SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
IKOMATUSSUNIAH, SH., MH
FH UNTIRTA
2012

HUKUM KEPARIWISATAAN
PENGERTIAN KEPARIWISATAAN
(UU NO 10/2009)

 wisata: perjalanan orang ke suatu tujuan yang
  dilakukan seorang atau berkelompok
 pariwisata: berbagai macam kegiatan
  pariwisata didukung berbagai fasilitas serta
  layanan yang disediakan oleh masyarakat
  pengusaha, pemerintah dan pemda
 industri pariwisata, antara lainnya sebagai
  kumpulan dari macam-macam perusahaan
  yang secara bersama menghasilkan barang-
  barang dan jasa-jasa (goods and service)
  yang dibutuhkan para wisatawan pada
  khususnya dan traveler pada umumnya,
  selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985,
  p.9).
 industri pariwisata adalah suatu susunan
  organisasi, baik pemerintah maupun swasta
  yang terkait dalam pengembangan, produksi
  dan pemasaran produk suatu layanan yang
  memenuhi kebutuhan dari orang yang
  sedang bepergian. (Kusudianto, 1996, p.11)
 Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
  berhubungan dengan penyelenggaraan
  pariwisata (Yoeti, 1997, p.194).
 merupakan suatu kegiatan perjalanan atau
  sebagian dari kegiatan tersebut yang
  dilakukan secara sukarela serta bersifat
  sementara untuk menikmati obyek dan daya
  tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah
  orang yang melakukan kegiatan wisata
 Sedangkan wisatawan adalah orang yang
  melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an
  integrated system and can be viewed in terms of
  demand and supply. The demand is made up of
  domestic and international tourist market. The
  supply is comprised of transportations, tourist
  attractions and activities, tourist facilities,
  services and related infrastructure, and
  information and promotion. Visitors are defined
  as tourist and the remainder as same-day
  visitors”.
 Pada garis besarnya, definisi tersebut
  menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki
  arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh
  faktor permintaan dan faktor ketersediaan.
  Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar
  wisatawan domestik dan mancanegara.
  Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh
  transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya,
  fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana
  terkait serta informasi dan promosi.
 Menurut definisi yang luas pariwisata adalah
  perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
  bersifat sementara, dilakukan perorangan
  maupun kelompok, sebagai usaha mencari
  keseimbangan atau keserasian dan
  kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
  dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
 Dalam kesimpulannya pariwisata adalah
  keseluruhan fenomena (gejala) dan
  hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh
  perjalanan dan persinggahan manusia di luar
  tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan
  untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan
  dengan pekerjaan-pekerjaan yang
  menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan
  Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)
 kepariwisataan: keseluruhan kegiatan yg
  terkait dengan pariwisata dan bersifat
  multidimensi serta multi disiplin yang muncul
  sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
  negara serta interaksi antara wisatawan,
  pemerintah, pengusaha dan pemda
LINGKUP PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN
A. industri pariwisata: daya saing produk,
   kedibilitas bisnis, dst
B. destinasi pariwisata: pemberdayaan
   masyarakat, pemberdayaan daya tarik wisata,
   pemberdayaan prasarana, penyediaan fasilitas
   umum, dst
C. pemasaran: promosi secara terpadu &
   berkesinambungan dengan melibatkan seluruh
   stakeholder
D. kelembagaan pariwisata: organisasi
   pemerintah, pemda, swasta, masyarakat
   regulasi, sumber daya, dst
KONSEP

a. waktu luang: waktu yg tersisa setelah
   kebutuhan dasar terpenuhi
b. rekreasi: kegiatan saat waktu luang,
   jenisnya: rumahan, harian, pelancongan
   (sehari penuh) dan wisata (lebih dari 24jam)
SISTEM KEPARIWISATAAN

A. wisatawan: pihak yg melakukan kegiatan
   pariwisata
B. dunia usaha: penyedia fasilitas penunjang
   pemerintah: menciptakan kesejahteraan
   melalui kepariwisataan. pemberi surat2 izin
C. masyarakat: penduduk setempat yg tinggal
   di suatu daerah tujuan wisata. secara
   langsung menerima dampak kegiatan
   kepariwisataan
PRASARANA KEPARIWISATAAN

 prasarana perhubungan
 isntalasi listrik dan air bersih
 instalasi bahan bakar
 perairan dan irigasi
 perbankan dan moneter
 pelayanan pos dan telekomunikasi
 pelayanan kesehatan, keamanan dan
  pendidikan
sarana kepariwisataan/main tourism
  superstructures. sangat bergantung kepada
  aurs kedatangan orang yg melakukan
  perjalanan wisata
A. obyek daya tarik wisata
B. travel agent & tour operator
C. angkutan wisata
D. Akomodasi
E. bar, rumah makan & restoran
 wisatawan: mereka yg mengadakan
  perjalanan untuk senang2, mengunjungi
  keluarga, pertemuan karena tugas tertentu
  (tugas negara, diplomasi, agama, olahraga),
  untuk usaha, mengikuti perjalanan kapal laut
  (meski kurang dari 24 jam)
 bukan wisatawan: berkunjung untuk mencari
  kerja, mencari tempat tinggal, penduduk
  perbatasan, numpang lewat
KLASIFIKASI WISATAWAN

A. resident: tinggal lebih dari 12 bulan atau jika
   kurang, ingin kembali lagi kurang dari 12 bulan
   tourist/overnight visitor: pengunjung masih
   dalam suatu negara dan menginap paling tidak
   semalam
B. visitor/wisnus:/ tinggal di suatu negara,
   melakukan perjalanan masih dalam negaranya
   dengan tujuan tidak mencari nafkah dan tidak
   lebih dari 12 bulan selama di tempat tersebut
C. same-day visitor: tidak meninap
JENIS WISATAWAN

A. foreign tourist: orang dari negara lain
B. domestic foreign tourist: bertempat tinggal
   di negara lain karena tugas, lalu berwisata
C. domescit tourist: tidak keluar batas negara
D. indegenus foreign tourist: WN tertentu yg
   karena tugas pulang ke negara asal dan
   berwisata di ‘kampung’nya
PRODUK WISATA
 Burkat & Medlik: produk wisata dapat merupakan suatu
  susunan produk yg terpadu yg terdiri dari obyek & daya
  tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan (tiap
  unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing2
  perusahaan dan ditawarkan secara terpisah)
  Medlik & Middleton: produk wisata terdiri dari suatu paket
  yg satu sama lainnya tidak terpisah serta memenuhi
  kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat
  tinggalnya, sampai ke tempat tujuannya dan kembali lagi
  ke tempat asalnya
  3 unsur produk wisata:
A. attraction/atraksi,
B. amenities/fasilitas dan
C. accessibilities/kemudahan
CIRI2 PRODUK WISATA

 tidak dapat dipindahkan
 tidak perlu perantara untuk mencapai kepuasan
 tidak dapat ditimbun/disimpan
 sangat dipengaruhi faktor non ekonomis
 tidak dapat dicicip
 sangat tergantung pada faktor manusia
 memiliki resiko tinggi di investasi
 tidak punya standar objektif dalam menilai mutu
  produk
UNSUR PRODUK WISATA YG
MEMBENTUK PAKET PARIWISATA
   obyek & daya tarik wisata
   travel agent & tour operator
   perusahaan angkutan
   pelayanan akomodasi, restoran, rekreasi &
    hiburan
   travel agent & tour operator lokal
   jasa transportasi lokal
   jasa souvenir
   jasa perusahaan pendukung
 produk wisata: bentukan yg nyata dan tidak
  nyata, dikemas dalam suatu kesatuan
  rangkaian perjalanan yg hanya dapat
  dinikmati apabila seluruh rangkaian
  perjalanan tersebut dapat memberikan
  pengalaman yg baik bagi orang yg
  melakukan perjalanan tersebut
TIPOLOGI

A. alam: pantai, gua, sungai, danau, hutan dll
B. buatan manusia: umum (situs arkeologi,
   peninggalan sejarah).
C. pariwisata (resort wisata, taman), tidak
   dapat disimpan
D. kegiatan khusus: pekan olahraga, festival
   budaya, pekan raya, dagang
Objek Wisata

a. Wisata alam
b. Wisata belanja
c. Wisata budaya
d. Wisata keagamaan
Regulasi Visa

 Pada 1 Februari 2004, Indonesia meluncurkan
  kebijakan yang memperketat regulasi visa.
  Walaupun visa turis gratis dan berlaku selama
  60 hari, wisatawan dari berbagai negara kini
  diwajibkan untuk membeli satu dari dua Visa
  On Arrival (VOA): US$15 yang berlaku untuk
  10 hari atau US$25 untuk 30 hari
Nama Kementrian
 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-
    sekarang)
   Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar)
    (2009-2011)
   Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar)
    (2005-2009)
   Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata
    (Kemenegbudpar) (2001-2005)
   Kementerian Negara Pariwisata dan Kesenian
    (Kemengparsen) (1999-2001)
   Kementerian Negara Pariwisata, Seni, dan Budaya
    (Kemenegparsenbud) (1998-1999)
   Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya (Depparsenbud)
    (1998)
   Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi
    (Depparpostel) (1983-1998)
 Negara - negara yang termasuk dalam kebijakan
  ketat ini antara
  lain:Argentina,Australia, Brazil, Kanada, Denmar
  k, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Italia, J
  epang, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Afrika
  Selatan, Swiss, Taiwan, Uni Emirat Arab, Amerika
  Serikat dan Britania Raya.[60] Pada 14 Juli 2004,
  Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
  Indonesia menambah daftar negara untuk VOA
  diantaranya Iran, Arab
  Saudi, Kuwait, Belgia, Spanyol, Portugal, Rusia,
  Mesir, Austria, Irlandia, Qatar dan Luxemburg
 Pembangunan kepariwisataan di Indonesia
 dapat ditingkatkan hasilnya dengan
 pemberdayaan hukum melalui perubahan
 hukum positif (lus Constitutum) secara
 konseptual. Ketertinggalan (Lag) dan
 kesenjangan serta hukum tidak efektif (Soft
 Development) dalam penyelenggaraan
 kepariwisataan secara empirik menjadi dasar
 perubahan hukum.
 Konsep politik hukum nasional menjadi dasar
  panduan untuk melakkan perubahan hukum
  yang dimaksud, menghasilkan konsep hukum
  kepariwisataan modern yang mampu
  mengantisipasi paradigma otonomi daerah dan
  globalisasi tersebut ialah hukum yang mengatur
  upaya-upaya yang dilakukan untuk melayani/
  memenuhi kebutuhan wisatawan sejak datang
  dari daerah asal wisatawan (DAW) hingga
  destinasi (DTW) dan kembali ke daerah asal,
  dengan tujuan agar wisatawan dapat menikmati
  tujuan dari kunjungannya itu.
HUKUM BISNIS PARIWISATA

 BISNIS PARIWISATA
 KEGIATAN KEPARIWISATAAN MERUPAKAN
 SISTEM PERDAGANGAN YANG BERSIFAT
 KHUSUS, BEROBYEK JASA DAN MENDAPAT
 DUKUNGAN DARI SISTEM LAINNYA.
 BISNIS PARIWISATA ADALAH ASPEK KEGIATAN
  KEPARIWISATAAN YANG BERORIENTASI PADA
  PENYEDIAAN JASA PARIWISATA. BISNIS
  PARIWISATA MELIPUTI SELURUH KEGIATAN
  PENYEDIAAN JASA (SERVICES) YANG
  DIBUTUHKAN WISATAWAN. KEGIATAN INI
  MELIPUTI JASA PERJALANAN (TRAVEL) DAN
  TRANPORTASI (TRANPORTATION),
  PENGINAPAN (ACCOMODATION), JASA BOGA
  (RESTAURANT), REKREASI (RECREATION).
  MONEY CHANNGER DAN JASA HIBURAN.
 SIFAT KHAS PERDAGANGAN JASA
 PARIWISATA TERLETAK PADA SIFAT DAN
 BENTUK OBYEKNYA, YAITU JASA.
 KARAKTERISTIK LAINNYA TERLETAK PADA
 POSISI JASA PARIWISATA SEBAGAI OBYEK
 HUKUM. BISNIS PARIWISATA MERUPAKAN
 SISTEM TERSENDIRI YANG MEMBUTUHKAN
 SISTEM HUKUM SUI GENERIS YAITU SISTEM
 KHUSUS SESUAI DENGAN KARAKTER
 OBJEKNYA.
 TRADISI HUKUM DALAM KEGIATAN BISNIS
 PARIWISATA
  COMMON LAW SYSTEM; MAIL BOX THEORY

  CIVIL LAW SYSTEM; ARRIVAL THEORY
 HUKUM BISNIS PARIWISATA
 ADALAH   PERANGKAT   KAIDAH,   AZAS-AZAS,
   KETENTUAN, INSTITUSI DAN MEKANISMENYA,
   NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL, YANG
   DIGUNAKAN    SEBAGAI   DASAR     UNTUK
   MENGATUR PERDAGANGAN JASA PARIWISATA
 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
 BISNIS PARIWISATA:
  UU KEPARIWISATAAN; UU NO. 10/ 2009
  UU PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING
   THE WORLD TRADE ORGANIZATION, UU
   NO.7/1994 DIMANA TERCAKUP DIDALAMNYA
   GATS
  PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERLETAK
   PADA BIDANG HUKUM LAINNYA
 PERMODALAN
  MODAL WNI

  MODAL ASING ATAU MODAL DALAM NEGERI

  MODAL ASING DAN MODAL DALAM NEGERI

  (JOIN VENTURE)
 PRINSIP-PRINSIP GATS
     MOST FAVOURED NATION TREATMENT
     TRANSPARANSI
     PERLAKUAN KHUSUS UNTUK NEGARA BERKEMBANG
     KERJASAMA DENGAN NEGARA BUKAN ANGGOTA
     KETENTUAN DOMESTIK
     STANDAR
     MONOPOLI
     HAMBATAN
     PENGECUALIAN UMUM
     AKSES PASAR
     KOMITMEN INDONESIA UNTUK GATS DIBIDANG
      PARIWISATA
 PENYELEDAIAN SENGKETA BISNIS
   MANAJEMEN SENGKETA BISNIS
   A. PENCEGAHAN (PREVENTION) MELALUI DESAIN
   BISNIS DAN BERKONTRAK DENGAN CERMAT
   B. SETTELMENT (PENYELESAIAN) MELALUI
   PENEMPATAN LITIGASI (PENGADILAN) DAN
   LEMBAGA-LEMBAGA NON LITIGASI ATAU
   LEMBAGA-LEMBAGA ALTERNATIF SEPERTI
   KONSULTASI , MEDIASI, KONSILIASI DAN ATRIBASE,
   TETAPI TETAP SALURAN ALTERNATIF BARU
   KEMUDIAN LITIGASI.
 BADAN PENYELESAIAN SENGKETA (DIPUTE
  SETTELMENT BODY) MENYELESAIKAN
 SENGKETA MELALUI MEKANISME:
 1. CONSULTATION
 2. GOOD OFFICES, CONSOLIDATION AND
 MEDIATION
 3. PANELS
 4. APELLATE
 5. COMPENSATION
ASPEK HUKUM INVESTASI KEGIATAN
BISNIS PARIWISATA
 UU PENANAMAN MODAL UU NO 25 TAHUN
  2007
 Penanaman modal adalah segala bentuk
  kegiatan menanam modal, baik oleh
  penanam modal dalam negeri maupun
  penanam modal asing untuk melakukan
  usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
  (PASAL 1 A.1)
 Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan
  menanam modal untuk melakukan usaha di
  wilayah negara Republik Indonesia yang
  dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
  dengan menggunakan modal dalam negeri.
 Penanaman modal asing adalah kegiatan
  menanam modal untuk melakukan usaha di
  wilayah negara Republik Indonesia yang
  dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
  menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
  yang berpatungan dengan penanam modal
  dalam negeri.
 INVESTASI ATAU INVESTMEN (PENANAMAN
  MODAL ) MERUPAKAN KONSEP EKONOMI
 PADA UMUMNYA BERINTIKAN TINDAKAN YAN
 GMENGAOLKASIKAN SUMBER-SUMBER YANG
 DIDASARKAN PADA ANALISIS BAHWA
 ALOKASI TERSEBUT AKAN MENDATANGKAN
 HASIL YANG MEMUASKAN. HASIL ANALISIS
 DITUANGKAN DALAM SUATU RENCANA DAN
 PROYEKSI-PROYEKSI SESUAI TINGKATANNYA.
 JENIS INVESTASI BERDASARKAN ASPEK

 PELAKUNYA:

  AUTONOMOUS INVESTMENT

  INDUCED INVESTMENT
 POKOK-POKOK HUKUM INVESTASI
 KEPARIWISATAAN:
  ASAS PADA PASAL 2 UU NO 10/2009

  FUNGSI PASAL 3

  TUJUAN PASAL 4

  USAHA PARIWISATA PASAL 14
 HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
  PENANAMAN MODAL
 Pasal 14
Setiap penanaman modal berhak mendapat :
  a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
  b. informasi yang terbuka mengenai bidang
  usaha yang dijalankannya;
  c. hak pelayanan; dan
  d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
  dengan ketentuan peraturan perundang -
  undangan
 Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban :
  a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang
  baik;
  b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan;
   c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman
  modal dan menyampaikannya kepada Badan
  Koordinasi Penanaman Modal.
   d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar
  lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan
  e. mematuhi semua ketentuan peraturan
  perundangundangan.
 Pasal 16
   Setiap penanam modal bertanggung jawab :
   a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber
  yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
  perundang-undangan;
   b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan
  kerugian jika penanam modal menghentikan atau
  meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya
  secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
  perundang-undangan;
  c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat,
  mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan
  negara;
  d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
  e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
  kesejahteraan pekerja; dan
  f. mematuhi semua ketentuan peraturan
  perundangundangan.
 FASILITAS PENANAMAN MODAL
 Pasal 18
 (1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada
    penanam
   modal yang melakukan penanaman modal.
   (2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana
    dimaksud
   pada ayat (1) dapat diberikan kepada penanaman
   modal yang :
   a. melakukan peluasan usaha; atau
   b. melakukan penanaman modal baru.
(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas
 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang
    sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut
    ini :
 a. menyerap banyak tenaga kerja;
 b. termasuk skala prioritas tinggi;
 c. termasuk pembangunan infrastruktur;
 d. melakukan alih teknologi;
 e. melakukan industri pionir;
 f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daeraH
    perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;
 g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
 h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan
    inovasi;
 i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah,atau
    koperasi; atau
 j. industri yang menggunakan barang modal atau
 mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam Negeri.
   (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman
   modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
   ayat (3) dapat berupa :
   a. pajak penghasilan melalui pengurangan
   penghasilan netto sampai tingkat tertentu
   terhadap jumlah penanaman modal yang
   dilakukan dalam waktu tertentu;
   b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas
   impor barang modal, mesin, atau peralatan
   untuk keperluan produksi yang belum dapat
   diproduksi di dalam negeri;
   (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman
   modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
   ayat (3) dapat berupa :
   a. pajak penghasilan melalui pengurangan
   penghasilan netto sampai tingkat tertentu
   terhadap jumlah penanaman modal yang
   dilakukan dalam waktu tertentu;
   b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas
   impor barang modal, mesin, atau peralatan
   untuk keperluan produksi yang belum dapat
   diproduksi di dalam negeri;
 (5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan
  badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat
  diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan
  industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan
  yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang
  tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki
  nilai strategis bagi perekonomian nasional.
 (6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yanG
  melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya,
  dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau
  pembebasan bea masuk.
 (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas
  fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai
 dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri
  Keuangan.
 Pasal 19
 Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
  18 ayat (4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan
  kebijakan industri nasional yang ditetapkan
  ole h Pemerintah.
 Pasal 20
 Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
  18 tidak berlaku bagi penanaman modal
  asing yang tidak berbentuk perseroan
  terbatas.
 Pasal 21
 Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam
  Pasal 18,
 Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan
  dan/atau perizinan kepada perusahaan
  penanaman modal untuk memperoleh :
  a. hak atas tanah;
  b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan
  c. fasilitas perizinan impor.
ASPEK HUKUM PERTANAHAN DALAM
BISNIS PARIWISATA
 Pasal 22 UU No.25/2007
 (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak
  atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
  huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka
  sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas
  permohonan penanam modal, berupa:
  a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah
  95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat
  diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus
  selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui
  selama 35 (tiga puluh lima) tahun
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan
jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara
dapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan
dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun;
dan
c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70
(tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan
dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45
(empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui
selama 25 (dua puluh lima) tahun
 (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada
  ayat
 (1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka
 sekaligus untuk kegiatan penanaman modal,
 dengan persyaratan antara lain:
 a. Penanaman modal yang dilakukan dalam
  jangka
 panjang dan terkait dengan perubahan struktur
 perekonomian Indonesia yang lebih berdaya
 saing;
 b. Penanaman modal dengan tingkat risiko
  penanaman modal yang memerlukan
  pengembalian modal dalam jangka panjang
  sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal
  yang dilakukan ;
  c. Penanaman modal yang tidak memerlukan
  area yang luas;
   d. Penanaman modal dengan menggunakan hak
  atas tanah negara; dan
  e. Penanaman modal yang tidak mengganggu
  rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan
  kepentingan umum.
 (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan
  evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan
  dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan
  pemberian hak.

   (4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang
  diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui
  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
  dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika
  perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah,
  merugikan kepentingan umum, menggunakan atau
  memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan
  tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar
  ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
  pertanahan.

More Related Content

What's hot

2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan
2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan
2. Geografi Pariwisata - Pengantar PerkuliahanIrwan Haribudiman
 
02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataan02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataanEko Efendi
 
Promosi Wisata berbasis IT 22.pptx
Promosi Wisata berbasis IT 22.pptxPromosi Wisata berbasis IT 22.pptx
Promosi Wisata berbasis IT 22.pptxSri Hadi
 
Analisis pasar dan pemasaran pariwisata
Analisis pasar dan pemasaran pariwisataAnalisis pasar dan pemasaran pariwisata
Analisis pasar dan pemasaran pariwisataAgrifina Nathania
 
M08 Dampak Pariwisata
M08 Dampak PariwisataM08 Dampak Pariwisata
M08 Dampak PariwisataSapto Siswoyo
 
I. segmentasi pasar pariwisata
I. segmentasi pasar pariwisataI. segmentasi pasar pariwisata
I. segmentasi pasar pariwisataFX Setiyo Wibowo
 
contoh cara menghitung harga paket wisata
contoh cara menghitung harga paket wisatacontoh cara menghitung harga paket wisata
contoh cara menghitung harga paket wisataNur Agustin Mufarokhah
 
Arah Kebijakan - Kemenparekraf
Arah Kebijakan - KemenparekrafArah Kebijakan - Kemenparekraf
Arah Kebijakan - KemenparekrafECPAT Indonesia
 
Model Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata BerkelanjutanModel Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata BerkelanjutanTogar Simatupang
 
Pengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di IndonesiaPengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di IndonesiaYani Adriani
 
Manajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan Wisata
Manajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan WisataManajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan Wisata
Manajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan WisataRafaella Matitaputty
 
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanMotivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanAde Ela Pratiwi
 

What's hot (20)

KEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAANKEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAAN
 
01 sesi 1-sejarah kepariwisataan
01 sesi 1-sejarah kepariwisataan01 sesi 1-sejarah kepariwisataan
01 sesi 1-sejarah kepariwisataan
 
2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan
2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan
2. Geografi Pariwisata - Pengantar Perkuliahan
 
Konsep Ekowisata
Konsep EkowisataKonsep Ekowisata
Konsep Ekowisata
 
DAYA TARIK WISATA
DAYA TARIK WISATADAYA TARIK WISATA
DAYA TARIK WISATA
 
Homestay 2018
Homestay 2018Homestay 2018
Homestay 2018
 
02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataan02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataan
 
Promosi Wisata berbasis IT 22.pptx
Promosi Wisata berbasis IT 22.pptxPromosi Wisata berbasis IT 22.pptx
Promosi Wisata berbasis IT 22.pptx
 
1 Bisnis Pariwisata.ppt
1 Bisnis Pariwisata.ppt1 Bisnis Pariwisata.ppt
1 Bisnis Pariwisata.ppt
 
Analisis pasar dan pemasaran pariwisata
Analisis pasar dan pemasaran pariwisataAnalisis pasar dan pemasaran pariwisata
Analisis pasar dan pemasaran pariwisata
 
M08 Dampak Pariwisata
M08 Dampak PariwisataM08 Dampak Pariwisata
M08 Dampak Pariwisata
 
I. segmentasi pasar pariwisata
I. segmentasi pasar pariwisataI. segmentasi pasar pariwisata
I. segmentasi pasar pariwisata
 
contoh cara menghitung harga paket wisata
contoh cara menghitung harga paket wisatacontoh cara menghitung harga paket wisata
contoh cara menghitung harga paket wisata
 
Arah Kebijakan - Kemenparekraf
Arah Kebijakan - KemenparekrafArah Kebijakan - Kemenparekraf
Arah Kebijakan - Kemenparekraf
 
Model Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata BerkelanjutanModel Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
 
Pengembangan Eko Wisata
Pengembangan Eko WisataPengembangan Eko Wisata
Pengembangan Eko Wisata
 
Pengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di IndonesiaPengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
 
Manajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan Wisata
Manajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan WisataManajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan Wisata
Manajemen Pariwisata dan Biro Perjalanan Wisata
 
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanMotivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
 
Pengantar Kepariwisataan
Pengantar KepariwisataanPengantar Kepariwisataan
Pengantar Kepariwisataan
 

Similar to Hukum kepariwisataan

PRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS
PRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITASPRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS
PRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITASdewigita16
 
Sap 1 ak hotel fix
Sap 1 ak hotel fixSap 1 ak hotel fix
Sap 1 ak hotel fixpritawanda
 
Makalah pariwisata
Makalah pariwisataMakalah pariwisata
Makalah pariwisataagus chasani
 
Makalah perkembangan keparawisataan di kuningan
Makalah perkembangan keparawisataan di kuninganMakalah perkembangan keparawisataan di kuningan
Makalah perkembangan keparawisataan di kuninganSeptian Muna Barakati
 
MANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptx
MANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptxMANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptx
MANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptxErinNurPutriani1
 
Sukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis PariwisataSukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis PariwisataNoersal Samad
 
Tour panning process
Tour panning processTour panning process
Tour panning processHartokoEdo
 
Materi strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slide
Materi strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slideMateri strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slide
Materi strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slideTravalink Bdo
 
Sesi 2 Industri pariwisata
Sesi 2 Industri pariwisataSesi 2 Industri pariwisata
Sesi 2 Industri pariwisataDedy Wijayanto
 
Materi Tentang Pengantar Pemasaran Pariwisata
Materi Tentang Pengantar Pemasaran PariwisataMateri Tentang Pengantar Pemasaran Pariwisata
Materi Tentang Pengantar Pemasaran Pariwisatalutfhikhuddus
 
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025Anindya Kenyo Larasti
 
Perhotelan modul 1 kb 1
Perhotelan modul 1 kb 1Perhotelan modul 1 kb 1
Perhotelan modul 1 kb 1Asep Wahyudin
 
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluanGeografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluanReiza Miftah
 
Digital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptxDigital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptxssuserd99934
 
Uu tentang kepariwisataan penjelasan
Uu tentang kepariwisataan   penjelasanUu tentang kepariwisataan   penjelasan
Uu tentang kepariwisataan penjelasanFitri Indra Wardhono
 
Dokumen 19-39
Dokumen 19-39Dokumen 19-39
Dokumen 19-39winda fe
 

Similar to Hukum kepariwisataan (20)

PRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS
PRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITASPRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS
PRODUK PARIWISATA (3A) ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS
 
Sap 1 ak hotel fix
Sap 1 ak hotel fixSap 1 ak hotel fix
Sap 1 ak hotel fix
 
Pembekalan dimas di ajeng
Pembekalan dimas di ajengPembekalan dimas di ajeng
Pembekalan dimas di ajeng
 
pertemuan 1
pertemuan 1pertemuan 1
pertemuan 1
 
Makalah pariwisata
Makalah pariwisataMakalah pariwisata
Makalah pariwisata
 
Makalah perkembangan keparawisataan di kuningan
Makalah perkembangan keparawisataan di kuninganMakalah perkembangan keparawisataan di kuningan
Makalah perkembangan keparawisataan di kuningan
 
MANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptx
MANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptxMANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptx
MANAJEMEN PERJALANAN WISATA RELIGI ke 1 (Erin N.P).pptx
 
Sukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis PariwisataSukses Mengelola Bisnis Pariwisata
Sukses Mengelola Bisnis Pariwisata
 
Tour panning process
Tour panning processTour panning process
Tour panning process
 
Materi strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slide
Materi strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slideMateri strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slide
Materi strategi teknik pengelolaan & pengemasan inbound dom tour jabar slide
 
Sesi 2 Industri pariwisata
Sesi 2 Industri pariwisataSesi 2 Industri pariwisata
Sesi 2 Industri pariwisata
 
Materi Tentang Pengantar Pemasaran Pariwisata
Materi Tentang Pengantar Pemasaran PariwisataMateri Tentang Pengantar Pemasaran Pariwisata
Materi Tentang Pengantar Pemasaran Pariwisata
 
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
 
Perhotelan modul 1 kb 1
Perhotelan modul 1 kb 1Perhotelan modul 1 kb 1
Perhotelan modul 1 kb 1
 
1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf
 
pertemuan 2
pertemuan 2pertemuan 2
pertemuan 2
 
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluanGeografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluan
 
Digital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptxDigital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptx
 
Uu tentang kepariwisataan penjelasan
Uu tentang kepariwisataan   penjelasanUu tentang kepariwisataan   penjelasan
Uu tentang kepariwisataan penjelasan
 
Dokumen 19-39
Dokumen 19-39Dokumen 19-39
Dokumen 19-39
 

Hukum kepariwisataan

  • 1. IKOMATUSSUNIAH, SH., MH FH UNTIRTA 2012 HUKUM KEPARIWISATAAN
  • 2. PENGERTIAN KEPARIWISATAAN (UU NO 10/2009)  wisata: perjalanan orang ke suatu tujuan yang dilakukan seorang atau berkelompok  pariwisata: berbagai macam kegiatan pariwisata didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat pengusaha, pemerintah dan pemda
  • 3.  industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang- barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985, p.9).
  • 4.  industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto, 1996, p.11)
  • 5.  Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194).  merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata
  • 6.  Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
  • 7.  Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.
  • 8.  Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
  • 9.  Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)
  • 10.  kepariwisataan: keseluruhan kegiatan yg terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, pengusaha dan pemda
  • 11. LINGKUP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN A. industri pariwisata: daya saing produk, kedibilitas bisnis, dst B. destinasi pariwisata: pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan daya tarik wisata, pemberdayaan prasarana, penyediaan fasilitas umum, dst C. pemasaran: promosi secara terpadu & berkesinambungan dengan melibatkan seluruh stakeholder D. kelembagaan pariwisata: organisasi pemerintah, pemda, swasta, masyarakat regulasi, sumber daya, dst
  • 12. KONSEP a. waktu luang: waktu yg tersisa setelah kebutuhan dasar terpenuhi b. rekreasi: kegiatan saat waktu luang, jenisnya: rumahan, harian, pelancongan (sehari penuh) dan wisata (lebih dari 24jam)
  • 13. SISTEM KEPARIWISATAAN A. wisatawan: pihak yg melakukan kegiatan pariwisata B. dunia usaha: penyedia fasilitas penunjang pemerintah: menciptakan kesejahteraan melalui kepariwisataan. pemberi surat2 izin C. masyarakat: penduduk setempat yg tinggal di suatu daerah tujuan wisata. secara langsung menerima dampak kegiatan kepariwisataan
  • 14. PRASARANA KEPARIWISATAAN  prasarana perhubungan  isntalasi listrik dan air bersih  instalasi bahan bakar  perairan dan irigasi  perbankan dan moneter  pelayanan pos dan telekomunikasi  pelayanan kesehatan, keamanan dan pendidikan
  • 15. sarana kepariwisataan/main tourism superstructures. sangat bergantung kepada aurs kedatangan orang yg melakukan perjalanan wisata A. obyek daya tarik wisata B. travel agent & tour operator C. angkutan wisata D. Akomodasi E. bar, rumah makan & restoran
  • 16.  wisatawan: mereka yg mengadakan perjalanan untuk senang2, mengunjungi keluarga, pertemuan karena tugas tertentu (tugas negara, diplomasi, agama, olahraga), untuk usaha, mengikuti perjalanan kapal laut (meski kurang dari 24 jam)  bukan wisatawan: berkunjung untuk mencari kerja, mencari tempat tinggal, penduduk perbatasan, numpang lewat
  • 17. KLASIFIKASI WISATAWAN A. resident: tinggal lebih dari 12 bulan atau jika kurang, ingin kembali lagi kurang dari 12 bulan tourist/overnight visitor: pengunjung masih dalam suatu negara dan menginap paling tidak semalam B. visitor/wisnus:/ tinggal di suatu negara, melakukan perjalanan masih dalam negaranya dengan tujuan tidak mencari nafkah dan tidak lebih dari 12 bulan selama di tempat tersebut C. same-day visitor: tidak meninap
  • 18. JENIS WISATAWAN A. foreign tourist: orang dari negara lain B. domestic foreign tourist: bertempat tinggal di negara lain karena tugas, lalu berwisata C. domescit tourist: tidak keluar batas negara D. indegenus foreign tourist: WN tertentu yg karena tugas pulang ke negara asal dan berwisata di ‘kampung’nya
  • 19. PRODUK WISATA  Burkat & Medlik: produk wisata dapat merupakan suatu susunan produk yg terpadu yg terdiri dari obyek & daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan (tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing2 perusahaan dan ditawarkan secara terpisah) Medlik & Middleton: produk wisata terdiri dari suatu paket yg satu sama lainnya tidak terpisah serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke tempat tujuannya dan kembali lagi ke tempat asalnya 3 unsur produk wisata: A. attraction/atraksi, B. amenities/fasilitas dan C. accessibilities/kemudahan
  • 20. CIRI2 PRODUK WISATA  tidak dapat dipindahkan  tidak perlu perantara untuk mencapai kepuasan  tidak dapat ditimbun/disimpan  sangat dipengaruhi faktor non ekonomis  tidak dapat dicicip  sangat tergantung pada faktor manusia  memiliki resiko tinggi di investasi  tidak punya standar objektif dalam menilai mutu produk
  • 21. UNSUR PRODUK WISATA YG MEMBENTUK PAKET PARIWISATA  obyek & daya tarik wisata  travel agent & tour operator  perusahaan angkutan  pelayanan akomodasi, restoran, rekreasi & hiburan  travel agent & tour operator lokal  jasa transportasi lokal  jasa souvenir  jasa perusahaan pendukung
  • 22.  produk wisata: bentukan yg nyata dan tidak nyata, dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yg hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yg baik bagi orang yg melakukan perjalanan tersebut
  • 23. TIPOLOGI A. alam: pantai, gua, sungai, danau, hutan dll B. buatan manusia: umum (situs arkeologi, peninggalan sejarah). C. pariwisata (resort wisata, taman), tidak dapat disimpan D. kegiatan khusus: pekan olahraga, festival budaya, pekan raya, dagang
  • 24. Objek Wisata a. Wisata alam b. Wisata belanja c. Wisata budaya d. Wisata keagamaan
  • 25. Regulasi Visa  Pada 1 Februari 2004, Indonesia meluncurkan kebijakan yang memperketat regulasi visa. Walaupun visa turis gratis dan berlaku selama 60 hari, wisatawan dari berbagai negara kini diwajibkan untuk membeli satu dari dua Visa On Arrival (VOA): US$15 yang berlaku untuk 10 hari atau US$25 untuk 30 hari
  • 26. Nama Kementrian  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011- sekarang)  Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) (2009-2011)  Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) (2005-2009)  Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenegbudpar) (2001-2005)  Kementerian Negara Pariwisata dan Kesenian (Kemengparsen) (1999-2001)  Kementerian Negara Pariwisata, Seni, dan Budaya (Kemenegparsenbud) (1998-1999)  Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya (Depparsenbud) (1998)  Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Depparpostel) (1983-1998)
  • 27.  Negara - negara yang termasuk dalam kebijakan ketat ini antara lain:Argentina,Australia, Brazil, Kanada, Denmar k, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Italia, J epang, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Afrika Selatan, Swiss, Taiwan, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Britania Raya.[60] Pada 14 Juli 2004, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia menambah daftar negara untuk VOA diantaranya Iran, Arab Saudi, Kuwait, Belgia, Spanyol, Portugal, Rusia, Mesir, Austria, Irlandia, Qatar dan Luxemburg
  • 28.  Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dapat ditingkatkan hasilnya dengan pemberdayaan hukum melalui perubahan hukum positif (lus Constitutum) secara konseptual. Ketertinggalan (Lag) dan kesenjangan serta hukum tidak efektif (Soft Development) dalam penyelenggaraan kepariwisataan secara empirik menjadi dasar perubahan hukum.
  • 29.  Konsep politik hukum nasional menjadi dasar panduan untuk melakkan perubahan hukum yang dimaksud, menghasilkan konsep hukum kepariwisataan modern yang mampu mengantisipasi paradigma otonomi daerah dan globalisasi tersebut ialah hukum yang mengatur upaya-upaya yang dilakukan untuk melayani/ memenuhi kebutuhan wisatawan sejak datang dari daerah asal wisatawan (DAW) hingga destinasi (DTW) dan kembali ke daerah asal, dengan tujuan agar wisatawan dapat menikmati tujuan dari kunjungannya itu.
  • 30. HUKUM BISNIS PARIWISATA  BISNIS PARIWISATA KEGIATAN KEPARIWISATAAN MERUPAKAN SISTEM PERDAGANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS, BEROBYEK JASA DAN MENDAPAT DUKUNGAN DARI SISTEM LAINNYA.
  • 31.  BISNIS PARIWISATA ADALAH ASPEK KEGIATAN KEPARIWISATAAN YANG BERORIENTASI PADA PENYEDIAAN JASA PARIWISATA. BISNIS PARIWISATA MELIPUTI SELURUH KEGIATAN PENYEDIAAN JASA (SERVICES) YANG DIBUTUHKAN WISATAWAN. KEGIATAN INI MELIPUTI JASA PERJALANAN (TRAVEL) DAN TRANPORTASI (TRANPORTATION), PENGINAPAN (ACCOMODATION), JASA BOGA (RESTAURANT), REKREASI (RECREATION). MONEY CHANNGER DAN JASA HIBURAN.
  • 32.  SIFAT KHAS PERDAGANGAN JASA PARIWISATA TERLETAK PADA SIFAT DAN BENTUK OBYEKNYA, YAITU JASA. KARAKTERISTIK LAINNYA TERLETAK PADA POSISI JASA PARIWISATA SEBAGAI OBYEK HUKUM. BISNIS PARIWISATA MERUPAKAN SISTEM TERSENDIRI YANG MEMBUTUHKAN SISTEM HUKUM SUI GENERIS YAITU SISTEM KHUSUS SESUAI DENGAN KARAKTER OBJEKNYA.
  • 33.  TRADISI HUKUM DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA  COMMON LAW SYSTEM; MAIL BOX THEORY  CIVIL LAW SYSTEM; ARRIVAL THEORY
  • 34.  HUKUM BISNIS PARIWISATA ADALAH PERANGKAT KAIDAH, AZAS-AZAS, KETENTUAN, INSTITUSI DAN MEKANISMENYA, NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL, YANG DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR UNTUK MENGATUR PERDAGANGAN JASA PARIWISATA
  • 35.  PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BISNIS PARIWISATA:  UU KEPARIWISATAAN; UU NO. 10/ 2009  UU PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION, UU NO.7/1994 DIMANA TERCAKUP DIDALAMNYA GATS  PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERLETAK PADA BIDANG HUKUM LAINNYA
  • 36.  PERMODALAN  MODAL WNI  MODAL ASING ATAU MODAL DALAM NEGERI  MODAL ASING DAN MODAL DALAM NEGERI (JOIN VENTURE)
  • 37.  PRINSIP-PRINSIP GATS  MOST FAVOURED NATION TREATMENT  TRANSPARANSI  PERLAKUAN KHUSUS UNTUK NEGARA BERKEMBANG  KERJASAMA DENGAN NEGARA BUKAN ANGGOTA  KETENTUAN DOMESTIK  STANDAR  MONOPOLI  HAMBATAN  PENGECUALIAN UMUM  AKSES PASAR  KOMITMEN INDONESIA UNTUK GATS DIBIDANG PARIWISATA
  • 38.  PENYELEDAIAN SENGKETA BISNIS  MANAJEMEN SENGKETA BISNIS A. PENCEGAHAN (PREVENTION) MELALUI DESAIN BISNIS DAN BERKONTRAK DENGAN CERMAT B. SETTELMENT (PENYELESAIAN) MELALUI PENEMPATAN LITIGASI (PENGADILAN) DAN LEMBAGA-LEMBAGA NON LITIGASI ATAU LEMBAGA-LEMBAGA ALTERNATIF SEPERTI KONSULTASI , MEDIASI, KONSILIASI DAN ATRIBASE, TETAPI TETAP SALURAN ALTERNATIF BARU KEMUDIAN LITIGASI.
  • 39.  BADAN PENYELESAIAN SENGKETA (DIPUTE SETTELMENT BODY) MENYELESAIKAN SENGKETA MELALUI MEKANISME: 1. CONSULTATION 2. GOOD OFFICES, CONSOLIDATION AND MEDIATION 3. PANELS 4. APELLATE 5. COMPENSATION
  • 40. ASPEK HUKUM INVESTASI KEGIATAN BISNIS PARIWISATA  UU PENANAMAN MODAL UU NO 25 TAHUN 2007  Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. (PASAL 1 A.1)
  • 41.  Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.  Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
  • 42.  INVESTASI ATAU INVESTMEN (PENANAMAN MODAL ) MERUPAKAN KONSEP EKONOMI PADA UMUMNYA BERINTIKAN TINDAKAN YAN GMENGAOLKASIKAN SUMBER-SUMBER YANG DIDASARKAN PADA ANALISIS BAHWA ALOKASI TERSEBUT AKAN MENDATANGKAN HASIL YANG MEMUASKAN. HASIL ANALISIS DITUANGKAN DALAM SUATU RENCANA DAN PROYEKSI-PROYEKSI SESUAI TINGKATANNYA.
  • 43.  JENIS INVESTASI BERDASARKAN ASPEK PELAKUNYA:  AUTONOMOUS INVESTMENT  INDUCED INVESTMENT
  • 44.  POKOK-POKOK HUKUM INVESTASI KEPARIWISATAAN:  ASAS PADA PASAL 2 UU NO 10/2009  FUNGSI PASAL 3  TUJUAN PASAL 4  USAHA PARIWISATA PASAL 14
  • 45.  HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB PENANAMAN MODAL  Pasal 14 Setiap penanaman modal berhak mendapat : a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan; b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya; c. hak pelayanan; dan d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan
  • 46.  Pasal 15 Setiap penanam modal berkewajiban : a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan; c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal. d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
  • 47.  Pasal 16 Setiap penanam modal bertanggung jawab : a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara; d. menjaga kelestarian lingkungan hidup; e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
  • 48.  FASILITAS PENANAMAN MODAL  Pasal 18  (1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam  modal yang melakukan penanaman modal.  (2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) dapat diberikan kepada penanaman  modal yang :  a. melakukan peluasan usaha; atau  b. melakukan penanaman modal baru.
  • 49. (3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas  sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini :  a. menyerap banyak tenaga kerja;  b. termasuk skala prioritas tinggi;  c. termasuk pembangunan infrastruktur;  d. melakukan alih teknologi;  e. melakukan industri pionir;  f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daeraH perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;  g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;  h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;  i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah,atau koperasi; atau  j. industri yang menggunakan barang modal atau  mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam Negeri.
  • 50. (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman  modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan  ayat (3) dapat berupa :  a. pajak penghasilan melalui pengurangan  penghasilan netto sampai tingkat tertentu  terhadap jumlah penanaman modal yang  dilakukan dalam waktu tertentu;  b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas  impor barang modal, mesin, atau peralatan  untuk keperluan produksi yang belum dapat  diproduksi di dalam negeri;
  • 51. (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman  modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan  ayat (3) dapat berupa :  a. pajak penghasilan melalui pengurangan  penghasilan netto sampai tingkat tertentu  terhadap jumlah penanaman modal yang  dilakukan dalam waktu tertentu;  b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas  impor barang modal, mesin, atau peralatan  untuk keperluan produksi yang belum dapat  diproduksi di dalam negeri;
  • 52.  (5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.  (6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yanG melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.  (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai  dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
  • 53.  Pasal 19  Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan ole h Pemerintah.  Pasal 20  Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas.
  • 54.  Pasal 21  Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,  Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh : a. hak atas tanah; b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan c. fasilitas perizinan impor.
  • 55. ASPEK HUKUM PERTANAHAN DALAM BISNIS PARIWISATA  Pasal 22 UU No.25/2007  (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun
  • 56. b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun
  • 57.  (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka  sekaligus untuk kegiatan penanaman modal,  dengan persyaratan antara lain:  a. Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka  panjang dan terkait dengan perubahan struktur  perekonomian Indonesia yang lebih berdaya  saing;
  • 58.  b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan ; c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas; d. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan e. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.
  • 59.  (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak. (4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.