Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Kajian aspek lingkungan restorasi dan rehabilitasi kubah gambut
1. KAJIAN ASPEK LINGKUNGAN RESTORASI DAN REHABILITASI
KUBAH GAMBUT
Oleh :
EDY JUNAIDI-P3KLL
Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan
Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
3. PERMASALAHAN RESTORASI INDIKATOR LINGKUNGAN
HUTAN PERKEBUNAN
ALIH
FUNGSI
PENGERINGAN
(PEMBUTAN KANAL)
KEBAKARAN LAHAN
KUALITAS AIR
DAYA DUKUNG/TATA AIR
KUALITAS TANAH
KEARIFAN LOKAL
4. Berdasarkan PP.57 tahun 2016,
Pemulihan ekosistem gambut Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) memperhatikan fungsi lindung dan fungsi
budidaya
10. KONDISI KUALITAS TANAH KHG KAHAYAN-SEBANGAU
KADAR AIR
TANAH
GAMBUT
POROSITAS
TANAH
GAMBUT
pH TANAH
GAMBUT
C-ORGANIK
TANAH GAMBUT
11. KONDISI KUALITAS TANAH SECARA UMUM
Perlu diwaspadai degradasi tanah gambut
porositasnya mendekati 0,5 dan kadar airnya mendekati 100%
Indikator Nilai
Berat Volume (gr/cm3) 0.28
Porositas 0.53
Kadar air (%) 103.42
FISIKA TANAH
12. KONDISI KUALITAS TANAH SECARA UMUM
KIMIA TANAH
Indikator Nilai Kriteria
pH H2O 3.72 sangat masam
N TOTAL (%) 0.86 sangat tinggi
C_Organik 47.90 sangat tinggi
C/N rasio 57.57
P TOTAL (ppm) 308.42 rendah
K TOTAL (ppm) 409.57 sangat rendah
Kejenuhan basa (%) 13.13 sangat rendah
KTK (me/100 gr) 105.00 sangat tinggi
Indikator (ppm) Nilai Baku mutu
FE TOTAL 62.34 10000-100000
Mn TOTAL 1.69 1000
Pb TOTAL 1.94 100 – 400
Zn TOTAL 4.00 70 – 400
Cd TOTAL 1.98 3 – 8
Cu TOTAL 4.52 60 – 125
Tingkat kesuburan gambut
oligotrofik (tingkat kesuburan yang
rendah), sehingga apabila
digunakan untuk fungsi budidaya
pertanian perlu tingkat masukan
tinggi
13. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
Belukar; 0,26
Belukar Rawa; 0,23
Hutan Rawa Sekunder; 0,22
Perkebunan; 0,44
Permukiman; 0,52
Pertanian Lahan Kering; 0,26
Pertanian Lahan Kering Campur; 0,16
Rawa; 0,20
Sawah; 0,30
Tanah Terbuka; 0,20
- 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20
Belukar
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Rawa
Sawah
Tanah Terbuka
Nilai (gr/cm3)
Berat Jenis Berat Volume
14. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
157,34
105,20
174,47
89,46
30,97
94,35
93,03
76,46
148,58
111,35
- 50,00 100,00 150,00 200,00
Belukar
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Rawa
Sawah
Tanah Terbuka
Nilai
Kadar Air
0,67
0,62
0,68
0,38
0,46
0,55
0,55
0,35
0,46
0,67
- 0,20 0,40 0,60 0,80
Belukar
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Rawa
Sawah
Tanah Terbuka
Nilai (%)
Porositas
18. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK KEBAKARAN
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00
Area Terbakar
Area tidak terbakar
Area Terbakar Area tidak terbakar
C/N rasio 69,79 49,22
C_Organik 51,44 41,49
- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Area Terbakar
Area tidak terbakar
Area Terbakar Area tidak terbakar
KTK 111,99 92,82
Kejenuhan basa 28,41 15,90
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
Area Terbakar
Area tidak terbakar
Area Terbakar Area tidak terbakar
Cu TOTAL 24,37 9,78
Cd TOTAL 20,66 7,15
Zn TOTAL 20,18 7,92
Pb TOTAL 18,61 6,52
Mn TOTAL 17,38 6,03
FE TOTAL 66,37 58,54
23. PERMODELAN PADA KANAL DI DESA GARUNG
650 m
320 m
Kanal (620 m)
Plot TMA sesaat
Constant head
Boundary:
• Domain = 320 x 650 m
• Canal = 620 m
• Constant head
Model Layer
➢ TOP = 3 m; BOTTOM = 0 m; THICKNESS = 3 m
➢ STRT (Initial condition) = 2.3 m
➢ Kx = Ky = 25 m/day
RIV Layer
➢ River stage = 1 m
➢ Bottom elev. = 0 m
➢ HC bed = 0.08 m/day (asumsi : silt)
➢ Thick of bed = 0.1 m
EVT Layer
➢ surf = TOP - 0.1 m = 2.9 m
➢ evapo potential = 0.00334 m/day
RCH Layer
➢ precipitation = 0.0055 m/day
QGIS-FREEWAT
KONDISI DAYA DUKUNG AIR DAN TATA AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
24. SKENARIO 1 (KANAL TANPA SEKAT)
Tinggi muka airtanah diatas muka laut
(m)
Kedalaman muka airtanah (m) dari
permukaan tanah
Statistik TMA :
Max : 2.57 m
Min : 1.07 m
Mean : 1.91 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.93 m
Min : 0.43 m
Mean : 1.09 m
Simulasi skenario pertama dilakukan untuk
memperlihatkan pengaruh kanal terbuka
terhadap TMAT gambut di sekitarnya.
Berdasarkan peta kontur tersebut dapat dilihat
bahwa kedalaman muka air tanah di lahan
gambut pada lokasi yang dimodelkan
seluruhnya telah melewati kriteria baku
kerusakan lahan gambut, yaitu 40 cm. Pada
lokasi model di bagian tengah ditemukan TMAT
maksimum atau paling dekat dengan
permukaan tanah, yaitu sedalam 43 cm dan
semakin ke pinggir tinggi muka air tanahnya
semakin dalam sampai mencapai 193 cm,
sedangkan rata-rata TMAT adalah109 cm.
25. SKENARIO 02 (DISEKAT)
Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m)
Skenario kedua dilakukan untuk memprediksi
pengaruh sekat kanal terhadap TMAT gambut
sekitarnya.
Teknik bangunan sekat kanal yang digunakan
dalam permodelan ini menggunakan bangunan
pelimpah (spillway) dengan tinggi 50 cm.
Hasil simulasi skenario 2 memperlihatkan bahwa
penerapan teknologi penyekatan kanal dengan
ketinggian spillway 50 cm berefek pada
penambahan ketinggian rata-rata muka air tanah
gambut. Kedalaman muka air tanah terdekat
dengan muka tanah sebesar 28 cm yang terletak di
bagian tengah wilayah yang dimodelkan dan yang
terdalam 143 cm berada di bagian pinggir wilayah
yang dimodelkan, sedangkan kedalaman rata-
ratanya adalah 83 cm. Dengan demikian, rata-rata
tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kriteria
baku kerusakan lahan gambut (40 cm).
Statistik TMA :
Max : 2.70 m
Min : 1.57 m
Mean : 2.14 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.43 m
Min : 0.29 m
Mean : 0.86 m
26. SKENARIO 03 PENIMBUNAN KANAL (BACKFILLING CANAL)
Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m)
Skenario ketiga dilakukan untuk
mensimulasikan efek penimbunan kanal
terhadap TMAT gambut di sekitarnya
Hasil simulasi skenario 3 ini memperlihatkan
bahwa penimbunan kanal sepanjang 250 m
berefek sangat signifikan pada penambahan
ketinggian rata-rata muka air tanah gambut.
Penimbunan kanal menyebabkan kedalaman
muka air tanah terdekat dengan muka tanah
sebesar 41 cm yang terletak di wilayah yang
paling dekat dengan penimbunan kanal,
sedangkan yang terdalam sekitar 194 cm
berada di bagian paling jauh dari lokasi
penimbunan kanal, sedangkan rata-rata
kedalamannya adalah 92 cm.
Statistik TMA :
Max : 2.59 m
Min : 1.06 m
Mean : 2.08 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.94 m
Min : 0.41 m
Mean : 0.92 m
27. SKENARIO 04 (Backfilling +Revegetasi)
Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m)
Statistik TMA :
Max : 2.69 m
Min : 1.07 m
Mean : 2.15 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.93 m
Min : 0.32 m
Mean : 0.85 m
Permodelan TMAT skenario keempat dilakukan untuk
memprediksi pengaruh gabungan penerapan restorasi dengan
metode penimbunan kanal dan penaman pohon tertentu
(revegetasi) terhadap TMAT
Hasil simulasi skenario 4 ini memperlihatkan bahwa kombinasi
penimbunan kanal sepanjang 250 m dan penanaman pohon
berefek sangat signifikan pada penambahan ketinggian rata-
rata muka air tanah gambut. Kombinasi metode restorasi
menyebabkan kedalaman muka air tanah maksimum sebesar
32 cm yang terletak di wilayah yang paling dekat dengan
penimbunan kanal, sedangkan yang terdalam sekitar 193 cm
berada di bagian paling jauh dari lokasi penimbunan kanal,
sedangkan rata-rata kedalamannya adalah 85 cm. Karena
kanal yang ditimbun hanya mencakup panjang 250 cm, maka
wilayah yang terpengaruh hanya yang dekat dengan kanal
yang ditimbun. Namun demikian luasan lahan yang memenuhi
kriteria baku kerusakan (kedalaman muka air tanah lebih kecil
dari 40 cm) relatif luas.
28. Perbandingan Pengaruh Empat Metode Restorasi Terhadap TMAT
Gambut (Transect of GW Level)
Canal
Peatland
Skenario 1 kanal tanpa sekat
Skenario 2 Sekat kanal (spillway -- h = 50 cm
Skenario 3 backfilling (canal backfill = 250 m)
Skenario 4 backfilling + revegetasi
Kesimpulan:
• Metode gabungan penimbunan kanal
dan revegetasi paling efektif, disusul
oleh metode penimbunan kanal, dan
terakhir metode sekat kanal.
• Meskipun demikian, masing-masing
metode tersebut memiliki keunggulan
dan kelemahan.
29. KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
Desa Buntoi
• Dominis tanaman perkebunana karet
• Kubah gambut sering terbakar, semula
hutan dengan vegetasi yang yang
didominasi pohon-pohon besar
berubah menjadi hamparan semak
belukar minim pohon.
Klasifikasi mutu air kelas II (PP 82
tahun 2001) untuk peruntukan
air sebagai sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut
31. KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
Desa Garung
• Vegetasi yang mendominasi areal
kubah gambut jambu-jambuan tumih
dan geronggang
• Kawasan kubah gambut mengalami
beberapa kali kebakaran.
33. KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
Desa Kanamit Barat
• Jenis tanaman perkebunan yang paling
banyak adalah karet dan kelapa sawit.
• Kondisi hutan pada kawasan kubah
gambut beberapa kali mengalami
kebakaran. Lima tahun terakhir areal
hutan desa ini beberapa di rehabilitasi
dimana tanaman yang telah ditanam
adalah belangiran
35. Kearifan Lokal Masyarakat Pemanfaatan Lahan Gambut
- Pemukiman cenderung terkumpul pada sekitar sungai
Kahayan dan sepanjang tepi jalan raya.
- Pertanian yang ditemukan adalah pertanian lahan
kering dengan tanaman palawija dan tanaman
perkebunan karet.
- Konservasi yang dilakukan adalah parit sederhana atau
kanal.
- Masih ditemukan sarana sanitasi yang membuang
limbah rumah tangga langsung ke sungai, tanpa
pengolahan limbah.
- Belum ada TPS dan sistem pengangkutan sampah
yang terintegrasi.
Transek
- Kebiasaan penduduk untuk membangun pemukiman
yang terpusat.
- Kebiasaan perladangan secara berpindah dan
pembukaan lahan secara membakar, dari tahun 1990
sampai pada tahun 2008.
- Setelah 2008, beberapa desa memberlakukan aturan
pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar.
- Tahun 2015, terjadi kebakaran lahan yang luas,
termasuk pada ketiga desa dan kelurahan, dan memicu
pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar
pada desa-desa yang lebih luas.
- Terbentuknya Masyarakat Peduli Api (MPA).
lokasi : Desa Buntoi, Mantaren I, Kelurahan Kalawa dan Desa Pilang
36. 36
Kalender musim
- Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Oktober, mengakibatkan
kekeringan, peluang terjadinya kebakaran lahan semakin tinggi, sulitnya
transportasi pada beberapa desa.
- Sedangkan musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Januari-
Maret dan November-Desember yang mengakibatkan banjir, kanal
penuh karena banyak sampah dan tidak dibersihkan dan susah untuk ke
ladang.
- Kalender musim bukan hanya berbicara tentang musim kemarau dan
hujan saja tetapi juga terdapat musim komoditas, misalnya karet yang
dimana bulan Januari-April adalah penanaman, bulan Mei-Juni
pembersihan pada lahan dan bulan Agustus-September membuat
bedengan. Proses itu berlangsung selama lima tahun dan setelah 10
tahun bisa untuk dipanen. Permasalahan dalam penanaman karet yaitu
terkait harga karet yang tidak stabil dan tidak seimbangnya kemampuan
pasokan bahan olah karet sementara tingkat produksi atau permintaan
industri masih tetap tinggi.
- Terdapat pembagian peran yang seimbang antara
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-
hari.
- Permasalahan yang terkait dengan peran gender
ini yaitu masyarakatnya yang bekerja sebagai
petani pada umumnya hanya bekerja setengah
hari saja yaitu sampai pukul 12.00 saja. Setelah
mereka makan siang dan istirahat, sorenya yang
laki-lakinya pergi memancing dan melanjutkan
pekerjaannya kembali besok hari
Peran Gender
38. No. Pertanyaan
Indeks
Likert
Kelas
1 Lahan gambut adalah penyerap/penyimpan karbon 83,89 Sangat Setuju
2 Lahan gambut berfungsi menjaga ketersediaan air 83,70 Sangat Setuju
3 Lahan gambut adalah tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan tertentu 85,21 Sangat Setuju
4 Lahan gambut adalah tempat mencari mata pencaharian/pendapatan bagi
masyarakat yang tinggal di sekitarnya
81,90 Sangat Setuju
5 Lahan gambut dibuka untuk menjadi tempat aktivitas yang produktif 80,95 Sangat Setuju
6 Lahan gambut dibuka untuk menjadi lahan pertanian padi sawah 78,10 Setuju
7 Lahan gambut dibuka untuk menjadi lahan pertanian padi ladang 79,05 Setuju
8 Lahan gambut dibuka menjadi perkebunan sawit 57,06 Ragu-ragu
9 Lahan gambut dibuka menjadi perkebunan karet 80,66 Sangat Setuju
10 Lahan gambut dibuka untuk ditanami tanaman kehutanan (kekayuan) 83,70 Sangat Setuju
11 Lahan gambut dimanfaatkan untuk wisata alam 79,05 Setuju
12 Lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah telah mengalami kerusakan 72,80 Setuju
13 Lahan gambut dibuka menjadi lahan pertanian dengan cara dibakar 53,18 Ragu-ragu
14 Pembuatan kanal yang tidak terkontrol menyebabkan kerusakan lahan gambut 76,11 Setuju
15 Perubahan penggunaan lahan menjadi penyebab rusaknya gambut 74,60 Setuju
16 Kegiatan konservasi/ restorasi/ pelestarian lahan gambut dilaksanakan di desa/
wilayah ini
82,27 Sangat Setuju
Persepsi masyarakat terhadap lahan gambut
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
39. Rekomendasi Restorasi dan rehabilitasi Ekosistem Gambut
39
▪ Restorasi atau pemulihan lahan gambut (Permen LHK Nomor
P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Teknis
Pemulihan Ekosistem Gambut) : (1)
penutupan/pengurugan/penimbunan kanal, (2) pembangunan
sekat/tabat kanal di lahan gambut dengan fungsi lindung dan di seluruh
lahan gambut yang terlanjur dibangun dan (3) penanaman vegetasi
yang dapat meningkatkan kemampuan lahan gambut dalam menahan
air (revegetasi)
▪ Untuk mendukung restorasi dan rehabilitasi KHG Kahayan sebangau
dihasilkan kelas kemampuan dan kesesuain ekosistem gambut
40. Kemampuan lahan
untuk ekosistem
gambut pada
gambut budidaya
40
• Pada kubah gambuttutupan lahan yang
tidak sesuai peruntukannya sekitar 28
% berada pada fungsi lindung dengan
kondisi gambut pada area tidak mudah
terbakar dan sekitar 11 % berada pada
area mudah terbakar.
• Untuk tutupan lahan yang tidak sesuai
peruntukannya sekitar 5 % berada pada
fungsi budidaya terbatas (pertanian dan
perkebunan) pada kondisi gambut pada
area mudah terbakar dan sekitar 13 %
berada pada area tidak mudah
terbakar.