SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS
MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI
INDONESIA DENGAN MELIHAT POTENSI YANG
ADA DI JAWA TIMUR
Dosen Pengampu : Ir. Andang Andiani Listyowati, M.Si
Disusun Oleh
Dewi Inne Kumalasari
06.2.4.17.814
II A
SEKOLAH TINGGIPENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan
makalah permasalahan usaha agribisnis tentang mengatasi permasalahan pakan di Indonesia
tepat pada waktunya tanpa ada halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Permasalahan
Usaha Agribisnis di STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Peternakan tahun pelajaran
2017/2018. Atas terselesaikannya pembuatan makalah ini, penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Ir. Ali Rachman, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang.
2. Ir. Andang Andiani Listyowati, M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Permasalahan Usaha Agribisnis.
3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan hasil praktikum ini baik
langsung maupun tidak langsung.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu,
penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi para pembaca umumnya dan penyusun
khususnya.
Magelang, Mei 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pakan merupakan salah satu komponen utama yang penting dalam suatu usaha
peternakan. Pakan memegang peran penting bagi produktifitas ternak. Pakan yang
diberikan pada ternak khususnya pada ternak ruminansia adalah pakan yang mengandung
serat, protein serta zat nutrisi lain yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak,
oleh sebab itu pakan haruslah tetap tersedia. Akan tetapi, pada kenyataannya,
ketersediaan bahan pakan sampai saat ini masih menjadi pembatas dalam pengembangan
usaha peternakan di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena lahan hijauan terbatas, dan
biaya pakan dapat mencapai 60-70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga
membuat peternak cenderung merugi dan kesulitan dalam mengembangkan usaha
peternakan. Ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya
tanah pertanian yang dapat menghasilkan pakan hijauan. Hal ini disebabkan oleh
bertambahnya pembangunan gedung-gedung untuk perumahan, perkantoran, dan
perindustrian. Sehingga, perlu dilakukan alternatif lain dalam penyediaan pakan
hijauan, salah satunya berasal dari limbah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pakan di Indonesia?
2. Dengan melihat potensi di daerah masing-masing, bagaimana cara yang bisa
dilakukan para peternak untuk membuat persediaan hijauan disamping
ketersediaannya yang semakin terbatas?
BAB II
PEMBAHASAN
Pemecahan masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan eksplorasi sumber
bahan non konvensional yang lebih murah, dapat menekan biaya produksi bahan pakan,
memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, tersedia dalam jumlah banyak serta tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia, dan harganya yang sangat murah. Oleh sebab itu, diperlukan
pakan alternatif yang dapat mengatasi masalah tingginya biaya produksi dalam pengadaan
pakan sumber protein dan sumber energi sehingga kebutuhan ternak dapat terpenuhi.
Kelaziman penggunaan suatu bahan sebagai bahan penyusun ransum ternak
menghasilkan istilah bahan pakan konvensional dan non konvensional. Bahan pakan
konvensional adalah bahan pakan yang sudah umum atau biasa digunakan dalam penyusunan
ransum dan istilah bahan pakan nonkonvensional berarti bahan pakan yang jarang atau belum
banyak digunakan dalam penyusunan ransum. Pengelompokkan bahan pakan kedalam bahan
pakan nonkonvensional dapat berubah seiring tingkat pemanfaatannya dalam ransum.
Bahan pakan nonkonvensional sering diidentikkan sebagai bahan pakan alternatif
yang tengah dievaluasi kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya sebagai bahan pakan. Sebagian
besar limbah pertanian, perkebunan, limbah agroindustri, limbah peternakan dan limbah
perikanan dikategorikan sebagai bahan pakan nonkonvensional. Beberapa jenis limbah
lainnya, seperti dedak, bekatul, bungkil kedelai dan tepung tidak dapat digolongkan sebagai
bahan pakan nonkonvensional. Dengan demikian, tidak semua limbah digolngkan kedalam
bahan pakan nonkonvensional dan bahan pakan nonkonvensional tidak hanya berasal dari
limbah pertanian.
Kandungan serat yang terkandung dalam bahan pakan sering dijadikan sebagai acuan
pengelompokkan bahan pakan menjadi konsentrat dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari
tanaman pangan beserta produk ikutannya (jagung, dedak, bungkil kedelai), dari hewan
(tepung ikan, tepung darah) dan atau dari proses fermentasi (protein sel tunggal). Hijauan
berupa rumput-rumputan dan kacang-kacanga baik dalam bentuk segar, kering maupun
produk awetannya.
Dengan melihat potensi alam sekitar yang ada di daerah Jawa Timur dan sekitarnya
ada beberapa alternative yang bisa digunakan sebagai sumber pakan ternak diantarannya:
a. Onggok
Onggok merupakan produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka.
Dari setiap ton ubi kayu dapat dihasilkan 114 kg onggok. Onggok mengandung air
cukup tinggi (81-85%), dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara/
lingkungan, terutama di wilayah produksi apabila tidak ditangani dengan baik.
Onggok sebenarnya berpotensi sebagai bahan pakan. Namun, kualitas yang rendah
(protein kasar sekitar 1,55% dan serat kasar 10,44% bahan kering), menjadi pembatas
utama penggunaan onggok sebagai bahan pakan, baik untuk ternak monogastrik
maupun ternak ruminansia. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, maka
kualitas onggok perlu ditingkatkan.
Pengolaha Onggok Terfermentasi Sebagai Bahan Pakan
Salah satu pendekatan yang sedang dirintis Balai Penelitian Ternak untuk
meningkatkan kualitas onggok adalah melalui teknologi fermentasi/ biofermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan spora Aspergillus niger (koleksi
Balitnak). Kegiatan diawali dengan pembiakan spora pada media potatos dextrose
agar (PDA), yang selanjutnya produksi spora dilakukan secara massal dengan
menggunakan media beras yang telah dikukus selama 5 hari pada suhu ruang. Spora
yang terbentuk dipanen, dikeringkan pada suhu 45oC dan digiling, untuk selanjutnya
siap digunakan.
Setiap 1 kg onggok ditambahkan campuran mineral yang tersusun dari 40 g
urea, 5 g MgSO4, 72 g ZA [(NH4)2 SO4], 1,5 g KCl, 15 g NaH2PO4 dan 0,75 g
FeSO4. Onggok yang telah diberi campuran mineral tersebut selanjutnya diberi
serbuk spora satu sendok makan (6-8 g), dan ditambahkan air panas untuk
memperoleh kadar akhir adonan 60%. Selanjutnya adonan ditempatkan pada wadah/
baki plastik.Fermentasi dilakukan selama 3-5 hari.
Proses fermentasi yang berhasil ditandai dengan munculnya warna keabuan
dan kompak pada permukaan adonan. Apabila ditemukan warna miselium yang
kehitam-hitaman, berarti proses fermentasi berlangsung tidak sempurna atau telah
terjadi kontaminasi. Onggok yang terfermentasi sempurna kemudian dipanen,
dikeringkan, dan digiling untuk selanjutnya digunakan sebagai salah satu bahan baku
ransum. Onggok yang difermentasi memiliki nilai gizi yang lebih baik dibanding yang
tidak difermentasi. Kandungan protein kasar meningkat dari 2% menjadi 18% bahan
kering, atau meningkat 900%. Sementara kandungan serat kasar onggok terfermentasi
cenderung menurun.
Tabel komposisi gizi onggok
Gizi Tanpa fermentasi (% BK) Fermentasi (% BK)
Protein kasar 2,2 18,6
Karbohidrat 51,8 36,2
Abu 2,4 2,6
Serat kasar 10,8 10,46
Onggok yang telah difermerntasi dianalisa kandungan nutriennya, antara
onggok dan onggok terfermentasi berbeda. Yaitu, kandungan protein kasar dan
protein sejati, masing-masing meningkat dari 2,2 menjadi 18,6%. Sedang
karbohidratnya menurun dari 51,8 menjadi 36,2% Sementara kandungan serat kasar
onggok terfermentasi cenderung menurun. (Tabel1). Hal ini terjadi karena selama
fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk
pertumbuhannya. Dan kandungan protein meningkat dari 2,2 menjadi 18,6%, dengan
menggunakan urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen.
Penggunaan Sebagai Pakan
Hasil penelitian Tabrany S, dkk menunjukkan bahwa fermentasi onggok
dengan Aspergillus niger sampai 4 minggu secara statistik sangat nyata (p<0,01)
meningkatkan kandungan protein kasar onggok terolah dan menurunkan (p<0,01)
kandungan HCN onggok terolah serta cenderung meningkatkan kandungan GE
onggok terolah.
Mutu onggok dapat ditingkatkan sebagai bahan baku pakan sumber protein,
yang pemanfaatannya dapat dikembangkan pada tingkat peternak. Bila ditinjau
dari aspek kandungan proteinnya, maka kemungkinan ke depan, penggunaan
onggok terfermentasi untuk pakan unggas memiliki prospek yang baik dan diharapkan
dapat menggantikan jagung/dedak atau polard. Pengguna onggok terfermentasi
dalam ransum memberikan efesiensi produksi yang lebih baik dan biaya produksi
lebih rendah.
b. Tepung Kulit Kakao
Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang
dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Buah coklat yang terdiri dari 74 %
kulit buah, 2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 %
protein dan 3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Pakar lain menyatakan kulit
buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 % protein kasar
(PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak
ruminansia 30-40 %. Buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan
kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %. Pemberian kulit buah kakao yang telah
diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0,9 kg/ hari.
Proses Pengolahan Dengan Fermentasi
Melalui proses fermentasi, nilai gizi limbah kulit buah kakao dapat
ditingkatkan, sehingga layak untuk pakan penguat kambing maupun sapi, bahkan
untuk ransum babi dan ayam. Salah satu fermentor yang cocok untuk limbah kulit
buah kakao adalah Aspergillus niger . Manfaat fermentasi dengan teknologi ini antara
lain :
- Meningkatkan kandungan protein
- Menurunkan kandungan serat kasar
- Menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan)
Proses Pengolahan Limbah Kulit Buah Kakao dengan Fermentasi :
1. Dicingcang
2. Dibasahi larutan Aspergillus
3. Ditutup dengan goni/ plastik
4. Dikeringkan 2-3 hari
5. Digiling
Proses Pengolahan Limbah Kulit Buah Kakao Tanpa Fermentasi
Kumpulkan limbah kulit buah kakao dari hasil panen lalu dicingcang.
Kemudian dijemur pada sinar matahari sampai kering yang ditandai dengan cara
mudah dipatahkan atau mudah hancur kalau diremas. Setelah kering ditumbuk dengan
menggunakan lesung atau alat penumbuk lainnya, kemudian dilakukan pengayakan.
Untuk meningkatkan mutu pakan ternak, maka tepung kulit buah kakao dapat
dicampur dengan bekatul dan jagung giling masing-masing 15 %, 35 % dan 30 %. Ini
artinya bahwa ransum tersebut terdiri atas 15 % tepung kulit buah kakao, 35 %
bekatul dan 30 % jagung giling.
Tabel 2. Komposisi kulit buah kakao segar dan fermentasi
Nutrisi Kulit kakao segar Kulit kakao fermentasi
Bahan kering % 14,5 18,4
Protein % 9,15 12,4
Lemak % 1,25 1,32
Serat kasar % 32,7 24,7
TDN % 50,3 53,2
Ca 0,29 0,21
Penggunaan Sebagai Pakan
1. Pada awal pemberian, biasanya ternak tidak langsung mau memakannya. Karena
itu berikanlah pada saat ternak lapar dan bila perlu ditambah sedikit garam atau
gula untuk merangsang nafsu makan.
2. Tepung limbah hasil fermentasi bisa langsung diberikan kepada ternak, atau
disimpan. Penyimpanan harus dengan wadah yang bersih dan kering.
3. Untuk ternak ruminansia (sapi, kambing) limbah kakao olahan bisa dijadikan
pakan penguat, untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi
susu. Bisa diberikan sebagai pengganti dedak, yakni sebanyak 0,7-1,0 % dari berat
hidup ternak.
4. Pada ayam buras petelur pemberian limbah kakao sebagai pengganti dedak hingga
36 % dari total ransum dapat meningkatkan produksi telur. Kulit buah kakao
dikeringkan/ dijemur ditumbuk diayak pencampuran pakan ternak
5. Pada ternak kambing menunjukkan bahwa ternak nampak sehat, warna bulu
mengkilat dan pertambahan berat badan ternak dapat mencapai antara 50-150
gram per ekor per hari.
6. Untuk babi dapat juga diberikan sebagai pengganti dedak padi dalam ransum
sekitar 35-40 %.
c. Kulit Pisang Sebagai Probiotik
Pada beberapa penelitian menunjukkan pemberian pakan buatan yang
mengandung tepung kulit pisang dapat meningkatkan produksi ayam kampung dilihat
dari pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol
dalam serum darah, daging, hati, feses, dan berat organ pencernaan.
Pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang juga dapat
menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah. Hal ini
menunjukkan kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas yang dapat
menghasilkan produk yang rendah kolesterol. Oleh karena itu, diperlukan produk
ternak unggas yang sehat dan rendah kolesterol. Hal ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kulit pisang sebagai pakan unggas.
Pengolahan Kulit Pisang
Untuk menghasilkan prebiotik dari kulit pisang akan difermentasikan menggunakan
bakteri isolate rumen. Teknik fermentasi akan mengunakan metoda Tilley and Terry
(1963) yang biasa digunakan dalam kajian kecernaan pakan.
Kandungan Nutrisi kulit pisang :
- 1,00 gram protein
- 28 gram karbohidrat
- 2,8 gram serat
- 0,6 gram lemak
- 467 mg natrium
- 1,00 mg kalium
- 9.2 mg kalsium
- 44,1 mg magnesium
- 5,1% vitamin A
- 20% vitamin C
- vitamin B
- 2,6% tiamin
- 5,3% riboflavin
- dan 4% niasin (US RDA, 1963 dan Margen, 2002).
Penggunaan Sebagai Pakan
Prebiotik kulit pisang sangat berpotensi untuk menggantikan antibiotik dalam
pakan sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari penggunaan antibiotik
tersebut. Selain itu dapat membantu dalam pengolahan limbah kulit pisang yang
memiliki jumlah yang sangat banyak. Kulit pisang mengandung serat kasar sehingga
dapat difermentasi dengan bantuan mikroba isolate rumen menjadi oligo-fruktosa
yang merupakan bahan dasar dari prebiotik. Melalui penggunaan prebiotik dapat
menciptakan peternakan organic yang ramah lingkungan
d. Tepung Umbi jalar
Umbi jalar (Ipomea batatas) merupakan produk negara-negara Asia (90% dari
produk dunia). Umbi jalar digunakan sebagai pakan sumber energi, kandungan
energinya mirip dengan jagung. Namun kandungan proteinnya rendah sekali. Anti
nutrisi terdapat pada umbi segar, yaitu anti tryptic, namun dapat dihilangkan dengan
pengeringan. Perebusan sebelum pengeringan akan memberikan hasil yang baik
karena dapat meningkatkan nilai pakan. Karena berbentuk tepung, penggunaannya
tidak dapat menggantikan jagung secara keseluruhan. Penggunaannya
direkomendasikan sampai batas 24-30% untuk mendapatkan hasil yang baik. Apabila
suplementasi protein dan penghilangan kulit umbi dilakukan, maka penggunaan
sampai batas 50% dapat dilakukan.
Komposisi Nutrisi
Tabel 1. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram ubi jalar segar
Kandungan gizi
Banyaknya dalam umbi
Putih Merah Kuning
Kalori (kal) 123,0 123,0 136,0
Protein (g) 1,80 1,80 1,10
Lemak (g) 0,70 0,70 0,40
Karbohidrat (g) 27,90 27,90 32,30
Kalsium (mg) 30,00 30,00 57,00
Fosfor (mg) 49,00 49,00 52,00
Zat besi (mg) 0,70 0,70 0,70
Natrium (mg) - - 5,00
Kalium (mg) - - 393,0
Air (g) 68,50 68,50 -
Bagian yang dapat
dimakan(%)
86,00 86,00 -
Kandungan pati ubi jalar dipengaruhi oleh umur tanaman. Semakin meningkat umur
panen, kandungan pati umbi juga semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik
tertentu kandungan patinya akan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan fase
pertumbuhan ubi jalar di mana saat awal pertumbuhan terjadi pemanjangan dan
pertumbuhan cabang-cabang baru. Semakin banyak cabang, permukaan daun makin
luas, sehingga penyerapan sinar matahari semakin tinggi. Akibatnya, diperoleh hasil
fotosintesa (berupa pati) yang cukup banyak. Namun, semakin tua umur tanaman,
aktifitas tanaman semakin menurun. Fenomena ini mengakibatkan kadar pati umbi akan
menurun dengan semakin tua umur umbi (Edmond and Ammerman, 1971 dalam
Antarlina 1991)
e. Ubi kayu
Limbah ubi kayu yang diperoleh dari tanaman ubi kayu(Manihot esculenta,
Crantz) merupakan limbah agroindustri tepung tapioka, yang pada umumnya dibuang.
Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi ubi kayu di Sumatera Barat tahun
2011 adalah 190.016 ton/tahun. Potensi limbah ubi kayu yang dihasilkan sebanyak
16% dari produksi ubi kayu (Darmawan, 2006), maka diperkirakan jumlah limbah ubi
kayu pada tahun 2012 yaitu 30.402,56 ton/tahun, yang berpotensi sebagai pakan
ternak.
Anti nutrisi HCN (asam sianida)dapat dikurangi dengan perlakuan fisik dan
biologi. Perlakuan fisik diantaranya dengan pemanasan, pencacahan, dan
perendaman. Perlakuan biologi dapat dilakukan dengan fermentasi. Proses fermentasi
tidak hanya meningkatkan kandungan gizi kulit ubi kayu, tetapi juga mampu
mengurangi kandungan anti nutrisi dari kulit ubi kayu tersebut (Nuraini dkk, 2014).
Penggunaan limbah ubi kayu sebagai pakan ternak terkendala dengan
kandungan serat kasar yang tinggi dan adanya zat antinutrisi HCN. Menurut Siswanti
(1993) kulit ubi kayu hanya dapat dipakai sampai level 10% dalam ransum broiler,
karena rendahnya protein kasar, tingginya serat kasar dan adanya anti nutrisi HCN.
Pengolahan ubi kayu dengan fermentasi Phanerochaete chrysosporium dan
Neurospora crassa
Perlakuan protein kasar % nitrogen % serat kasar %
A Pc:Nc 14,75 60,41 14,27
(1:1)
B
Pc:Nc(2:1)
16,39 62,70 12,50
C Pc:
Nc(3:1)
18,65 64,22 10,78
f. Kulit kopi
Dalam kondisi segar buah kopi terdiri dari kulit buah 45%, mucilage (bagian
daging buah yang berlendir) 10%, kulit biji 5% dan biji 40% (Murni dkk., 2008),
dengan demikian di perkirakan potensi ketersediaan kulit buah kopi mencapai 6,211
ton pada tahun 2013.
Kulit buah kopi mengandung protein kasar 10,78% tetapi mengandung serat kasar
tinggi yaitu 33,13%, lignin 16,67% dan selulosa 11,22% (Nuraini dkk, 2014) dan
menurut Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian Bogor (2003), kulit buah kopi
mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin sebesar 2,47% dan kafein 1,36%. Menurut
Murni dkk (2008) kandungan nutrisi kulit buah kopi adalah protein kasar 9.31%,
serat kasar 32.6%, abu 7.3%, lemak kasar 1.8% dan BETN 48.6%. Sebagai pakan
ternak kandungan nutrisi dari kulit buah kopi masih rendah. Kulit buah kopi juga
mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin dan kafein. Kandungan tanin kulit buah kopi
dilaporkan mencapai 0,46 % (Donkoh et al., 1988). Penggunaan kulit buah kopi
sebagai pakan ternak menurut Muryanto dkk. (2004) melaporkan bahwa pemberian
5% kulit buah kopi pada ransum tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot
badan ayam broiler. Buah kopi terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit buah dan biji
kopi. Biji kopi terdiri dari dua bagian yaitu (1) kulit biji yang merupakan selaput tipis
membalut biji yakni yang disebut selaput perak atau kulit ari, dan ke (2) putih
lembaga (endosperma). Kulit buah kopi menurut Semangun (1996)terdiri dari : 1).
Lapisan bagian luar tipis/Exocarp, lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah, 2).
Daging buah/Mesocarp; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak
berlendir dan rasanya manis dan 3). Kulit tanduk atau kulit dalam/Endocarp yang
merupakan lapisan tanduk yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak
keras.
Pengolahan kulit kopi dengan fermentasi Phanerochaete chrysosporium dan
Neurospora crassa
Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan ß-1,4 glukosida dalam
rantai lurus. Selulosa adalah rantai panjang molekul gula yang dihubungkan satu sama
lain untuk memberikan kekuatan pada kayu yang luar biasa. Selulosa merupakan
komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan selulosa pada dinding
sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman (Lynd et al.,
2002). Lignin merupakan penyusun sel tanaman yang menjadi bagian dari dinding sel.
Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tingi yang tersusun
atas unitunit fenilpropana. Di alam keberadaan lignin pada kayu berkisar antara 25-
30%, tergantung pada jenis kayu atau factor lain yang mempengaruhi perkembangan
kayu. Pada kayu, lignin umumnya terdapat di daerah lamela tengah dan berfungsi
pengikat antar sel serta menguatkan dinding sel kayu.
Saluran pencernaan manusia dan ternak non ruminansia tidak mempunyai
enzim yang mampu memecah ikatan ß-1,4 glukosida sehingga tidak dapat
dimanfaatkan selulosa. Penurunan selulosa dan lignin bisa dilakukan melalui
fermentasi menggunakan mikro organisme yang bersifat selulolitik (penghasil enzim
selulase) dan ligninolitik (penghasil enzim ligninase). Penurunan selulosa dan lignin
terhadap limbah buah kopi yang difermentasi dengan Phanerochaeta chrysosporium
dan Neurospora crassa.
Nuraini (2006), menyatakan bahwa semakin banyak dosis inokulum yang
dipakai maka semakin banyak kapangyang tumbuh dan semakin banyak bahan yang
dirombak. Cepat lambatnya fermentasi sangat menentukan jumlah enzim yang
dihasilkan, semakin lama waktu fermentasi yang digunakan akan semakin banyak
bahan yang dirombak oleh enzim. Waktu fermentasi dalam memproduksi enzim yang
berbeda menghasilkan aktivitas enzim yang berbeda. Besarnya dosis inokulum akan
mempengaruhi biomassa dan sintesa protein. Sedikit dosis inokulum yang dipakai
maka semakin sedikit pula sumbangan tubuh kapang dan enzim yang diekskresikan
juga sedikit akibatnya pada perlakuan tersebut peningkatan protein kasar rendah.
Selain itu fermentasi dengan menggunakan Phanerochaeta chrysosporium dapat
merubah komponen yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna misalnya selulosa
dan hemiselulosa menjadi gula sederhana sehingga meningkatkan nilai gizi protein
dan metabolis (Sembiring, 2006). Sedangkan kapang Neurosporacrassa merupakan
salah satu kapang yang dapat menghidrolisis protein komplek menjadi peptida-peptida
dan asam-asam amino bebas, serta mampu mengahsilkan enzim protease, amilase dan
hemiselulase (Irawadi, 1991). Menurut Nuraini (2006) kapang Neurospora crassa
dapat menghasilkan enzim amilase, enzim selulase dan protease, selanjutnya
dijelaskan bahwa campuran 60% ampas sagu dengan 40% ampas tahu yang
difermentasi dengan 9% inokulum Neurospora crassa selama 10 hari didapatkan
aktifitas enzim amilase sebnyak 17.21 µ/ml, protase 15.06 µ/ml dan selulase 0.33
µ/ml.
g. Kulit dan biji durian
Menurut Winarti (2006)pemanfaatan kulit dan biji durian belum optimal,
namun jika dilihat dari potensi dan nilai gizi yang terkandung didalamnya maka biji
durian, merupakan bahan yang cukup potensial digunakan sebagai bahan makanan
ternak tetapi harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menurunkan atau
merenggangkan ikatan lignoselulosa sehingga mudah dicerna oleh ternak.
Ada beberapa proses pengolahan yang dapat dilakukan yaitu proses kimia,
fisik dan biologi (Preston dan Leng, 1987). Setiap bahan makanan yang mengalami
pengolahan, baik secara kimia, biologi ataupun secara fisik akan mempunyai
keuntungan dan kerugian terhadap kualitas dan kuantitas zatzat makanan.
Tabel kandungan zat makanan pada kulit durian dan biji durian
Zat makanan % Kulit dan biji durian Biji durian
Ptotein 7,50 9,79
Lemak - 2,16
Serat kasar 21,95 2,41
Lignin 10,32 -
Selulosa 9,50 -
Ca 0,20 0,27
P 0,8 0,9
Dilihat dari potensi dan kandungan gizi yang terkandung didalamnya maka
kulit dan biji durian menurut Winarti (2006) merupakan bahan yang cukup berpotensi
untuk digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Nuraini dan Mahata (1998),
melaporkan bahwa biji durian dapat dipakai sampai level 24% dalam ransum atau dapat
menggantikan 42% jagung giling.
Pengolahan kulit durian dan biji durian dengan fermentasi Phanerochaete
chrysosporium dan Neurospora crassa
Peningkatan protein kasar dan retensi nitrogen dari limbah buah durian
fermentasi yang dipengaruhi komposisi inokulum Phanerochaete chrysosporium dan
Neurospora crassa. Peningkatan protein kasar lebih tinggi pada komposisi inokulum
Pc dan Nc (1:1), ini berkaitan dengan pertumbuhan kapang subur dan merata pada
substrat LBDF dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa (1:1),
ditandai dengan jumlah koloni yang banyak yaitu (18,09x10 cfu/g). Komposisi
inokulum Pc dan Nc (1:1)merupakan komposisi yang seimbang sehingga tidak ada
yang mendominasi pertumbuhan pada inokulum yang dapat mengakibatkan perebutan
nutrisi, karena tiap sel kapang membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan dari
tiap spora yang akan tumbuh.
Perlakuan Peningkatan
protein
kasar %
Retensi
nitrogen
%
Penurunan
serat kasar
%
Penurunan
selulosa
%
Penurunan
lignin
Kecernaan
serat kasar
%
A
komposisi
Pc dan
Nc(1:1)
53,55 66,07 33,99 32,41 6,03 57,91
B
komposisi
Pc dan
Nc(2:1)
13,66 59,53 35,74 34,18 6,11 59,36
C
komposisi
Pc dan
Nc(1:2)
15,25 62,84 25,87 23,40 4,54 50,07
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat potensi di daerah Jawa Timur dan sekitarnya banyak limbah limbah
yang terbengkalai dan pemnfaatan pun belum optimal. Sedangkan di masa-masa sekarang
ini pakan ternak yang memiliki nutrisi yang cukup serta ketersediaannya menjadikan
kendala bagi para petani. Maka dari itu mulailah dilakukan penelitian penelitian mengenai
potensi potensi di daerah tersebut mengenai nutrisi yang dimiliki untuk dijadikan pakan
alternative bagi ternak. Contohnya saja limbah hasil pertanian dan perkebunan seperti
limbah ubi kayu, limbah buah pisang, limbah buah coklat, limbah buah kopi , onggok,
limbah buah durian dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif bagi ternak. Kendala
tingginya serat kasar dan rendahnya protein kasar diatasi dengan fermentasi. Peningkatan
kualitas limbah hasil pertanian secara biologi dapat meningkatkan kandungan dan kualitas
gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ragur100-1971
Anonim, 2018. http://www.livestockreview.com/2011/05/memanfaatkan-limbah-kulit-
pisang-untuk-pakan-unggas/
Anonim, 2018. http://lordbroken.wordpress.com/category/keilmuan/pangan-hasil-
perkebunan/page/2/

More Related Content

What's hot

Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)rakhmawatirakhmawati1
 
Agribusiness management
Agribusiness managementAgribusiness management
Agribusiness managementroni09071995
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanEkal Kurniawan
 
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekaranganOptimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekaranganAlfina Nugraheni
 
Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)BaihakiPLS
 
Lktm dies natalis 54 nata de nipah
Lktm dies natalis 54   nata de nipahLktm dies natalis 54   nata de nipah
Lktm dies natalis 54 nata de nipahIrwin Septian
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutanroni09071995
 
Leaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan Lengkap
Leaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan LengkapLeaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan Lengkap
Leaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan Lengkapantonardiansah
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangEka Febriana
 
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.Phaphy Wahyudhi
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Novia Tri Handayani S
 

What's hot (20)

Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
Sistem pertanian terpadu [compatibility mode](1)
 
Uwi
UwiUwi
Uwi
 
Agribusiness management
Agribusiness managementAgribusiness management
Agribusiness management
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekaranganOptimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
 
Proses Sosial Belajar Kelompok Ternak dalam pembuatan pupuk organik padat
Proses Sosial Belajar Kelompok Ternak dalam pembuatan pupuk organik padatProses Sosial Belajar Kelompok Ternak dalam pembuatan pupuk organik padat
Proses Sosial Belajar Kelompok Ternak dalam pembuatan pupuk organik padat
 
Pengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kelPengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kel
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)
 
Alvin kir
Alvin kirAlvin kir
Alvin kir
 
Lktm dies natalis 54 nata de nipah
Lktm dies natalis 54   nata de nipahLktm dies natalis 54   nata de nipah
Lktm dies natalis 54 nata de nipah
 
Padi protan print
Padi protan printPadi protan print
Padi protan print
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
 
Leaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan Lengkap
Leaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan LengkapLeaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan Lengkap
Leaflet Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian Sebagai Bahan Pakan Lengkap
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten Tangerang
 
Budidaya Padi Organik
Budidaya Padi OrganikBudidaya Padi Organik
Budidaya Padi Organik
 
Materi inovasi pemanfaatan pekarangan
Materi inovasi pemanfaatan pekaranganMateri inovasi pemanfaatan pekarangan
Materi inovasi pemanfaatan pekarangan
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 

Similar to MENYEDIAKAN PAKAN ALTERNATIF

Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Emma Femi
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
Integrasi Nenas dan Sapi
Integrasi Nenas dan SapiIntegrasi Nenas dan Sapi
Integrasi Nenas dan SapiMakbulSiregar
 
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6KeyArdian
 
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...Hazar Noah
 
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADIPAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADIjihannurshalzabila
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongIswi Haniffah
 
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi PotongIntegrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi PotongBBPP_Batu
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPutri Azzara Arjani
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiAGROTEKNOLOGI
 
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadiBahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadiSyarif Hidayatullah
 
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdfafriyanto13
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Karya inovasi Guru Dinariasih.pptx
Karya inovasi Guru Dinariasih.pptxKarya inovasi Guru Dinariasih.pptx
Karya inovasi Guru Dinariasih.pptxDinariasih1
 

Similar to MENYEDIAKAN PAKAN ALTERNATIF (20)

Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 
Integrasi Nenas dan Sapi
Integrasi Nenas dan SapiIntegrasi Nenas dan Sapi
Integrasi Nenas dan Sapi
 
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
 
EKONOMI TUGAS
EKONOMI TUGASEKONOMI TUGAS
EKONOMI TUGAS
 
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...
 
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADIPAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI PADI
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape Singkong
 
Rdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasutRdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasut
 
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi PotongIntegrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
 
pertanian terpadu
pertanian terpadupertanian terpadu
pertanian terpadu
 
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadiBahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
 
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
2302-Article Text-3745-2-10-20230730.pdf
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
 
Laporan nata
Laporan nataLaporan nata
Laporan nata
 
Review jurnal kpli
Review jurnal kpliReview jurnal kpli
Review jurnal kpli
 
Karya inovasi Guru Dinariasih.pptx
Karya inovasi Guru Dinariasih.pptxKarya inovasi Guru Dinariasih.pptx
Karya inovasi Guru Dinariasih.pptx
 

More from dewi inne kumalasari

ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...
ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...
ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...dewi inne kumalasari
 
PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASAR
PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASARPERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASAR
PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASARdewi inne kumalasari
 
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...dewi inne kumalasari
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMILAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMIdewi inne kumalasari
 
LAPORAN PRAKTIKUM PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...
LAPORAN PRAKTIKUM  PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...LAPORAN PRAKTIKUM  PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...
LAPORAN PRAKTIKUM PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...dewi inne kumalasari
 
Peluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timur
Peluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timurPeluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timur
Peluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timurdewi inne kumalasari
 
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGIPEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGIdewi inne kumalasari
 
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesiaakulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesiadewi inne kumalasari
 
Laporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warming
Laporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warmingLaporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warming
Laporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warmingdewi inne kumalasari
 

More from dewi inne kumalasari (20)

ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...
ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...
ANALISIS TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN MELIPUTI DAMPAK SOSIAL DAN PERM...
 
PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASAR
PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASARPERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASAR
PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS IDENTIFIKASI PELUANG PASAR
 
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...
Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak sosial dan perm...
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMILAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN AMOFER JERAMI
 
LAPORAN PRAKTIKUM PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...
LAPORAN PRAKTIKUM  PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...LAPORAN PRAKTIKUM  PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...
LAPORAN PRAKTIKUM PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF A...
 
Peluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timur
Peluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timurPeluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timur
Peluang pasar yang didasarkan atas norma sosial budaya di jawa timur
 
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGIPEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
 
pertolongan pertama
pertolongan pertamapertolongan pertama
pertolongan pertama
 
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
 
sejarah-kerajaan islam di jawa
sejarah-kerajaan islam di jawasejarah-kerajaan islam di jawa
sejarah-kerajaan islam di jawa
 
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesiaakulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
 
Rahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantaraRahmat islam bagi nusantara
Rahmat islam bagi nusantara
 
Laporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warming
Laporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warmingLaporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warming
Laporan hasil kegiatan fisika upaya penanggulangan global warming
 
Islam pada masa modern
Islam pada masa modernIslam pada masa modern
Islam pada masa modern
 
TEKS ULASAN FILM JOKOWI
TEKS ULASAN FILM JOKOWITEKS ULASAN FILM JOKOWI
TEKS ULASAN FILM JOKOWI
 
Struktur teks ulasan film JOKOWI
Struktur  teks ulasan film JOKOWIStruktur  teks ulasan film JOKOWI
Struktur teks ulasan film JOKOWI
 
B. inggris kelompok 8
B. inggris kelompok 8B. inggris kelompok 8
B. inggris kelompok 8
 
Kalimat verba dan nomina
Kalimat verba dan nominaKalimat verba dan nomina
Kalimat verba dan nomina
 
sejarah k13
sejarah k13sejarah k13
sejarah k13
 
SEJARAH KELAS X K13
SEJARAH KELAS X K13SEJARAH KELAS X K13
SEJARAH KELAS X K13
 

Recently uploaded

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 

Recently uploaded (20)

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 

MENYEDIAKAN PAKAN ALTERNATIF

  • 1. MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONESIA DENGAN MELIHAT POTENSI YANG ADA DI JAWA TIMUR Dosen Pengampu : Ir. Andang Andiani Listyowati, M.Si Disusun Oleh Dewi Inne Kumalasari 06.2.4.17.814 II A SEKOLAH TINGGIPENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN TAHUN 2017/2018
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan makalah permasalahan usaha agribisnis tentang mengatasi permasalahan pakan di Indonesia tepat pada waktunya tanpa ada halangan suatu apapun. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Permasalahan Usaha Agribisnis di STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Peternakan tahun pelajaran 2017/2018. Atas terselesaikannya pembuatan makalah ini, penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Ir. Ali Rachman, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang. 2. Ir. Andang Andiani Listyowati, M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Permasalahan Usaha Agribisnis. 3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan hasil praktikum ini baik langsung maupun tidak langsung. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi para pembaca umumnya dan penyusun khususnya. Magelang, Mei 2018 Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pakan merupakan salah satu komponen utama yang penting dalam suatu usaha peternakan. Pakan memegang peran penting bagi produktifitas ternak. Pakan yang diberikan pada ternak khususnya pada ternak ruminansia adalah pakan yang mengandung serat, protein serta zat nutrisi lain yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak, oleh sebab itu pakan haruslah tetap tersedia. Akan tetapi, pada kenyataannya, ketersediaan bahan pakan sampai saat ini masih menjadi pembatas dalam pengembangan usaha peternakan di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena lahan hijauan terbatas, dan biaya pakan dapat mencapai 60-70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga membuat peternak cenderung merugi dan kesulitan dalam mengembangkan usaha peternakan. Ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya tanah pertanian yang dapat menghasilkan pakan hijauan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya pembangunan gedung-gedung untuk perumahan, perkantoran, dan perindustrian. Sehingga, perlu dilakukan alternatif lain dalam penyediaan pakan hijauan, salah satunya berasal dari limbah. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pakan di Indonesia? 2. Dengan melihat potensi di daerah masing-masing, bagaimana cara yang bisa dilakukan para peternak untuk membuat persediaan hijauan disamping ketersediaannya yang semakin terbatas?
  • 4. BAB II PEMBAHASAN Pemecahan masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan eksplorasi sumber bahan non konvensional yang lebih murah, dapat menekan biaya produksi bahan pakan, memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, tersedia dalam jumlah banyak serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, dan harganya yang sangat murah. Oleh sebab itu, diperlukan pakan alternatif yang dapat mengatasi masalah tingginya biaya produksi dalam pengadaan pakan sumber protein dan sumber energi sehingga kebutuhan ternak dapat terpenuhi. Kelaziman penggunaan suatu bahan sebagai bahan penyusun ransum ternak menghasilkan istilah bahan pakan konvensional dan non konvensional. Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang sudah umum atau biasa digunakan dalam penyusunan ransum dan istilah bahan pakan nonkonvensional berarti bahan pakan yang jarang atau belum banyak digunakan dalam penyusunan ransum. Pengelompokkan bahan pakan kedalam bahan pakan nonkonvensional dapat berubah seiring tingkat pemanfaatannya dalam ransum. Bahan pakan nonkonvensional sering diidentikkan sebagai bahan pakan alternatif yang tengah dievaluasi kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya sebagai bahan pakan. Sebagian besar limbah pertanian, perkebunan, limbah agroindustri, limbah peternakan dan limbah perikanan dikategorikan sebagai bahan pakan nonkonvensional. Beberapa jenis limbah lainnya, seperti dedak, bekatul, bungkil kedelai dan tepung tidak dapat digolongkan sebagai bahan pakan nonkonvensional. Dengan demikian, tidak semua limbah digolngkan kedalam bahan pakan nonkonvensional dan bahan pakan nonkonvensional tidak hanya berasal dari limbah pertanian. Kandungan serat yang terkandung dalam bahan pakan sering dijadikan sebagai acuan pengelompokkan bahan pakan menjadi konsentrat dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari tanaman pangan beserta produk ikutannya (jagung, dedak, bungkil kedelai), dari hewan (tepung ikan, tepung darah) dan atau dari proses fermentasi (protein sel tunggal). Hijauan berupa rumput-rumputan dan kacang-kacanga baik dalam bentuk segar, kering maupun produk awetannya. Dengan melihat potensi alam sekitar yang ada di daerah Jawa Timur dan sekitarnya ada beberapa alternative yang bisa digunakan sebagai sumber pakan ternak diantarannya: a. Onggok
  • 5. Onggok merupakan produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka. Dari setiap ton ubi kayu dapat dihasilkan 114 kg onggok. Onggok mengandung air cukup tinggi (81-85%), dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara/ lingkungan, terutama di wilayah produksi apabila tidak ditangani dengan baik. Onggok sebenarnya berpotensi sebagai bahan pakan. Namun, kualitas yang rendah (protein kasar sekitar 1,55% dan serat kasar 10,44% bahan kering), menjadi pembatas utama penggunaan onggok sebagai bahan pakan, baik untuk ternak monogastrik maupun ternak ruminansia. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, maka kualitas onggok perlu ditingkatkan. Pengolaha Onggok Terfermentasi Sebagai Bahan Pakan Salah satu pendekatan yang sedang dirintis Balai Penelitian Ternak untuk meningkatkan kualitas onggok adalah melalui teknologi fermentasi/ biofermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan spora Aspergillus niger (koleksi Balitnak). Kegiatan diawali dengan pembiakan spora pada media potatos dextrose agar (PDA), yang selanjutnya produksi spora dilakukan secara massal dengan menggunakan media beras yang telah dikukus selama 5 hari pada suhu ruang. Spora yang terbentuk dipanen, dikeringkan pada suhu 45oC dan digiling, untuk selanjutnya siap digunakan. Setiap 1 kg onggok ditambahkan campuran mineral yang tersusun dari 40 g urea, 5 g MgSO4, 72 g ZA [(NH4)2 SO4], 1,5 g KCl, 15 g NaH2PO4 dan 0,75 g FeSO4. Onggok yang telah diberi campuran mineral tersebut selanjutnya diberi serbuk spora satu sendok makan (6-8 g), dan ditambahkan air panas untuk memperoleh kadar akhir adonan 60%. Selanjutnya adonan ditempatkan pada wadah/ baki plastik.Fermentasi dilakukan selama 3-5 hari. Proses fermentasi yang berhasil ditandai dengan munculnya warna keabuan dan kompak pada permukaan adonan. Apabila ditemukan warna miselium yang kehitam-hitaman, berarti proses fermentasi berlangsung tidak sempurna atau telah terjadi kontaminasi. Onggok yang terfermentasi sempurna kemudian dipanen, dikeringkan, dan digiling untuk selanjutnya digunakan sebagai salah satu bahan baku ransum. Onggok yang difermentasi memiliki nilai gizi yang lebih baik dibanding yang tidak difermentasi. Kandungan protein kasar meningkat dari 2% menjadi 18% bahan
  • 6. kering, atau meningkat 900%. Sementara kandungan serat kasar onggok terfermentasi cenderung menurun. Tabel komposisi gizi onggok Gizi Tanpa fermentasi (% BK) Fermentasi (% BK) Protein kasar 2,2 18,6 Karbohidrat 51,8 36,2 Abu 2,4 2,6 Serat kasar 10,8 10,46 Onggok yang telah difermerntasi dianalisa kandungan nutriennya, antara onggok dan onggok terfermentasi berbeda. Yaitu, kandungan protein kasar dan protein sejati, masing-masing meningkat dari 2,2 menjadi 18,6%. Sedang karbohidratnya menurun dari 51,8 menjadi 36,2% Sementara kandungan serat kasar onggok terfermentasi cenderung menurun. (Tabel1). Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Dan kandungan protein meningkat dari 2,2 menjadi 18,6%, dengan menggunakan urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen. Penggunaan Sebagai Pakan Hasil penelitian Tabrany S, dkk menunjukkan bahwa fermentasi onggok dengan Aspergillus niger sampai 4 minggu secara statistik sangat nyata (p<0,01) meningkatkan kandungan protein kasar onggok terolah dan menurunkan (p<0,01) kandungan HCN onggok terolah serta cenderung meningkatkan kandungan GE onggok terolah. Mutu onggok dapat ditingkatkan sebagai bahan baku pakan sumber protein, yang pemanfaatannya dapat dikembangkan pada tingkat peternak. Bila ditinjau dari aspek kandungan proteinnya, maka kemungkinan ke depan, penggunaan onggok terfermentasi untuk pakan unggas memiliki prospek yang baik dan diharapkan dapat menggantikan jagung/dedak atau polard. Pengguna onggok terfermentasi dalam ransum memberikan efesiensi produksi yang lebih baik dan biaya produksi lebih rendah. b. Tepung Kulit Kakao
  • 7. Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan 3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Pakar lain menyatakan kulit buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 % protein kasar (PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40 %. Buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %. Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0,9 kg/ hari. Proses Pengolahan Dengan Fermentasi Melalui proses fermentasi, nilai gizi limbah kulit buah kakao dapat ditingkatkan, sehingga layak untuk pakan penguat kambing maupun sapi, bahkan untuk ransum babi dan ayam. Salah satu fermentor yang cocok untuk limbah kulit buah kakao adalah Aspergillus niger . Manfaat fermentasi dengan teknologi ini antara lain : - Meningkatkan kandungan protein - Menurunkan kandungan serat kasar - Menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan) Proses Pengolahan Limbah Kulit Buah Kakao dengan Fermentasi : 1. Dicingcang 2. Dibasahi larutan Aspergillus 3. Ditutup dengan goni/ plastik 4. Dikeringkan 2-3 hari 5. Digiling Proses Pengolahan Limbah Kulit Buah Kakao Tanpa Fermentasi Kumpulkan limbah kulit buah kakao dari hasil panen lalu dicingcang. Kemudian dijemur pada sinar matahari sampai kering yang ditandai dengan cara mudah dipatahkan atau mudah hancur kalau diremas. Setelah kering ditumbuk dengan menggunakan lesung atau alat penumbuk lainnya, kemudian dilakukan pengayakan. Untuk meningkatkan mutu pakan ternak, maka tepung kulit buah kakao dapat dicampur dengan bekatul dan jagung giling masing-masing 15 %, 35 % dan 30 %. Ini
  • 8. artinya bahwa ransum tersebut terdiri atas 15 % tepung kulit buah kakao, 35 % bekatul dan 30 % jagung giling. Tabel 2. Komposisi kulit buah kakao segar dan fermentasi Nutrisi Kulit kakao segar Kulit kakao fermentasi Bahan kering % 14,5 18,4 Protein % 9,15 12,4 Lemak % 1,25 1,32 Serat kasar % 32,7 24,7 TDN % 50,3 53,2 Ca 0,29 0,21 Penggunaan Sebagai Pakan 1. Pada awal pemberian, biasanya ternak tidak langsung mau memakannya. Karena itu berikanlah pada saat ternak lapar dan bila perlu ditambah sedikit garam atau gula untuk merangsang nafsu makan. 2. Tepung limbah hasil fermentasi bisa langsung diberikan kepada ternak, atau disimpan. Penyimpanan harus dengan wadah yang bersih dan kering. 3. Untuk ternak ruminansia (sapi, kambing) limbah kakao olahan bisa dijadikan pakan penguat, untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi susu. Bisa diberikan sebagai pengganti dedak, yakni sebanyak 0,7-1,0 % dari berat hidup ternak. 4. Pada ayam buras petelur pemberian limbah kakao sebagai pengganti dedak hingga 36 % dari total ransum dapat meningkatkan produksi telur. Kulit buah kakao dikeringkan/ dijemur ditumbuk diayak pencampuran pakan ternak 5. Pada ternak kambing menunjukkan bahwa ternak nampak sehat, warna bulu mengkilat dan pertambahan berat badan ternak dapat mencapai antara 50-150 gram per ekor per hari. 6. Untuk babi dapat juga diberikan sebagai pengganti dedak padi dalam ransum sekitar 35-40 %. c. Kulit Pisang Sebagai Probiotik Pada beberapa penelitian menunjukkan pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dapat meningkatkan produksi ayam kampung dilihat
  • 9. dari pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol dalam serum darah, daging, hati, feses, dan berat organ pencernaan. Pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang juga dapat menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah. Hal ini menunjukkan kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas yang dapat menghasilkan produk yang rendah kolesterol. Oleh karena itu, diperlukan produk ternak unggas yang sehat dan rendah kolesterol. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan kulit pisang sebagai pakan unggas. Pengolahan Kulit Pisang Untuk menghasilkan prebiotik dari kulit pisang akan difermentasikan menggunakan bakteri isolate rumen. Teknik fermentasi akan mengunakan metoda Tilley and Terry (1963) yang biasa digunakan dalam kajian kecernaan pakan. Kandungan Nutrisi kulit pisang : - 1,00 gram protein - 28 gram karbohidrat - 2,8 gram serat - 0,6 gram lemak - 467 mg natrium - 1,00 mg kalium - 9.2 mg kalsium - 44,1 mg magnesium - 5,1% vitamin A - 20% vitamin C - vitamin B - 2,6% tiamin - 5,3% riboflavin - dan 4% niasin (US RDA, 1963 dan Margen, 2002). Penggunaan Sebagai Pakan Prebiotik kulit pisang sangat berpotensi untuk menggantikan antibiotik dalam pakan sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari penggunaan antibiotik tersebut. Selain itu dapat membantu dalam pengolahan limbah kulit pisang yang memiliki jumlah yang sangat banyak. Kulit pisang mengandung serat kasar sehingga
  • 10. dapat difermentasi dengan bantuan mikroba isolate rumen menjadi oligo-fruktosa yang merupakan bahan dasar dari prebiotik. Melalui penggunaan prebiotik dapat menciptakan peternakan organic yang ramah lingkungan d. Tepung Umbi jalar Umbi jalar (Ipomea batatas) merupakan produk negara-negara Asia (90% dari produk dunia). Umbi jalar digunakan sebagai pakan sumber energi, kandungan energinya mirip dengan jagung. Namun kandungan proteinnya rendah sekali. Anti nutrisi terdapat pada umbi segar, yaitu anti tryptic, namun dapat dihilangkan dengan pengeringan. Perebusan sebelum pengeringan akan memberikan hasil yang baik karena dapat meningkatkan nilai pakan. Karena berbentuk tepung, penggunaannya tidak dapat menggantikan jagung secara keseluruhan. Penggunaannya direkomendasikan sampai batas 24-30% untuk mendapatkan hasil yang baik. Apabila suplementasi protein dan penghilangan kulit umbi dilakukan, maka penggunaan sampai batas 50% dapat dilakukan. Komposisi Nutrisi Tabel 1. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram ubi jalar segar Kandungan gizi Banyaknya dalam umbi Putih Merah Kuning Kalori (kal) 123,0 123,0 136,0 Protein (g) 1,80 1,80 1,10 Lemak (g) 0,70 0,70 0,40 Karbohidrat (g) 27,90 27,90 32,30 Kalsium (mg) 30,00 30,00 57,00 Fosfor (mg) 49,00 49,00 52,00 Zat besi (mg) 0,70 0,70 0,70 Natrium (mg) - - 5,00 Kalium (mg) - - 393,0 Air (g) 68,50 68,50 - Bagian yang dapat dimakan(%) 86,00 86,00 -
  • 11. Kandungan pati ubi jalar dipengaruhi oleh umur tanaman. Semakin meningkat umur panen, kandungan pati umbi juga semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu kandungan patinya akan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan fase pertumbuhan ubi jalar di mana saat awal pertumbuhan terjadi pemanjangan dan pertumbuhan cabang-cabang baru. Semakin banyak cabang, permukaan daun makin luas, sehingga penyerapan sinar matahari semakin tinggi. Akibatnya, diperoleh hasil fotosintesa (berupa pati) yang cukup banyak. Namun, semakin tua umur tanaman, aktifitas tanaman semakin menurun. Fenomena ini mengakibatkan kadar pati umbi akan menurun dengan semakin tua umur umbi (Edmond and Ammerman, 1971 dalam Antarlina 1991) e. Ubi kayu Limbah ubi kayu yang diperoleh dari tanaman ubi kayu(Manihot esculenta, Crantz) merupakan limbah agroindustri tepung tapioka, yang pada umumnya dibuang. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi ubi kayu di Sumatera Barat tahun 2011 adalah 190.016 ton/tahun. Potensi limbah ubi kayu yang dihasilkan sebanyak 16% dari produksi ubi kayu (Darmawan, 2006), maka diperkirakan jumlah limbah ubi kayu pada tahun 2012 yaitu 30.402,56 ton/tahun, yang berpotensi sebagai pakan ternak. Anti nutrisi HCN (asam sianida)dapat dikurangi dengan perlakuan fisik dan biologi. Perlakuan fisik diantaranya dengan pemanasan, pencacahan, dan perendaman. Perlakuan biologi dapat dilakukan dengan fermentasi. Proses fermentasi tidak hanya meningkatkan kandungan gizi kulit ubi kayu, tetapi juga mampu mengurangi kandungan anti nutrisi dari kulit ubi kayu tersebut (Nuraini dkk, 2014). Penggunaan limbah ubi kayu sebagai pakan ternak terkendala dengan kandungan serat kasar yang tinggi dan adanya zat antinutrisi HCN. Menurut Siswanti (1993) kulit ubi kayu hanya dapat dipakai sampai level 10% dalam ransum broiler, karena rendahnya protein kasar, tingginya serat kasar dan adanya anti nutrisi HCN. Pengolahan ubi kayu dengan fermentasi Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa Perlakuan protein kasar % nitrogen % serat kasar % A Pc:Nc 14,75 60,41 14,27
  • 12. (1:1) B Pc:Nc(2:1) 16,39 62,70 12,50 C Pc: Nc(3:1) 18,65 64,22 10,78 f. Kulit kopi Dalam kondisi segar buah kopi terdiri dari kulit buah 45%, mucilage (bagian daging buah yang berlendir) 10%, kulit biji 5% dan biji 40% (Murni dkk., 2008), dengan demikian di perkirakan potensi ketersediaan kulit buah kopi mencapai 6,211 ton pada tahun 2013. Kulit buah kopi mengandung protein kasar 10,78% tetapi mengandung serat kasar tinggi yaitu 33,13%, lignin 16,67% dan selulosa 11,22% (Nuraini dkk, 2014) dan menurut Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian Bogor (2003), kulit buah kopi mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin sebesar 2,47% dan kafein 1,36%. Menurut Murni dkk (2008) kandungan nutrisi kulit buah kopi adalah protein kasar 9.31%, serat kasar 32.6%, abu 7.3%, lemak kasar 1.8% dan BETN 48.6%. Sebagai pakan ternak kandungan nutrisi dari kulit buah kopi masih rendah. Kulit buah kopi juga mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin dan kafein. Kandungan tanin kulit buah kopi dilaporkan mencapai 0,46 % (Donkoh et al., 1988). Penggunaan kulit buah kopi sebagai pakan ternak menurut Muryanto dkk. (2004) melaporkan bahwa pemberian 5% kulit buah kopi pada ransum tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler. Buah kopi terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit buah dan biji kopi. Biji kopi terdiri dari dua bagian yaitu (1) kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji yakni yang disebut selaput perak atau kulit ari, dan ke (2) putih lembaga (endosperma). Kulit buah kopi menurut Semangun (1996)terdiri dari : 1). Lapisan bagian luar tipis/Exocarp, lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah, 2). Daging buah/Mesocarp; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak berlendir dan rasanya manis dan 3). Kulit tanduk atau kulit dalam/Endocarp yang merupakan lapisan tanduk yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak keras. Pengolahan kulit kopi dengan fermentasi Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa
  • 13. Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan ß-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Selulosa adalah rantai panjang molekul gula yang dihubungkan satu sama lain untuk memberikan kekuatan pada kayu yang luar biasa. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman (Lynd et al., 2002). Lignin merupakan penyusun sel tanaman yang menjadi bagian dari dinding sel. Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tingi yang tersusun atas unitunit fenilpropana. Di alam keberadaan lignin pada kayu berkisar antara 25- 30%, tergantung pada jenis kayu atau factor lain yang mempengaruhi perkembangan kayu. Pada kayu, lignin umumnya terdapat di daerah lamela tengah dan berfungsi pengikat antar sel serta menguatkan dinding sel kayu. Saluran pencernaan manusia dan ternak non ruminansia tidak mempunyai enzim yang mampu memecah ikatan ß-1,4 glukosida sehingga tidak dapat dimanfaatkan selulosa. Penurunan selulosa dan lignin bisa dilakukan melalui fermentasi menggunakan mikro organisme yang bersifat selulolitik (penghasil enzim selulase) dan ligninolitik (penghasil enzim ligninase). Penurunan selulosa dan lignin terhadap limbah buah kopi yang difermentasi dengan Phanerochaeta chrysosporium dan Neurospora crassa. Nuraini (2006), menyatakan bahwa semakin banyak dosis inokulum yang dipakai maka semakin banyak kapangyang tumbuh dan semakin banyak bahan yang dirombak. Cepat lambatnya fermentasi sangat menentukan jumlah enzim yang dihasilkan, semakin lama waktu fermentasi yang digunakan akan semakin banyak bahan yang dirombak oleh enzim. Waktu fermentasi dalam memproduksi enzim yang berbeda menghasilkan aktivitas enzim yang berbeda. Besarnya dosis inokulum akan mempengaruhi biomassa dan sintesa protein. Sedikit dosis inokulum yang dipakai maka semakin sedikit pula sumbangan tubuh kapang dan enzim yang diekskresikan juga sedikit akibatnya pada perlakuan tersebut peningkatan protein kasar rendah. Selain itu fermentasi dengan menggunakan Phanerochaeta chrysosporium dapat merubah komponen yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana sehingga meningkatkan nilai gizi protein dan metabolis (Sembiring, 2006). Sedangkan kapang Neurosporacrassa merupakan salah satu kapang yang dapat menghidrolisis protein komplek menjadi peptida-peptida dan asam-asam amino bebas, serta mampu mengahsilkan enzim protease, amilase dan
  • 14. hemiselulase (Irawadi, 1991). Menurut Nuraini (2006) kapang Neurospora crassa dapat menghasilkan enzim amilase, enzim selulase dan protease, selanjutnya dijelaskan bahwa campuran 60% ampas sagu dengan 40% ampas tahu yang difermentasi dengan 9% inokulum Neurospora crassa selama 10 hari didapatkan aktifitas enzim amilase sebnyak 17.21 µ/ml, protase 15.06 µ/ml dan selulase 0.33 µ/ml. g. Kulit dan biji durian Menurut Winarti (2006)pemanfaatan kulit dan biji durian belum optimal, namun jika dilihat dari potensi dan nilai gizi yang terkandung didalamnya maka biji durian, merupakan bahan yang cukup potensial digunakan sebagai bahan makanan ternak tetapi harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menurunkan atau merenggangkan ikatan lignoselulosa sehingga mudah dicerna oleh ternak. Ada beberapa proses pengolahan yang dapat dilakukan yaitu proses kimia, fisik dan biologi (Preston dan Leng, 1987). Setiap bahan makanan yang mengalami pengolahan, baik secara kimia, biologi ataupun secara fisik akan mempunyai keuntungan dan kerugian terhadap kualitas dan kuantitas zatzat makanan. Tabel kandungan zat makanan pada kulit durian dan biji durian Zat makanan % Kulit dan biji durian Biji durian Ptotein 7,50 9,79 Lemak - 2,16 Serat kasar 21,95 2,41 Lignin 10,32 - Selulosa 9,50 - Ca 0,20 0,27 P 0,8 0,9 Dilihat dari potensi dan kandungan gizi yang terkandung didalamnya maka kulit dan biji durian menurut Winarti (2006) merupakan bahan yang cukup berpotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Nuraini dan Mahata (1998), melaporkan bahwa biji durian dapat dipakai sampai level 24% dalam ransum atau dapat menggantikan 42% jagung giling.
  • 15. Pengolahan kulit durian dan biji durian dengan fermentasi Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa Peningkatan protein kasar dan retensi nitrogen dari limbah buah durian fermentasi yang dipengaruhi komposisi inokulum Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa. Peningkatan protein kasar lebih tinggi pada komposisi inokulum Pc dan Nc (1:1), ini berkaitan dengan pertumbuhan kapang subur dan merata pada substrat LBDF dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa (1:1), ditandai dengan jumlah koloni yang banyak yaitu (18,09x10 cfu/g). Komposisi inokulum Pc dan Nc (1:1)merupakan komposisi yang seimbang sehingga tidak ada yang mendominasi pertumbuhan pada inokulum yang dapat mengakibatkan perebutan nutrisi, karena tiap sel kapang membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan dari tiap spora yang akan tumbuh. Perlakuan Peningkatan protein kasar % Retensi nitrogen % Penurunan serat kasar % Penurunan selulosa % Penurunan lignin Kecernaan serat kasar % A komposisi Pc dan Nc(1:1) 53,55 66,07 33,99 32,41 6,03 57,91 B komposisi Pc dan Nc(2:1) 13,66 59,53 35,74 34,18 6,11 59,36 C komposisi Pc dan Nc(1:2) 15,25 62,84 25,87 23,40 4,54 50,07
  • 16. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dengan melihat potensi di daerah Jawa Timur dan sekitarnya banyak limbah limbah yang terbengkalai dan pemnfaatan pun belum optimal. Sedangkan di masa-masa sekarang ini pakan ternak yang memiliki nutrisi yang cukup serta ketersediaannya menjadikan kendala bagi para petani. Maka dari itu mulailah dilakukan penelitian penelitian mengenai potensi potensi di daerah tersebut mengenai nutrisi yang dimiliki untuk dijadikan pakan alternative bagi ternak. Contohnya saja limbah hasil pertanian dan perkebunan seperti limbah ubi kayu, limbah buah pisang, limbah buah coklat, limbah buah kopi , onggok, limbah buah durian dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif bagi ternak. Kendala tingginya serat kasar dan rendahnya protein kasar diatasi dengan fermentasi. Peningkatan kualitas limbah hasil pertanian secara biologi dapat meningkatkan kandungan dan kualitas gizi.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2018. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ragur100-1971 Anonim, 2018. http://www.livestockreview.com/2011/05/memanfaatkan-limbah-kulit- pisang-untuk-pakan-unggas/ Anonim, 2018. http://lordbroken.wordpress.com/category/keilmuan/pangan-hasil- perkebunan/page/2/