3. AGAMA (menurut Harun Nasution):
Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib
yang harus dipatuhi.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia
Mengikat dari ada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu
Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu kekuatan ghaib.
Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan ghaib
Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam
sekita manusia.
Ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang
rasul
4. PSIKOLOGI AGAMA adalah cabang
dari psikologi yang meneliti dan
menelaah kehidupan beragama pada
seseorang dan mempelajari seberapa
besar pengaruh keyakinan agama itu
dalam sikap dan tingkah laku serta
keadaan hidup pada umumnya
(Prof Dr. Zakiah Daradjat)
5.
6. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN AGAMA
A. Masa anak-anak
Perkembangan rasa keagamaan pada usia
anak-anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya terutama orang tua. Pada
masa kanak-kanak kesadaran terhadap
agama belum berkembang dengan baik.
Ciri-ciri perkembangan agama pada masa
anak-anak:
1. Bersifat egosentris
2. bersifat konkrit antropormis
3. ekspresif, inisiatif, dan
spontanitas
4. Imajinatif
7. Seorang pakar teologie, Ernest Harms, dalam bukunya The
Development of Religions on Children, membagi perkembangan
agama bagi anak-anak menjadi tiga tingkatan.
Pertama, tingkatan dongeng. Tingkatan ini dimulai pada
anak usia 3-6 tahun. Dalam fase ini, seorang anak banyak
dipengaruhi oleh fantasi dan emosional
Kedua, tingkatan kenyataan. Tingkatan ini dimulai sejak
awal masuk sekolah dasar sampai usia adolense. Pada
masa ini, ide ke-Tuhanan anak telah mencerminkan konsep
realistis. Ide keagamaan yang muncul pada anak dipacu
atas dorongan emosional yang melahirkan konsep Tuhan
8. Ketiga, tingkatan individu. Pada fase ini, si anak telah
memiliki interest emosi yang paling tinggi sejalan dengan
bertambahnya usia.
Konsep keagamaan yang individualis ini dibagi tiga
konsep dasar.
Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif
(dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi).
Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni. Hal ini dibuktikan
dengan pandangan yang bersifat perseorangan.
Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Di mana
agama telah menjadi etos humanis pada diri anak dalam
menghayati pelajaran agama.
9. Al Ghazali membagi 5 fase perkembangan anak:
1. Al-Janin
Anak dalam kandungan/pranata
2. Al-Tifl
Memperbanyak latihan dan kebiasaan
3. At Tamyiz
Anak dapat membedakan baik-buruk
4. Al-’Aql
Perkembangan akal pada tingat sempurna
5. Al-Auliya’ dan Al-Anbiya’
Akal manusia tertinggi, para nabi dan wali
11. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan
dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al Hajj: 5)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38. Berdasarkan penelitian tiga pakar pendidikan anak dari Amerika,
yakni Dr. Keith Osborn, Dr. Burton L. White, dan Prof. Dr. Benyamin
S. Bloom, tingkat intelektual otak mengalami perkembangan sebagai
berikut :
50% 30% 20%
Lahir 4 th 8 th 18 th
Tingkat perkembangan intelektual otak anak,
sejak lahir sampai usia 4 tahun mencapai 50%.
Oleh karena itu, pada masa empat tahun pertama
ini sering disebut juga sebagai Golden Age (Masa
Keemasan), karena si anak mampu menyerap
dengan cepat setiap rangsangan yang masuk.
Si anak akan mampu menghafal banyak sekali
informasi, seperti perbendaharaan kata, nada,
bunyi-bunyian, dsb. Hingga usia 8 tahun, anak
telah memiliki tingkat intelektual otak sekitar 80 %. Perkembangan
intelektual otak ini relatif berhenti dan mencapai kesempurnaannya
(100%) pada usia 18 tahun. Jadi setelah usia 18 tahun, intelektualitas
otak tidal lagi mengalami perkembangan.
39. B. Masa remaja
• Beralih dari agama masa kanak-
kanak yang diperoleh dari
lingkungan menuju agama iman
yang sifatnya sungguh personal
dan pribadi. Namun lingkungan
masih memiliki pengaruh dalam
kehidupan beragama kaum
remaja
• Pada masa remaja akhir untuk
pertama kali individu mampu
memikul tanggungjawab penuh
terhadap keyakinan agama
mereka
40. Masa remaja merupakan masa dimana dianggap
sebagai masa topan badai dan stress (Storm and
Stress). Karena mereka mereka telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri,
kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi
seorang individu yang memiliki rasa
tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing
maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki
masa depan dengan baik. (Stanley Hall, 1991)
Shalat: sujud, …
Puasa: mengendalikan nafsu, …
dst.
41.
42.
43. C. Masa dewasa
• Menerima kebenaran agama berdasarkan
pertimbangan pemikiran yang matang tidak hanya
ikut-ikutan
• Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-
norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam
sikap dan tingkahlaku
• Bersikap positif terhadap ajaran agama dan
berusaha untuk memperdalam pemahaman agama
• Bersikap lebih terbuka dan realistis terhadap ajaran
agama
• Terlihat adanya hubungan antara sikap
keberagamaan dengan kehidupan sosial
44. • Kehidupan
beragama
mencapai tingkat
kemantapan
• Perasaan takut akan
kematian berdampak
• Cenderung lebih pada pembentukan
mudah menerima sikap keagamaan
pendapat dan kepercayaan
keagamaan terhadap adanya
kehidupan akherat
45. Unsur materi,
berasal dari
tanah
Nafs al
Hakekat muthma’innah / Qalb
manusia
Unsur immateri,
Nafs al lawwamah /’Aql
dinamakan
ruh/nafs
Nafs laammaratun bi al
su’ / Hawa
46. agama
Memberi petunjuk
qalb + ‘aql
mengendalikan
sehat
=
Qalb,
hawa
Pribadi
‘aql, membentuk
hawa
hawa
tidak sehat menguasai
=
qalb + ‘aql
47. Taubah
:ال أعلمكم مادواؤكم وداؤكم ؟ قالوا
بلى يا رسول اقف . فقال: داؤكم
الذنوب ودواؤكم التوبة
Bukankah aku telah mengajarimu apa yang disebut obat (psikoterapi) dan penyakit
(psikopatologi) ?. Mereka menjawab: Tentu ya Rasulallah . Beliau bersabda:
Puasa Berpuasalah niscaya kamu sehat : صـومـوا تـصـحـوا
Penyakit itu adalah dosa, sedang obatnya adalah tobat.
Muhasabah حاسبوا انفسكم قبل تحاسبوا
Evaluasilah diri kalian sebelum kalian dievaluasi
Dzikrullah الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذكرا ال بذكر
ا تطمئن القلوب
Orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan
dzikrullah. Ingatlah, dengan dzikrullah hati menjadi tenteram
48. Agama dalam Pandangan Psikolog
• Impian manusia yang mendalam
adalah menjadi mahakuasa (libido)
• Kenyataannya dunia penuh penyakit
dan maut. Ini mendatangkan frustasi
karena ketidakberdayaan manusia.
• Orang dewasa mulai bersikap seperti
anak kecil yang berupaya
mempengaruhi orang tuanya (dengan
senyum, tangis, bujukan, rengekan,
Sigmund Freud protes, memohon…)
• Agama sebagai • Manusia membayangkan ortu Super
gejala psikis (Tuhan, dewata dll) yang dapat
(neurosis) yang memelihara, melindungi,
tidak sehat mengampuni, membantu (bila perlu
dengan mujizat)
• Tuhan
merupakan
proyeksi Ortu-
Super
49. Agama dalam Pandangan Psikolog
• Manusia pada umumnya
menderita neurosis karena
kebingungan menemukan
makna hidup, terutama
berhadapan dengan kematian.
• Pertanyaan yang penting itu
tidak bisa dijawab oleh ilmu
Carl Gustav Jung pengetahuan, tetapi oleh agama.
• Agama • Jung memasukkan unsur agama
Penyembuh dalam terapinya.
orang yang
neurosis
50. Iman yang universal:
Perkembangan Iman Pemberian makna
kehidupan
Iman yang Konjungtif:
Hasil renungan dalam
Interaksi dengan orang lain
Refleksif Individuatif:
Iman “milik sendiri”
Iman yang logis
Sintetis Konvensional:
Ada Perhatian pada
Hubungan antar pribadi
James Fowler
• Iman (agama) Mitis Literal:
Dongeng dan cerita
bersifat aktif dan Sebagai makna
dinamis
Proyektif Intuitif:
Ortu sbg proyeksi