SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
Download to read offline
KAJIAN ASPEK LINGKUNGAN RESTORASI DAN REHABILITASI
KUBAH GAMBUT
Oleh :
EDY JUNAIDI-P3KLL
Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan
Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pendahuluan
Kondisi Lokasi Kajian
Hasil Kajian Aspek Lingkungan
Rekomendasi
OUT LINE
2
PERMASALAHAN RESTORASI INDIKATOR LINGKUNGAN
HUTAN PERKEBUNAN
ALIH
FUNGSI
PENGERINGAN
(PEMBUTAN KANAL)
KEBAKARAN LAHAN
KUALITAS AIR
DAYA DUKUNG/TATA AIR
KUALITAS TANAH
KEARIFAN LOKAL
Berdasarkan PP.57 tahun 2016,
Pemulihan ekosistem gambut Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) memperhatikan fungsi lindung dan fungsi
budidaya
LOKASI
KEGIATAN
5
Focus pada area puncak
kubah bagian tengah
(Puncak Kubah Desa Garung)
KHG
KAHAYAN
SEBANGAU
FUNGSI
KAWASAN
6
TUTUPAN LAHAN 2018
7
HUTAN PERKEBUNAN
BELUKAR RAWA
PERTANIAN LAHAN
KERING
KAWASAN TERBAKAR
8
Areal Terbakar
2015
23%
Areal Terbakar
2017
0%
Areal Terbakar
2018
3%
Areal Terbakar
2019
16%
Areal tidak
terbakar
58%
STATUS KERUSAKAN EKOSISTEM GAMBUT
KLHK RI TAHUN 2017
9
KONDISI KUALITAS TANAH KHG KAHAYAN-SEBANGAU
KADAR AIR
TANAH
GAMBUT
POROSITAS
TANAH
GAMBUT
pH TANAH
GAMBUT
C-ORGANIK
TANAH GAMBUT
KONDISI KUALITAS TANAH SECARA UMUM
Perlu diwaspadai degradasi tanah gambut
porositasnya mendekati 0,5 dan kadar airnya mendekati 100%
Indikator Nilai
Berat Volume (gr/cm3) 0.28
Porositas 0.53
Kadar air (%) 103.42
FISIKA TANAH
KONDISI KUALITAS TANAH SECARA UMUM
KIMIA TANAH
Indikator Nilai Kriteria
pH H2O 3.72 sangat masam
N TOTAL (%) 0.86 sangat tinggi
C_Organik 47.90 sangat tinggi
C/N rasio 57.57
P TOTAL (ppm) 308.42 rendah
K TOTAL (ppm) 409.57 sangat rendah
Kejenuhan basa (%) 13.13 sangat rendah
KTK (me/100 gr) 105.00 sangat tinggi
Indikator (ppm) Nilai Baku mutu
FE TOTAL 62.34 10000-100000
Mn TOTAL 1.69 1000
Pb TOTAL 1.94 100 – 400
Zn TOTAL 4.00 70 – 400
Cd TOTAL 1.98 3 – 8
Cu TOTAL 4.52 60 – 125
Tingkat kesuburan gambut
oligotrofik (tingkat kesuburan yang
rendah), sehingga apabila
digunakan untuk fungsi budidaya
pertanian perlu tingkat masukan
tinggi
KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
Belukar; 0,26
Belukar Rawa; 0,23
Hutan Rawa Sekunder; 0,22
Perkebunan; 0,44
Permukiman; 0,52
Pertanian Lahan Kering; 0,26
Pertanian Lahan Kering Campur; 0,16
Rawa; 0,20
Sawah; 0,30
Tanah Terbuka; 0,20
- 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20
Belukar
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Rawa
Sawah
Tanah Terbuka
Nilai (gr/cm3)
Berat Jenis Berat Volume
KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
157,34
105,20
174,47
89,46
30,97
94,35
93,03
76,46
148,58
111,35
- 50,00 100,00 150,00 200,00
Belukar
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Rawa
Sawah
Tanah Terbuka
Nilai
Kadar Air
0,67
0,62
0,68
0,38
0,46
0,55
0,55
0,35
0,46
0,67
- 0,20 0,40 0,60 0,80
Belukar
Belukar Rawa
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Permukiman
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Rawa
Sawah
Tanah Terbuka
Nilai (%)
Porositas
KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK KEBAKARAN
17
KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK KEBAKARAN
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00
Area Terbakar
Area tidak terbakar
Area Terbakar Area tidak terbakar
C/N rasio 69,79 49,22
C_Organik 51,44 41,49
- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Area Terbakar
Area tidak terbakar
Area Terbakar Area tidak terbakar
KTK 111,99 92,82
Kejenuhan basa 28,41 15,90
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
Area Terbakar
Area tidak terbakar
Area Terbakar Area tidak terbakar
Cu TOTAL 24,37 9,78
Cd TOTAL 20,66 7,15
Zn TOTAL 20,18 7,92
Pb TOTAL 18,61 6,52
Mn TOTAL 17,38 6,03
FE TOTAL 66,37 58,54
KONDISI KUALITAS TANAH PADA PUNCAK DAN NON PUNCAK KUBAH
KONDISI KUALITAS TANAH PADA PUNCAK DAN NON PUNCAK KUBAH
KONDISI KUALITAS TANAH PADA STATUS EKOSISTEM GAMBUT
KONDISI KUALITAS TANAH PADA STATUS EKOSISTEM GAMBUT
PERMODELAN PADA KANAL DI DESA GARUNG
650 m
320 m
Kanal (620 m)
Plot TMA sesaat
Constant head
Boundary:
• Domain = 320 x 650 m
• Canal = 620 m
• Constant head
Model Layer
➢ TOP = 3 m; BOTTOM = 0 m; THICKNESS = 3 m
➢ STRT (Initial condition) = 2.3 m
➢ Kx = Ky = 25 m/day
RIV Layer
➢ River stage = 1 m
➢ Bottom elev. = 0 m
➢ HC bed = 0.08 m/day (asumsi : silt)
➢ Thick of bed = 0.1 m
EVT Layer
➢ surf = TOP - 0.1 m = 2.9 m
➢ evapo potential = 0.00334 m/day
RCH Layer
➢ precipitation = 0.0055 m/day
QGIS-FREEWAT
KONDISI DAYA DUKUNG AIR DAN TATA AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
SKENARIO 1 (KANAL TANPA SEKAT)
Tinggi muka airtanah diatas muka laut
(m)
Kedalaman muka airtanah (m) dari
permukaan tanah
Statistik TMA :
Max : 2.57 m
Min : 1.07 m
Mean : 1.91 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.93 m
Min : 0.43 m
Mean : 1.09 m
Simulasi skenario pertama dilakukan untuk
memperlihatkan pengaruh kanal terbuka
terhadap TMAT gambut di sekitarnya.
Berdasarkan peta kontur tersebut dapat dilihat
bahwa kedalaman muka air tanah di lahan
gambut pada lokasi yang dimodelkan
seluruhnya telah melewati kriteria baku
kerusakan lahan gambut, yaitu 40 cm. Pada
lokasi model di bagian tengah ditemukan TMAT
maksimum atau paling dekat dengan
permukaan tanah, yaitu sedalam 43 cm dan
semakin ke pinggir tinggi muka air tanahnya
semakin dalam sampai mencapai 193 cm,
sedangkan rata-rata TMAT adalah109 cm.
SKENARIO 02 (DISEKAT)
Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m)
Skenario kedua dilakukan untuk memprediksi
pengaruh sekat kanal terhadap TMAT gambut
sekitarnya.
Teknik bangunan sekat kanal yang digunakan
dalam permodelan ini menggunakan bangunan
pelimpah (spillway) dengan tinggi 50 cm.
Hasil simulasi skenario 2 memperlihatkan bahwa
penerapan teknologi penyekatan kanal dengan
ketinggian spillway 50 cm berefek pada
penambahan ketinggian rata-rata muka air tanah
gambut. Kedalaman muka air tanah terdekat
dengan muka tanah sebesar 28 cm yang terletak di
bagian tengah wilayah yang dimodelkan dan yang
terdalam 143 cm berada di bagian pinggir wilayah
yang dimodelkan, sedangkan kedalaman rata-
ratanya adalah 83 cm. Dengan demikian, rata-rata
tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kriteria
baku kerusakan lahan gambut (40 cm).
Statistik TMA :
Max : 2.70 m
Min : 1.57 m
Mean : 2.14 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.43 m
Min : 0.29 m
Mean : 0.86 m
SKENARIO 03 PENIMBUNAN KANAL (BACKFILLING CANAL)
Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m)
Skenario ketiga dilakukan untuk
mensimulasikan efek penimbunan kanal
terhadap TMAT gambut di sekitarnya
Hasil simulasi skenario 3 ini memperlihatkan
bahwa penimbunan kanal sepanjang 250 m
berefek sangat signifikan pada penambahan
ketinggian rata-rata muka air tanah gambut.
Penimbunan kanal menyebabkan kedalaman
muka air tanah terdekat dengan muka tanah
sebesar 41 cm yang terletak di wilayah yang
paling dekat dengan penimbunan kanal,
sedangkan yang terdalam sekitar 194 cm
berada di bagian paling jauh dari lokasi
penimbunan kanal, sedangkan rata-rata
kedalamannya adalah 92 cm.
Statistik TMA :
Max : 2.59 m
Min : 1.06 m
Mean : 2.08 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.94 m
Min : 0.41 m
Mean : 0.92 m
SKENARIO 04 (Backfilling +Revegetasi)
Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m)
Statistik TMA :
Max : 2.69 m
Min : 1.07 m
Mean : 2.15 m
Statistik Ked. Airtanah :
Max : 1.93 m
Min : 0.32 m
Mean : 0.85 m
Permodelan TMAT skenario keempat dilakukan untuk
memprediksi pengaruh gabungan penerapan restorasi dengan
metode penimbunan kanal dan penaman pohon tertentu
(revegetasi) terhadap TMAT
Hasil simulasi skenario 4 ini memperlihatkan bahwa kombinasi
penimbunan kanal sepanjang 250 m dan penanaman pohon
berefek sangat signifikan pada penambahan ketinggian rata-
rata muka air tanah gambut. Kombinasi metode restorasi
menyebabkan kedalaman muka air tanah maksimum sebesar
32 cm yang terletak di wilayah yang paling dekat dengan
penimbunan kanal, sedangkan yang terdalam sekitar 193 cm
berada di bagian paling jauh dari lokasi penimbunan kanal,
sedangkan rata-rata kedalamannya adalah 85 cm. Karena
kanal yang ditimbun hanya mencakup panjang 250 cm, maka
wilayah yang terpengaruh hanya yang dekat dengan kanal
yang ditimbun. Namun demikian luasan lahan yang memenuhi
kriteria baku kerusakan (kedalaman muka air tanah lebih kecil
dari 40 cm) relatif luas.
Perbandingan Pengaruh Empat Metode Restorasi Terhadap TMAT
Gambut (Transect of GW Level)
Canal
Peatland
Skenario 1 kanal tanpa sekat
Skenario 2 Sekat kanal (spillway -- h = 50 cm
Skenario 3 backfilling (canal backfill = 250 m)
Skenario 4 backfilling + revegetasi
Kesimpulan:
• Metode gabungan penimbunan kanal
dan revegetasi paling efektif, disusul
oleh metode penimbunan kanal, dan
terakhir metode sekat kanal.
• Meskipun demikian, masing-masing
metode tersebut memiliki keunggulan
dan kelemahan.
KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
Desa Buntoi
• Dominis tanaman perkebunana karet
• Kubah gambut sering terbakar, semula
hutan dengan vegetasi yang yang
didominasi pohon-pohon besar
berubah menjadi hamparan semak
belukar minim pohon.
Klasifikasi mutu air kelas II (PP 82
tahun 2001) untuk peruntukan
air sebagai sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut
Parameter Satuan Kubah Kanal Primer Kanal Sekunder Batas Maksimum
I II III IV
Fisika
Suhu # °C 27.83 ± 0.29 27.17 ± 0.29 27.67 ± 0.29 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3
Warna TCU 187.33 ± 24.95 191.67 ± 9.50 194.67 ± 12.34 - - - -
DHL (daya hantar listrik) # µs/cm 53.30 ± 6.97 108.87 ± 23.93 66.27 ± 5.57 - - - -
Zat Padat Tersuspensi (TSS)# mg/L 5.67 ± 4.73 3.33 ± 1.53 3.33 ± 3.21 50 50 400 400
TDS (Zat padat terlarut) mg/L 28.27 ± 0.98 54.47 ± 12.03 33.10 ± 2.77 1000 1000 1000 2000
Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau - - - -
Kekeruhan NTU 6.17 ± 1.49 9.85 ± 2.86 8.22 ± 0.42 - - - -
Kimia
pH # - 3.66 ± 0.02 3.40 ± 0.09 3.66 ± 0.03 6-9 6-9 6-9 5-9
Air Raksa (Hg) mg/L < 0.0008 < 0.0008 < 0.0008 0.001 0.002 0.002 0.005
Flourida (F) # mg/L < 0.002 < 0.002 < 0002 0.5 1.5 1.5 -
Kesadahan (CaCO3) # mg/L 19.30 ± 6.08 33.33 ± 6.07 29.83 ± 6.07 - - - -
Nitrat (NO3-N) mg/L 0.67 ± 0.14 0.67 ± 0.05 0.45 ± 0.30 10 10 20 20
Nitrit (NO2-N) # mg/L < 0.0013 < 0.0013 < 0.0013 0.06 0.06 0.06 -
Sulfat (SO4) # mg/L 47.47 ± 63.16 111.49 ± 176.77 10.85 ± 0.29 400 - - -
Oksigen Terlarut (DO) # mg/L 4.26 ± 0.03 4.81 ± 0.39 4.44 ± 0.35 6 4 3 0
BOD5 mg/L 90.97 ± 28.82 73.73 ± 2.65 71.27 ± 2.01 2 3 6 12
COD # mg/L 189.33 ± 62.77 159.93 ± 2.70 156.23 ± 4.48 10 25 50 100
Amonia (NH3-N) # mg/L 0.37 ± 0.18 < 0.003 - 0.171 0.41 ± 0.06 0.5 - - -
Zat Organik (KMnO4) # mg/L 301.11 ± 4.70 279.53 ± 7.76 287.24 ± 11.57 - - - -
Chlor Bebas (Cl2 free) mg/L < 0.002 - 0.318 0.22 ± 0.05 0.16 ± 0.11 0.03 0.03 0.3 -
Besi(Fe) # mg/L 0.27 ± 0.03 0.97 ± 0.23 0.59 ± 0.03 0.3 - - -
Cadmium (Cd) # mg/L < 0.0015 - 0.0091 0.02 ± 0.02 < 0.0015 - 0.045 0.01 0.01 0.01 0.01
Mangan (Mn) # mg/L 0.01 ± 0.00 0.03 ± 0.02 0.01 ± 0.01 0.1 - - -
Seng (Zn) # mg/L 0.02 ± 0.01 0.12 ± 0.02 0.05 ± 0.01 0.05 0.05 0.05 2
Timbal (Pb) # mg/L 0.22 ± 0.08 0.21 ± 0.05 0.29 ± 0.12 0.03 0.03 0.03 1
Tembaga (Cu) # mg/L 0.02 ± 0.00 0.03 ± 0.01 0.02 ± 0.01 0.02 0.02 0.02 0.2
Nitrogen Total (N) mg/L 1.72 ± 0.59 1.10 ± 0.21 1.62 ± 0.46 - - - -
KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
Desa Garung
• Vegetasi yang mendominasi areal
kubah gambut jambu-jambuan tumih
dan geronggang
• Kawasan kubah gambut mengalami
beberapa kali kebakaran.
Parameter Satuan Kubah Kanal Primer Kanal Sekunder Batas Maksimum
I II III IV
Fisika
Suhu # °C 28.00 ± 0.00 27.36 ± 0.25 28.00 ± 0.00 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3
Warna TCU 329.00 ± 110.92 173.00 ± 8.54 174.67 ± 22.94 - - - -
DHL (daya hantar listrik) # µs/cm 56.74 ± 6.24 47.40 ± 3.54 52.07 ± 1.93 - - - -
Zat Padat Tersuspensi (TSS)# mg/L 130.33 ± 115.59 11.67 ± 2.31 13.00 ± 8.54 50 50 400 400
TDS (Zat padat terlarut) mg/L 28.27 ± 3.11 23.70 ± 1.77 29.37 ± 6.07 1000 1000 1000 2000
Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau - - - -
Kekeruhan NTU 345.59 ± 353.12 38.67 ± 25.94 30.36 ± 10.53 - - - -
Kimia
pH # - 3.67 ± 0.04 3.84 ± 0.20 30.36 ± 10.53 6-9 6-9 6-9 5-9
Air Raksa (Hg) mg/L < 0.0008 < 0.0008 < 0.0008 0.001 0.002 0.002 0.005
Flourida (F) # mg/L < 0.002 < 0.002 < 0002 0.5 1.5 1.5 -
Kesadahan (CaCO3) # mg/L 33.33 ± 6.07 33.33 ± 6.07 29.83 ± 6.07 - - - -
Nitrat (NO3-N) mg/L 2.29 ± 1.20 0.68 ± 0.15 0.26 ± 0.17 10 10 20 20
Nitrit (NO2-N) # mg/L < 0.0013 < 0.0013 < 0.0013 0.06 0.06 0.06 -
Sulfat (SO4) # mg/L 8.76 ± 3.40 9.02 ± 0.54 7.12 ± 0.76 400 - - -
Oksigen Terlarut (DO) # mg/L 3.89 ± 0.19 3.95 ± 0.14 3.79 ± 0.18 6 4 3 0
BOD5 mg/L 185.30 ± 128.60 69.10 ± 2.17 62.77 ± 4.86 2 3 6 12
COD # mg/L 405.73 ± 281.47 151.40 ± 4.59 137.70 ± 10.61 10 25 50 100
Amonia (NH3-N) # mg/L 0.10 ± 0.09 < 0.003 - 0.553 < 0,003 0.5 - - -
Zat Organik (KMnO4) # mg/L 574.48 ± 313.73 282.62 ± 3.56 263.60 ± 4.63 - - - -
Chlor Bebas (Cl2 free) mg/L 0.27 ± 0.18 0.13 ± 0.08 0.35 ± 0.36 0.03 0.03 0.3 -
Besi(Fe) # mg/L 0.18 ± 0.06 0.40 ± 0.09 0.44 ± 0.05 0.3 - - -
Cadmium (Cd) # mg/L 0.01 ± 0.01 < 0.0015 - 0.0037 < 0.0015 - 0.0042 0.01 0.01 0.01 0.01
Mangan (Mn) # mg/L 0.01 ± 0.01 0.01 ± 0.01 0.02 ± 0.01 0.1 - - -
Seng (Zn) # mg/L 0.03 ± 0.01 0.04 ± 0.01 0.05 ± 0.00 0.05 0.05 0.05 2
Timbal (Pb) # mg/L 0.23 ± 0.19 0.15 ± 0.05 0.34 ± 0.07 0.03 0.03 0.03 1
Tembaga (Cu) # mg/L 0.03 ± 0.01 0.05 ± 0.05 0.05 ± 0.01 0.02 0.02 0.02 0.2
Nitrogen Total (N) mg/L 2.59 ± 1.40 1.60 ± 0.70 0.78 ± 0.43 - - - -
KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
Desa Kanamit Barat
• Jenis tanaman perkebunan yang paling
banyak adalah karet dan kelapa sawit.
• Kondisi hutan pada kawasan kubah
gambut beberapa kali mengalami
kebakaran. Lima tahun terakhir areal
hutan desa ini beberapa di rehabilitasi
dimana tanaman yang telah ditanam
adalah belangiran
Parameter Satuan Kubah Kanal Primer Kanal Sekunder Batas Maksimum
I II III IV
Fisika
Suhu # °C 27.30 ± 0.35 27.00 ± 0.00 27.00 ± 0.00 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3
Warna TCU 162.0 ± 14.14 202.3 ± 6.51 236.0 ± 54.03 - - - -
DHL (daya hantar listrik) # µs/cm 75.6 ± 1.98 74.4 ± 2.02 92.7 ± 9.66 - - - -
Zat Padat Tersuspensi
(TSS)#
mg/L 34.5 ± 41.72 8.7 ± 2.89 4.0 ± 3.61 50 50 400 400
TDS (Zat padat terlarut) mg/L 37.8 ± 0.99 37.2 ± 1.01 46.4 ± 4.85 1000 1000 1000 2000
Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau - - - -
Kekeruhan NTU 53.34 ± 58.86 10.1 ± 3.10 35.5 ± 16.97 - - - -
Kimia
pH # - 3.56 ±0.05 3.6 ± 0.03 3.5 ± 0.10 6-9 6-9 6-9 5-9
Air Raksa (Hg) mg/L < 0.0008 < 0.0008 < 0.0008 0.001 0.002 0.002 0.005
Flourida (F) # mg/L < 0.002 < 0.002 < 0002 0.5 1.5 1.5 -
Kesadahan (CaCO3) # mg/L 31.58 ± 7.44 33.3 ± 6.07 33.3 ± 6.07 - - - -
Nitrat (NO3-N) mg/L 2.85 ± 0.14 2.3 ± 0.14 2.5 ± 0.26 10 10 20 20
Nitrit (NO2-N) # mg/L < 0.0013 < 0.0013 < 0.0013 0.06 0.06 0.06 -
Sulfat (SO4) # mg/L 13.16 ± 0.47 14.3 ± 0.14 15.4 ± 1.18 400 - - -
Oksigen Terlarut (DO) # mg/L 122.05 ± 10.25 103.8 ± 1.91 174.1 ± 70.29 6 4 3 0
BOD5 mg/L 122.05 ± 10.25 103.8 ± 1.91 174.1 ± 70.29 2 3 6 12
COD # mg/L 267.65 ± 22.42 227.6 ± 4.12 381.9 ± 154.16 10 25 50 100
Amonia (NH3-N) # mg/L 0.23 ± 0.01 0.2 ± 0.07 0.2 ± 0.21 0.5 - - -
Zat Organik (KMnO4) # mg/L 570.37 ± 13.08 526.2 ± 12.84 583.7 ± 36.13 - - - -
Chlor Bebas (Cl2 free) mg/L 0.68 ± 0.40 0.3 ± 0.23 0.4 ± 0.39 0.03 0.03 0.3 -
Besi(Fe) # mg/L 0.55 ± 0.08 0.6 ± 0.33 0.6 ± 0.08 0.3 - - -
Cadmium (Cd) # mg/L 0.01 0.04 < 0.0015 0.01 0.01 0.01 0.01
Mangan (Mn) # mg/L 0.02 ± 0.01 0.02 ± 0.01 0.02 ± 0.00 0.1 - - -
Seng (Zn) # mg/L 0.07 ± 0.05 0.06 ± 0.04 0.03 ± 0.01 0.05 0.05 0.05 2
Timbal (Pb) # mg/L 0.23 ± 0.01 0.15 ± 0.04 0.11 ± 0.02 0.03 0.03 0.03 1
Tembaga (Cu) # mg/L 0.04 ± 0.03 0.03 ± 0.00 0.02 ± 0.00 0.02 0.02 0.02 0.2
Nitrogen Total (N) mg/L 3.52 ± 0.17 3.03 ± 0.32 3.16 ± 0.74 - - - -
Kearifan Lokal Masyarakat Pemanfaatan Lahan Gambut
- Pemukiman cenderung terkumpul pada sekitar sungai
Kahayan dan sepanjang tepi jalan raya.
- Pertanian yang ditemukan adalah pertanian lahan
kering dengan tanaman palawija dan tanaman
perkebunan karet.
- Konservasi yang dilakukan adalah parit sederhana atau
kanal.
- Masih ditemukan sarana sanitasi yang membuang
limbah rumah tangga langsung ke sungai, tanpa
pengolahan limbah.
- Belum ada TPS dan sistem pengangkutan sampah
yang terintegrasi.
Transek
- Kebiasaan penduduk untuk membangun pemukiman
yang terpusat.
- Kebiasaan perladangan secara berpindah dan
pembukaan lahan secara membakar, dari tahun 1990
sampai pada tahun 2008.
- Setelah 2008, beberapa desa memberlakukan aturan
pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar.
- Tahun 2015, terjadi kebakaran lahan yang luas,
termasuk pada ketiga desa dan kelurahan, dan memicu
pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar
pada desa-desa yang lebih luas.
- Terbentuknya Masyarakat Peduli Api (MPA).
lokasi : Desa Buntoi, Mantaren I, Kelurahan Kalawa dan Desa Pilang
36
Kalender musim
- Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Oktober, mengakibatkan
kekeringan, peluang terjadinya kebakaran lahan semakin tinggi, sulitnya
transportasi pada beberapa desa.
- Sedangkan musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Januari-
Maret dan November-Desember yang mengakibatkan banjir, kanal
penuh karena banyak sampah dan tidak dibersihkan dan susah untuk ke
ladang.
- Kalender musim bukan hanya berbicara tentang musim kemarau dan
hujan saja tetapi juga terdapat musim komoditas, misalnya karet yang
dimana bulan Januari-April adalah penanaman, bulan Mei-Juni
pembersihan pada lahan dan bulan Agustus-September membuat
bedengan. Proses itu berlangsung selama lima tahun dan setelah 10
tahun bisa untuk dipanen. Permasalahan dalam penanaman karet yaitu
terkait harga karet yang tidak stabil dan tidak seimbangnya kemampuan
pasokan bahan olah karet sementara tingkat produksi atau permintaan
industri masih tetap tinggi.
- Terdapat pembagian peran yang seimbang antara
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-
hari.
- Permasalahan yang terkait dengan peran gender
ini yaitu masyarakatnya yang bekerja sebagai
petani pada umumnya hanya bekerja setengah
hari saja yaitu sampai pukul 12.00 saja. Setelah
mereka makan siang dan istirahat, sorenya yang
laki-lakinya pergi memancing dan melanjutkan
pekerjaannya kembali besok hari
Peran Gender
37
Preferensi Komoditi
- Padi sawah
- Padi ladang
- Karet
- Singkong
- Petai
- Sengon
- Rotan
- Bambu
- Daun Rumbia
PEMUKIMAN
PEMUKIMAN
No. Pertanyaan
Indeks
Likert
Kelas
1 Lahan gambut adalah penyerap/penyimpan karbon 83,89 Sangat Setuju
2 Lahan gambut berfungsi menjaga ketersediaan air 83,70 Sangat Setuju
3 Lahan gambut adalah tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan tertentu 85,21 Sangat Setuju
4 Lahan gambut adalah tempat mencari mata pencaharian/pendapatan bagi
masyarakat yang tinggal di sekitarnya
81,90 Sangat Setuju
5 Lahan gambut dibuka untuk menjadi tempat aktivitas yang produktif 80,95 Sangat Setuju
6 Lahan gambut dibuka untuk menjadi lahan pertanian padi sawah 78,10 Setuju
7 Lahan gambut dibuka untuk menjadi lahan pertanian padi ladang 79,05 Setuju
8 Lahan gambut dibuka menjadi perkebunan sawit 57,06 Ragu-ragu
9 Lahan gambut dibuka menjadi perkebunan karet 80,66 Sangat Setuju
10 Lahan gambut dibuka untuk ditanami tanaman kehutanan (kekayuan) 83,70 Sangat Setuju
11 Lahan gambut dimanfaatkan untuk wisata alam 79,05 Setuju
12 Lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah telah mengalami kerusakan 72,80 Setuju
13 Lahan gambut dibuka menjadi lahan pertanian dengan cara dibakar 53,18 Ragu-ragu
14 Pembuatan kanal yang tidak terkontrol menyebabkan kerusakan lahan gambut 76,11 Setuju
15 Perubahan penggunaan lahan menjadi penyebab rusaknya gambut 74,60 Setuju
16 Kegiatan konservasi/ restorasi/ pelestarian lahan gambut dilaksanakan di desa/
wilayah ini
82,27 Sangat Setuju
Persepsi masyarakat terhadap lahan gambut
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Rekomendasi Restorasi dan rehabilitasi Ekosistem Gambut
39
▪ Restorasi atau pemulihan lahan gambut (Permen LHK Nomor
P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Teknis
Pemulihan Ekosistem Gambut) : (1)
penutupan/pengurugan/penimbunan kanal, (2) pembangunan
sekat/tabat kanal di lahan gambut dengan fungsi lindung dan di seluruh
lahan gambut yang terlanjur dibangun dan (3) penanaman vegetasi
yang dapat meningkatkan kemampuan lahan gambut dalam menahan
air (revegetasi)
▪ Untuk mendukung restorasi dan rehabilitasi KHG Kahayan sebangau
dihasilkan kelas kemampuan dan kesesuain ekosistem gambut
Kemampuan lahan
untuk ekosistem
gambut pada
gambut budidaya
40
• Pada kubah gambuttutupan lahan yang
tidak sesuai peruntukannya sekitar 28
% berada pada fungsi lindung dengan
kondisi gambut pada area tidak mudah
terbakar dan sekitar 11 % berada pada
area mudah terbakar.
• Untuk tutupan lahan yang tidak sesuai
peruntukannya sekitar 5 % berada pada
fungsi budidaya terbatas (pertanian dan
perkebunan) pada kondisi gambut pada
area mudah terbakar dan sekitar 13 %
berada pada area tidak mudah
terbakar.
Kesesuaian lahan
ekosistem
gambut
41
Terima kasih

More Related Content

Similar to Kajian aspek lingkungan restorasi dan rehabilitasi kubah gambut

EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIRepository Ipb
 
BMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdfBMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdfRahmadiAziz1
 
15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambakPutra putra
 
slidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdf
slidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdfslidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdf
slidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdfDianora Didi
 
jurnal bendungan ok
jurnal bendungan okjurnal bendungan ok
jurnal bendungan okalam luas
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)Ferli Dian SAputra
 
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfIrigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfAswar Amiruddin
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungaiJack Lubis
 
PPT PENDAHULUAN TRITIS.pptx
PPT PENDAHULUAN TRITIS.pptxPPT PENDAHULUAN TRITIS.pptx
PPT PENDAHULUAN TRITIS.pptxssuser6b795e
 
Kajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya Air
Kajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya AirKajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya Air
Kajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya AirWillem Sidharno
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanPT. SASA
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...suningterusberkarya
 
Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023
Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023
Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023AhmadMuhtadi11
 
Materi M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdfMateri M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdfHackEuy
 
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIRKONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIRfrenkytanzil5
 

Similar to Kajian aspek lingkungan restorasi dan rehabilitasi kubah gambut (20)

EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
 
BMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdfBMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdf
 
15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak15. budidaya udang di tambak
15. budidaya udang di tambak
 
slidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdf
slidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdfslidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdf
slidepemetaanzonasiairtanahkabupatenbangkatengah-131009205156-phpapp01.pdf
 
jurnal bendungan ok
jurnal bendungan okjurnal bendungan ok
jurnal bendungan ok
 
2124 3757-1-sm
2124 3757-1-sm2124 3757-1-sm
2124 3757-1-sm
 
233 1084-1-pb
233 1084-1-pb233 1084-1-pb
233 1084-1-pb
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
 
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfIrigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai
 
Biopori
BioporiBiopori
Biopori
 
PPT PENDAHULUAN TRITIS.pptx
PPT PENDAHULUAN TRITIS.pptxPPT PENDAHULUAN TRITIS.pptx
PPT PENDAHULUAN TRITIS.pptx
 
Kajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya Air
Kajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya AirKajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya Air
Kajian Mitigasi dampak perubahan iklim pada Sektor Sumber Daya Air
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairan
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14Pp  irigasi drainasi gnp 13 14
Pp irigasi drainasi gnp 13 14
 
Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023
Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023
Materi_1711171625.pdf pelajaran baru 2023
 
Materi M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdfMateri M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdf
 
1100 2441-1-sm
1100 2441-1-sm1100 2441-1-sm
1100 2441-1-sm
 
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIRKONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
 

More from International Tropical Peatlands Center

Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...
Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...International Tropical Peatlands Center
 
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...International Tropical Peatlands Center
 
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...International Tropical Peatlands Center
 
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in... Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...International Tropical Peatlands Center
 
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentAgro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentInternational Tropical Peatlands Center
 
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland International Tropical Peatlands Center
 
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...International Tropical Peatlands Center
 
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesClimate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesInternational Tropical Peatlands Center
 
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...International Tropical Peatlands Center
 

More from International Tropical Peatlands Center (20)

Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...
Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
 
Recent and on-going Peat action research in Indonesia
Recent and on-going Peat action research in IndonesiaRecent and on-going Peat action research in Indonesia
Recent and on-going Peat action research in Indonesia
 
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and ProgressThe International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
 
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPCContribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
 
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planetCIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
 
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
 
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
 
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in... Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 
Managing lessons learned through an enhanced information system
Managing lessons learned through an enhanced information systemManaging lessons learned through an enhanced information system
Managing lessons learned through an enhanced information system
 
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to peopleITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
 
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentAgro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
 
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demandRestoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
 
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
 
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
 
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatlandEnabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
 
Monitoring and managing tropical peatland restoration
Monitoring and managing tropical peatland restorationMonitoring and managing tropical peatland restoration
Monitoring and managing tropical peatland restoration
 
Protecting & restoring an ecologically important landscape
Protecting & restoring an ecologically important landscapeProtecting & restoring an ecologically important landscape
Protecting & restoring an ecologically important landscape
 
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesClimate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
 
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
 
ASEAN peatland policy in action
ASEAN peatland policy in actionASEAN peatland policy in action
ASEAN peatland policy in action
 

Kajian aspek lingkungan restorasi dan rehabilitasi kubah gambut

  • 1. KAJIAN ASPEK LINGKUNGAN RESTORASI DAN REHABILITASI KUBAH GAMBUT Oleh : EDY JUNAIDI-P3KLL Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
  • 2. Pendahuluan Kondisi Lokasi Kajian Hasil Kajian Aspek Lingkungan Rekomendasi OUT LINE 2
  • 3. PERMASALAHAN RESTORASI INDIKATOR LINGKUNGAN HUTAN PERKEBUNAN ALIH FUNGSI PENGERINGAN (PEMBUTAN KANAL) KEBAKARAN LAHAN KUALITAS AIR DAYA DUKUNG/TATA AIR KUALITAS TANAH KEARIFAN LOKAL
  • 4. Berdasarkan PP.57 tahun 2016, Pemulihan ekosistem gambut Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) memperhatikan fungsi lindung dan fungsi budidaya
  • 5. LOKASI KEGIATAN 5 Focus pada area puncak kubah bagian tengah (Puncak Kubah Desa Garung) KHG KAHAYAN SEBANGAU
  • 7. TUTUPAN LAHAN 2018 7 HUTAN PERKEBUNAN BELUKAR RAWA PERTANIAN LAHAN KERING
  • 8. KAWASAN TERBAKAR 8 Areal Terbakar 2015 23% Areal Terbakar 2017 0% Areal Terbakar 2018 3% Areal Terbakar 2019 16% Areal tidak terbakar 58%
  • 9. STATUS KERUSAKAN EKOSISTEM GAMBUT KLHK RI TAHUN 2017 9
  • 10. KONDISI KUALITAS TANAH KHG KAHAYAN-SEBANGAU KADAR AIR TANAH GAMBUT POROSITAS TANAH GAMBUT pH TANAH GAMBUT C-ORGANIK TANAH GAMBUT
  • 11. KONDISI KUALITAS TANAH SECARA UMUM Perlu diwaspadai degradasi tanah gambut porositasnya mendekati 0,5 dan kadar airnya mendekati 100% Indikator Nilai Berat Volume (gr/cm3) 0.28 Porositas 0.53 Kadar air (%) 103.42 FISIKA TANAH
  • 12. KONDISI KUALITAS TANAH SECARA UMUM KIMIA TANAH Indikator Nilai Kriteria pH H2O 3.72 sangat masam N TOTAL (%) 0.86 sangat tinggi C_Organik 47.90 sangat tinggi C/N rasio 57.57 P TOTAL (ppm) 308.42 rendah K TOTAL (ppm) 409.57 sangat rendah Kejenuhan basa (%) 13.13 sangat rendah KTK (me/100 gr) 105.00 sangat tinggi Indikator (ppm) Nilai Baku mutu FE TOTAL 62.34 10000-100000 Mn TOTAL 1.69 1000 Pb TOTAL 1.94 100 – 400 Zn TOTAL 4.00 70 – 400 Cd TOTAL 1.98 3 – 8 Cu TOTAL 4.52 60 – 125 Tingkat kesuburan gambut oligotrofik (tingkat kesuburan yang rendah), sehingga apabila digunakan untuk fungsi budidaya pertanian perlu tingkat masukan tinggi
  • 13. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN Belukar; 0,26 Belukar Rawa; 0,23 Hutan Rawa Sekunder; 0,22 Perkebunan; 0,44 Permukiman; 0,52 Pertanian Lahan Kering; 0,26 Pertanian Lahan Kering Campur; 0,16 Rawa; 0,20 Sawah; 0,30 Tanah Terbuka; 0,20 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 Belukar Belukar Rawa Hutan Rawa Sekunder Perkebunan Permukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Rawa Sawah Tanah Terbuka Nilai (gr/cm3) Berat Jenis Berat Volume
  • 14. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN 157,34 105,20 174,47 89,46 30,97 94,35 93,03 76,46 148,58 111,35 - 50,00 100,00 150,00 200,00 Belukar Belukar Rawa Hutan Rawa Sekunder Perkebunan Permukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Rawa Sawah Tanah Terbuka Nilai Kadar Air 0,67 0,62 0,68 0,38 0,46 0,55 0,55 0,35 0,46 0,67 - 0,20 0,40 0,60 0,80 Belukar Belukar Rawa Hutan Rawa Sekunder Perkebunan Permukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Rawa Sawah Tanah Terbuka Nilai (%) Porositas
  • 15. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
  • 16. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN
  • 17. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK KEBAKARAN 17
  • 18. KONDISI KUALITAS TANAH DAMPAK KEBAKARAN - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 Area Terbakar Area tidak terbakar Area Terbakar Area tidak terbakar C/N rasio 69,79 49,22 C_Organik 51,44 41,49 - 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 Area Terbakar Area tidak terbakar Area Terbakar Area tidak terbakar KTK 111,99 92,82 Kejenuhan basa 28,41 15,90 - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 Area Terbakar Area tidak terbakar Area Terbakar Area tidak terbakar Cu TOTAL 24,37 9,78 Cd TOTAL 20,66 7,15 Zn TOTAL 20,18 7,92 Pb TOTAL 18,61 6,52 Mn TOTAL 17,38 6,03 FE TOTAL 66,37 58,54
  • 19. KONDISI KUALITAS TANAH PADA PUNCAK DAN NON PUNCAK KUBAH
  • 20. KONDISI KUALITAS TANAH PADA PUNCAK DAN NON PUNCAK KUBAH
  • 21. KONDISI KUALITAS TANAH PADA STATUS EKOSISTEM GAMBUT
  • 22. KONDISI KUALITAS TANAH PADA STATUS EKOSISTEM GAMBUT
  • 23. PERMODELAN PADA KANAL DI DESA GARUNG 650 m 320 m Kanal (620 m) Plot TMA sesaat Constant head Boundary: • Domain = 320 x 650 m • Canal = 620 m • Constant head Model Layer ➢ TOP = 3 m; BOTTOM = 0 m; THICKNESS = 3 m ➢ STRT (Initial condition) = 2.3 m ➢ Kx = Ky = 25 m/day RIV Layer ➢ River stage = 1 m ➢ Bottom elev. = 0 m ➢ HC bed = 0.08 m/day (asumsi : silt) ➢ Thick of bed = 0.1 m EVT Layer ➢ surf = TOP - 0.1 m = 2.9 m ➢ evapo potential = 0.00334 m/day RCH Layer ➢ precipitation = 0.0055 m/day QGIS-FREEWAT KONDISI DAYA DUKUNG AIR DAN TATA AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH
  • 24. SKENARIO 1 (KANAL TANPA SEKAT) Tinggi muka airtanah diatas muka laut (m) Kedalaman muka airtanah (m) dari permukaan tanah Statistik TMA : Max : 2.57 m Min : 1.07 m Mean : 1.91 m Statistik Ked. Airtanah : Max : 1.93 m Min : 0.43 m Mean : 1.09 m Simulasi skenario pertama dilakukan untuk memperlihatkan pengaruh kanal terbuka terhadap TMAT gambut di sekitarnya. Berdasarkan peta kontur tersebut dapat dilihat bahwa kedalaman muka air tanah di lahan gambut pada lokasi yang dimodelkan seluruhnya telah melewati kriteria baku kerusakan lahan gambut, yaitu 40 cm. Pada lokasi model di bagian tengah ditemukan TMAT maksimum atau paling dekat dengan permukaan tanah, yaitu sedalam 43 cm dan semakin ke pinggir tinggi muka air tanahnya semakin dalam sampai mencapai 193 cm, sedangkan rata-rata TMAT adalah109 cm.
  • 25. SKENARIO 02 (DISEKAT) Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m) Skenario kedua dilakukan untuk memprediksi pengaruh sekat kanal terhadap TMAT gambut sekitarnya. Teknik bangunan sekat kanal yang digunakan dalam permodelan ini menggunakan bangunan pelimpah (spillway) dengan tinggi 50 cm. Hasil simulasi skenario 2 memperlihatkan bahwa penerapan teknologi penyekatan kanal dengan ketinggian spillway 50 cm berefek pada penambahan ketinggian rata-rata muka air tanah gambut. Kedalaman muka air tanah terdekat dengan muka tanah sebesar 28 cm yang terletak di bagian tengah wilayah yang dimodelkan dan yang terdalam 143 cm berada di bagian pinggir wilayah yang dimodelkan, sedangkan kedalaman rata- ratanya adalah 83 cm. Dengan demikian, rata-rata tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kriteria baku kerusakan lahan gambut (40 cm). Statistik TMA : Max : 2.70 m Min : 1.57 m Mean : 2.14 m Statistik Ked. Airtanah : Max : 1.43 m Min : 0.29 m Mean : 0.86 m
  • 26. SKENARIO 03 PENIMBUNAN KANAL (BACKFILLING CANAL) Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m) Skenario ketiga dilakukan untuk mensimulasikan efek penimbunan kanal terhadap TMAT gambut di sekitarnya Hasil simulasi skenario 3 ini memperlihatkan bahwa penimbunan kanal sepanjang 250 m berefek sangat signifikan pada penambahan ketinggian rata-rata muka air tanah gambut. Penimbunan kanal menyebabkan kedalaman muka air tanah terdekat dengan muka tanah sebesar 41 cm yang terletak di wilayah yang paling dekat dengan penimbunan kanal, sedangkan yang terdalam sekitar 194 cm berada di bagian paling jauh dari lokasi penimbunan kanal, sedangkan rata-rata kedalamannya adalah 92 cm. Statistik TMA : Max : 2.59 m Min : 1.06 m Mean : 2.08 m Statistik Ked. Airtanah : Max : 1.94 m Min : 0.41 m Mean : 0.92 m
  • 27. SKENARIO 04 (Backfilling +Revegetasi) Tinggi muka airtanah (m) Kedalaman muka airtanah (m) Statistik TMA : Max : 2.69 m Min : 1.07 m Mean : 2.15 m Statistik Ked. Airtanah : Max : 1.93 m Min : 0.32 m Mean : 0.85 m Permodelan TMAT skenario keempat dilakukan untuk memprediksi pengaruh gabungan penerapan restorasi dengan metode penimbunan kanal dan penaman pohon tertentu (revegetasi) terhadap TMAT Hasil simulasi skenario 4 ini memperlihatkan bahwa kombinasi penimbunan kanal sepanjang 250 m dan penanaman pohon berefek sangat signifikan pada penambahan ketinggian rata- rata muka air tanah gambut. Kombinasi metode restorasi menyebabkan kedalaman muka air tanah maksimum sebesar 32 cm yang terletak di wilayah yang paling dekat dengan penimbunan kanal, sedangkan yang terdalam sekitar 193 cm berada di bagian paling jauh dari lokasi penimbunan kanal, sedangkan rata-rata kedalamannya adalah 85 cm. Karena kanal yang ditimbun hanya mencakup panjang 250 cm, maka wilayah yang terpengaruh hanya yang dekat dengan kanal yang ditimbun. Namun demikian luasan lahan yang memenuhi kriteria baku kerusakan (kedalaman muka air tanah lebih kecil dari 40 cm) relatif luas.
  • 28. Perbandingan Pengaruh Empat Metode Restorasi Terhadap TMAT Gambut (Transect of GW Level) Canal Peatland Skenario 1 kanal tanpa sekat Skenario 2 Sekat kanal (spillway -- h = 50 cm Skenario 3 backfilling (canal backfill = 250 m) Skenario 4 backfilling + revegetasi Kesimpulan: • Metode gabungan penimbunan kanal dan revegetasi paling efektif, disusul oleh metode penimbunan kanal, dan terakhir metode sekat kanal. • Meskipun demikian, masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan.
  • 29. KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH Desa Buntoi • Dominis tanaman perkebunana karet • Kubah gambut sering terbakar, semula hutan dengan vegetasi yang yang didominasi pohon-pohon besar berubah menjadi hamparan semak belukar minim pohon. Klasifikasi mutu air kelas II (PP 82 tahun 2001) untuk peruntukan air sebagai sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
  • 30. Parameter Satuan Kubah Kanal Primer Kanal Sekunder Batas Maksimum I II III IV Fisika Suhu # °C 27.83 ± 0.29 27.17 ± 0.29 27.67 ± 0.29 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Warna TCU 187.33 ± 24.95 191.67 ± 9.50 194.67 ± 12.34 - - - - DHL (daya hantar listrik) # µs/cm 53.30 ± 6.97 108.87 ± 23.93 66.27 ± 5.57 - - - - Zat Padat Tersuspensi (TSS)# mg/L 5.67 ± 4.73 3.33 ± 1.53 3.33 ± 3.21 50 50 400 400 TDS (Zat padat terlarut) mg/L 28.27 ± 0.98 54.47 ± 12.03 33.10 ± 2.77 1000 1000 1000 2000 Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau - - - - Kekeruhan NTU 6.17 ± 1.49 9.85 ± 2.86 8.22 ± 0.42 - - - - Kimia pH # - 3.66 ± 0.02 3.40 ± 0.09 3.66 ± 0.03 6-9 6-9 6-9 5-9 Air Raksa (Hg) mg/L < 0.0008 < 0.0008 < 0.0008 0.001 0.002 0.002 0.005 Flourida (F) # mg/L < 0.002 < 0.002 < 0002 0.5 1.5 1.5 - Kesadahan (CaCO3) # mg/L 19.30 ± 6.08 33.33 ± 6.07 29.83 ± 6.07 - - - - Nitrat (NO3-N) mg/L 0.67 ± 0.14 0.67 ± 0.05 0.45 ± 0.30 10 10 20 20 Nitrit (NO2-N) # mg/L < 0.0013 < 0.0013 < 0.0013 0.06 0.06 0.06 - Sulfat (SO4) # mg/L 47.47 ± 63.16 111.49 ± 176.77 10.85 ± 0.29 400 - - - Oksigen Terlarut (DO) # mg/L 4.26 ± 0.03 4.81 ± 0.39 4.44 ± 0.35 6 4 3 0 BOD5 mg/L 90.97 ± 28.82 73.73 ± 2.65 71.27 ± 2.01 2 3 6 12 COD # mg/L 189.33 ± 62.77 159.93 ± 2.70 156.23 ± 4.48 10 25 50 100 Amonia (NH3-N) # mg/L 0.37 ± 0.18 < 0.003 - 0.171 0.41 ± 0.06 0.5 - - - Zat Organik (KMnO4) # mg/L 301.11 ± 4.70 279.53 ± 7.76 287.24 ± 11.57 - - - - Chlor Bebas (Cl2 free) mg/L < 0.002 - 0.318 0.22 ± 0.05 0.16 ± 0.11 0.03 0.03 0.3 - Besi(Fe) # mg/L 0.27 ± 0.03 0.97 ± 0.23 0.59 ± 0.03 0.3 - - - Cadmium (Cd) # mg/L < 0.0015 - 0.0091 0.02 ± 0.02 < 0.0015 - 0.045 0.01 0.01 0.01 0.01 Mangan (Mn) # mg/L 0.01 ± 0.00 0.03 ± 0.02 0.01 ± 0.01 0.1 - - - Seng (Zn) # mg/L 0.02 ± 0.01 0.12 ± 0.02 0.05 ± 0.01 0.05 0.05 0.05 2 Timbal (Pb) # mg/L 0.22 ± 0.08 0.21 ± 0.05 0.29 ± 0.12 0.03 0.03 0.03 1 Tembaga (Cu) # mg/L 0.02 ± 0.00 0.03 ± 0.01 0.02 ± 0.01 0.02 0.02 0.02 0.2 Nitrogen Total (N) mg/L 1.72 ± 0.59 1.10 ± 0.21 1.62 ± 0.46 - - - -
  • 31. KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH Desa Garung • Vegetasi yang mendominasi areal kubah gambut jambu-jambuan tumih dan geronggang • Kawasan kubah gambut mengalami beberapa kali kebakaran.
  • 32. Parameter Satuan Kubah Kanal Primer Kanal Sekunder Batas Maksimum I II III IV Fisika Suhu # °C 28.00 ± 0.00 27.36 ± 0.25 28.00 ± 0.00 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Warna TCU 329.00 ± 110.92 173.00 ± 8.54 174.67 ± 22.94 - - - - DHL (daya hantar listrik) # µs/cm 56.74 ± 6.24 47.40 ± 3.54 52.07 ± 1.93 - - - - Zat Padat Tersuspensi (TSS)# mg/L 130.33 ± 115.59 11.67 ± 2.31 13.00 ± 8.54 50 50 400 400 TDS (Zat padat terlarut) mg/L 28.27 ± 3.11 23.70 ± 1.77 29.37 ± 6.07 1000 1000 1000 2000 Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau - - - - Kekeruhan NTU 345.59 ± 353.12 38.67 ± 25.94 30.36 ± 10.53 - - - - Kimia pH # - 3.67 ± 0.04 3.84 ± 0.20 30.36 ± 10.53 6-9 6-9 6-9 5-9 Air Raksa (Hg) mg/L < 0.0008 < 0.0008 < 0.0008 0.001 0.002 0.002 0.005 Flourida (F) # mg/L < 0.002 < 0.002 < 0002 0.5 1.5 1.5 - Kesadahan (CaCO3) # mg/L 33.33 ± 6.07 33.33 ± 6.07 29.83 ± 6.07 - - - - Nitrat (NO3-N) mg/L 2.29 ± 1.20 0.68 ± 0.15 0.26 ± 0.17 10 10 20 20 Nitrit (NO2-N) # mg/L < 0.0013 < 0.0013 < 0.0013 0.06 0.06 0.06 - Sulfat (SO4) # mg/L 8.76 ± 3.40 9.02 ± 0.54 7.12 ± 0.76 400 - - - Oksigen Terlarut (DO) # mg/L 3.89 ± 0.19 3.95 ± 0.14 3.79 ± 0.18 6 4 3 0 BOD5 mg/L 185.30 ± 128.60 69.10 ± 2.17 62.77 ± 4.86 2 3 6 12 COD # mg/L 405.73 ± 281.47 151.40 ± 4.59 137.70 ± 10.61 10 25 50 100 Amonia (NH3-N) # mg/L 0.10 ± 0.09 < 0.003 - 0.553 < 0,003 0.5 - - - Zat Organik (KMnO4) # mg/L 574.48 ± 313.73 282.62 ± 3.56 263.60 ± 4.63 - - - - Chlor Bebas (Cl2 free) mg/L 0.27 ± 0.18 0.13 ± 0.08 0.35 ± 0.36 0.03 0.03 0.3 - Besi(Fe) # mg/L 0.18 ± 0.06 0.40 ± 0.09 0.44 ± 0.05 0.3 - - - Cadmium (Cd) # mg/L 0.01 ± 0.01 < 0.0015 - 0.0037 < 0.0015 - 0.0042 0.01 0.01 0.01 0.01 Mangan (Mn) # mg/L 0.01 ± 0.01 0.01 ± 0.01 0.02 ± 0.01 0.1 - - - Seng (Zn) # mg/L 0.03 ± 0.01 0.04 ± 0.01 0.05 ± 0.00 0.05 0.05 0.05 2 Timbal (Pb) # mg/L 0.23 ± 0.19 0.15 ± 0.05 0.34 ± 0.07 0.03 0.03 0.03 1 Tembaga (Cu) # mg/L 0.03 ± 0.01 0.05 ± 0.05 0.05 ± 0.01 0.02 0.02 0.02 0.2 Nitrogen Total (N) mg/L 2.59 ± 1.40 1.60 ± 0.70 0.78 ± 0.43 - - - -
  • 33. KONDISI KUALITAS AIR PUNCAK KUBAH BAGIAN TENGAH Desa Kanamit Barat • Jenis tanaman perkebunan yang paling banyak adalah karet dan kelapa sawit. • Kondisi hutan pada kawasan kubah gambut beberapa kali mengalami kebakaran. Lima tahun terakhir areal hutan desa ini beberapa di rehabilitasi dimana tanaman yang telah ditanam adalah belangiran
  • 34. Parameter Satuan Kubah Kanal Primer Kanal Sekunder Batas Maksimum I II III IV Fisika Suhu # °C 27.30 ± 0.35 27.00 ± 0.00 27.00 ± 0.00 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Deviasi3 Warna TCU 162.0 ± 14.14 202.3 ± 6.51 236.0 ± 54.03 - - - - DHL (daya hantar listrik) # µs/cm 75.6 ± 1.98 74.4 ± 2.02 92.7 ± 9.66 - - - - Zat Padat Tersuspensi (TSS)# mg/L 34.5 ± 41.72 8.7 ± 2.89 4.0 ± 3.61 50 50 400 400 TDS (Zat padat terlarut) mg/L 37.8 ± 0.99 37.2 ± 1.01 46.4 ± 4.85 1000 1000 1000 2000 Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau - - - - Kekeruhan NTU 53.34 ± 58.86 10.1 ± 3.10 35.5 ± 16.97 - - - - Kimia pH # - 3.56 ±0.05 3.6 ± 0.03 3.5 ± 0.10 6-9 6-9 6-9 5-9 Air Raksa (Hg) mg/L < 0.0008 < 0.0008 < 0.0008 0.001 0.002 0.002 0.005 Flourida (F) # mg/L < 0.002 < 0.002 < 0002 0.5 1.5 1.5 - Kesadahan (CaCO3) # mg/L 31.58 ± 7.44 33.3 ± 6.07 33.3 ± 6.07 - - - - Nitrat (NO3-N) mg/L 2.85 ± 0.14 2.3 ± 0.14 2.5 ± 0.26 10 10 20 20 Nitrit (NO2-N) # mg/L < 0.0013 < 0.0013 < 0.0013 0.06 0.06 0.06 - Sulfat (SO4) # mg/L 13.16 ± 0.47 14.3 ± 0.14 15.4 ± 1.18 400 - - - Oksigen Terlarut (DO) # mg/L 122.05 ± 10.25 103.8 ± 1.91 174.1 ± 70.29 6 4 3 0 BOD5 mg/L 122.05 ± 10.25 103.8 ± 1.91 174.1 ± 70.29 2 3 6 12 COD # mg/L 267.65 ± 22.42 227.6 ± 4.12 381.9 ± 154.16 10 25 50 100 Amonia (NH3-N) # mg/L 0.23 ± 0.01 0.2 ± 0.07 0.2 ± 0.21 0.5 - - - Zat Organik (KMnO4) # mg/L 570.37 ± 13.08 526.2 ± 12.84 583.7 ± 36.13 - - - - Chlor Bebas (Cl2 free) mg/L 0.68 ± 0.40 0.3 ± 0.23 0.4 ± 0.39 0.03 0.03 0.3 - Besi(Fe) # mg/L 0.55 ± 0.08 0.6 ± 0.33 0.6 ± 0.08 0.3 - - - Cadmium (Cd) # mg/L 0.01 0.04 < 0.0015 0.01 0.01 0.01 0.01 Mangan (Mn) # mg/L 0.02 ± 0.01 0.02 ± 0.01 0.02 ± 0.00 0.1 - - - Seng (Zn) # mg/L 0.07 ± 0.05 0.06 ± 0.04 0.03 ± 0.01 0.05 0.05 0.05 2 Timbal (Pb) # mg/L 0.23 ± 0.01 0.15 ± 0.04 0.11 ± 0.02 0.03 0.03 0.03 1 Tembaga (Cu) # mg/L 0.04 ± 0.03 0.03 ± 0.00 0.02 ± 0.00 0.02 0.02 0.02 0.2 Nitrogen Total (N) mg/L 3.52 ± 0.17 3.03 ± 0.32 3.16 ± 0.74 - - - -
  • 35. Kearifan Lokal Masyarakat Pemanfaatan Lahan Gambut - Pemukiman cenderung terkumpul pada sekitar sungai Kahayan dan sepanjang tepi jalan raya. - Pertanian yang ditemukan adalah pertanian lahan kering dengan tanaman palawija dan tanaman perkebunan karet. - Konservasi yang dilakukan adalah parit sederhana atau kanal. - Masih ditemukan sarana sanitasi yang membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai, tanpa pengolahan limbah. - Belum ada TPS dan sistem pengangkutan sampah yang terintegrasi. Transek - Kebiasaan penduduk untuk membangun pemukiman yang terpusat. - Kebiasaan perladangan secara berpindah dan pembukaan lahan secara membakar, dari tahun 1990 sampai pada tahun 2008. - Setelah 2008, beberapa desa memberlakukan aturan pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar. - Tahun 2015, terjadi kebakaran lahan yang luas, termasuk pada ketiga desa dan kelurahan, dan memicu pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar pada desa-desa yang lebih luas. - Terbentuknya Masyarakat Peduli Api (MPA). lokasi : Desa Buntoi, Mantaren I, Kelurahan Kalawa dan Desa Pilang
  • 36. 36 Kalender musim - Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Oktober, mengakibatkan kekeringan, peluang terjadinya kebakaran lahan semakin tinggi, sulitnya transportasi pada beberapa desa. - Sedangkan musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Januari- Maret dan November-Desember yang mengakibatkan banjir, kanal penuh karena banyak sampah dan tidak dibersihkan dan susah untuk ke ladang. - Kalender musim bukan hanya berbicara tentang musim kemarau dan hujan saja tetapi juga terdapat musim komoditas, misalnya karet yang dimana bulan Januari-April adalah penanaman, bulan Mei-Juni pembersihan pada lahan dan bulan Agustus-September membuat bedengan. Proses itu berlangsung selama lima tahun dan setelah 10 tahun bisa untuk dipanen. Permasalahan dalam penanaman karet yaitu terkait harga karet yang tidak stabil dan tidak seimbangnya kemampuan pasokan bahan olah karet sementara tingkat produksi atau permintaan industri masih tetap tinggi. - Terdapat pembagian peran yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari- hari. - Permasalahan yang terkait dengan peran gender ini yaitu masyarakatnya yang bekerja sebagai petani pada umumnya hanya bekerja setengah hari saja yaitu sampai pukul 12.00 saja. Setelah mereka makan siang dan istirahat, sorenya yang laki-lakinya pergi memancing dan melanjutkan pekerjaannya kembali besok hari Peran Gender
  • 37. 37 Preferensi Komoditi - Padi sawah - Padi ladang - Karet - Singkong - Petai - Sengon - Rotan - Bambu - Daun Rumbia PEMUKIMAN PEMUKIMAN
  • 38. No. Pertanyaan Indeks Likert Kelas 1 Lahan gambut adalah penyerap/penyimpan karbon 83,89 Sangat Setuju 2 Lahan gambut berfungsi menjaga ketersediaan air 83,70 Sangat Setuju 3 Lahan gambut adalah tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan tertentu 85,21 Sangat Setuju 4 Lahan gambut adalah tempat mencari mata pencaharian/pendapatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya 81,90 Sangat Setuju 5 Lahan gambut dibuka untuk menjadi tempat aktivitas yang produktif 80,95 Sangat Setuju 6 Lahan gambut dibuka untuk menjadi lahan pertanian padi sawah 78,10 Setuju 7 Lahan gambut dibuka untuk menjadi lahan pertanian padi ladang 79,05 Setuju 8 Lahan gambut dibuka menjadi perkebunan sawit 57,06 Ragu-ragu 9 Lahan gambut dibuka menjadi perkebunan karet 80,66 Sangat Setuju 10 Lahan gambut dibuka untuk ditanami tanaman kehutanan (kekayuan) 83,70 Sangat Setuju 11 Lahan gambut dimanfaatkan untuk wisata alam 79,05 Setuju 12 Lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah telah mengalami kerusakan 72,80 Setuju 13 Lahan gambut dibuka menjadi lahan pertanian dengan cara dibakar 53,18 Ragu-ragu 14 Pembuatan kanal yang tidak terkontrol menyebabkan kerusakan lahan gambut 76,11 Setuju 15 Perubahan penggunaan lahan menjadi penyebab rusaknya gambut 74,60 Setuju 16 Kegiatan konservasi/ restorasi/ pelestarian lahan gambut dilaksanakan di desa/ wilayah ini 82,27 Sangat Setuju Persepsi masyarakat terhadap lahan gambut Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
  • 39. Rekomendasi Restorasi dan rehabilitasi Ekosistem Gambut 39 ▪ Restorasi atau pemulihan lahan gambut (Permen LHK Nomor P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Teknis Pemulihan Ekosistem Gambut) : (1) penutupan/pengurugan/penimbunan kanal, (2) pembangunan sekat/tabat kanal di lahan gambut dengan fungsi lindung dan di seluruh lahan gambut yang terlanjur dibangun dan (3) penanaman vegetasi yang dapat meningkatkan kemampuan lahan gambut dalam menahan air (revegetasi) ▪ Untuk mendukung restorasi dan rehabilitasi KHG Kahayan sebangau dihasilkan kelas kemampuan dan kesesuain ekosistem gambut
  • 40. Kemampuan lahan untuk ekosistem gambut pada gambut budidaya 40 • Pada kubah gambuttutupan lahan yang tidak sesuai peruntukannya sekitar 28 % berada pada fungsi lindung dengan kondisi gambut pada area tidak mudah terbakar dan sekitar 11 % berada pada area mudah terbakar. • Untuk tutupan lahan yang tidak sesuai peruntukannya sekitar 5 % berada pada fungsi budidaya terbatas (pertanian dan perkebunan) pada kondisi gambut pada area mudah terbakar dan sekitar 13 % berada pada area tidak mudah terbakar.