SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
Download to read offline
KAJIAN IMPLEMENTASI
MODEL RESTORASI
EKOSISTEM GAMBUT
BERBASIS MASYARAKAT
Balai Litbang LHK Banjarbaru
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pengelolaan DAS Solo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim Bogor
Latar Belakang
• Tiga aspek utama restorasi, yaitu:
1. Rewetting : pembasahan kembali/ hidrologi gambut
2. Revegetasi : penanaman spesies yang sesuai dengan kondisi biofisik
alami ekosistem gambut
3. Revitalisasi: Penyediaan opsi penghidupan bagi masyarakat sekitar
gambut untuk peningkatan kesejahteraan hidup
1) Evaluasi Demplot Paludikultur yang Dibasahi Kembali di Kalimantan Tengah
: mengkaji pertumbuhan dan produktivitas demplot paludikultur
(2) Pengurangan Resiko Kebakaran Lahan Gambut Melalui Pengelolaan
Muka Air Tanah : mengkaji muka air tanah dan neraca air lahan gambut
(3) Pemetaan potensi pasar dan kemandirian usaha petani gambut:
memetakan potensi pasar produk gambut dan rekomendasi kemandirian
usaha petani
Sub-sub kegiatan
(1) Evaluasi Demplot Paludikultur di
Lahan Gambut yang Dibasahi
Kembali Kalimantan Tengah
Tujuan:
a. Mengevaluasi pertumbuhan tanaman pada demplot
paludikultur yang telah dibangun
b. Melakukan introduksi komoditas untuk optimalisasi
pemanfaatan demplot
c. Mengkaji produktivitas demplot paludikultur
Paludikultur: solusi dalam memperbaiki lahan gambut dan sekaligus
dapat mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat yang tinggal di
gambut
Kepentingan ekologi dan kepentingan social ekonomi dapat tercapai
berimbang bila dapat mengkombinasikan tujuan jangka panjang dari
ekologi dan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang dari sisi
ekonomi
Fungsi Kawasan dan Prinsip Kelola
6
Hutan Rawa
Gambut
Kawasan BudidayaKawasan Lindung Kelola
Tata Air
• Prinsip “budidaya” di kawasan lindung
• Prinsip perlindungan di kawasan budidaya
Paludikultur pada gambut tipis dengan status
hak milik (Desa Pilang)
Paludikultur pada gambut tebal
dengan status hak milik (Desa
Tumbang Nusa)
Paludikultur sebagai suatu cara pemulihan
vegetasi di Kawasan hutan (KHDTK Tumbang
Nusa)
1. Desa Tumbang Nusa, kebun Pak Stomo
Gambut tebal: fungsi
lindung
Dapat dimanfaatkan
tetapi fungsi lindung
tetap terjaga?
Introduksi komoditas:
- Sayur dalam bedeng
- Lebah Kelulut
2. Desa Pilang, kebun Bu Jenta
Gambut Tipis, fungsi budidaya (< 100 cm)
Kelestarian gambut harus tetap dijaga
Lokasi di perkebunan sawit rakyat, ada beberapa kanal yang sudah ditabat oleh BRG
Tanaman utama: karet
Introduksi komoditas sayur, (cabe, terong, kangkung, lebah kelulut)
3. KHDTK Tumbang Nusa
Konsep paludikultur juga coba diterapkan dalam kegiatan pemulihan vegetasi hutan
alam.
1. Jenis pepohonan : gerunggang, blangeran, ramin
2. Hasil hutan bukan kayu : pinang dan kopi liberika
3. Penghasil buah : rambutan dan nenas.
Kontribusi Pada Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Stomo
• Pohon
• Buah
• Sayur
• Madu
• Ikan
Jenta
• Karet
• Buah
• Sayur
• Empon2
• Madu
KHDTK
• Kayu
• HHBK
• Buah
• Ikan
Madu kelulut, per bulan per
setup akan menghasilkan
0,5-1 liter x Rp. 400.000,-
10 Setup = kurang lebih 2 jt-
4 jt per bulan
Terong per batang, dalam 3
bln, produksi 3 kg, harga
per kilo 8rb total
25 batang: kurang lebih
200rb per bulan
Cabai, per tanaman
menghasilkan 1 -1,5 kg
selama hidup.
75 bt = 75 kg x Rp. 30 rb =
2, 25 jt selama 8bln= 300rb
perbulan
Panen madu kelulut di
demplot paludikultur desa
Pilang ( kebun bu Jenta)
17 Desember 2020
7 setup = 1,8 liter
Kontribusi Pada Ekologi
Pada lahan milik:
Aspek ekologi, dilakukan karakterisasi lahan dan monitoring lahan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi dan dampak dari usaha tani yang dilakukan. Aspek
ekologi ini sangat diperlukan untuk mencapai kelestarian pemanfaatan lahan (land-use
sustainability).
Pada kawasan lindung:
Penggunaan jenis penghasil buah, berfungsi sebagai pengaktif agen penyebar buah.
Model ini berada pada areal yang terbakar hebat pada tahun 2015 sehingga hanya
menyisakan sedikit warisan ekologi sebagai sumber regenerasi secara alami.
Areal ini berjarak sekitar 1 Km dari hutan sekunder rawa gambut yang tersisa dan
diantara jarak tersebut masih terdapat sisa tegakan tinggal yang mengelompok (patch).
No Koordinat Ketebalan Gambut (cm) Keterangan
1. -2o22'8"; 114o6'58" 325 Tumbuhan gerunggang, lokasi budidaya kelulut
2. -2o22'8"; 114o6'58" 400 Tanaman karet, buah dan sayur
3. -2o22'20"; 114o7'15" 450 Tanaman karet, buah dan sayur
4. -2o22'20"; 114o7'15" 625 Tumbuhan alami
Demplot paludikultur gambut dalam desa Tumbang Nusa
Kondisi Tanah Gambut
No Pengamatan Nilai
1. Tingkat kematangan gambut (0 – 10 cm) Hemiks
2. Tingkat kematangan gambut (10 – 20 cm) Fibriks
3. Bobot isi (g/cm3) 0,09 – 0,16
4. Kadar Air (%) 504,9 – 982,7
5. Hidrolik Konduktivitas 0 – 10 cm (m/d) 0,04 – 0,32
6. Hidrolik Konduktivitas 10 – 20 cm (m/d) 0,05 – 0,14
Fluktuasi Tinggi Muka Air Tanah
Di demplot paludikultur desa Tumbang Nusa (lahan pak Stomo)
Alih Teknologi Budidaya Lebah Kelulut
(Trigona sp.)
Tanggal Pelaksanaan : 16 November 2020
Waktu : 09.30- 13.30
WITA
Lokasi : Sanggar Seni Desa
Pilang
Peserta : 25 orang
Narasumber : Syaifuddin S.Hut
(Wirausahawan lebah madu)
Alih Teknologi Budidaya Lebah Kelulut
(Trigona sp.)
Peserta
pelatihan altek
Penyerahan
setup kelulut
Pembuatan
Toping
Kelulut
Penempatan
dan
Pemeliharaan
Pemanenan
dan
pengolahan
pasca panen
Pemasaran
Alih Teknologi Budidaya Lebah Kelulut
(Trigona sp.)
Materi
Pelatihan
Praktik
Pemanenan Madu
PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI KHDTK TUMBANG NUSA MELALUI
PENGELOLAAN MUKA AIR TANAH
Tujuan
- Membuat demplot pengelolaan MAT untuk mengurangi risiko
kebakaran lahan gambut.
- Menghitung neraca air pada demplot paludikultur
Hasil Kegiatan
• Berdasarkan klasifikasi Oldeman (1975), tipe iklim
wilayah Kabupaten Pulang Pisau termasuk tipe iklim B1,
yaitu wilayah dengan bulan basah terjadi antara 7 – 9
bulan (curah hujan > 200 mm/bulan) dan bulan kering
(curah hujan < 100 mm/bulan kurang dari 2 bulan.
• Hujan terjadi hampir sepanjang tahun dan curah hujan
terbanyak jatuh pada bulan Oktober - Desember serta
Januari - Maret yang berkisar antara 2.000 – 3.500 mm
setiap tahun, sedangkan bulan kering jatuh pada bulan
Juni – September.
Hasil Monitoring MAT Lokasi Paludikultur
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2016 27.66 27.06 28.02 27.93 28.47 27.68 27.66 27.64 27.18 27.36 27.55 27.01
2017 27.15 27.34 26.99 27.31 27.91 27.28 26.87 26.94 27.93 27.58 27.04 26.90
2018 26.98 26.62 27.04 27.50 27.82 27.08 26.94 26.76 26.99 27.31 26.90 26.44
2019 26.32 26.88 26.76 27.30 27.64 27.20 26.84 26.87 27.40 27.72 28.25 27.27
Rerata 27.03 26.97 27.20 27.51 27.96 27.31 27.08 27.05 27.37 27.49 27.44 26.90
Rata-rata Temperatur Bulanan
Rata-rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2018 - 2019
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Tahun2018 274.05 341.743 416.64 290.78 425.28 170.67 148.97 73.39 66.18 177.38 335.26 426.76
Tahun2019 329.185 309.595 318.30 320.47 185.77 203.62 57.57 88.05 34.27 192.09 198.73 370.32
Peta Unit Analisis Lokasi Paludikultur
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah
Suhu 26.32 26.88 26.76 27.30 27.64 27.20 26.84 26.87 27.40 27.72 28.25 27.27
Indexpanas 12.35 12.78 12.70 13.07 13.28 12.99 12.70 12.78 13.14 13.36 13.80 13.07 156.02
PEblmterkoreksi 4.40 4.80 4.60 4.70 4.80 4.70 4.60 4.60 4.80 4.80 5.00 4.70
f.koreksi 31.50 28.20 31.20 30.30 30.90 30.00 31.20 31.20 30.30 31.20 30.60 31.50
PEterkoreksi 138.60 135.36 143.52 142.41 148.32 141.00 143.52 143.52 145.44 149.76 153.00 148.05
Hujan(P) 329.19 309.60 318.30 320.47 185.77 203.62 57.57 88.05 34.27 192.09 198.73 370.32 2607.97
P-PE 190.59 174.24 174.78 178.06 37.45 62.62 -85.95 -55.47 -111.17 42.33 45.73 222.27 875.47
APWL -85.95 -141.42 -252.59
Storage(ST) 140.00 140.00 140.00 140.00 140.00 140.00 78.12 53.94 25.11 140.00 140.00 140.00
ΔST 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -61.88 -24.18 -28.83 114.89 0.00 0.00
AE 138.60 135.36 143.52 142.41 148.32 141.00 119.45 112.23 63.10 149.76 153.00 148.05 1594.81
D 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 24.07 31.29 82.34 0.00 0.00 0.00
S 190.59 174.24 174.78 178.06 37.45 62.62 -24.07 -31.29 -82.34 -72.57 45.73 222.27 875.47
RO(40%) 89.26 111.94 114.47 115.70 117.50 61.98 49.84 10.31 -8.39 -36.29 -43.54 0.87 583.65
Hasil Analisis Neraca Air Lokasi Paludikultur
2019 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata
Hujan(P/CHIRPS) 274.05 341.74 416.64 290.78 425.28 170.67 148.97 73.39 66.18 177.38 335.26 426.76 3147.11
AE 141.24 96.48 138.60 136.62 139.38 130.95 109.08 122.25 99.66 143.10 143.52 145.80 1546.68
RO(40%) 139.46 108.91 141.67 167.88 128.82 165.89 82.24 48.86 14.59 -8.30 -22.54 67.68 1035.13
Pemasangan
peralatan penelitian
Penakar hujan
otomatis di
lokasi terbuka
lahan
paludikultur
Kondisi tutupan
lahan lokasi
paludikultur
Pemetaan Potensi Pasar dan Kemandirian
Usaha Petani Untuk Mendukung Restorasi
Gambut
mongobay.com mongobay.com
TUJUAN
METODOLOG
I
1. Memetakan potensi
pasar komoditi lahan
gambut di daerah
penelitian
2. Menyediakan
rekomendasi upaya
peningkatan
kemandirian usaha
petani gambut
1. Analisis supplai-demand dan struktur
pasar: Identifikasi komoditi gambut,
Rapid Market Appraisal
2. Analisis faktor penyebab ketergantungan
kelompok usaha tani terhadap intervensi
dari luar: faktor internal, faktor eksternal
dan faktor model bisnis yang dikembangkan
Peta Pengembangan Komoditi Lahan Gambut
di Pulang Pisau
Peta Pengembangan Komoditi Lahan Gambut
di Pulang PisauJenis
Komoditi
Produk Harga jual
(Rp)
Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual
Beli
Sengon Kayu batangan 600 – 850
Rb / pohon
Desa Gohong,
Desa Buntoi,
Kelurahan
Kalawa, Desa
Mantaren II,
dan
sekitarnya.
Lahan mineral dan lahan
gambut tipis yang tidak
pernah terendam
(kedalaman gambut sekitar
50 cm). Pada lahan gambut
tipis biasanya diberi
drainase untuk mengatur
air
- Pasar Kayu di Pulau Jawa/ dijual
melalui perantara
- Pabrik/industri kayu lokal / dijual
langsung ke pabrik atau melalui
perantara
- Pasar Luar negeri : Jepang & AS /
Dijual oleh eksortir kayu
Galam Kayu batangan 2000-
12.000 /
pohon
dengan
diameter
pucuk 2-12
cm
Desa Gohong,
Desa
Sebangau
gambut yang tergenang
maupun tidak tergenang
- Pedagang atau panglong atau toko
bangunan / dijual melalui pengumpul
desa
- Proyek pemerintah untuk kontruksi
kanal blocking, jalan angkut, atau
bangunan / dijual melalui pengumpul
desa
Kendala :
▪ semakin berkurang populasinya
karena ekspansi lahan sawit atau
komoditi lainnya di gambut.
▪ Sistem angkut sangat bergantung
pada kondisi pasang surut air gambut
Jenis
Komoditi
Produk Harga jual
(Rp)
Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual Beli
Jelutung Bibit
Getah
Kayu
1.000/polon
g
Desa
Tumbang
Nusa
lahan gambut dangkal - proyek restorasi yang memerlukan bibit
- Getah sudah tidak ada pembeli di pasar
lokal (Pulang Pisau/Palangkaraya) karena
kalah saing dengan getah sintetis
- Pasar luar negeri : Singapura, Jepang,
Perancis
- Potensi pasar kayu lokal: industri
manufaktur pensil, sepatu dan interior
seperti pahatan dan patung kayu (belum
berkembang)
Rotan Anyaman (topi,
tas, tikar)
Rotan basah
(sudah jarang)
50.000-
1.200.000
Desa Gohong,
Desa Buntoi,
Desa
Tumbang
Tarusan, Desa
Tambak, Desa
Bahu Palawa
Lahan mineral,
umumnya ditepi sungai
disekitar lahan gambu
atau berada di bawah
tegakan tanaman karet
- Pasar lokal / dijual langsung ke pembeli
atau pedagang lokal
- Pasar domestik & internasional / melalui
pameran dan pasar online yang dilakukan
oleh kelompok usaha masyarakat
- Industri pengolahan rotan di Kalimantan
baik skala kecil maupun besar, industri di
pulau Jawa /melalui pengumpul desa
Sarang
Walet
Sarang 5-15 juta/kg Desa
Tumbang
Nusa
Dibangun di sekitar
sungai dimana terdapat
hutan gambut yang
menjadi tempat
mencari makan burung
waletl
- Pasar domestik atau perusahaan sarang
burung walet di Surabaya/ melalui
pengumpul desa
- Pasar internasional : China (Indonesia
pemasok sarang burung walet terbesar
dunia) / melalui pengumpul desa
Jenis
Komoditi
Produk Harga jual
(Rp)
Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual Beli
Purun Purun mentah
Sedotan
Anyaman
(Topi, tikar)
5.000/ikat
200/batang
20.000-
30.000
/buah
Desa
Tumbang
Nusa
lahan gambut yang
tergenang
- Pasar lokal di Banjarmasin
- Pasar lokal, domestik dan internasional
Kurang diminati karena harga rendah & cash
flow lama
Jamur
tiram
Jamur mentah 25.000,-/kg Desa Gohong,
Desa Buntoi
dibudidayakan di
rumah jamur dengan
media serbuk gergaji
dan dedak
- Pasar lokal / dijual langsung ke pembeli
atau pedagang lokal (permintaan pasar
lokal belum dapat terpenuhi)
Bajakah Kayu batangan
dan serpihan
kecil
racikan
20.000-
30.000/ikat
atau
4.000/kg
15.000/
bungkus
Desa Pilang merambat (liana) yang
tumbuh menggantung
pada pohon-pohon
besar di hutan gambut
- Pasar Banjarmasin / dijual melalui
pengumpul
- Pasar lokal/ dijual ke konsumen langsung
Ikan Ikan segar &
Ikan asin
(tapah, toman,
udang udang,
kerandang,
mihau, gabus)
30.000-
60.000/kg
(iakn segar)
60.000-
140.000/Kg
(ikan asin)
Desa
Sebangau
Jaya, Kereng
Bengkirai,
Taruna Jaya,
Tanjung
Perairan ekosistem
gambut
- Pasar lokal / dijual ke pedagang besar
atau konsumen langsung
Jenis
Komoditi
Produk Harga jual
(Rp)
Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi
Jual Beli
Kopi bubuk kopi
biasa dan
bubuk kopi
luwak
Rp.
65.000/kg
Desa
Sidodadi
lahan gambut dengan
kedalaman kurang dari
100 cm dan tidak
tergenang air
Terdapat dua varian kopi yang
dipasarkan yaitu Kopi Murni dan Kopi
Jahe yang dipasarkan melalui pameran,
online atau pemesanan langsung
Potensi : sebagai produk khas oleh-
oleh tempat wisata di Kalteng
Bawang
Lemba
dan
Mengkud
u
bubuk
bawang dan
mengkudu
sebagai obat
herbal
Rp. 25.000/
100gram
Desa
Sidodadi
di lahan mineral dan
gambut tipis, biasanya di
pekarangan rumah
Pasar belum terbentuk, hanya
bergantung pada pesanan dan
kegiatan pameran yang dikoordinir
kelompok PKK
Potensi : sebagai produk khas oleh-
oleh tempat wisata di Kalteng
Singkong
Kristal
Umbi untuk
keripik dan
capuran
pakan ternak
2.000,-/kg Desa Buntoi pada lahan mineral dan
lahan gambut tipis
kedalamam < 50 cm
- Pasar domestik dan perusahaan
lokal PT Naga Buana / Dititip di
warung dan dijual langsung ke
perusahaan
Rantai Tata Niaga Komoditi Gambut Yang Berkembang
Tipe 1 : Rantai tata niaga pendek/sederhana (gelam, jamur, singkong, kopi, ikan, bibit
jelutung, bawang lemba & mengkudu)
Produsen di
desa
Pengumpul Pedagang besar Konsumen akhir
Tipe 2 : Rantai tata niaga medium: sengon, getah jelutung, sarang walet,
bajakah
Produsen di
desa
Pengumpul
Tk desa
Pengumpul
Tk Kab
Industri
pengolahan
Pasar
domestik
Pasar
internasional
Tipe 3 : Rantai tata niaga panjang (rotan, purun)
Konsumen
(domestik/
internasional
Pengrajin
anyaman/BUMDES/KUT
Petani/pe
ramu
Pengrajin
anyaman
Petani dan
pengrajin
Pengrajin
finishing
touch
Petani, pengrajin,
pengumpul dan
finishing touch
Pengumpul kecil
dan pengrajin
finishing touch
Pedagang
kecil
Pedagang
besar &
reseller
Petani/pe
ramu
1. Komoditi bersifat kebutuhan dasar
2. Konsumen dekat dengan produsen
3. Pengembangan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas masih bersifat subsisten, belum
memiliki daya tawar di industri yang lebih besar
4. Pasar sangat ditentukan oleh perilaku dan kebutuhan konsumen yang dapat cepat
berubah
5. Perlu dilakukan diversifikasi produk olahan yang sederhana sehingga konsumen tidak
bosan
6. Peran pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar melalui proyek2 pembangunan dan
restorasi yang melibatkan suplai komoditi gambut dari petani dan mengembangkan
kluster komoditi per desa untuk menghindari kelebihan suplai
Tipe 1
Tipe 2
1. Komoditi merupakan bahan baku yang akan diolah lebih lanjut menjadi berbagai
produk turunannya
2. Pembentukan harga lebih banyak ditentukan oleh industri & pedagang besar
3. Petani membutuhkan modal besar untuk pengembangan usaha
4. Middleman berperan sebagai patron petani, penyedia informasi pasar dan
penanggung beban biaya transaksi pasar
5. Petani skala menengah dan kecil pada umumnya lebih menyukai menjual kepada
pengumpul karena sulitnya persyaratan transaksi dengan industri
6. Intervensi yang diperlukan: memperkuat perdagangan ekspor komoditi, memperkuat
kelembagaan usaha daerah (BUMD) agar dapat mengambil alih peran middleman,
membangun intergrasi vertikal antara petani, BUMD dan industri yang saling
menguntungkan (mis: Pola Bapak angkat)
Tipe 3
1. Golongan produk yang mengedepankan nilai seni/ lingkungan
2. Mekanisme pemasaran bisa konvensional atau moderen (reseller/dropship maupun
pemasaran online ) dengan skema transaksi lebih rumit
3. Suplai bahan baku terbatas karena tidak dibudidayakan
4. Perlu modal, teknologi, ketekunan dan skill petani sementara karakter petani
bervariasi
5. Konsumen menetapkan persyaratan kualitas, kuantitas & kontinyuitas produk
6. Intervensi yang diperlukan adalah pendampingan petani agar dapat memenuhi suplai
(kuantitas, kualitas & kontinyuitas)
7. Diperlukan lembaga usaha perantara profesional yang menjembatani proses
pemasaran (BUMD profesional)
8. Penguatan promosi dan branding produk ramah lingkungan untuk membangun pasar
9. Perlu diintegrasikan dengan pengembangan usaha wisata di Pulang pisau dan
program pembangunan pemerintah lainnya
Tingkat kemandirian usaha petani gambut
1. Model bisnis yang dikembangkankan oleh lembaga usaha tani di Pulang Pisau pada
umumnya merupakan model bisnis konvensional (dilihat dari variable: modal,
produktivitas, sistem pemasaran & tata kelola kelembagaan)
2. Permodalam usaha berasal dari bantuan pihak ketiga dengan sistem pengelolaan
belum efektif
3. Motivasi masyarakat untuk membetuk kelompok usaha pada umumnya karena ingin
mendapat bantuan atau proyek
4. Kelompok usaha mengalami kendala untuk menjaga kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas produksi untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh konsumen
5. Skil, ketekunan, karakter dan budaya masyarakat menjadi salah satu faktor
kunci keberlanjutan usaha
6. KUT menghadapi tantangan pengaturan hubungan dan pembagian hak dna
tanggung jawan antar anggota
7. Bantuan atau intervensi yang diberikan tidak sesuai dengan karakter,
budaya dan kebutuhan masyarakat, serta setingkali tidak tepat waktu
Tingkat Kemandirian.... (lanjutan)
Upaya Meningkatkan Kemandirian Kelompok Usaha Tani
1. Penguatan diperlukan dalam dua arah: a) sisi suplai; b) sisi demand/pasar
2. Penguatan dari sisi suplai difokuskan untuk kelompok tani, sisi demand atau
pasar difokuskan untuk lembaga usaha profesional sebagai mitra usaha kelompok
tani
3. Penguatan suplai dilakukan melalui: penyediaan bibit berkualitas, peningkatan
kapasitas petani dalam budidaya dan proses pengolahan, penyediaan peralatan
yang memadai, perbaikan kualitas kemasan termasuk sertifikasi, integrasi
horizontal dengan berbagai kelompok usaha tani sejenis
4. kelompok usaha tani perlu diintegrasikan secara vertikal dengan lembaga usaha
profesional
5. Lembaga usaha mengambil alih peran middleman sebagai risk taker, penyediaan
informasi pasar, penyederhanaan skema transaksi jual beli, dan menguatkan
proses quality control
Upaya meningkatkan….(lanjutan)
6. BUMD/Perusahaan daerah berpotensi untuk menjadi lembaga usaha mitra
petani karena kedekatan lokasi dan dukungan pendanaan dari dana desa &
APBDes
7. Penguatan kelembagaan bisnis termasuk pemasaran, entrepreneurship &
integrasi dengan industri difokuskan ke BUMD
8. Penguatan pemasaran dapat dilakukan kepada kelompok usaha tani, tetapi
khusus untuk produk yang bersifat kebutuhan dasar dimana rantai tata niaga
sederhana & tidak ada persyaratan produk yang tinggi dari konsumen
Tim Peneliti
(1) Evaluasi Demplot Paludikultur
No Nama Jabatan Instansi
1. Tri Wira Yuwati, S.Hut., M.Sc. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru
2. Dr. Dony Rachmanadi, S.Hut., Msi. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru
3. Prof.Ris. Dr. Acep Akbar Peneliti Utama BP2LHK Banjarbaru
4. Purwanto Budi Santosa, S.Hut., MSc. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru
5. M. Abdul Qirom, S.Hut., M.Si Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru
6. Wawan Halwany, S.Hut., M.Sc. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru
7. Rusmana, S.Hut. Peneliti Muda BP2LHK Banjarbaru
8. Safinah S. Hakim, S.Hut., M.Si. Peneliti Muda BP2LHK Banjarbaru
9. Dewi Alimah, S.Hut. Peneliti Muda BP2LHK Banjarbaru
10. Budi Hermawan Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK anjarbaru
11. Supriyadi Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK Banjarbaru
12. Arif Susianto Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK Banjarbaru
13. Gravi Margasetha, A.Md. Teknisi Litkayasa Pelaksana BP2LHK banjarbaru
14. Ahmad Ali Musthofa, A.Md. Teknisi Litkayasa pelaksana BP2LHK Banjarbaru
No. Nama Jabatan Instansi
1 Drs. Rahardyan N. Adi, MSc Peneliti Madya BPTP DAS Solo
2 Dr. Drs. Irfan B. Pramono.
MSc
Peneliti Utama BPTP DAS Solo
3 Dr.Ir.Endang Savitri, MSc Peneliti Madya BPTP DAS Solo
4 Dr. Agung Budi Supangat,
S.Hut., MT
Peneliti Madya BPTP DAS Solo
5 Purwanto Budi Santoso, S.
Hut., MP
Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru
7 Edi Sulasmiko, SP Teknisi
Litkayasa
Penyelia
BPTPDAS Solo
8. Eko Priyanto, SP Teknisi
Litkayasa
Penyelia
BP2LHK Banjarbaru
(2) PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI KHDTK
TUMBANG NUSA MELALUI PENGELOLAAN MUKA AIR TANAH
Nama NIP Kepakaran Instansi
Mimi Salminah 197909092008012024 Ekonomi SDA P3SEKPI
Ramawati, S.Hut., M.Sc. 198705202015022002 Sosiologi P3SEKPI
Dony Wicaksono,
S.Hut.,M.Sc
198103182010121002 Ekonomi SDA P3SEKPI
Dr. Fitri Nurfatriani,
S.Hut., M.Si
197510242000032001 Ekonomi SDA P3SEKPI
Dr. Hamdani Fauzi Sosial ekonomi ULM
Adnan Ardhana, S.Sos. Sosiologi Hutan BP2LHK
Banjarbaru
Junaidah S.hut., M.Sc Silvikultur BP2LHK
Banjarbaru
(3) Potensi pasar dan kemandirian usaha petani gambut
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Pengolahan leachate
Pengolahan leachatePengolahan leachate
Pengolahan leachateinfosanitasi
 
irigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golonganirigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golonganMuhammad Ilmi
 
Fitoremediasi Indonesia
Fitoremediasi IndonesiaFitoremediasi Indonesia
Fitoremediasi IndonesiaRony - LIPI
 
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)Joy Irman
 
MATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
MATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTAMATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
MATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTAghaziplanters
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutPosma Andri Octavia Siagian
 
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawitPanduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawitZul Rapi
 
Perencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ksPerencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ksMuhammad Yuswani
 
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...Joy Irman
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANPENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANSinergi Inspiration
 
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanSPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanM RiendRa Uslani
 
Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018
Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018
Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018Imam Pirdaus
 

What's hot (20)

Pengolahan leachate
Pengolahan leachatePengolahan leachate
Pengolahan leachate
 
Modul RIL-C
Modul RIL-CModul RIL-C
Modul RIL-C
 
Festival Durian Kota Semarang Tahun 2015
Festival Durian Kota Semarang Tahun 2015Festival Durian Kota Semarang Tahun 2015
Festival Durian Kota Semarang Tahun 2015
 
irigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golonganirigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golongan
 
Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
Fitoremediasi Indonesia
Fitoremediasi IndonesiaFitoremediasi Indonesia
Fitoremediasi Indonesia
 
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
Metode Review Strategi Sanitasi (SSK)
 
Presentasi debit air
Presentasi debit airPresentasi debit air
Presentasi debit air
 
MATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
MATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTAMATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
MATERI KELAPA SAIT 1 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
Sumur resapan
Sumur resapanSumur resapan
Sumur resapan
 
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawitPanduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
 
Perencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ksPerencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ks
 
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIANPENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
PENTINGNYA PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
 
12 irigasi tetes
12   irigasi tetes12   irigasi tetes
12 irigasi tetes
 
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanSPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
 
Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018
Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018
Jawaban 3.c laporan tindak lanjut monev tw i 2018
 
2.morfometri das
2.morfometri das2.morfometri das
2.morfometri das
 

Similar to Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat

Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013
Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013
Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013Kasih Kisah
 
Syarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptx
Syarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptxSyarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptx
Syarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptxmeizajolanda3
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airMunzirkamala
 
Bab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanangBab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanangEka Regar
 
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptKLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptSaid878643
 
Ekpose kecamatan ciseeng kabupaten bogor
Ekpose kecamatan ciseeng kabupaten bogorEkpose kecamatan ciseeng kabupaten bogor
Ekpose kecamatan ciseeng kabupaten bogorAntonius Sulistianto
 
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata Tri Hidayat
 
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008Ar Tinambunan
 
Bahan bogor economic summit 2014
Bahan bogor economic summit 2014Bahan bogor economic summit 2014
Bahan bogor economic summit 2014agus_ibnu_hasan
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVEElvionita
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
 
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptxKebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptxindonesianseaweedast
 
Ekspose Agropolitan Parapat April 08
Ekspose Agropolitan Parapat April 08Ekspose Agropolitan Parapat April 08
Ekspose Agropolitan Parapat April 08Ar Tinambunan
 
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan SelatanNormal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan SelatanKhairullah Khairullah
 
Alokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdfAlokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdfafifsalim12
 
4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx
4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx
4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptxMarisaKusumaPutri
 
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Vempi Satriya
 

Similar to Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat (20)

Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013
Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013
Rencana Induk RHL Citarum Hulu Tahun 2010-2013
 
Psda 5
Psda 5  Psda 5
Psda 5
 
Syarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptx
Syarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptxSyarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptx
Syarifuddin-Kadir-Komisi-I.pptx
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian air
 
Bab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanangBab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanang
 
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptKLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
 
Budidaya Nila Salin.ppt
Budidaya Nila Salin.pptBudidaya Nila Salin.ppt
Budidaya Nila Salin.ppt
 
Ekpose kecamatan ciseeng kabupaten bogor
Ekpose kecamatan ciseeng kabupaten bogorEkpose kecamatan ciseeng kabupaten bogor
Ekpose kecamatan ciseeng kabupaten bogor
 
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata
 
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
Ekspose Kunjungan Mahasiswa 13 Agustus 2008
 
Bahan bogor economic summit 2014
Bahan bogor economic summit 2014Bahan bogor economic summit 2014
Bahan bogor economic summit 2014
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVE
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
 
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptxKebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut 02082023.pptx
 
Ekspose Agropolitan Parapat April 08
Ekspose Agropolitan Parapat April 08Ekspose Agropolitan Parapat April 08
Ekspose Agropolitan Parapat April 08
 
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan SelatanNormal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
Normal Ketersediaan Air Tanah 1981-2010 di Kalimantan Selatan
 
Alokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdfAlokasi Air Sempor.pdf
Alokasi Air Sempor.pdf
 
4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx
4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx
4 Dukungan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sensus Pertanian.pptx
 
gjkhgjkghkgh (1).pptx
gjkhgjkghkgh (1).pptxgjkhgjkghkgh (1).pptx
gjkhgjkghkgh (1).pptx
 
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
 

More from International Tropical Peatlands Center

Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...
Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...International Tropical Peatlands Center
 
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...International Tropical Peatlands Center
 
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...International Tropical Peatlands Center
 
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in... Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...International Tropical Peatlands Center
 
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentAgro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentInternational Tropical Peatlands Center
 
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland International Tropical Peatlands Center
 
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...International Tropical Peatlands Center
 
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesClimate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesInternational Tropical Peatlands Center
 
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...International Tropical Peatlands Center
 

More from International Tropical Peatlands Center (20)

Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...
Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
 
Recent and on-going Peat action research in Indonesia
Recent and on-going Peat action research in IndonesiaRecent and on-going Peat action research in Indonesia
Recent and on-going Peat action research in Indonesia
 
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and ProgressThe International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
 
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPCContribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
 
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planetCIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
 
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
 
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
 
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in... Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 
Managing lessons learned through an enhanced information system
Managing lessons learned through an enhanced information systemManaging lessons learned through an enhanced information system
Managing lessons learned through an enhanced information system
 
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to peopleITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
 
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentAgro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
 
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demandRestoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
 
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
 
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
 
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatlandEnabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
 
Monitoring and managing tropical peatland restoration
Monitoring and managing tropical peatland restorationMonitoring and managing tropical peatland restoration
Monitoring and managing tropical peatland restoration
 
Protecting & restoring an ecologically important landscape
Protecting & restoring an ecologically important landscapeProtecting & restoring an ecologically important landscape
Protecting & restoring an ecologically important landscape
 
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesClimate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
 
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
 
ASEAN peatland policy in action
ASEAN peatland policy in actionASEAN peatland policy in action
ASEAN peatland policy in action
 

Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat

  • 1. KAJIAN IMPLEMENTASI MODEL RESTORASI EKOSISTEM GAMBUT BERBASIS MASYARAKAT Balai Litbang LHK Banjarbaru Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS Solo Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim Bogor
  • 2. Latar Belakang • Tiga aspek utama restorasi, yaitu: 1. Rewetting : pembasahan kembali/ hidrologi gambut 2. Revegetasi : penanaman spesies yang sesuai dengan kondisi biofisik alami ekosistem gambut 3. Revitalisasi: Penyediaan opsi penghidupan bagi masyarakat sekitar gambut untuk peningkatan kesejahteraan hidup
  • 3. 1) Evaluasi Demplot Paludikultur yang Dibasahi Kembali di Kalimantan Tengah : mengkaji pertumbuhan dan produktivitas demplot paludikultur (2) Pengurangan Resiko Kebakaran Lahan Gambut Melalui Pengelolaan Muka Air Tanah : mengkaji muka air tanah dan neraca air lahan gambut (3) Pemetaan potensi pasar dan kemandirian usaha petani gambut: memetakan potensi pasar produk gambut dan rekomendasi kemandirian usaha petani Sub-sub kegiatan
  • 4. (1) Evaluasi Demplot Paludikultur di Lahan Gambut yang Dibasahi Kembali Kalimantan Tengah
  • 5. Tujuan: a. Mengevaluasi pertumbuhan tanaman pada demplot paludikultur yang telah dibangun b. Melakukan introduksi komoditas untuk optimalisasi pemanfaatan demplot c. Mengkaji produktivitas demplot paludikultur Paludikultur: solusi dalam memperbaiki lahan gambut dan sekaligus dapat mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat yang tinggal di gambut Kepentingan ekologi dan kepentingan social ekonomi dapat tercapai berimbang bila dapat mengkombinasikan tujuan jangka panjang dari ekologi dan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang dari sisi ekonomi
  • 6. Fungsi Kawasan dan Prinsip Kelola 6 Hutan Rawa Gambut Kawasan BudidayaKawasan Lindung Kelola Tata Air • Prinsip “budidaya” di kawasan lindung • Prinsip perlindungan di kawasan budidaya
  • 7. Paludikultur pada gambut tipis dengan status hak milik (Desa Pilang) Paludikultur pada gambut tebal dengan status hak milik (Desa Tumbang Nusa) Paludikultur sebagai suatu cara pemulihan vegetasi di Kawasan hutan (KHDTK Tumbang Nusa)
  • 8. 1. Desa Tumbang Nusa, kebun Pak Stomo Gambut tebal: fungsi lindung Dapat dimanfaatkan tetapi fungsi lindung tetap terjaga? Introduksi komoditas: - Sayur dalam bedeng - Lebah Kelulut
  • 9. 2. Desa Pilang, kebun Bu Jenta Gambut Tipis, fungsi budidaya (< 100 cm) Kelestarian gambut harus tetap dijaga Lokasi di perkebunan sawit rakyat, ada beberapa kanal yang sudah ditabat oleh BRG Tanaman utama: karet
  • 10. Introduksi komoditas sayur, (cabe, terong, kangkung, lebah kelulut)
  • 11. 3. KHDTK Tumbang Nusa Konsep paludikultur juga coba diterapkan dalam kegiatan pemulihan vegetasi hutan alam. 1. Jenis pepohonan : gerunggang, blangeran, ramin 2. Hasil hutan bukan kayu : pinang dan kopi liberika 3. Penghasil buah : rambutan dan nenas.
  • 12.
  • 13.
  • 14. Kontribusi Pada Peningkatan Ekonomi Masyarakat Stomo • Pohon • Buah • Sayur • Madu • Ikan Jenta • Karet • Buah • Sayur • Empon2 • Madu KHDTK • Kayu • HHBK • Buah • Ikan Madu kelulut, per bulan per setup akan menghasilkan 0,5-1 liter x Rp. 400.000,- 10 Setup = kurang lebih 2 jt- 4 jt per bulan Terong per batang, dalam 3 bln, produksi 3 kg, harga per kilo 8rb total 25 batang: kurang lebih 200rb per bulan Cabai, per tanaman menghasilkan 1 -1,5 kg selama hidup. 75 bt = 75 kg x Rp. 30 rb = 2, 25 jt selama 8bln= 300rb perbulan
  • 15.
  • 16. Panen madu kelulut di demplot paludikultur desa Pilang ( kebun bu Jenta) 17 Desember 2020 7 setup = 1,8 liter
  • 17. Kontribusi Pada Ekologi Pada lahan milik: Aspek ekologi, dilakukan karakterisasi lahan dan monitoring lahan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dan dampak dari usaha tani yang dilakukan. Aspek ekologi ini sangat diperlukan untuk mencapai kelestarian pemanfaatan lahan (land-use sustainability). Pada kawasan lindung: Penggunaan jenis penghasil buah, berfungsi sebagai pengaktif agen penyebar buah. Model ini berada pada areal yang terbakar hebat pada tahun 2015 sehingga hanya menyisakan sedikit warisan ekologi sebagai sumber regenerasi secara alami. Areal ini berjarak sekitar 1 Km dari hutan sekunder rawa gambut yang tersisa dan diantara jarak tersebut masih terdapat sisa tegakan tinggal yang mengelompok (patch).
  • 18. No Koordinat Ketebalan Gambut (cm) Keterangan 1. -2o22'8"; 114o6'58" 325 Tumbuhan gerunggang, lokasi budidaya kelulut 2. -2o22'8"; 114o6'58" 400 Tanaman karet, buah dan sayur 3. -2o22'20"; 114o7'15" 450 Tanaman karet, buah dan sayur 4. -2o22'20"; 114o7'15" 625 Tumbuhan alami Demplot paludikultur gambut dalam desa Tumbang Nusa
  • 19. Kondisi Tanah Gambut No Pengamatan Nilai 1. Tingkat kematangan gambut (0 – 10 cm) Hemiks 2. Tingkat kematangan gambut (10 – 20 cm) Fibriks 3. Bobot isi (g/cm3) 0,09 – 0,16 4. Kadar Air (%) 504,9 – 982,7 5. Hidrolik Konduktivitas 0 – 10 cm (m/d) 0,04 – 0,32 6. Hidrolik Konduktivitas 10 – 20 cm (m/d) 0,05 – 0,14
  • 20. Fluktuasi Tinggi Muka Air Tanah Di demplot paludikultur desa Tumbang Nusa (lahan pak Stomo)
  • 21.
  • 22. Alih Teknologi Budidaya Lebah Kelulut (Trigona sp.) Tanggal Pelaksanaan : 16 November 2020 Waktu : 09.30- 13.30 WITA Lokasi : Sanggar Seni Desa Pilang Peserta : 25 orang Narasumber : Syaifuddin S.Hut (Wirausahawan lebah madu)
  • 23. Alih Teknologi Budidaya Lebah Kelulut (Trigona sp.) Peserta pelatihan altek Penyerahan setup kelulut
  • 24. Pembuatan Toping Kelulut Penempatan dan Pemeliharaan Pemanenan dan pengolahan pasca panen Pemasaran Alih Teknologi Budidaya Lebah Kelulut (Trigona sp.) Materi Pelatihan Praktik Pemanenan Madu
  • 25. PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI KHDTK TUMBANG NUSA MELALUI PENGELOLAAN MUKA AIR TANAH Tujuan - Membuat demplot pengelolaan MAT untuk mengurangi risiko kebakaran lahan gambut. - Menghitung neraca air pada demplot paludikultur
  • 26. Hasil Kegiatan • Berdasarkan klasifikasi Oldeman (1975), tipe iklim wilayah Kabupaten Pulang Pisau termasuk tipe iklim B1, yaitu wilayah dengan bulan basah terjadi antara 7 – 9 bulan (curah hujan > 200 mm/bulan) dan bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan kurang dari 2 bulan. • Hujan terjadi hampir sepanjang tahun dan curah hujan terbanyak jatuh pada bulan Oktober - Desember serta Januari - Maret yang berkisar antara 2.000 – 3.500 mm setiap tahun, sedangkan bulan kering jatuh pada bulan Juni – September.
  • 27. Hasil Monitoring MAT Lokasi Paludikultur
  • 28.
  • 29.
  • 30. Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2016 27.66 27.06 28.02 27.93 28.47 27.68 27.66 27.64 27.18 27.36 27.55 27.01 2017 27.15 27.34 26.99 27.31 27.91 27.28 26.87 26.94 27.93 27.58 27.04 26.90 2018 26.98 26.62 27.04 27.50 27.82 27.08 26.94 26.76 26.99 27.31 26.90 26.44 2019 26.32 26.88 26.76 27.30 27.64 27.20 26.84 26.87 27.40 27.72 28.25 27.27 Rerata 27.03 26.97 27.20 27.51 27.96 27.31 27.08 27.05 27.37 27.49 27.44 26.90 Rata-rata Temperatur Bulanan
  • 31. Rata-rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2018 - 2019 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Tahun2018 274.05 341.743 416.64 290.78 425.28 170.67 148.97 73.39 66.18 177.38 335.26 426.76 Tahun2019 329.185 309.595 318.30 320.47 185.77 203.62 57.57 88.05 34.27 192.09 198.73 370.32
  • 32. Peta Unit Analisis Lokasi Paludikultur
  • 33. Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah Suhu 26.32 26.88 26.76 27.30 27.64 27.20 26.84 26.87 27.40 27.72 28.25 27.27 Indexpanas 12.35 12.78 12.70 13.07 13.28 12.99 12.70 12.78 13.14 13.36 13.80 13.07 156.02 PEblmterkoreksi 4.40 4.80 4.60 4.70 4.80 4.70 4.60 4.60 4.80 4.80 5.00 4.70 f.koreksi 31.50 28.20 31.20 30.30 30.90 30.00 31.20 31.20 30.30 31.20 30.60 31.50 PEterkoreksi 138.60 135.36 143.52 142.41 148.32 141.00 143.52 143.52 145.44 149.76 153.00 148.05 Hujan(P) 329.19 309.60 318.30 320.47 185.77 203.62 57.57 88.05 34.27 192.09 198.73 370.32 2607.97 P-PE 190.59 174.24 174.78 178.06 37.45 62.62 -85.95 -55.47 -111.17 42.33 45.73 222.27 875.47 APWL -85.95 -141.42 -252.59 Storage(ST) 140.00 140.00 140.00 140.00 140.00 140.00 78.12 53.94 25.11 140.00 140.00 140.00 ΔST 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -61.88 -24.18 -28.83 114.89 0.00 0.00 AE 138.60 135.36 143.52 142.41 148.32 141.00 119.45 112.23 63.10 149.76 153.00 148.05 1594.81 D 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 24.07 31.29 82.34 0.00 0.00 0.00 S 190.59 174.24 174.78 178.06 37.45 62.62 -24.07 -31.29 -82.34 -72.57 45.73 222.27 875.47 RO(40%) 89.26 111.94 114.47 115.70 117.50 61.98 49.84 10.31 -8.39 -36.29 -43.54 0.87 583.65 Hasil Analisis Neraca Air Lokasi Paludikultur
  • 34. 2019 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata Hujan(P/CHIRPS) 274.05 341.74 416.64 290.78 425.28 170.67 148.97 73.39 66.18 177.38 335.26 426.76 3147.11 AE 141.24 96.48 138.60 136.62 139.38 130.95 109.08 122.25 99.66 143.10 143.52 145.80 1546.68 RO(40%) 139.46 108.91 141.67 167.88 128.82 165.89 82.24 48.86 14.59 -8.30 -22.54 67.68 1035.13
  • 35.
  • 36.
  • 38. Penakar hujan otomatis di lokasi terbuka lahan paludikultur
  • 40. Pemetaan Potensi Pasar dan Kemandirian Usaha Petani Untuk Mendukung Restorasi Gambut mongobay.com mongobay.com
  • 41. TUJUAN METODOLOG I 1. Memetakan potensi pasar komoditi lahan gambut di daerah penelitian 2. Menyediakan rekomendasi upaya peningkatan kemandirian usaha petani gambut 1. Analisis supplai-demand dan struktur pasar: Identifikasi komoditi gambut, Rapid Market Appraisal 2. Analisis faktor penyebab ketergantungan kelompok usaha tani terhadap intervensi dari luar: faktor internal, faktor eksternal dan faktor model bisnis yang dikembangkan
  • 42. Peta Pengembangan Komoditi Lahan Gambut di Pulang Pisau
  • 43. Peta Pengembangan Komoditi Lahan Gambut di Pulang PisauJenis Komoditi Produk Harga jual (Rp) Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual Beli Sengon Kayu batangan 600 – 850 Rb / pohon Desa Gohong, Desa Buntoi, Kelurahan Kalawa, Desa Mantaren II, dan sekitarnya. Lahan mineral dan lahan gambut tipis yang tidak pernah terendam (kedalaman gambut sekitar 50 cm). Pada lahan gambut tipis biasanya diberi drainase untuk mengatur air - Pasar Kayu di Pulau Jawa/ dijual melalui perantara - Pabrik/industri kayu lokal / dijual langsung ke pabrik atau melalui perantara - Pasar Luar negeri : Jepang & AS / Dijual oleh eksortir kayu Galam Kayu batangan 2000- 12.000 / pohon dengan diameter pucuk 2-12 cm Desa Gohong, Desa Sebangau gambut yang tergenang maupun tidak tergenang - Pedagang atau panglong atau toko bangunan / dijual melalui pengumpul desa - Proyek pemerintah untuk kontruksi kanal blocking, jalan angkut, atau bangunan / dijual melalui pengumpul desa Kendala : ▪ semakin berkurang populasinya karena ekspansi lahan sawit atau komoditi lainnya di gambut. ▪ Sistem angkut sangat bergantung pada kondisi pasang surut air gambut
  • 44. Jenis Komoditi Produk Harga jual (Rp) Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual Beli Jelutung Bibit Getah Kayu 1.000/polon g Desa Tumbang Nusa lahan gambut dangkal - proyek restorasi yang memerlukan bibit - Getah sudah tidak ada pembeli di pasar lokal (Pulang Pisau/Palangkaraya) karena kalah saing dengan getah sintetis - Pasar luar negeri : Singapura, Jepang, Perancis - Potensi pasar kayu lokal: industri manufaktur pensil, sepatu dan interior seperti pahatan dan patung kayu (belum berkembang) Rotan Anyaman (topi, tas, tikar) Rotan basah (sudah jarang) 50.000- 1.200.000 Desa Gohong, Desa Buntoi, Desa Tumbang Tarusan, Desa Tambak, Desa Bahu Palawa Lahan mineral, umumnya ditepi sungai disekitar lahan gambu atau berada di bawah tegakan tanaman karet - Pasar lokal / dijual langsung ke pembeli atau pedagang lokal - Pasar domestik & internasional / melalui pameran dan pasar online yang dilakukan oleh kelompok usaha masyarakat - Industri pengolahan rotan di Kalimantan baik skala kecil maupun besar, industri di pulau Jawa /melalui pengumpul desa Sarang Walet Sarang 5-15 juta/kg Desa Tumbang Nusa Dibangun di sekitar sungai dimana terdapat hutan gambut yang menjadi tempat mencari makan burung waletl - Pasar domestik atau perusahaan sarang burung walet di Surabaya/ melalui pengumpul desa - Pasar internasional : China (Indonesia pemasok sarang burung walet terbesar dunia) / melalui pengumpul desa
  • 45. Jenis Komoditi Produk Harga jual (Rp) Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual Beli Purun Purun mentah Sedotan Anyaman (Topi, tikar) 5.000/ikat 200/batang 20.000- 30.000 /buah Desa Tumbang Nusa lahan gambut yang tergenang - Pasar lokal di Banjarmasin - Pasar lokal, domestik dan internasional Kurang diminati karena harga rendah & cash flow lama Jamur tiram Jamur mentah 25.000,-/kg Desa Gohong, Desa Buntoi dibudidayakan di rumah jamur dengan media serbuk gergaji dan dedak - Pasar lokal / dijual langsung ke pembeli atau pedagang lokal (permintaan pasar lokal belum dapat terpenuhi) Bajakah Kayu batangan dan serpihan kecil racikan 20.000- 30.000/ikat atau 4.000/kg 15.000/ bungkus Desa Pilang merambat (liana) yang tumbuh menggantung pada pohon-pohon besar di hutan gambut - Pasar Banjarmasin / dijual melalui pengumpul - Pasar lokal/ dijual ke konsumen langsung Ikan Ikan segar & Ikan asin (tapah, toman, udang udang, kerandang, mihau, gabus) 30.000- 60.000/kg (iakn segar) 60.000- 140.000/Kg (ikan asin) Desa Sebangau Jaya, Kereng Bengkirai, Taruna Jaya, Tanjung Perairan ekosistem gambut - Pasar lokal / dijual ke pedagang besar atau konsumen langsung
  • 46. Jenis Komoditi Produk Harga jual (Rp) Lokasi Kondisi Tempat Tumbuh Potensi Pasar / Mekanisme Transaksi Jual Beli Kopi bubuk kopi biasa dan bubuk kopi luwak Rp. 65.000/kg Desa Sidodadi lahan gambut dengan kedalaman kurang dari 100 cm dan tidak tergenang air Terdapat dua varian kopi yang dipasarkan yaitu Kopi Murni dan Kopi Jahe yang dipasarkan melalui pameran, online atau pemesanan langsung Potensi : sebagai produk khas oleh- oleh tempat wisata di Kalteng Bawang Lemba dan Mengkud u bubuk bawang dan mengkudu sebagai obat herbal Rp. 25.000/ 100gram Desa Sidodadi di lahan mineral dan gambut tipis, biasanya di pekarangan rumah Pasar belum terbentuk, hanya bergantung pada pesanan dan kegiatan pameran yang dikoordinir kelompok PKK Potensi : sebagai produk khas oleh- oleh tempat wisata di Kalteng Singkong Kristal Umbi untuk keripik dan capuran pakan ternak 2.000,-/kg Desa Buntoi pada lahan mineral dan lahan gambut tipis kedalamam < 50 cm - Pasar domestik dan perusahaan lokal PT Naga Buana / Dititip di warung dan dijual langsung ke perusahaan
  • 47. Rantai Tata Niaga Komoditi Gambut Yang Berkembang Tipe 1 : Rantai tata niaga pendek/sederhana (gelam, jamur, singkong, kopi, ikan, bibit jelutung, bawang lemba & mengkudu) Produsen di desa Pengumpul Pedagang besar Konsumen akhir Tipe 2 : Rantai tata niaga medium: sengon, getah jelutung, sarang walet, bajakah Produsen di desa Pengumpul Tk desa Pengumpul Tk Kab Industri pengolahan Pasar domestik Pasar internasional
  • 48. Tipe 3 : Rantai tata niaga panjang (rotan, purun) Konsumen (domestik/ internasional Pengrajin anyaman/BUMDES/KUT Petani/pe ramu Pengrajin anyaman Petani dan pengrajin Pengrajin finishing touch Petani, pengrajin, pengumpul dan finishing touch Pengumpul kecil dan pengrajin finishing touch Pedagang kecil Pedagang besar & reseller Petani/pe ramu
  • 49. 1. Komoditi bersifat kebutuhan dasar 2. Konsumen dekat dengan produsen 3. Pengembangan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas masih bersifat subsisten, belum memiliki daya tawar di industri yang lebih besar 4. Pasar sangat ditentukan oleh perilaku dan kebutuhan konsumen yang dapat cepat berubah 5. Perlu dilakukan diversifikasi produk olahan yang sederhana sehingga konsumen tidak bosan 6. Peran pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar melalui proyek2 pembangunan dan restorasi yang melibatkan suplai komoditi gambut dari petani dan mengembangkan kluster komoditi per desa untuk menghindari kelebihan suplai Tipe 1
  • 50. Tipe 2 1. Komoditi merupakan bahan baku yang akan diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk turunannya 2. Pembentukan harga lebih banyak ditentukan oleh industri & pedagang besar 3. Petani membutuhkan modal besar untuk pengembangan usaha 4. Middleman berperan sebagai patron petani, penyedia informasi pasar dan penanggung beban biaya transaksi pasar 5. Petani skala menengah dan kecil pada umumnya lebih menyukai menjual kepada pengumpul karena sulitnya persyaratan transaksi dengan industri 6. Intervensi yang diperlukan: memperkuat perdagangan ekspor komoditi, memperkuat kelembagaan usaha daerah (BUMD) agar dapat mengambil alih peran middleman, membangun intergrasi vertikal antara petani, BUMD dan industri yang saling menguntungkan (mis: Pola Bapak angkat)
  • 51. Tipe 3 1. Golongan produk yang mengedepankan nilai seni/ lingkungan 2. Mekanisme pemasaran bisa konvensional atau moderen (reseller/dropship maupun pemasaran online ) dengan skema transaksi lebih rumit 3. Suplai bahan baku terbatas karena tidak dibudidayakan 4. Perlu modal, teknologi, ketekunan dan skill petani sementara karakter petani bervariasi 5. Konsumen menetapkan persyaratan kualitas, kuantitas & kontinyuitas produk 6. Intervensi yang diperlukan adalah pendampingan petani agar dapat memenuhi suplai (kuantitas, kualitas & kontinyuitas) 7. Diperlukan lembaga usaha perantara profesional yang menjembatani proses pemasaran (BUMD profesional) 8. Penguatan promosi dan branding produk ramah lingkungan untuk membangun pasar 9. Perlu diintegrasikan dengan pengembangan usaha wisata di Pulang pisau dan program pembangunan pemerintah lainnya
  • 52. Tingkat kemandirian usaha petani gambut 1. Model bisnis yang dikembangkankan oleh lembaga usaha tani di Pulang Pisau pada umumnya merupakan model bisnis konvensional (dilihat dari variable: modal, produktivitas, sistem pemasaran & tata kelola kelembagaan) 2. Permodalam usaha berasal dari bantuan pihak ketiga dengan sistem pengelolaan belum efektif 3. Motivasi masyarakat untuk membetuk kelompok usaha pada umumnya karena ingin mendapat bantuan atau proyek 4. Kelompok usaha mengalami kendala untuk menjaga kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh konsumen
  • 53. 5. Skil, ketekunan, karakter dan budaya masyarakat menjadi salah satu faktor kunci keberlanjutan usaha 6. KUT menghadapi tantangan pengaturan hubungan dan pembagian hak dna tanggung jawan antar anggota 7. Bantuan atau intervensi yang diberikan tidak sesuai dengan karakter, budaya dan kebutuhan masyarakat, serta setingkali tidak tepat waktu Tingkat Kemandirian.... (lanjutan)
  • 54. Upaya Meningkatkan Kemandirian Kelompok Usaha Tani 1. Penguatan diperlukan dalam dua arah: a) sisi suplai; b) sisi demand/pasar 2. Penguatan dari sisi suplai difokuskan untuk kelompok tani, sisi demand atau pasar difokuskan untuk lembaga usaha profesional sebagai mitra usaha kelompok tani 3. Penguatan suplai dilakukan melalui: penyediaan bibit berkualitas, peningkatan kapasitas petani dalam budidaya dan proses pengolahan, penyediaan peralatan yang memadai, perbaikan kualitas kemasan termasuk sertifikasi, integrasi horizontal dengan berbagai kelompok usaha tani sejenis 4. kelompok usaha tani perlu diintegrasikan secara vertikal dengan lembaga usaha profesional 5. Lembaga usaha mengambil alih peran middleman sebagai risk taker, penyediaan informasi pasar, penyederhanaan skema transaksi jual beli, dan menguatkan proses quality control
  • 55. Upaya meningkatkan….(lanjutan) 6. BUMD/Perusahaan daerah berpotensi untuk menjadi lembaga usaha mitra petani karena kedekatan lokasi dan dukungan pendanaan dari dana desa & APBDes 7. Penguatan kelembagaan bisnis termasuk pemasaran, entrepreneurship & integrasi dengan industri difokuskan ke BUMD 8. Penguatan pemasaran dapat dilakukan kepada kelompok usaha tani, tetapi khusus untuk produk yang bersifat kebutuhan dasar dimana rantai tata niaga sederhana & tidak ada persyaratan produk yang tinggi dari konsumen
  • 56. Tim Peneliti (1) Evaluasi Demplot Paludikultur No Nama Jabatan Instansi 1. Tri Wira Yuwati, S.Hut., M.Sc. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru 2. Dr. Dony Rachmanadi, S.Hut., Msi. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru 3. Prof.Ris. Dr. Acep Akbar Peneliti Utama BP2LHK Banjarbaru 4. Purwanto Budi Santosa, S.Hut., MSc. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru 5. M. Abdul Qirom, S.Hut., M.Si Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru 6. Wawan Halwany, S.Hut., M.Sc. Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru 7. Rusmana, S.Hut. Peneliti Muda BP2LHK Banjarbaru 8. Safinah S. Hakim, S.Hut., M.Si. Peneliti Muda BP2LHK Banjarbaru 9. Dewi Alimah, S.Hut. Peneliti Muda BP2LHK Banjarbaru 10. Budi Hermawan Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK anjarbaru 11. Supriyadi Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK Banjarbaru 12. Arif Susianto Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK Banjarbaru 13. Gravi Margasetha, A.Md. Teknisi Litkayasa Pelaksana BP2LHK banjarbaru 14. Ahmad Ali Musthofa, A.Md. Teknisi Litkayasa pelaksana BP2LHK Banjarbaru
  • 57. No. Nama Jabatan Instansi 1 Drs. Rahardyan N. Adi, MSc Peneliti Madya BPTP DAS Solo 2 Dr. Drs. Irfan B. Pramono. MSc Peneliti Utama BPTP DAS Solo 3 Dr.Ir.Endang Savitri, MSc Peneliti Madya BPTP DAS Solo 4 Dr. Agung Budi Supangat, S.Hut., MT Peneliti Madya BPTP DAS Solo 5 Purwanto Budi Santoso, S. Hut., MP Peneliti Madya BP2LHK Banjarbaru 7 Edi Sulasmiko, SP Teknisi Litkayasa Penyelia BPTPDAS Solo 8. Eko Priyanto, SP Teknisi Litkayasa Penyelia BP2LHK Banjarbaru (2) PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI KHDTK TUMBANG NUSA MELALUI PENGELOLAAN MUKA AIR TANAH
  • 58. Nama NIP Kepakaran Instansi Mimi Salminah 197909092008012024 Ekonomi SDA P3SEKPI Ramawati, S.Hut., M.Sc. 198705202015022002 Sosiologi P3SEKPI Dony Wicaksono, S.Hut.,M.Sc 198103182010121002 Ekonomi SDA P3SEKPI Dr. Fitri Nurfatriani, S.Hut., M.Si 197510242000032001 Ekonomi SDA P3SEKPI Dr. Hamdani Fauzi Sosial ekonomi ULM Adnan Ardhana, S.Sos. Sosiologi Hutan BP2LHK Banjarbaru Junaidah S.hut., M.Sc Silvikultur BP2LHK Banjarbaru (3) Potensi pasar dan kemandirian usaha petani gambut