang terlama yang bisa diusahakan.
Terdengar logis, bukan?
Namun, tanpa disadari, menarik TOP terlalu lama bisa jadi pada akhirnya malah membawa
konsekuensi yang kurang baik karena ada kemungkinan berakibat pihak pemasok mengalami
7
Dalam beberapa situasi, perusahaan dapat saja telah menerima uang muka atau uang cicilan dari pihak konsumen,
misalnya dalam industri real estat atau properti.
8
Atau didahului akun GRIC (Goods Received not yet Invoiced) pada beberapa sistem pembukuan perusahaan.
9
Namun mesti diwaspadai penggunaan yang berlebihan atas hutang dagang, yang dalam manajemen keuangan
umum disebut sebagai “overtrading”. “Overtrading” umum ditemukan pada perusahaan yang mengalami
pertumbuhan penjualan yang tinggi, yang meningkatkan kebutuhan investasi modal kerja yang tinggi pula, namun
tidak diiringi dengan kenaikan sumber pembiayaan yang permanen dari pihak kreditor atau pemegang saham
perusahaan, sehingga menimbulkan ketergantungan yang tinggi pada penggunaan pembelian secara kredit dari
pihak pemasok dan saldo hutang dagang yang lewat jatuh tempo yang naik signifikan. Silahkan membaca
http://hubpages.com/business/What-is-Overtrading-and-how-to-prevent-it, yang diakses pada tanggal 25 November
2015.
www.futurumcorfinan.com
Page 7
krisis arus kas atau krisis likuiditas. Pihak pemasok akan mengalami kesulitan untuk membeli
bahan baku, mendanai kegiatan operasionalnya, menggaji tenaga kerja, dan lain-lain, yang bisa
berimplikasi bahwa pihak pemasok tidak dapat lagi memasok barang (atau jasa) kepada
perusahaan tersebut.
Dalam perkembangannya, pihak perusahaan sebagai pihak pembeli, mulai menyadari arti
pentingnya hal ini, dan melihat bahwa kesehatan keuangan perusahaan pemasok juga
merupakan kepentingan perusahaan. Meningkatkan TOP yang terlalu lama dapat secara
potensial mengakibatkan pihak pemasok tidak mampu bekerjasama dengan perusahaan lebih
lanjut guna menjadi bagian dari manajemen persediaan atau mata rantai pengadaan
perusahaan baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang.
Survei Modal Kerja Global yang dilakukan oleh PwC menunjukan bahwa ada kecenderungan
DPO (Days’ Purchase Outstanding) baik secara global di berbagai teritori dan antar industri
meningkat secara bertahap dari tahun 2008-2012, yang berarti secara rata-rata TOP menjadi
lebih panjang, namun tidak secara tajam meningkat10
.
10
PwC Global Working Capital Annual Review 2013. Working Capital: Opportunities Knock. How Companies
Can Tap the Cheapest Source of Cash in the “New Normal”. Halaman 20 dan 21.
www.futurumcorfinan.com
Page 8
Pembahasan: Dari Sisi Pihak Perusahaan Pemasok
Bagi manajemen keuangan perusahaan pemasok, apabila piutang usaha tersebut didasari
kontrak atau perjanjian pembelian yang berkelanjutan, dan pihak perusahaan pembeli adalah
perusahaan yang kredibel, maka perusahaan pemasok dapat mempertimbangkan pembiayaan
berbasis piutang usaha sebagai berikut:
 Pledging of receivable
Di sini pihak pemasok memperoleh fasilitas pinjaman modal kerja dari pihak bank
komersial dengan jaminan utama berupa piutang usaha. Pihak pemasok sebagai debitur
bank akan menerbitkan warkat wesel bayar dengan bunga (interest-bearing notes
www.futurumcorfinan.com
Page 9
payable) yang umumnya berjangka pendek disesuaikan dengan jatuh tempo tagihan
yang umumnya berkisar antara 30 – 90 hari.
Kekurangan fasilitas pinjaman ini antara lain:
a) Loan-value-to-collateral-value, bisa jadi akan variatif tergantung kualitas tagihan
yang dijadikan pinjaman. Kalau dipersepsikan portofolio tagihan beresiko tinggi
atau data historis penerimaan tagihan yang tidak teratur, maka loan-value-to-
collateral-value bisa di bawah 70%.
b) Rincian piutang usaha yang dijadikan jaminan akan mengalami perubahan
secara rutin, sehingga pihak pemasok wajib mempunyai dokumentasi yang baik
dan teratur untuk dikomunikasikan kepada pihak bank.
c) Resiko penagihan tetap ada pada pihak pemasok, dimana kalau ada tagihan
yang tidak dibayar, pihak pemasok tetap mesti melunasi pinjaman kepada pihak
bank.
Variasi dari pledging of receivable dapat juga dimana pihak pemasok menerbitkan non-
interest bearing note, dimana jumlah kas yang akan diterima oleh pihak pemasok akan
dipotong diskonto bank (bank discount), sehingga dikenal sebagai discounting a note
payable.
 Factoring of receivable
Lembaga keuangan yang masuk dalam skema pembiayaan ini adalah perusahaan anjak
piutang (factor), dimana bisa juga terlibat dalam pengambilan keputusan penjualan
barang (atau jasa) kepada pihak pembeli tertentu. Secara tidak langsung, kalau pihak
perusahaan anjak piutang terlibat sejak awal transaksi, maka ia akan mencakup juga
fungsi mereview apakah suatu calon pembeli dapat diberikan penjualan barang (atau
jasa) secara kredit dan berapa jangka waktu kredit tersebut.
Skema pembiayaan anjak piutang dapat bersifat with recourse atau without recourse.
Perjanjian with recourse akan mensyaratkan pihak pemasok untuk memberikan
penggantian kepada pihak perusahaan anjak piutang apabila pihak konsumen tidak
melakukan pembayaran atau wanprestasi. Sedangkan perjanjian without recourse (bisa
diartikan sebagai “beli putus”), dalam hal terdapat pihak konsumen yang wanprestasi
dalam pembayaran tagihan, maka resiko tersebut ditanggung oleh pihak perusahaan
anjak piutang. Dalam hal ini, potongan diskon yang dikenakan atas nilai tagihan oleh
www.futurumcorfinan.com
Page 10
pihak perusahaan anjak piutang akan lebih besar. Dengan kata lain, pihak anjak piutang
akan “membeli” tagihan tersebut dengan harga pembelian dibawah nilai nominal (face
value) tagihan.
Pembahasan: Hutang Dagang dengan Fasilitas Anjak Piutang bagi Pihak Perusahaan
Pemasok
Kalau kita perhatikan di atas, pembiayaan berbasis piutang usaha di atas sepenuhnya atas
inisiatif pihak pemasok tanpa keterlibatan sama sekali dari pihak perusahaan yang membeli
barang (atau jasa) dari perusahaan tersebut, kecuali keperluan administratif yang bersifat
pemberitahuan saja.
Dari pembahasan di atas, ada 2 (dua) poin penting:
Pertama, pihak perusahaan pembeli barang (atau jasa) dengan tujuan C2C (gap) yang makin
kecil, berkehendak dapat memperoleh TOP atas tagihan pihak pemasok selama mungkin.
Perusahaan dengan jumlah nilai pembelian yang besar, atau memiliki posisi daya tawar
(bargaining power) yang lebih tinggi, akan mencoba mengusahakan TOP yang lama dengan
pihak pemasok.
Kedua, pihak perusahaan pembeli barang (atau jasa), pada saat yang sama, menyadari
bahwa, TOP yang terlalu lama dapat mengganggu dan bahkan potensial dapat mengakibatkan
pihak pemasok mengalami krisis likuiditas, yang dapat mengganggu kemampuan pemenuhan
barang (atau jasa) kepada pihak perusahaan pembeli baik dalam jangka menengah ataupun
jangka panjang.
Bagaimana cara mencapai titik temu diantara 2 (dua) poin di atas?
Dalam perkembangannya, sebagaimana telah diutarakan di atas, kesehatan keuangan pihak
pemasok adalah juga kepentingan pihak perusahaan pembeli, apabila ingin mempertahankan
kerjasama mata rantai yang berkesinambungan dalam jangka menengah atau jangka panjang.
Untuk itu, pihak perusahaan pembeli barang (atau jasa) juga berkepentingan untuk memastikan
bahwa pihak pemasok mempunyai fasilitas untuk meng-anjak-piutang-kan (baca: men-tunai-
kan) tagihan tersebut guna dapat memperoleh uang kas dalam taksiran waktu yang
memungkinkan mereka mempertahankan likuiditas perusahaan pada level yang sehat.
Di lain pihak, pihak bank komersial juga saat ini mendorong penyaluran kredit yang lebih besar,
terutama dengan pihak-pihak debitur dengan kredibilitas yang tinggi. Penyaluran kredit ini tidak
hanya untuk debitur terkait, tetapi ke pihak pemasok debitur itu juga. Suatu praktik yang
www.futurumcorfinan.com
Page 11
tentunya tidak terlalu baru bagi banyak kalangan pelaku usaha industri tertentu, misalnya dalam
industri real estat/properti, konstruksi, manufaktur kendaraan bermotor (otomotif), infrastruktur,
pertambangan, dan lain-lain.
Pihak perusahaan pembeli secara aktif terlibat dalam menjembatani pemberian fasilitas anjak
piutang kepada pihak pemasok, dimana yang menjadi pihak anjak piutang adalah pada
umumnya, juga bank yang membiayai (banker) kegiatan bisnis perusahaan pembeli tersebut.
Artinya pihak bank dari perusahaan pembeli yang sudah memberikan fasilitas pinjaman kepada
pihak perusahaan pembeli, akan memperoleh akses terkait informasi atau data nilai peredaran
usaha dan uang dari bisnis yang dijalankan oleh pihak perusahaan pembeli. Artinya, banker
dari pihak perusahaan pembeli adalah juga pihak yang menyediakan fasilitas anjak piutang
tagihan kepada pihak pemasok.
Walaupun dapat dikatakan bahwa ini adalah skema anjak piutang dari sisi pihak pemasok,
namun skema ini yang difasilitasi oleh pihak perusahaan pembeli dan pada umumnya
menggunakan banker perusahaan tersebut, namun secara spesifik, skema ini berbeda dari
transaksi anjak piutang tradisional yang umum dikenal, karena mengingat bahwa persyaratan
dan kondisi dari skema ini bisa sangat variatif dan fleksibel terkait jumlah dan kapan piutang
usaha dapat di-tunai-uang-kan.
Yang menarik, hutang dagang yang dilengkapi dengan fasilitas anjak piutang ini bagi pihak
pemasok dapat disebut sebagai “structured payables”11
.
Pada saat ini tidak ada aturan yang jelas, baik dalam International Financial Reporting
Standards (IFRS) maupun US GAAP, terkait bagaimana perlakuan akuntansi untuk pencatatan
dan penyajian hutang dagang demikian.
Pembahasan: Apakah Tetap Disajikan sebagai Akun Hutang Dagang, atau Masuk
Kategori Pinjaman (Debt)?
Yang menarik dari hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang ini adalah bahwa pihak
perusahaan pembeli dapat turut membayar beban bunga atas hutang dagang tersebut. Artinya,
pada saat pihak bank membayarkan kepada pihak pemasok, ada kemungkinan sebagai bagian
dari skema tersebut, pihak bank akan membayar sesuai dengan nilai nominal (face value)
tagihan, tanpa dipotong dengan diskon bank. Pihak perusahaan pembeli-lah yang lalu akan
menanggung beban bunga atau beban diskon tersebut, yang wajib dibayarkan kepada pihak
11
PricewaterhouseCoopers LLP. 2015. Structured Payables – Could They be Debt?. In the Loop. November 2015
www.futurumcorfinan.com
Page 12
bank berikut dengan jumlah tagihan pada tanggal jatuh tempo tagihan, atau beberapa hari yang
disepakati sesudah tanggal jatuh tempo tagihan.
Kalau kita menilik isi International Accounting Standar (IAS) 1: Presentation of Financial
Statements, tidak terdapat definisi yang jelas apa yang membedakan Hutang Dagang dan
Pinjaman.
Di sini penulis kutip beberapa bagian dari IAS 1:
Information to be presented in the statement of financial position
[Paragraph 54] As a minimum, the statement of financial position shall include line items that
present the following amounts:
….
(k) trade and other payables;
(l) provisions;
(m) financial liabilities (excluding amounts shown under (k) and (l));
[Paragraph 62] When an entity supplies goods or services within a clearly identifiable operating
cycle, separate classification of current and non-current assets and liabilities in the statement of
financial position provides useful information by distinguishing the net assets that are
continuously circulating as working capital from those used in the entity’s long-term operations.
It also highlights assets that are expected to be realized within the current operating cycle, and
liabilities that are due for settlement within the same period.
[Paragraph 68] The operating cycle of an entity is the time between the acquisition of
assets for processing and their realization in cash or cash equivalents. When the entity’s
normal operating cycle is not clearly identifiable, it is assumed to be twelve months.
[Paragraph 69]
An entity shall classify a liability as current when:
a) It expects to settle the liability in its normal operating cycle;
b) It holds the liability primarily for the purpose of trading;
c) The liability is due to be settled within twelve months after the reporting period; or
d) It does not have an unconditional right to defer settlement of the liability for at least
twelve months after the reporting period. Terms of a liability that could, at the option of
www.futurumcorfinan.com
Page 13
the counterparty, result in its settlement by the issue of equity instruments do not affect
its classification.
An entity shall classify all other liabilities as non-current.
[Paragraph 70]
Some current liabilities, such as trade payables and some accruals for employee and other
operating costs, are part of the working capital used in the entity’s normal operating cycle.
An entity classifies such operating items as current liabilities even if they are due to be settled
more than twelve months after the reporting period. The same normal operating cycle applied to
the classification of an entity’s assets and liabilities. When the entity’s normal operating cycle is
not clearly identifiable, it is assumed to be twelve months.
IAS 1 sendiri lebih banyak membahas masalah klasifikasi item-item atau akun-akun yang
masuk kategori lancar (current) dan tidak lancar (non-current)12
, dan apa yang dimaksud
dengan siklus operasional yang normal. Namun demikian, tidak ditemukan definisi “modal
kerja”, meskipun kriteria liabilitas lancar (current liabilities) diuraikan dalam paragraf 69 dari IAS
1.
Dalam buku-buku teks akuntansi, akun hutang dagang umumnya selalu masuk dalam kelompok
modal kerja (working capital)13
dan siklus operasional (operating cycle)14
, walaupun saat ini
pihak akuntan lebih cenderung mempergunakan kata-kata kewajiban atau liabilitas jangka
pendek atau lancar (current/short-term liabilities). Tidak ditemukan definisi terkait hutang
dagang (trade accounts payable), walaupun diuraikan bahwa15
:
Hutang dagang sebagai “obligations arising from the firm’s ongoing operations, including the
acquisition of merchandise, materials, supplies, and services used in the production and sale of
goods or services.” Current payables that are not trade accounts (such as income taxes and the
current portion of long-term debt) should be reported separately from accounts payable”.
12
Fokus International Accounting Standards Board (IASB) lebih banyak kepada karakteristik yang membedakan
akun Liabilitas dengan Ekuitas, yang mungkin dilihat lebih urgen untuk dibahas pada saat ini.
13
Untuk dokumentasi lengkap terkait sejarah konsep modal kerja (working capital), lihat tulisan William Huizingh
berjudul “Working Capital Classification”. Ann Arbor: Bureau of Business Research, Graduate School of Business
Administration, University of Michigan. 1967.
14
Penggunaan siklus operasional (operating cycle) diusulkan pertama kali oleh Anson Herrick dalam artikelnya
berjudul “Current Assets and Curent Liabilities” yang dimuat dalam Journal of Accountancy. Januari 1944.
Halaman 48-55.
15
Dyckman, Thomas R.; Charles J. Davis; and Roland E. Dukes. Intermediate Accounting. Edisi kelima. New York
(USA): The McGraw-Hill Companies, Inc. 2001. Bab 15: Short-Term Liabilities. Halaman 717.
www.futurumcorfinan.com
Page 14
The normal operating cycle of a business is the average period of time between the expenditure
of cash for goods and services and the time that those goods and services are converted back
to cash. For a manufacturing company, this cash-to-cash cycle is the following sequence: cash
expenditure to buy inventory, inventory converted into finished product, product sold on account,
account collected in cash. [footnote number 5]
Menilik US GAAP untuk aset lancar dan liabilitas lancar “cuma” memberikan contoh terkait
masing-masing klasifikasi (pendekatan yang sama yang diikuti oleh IAS 1), sebagai berikut16
:
Current Liabilities:
a. Obligations for items which have entered into the opening cycle, such as
payables incurred in the acquisition of materials and supplies to be used in the
production of goods or in providing services to be offered for sale.
b. Collections received in advance of the delivery of goods or performance of services.
c. Debts which arise from operations directly related to the operating cycle, such as
accruals for wages, salaries and commission, rentals, royalties, and income and other
taxes.
d. Other liabilities whose regular and ordinary liquidation is expected to occur within a
relatively short period of time, usually twelve months, are also intended for inclusion,
such as short-term debts arising from the acquisition of capital assets, serial maturities
of long-term obligations, amounts required to be expended within one year under
sinking fund provisions and agency obligations arising from the collection or acceptance
of cash or other assets for the account of third persons.
Operating cycle is “the average time intervening between the acquisition of materials or
services…and the final cash realization”, dan Accounting Research Bulletin No. 30 menentukan
bahwa satu tahun sebagai dasar klasifikasi ketika siklus operasional adalah lebih singkat dari
satu tahun17
.
Di sini kita lihat bahwa dalam pembahasan terkait hutang dagang yang difasilitasi di atas
dengan fasilitas anjak piutang, klasifikasi lancar dan tidak lancar, serta apakah ia masuk dalam
siklus operasional normal perusahaan pembeli, menjadi tidak relevan karena akun hutang
dagang tersebut dengan atau tanpa fasilitas anjak piutang bagi pihak pemasok, keduanya
16
Accounting Research Bulletin No. 43. Restatement and Revision of Accounting Research Bulletins. New York
(USA): American Institute of Certified Public Accountants. 1953. Paragraf 6010-6011.
17
The Committee on Accounting Procedure. Accounting Research Bulletin No. 30: Current Assets and Current
Liabilities; Working Capital. New York (USA): American Institute of Accountants. Agustus 1947. Halaman 248-249.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
masuk dalam klasifikasi lancar, karena pada umumnya pembayaran yang dilakukan oleh pihak
perusahaan pembeli, baik kepada pihak pemasok (dalam hal hutang dagang
“normal”/”tradisional”, tanpa fasilitas anjak piutang) maupun kepada pihak bank (dalam hal
hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang), keduanya dilakukan dalam siklus operasional
normal perusahaan, yaitu kurang dari 12 bulan, atau keduanya memiliki tingkat likuiditas yang
juga akan sama, karena jatuh tempo pembayaran, akan sama. Perbedaan yang ada adalah
yang pertama dibayarkan kepada pihak pemasok (sebesar nilai nominal tagihan) dan terakhir,
dibayarkan kepada pihak bank, sejumlah nilai nominal tagihan plus beban bunga anjak piutang.
Dapat disimpulkan bahwa hutang dagang normal/tradisional dan hutang dagang dengan
fasilitas anjak piutang, kedua-dua-nya masuk dalam siklus operasional normal perusahaan
(sehingga merupakan bagian dari perputaran modal kerja, dan terkait dengan tujuan
perdagangan (trade), dan kedua-duanya merupakan liabilitas atau kewajiban yang bersifat legal
dan kontraktual.
Namun klasifikasi sebagai hutang dagang atau pinjaman akan menjadi isu yang penting untuk
menghitung rasio-rasio keuangan, terkait analisa atas likuiditas dan solvensi perusahaan. Akun
hutang dagang pada umumnya akan masuk dalam analisa modal kerja, seperti rasio lancar
(current ratio dan quick ratio atau acid-test ratio), namun pinjaman akan dikeluarkan dari analisa
modal kerja. Kalau kita melihat “nature” dari akun hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
tersebut, dapat dikatakan dia tidak jauh berbeda dengan hutang dagang normal/tradisional,
walaupun dalam hal ini timbul beban bunga eksplisit.
Di samping, klasifikasi ini menjadi sangat relevan dalam hal adanya perjanjian kredit dengan
klausul yang mewajibkan perusahaan untuk menjaga rasio tertentu pada tingkat tertentu, yang
lazim dikenal sebagai “negative pledge/covenant”. Kalau hutang dagang tersebut dikeluarkan
dari rasio lancar, maka akan tampak angka rasio lancar lebih tinggi, namun rasio pinjaman-ke-
ekuitas (debt-to-equity ratio) akan tinggi pula. Apabila saldo hutang dagang cukup besar, maka
rasio-rasio keuangan tertentu kemungkinan sulit untuk dijaga perusahaan, dan secara teknis,
dapat dikatakan perusahaan telah melanggar salah satu klausul dalam perjanjian tersebut dan
kemungkinan timbul kewajiban pelunasan.
www.futurumcorfinan.com
Page 16
Pembahasan: Dari Sudut Pandang Manajemen Keuangan (Corporate Finance)
Buku teks manajemen keuangan tampak lebih melihat bahwa akun hutang dagang adalah akun
tanpa tingkat bunga eksplisit sedangkan akun pinjaman adalah akun dengan tingkat bunga
eksplisit. Kelompok akun dengan tingkat bunga eksplisit umum disebut sebagai struktur capital
atau struktur modal (capital structure) yang merupakan bagian dari struktur keuangan (financial
structure).
Hubungan antara struktur keuangan dan struktur kapital suatu perusahaan dapat ditunjukkan di
bawah ini:
Menarik yang dibahas oleh Keown, Martin and Petty terkait akun dengan tingkat bunga yang
implisit dan eksplisit18
:
Note that we refer to accounts payable and accrued expenses as non-interest-bearing liabilities.
The reason for this is that there is no explicit interest expense associated with these liabilities.
An explicit interest expense would be something like the interest you pay on a bank loan. When
a firm purchases items of inventory on credit, the credit terms simply say that the amount of the
purchase must be paid within a specific time interval, such as 30 days. Consequently, the
supplier is providing 30 days of credit to the firm without specifying a rate of interest. The
supplier is aware of the fact that it is supplying credit and surely will incorporate some interest
cost in the price terms for the items. The important point, however, is that this interest is
18
Keown, Arthur J.; John D. Martin; dan J. William Petty. Foundations of Finance : The Logic and Practice of
Financial Management. Edisi kedelapan. New Jersey (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 12 : Determining
the Financing Mix. Halaman 394.
www.futurumcorfinan.com
Page 17
hidden and not explicitly stated, so accounts payable and accrued expenses do not give
rise to interest expense to the firm.
Dari paragraf di atas, walaupun ada kemungkinan nilai tagihan dari pihak pemasok sudah
memasukkan unsur bunga, namun karena dalam tagihan tersebut tidak tertera tingkat bunga
secara eksplisit, dan pihak perusahaan pembeli tidak memiliki kewajiban untuk membayar
beban bunga kepada pihak pemasok, maka akun hutang dagang yang timbul dari tagihan pihak
pemasok, dikategorikan sebagai akun tanpa bunga dan tidak masuk dalam kategori struktur
kapital, berupa pinjaman.
Masih terkait dengan hal di atas, jumlah kewajiban atau liabilitas biasanya sudah tetap (fixed)
berdasarkan transaksi yang disepakati kedua belah pihak, dan melibatkan jumlah yang
diperjanjikan dibayar di kemudian hari. Secara teori, dasar pengukuran liabilitas atau kewajiban
adalah nilai tunai (cash cost, atau implicit cash cost). Namun pada umumnya, atas dasar
kepraktisan, pihak perusahaan tidak berusaha menentukan nilai tunai atau nilai tunai implisit,
baik dengan cara menanyakan langsung kepada pihak pemasok ataupun dengan cara
menentukan nilai tagihan diskonto dengan tingkat bunga pasar yang berlaku. Pertimbangannya
kalau jatuh tempo tagihan adalah relatif pendek, maka jumlah kelebihan nilai pencatatan (antara
nilai pembelian tunai dengan nilai pembelian secara kredit) adalah kecil dan dapat diabaikan
atas dasar konsep materialitas19
.
Dengan mempertimbangkan bahwa perusahaan pembeli juga membayar beban bunga atas
hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang kepada pihak bank, maka akun dengan beban
bunga eksplisit, dengan sendirinya, akun tersebut akan masuk dalam struktur kapital, dan
disajikan sebagai pinjaman (debt).
PWC dalam artikel “Structured Payables—Could They Be Debt?”20
menguraikan beberapa
pertimbangan apakah hutang dagang dengan opsi anjak piutang, lebih merupakan hutang
dagang atau sebaliknya, merupakan pinjaman, sebagai berikut:
19
Dalam US GAAP, dimana tingkat bunga tidak disebutkan secara spesifik atas wesel bayar (notes payable),
Accounting Principles Board Opinion No. 21: Interest on Receivables and Payables (New York (USA): American
Institute of Certified Public Accountants, 1971), mewajibkan bunga untuk dihitung bagi tipe-tipe tertentu wesel
tersebut.
20
PricewaterhouseCoopers LLP. 2015. In the Loop. November 2015.
www.futurumcorfinan.com
Page 18
Lebih lanjut, PWC menegaskan bahwa hadirnya persyaratan tertentu dapat memberikan
petunjuk bahwa kewajiban tersebut pada prinsipnya lebih merupakan pinjaman – dan bukan
hutang dagang normal/tradisional. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
 An incremental increase in the price of the goods to compensate vendors who provide
extended payment terms.
 The original liability being extinguished, such as when a company charges the payable
balance to a credit card.
 Interest accruing on the balance prior to the due date (although penalties for non-
payment may be imposed after that).
 The bank having the right to draw on the company’s other accounts without its
permission if the designated payment account has insufficient funds, if not part of the
company’s normal banking arrangement.
www.futurumcorfinan.com
Page 19
 Altering the trade payable’s seniority in the company’s capital structure.
 Requiring the company to post collateral on the trade payable.
 Default on invoice payment under the arrangement triggering a cross-default (other than
a general debt obligation cross-default).
Implikasi terhadap Valuasi
Dalam perhitungan valuasi suatu bisnis menggunakan pendekatan Discounted Cash Flow, kita
perlu menentukan Free Cash Flow dan Cost of Capital (sebagai tingkat diskonto).
Apabila hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang tersebut masuk dalam kategori pinjaman
(debt), maka:
 perhitungan Free Cash Flow terkait perubahan tingkat investasi modal kerja akan
mengeluarkan akun hutang dagang tersebut; dan
 biaya dana (cost of fund) hutang dagang tersebut pada umumnya akan diperhitungkan
baik bobot dan tingkat biaya dana (dalam %) ke dalam Weighted Average Cost of
Capital (biaya kapital rata-rata tertimbang), dan
Pembaca bisa membaca juga artikel penulis mengenai “Apa yang termasuk sebagai komponen
pinjaman dalam perhitungan weighted average cost of capital (WACC)?”
Penutup
Penulis akan menutup tulisan ini dengan komunikasi via email dengan Ignacio Velez-Pareja
(IVP) pada bulan November 2015.
Karnen:
One article from PWC about structured payables (AP) raises a question as to whether
structured AP is AP or Debt indeed.
In your mind, what is the "real" or "substantial" difference between AP and Debt? Many
textbooks will say, one is part of working capital cycle and one is not...Is this correct?
This is interesting since Debt to Equity ratio will be impacted and also the WACC.
www.futurumcorfinan.com
Page 20
IVP:
The issue of defining what is debt and what is not is based in two ideas:
 Interest on debt
 Becoming part or not of CFs
I explain: if they have to pay interest on AP, probably it is right to include them as debt and
affect the WACC. Even if they don't charge interest, I would include the AP as debt and
affecting WACC with Kd=0. For me, that wouldn't be a problem; I would consider them as short-
term debt. However, the second item is what has to be defined VERY clearly.
I mean that if you consider AP with or without interest as debt, they shouldn't be included as
working capital, if you use the traditional textbook recipe for estimating FCF. And what is more
important, you should not include AP payments when forecasting cash flows.
The case of PWC is just what is known as factoring. I, as a vendor, go to the bank and
"negotiate" my invoices and you as my customer, usually you have to pay according to the
terms agreed on the supply contract. To me, it is a mechanism of collecting the AP by the
supplier. However, I would consider that as AP and include the payments agreed with the bank,
as part of FCF (negative).
Again, I will not die for considering AP as debt as long as taking care of the recipe to define
FCF. THAT is the most relevant issue. Just to avoid double counting.
That is all, regarding my opinion.
Karnen:
What that PWC questions it, is, the fact that it is the company, and not the company's
supplier/vendor (who has Accounts Receivable (AR)), that arranges or negotiates "the factoring
of that AR" to the company's banker. The supplier or vendor will accept it since the banker is
credible, and he/she receives the collection faster, yet this is the interesting part, the factoring
interest is to be paid by the company.
I have seen this before, especially big companies with strong creditworthiness and the bankers
are mostly international banks. So the practice is getting common when that MNC having
business in developing countries.
www.futurumcorfinan.com
Page 21
IVP:
Yes, it is the same analysis. My comments apply as before. The critical issue is to avoid the
double counting: one when including AP in the working capital that becomes part of the FCF
and the other as debt that defines WACC.
Interesting that factoring is designed with the AP from suppliers.
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 22
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of
writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been
compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any
representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from
the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not
intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors
for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the
authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com
© FUTURUM. All Rights Reserved

More Related Content

What's hot

Ppt akuntansi differensial
Ppt akuntansi differensialPpt akuntansi differensial
Ppt akuntansi differensialYoshita Elsyanti
 
Resume 1 manajemen keuangan
Resume 1 manajemen keuanganResume 1 manajemen keuangan
Resume 1 manajemen keuanganAnisa Anisa
 
Risk and return
Risk and returnRisk and return
Risk and returnyy rahmat
 
Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan
Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan
Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan AdillaShafaNafisaMar
 
Manajemen keuangan bab 04
Manajemen keuangan bab 04Manajemen keuangan bab 04
Manajemen keuangan bab 04Lia Ivvana
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasInal Ypyn
 
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - LeasingPPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - LeasingDoni Ramdhani
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangRyan Gamof
 
Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)
Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)
Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)Audria
 
Manajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjang
Manajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjangManajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjang
Manajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjangDevy Sylvia Silaban
 
Portofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasi
Portofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasiPortofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasi
Portofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasiJudianto Nugroho
 
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019Lulu Wildatiumi
 
Penilaian Saham
Penilaian SahamPenilaian Saham
Penilaian SahamHayy
 

What's hot (20)

Ppt akuntansi differensial
Ppt akuntansi differensialPpt akuntansi differensial
Ppt akuntansi differensial
 
Resume 1 manajemen keuangan
Resume 1 manajemen keuanganResume 1 manajemen keuangan
Resume 1 manajemen keuangan
 
Risk and return
Risk and returnRisk and return
Risk and return
 
Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan
Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan
Analisis Dana, Arus Kas, dan Perencanaan keuangan
 
Mengelola saluran distribusi(slide)
Mengelola saluran distribusi(slide)Mengelola saluran distribusi(slide)
Mengelola saluran distribusi(slide)
 
Manajemen keuangan bab 04
Manajemen keuangan bab 04Manajemen keuangan bab 04
Manajemen keuangan bab 04
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kas
 
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - LeasingPPT Manajemen Keuangan - Leasing
PPT Manajemen Keuangan - Leasing
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 
Pegadaian
PegadaianPegadaian
Pegadaian
 
Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)
Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)
Sistem Pengendalian Manajemen (perilaku dalam organisasi)
 
Ppt anjak piutang
Ppt anjak piutangPpt anjak piutang
Ppt anjak piutang
 
Manajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjang
Manajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjangManajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjang
Manajemen keuangan bab 20 pendanaan jangka panjang
 
Portofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasi
Portofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasiPortofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasi
Portofolio investasi-bab-10-strategi-investasi-obligasi
 
Kontrak Opsi Saham
Kontrak Opsi SahamKontrak Opsi Saham
Kontrak Opsi Saham
 
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
 
Manajemen Kas
Manajemen KasManajemen Kas
Manajemen Kas
 
Rasio Keuangan
Rasio KeuanganRasio Keuangan
Rasio Keuangan
 
Penilaian Saham
Penilaian SahamPenilaian Saham
Penilaian Saham
 
Ppt camel danamond
Ppt camel danamondPpt camel danamond
Ppt camel danamond
 

Similar to Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang

Manajemen Law Firm BAB 8 Muhammad Wahyu
Manajemen Law Firm BAB 8 Muhammad WahyuManajemen Law Firm BAB 8 Muhammad Wahyu
Manajemen Law Firm BAB 8 Muhammad WahyuMuhammadWahyu60
 
Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)
Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)
Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)Futurum2
 
Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...
Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...
Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...sitifajarmarinda
 
Accounts Receivable Management _ Materi Training
Accounts Receivable Management _ Materi TrainingAccounts Receivable Management _ Materi Training
Accounts Receivable Management _ Materi TrainingKanaidi ken
 
Kapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang saham
Kapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang sahamKapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang saham
Kapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang sahamFuturum2
 
Artikel pengelolaan piutang perusahaan
Artikel pengelolaan piutang perusahaanArtikel pengelolaan piutang perusahaan
Artikel pengelolaan piutang perusahaanwardahmega
 
Receivables & Inventory Accounting _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"
Receivables & Inventory Accounting  _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"Receivables & Inventory Accounting  _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"
Receivables & Inventory Accounting _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"Kanaidi ken
 
Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)
Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)
Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)ahmadihbal
 
manajemen bisnis
manajemen bisnismanajemen bisnis
manajemen bisnisDea Daulika
 
Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04
Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04
Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04TrianaMariana
 
Analisa ap hutang pendek
Analisa ap hutang pendekAnalisa ap hutang pendek
Analisa ap hutang pendekSadeg Sadeh
 
Pertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdf
Pertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdfPertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdf
Pertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdfMRizkiAssiddiki
 
Pengantar Akuntansi 2 semester dua .pptx
Pengantar Akuntansi 2 semester dua .pptxPengantar Akuntansi 2 semester dua .pptx
Pengantar Akuntansi 2 semester dua .pptxRamadhan379487
 

Similar to Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang (20)

Manajemen Law Firm BAB 8 Muhammad Wahyu
Manajemen Law Firm BAB 8 Muhammad WahyuManajemen Law Firm BAB 8 Muhammad Wahyu
Manajemen Law Firm BAB 8 Muhammad Wahyu
 
Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)
Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)
Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)
 
Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...
Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...
Jenis jenis piutang , piutang wesel, piutang bunga, piutang karyawan dan piut...
 
Accounts Receivable Management _ Materi Training
Accounts Receivable Management _ Materi TrainingAccounts Receivable Management _ Materi Training
Accounts Receivable Management _ Materi Training
 
Anjak piutang
Anjak piutangAnjak piutang
Anjak piutang
 
Anjak piutang
Anjak piutangAnjak piutang
Anjak piutang
 
Anjak piutang
Anjak piutangAnjak piutang
Anjak piutang
 
Anjak piutang
Anjak piutangAnjak piutang
Anjak piutang
 
Anjak piutang
Anjak piutangAnjak piutang
Anjak piutang
 
Kapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang saham
Kapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang sahamKapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang saham
Kapan kita tahu meminjam uang baik untuk roe pemegang saham
 
Artikel pengelolaan piutang perusahaan
Artikel pengelolaan piutang perusahaanArtikel pengelolaan piutang perusahaan
Artikel pengelolaan piutang perusahaan
 
Receivables & Inventory Accounting _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"
Receivables & Inventory Accounting  _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"Receivables & Inventory Accounting  _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"
Receivables & Inventory Accounting _Training "ACCOUNTING ANALYSIS & REPORTING"
 
Rmk 4 ima
Rmk 4 imaRmk 4 ima
Rmk 4 ima
 
Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)
Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)
Generally Accepted Accounting Principles (Prisip Akuntansi yang Berlaku Umum)
 
manajemen bisnis
manajemen bisnismanajemen bisnis
manajemen bisnis
 
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS LAPORAN KEUANGANANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
 
Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04
Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04
Working capital management/abshor.marantika/triana mariana/3-04
 
Analisa ap hutang pendek
Analisa ap hutang pendekAnalisa ap hutang pendek
Analisa ap hutang pendek
 
Pertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdf
Pertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdfPertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdf
Pertemuan 2 Pengantar Akuntansi.pdf
 
Pengantar Akuntansi 2 semester dua .pptx
Pengantar Akuntansi 2 semester dua .pptxPengantar Akuntansi 2 semester dua .pptx
Pengantar Akuntansi 2 semester dua .pptx
 

More from Futurum2

Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Futurum2
 
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionAre P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionFuturum2
 
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionNPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionFuturum2
 
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Futurum2
 
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Futurum2
 
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftA quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftFuturum2
 
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiMenggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiFuturum2
 
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Futurum2
 
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryIgnacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryFuturum2
 
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estatREIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estatFuturum2
 
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Futurum2
 
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapSurplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapFuturum2
 
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationPerpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationFuturum2
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Futurum2
 
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...Futurum2
 
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)Futurum2
 
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Futurum2
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Futurum2
 
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Futurum2
 
15-minute lesson overview to understand npv
15-minute lesson overview to understand npv15-minute lesson overview to understand npv
15-minute lesson overview to understand npvFuturum2
 

More from Futurum2 (20)

Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
 
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionAre P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
 
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionNPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
 
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
 
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
 
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftA quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
 
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiMenggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
 
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
 
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryIgnacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
 
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estatREIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
 
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
 
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapSurplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
 
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationPerpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
 
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
 
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
 
15-minute lesson overview to understand npv
15-minute lesson overview to understand npv15-minute lesson overview to understand npv
15-minute lesson overview to understand npv
 

Recently uploaded

Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiGustiAdityaR
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 

Recently uploaded (20)

Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 

Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang

  • 1. www.futurumcorfinan.com Page 1 Hutang Dagang dengan Fasilitas Anjak Piutang (Factoring): Hutang Dagang (Trade Accounts Payable) atau Pinjaman (Debt)? Pendahuluan Dalam perputaran bisnis perusahaan, perusahaan mesti mencari sumber pendanaan, atau umum disebut sebagai Struktur Keuangan (Financial Structure) sebagaimana ditunjukkan di gambar di bawah ini, yang merupakan sisi kanan dari neraca (atau laporan posisi keuangan) perusahaan1 . 1 Keown, Arthur J.; John D. Martin; and J. William Petty. Foundations of Finance : The Logic and Practice of Financial Management. Edisi kedelapan. New Jersey (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 12 : Determining the Financing Mix. Halaman 394. Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com
  • 2. www.futurumcorfinan.com Page 2 Komponen dalam struktur keuangan perusahaan di atas ada yang bersifat:  Spontan, yaitu yang timbul secara otomatis atau alami sebagai akibat dari kegiatan atau perputaran bisnis perusahaan. Dalam hal ini, terdapat dua sumber pendanaan spontan yang secara umum atau banyak disajikan dalam neraca perusahaan, yaitu hutang dagang (trade accounts payable)2 dan akrual.  Tidak spontan (atau bersifat diskresioner), yaitu yang timbul akibat keputusan manajemen perusahaan misalnya dengan memperoleh fasilitas pinjaman dari bank, atau adanya suntikan modal melalui penerbitan efek saham kepada pihak pemegang saham. Menilik komponen struktur keuangan perusahaan di atas, terdapat liabilitas/kewajiban (liabilities) dan ekuitas (equity). Munculnya akun liabilitas atau kewajiban adalah langsung berdasarkan “ciptaan” manusia, yaitu sistem pembelian (atau perolehan jasa) yang dilakukan secara kredit, yang artinya ada penundaan pembayaran atas suatu kewajiban. Sistem kredit ini akan otomatis menimbulkan pencatatan akun liabilitas pada neraca perusahaan pada tanggal pelaporan keuangan. 2 Penting ditekankan bahwa di sini accounts payable, ada yang bersifat trade (dagang) dan non-trade (non-dagang). Bersifat dagang karena terkait langsung dengan kegiatan perdagangan dan aktivitas bisnis perusahaan, sedangkan non-dagang, misalnya terkait dengan pembelian unit perumahan untuk karyawan di daerah-daerah tertentu. Sama seperti akun hutang dagang yang bisa trade dan non-trade, hutang wesel jangka pendek (short-term notes payable) juga ada yang bersifat trade dan non-trade, yaitu: Short-term notes payable include trade notes payable that arise from the same source as accounts payable, nontrade notes payable that arise from other sources, and the current payment due on long-term notes. Dyckman, Thomas R.; Charles J. Davis; and Roland E. Dukes. Intermediate Accounting. Edisi kelima. New York (USA): The McGraw-Hill Companies, Inc. 2001. Bab 15: Short-Term Liabilities. Halaman 717.
  • 3. www.futurumcorfinan.com Page 3 Secara umum, akun liabilitas bisa tercipta dan dicatat akibat3 :  Kegiatan operasional normal perusahaan. Ini adalah transaksi alami yang dijalankan oleh suatu perusahaan dalam kegiatan usahanya sehari-hari. Transaksi ini yang melibatkan perolehan atau pembelian sumber daya dan modal atau kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan atau menghabiskan sumber daya guna memproduksi suatu produk atau jasa, dengan sendirinya akan melahirkan suatu kewajiban/liabilitas. Contoh liabilitas dalam kategori ini adalah hutang dagang, hutang gaji dan upah, dan beban bunga yang masih harus dibayar.  Keputusan pengadilan dan keputusan/peraturan pemerintah. Masuk dalam kategori ini keputusan pengadilan yang mewajibkan perusahaan untuk memberikan uang ganti rugi/kompensasi kepada masyarakat sekitar, pemulihan lingkungan sekitar akibat kegiatan pertambangan dan eksploitasi sumber daya alam misalnya hutan, beban pajak penghasilan dan pajak daerah lainnya.  Etika dan kewajiban moral. Kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat sekitar, atau sumbangan kepada masyarakat sekitar yang selama ini tergantung pada kegiatan pabrik perusahaan yang akan ditutup. Sementara itu, dilihat dari jenis liabilitas atau kewajiban tersebut, dapat timbul berdasarkan:  Kontrak, baik secara eksplisit maupun implisit, tertulis atau tidak tertulis/lisan. Kewajiban secara ketentuan hukum/legal dapat masuk dalam kategori ini.  Konstruktif. Dalam beberapa situasi, perusahaan akan tetap memiliki kewajiban berdasarkan tindakan di masa lalu, walaupun tidak ada kontrak yang tertulis atau lisan. Tindakan perusahaan di masa lalu atau praktik bisnis normal (custom) yang secara konsisten menunjukkan adanya pola, dapat mengakibatkan adanya preseden, yang akan berlaku seperti kontrak implisit. Kewajaran warranty termasuk dalam kategori ini.  Etika. Munculnya kewajiban berdasarkan praktek-praktek yang dianggap lebih “etis”, misalnya perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki kegiatan pabrikasi di negara-negara berkembang, cenderung didorong untuk memperhatikan tingkat upah layak (yang bahkan bisa melebih tingkat upah minimum di daerah tersebut, memberikan tingkat upah yang melebihi tingkat upah minimum yang masih dianggap kurang 3 Evans, Thomas G. Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues. Ohio (USA): South-Western, a division of Thomson Learning. 2003. Bab 12: The Nature of Liabilities. Halaman 257-258.
  • 4. www.futurumcorfinan.com Page 4 memberikan kewajaran bagi penghidupan pekerja di sana) dan mengusahakan kondisi tempat kerja yang aman dan memenuhi ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja tingkat internasional. Ruang Lingkup Pembahasan Tulisan ini khusus membicarakan sumber pendanaan perusahaan berupa hutang dagang (trade accounts payable). Permasalahan Apakah hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang merupakan akun hutang dagang atau pinjaman? Pembahasan: Hutang Dagang Hutang dagang dikatakan sumber pendanaan/pembiayaan bisnis yang bersifat spontan, karena hampir dalam semua kegiatan usaha pada umumnya, pihak perusahaan tidak memiliki barang yang diperdagangkan atau diproduksi guna dijual kepada pihak konsumen, dan dalam proses pembelian itulah, pihak perusahaan pembeli akan menerima pengiriman barang (atau perolehan jasa) terlebih dahulu. Dalam mata rantai pembelian, misalkan, barang dagangan, bahan mentah atau barang pendukung, penyerahan barang akan disertai dengan bukti penerimaan barang dari pihak penerimaan (pada umumnya orang gudang) suatu perusahaan. Bukti penerimaan barang ini kemudian akan disertakan dengan tagihan (invoice) guna dikirimkan oleh pihak perusahaan pemasok (supplier/vendor) kepada perusahaan pembeli tersebut. Pembayaran atas tagihan tersebut (atau sejak tukar tagihan dilakukan) akan disepakati dalam dokumen Pesanan Pembelian (Purchase Order) antara pihak perusahaan dengan pihak pemasok. Kesepakatan ini, yang umum disebut terms of payment (TOP), bisa 2 minggu hingga 2-3 bulan, tergantung tipe barang atau jasa yang dibeli, serta praktek bisnis yang lazim dalam industri tersebut. Karena adanya interval waktu antara tanggal penerimaan barang, tanggal tagihan dan tanggal diterimanya tagihan oleh pihak perusahaan pembeli, kalau dilihat dari sejak tanggal penerimaan barang, secara efektif, akan lebih dari TOP, karena TOP dihitung dari tanggal penerimaan tagihan oleh pihak perusahaan, dan bukan tanggal tagihan atau tanggal penerimaan barang. Namun dalam dinamika bisnis, TOP bisa saja dihitung sejak tanggal tagihan.
  • 5. www.futurumcorfinan.com Page 5 Rangkaian hubungan komersial antara pihak perusahaan pembeli dan pihak pemasok dapat diilustrasikan sebagai berikut:4 Kehadiran pembelian secara kredit yang memunculkan akun hutang dagang jelas menguntungkan perusahaan pembeli, karena perusahaan, sejak menerima barang (atau jasa) tersebut telah dapat mempergunakan dengan segera dan langsung barang (atau jasa) tersebut dalam kegiatan produksi dan penjualan kepada konsumen. Mengingat pada umumnya juga ada jeda waktu (dikenal sebagai terms of credit) yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada pelanggan atau konsumennya5 , pihak perusahaan dapat mengusahakan “gap” antara tanggal penerimaan uang dari pihak konsumen dengan tanggal jatuh tempo pembayaran tagihan pemasok sedekat mungkin. “Gap” ini dalam manajemen keuangan disebut sebagai “cash conversion cycle (C2C)” sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, yaitu jumlah waktu (rata-rata) antara tanggal pihak perusahaan membayar pembelian barang dagangan (atau bahan mentah dan bahan pendukung), dengan tanggal penerimaan uang dari kegiatan penjualan produk kepada pihak konsumen6 . 4 PwC Global Working Capital Annual Review 2013. Working Capital: Opportunities Knock. How Companies Can Tap the Cheapest Source of Cash in the “New Normal”. Halaman 28. 5 Kecuali dalam industri tertentu, misalnya, penjualan makanan dan minuman, dan pasar ritel modern dimana transaksi penjualan dilakukan secara tunai (COD = Cash on Delivery), atau bahkan dalam industry e-commerce, berlaku CBD (Cash Before Delivery). 6 Berk, Jonathan; dan Peter DeMarzo. Corporate Finance. Edisi ketiga. Boston (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 26: Working Capital Management. Halaman 887.
  • 6. www.futurumcorfinan.com Page 6 Di sini kita melihat bahwa hutang dagang (trade credit) merupakan sumber pembiayaan spontan karena akun ini timbul dari kegiatan usaha normal sehari-hari perusahaan. Artinya kegiatan penjualan perusahaan akan mendorong perusahaan secara otomatis untuk melakukan kegiatan produksi dan bagian yang secara langsung terkait dengan kegiatan produksi, yaitu kegiatan pengadaan (procurement) yang umum dikenal sebagai mata rantai pasokan (supply chain), dan untuk itu, akan melakukan pemesanan dan pembelian dari pihak pemasok. Perusahaan akan sebisa mungkin mengusahakan bahwa pembelian tersebut dilakukan secara kredit, mengingat perusahaan belum melakukan proses dan kegiatan penjualan kepada pihak konsumen7 . Pembelian secara kredit akan “otomatis/spontan” memunculkan pencatatan akun Hutang Dagang8 . Jadi dari sudut pandang perusahaan, pembelian secara kredit secara tidak langsung, pihak pemasok “mendanai” kegiatan produksi perusahaan, mengingat perusahaan sebagai pihak pembeli, dapat mempergunakan terlebih dahulu barang (atau jasa) tersebut guna dijual dan memperoleh keuntungan, tanpa terlebih dahulu mesti membayar barang (atau jasa) tersebut pada saat diterima dari pihak pemasok. Interval waktu dari tanggal diterimanya barang (atau jasa) dari pihak pemasok hingga tanggal pembayaran dilakukan umum disebut sebagai “positive float”. Ia tentunya dianggap “positif” bagi kegiatan perusahaan pembeli, karena semakin lama interval waktu terkait pembayaran tersebut dilakukan, akan semakin baik.9 Filosofi secara umum adalah bahwa “pembayaran hutang dagang diusahakan baru dilakukan hingga tanggal jatuh tempo tagihan”, dengan kata lain, hutang dagang tidak boleh dibayar lebih awal dari tanggal jatuh tempo tagihan. Dengan demikian, pihak perusahaan didorong untuk melakukan negosiasi dengan pihak pemasok sedemikian rupa hingga diperoleh TOP yang terlama yang bisa diusahakan. Terdengar logis, bukan? Namun, tanpa disadari, menarik TOP terlalu lama bisa jadi pada akhirnya malah membawa konsekuensi yang kurang baik karena ada kemungkinan berakibat pihak pemasok mengalami 7 Dalam beberapa situasi, perusahaan dapat saja telah menerima uang muka atau uang cicilan dari pihak konsumen, misalnya dalam industri real estat atau properti. 8 Atau didahului akun GRIC (Goods Received not yet Invoiced) pada beberapa sistem pembukuan perusahaan. 9 Namun mesti diwaspadai penggunaan yang berlebihan atas hutang dagang, yang dalam manajemen keuangan umum disebut sebagai “overtrading”. “Overtrading” umum ditemukan pada perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan yang tinggi, yang meningkatkan kebutuhan investasi modal kerja yang tinggi pula, namun tidak diiringi dengan kenaikan sumber pembiayaan yang permanen dari pihak kreditor atau pemegang saham perusahaan, sehingga menimbulkan ketergantungan yang tinggi pada penggunaan pembelian secara kredit dari pihak pemasok dan saldo hutang dagang yang lewat jatuh tempo yang naik signifikan. Silahkan membaca http://hubpages.com/business/What-is-Overtrading-and-how-to-prevent-it, yang diakses pada tanggal 25 November 2015.
  • 7. www.futurumcorfinan.com Page 7 krisis arus kas atau krisis likuiditas. Pihak pemasok akan mengalami kesulitan untuk membeli bahan baku, mendanai kegiatan operasionalnya, menggaji tenaga kerja, dan lain-lain, yang bisa berimplikasi bahwa pihak pemasok tidak dapat lagi memasok barang (atau jasa) kepada perusahaan tersebut. Dalam perkembangannya, pihak perusahaan sebagai pihak pembeli, mulai menyadari arti pentingnya hal ini, dan melihat bahwa kesehatan keuangan perusahaan pemasok juga merupakan kepentingan perusahaan. Meningkatkan TOP yang terlalu lama dapat secara potensial mengakibatkan pihak pemasok tidak mampu bekerjasama dengan perusahaan lebih lanjut guna menjadi bagian dari manajemen persediaan atau mata rantai pengadaan perusahaan baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Survei Modal Kerja Global yang dilakukan oleh PwC menunjukan bahwa ada kecenderungan DPO (Days’ Purchase Outstanding) baik secara global di berbagai teritori dan antar industri meningkat secara bertahap dari tahun 2008-2012, yang berarti secara rata-rata TOP menjadi lebih panjang, namun tidak secara tajam meningkat10 . 10 PwC Global Working Capital Annual Review 2013. Working Capital: Opportunities Knock. How Companies Can Tap the Cheapest Source of Cash in the “New Normal”. Halaman 20 dan 21.
  • 8. www.futurumcorfinan.com Page 8 Pembahasan: Dari Sisi Pihak Perusahaan Pemasok Bagi manajemen keuangan perusahaan pemasok, apabila piutang usaha tersebut didasari kontrak atau perjanjian pembelian yang berkelanjutan, dan pihak perusahaan pembeli adalah perusahaan yang kredibel, maka perusahaan pemasok dapat mempertimbangkan pembiayaan berbasis piutang usaha sebagai berikut:  Pledging of receivable Di sini pihak pemasok memperoleh fasilitas pinjaman modal kerja dari pihak bank komersial dengan jaminan utama berupa piutang usaha. Pihak pemasok sebagai debitur bank akan menerbitkan warkat wesel bayar dengan bunga (interest-bearing notes
  • 9. www.futurumcorfinan.com Page 9 payable) yang umumnya berjangka pendek disesuaikan dengan jatuh tempo tagihan yang umumnya berkisar antara 30 – 90 hari. Kekurangan fasilitas pinjaman ini antara lain: a) Loan-value-to-collateral-value, bisa jadi akan variatif tergantung kualitas tagihan yang dijadikan pinjaman. Kalau dipersepsikan portofolio tagihan beresiko tinggi atau data historis penerimaan tagihan yang tidak teratur, maka loan-value-to- collateral-value bisa di bawah 70%. b) Rincian piutang usaha yang dijadikan jaminan akan mengalami perubahan secara rutin, sehingga pihak pemasok wajib mempunyai dokumentasi yang baik dan teratur untuk dikomunikasikan kepada pihak bank. c) Resiko penagihan tetap ada pada pihak pemasok, dimana kalau ada tagihan yang tidak dibayar, pihak pemasok tetap mesti melunasi pinjaman kepada pihak bank. Variasi dari pledging of receivable dapat juga dimana pihak pemasok menerbitkan non- interest bearing note, dimana jumlah kas yang akan diterima oleh pihak pemasok akan dipotong diskonto bank (bank discount), sehingga dikenal sebagai discounting a note payable.  Factoring of receivable Lembaga keuangan yang masuk dalam skema pembiayaan ini adalah perusahaan anjak piutang (factor), dimana bisa juga terlibat dalam pengambilan keputusan penjualan barang (atau jasa) kepada pihak pembeli tertentu. Secara tidak langsung, kalau pihak perusahaan anjak piutang terlibat sejak awal transaksi, maka ia akan mencakup juga fungsi mereview apakah suatu calon pembeli dapat diberikan penjualan barang (atau jasa) secara kredit dan berapa jangka waktu kredit tersebut. Skema pembiayaan anjak piutang dapat bersifat with recourse atau without recourse. Perjanjian with recourse akan mensyaratkan pihak pemasok untuk memberikan penggantian kepada pihak perusahaan anjak piutang apabila pihak konsumen tidak melakukan pembayaran atau wanprestasi. Sedangkan perjanjian without recourse (bisa diartikan sebagai “beli putus”), dalam hal terdapat pihak konsumen yang wanprestasi dalam pembayaran tagihan, maka resiko tersebut ditanggung oleh pihak perusahaan anjak piutang. Dalam hal ini, potongan diskon yang dikenakan atas nilai tagihan oleh
  • 10. www.futurumcorfinan.com Page 10 pihak perusahaan anjak piutang akan lebih besar. Dengan kata lain, pihak anjak piutang akan “membeli” tagihan tersebut dengan harga pembelian dibawah nilai nominal (face value) tagihan. Pembahasan: Hutang Dagang dengan Fasilitas Anjak Piutang bagi Pihak Perusahaan Pemasok Kalau kita perhatikan di atas, pembiayaan berbasis piutang usaha di atas sepenuhnya atas inisiatif pihak pemasok tanpa keterlibatan sama sekali dari pihak perusahaan yang membeli barang (atau jasa) dari perusahaan tersebut, kecuali keperluan administratif yang bersifat pemberitahuan saja. Dari pembahasan di atas, ada 2 (dua) poin penting: Pertama, pihak perusahaan pembeli barang (atau jasa) dengan tujuan C2C (gap) yang makin kecil, berkehendak dapat memperoleh TOP atas tagihan pihak pemasok selama mungkin. Perusahaan dengan jumlah nilai pembelian yang besar, atau memiliki posisi daya tawar (bargaining power) yang lebih tinggi, akan mencoba mengusahakan TOP yang lama dengan pihak pemasok. Kedua, pihak perusahaan pembeli barang (atau jasa), pada saat yang sama, menyadari bahwa, TOP yang terlalu lama dapat mengganggu dan bahkan potensial dapat mengakibatkan pihak pemasok mengalami krisis likuiditas, yang dapat mengganggu kemampuan pemenuhan barang (atau jasa) kepada pihak perusahaan pembeli baik dalam jangka menengah ataupun jangka panjang. Bagaimana cara mencapai titik temu diantara 2 (dua) poin di atas? Dalam perkembangannya, sebagaimana telah diutarakan di atas, kesehatan keuangan pihak pemasok adalah juga kepentingan pihak perusahaan pembeli, apabila ingin mempertahankan kerjasama mata rantai yang berkesinambungan dalam jangka menengah atau jangka panjang. Untuk itu, pihak perusahaan pembeli barang (atau jasa) juga berkepentingan untuk memastikan bahwa pihak pemasok mempunyai fasilitas untuk meng-anjak-piutang-kan (baca: men-tunai- kan) tagihan tersebut guna dapat memperoleh uang kas dalam taksiran waktu yang memungkinkan mereka mempertahankan likuiditas perusahaan pada level yang sehat. Di lain pihak, pihak bank komersial juga saat ini mendorong penyaluran kredit yang lebih besar, terutama dengan pihak-pihak debitur dengan kredibilitas yang tinggi. Penyaluran kredit ini tidak hanya untuk debitur terkait, tetapi ke pihak pemasok debitur itu juga. Suatu praktik yang
  • 11. www.futurumcorfinan.com Page 11 tentunya tidak terlalu baru bagi banyak kalangan pelaku usaha industri tertentu, misalnya dalam industri real estat/properti, konstruksi, manufaktur kendaraan bermotor (otomotif), infrastruktur, pertambangan, dan lain-lain. Pihak perusahaan pembeli secara aktif terlibat dalam menjembatani pemberian fasilitas anjak piutang kepada pihak pemasok, dimana yang menjadi pihak anjak piutang adalah pada umumnya, juga bank yang membiayai (banker) kegiatan bisnis perusahaan pembeli tersebut. Artinya pihak bank dari perusahaan pembeli yang sudah memberikan fasilitas pinjaman kepada pihak perusahaan pembeli, akan memperoleh akses terkait informasi atau data nilai peredaran usaha dan uang dari bisnis yang dijalankan oleh pihak perusahaan pembeli. Artinya, banker dari pihak perusahaan pembeli adalah juga pihak yang menyediakan fasilitas anjak piutang tagihan kepada pihak pemasok. Walaupun dapat dikatakan bahwa ini adalah skema anjak piutang dari sisi pihak pemasok, namun skema ini yang difasilitasi oleh pihak perusahaan pembeli dan pada umumnya menggunakan banker perusahaan tersebut, namun secara spesifik, skema ini berbeda dari transaksi anjak piutang tradisional yang umum dikenal, karena mengingat bahwa persyaratan dan kondisi dari skema ini bisa sangat variatif dan fleksibel terkait jumlah dan kapan piutang usaha dapat di-tunai-uang-kan. Yang menarik, hutang dagang yang dilengkapi dengan fasilitas anjak piutang ini bagi pihak pemasok dapat disebut sebagai “structured payables”11 . Pada saat ini tidak ada aturan yang jelas, baik dalam International Financial Reporting Standards (IFRS) maupun US GAAP, terkait bagaimana perlakuan akuntansi untuk pencatatan dan penyajian hutang dagang demikian. Pembahasan: Apakah Tetap Disajikan sebagai Akun Hutang Dagang, atau Masuk Kategori Pinjaman (Debt)? Yang menarik dari hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang ini adalah bahwa pihak perusahaan pembeli dapat turut membayar beban bunga atas hutang dagang tersebut. Artinya, pada saat pihak bank membayarkan kepada pihak pemasok, ada kemungkinan sebagai bagian dari skema tersebut, pihak bank akan membayar sesuai dengan nilai nominal (face value) tagihan, tanpa dipotong dengan diskon bank. Pihak perusahaan pembeli-lah yang lalu akan menanggung beban bunga atau beban diskon tersebut, yang wajib dibayarkan kepada pihak 11 PricewaterhouseCoopers LLP. 2015. Structured Payables – Could They be Debt?. In the Loop. November 2015
  • 12. www.futurumcorfinan.com Page 12 bank berikut dengan jumlah tagihan pada tanggal jatuh tempo tagihan, atau beberapa hari yang disepakati sesudah tanggal jatuh tempo tagihan. Kalau kita menilik isi International Accounting Standar (IAS) 1: Presentation of Financial Statements, tidak terdapat definisi yang jelas apa yang membedakan Hutang Dagang dan Pinjaman. Di sini penulis kutip beberapa bagian dari IAS 1: Information to be presented in the statement of financial position [Paragraph 54] As a minimum, the statement of financial position shall include line items that present the following amounts: …. (k) trade and other payables; (l) provisions; (m) financial liabilities (excluding amounts shown under (k) and (l)); [Paragraph 62] When an entity supplies goods or services within a clearly identifiable operating cycle, separate classification of current and non-current assets and liabilities in the statement of financial position provides useful information by distinguishing the net assets that are continuously circulating as working capital from those used in the entity’s long-term operations. It also highlights assets that are expected to be realized within the current operating cycle, and liabilities that are due for settlement within the same period. [Paragraph 68] The operating cycle of an entity is the time between the acquisition of assets for processing and their realization in cash or cash equivalents. When the entity’s normal operating cycle is not clearly identifiable, it is assumed to be twelve months. [Paragraph 69] An entity shall classify a liability as current when: a) It expects to settle the liability in its normal operating cycle; b) It holds the liability primarily for the purpose of trading; c) The liability is due to be settled within twelve months after the reporting period; or d) It does not have an unconditional right to defer settlement of the liability for at least twelve months after the reporting period. Terms of a liability that could, at the option of
  • 13. www.futurumcorfinan.com Page 13 the counterparty, result in its settlement by the issue of equity instruments do not affect its classification. An entity shall classify all other liabilities as non-current. [Paragraph 70] Some current liabilities, such as trade payables and some accruals for employee and other operating costs, are part of the working capital used in the entity’s normal operating cycle. An entity classifies such operating items as current liabilities even if they are due to be settled more than twelve months after the reporting period. The same normal operating cycle applied to the classification of an entity’s assets and liabilities. When the entity’s normal operating cycle is not clearly identifiable, it is assumed to be twelve months. IAS 1 sendiri lebih banyak membahas masalah klasifikasi item-item atau akun-akun yang masuk kategori lancar (current) dan tidak lancar (non-current)12 , dan apa yang dimaksud dengan siklus operasional yang normal. Namun demikian, tidak ditemukan definisi “modal kerja”, meskipun kriteria liabilitas lancar (current liabilities) diuraikan dalam paragraf 69 dari IAS 1. Dalam buku-buku teks akuntansi, akun hutang dagang umumnya selalu masuk dalam kelompok modal kerja (working capital)13 dan siklus operasional (operating cycle)14 , walaupun saat ini pihak akuntan lebih cenderung mempergunakan kata-kata kewajiban atau liabilitas jangka pendek atau lancar (current/short-term liabilities). Tidak ditemukan definisi terkait hutang dagang (trade accounts payable), walaupun diuraikan bahwa15 : Hutang dagang sebagai “obligations arising from the firm’s ongoing operations, including the acquisition of merchandise, materials, supplies, and services used in the production and sale of goods or services.” Current payables that are not trade accounts (such as income taxes and the current portion of long-term debt) should be reported separately from accounts payable”. 12 Fokus International Accounting Standards Board (IASB) lebih banyak kepada karakteristik yang membedakan akun Liabilitas dengan Ekuitas, yang mungkin dilihat lebih urgen untuk dibahas pada saat ini. 13 Untuk dokumentasi lengkap terkait sejarah konsep modal kerja (working capital), lihat tulisan William Huizingh berjudul “Working Capital Classification”. Ann Arbor: Bureau of Business Research, Graduate School of Business Administration, University of Michigan. 1967. 14 Penggunaan siklus operasional (operating cycle) diusulkan pertama kali oleh Anson Herrick dalam artikelnya berjudul “Current Assets and Curent Liabilities” yang dimuat dalam Journal of Accountancy. Januari 1944. Halaman 48-55. 15 Dyckman, Thomas R.; Charles J. Davis; and Roland E. Dukes. Intermediate Accounting. Edisi kelima. New York (USA): The McGraw-Hill Companies, Inc. 2001. Bab 15: Short-Term Liabilities. Halaman 717.
  • 14. www.futurumcorfinan.com Page 14 The normal operating cycle of a business is the average period of time between the expenditure of cash for goods and services and the time that those goods and services are converted back to cash. For a manufacturing company, this cash-to-cash cycle is the following sequence: cash expenditure to buy inventory, inventory converted into finished product, product sold on account, account collected in cash. [footnote number 5] Menilik US GAAP untuk aset lancar dan liabilitas lancar “cuma” memberikan contoh terkait masing-masing klasifikasi (pendekatan yang sama yang diikuti oleh IAS 1), sebagai berikut16 : Current Liabilities: a. Obligations for items which have entered into the opening cycle, such as payables incurred in the acquisition of materials and supplies to be used in the production of goods or in providing services to be offered for sale. b. Collections received in advance of the delivery of goods or performance of services. c. Debts which arise from operations directly related to the operating cycle, such as accruals for wages, salaries and commission, rentals, royalties, and income and other taxes. d. Other liabilities whose regular and ordinary liquidation is expected to occur within a relatively short period of time, usually twelve months, are also intended for inclusion, such as short-term debts arising from the acquisition of capital assets, serial maturities of long-term obligations, amounts required to be expended within one year under sinking fund provisions and agency obligations arising from the collection or acceptance of cash or other assets for the account of third persons. Operating cycle is “the average time intervening between the acquisition of materials or services…and the final cash realization”, dan Accounting Research Bulletin No. 30 menentukan bahwa satu tahun sebagai dasar klasifikasi ketika siklus operasional adalah lebih singkat dari satu tahun17 . Di sini kita lihat bahwa dalam pembahasan terkait hutang dagang yang difasilitasi di atas dengan fasilitas anjak piutang, klasifikasi lancar dan tidak lancar, serta apakah ia masuk dalam siklus operasional normal perusahaan pembeli, menjadi tidak relevan karena akun hutang dagang tersebut dengan atau tanpa fasilitas anjak piutang bagi pihak pemasok, keduanya 16 Accounting Research Bulletin No. 43. Restatement and Revision of Accounting Research Bulletins. New York (USA): American Institute of Certified Public Accountants. 1953. Paragraf 6010-6011. 17 The Committee on Accounting Procedure. Accounting Research Bulletin No. 30: Current Assets and Current Liabilities; Working Capital. New York (USA): American Institute of Accountants. Agustus 1947. Halaman 248-249.
  • 15. www.futurumcorfinan.com Page 15 masuk dalam klasifikasi lancar, karena pada umumnya pembayaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan pembeli, baik kepada pihak pemasok (dalam hal hutang dagang “normal”/”tradisional”, tanpa fasilitas anjak piutang) maupun kepada pihak bank (dalam hal hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang), keduanya dilakukan dalam siklus operasional normal perusahaan, yaitu kurang dari 12 bulan, atau keduanya memiliki tingkat likuiditas yang juga akan sama, karena jatuh tempo pembayaran, akan sama. Perbedaan yang ada adalah yang pertama dibayarkan kepada pihak pemasok (sebesar nilai nominal tagihan) dan terakhir, dibayarkan kepada pihak bank, sejumlah nilai nominal tagihan plus beban bunga anjak piutang. Dapat disimpulkan bahwa hutang dagang normal/tradisional dan hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang, kedua-dua-nya masuk dalam siklus operasional normal perusahaan (sehingga merupakan bagian dari perputaran modal kerja, dan terkait dengan tujuan perdagangan (trade), dan kedua-duanya merupakan liabilitas atau kewajiban yang bersifat legal dan kontraktual. Namun klasifikasi sebagai hutang dagang atau pinjaman akan menjadi isu yang penting untuk menghitung rasio-rasio keuangan, terkait analisa atas likuiditas dan solvensi perusahaan. Akun hutang dagang pada umumnya akan masuk dalam analisa modal kerja, seperti rasio lancar (current ratio dan quick ratio atau acid-test ratio), namun pinjaman akan dikeluarkan dari analisa modal kerja. Kalau kita melihat “nature” dari akun hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang tersebut, dapat dikatakan dia tidak jauh berbeda dengan hutang dagang normal/tradisional, walaupun dalam hal ini timbul beban bunga eksplisit. Di samping, klasifikasi ini menjadi sangat relevan dalam hal adanya perjanjian kredit dengan klausul yang mewajibkan perusahaan untuk menjaga rasio tertentu pada tingkat tertentu, yang lazim dikenal sebagai “negative pledge/covenant”. Kalau hutang dagang tersebut dikeluarkan dari rasio lancar, maka akan tampak angka rasio lancar lebih tinggi, namun rasio pinjaman-ke- ekuitas (debt-to-equity ratio) akan tinggi pula. Apabila saldo hutang dagang cukup besar, maka rasio-rasio keuangan tertentu kemungkinan sulit untuk dijaga perusahaan, dan secara teknis, dapat dikatakan perusahaan telah melanggar salah satu klausul dalam perjanjian tersebut dan kemungkinan timbul kewajiban pelunasan.
  • 16. www.futurumcorfinan.com Page 16 Pembahasan: Dari Sudut Pandang Manajemen Keuangan (Corporate Finance) Buku teks manajemen keuangan tampak lebih melihat bahwa akun hutang dagang adalah akun tanpa tingkat bunga eksplisit sedangkan akun pinjaman adalah akun dengan tingkat bunga eksplisit. Kelompok akun dengan tingkat bunga eksplisit umum disebut sebagai struktur capital atau struktur modal (capital structure) yang merupakan bagian dari struktur keuangan (financial structure). Hubungan antara struktur keuangan dan struktur kapital suatu perusahaan dapat ditunjukkan di bawah ini: Menarik yang dibahas oleh Keown, Martin and Petty terkait akun dengan tingkat bunga yang implisit dan eksplisit18 : Note that we refer to accounts payable and accrued expenses as non-interest-bearing liabilities. The reason for this is that there is no explicit interest expense associated with these liabilities. An explicit interest expense would be something like the interest you pay on a bank loan. When a firm purchases items of inventory on credit, the credit terms simply say that the amount of the purchase must be paid within a specific time interval, such as 30 days. Consequently, the supplier is providing 30 days of credit to the firm without specifying a rate of interest. The supplier is aware of the fact that it is supplying credit and surely will incorporate some interest cost in the price terms for the items. The important point, however, is that this interest is 18 Keown, Arthur J.; John D. Martin; dan J. William Petty. Foundations of Finance : The Logic and Practice of Financial Management. Edisi kedelapan. New Jersey (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 12 : Determining the Financing Mix. Halaman 394.
  • 17. www.futurumcorfinan.com Page 17 hidden and not explicitly stated, so accounts payable and accrued expenses do not give rise to interest expense to the firm. Dari paragraf di atas, walaupun ada kemungkinan nilai tagihan dari pihak pemasok sudah memasukkan unsur bunga, namun karena dalam tagihan tersebut tidak tertera tingkat bunga secara eksplisit, dan pihak perusahaan pembeli tidak memiliki kewajiban untuk membayar beban bunga kepada pihak pemasok, maka akun hutang dagang yang timbul dari tagihan pihak pemasok, dikategorikan sebagai akun tanpa bunga dan tidak masuk dalam kategori struktur kapital, berupa pinjaman. Masih terkait dengan hal di atas, jumlah kewajiban atau liabilitas biasanya sudah tetap (fixed) berdasarkan transaksi yang disepakati kedua belah pihak, dan melibatkan jumlah yang diperjanjikan dibayar di kemudian hari. Secara teori, dasar pengukuran liabilitas atau kewajiban adalah nilai tunai (cash cost, atau implicit cash cost). Namun pada umumnya, atas dasar kepraktisan, pihak perusahaan tidak berusaha menentukan nilai tunai atau nilai tunai implisit, baik dengan cara menanyakan langsung kepada pihak pemasok ataupun dengan cara menentukan nilai tagihan diskonto dengan tingkat bunga pasar yang berlaku. Pertimbangannya kalau jatuh tempo tagihan adalah relatif pendek, maka jumlah kelebihan nilai pencatatan (antara nilai pembelian tunai dengan nilai pembelian secara kredit) adalah kecil dan dapat diabaikan atas dasar konsep materialitas19 . Dengan mempertimbangkan bahwa perusahaan pembeli juga membayar beban bunga atas hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang kepada pihak bank, maka akun dengan beban bunga eksplisit, dengan sendirinya, akun tersebut akan masuk dalam struktur kapital, dan disajikan sebagai pinjaman (debt). PWC dalam artikel “Structured Payables—Could They Be Debt?”20 menguraikan beberapa pertimbangan apakah hutang dagang dengan opsi anjak piutang, lebih merupakan hutang dagang atau sebaliknya, merupakan pinjaman, sebagai berikut: 19 Dalam US GAAP, dimana tingkat bunga tidak disebutkan secara spesifik atas wesel bayar (notes payable), Accounting Principles Board Opinion No. 21: Interest on Receivables and Payables (New York (USA): American Institute of Certified Public Accountants, 1971), mewajibkan bunga untuk dihitung bagi tipe-tipe tertentu wesel tersebut. 20 PricewaterhouseCoopers LLP. 2015. In the Loop. November 2015.
  • 18. www.futurumcorfinan.com Page 18 Lebih lanjut, PWC menegaskan bahwa hadirnya persyaratan tertentu dapat memberikan petunjuk bahwa kewajiban tersebut pada prinsipnya lebih merupakan pinjaman – dan bukan hutang dagang normal/tradisional. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:  An incremental increase in the price of the goods to compensate vendors who provide extended payment terms.  The original liability being extinguished, such as when a company charges the payable balance to a credit card.  Interest accruing on the balance prior to the due date (although penalties for non- payment may be imposed after that).  The bank having the right to draw on the company’s other accounts without its permission if the designated payment account has insufficient funds, if not part of the company’s normal banking arrangement.
  • 19. www.futurumcorfinan.com Page 19  Altering the trade payable’s seniority in the company’s capital structure.  Requiring the company to post collateral on the trade payable.  Default on invoice payment under the arrangement triggering a cross-default (other than a general debt obligation cross-default). Implikasi terhadap Valuasi Dalam perhitungan valuasi suatu bisnis menggunakan pendekatan Discounted Cash Flow, kita perlu menentukan Free Cash Flow dan Cost of Capital (sebagai tingkat diskonto). Apabila hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang tersebut masuk dalam kategori pinjaman (debt), maka:  perhitungan Free Cash Flow terkait perubahan tingkat investasi modal kerja akan mengeluarkan akun hutang dagang tersebut; dan  biaya dana (cost of fund) hutang dagang tersebut pada umumnya akan diperhitungkan baik bobot dan tingkat biaya dana (dalam %) ke dalam Weighted Average Cost of Capital (biaya kapital rata-rata tertimbang), dan Pembaca bisa membaca juga artikel penulis mengenai “Apa yang termasuk sebagai komponen pinjaman dalam perhitungan weighted average cost of capital (WACC)?” Penutup Penulis akan menutup tulisan ini dengan komunikasi via email dengan Ignacio Velez-Pareja (IVP) pada bulan November 2015. Karnen: One article from PWC about structured payables (AP) raises a question as to whether structured AP is AP or Debt indeed. In your mind, what is the "real" or "substantial" difference between AP and Debt? Many textbooks will say, one is part of working capital cycle and one is not...Is this correct? This is interesting since Debt to Equity ratio will be impacted and also the WACC.
  • 20. www.futurumcorfinan.com Page 20 IVP: The issue of defining what is debt and what is not is based in two ideas:  Interest on debt  Becoming part or not of CFs I explain: if they have to pay interest on AP, probably it is right to include them as debt and affect the WACC. Even if they don't charge interest, I would include the AP as debt and affecting WACC with Kd=0. For me, that wouldn't be a problem; I would consider them as short- term debt. However, the second item is what has to be defined VERY clearly. I mean that if you consider AP with or without interest as debt, they shouldn't be included as working capital, if you use the traditional textbook recipe for estimating FCF. And what is more important, you should not include AP payments when forecasting cash flows. The case of PWC is just what is known as factoring. I, as a vendor, go to the bank and "negotiate" my invoices and you as my customer, usually you have to pay according to the terms agreed on the supply contract. To me, it is a mechanism of collecting the AP by the supplier. However, I would consider that as AP and include the payments agreed with the bank, as part of FCF (negative). Again, I will not die for considering AP as debt as long as taking care of the recipe to define FCF. THAT is the most relevant issue. Just to avoid double counting. That is all, regarding my opinion. Karnen: What that PWC questions it, is, the fact that it is the company, and not the company's supplier/vendor (who has Accounts Receivable (AR)), that arranges or negotiates "the factoring of that AR" to the company's banker. The supplier or vendor will accept it since the banker is credible, and he/she receives the collection faster, yet this is the interesting part, the factoring interest is to be paid by the company. I have seen this before, especially big companies with strong creditworthiness and the bankers are mostly international banks. So the practice is getting common when that MNC having business in developing countries.
  • 21. www.futurumcorfinan.com Page 21 IVP: Yes, it is the same analysis. My comments apply as before. The critical issue is to avoid the double counting: one when including AP in the working capital that becomes part of the FCF and the other as debt that defines WACC. Interesting that factoring is designed with the AP from suppliers. ~~~~~~ ####### ~~~~~~
  • 22. www.futurumcorfinan.com Page 22 Disclaimer This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors for specific advice. This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com © FUTURUM. All Rights Reserved