SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
Kajian Implementasi Multisistem
Silvikultur Menuju Ekosistem
Gambut Berkelanjutan
Badan Litbang dan Inovasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
22 Desember 2020
Tim Puslitbang Hutan dan Fahutan IPB
Latar Belakang
• Kondisi Lahan gambut di blok C ex PLG di Kab. Pulang Pisau yang beragam:
- Biofisik (kedalaman, kondisi genangan dan TMAT)
- Status (APL, HP, HL, HK) dan fungsi lahan gambut (fungsi lindung dan
budidaya)
- Keterlanjuran yang perlu dicarikan solusinya
• Memerlukan tindakan pegelolaan spesifik yang disesuaikan dengan
karakteristik tipologi gambut dan sosial-budaya
Tujuan : Menyusun model implementasi multisystem silvikultur
dan multi usaha menuju lansekap gambut produktif
yang mampu menjamin manfaat ekonomi, ekologi dan
sosial secara berkelanjutan
Luaran : 1.Model penerapan multisistem silvikultur dalam
pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak.
2.Model penerapan multi usaha di tingkat tapak dalam
pengelolaan ekosistem gambut.
3.Demplot paludikultur, agroforestry, budidaya ikan dan
lebah trigona di ekosistem gambut.
4.Strategi pengelolaan lahan gambut dengan
memperhatikan karakteristik sosial ekonomi
masyarakat sekitar hutan
1. Model penerapan multisistem silvikultur dalam
pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak
Meliputi kegiatan
a. Penentuan zonasi pengelolaan
b. Memetakan gap permasalahan pengelolaan dari setiap zonasi
dengan membandingkan anatara kondisi eksisting dengan kondisi
yang tepat untuk dikelola di setiap zonasi
c. Merekomendasikan model mutisistem silvikultur untuk setiap
zonasi
Lokasi Kondisi Lokasi Ketebalan
Gambut (cm)
Tinggi Muka
Air
KHDTK Tumbang Nusa terbakar 2015
(HL)
Areal terbuka dg beberapa dijumpai
paku-pakuan dan tumih
420 cm 13 cm
Demplot Paludikultur dan Agroferestry
Desa Tumbang Nusa (APL)
Semak belukar 400 m 64 cm
Desa Pilang
(HP)
Terbuka, paku-pakuan 500 cm 80 cm
Desa Jabiren
(APL)
Vegetasi Karet + Jelutung 540 cm 30 cm
Desa Garung
(HP)
Terbuka, paku-pakuan 90 cm 0 cm
Desa Gohong
(APL)
Kebun Karet, Tanah mineral - 0 cm
Desa Buntoi
(HP)
Didominasi tanaman karet 35 cm 0 cm
Desa Buntoi
(HL)
Didominasi vegetasi tingkat tiang dan
pancang
590 cm 31 cm
Desa Buntoi
(HP)
Areal terbuka didominasi kalakai 460 cm 112 cm
Kondisi biofisik lahan gambut di areal studi
a. Penentuan Zonasi Pengelolaan Ekosistem Gambut dalam
KHG S. Kahayan – S. Sebangau
Fisiografi
dan
kedalaman
gambut
Kondisi
genangan
Status dan
fungsi
kawasan
Pengelola di
tingkat
tapak
Tipologi
Pengelolaan
Tipologi Pengelolaan Ekosistem Gambut dalam KHG
Tipologi
Tanggul
Sungai
(1) Tanggul Sungai
Tipe A
(2) Tanggul Sungai
Tipe B
(3) Tanggul Sungai
Tipe C
(4) Tanggul Sungai
Tipe D
Rawa
Belakang
(5) Kawasan hutan
(HP)
(6) APL
Kubah
Gambut
(7) Kawasan hutan
(HL)
(8) APL
Karakteristik Fisiografi Lahan Gambut
Tanggul Sungai
• Diipengaruhi pasang surut air, tanah relatif lebih subur.
• Faktor pembatas: tinggi genangan, lapisan tanah di bawahnya (substratum).
• Sumber mineral dari air sungai dan air hujan
• Tipe A (selalu tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil)
• Tipe B (tergenang hanya pada pasang besar)
• Tipe C (tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang dari 50 cm)
• Tipe D (tidak tergenang tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier)
Rawa Belakang
• Daerah gambut yang berbatasan antara tanggul sungai dengan gambut dangkal sampai sedang (< 3
m). Sumber mineral dari air hujan.
Kubah Gambut
• Daerah gambut dengan kedalaman lebih dari 3 m. Sumber mineral dari air hujan
b. Permasalahan pengelolaan pada setiap zonasi
Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan
Tanggul
Sungai
• Pemukiman
• Kolam Beje
• Kolam Tanggul
• Kebun karet
• Industri
• Rumah walet
• Perikanan tangkap
• Budidaya sengon
• Kerajinan purun
• Kerajinan rotan
• Peternakan ayam,
babi, kambing, sapi
• Sawit rakyat
Zona untuk
kegiatan ekonomi,
pemukiman,
budidaya,
perikanan,
peternakan
- Sebagian tidak terkelola
-Sumber daya alam yang ada
belum termanfaatkan secara
optimal
-Masyarakat masih
memungut sumber daya
alam yang ada (perikanan
tangkap, pencari rotan)
-Budidaya perkebunan masih
ekstensif
Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan
Rawa
Belakang
(Fungsi
budidaya)
(HP)
• Pemukiman
• Kebun sengon
• Kebun sawit
• Kebun karet
• Kebun sayur
hortikultura
• Industri
pengolahan
• Rumah wallet
• Perikanan
tangkap
• kerajinan purun
• kerajinan rotan
• Peternakan
(ayam, kambing,
sapi, babi)
- Kawasan hutan harus ada
pengelolanya menggunakan
jenis yang mampu tumbuh baik
di lahan basah, prioritaskan
jenis asli gambut
-Kawasan hutan yang berdekatan
dengan masyarakat bisa
diterapkan sistem agroforestry,
solvofishery, silvopastura sesuai
dengan karakteristik lahan
gambut
-Pengkayaan dengan HHBK
(rotan, bajakah, MPTS)
- Kawasan hutan digarap
masyarakat
- Ada pemukiman
- Sebagian kawasan
hutan berupa semak
belukar
- Rawan terhadap
kebakaran
- Banyak kanal
- Tidak ada pengelola
hutan alam/hutan
tanaman
Zona Kondisi
Eksisting
Kondisi Ideal Permasalahan
Kubah
Gambut
(HL, HK)
- Hutan alam
-Semak
belukar
-Pemukiman
-Kebun karet
-Kebun sawit
-Kebun sengon
-Tanaman
balangeran,
jelutung
-Wisata
-Seharusnya ditumbuhi
pohon asli gambut
-Kawasan hutan yang
terlanjut dijadikan milik
masyarakat bisa
diterapkan sistem
agroforestry berupa
MPTS, solvofishery,
silvopastura
-Pengkayaan dengan HHBK
(rotan, bajakah dll)
- Ada kawasan
hutan digarap
masyarakat
- Di gambut dalam
ada pemukiman
- Terdapat areal
berupa semak
belukar
- Rawan terhadap
kebakaran
- Banyak kanal
c. Rekomendasi model pengelolaan lahan gambut
Zona Rekomendasi Model Pengelolaan Lahan Gambut
Tanggul Sungai
(APL)
Tipe A - Agroforestry, slivofishery, ekowisata
- Tipe B, C, & D - Agroforestry, silvofishery, ekowisata, agrosilvopastura,
agrosilvofishery
- Prioritas untuk budidaya pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan
Rawa Belakang - APL - Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dan MPTS
- Budidaya lebah madu,
- Ekowisata
- Kawasan hutan (HP) - THPB dengan pola tanam agroforestry dan silvofishery
Kubah Gambut - APL - Areal kubah gambut dipertahan kondisi tegakannya dan pada areal
yang terdegradasi dilakukan kegiatan restorasi dengan penerapan
paludikultur.
- Pemanfaatan terbatas berupa HHBK, karbon, ekowisata dan jasa
lingkungan lainnya
- Kawasan lindung (HL,
HK)
- Areal kubah gambut dipertahan kondisi tegakannya dan pada areal
yang terdegradasi dilakukan kegiatan restorasi dengan penerapan
paludikultur
- Pemanfaatan sangat terbatas berupa HHBK, karbon, ekowisata
dan jasa lingkungan lainnya
3. Model Penerapan Multi Usaha di Tingkat
Tapak dalam Pengelolaan Ekosistem Gambut
a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha
b. Kondisi Eksisting dan Identifikasi Preferensi Multi Usaha di Lahan
Gambut
c. Analisis Kelayakan Berbasis Komoditi atau Penggunaan Lahan
d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha
a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha
Tipologi Urutan filtering Parameter
Zona Tanggul
Sungai
(Tipe A, B, C & D)
1. Fungsi social • Berdasarkan preferensi masyarakat
2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada
• Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
Zona Rawa
Belakang dengan
berstatus APL
1. Fungsi social • Preferensi masyarakat
2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi, dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada
• Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
Zona Rawa
Belakang dengan
status kawasan
hutan (sudah ada
penguasaan lahan
oleh masyarakat)
1. Fungsi social • Berdasarkan preferensi masyarakat
2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada
• Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
Zona Rawa
Belakang dg status
kawasan hutan
(tidak dikuasai
masyarakat)
1. Fungsi ekonomi • Memberikan keutungan bagi KPH dan harus mendukung fungsi ekologi
2. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran, sumber keaneragaman hayati, hidrologi
3. Fungsi sosial • Pelibatan masyarakat dalam penjagaan kawasan hutan namun tidak
boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan)
Tipologi Urutan filtering Parameter
Zona Kubah Gambut
berstatus APL
1. Fungsi sosial • Preferensi masyarakat
2. Fungsi
ekonomi
• Fungsi ekonomi menguntungkan tetapi tidak boleh
bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
• Tidak menambah pembukaan kawasan hutan
Zona Kubah Gambut
berstatus kawasan
hutan (sudah ada
penguasaan lahan
oleh masyarakat)
1. Fungsi sosial • Preferensi masyarakat
2. Fungsi
ekonomi
• Fungsi ekonomi menguntungkan tetapi tidak boleh
bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
• Tidak menambah pembukaan kawasan hutan
Zona Kubah Gambut
Berstatus Kawasan
Hutan (belum ada
penguasaan lahan
oleh masyarakat)
1. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran, keaneragaman hayati, hidrologi
2. Fungsi sosial • Pelibatan masyarakat dalam penjagaan kawasan hutan
namun tidak boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi
ekologi
3. Fungsi
ekonomi
• Memberikan keutungan bagi KPH dan harus mendukung
fungsi ekologi
b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut
Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha
Tanggul Sungai Kolam Beje
Kolam Tanggul
Perikanan tangkap
Budidaya ikan patin dan Papuyu
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka)
Budidaya sawit (perusahaan dan rakyat)
Budidaya Lebah Madu
Pertanian padi sawah
Budidaya sayuran
Pekebun Rotan
Industri pengolahan ikan (kerupuk ikan, abon, ikan asin)
Budidaya walet
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Peternakan ayam, babi, kambing, sapi
Pencari gelam
Pencari halaban
Pencari kayu balangeran
Kayu tumih, balangeran, geronggang, pulai, jelutung, gelam
Kolam beje
Perikanan tangkap
Budidaya ikan
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai,
durian, sengon, cempedak,
nangka)
Budidaya lebah madu
Industri pengolahan ikan
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Budidaya walet
b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut (Lanjutan)
Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha
Rawa
Belakang
Galian Pasir
Kolam Beje
Kolam Tanggul
Perikanan tangkap
Budidaya ikan patin dan Papuyu
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka)
Budidaya sawit (perusahaan dan rakyat)
Budidaya Lebah Madu
Pertanian padi sawah
Budidaya sayuran
Pekebun Rotan
Industri pengolahan ikan (kerupuk ikan, abon, ikan asin)
Budidaya walet
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Peternakan ayam, babi, kambing, sapi
Pencari gelam
Pencari halaban
Pencari kayu balangeran
Kayu tumih, balangeran, gerunggang, pulai, jelutung, gelam
Kolam beje
Perikanan tangkap
Budidaya ikan
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai,
durian, sengon, cempedak, nangka)
Budidaya lebah madu
Industri pengolahan ikan
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Budidaya walet
b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multiusaha di Lahan Gambut (Lanjutan)
Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha
Kubah Gambut Budidaya sengon
Budidaya sawit
Budidaya karet
Budidaya wallet
Budidaya sayur
Budidaya tanaman buah
Peternakan ayam
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Kayu tumih, balangeran, gerunggang, pulai,
jelutung, gelam
Kolam beje
Perikanan tangkap
Budidaya ikan
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai, durian,
sengon, cempedak, nangka)
Budidaya lebah madu
Industri pengolahan ikan
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Budidaya walet
c. Analisis ekonomi dari masing-masing kegiatan usaha
Business As Usual Budidaya Karet NPV Rp. 79.984.983/ha (daur pengusahaan 25 th) atau Pendapatan
rata-rata Rp 3.199.399/th/ha. IRR=24% dan BCR=1,81
Kebutuhan Hidup Layak (Berdasar UMR Kab. Pulang Pisau Th 2020 Rp2.947.368/bulan atau Rp. 35.368.416
Jenis Usaha Potensi Pendapatan VS BAU VS UMR
1. Budidaya lebah madu Trigona torasica Rp. 15.400.000/stup/tahun 4,813 0,435
2. Budidaya lebah madu Trigona Iritama Rp. 2.800.000/stup/tahun 0,875 0,079
3. Budidaya lebah madu Apis mellifera Rp. 4.360.000/stup/tahun 1,363 0,123
4. Budidaya lebah madu hutan (panen lestari) Rp. 12.240.000/sarang/tahun 3,826 0,346
5. Budidaya lebah madu hutan (tidak dgn
metode panen lestari)
Rp. 3.160.000 Persarang/tahun 0,988 0,089
6. Pencari ikan di saluran irigasi (Ikan
Kakapan)
Rp. 2.400.000 sampai Rp. 4.800.000/tahun 0,750 0,068
7. Pembuatan pallet (kpsitas 300-400
buah/bulan)
Rp. 21.600.000 sampai Rp. 28.800.000/tahun 7,876 0,713
8. Petani purun Rp. 26.400.000/tahun 8,252 0,746
9. Pekebun rotan Rp. 200.000/ha/thn 0,063 0,006
10. Pencari gelam Rp. 36.000.000 sampai Rp. 40.800.000/th 12,002 1,086
11. Budidaya sengon (Falcataria molucana) NPV Rp. 27.826.076/ha (daur 7 tahun) atau
Rp. 3.975.000/ha/th. BCR 2,55 dan IRR=6%
1,242 0,112
c. Analisis ekonomi dari masing-masing kegiatan usaha (Lanjutan)
Jenis Usaha Potensi Pendapatan VS BAU VS UMR
12. Budidaya sengon
laut selulang
NPV Rp. 16.158.678/ha (daur pengusahaan 7 tahun), atau Pendapatan
rata-rata Rp.2.308.383/ha/th. BCR= 1,61 dan IRR=20%
0,722 0,065
13. Mencari ky halaban Pendapatan rata-rata Rp 10.800.000/thn 3,376 0,305
14. Budidaya wallet NPV Rp. -61.855.746 (daur pengusahaan 15 tahun) atau Pendapatan rata-
rata Rp.-4.123.716/tahun. BCR 0,3. Usaha ini Rugi karena produksi Walet
sangat rendah dari 2 kg/3 bulan menjadi 0,1 kg/3 bulan
-1,289 -0,117
15. Budidaya sawit NPV Rp 14.563.312/ha (daur 25 thn) atau pendapatan rata-rata Rp
582.532/ha/thn dgn BCR 1,141
0,182 0,016
16. Pengrajin purun
(anyaman tikar)
Rp. 3.750.000/tahun (jika tenaga kerja diperhitungkan)
Rp. 16.200.000/tahun (jika tenaga tidak kerja diperhitungkan)
5,063 0,458
17. Pengrajin purun
(sedotan)
Pendapatan rata-rata Rp. 100.260.000/tahun 31,337 2,835
18. Pengrajin rotan Pendapatan rata-rata Rp 753.556/tahun 0,236 0,021
19. Petani sayur (slada) Pendapatan rata-rata Rp. 18.000.000/ha/th 5,626 0,509
20. Budidaya Ikan patin Pendapatan rata-rata Rp. -3.280.000/thn (Rugi) -1,025 -0,093
21. Pengolahan Ikan Pendapatan rata-rata Rp. 21.426.666/tahun 6,697 0,606
22. Nelayan tangkap Pendapatan rata-rata Rp 60.318.333/thn 18,853 1,705
23. Petani padi Pendapatan rata-rata Rp. 11.750.000/ha/tahun 3,673 0,332
d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha
Tipologi Rekomendasi Multi Usaha
Zona Tanggul Sungai
Tipe A
1. Budidaya perikanan berbasis beje
2. Kerajinan berbasis purun, daun rasau (serat alam)
3. Tumbuhan berpotensi untuk pangan (teratai, umbi purun tikus)
4. Pemanfaatan Galam (kayu, urang, cuka kayu/asap cair)
5. Pengembangan jenis lain dengan rekayasa lahan berupa: teknik tanggul, teknik surjan,
teknik tukungan
6. Wisata alam (susur sungai)
Zona Tanggul Sungai
Tipe B, C dan D
1. Budidaya perikanan berbasis beje
2. Kerajinan berbasis purun, daun rasau (serat alam)
3. Tumbuhan berpotensi untuk pangan (teratai, umbi purun tikus)
4. Galam (kayu, urang, cuka kayu/asap cair)
5. Pengembangan jenis lain dengan rekayasa lahan berupa: teknik tanggul, teknik surjan,
teknik tukungan
6. Budidaya padi sistem sawah (Tipe B, Tipe C, dan Tipe D)
7. Budidaya sayuran (Tipe C dan Tipe D)
8. Budidaya lebah madu (Tipe C dan Tipe D)
9. Industri pengolahan (ikan, purun, rotan)
Zona Tanggul Sungai
d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan)
Tipologi Rekomendasi Multi Usaha
Zona Rawa Belakang berstatus
Areal Penggunaan Lain (APL)
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan tanaman sengon
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, galam) dan MPTS (karet,
petai, jengkol, durian)
• Agrofernaorestry berbasis tanaman asli gambut dengan memadukan tanaman hortikultura
sayuran, nenas, buah-buahan
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah
sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
• Industri pengolahan ikan
• Industri kerajinan rotan dan purun
Zona rawa belakang dengan
status Kawasan Hutan (sudah
ada okupasi oleh masyarakat)
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan tanaman sengon
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan MPTS (karet,
petai, jengkol, durian).
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah
sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
• Komposisi lebih banyak pohon
Zona rawa belakang dengan
status Kawasan Hutan (belum
ada okupasi oleh masyarakat)
Sesuai Rencana Bisnis KPHP
Zona Rawa Belakang
d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan)
Kubah Gambut
Tipologi Rekomendasi Multi Usaha
Zona Kubah Gambut
berstatus APL
1. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban, gemor, tumih,
geronggang) dan MPTS (karet, rambutan, cempedak, jambu kristal, petai, jengkol, durian)
2. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan
lebah sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
3. Industri kerajinan rotan dan purun
4. Industri pengolahan ikan
Zona Kubah Gambut
berstatus kawasan hutan
(sudah ada penguasaan
lahan oleh masyarakat)
1. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban, gemor, tumuh
geronggang dll) dan MPTS (karet, petai, jengkol, durian). Komposisi lebih banyak pohon.
2. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah
sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
Zona Kubah Gambut
Berstatus Kawasan Hutan
(belum ada penguasaan
lahan oleh masyarakat)
Jasa lingkungan (karbon dan ekowisata) dan pemanfaatan HHBK yang disesuaikan dengan
RPHJP KPHP Kahayan Hilir
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut
1. Teknik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) : pemanfaatan biomassa untuk kompos,
arang, dan cuka kayu
2. Pemantauan tinggi muka air (TMA)
3. Pembuatan sumur bor dan sekat kanal
4. Pengadaan infrastruktur pendukung: perencanaan dan pembangunan akses jalan,
menara api
5. Penataan/pengadaan sistem informasi kebakaran (monitoring hotspot dan
cuaca/kemarau panjang), Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran SPBK/FDRS
6. Pembentukan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (MPA, Desa
Peduli Gambut, dll)
7. Pengadaan sarana prasarana penanggulangan karhutla (peralatan tangan, alat
komunikasi, pompa punggung, mesin pompa air, dan selang)
8. Peningkatan kapasitas SDM melalui penyuluhan dan pelatihan
3. Demplot paludikultur dan agroforestry,
budidaya lebah trigona, kolam ikan
sistem terpal
Memberikan contoh kepada masyarakat terkait kegiatan
silvikultur yang sesuai untuk setiap zonasi
Pola Tanam di Gambut Dangkal
Tukungan (Gundukan) Surjan
Jelutung + Karet Shorea balangeran
Sengon di gambut dangkal (4 th) di
Desa Mentaren
Sengon di gambut dalam (4 th) di
Tumbang Nusa
Demplot paludikultur dan agroforestry di Desa Tumbang Nusa
Balangeran Gemor
Rambutan Cempedak
Tumih
Durian Jambu kristal
Geronggang Ramin
Matoa Langsat
Potensi budidaya ikan patin, gurame dan kerajinan dari rotan di
Desa Buntoi di sekitar Sungai Kahayan
Sosialisasi kemandirian pembuatan pelet ikan di Desa Tumbang Nusa
Potensi tanaman purun bahan baku kerajinan sebagai sumber pendapatan masyarakat di
areal yang selalu tergenang
Pemberian 10 koloni lebah lulut (trigona) ke Pak Margo di Tumbang Nusa yang
diletakan di bawah tegakan jelutung rawa pada kondisi gambut dalam
Demplot budidaya ikan di Desa Tumbang Nusa
Analisis SWOT 6 Desa Kajian
No. Uraian Faktor 1. Desa Buntoi 2. Desa Mentaren 1 3. Desa Gohong 4. Desa Garung 5. Desa Pilang 6. Desa T. Nusa
Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang
A. Faktor Internal (Strengthness-Weakness)
A.1. Kekuatan (Strengthness)
1 Penerimaan program 0.093 0.074 0.075 0.080 0.316 0.069
2 Potensi lahan gambut 0.023 0.074 0.212 0.120 0.168 0.069
3 Pemanfaatan turun-temurun 0.047 0.000 0.184 0.120 0.032 0.017
4 Kemampuan SDM utk gambut dangkal baik 0.163 0.296 0.047 0.080 0.074 0.155
5 Program sejenis sudah baik 0.116 0.000 0.085 0.000 0.011 0.017
6 Dana dan anggaran cukup baik 0.047 0.037 0.019 0.080 0.011 0.069
7 Akses jalan desa sudah baik 0.023 0.037 0.005 0.040 0.021 0.000
Total Kekuatan (Strengthness) 0.512 0.519 0.627 0.520 0.632 0.397
A.2. Kelemahan (Weakness)
1 Implementasi program tidak merata 0.000 0.000 0.009 0.000 0.000 0.000
2 Kebakaran besar menjadi masalah 0.116 0.000 0.019 0.080 0.168 0.276
3 Minat masyarakat masih kurang 0.023 0.037 0.085 0.240 0.000 0.017
4 Pengelolaan gambut dalam belum mampu 0.163 0.296 0.094 0.080 0.042 0.155
5 Kecemburuan sosial implementasi program 0.023 0.037 0.075 0.080 0.032 0.069
6 Kekurangan dana lanjutan program 0.070 0.074 0.014 0.000 0.042 0.017
7
Akses jalan gambut jauh dan tata air
kurang
0.093 0.037 0.075 0.000 0.084 0.069
Total Kelemahan (Weakness) 0.488 0.481 0.373 0.480 0.368 0.603
Selisih Kekuatan-Kelemahan 0.023 0.037 0.255 0.040 0.263 - 0.207
Posisi Faktor Internal Strengthness Strengthness Strengthness Strengthness Strengthness Weakness
Analisis SWOT 6 Desa Kajian
No. Uraian Faktor 1. Desa Buntoi 2. Desa Mentaren 1 3. Desa Gohong 4. Desa Garung 5. Desa Pilang 6. Desa Tbg Nusa
Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang
B. Faktor Eksternal (Opportunity-Treath)
B.1. Peluang (Opportunity)
1 Sudah mampu atasi kebakaran skala kecil 0.049 0.182 0.058 0.091 0.023 0.019
2 Dukungan kebijakan umumnya baik 0.146 0.091 0.050 0.091 0.070 0.117
3
Sudah mampu mengolahan gambut
dangkal
0.024 0.000 0.029 0.091 0.070 0.155
4 Sudah mampu mengolaha beberapa produk 0.049 0.000 0.007 0.000 0.047 0.194
5 Pasar baik sudah ada pengepul 0.024 0.091 0.072 0.000 0.093 0.058
6 Investasi pribadi dan uji coba sudah ada 0.000 0.000 0.014 0.182 0.000 0.000
7 Peran LSM dan berbagai pihak sudah baik 0.049 0.000 0.036 0.091 0.093 0.000
Total Peluang (Opportunity) 0.341 0.364 0.266 0.545 0.395 0.544
B.2. Ancaman (Treath)
1 Kebakaran besar belum mampu diatasi 0.122 0.000 0.216 0.182 0.093 0.000
2 Kekhawatiran konflik akibat program 0.122 0.091 0.014 0.000 0.023 0.155
3
Kebiasaan budidaya lahan gambut belum
baik
0.098 0.182 0.324 0.091 0.093 0.087
4 Kemampuan pengolahan masih terbatas 0.073 0.091 0.065 0.091 0.163 0.117
5 Kemampuan pemasaran masih terbatas 0.098 0.091 0.058 0.091 0.093 0.039
6 Belum ada investasi memberi hasil ekonomi 0.098 0.091 0.036 0.000 0.093 0.039
7 Peran LSM menurun akibat covid 0.049 0.091 0.022 0.000 0.047 0.019
Total Ancaman (Treath) 0.659 0.636 0.734 0.455 0.605 0.456
Selisih Peluang-Ancaman (0.317) (0.273) (0.468) 0.091 - 0.209 0.087
Posisi Faktor Eksternal Treath Treath Treath Opportunity Treath Treath
STRATEGI-KUADRAN ST - II ST - II ST - II SO - I ST - II WT - IV
Hasil Analisis SWOT
No. Uraian Faktor Rekap 6 Desa Ranking
Nilai Tertimbang
A. Faktor Internal (Strengthness-Weakness)
A.1. Kekuatan (Strengthness)
1 Penerimaan program 0,,118 2
2 Potensi lahan gambut 0,111 3
3 Pemanfaatan turun-temurun 0,067 4
4 Kemampuan SDM utk gambu dangkal baik 0,136 1
5 Program sejenis sudah baik 0,038 6
6 Dana dan anggaran cukup baik 0,044 5
7 Akses jalan desa sudah baik 0,021 7
Total Kekuatan (Strengthness) 0,534
A.2. Kelemahan (Weakness)
1 Implementasi program tidak merata 0,002 7
2 Kebakaran besar menjadi masalah 0,110 2
3 Minat masyarakat masih kurang 0,067 3
4 Pengelolaan gambut dalam belum mampu 0,138 1
5 Kecemburuan sosial implementasi program 0,053 5
6 Kekurangan dana lanjutan program 0,036 6
7 Akses jalan gambut jauh dan tata air kurang 0,060 4
Total Kelemahan (Weakness) 0,466
Selisih Kekuatan-Kelemahan 0,069
Posisi Faktor Internal Strengthness
Hasil Analisis SWOT
No. Uraian Faktor Rekap 6 Desa Ranking
Nilai Tertimbang
B. Faktor Eksternal (Opportunity-Treath)
B.1. Peluang (Opportunity)
1 Sudah mampu atasi kebakaran skala kecil 0.070 2
2 Dukungan kebijakan umumnya baik 0.094 1
3 Sudah mampu mengolahan gambut dangkal 0.062 3
4 Sudah mampu mengolaha beberapa produk 0.049 5
5 Pasar baik sudah ada pengepul 0.056 4
6 Investasi pribadi dan uji coba sudah ada 0.033 7
7 Peran LSM dan berbagai pihak sudah baik 0.045 6
Total Peluang (Opportunity) 0.409
B.2. Ancaman (Treath)
1 Kebakaran besar belum mampu diatasi 0.102 2
2 Kekhawatiran konflik akibat program 0.068 5
3 Kebiasaan budidaya lahan gambut belum baik 0.146 1
4 Kemampuan pengolahan masih terbatas 0.100 3
5 Kemampuan pemasaran masih terbatas 0.078 4
6 Belum ada investasi memberi hasil ekonomi 0.059 6
7 Peran LSM menurun akibat covid 0.038 7
Total Ancaman (Treath) 0.591
Selisih Peluang-Ancaman (0.181)
Posisi Faktor Eksternal Treath
STRATEGI-KUADRAN ST – II
• Kuadran II “Menggunakan Kekuatan Internal untuk mengatasi Ancaman
Eksternal”
• Kekuatan Internal, yaitu: (1) Program MSS-Multi Usaha mendapat dukungan
baik dari stakeholders; (2) Masyarakat sudah mampu mengatasi kebakaran
untuk skala kecil; dan (3) Masyarakat mempunyai kemampuan turun-
temurun dalam budidaya gambut dangkal.
• Ancaman Eksternal, yaitu: (1) Kebiasaan masyarakat setempat yang secara
umum belum terbiasa (tidak minat) budidaya lahan gambut karena masih
senang mengambil hasil dari alam, membuka lahan dengan cara membakar,
dan belum mampu budidaya di gambut dalam; (2) Belum mampu mengatasi
kebakaran besar bersamaan dengan kemarau panjang; dan (3) Pengolahan
hasil komoditas masih terbatas untuk komoditas yang turun-temurun
Strategi Implementasi Multi Sistem Silvikultur dan Multi Usaha
• Lanskap gambut dalam satu KHG akan produktif secara berkelanjutan apabila
pengelolaannya diterapkan dengan multi sistem silvikultur dan multi usaha secara
terintegrasi sesuai dengan karakteristik tipologi gambut dan sosial-budaya
• Daerah kubah gambut sampai tanggul sungai merupakan lanskap gambut berupa APL, HP,
HL dan HK yang perlu dikelola secara terpadu sehingga akan mampu memberikan manfaat
ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan
• Demplot paludikultur, agroforestry, budidaya ikan dan lebah trigona yang dibangun menjadi
show window dan tempat pembelajaran bersama
• Strategi Implementasi multi usaha mulai dari usaha yang memberikan keuntungan yaitu
mulai dari kerajinan dan wisata, selanjutnya sayuran, padi, karet dan sengon serta jenis
pohon kayu (jelutung, balangeran, laban) dan MPTS (petai, durian, nangka, cempedak)
• Perlu sarana produksi tanaman (Saprotan)/Panca usaha tani lahan gambut: (a)
penggunaan/pengadaan bibit unggul, (b) pengolahan lahan, (c) pemupukan (organik), (d)
pengaturan air, (e) pengendalian hama dan penyakit serta kebakaran hutan
• Peran KPH menjadi penting untuk mensinergikan dengan dinas-dinas terkait dalam
pengelolaan ekosistem gambut secara berkelanjutan
Kesimpulan dan Rekomendasi
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Geografi-kelas X
Geografi-kelas XGeografi-kelas X
Geografi-kelas XAnisa Sosa
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Aulia Nofrianti
 
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiGeomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiIsaacHamonangan
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuInri Pata'dungan
 
Profil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapuraProfil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapurawiratmokowikan
 
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanPengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanEthelbert Phanias
 
Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...
Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...
Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...Leo Ikals
 
Bab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggulBab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggulEko Susilo
 
Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2iin nafisa
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEDIS BLOG
 
Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.
Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.
Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.Lestari Moerdijat
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
Tentukan tegangan normal dan tegangan geser
Tentukan tegangan normal dan tegangan geserTentukan tegangan normal dan tegangan geser
Tentukan tegangan normal dan tegangan geserRobert Siallagan
 
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaPengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaFauzan Barnanda
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Sylvester Saragih
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIEDIS BLOG
 

What's hot (20)

Geografi-kelas X
Geografi-kelas XGeografi-kelas X
Geografi-kelas X
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009
 
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiGeomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
 
Bentang Alam Eolian
Bentang Alam EolianBentang Alam Eolian
Bentang Alam Eolian
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
 
Profil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapuraProfil daerah kabupaten jayapura
Profil daerah kabupaten jayapura
 
Geologi umum
Geologi umumGeologi umum
Geologi umum
 
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanPengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
 
Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...
Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...
Jurnal penentuan strategi transportation demand management (tdm) berbasis imp...
 
Bab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggulBab 5 stabilitas lereng tanggul
Bab 5 stabilitas lereng tanggul
 
Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.
Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.
Gempa Bumi Mentawai dan Pemulihan Bencana.
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Tentukan tegangan normal dan tegangan geser
Tentukan tegangan normal dan tegangan geserTentukan tegangan normal dan tegangan geser
Tentukan tegangan normal dan tegangan geser
 
Longwall mining
Longwall miningLongwall mining
Longwall mining
 
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaPengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 

Similar to EKOSISGAM

Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...imaniar nastiti
 
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...International Tropical Peatlands Center
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdfSubditSumberdayaPend
 
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH NganjukMateri konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjukkphnganjuk
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasdenotsudiana
 
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Helmi .
 
Kajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakat
Kajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakatKajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakat
Kajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakatInternational Tropical Peatlands Center
 
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasi
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasiPengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasi
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasiPanji Kharisma Jaya
 
1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx
1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx
1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptxirmaherawatysitorus
 
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...ZfHartawan
 
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakatRingkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakatSafira Aulia Rusmi
 
Presentasi HCV 2023.pdf
Presentasi HCV 2023.pdfPresentasi HCV 2023.pdf
Presentasi HCV 2023.pdfSunardi41
 
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutKebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutFazrin Rahmadani
 
Materi 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidup
Materi 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidupMateri 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidup
Materi 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidupYuningsih Yuningsih
 
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdfTropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdfSubditSumberdayaPend
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutAlfian Isnan
 

Similar to EKOSISGAM (20)

Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
 
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelola...
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
 
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH NganjukMateri konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
Materi konsultasi publik hcvf KPH Nganjuk
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan das
 
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
 
Kajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakat
Kajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakatKajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakat
Kajian strategi penerapan teknik budidaya gambut berkelanjutan oleh masyarakat
 
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasi
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasiPengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasi
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasi
 
1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx
1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx
1.EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN dan berbagai jenis hutan.pptx
 
pertemuan 6
pertemuan 6pertemuan 6
pertemuan 6
 
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
 
Sumber Daya Hutan 2.pptx
Sumber Daya Hutan 2.pptxSumber Daya Hutan 2.pptx
Sumber Daya Hutan 2.pptx
 
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakatRingkasan Pemulihan  hutan dengan partisipasi masyarakat
Ringkasan Pemulihan hutan dengan partisipasi masyarakat
 
Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani
Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal PerhutaniLegal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani
Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani
 
Presentasi HCV 2023.pdf
Presentasi HCV 2023.pdfPresentasi HCV 2023.pdf
Presentasi HCV 2023.pdf
 
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutKebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
 
Materi 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidup
Materi 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidupMateri 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidup
Materi 2: berbagai aspek pengelolaan lingkungan hidup
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdfTropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
Tropenbos_Pengalaman Perencanaan KEE dan HCV.pdf
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
 

More from International Tropical Peatlands Center

Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...
Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...International Tropical Peatlands Center
 
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...International Tropical Peatlands Center
 
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...International Tropical Peatlands Center
 
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in... Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...International Tropical Peatlands Center
 
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentAgro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentInternational Tropical Peatlands Center
 
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland International Tropical Peatlands Center
 
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...International Tropical Peatlands Center
 
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesClimate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesInternational Tropical Peatlands Center
 
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...International Tropical Peatlands Center
 

More from International Tropical Peatlands Center (20)

Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...Status of Implementation of  Peatland Ecosystem  Protection and Management  i...
Status of Implementation of Peatland Ecosystem Protection and Management i...
 
Recent and on-going Peat action research in Indonesia
Recent and on-going Peat action research in IndonesiaRecent and on-going Peat action research in Indonesia
Recent and on-going Peat action research in Indonesia
 
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and ProgressThe International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
The International Tropical Peatlands Center: Objectives and Progress
 
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPCContribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
Contribution of CIFOR’s peatland research to ITPC
 
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planetCIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
CIFOR-ICRAF Trees, forests and landscapes for people and the planet
 
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
Technology implementation & community involvement on sustainable peatland man...
 
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
Development for Indonesian peatlands as local communities based on cooperativ...
 
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in... Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
Government Peatland Knowledge Platform, Sharing of Indonesia’s experience in...
 
Managing lessons learned through an enhanced information system
Managing lessons learned through an enhanced information systemManaging lessons learned through an enhanced information system
Managing lessons learned through an enhanced information system
 
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to peopleITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
ITPC Knowledge Platform: Connecting knowledge and research to people
 
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environmentAgro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
Agro-silvo-fishery on degraded peatlands: For food, energy and environment
 
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demandRestoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
Restoration and management of peatlands to fulfil bioenergy demand
 
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
Environmental benefits of bioenergy trees production in degraded peatland
 
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
Prospect of bioenergy plantation on degraded peatland to support restoration ...
 
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatlandEnabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
Enabling microfinancing for bioenergy trees in peatland
 
Monitoring and managing tropical peatland restoration
Monitoring and managing tropical peatland restorationMonitoring and managing tropical peatland restoration
Monitoring and managing tropical peatland restoration
 
Protecting & restoring an ecologically important landscape
Protecting & restoring an ecologically important landscapeProtecting & restoring an ecologically important landscape
Protecting & restoring an ecologically important landscape
 
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countriesClimate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
Climate action needs peatlands action! FAO’s work supporting countries
 
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
Green Partnership Peatland Restoration, Korea-Indonesia Joint Cooperation Pro...
 
ASEAN peatland policy in action
ASEAN peatland policy in actionASEAN peatland policy in action
ASEAN peatland policy in action
 

EKOSISGAM

  • 1. Kajian Implementasi Multisistem Silvikultur Menuju Ekosistem Gambut Berkelanjutan Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 22 Desember 2020 Tim Puslitbang Hutan dan Fahutan IPB
  • 2. Latar Belakang • Kondisi Lahan gambut di blok C ex PLG di Kab. Pulang Pisau yang beragam: - Biofisik (kedalaman, kondisi genangan dan TMAT) - Status (APL, HP, HL, HK) dan fungsi lahan gambut (fungsi lindung dan budidaya) - Keterlanjuran yang perlu dicarikan solusinya • Memerlukan tindakan pegelolaan spesifik yang disesuaikan dengan karakteristik tipologi gambut dan sosial-budaya
  • 3. Tujuan : Menyusun model implementasi multisystem silvikultur dan multi usaha menuju lansekap gambut produktif yang mampu menjamin manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara berkelanjutan Luaran : 1.Model penerapan multisistem silvikultur dalam pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak. 2.Model penerapan multi usaha di tingkat tapak dalam pengelolaan ekosistem gambut. 3.Demplot paludikultur, agroforestry, budidaya ikan dan lebah trigona di ekosistem gambut. 4.Strategi pengelolaan lahan gambut dengan memperhatikan karakteristik sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan
  • 4. 1. Model penerapan multisistem silvikultur dalam pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak Meliputi kegiatan a. Penentuan zonasi pengelolaan b. Memetakan gap permasalahan pengelolaan dari setiap zonasi dengan membandingkan anatara kondisi eksisting dengan kondisi yang tepat untuk dikelola di setiap zonasi c. Merekomendasikan model mutisistem silvikultur untuk setiap zonasi
  • 5.
  • 6.
  • 7. Lokasi Kondisi Lokasi Ketebalan Gambut (cm) Tinggi Muka Air KHDTK Tumbang Nusa terbakar 2015 (HL) Areal terbuka dg beberapa dijumpai paku-pakuan dan tumih 420 cm 13 cm Demplot Paludikultur dan Agroferestry Desa Tumbang Nusa (APL) Semak belukar 400 m 64 cm Desa Pilang (HP) Terbuka, paku-pakuan 500 cm 80 cm Desa Jabiren (APL) Vegetasi Karet + Jelutung 540 cm 30 cm Desa Garung (HP) Terbuka, paku-pakuan 90 cm 0 cm Desa Gohong (APL) Kebun Karet, Tanah mineral - 0 cm Desa Buntoi (HP) Didominasi tanaman karet 35 cm 0 cm Desa Buntoi (HL) Didominasi vegetasi tingkat tiang dan pancang 590 cm 31 cm Desa Buntoi (HP) Areal terbuka didominasi kalakai 460 cm 112 cm Kondisi biofisik lahan gambut di areal studi
  • 8. a. Penentuan Zonasi Pengelolaan Ekosistem Gambut dalam KHG S. Kahayan – S. Sebangau Fisiografi dan kedalaman gambut Kondisi genangan Status dan fungsi kawasan Pengelola di tingkat tapak Tipologi Pengelolaan
  • 9. Tipologi Pengelolaan Ekosistem Gambut dalam KHG Tipologi Tanggul Sungai (1) Tanggul Sungai Tipe A (2) Tanggul Sungai Tipe B (3) Tanggul Sungai Tipe C (4) Tanggul Sungai Tipe D Rawa Belakang (5) Kawasan hutan (HP) (6) APL Kubah Gambut (7) Kawasan hutan (HL) (8) APL
  • 10. Karakteristik Fisiografi Lahan Gambut Tanggul Sungai • Diipengaruhi pasang surut air, tanah relatif lebih subur. • Faktor pembatas: tinggi genangan, lapisan tanah di bawahnya (substratum). • Sumber mineral dari air sungai dan air hujan • Tipe A (selalu tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil) • Tipe B (tergenang hanya pada pasang besar) • Tipe C (tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang dari 50 cm) • Tipe D (tidak tergenang tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier) Rawa Belakang • Daerah gambut yang berbatasan antara tanggul sungai dengan gambut dangkal sampai sedang (< 3 m). Sumber mineral dari air hujan. Kubah Gambut • Daerah gambut dengan kedalaman lebih dari 3 m. Sumber mineral dari air hujan
  • 11. b. Permasalahan pengelolaan pada setiap zonasi Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan Tanggul Sungai • Pemukiman • Kolam Beje • Kolam Tanggul • Kebun karet • Industri • Rumah walet • Perikanan tangkap • Budidaya sengon • Kerajinan purun • Kerajinan rotan • Peternakan ayam, babi, kambing, sapi • Sawit rakyat Zona untuk kegiatan ekonomi, pemukiman, budidaya, perikanan, peternakan - Sebagian tidak terkelola -Sumber daya alam yang ada belum termanfaatkan secara optimal -Masyarakat masih memungut sumber daya alam yang ada (perikanan tangkap, pencari rotan) -Budidaya perkebunan masih ekstensif
  • 12. Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan Rawa Belakang (Fungsi budidaya) (HP) • Pemukiman • Kebun sengon • Kebun sawit • Kebun karet • Kebun sayur hortikultura • Industri pengolahan • Rumah wallet • Perikanan tangkap • kerajinan purun • kerajinan rotan • Peternakan (ayam, kambing, sapi, babi) - Kawasan hutan harus ada pengelolanya menggunakan jenis yang mampu tumbuh baik di lahan basah, prioritaskan jenis asli gambut -Kawasan hutan yang berdekatan dengan masyarakat bisa diterapkan sistem agroforestry, solvofishery, silvopastura sesuai dengan karakteristik lahan gambut -Pengkayaan dengan HHBK (rotan, bajakah, MPTS) - Kawasan hutan digarap masyarakat - Ada pemukiman - Sebagian kawasan hutan berupa semak belukar - Rawan terhadap kebakaran - Banyak kanal - Tidak ada pengelola hutan alam/hutan tanaman
  • 13. Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan Kubah Gambut (HL, HK) - Hutan alam -Semak belukar -Pemukiman -Kebun karet -Kebun sawit -Kebun sengon -Tanaman balangeran, jelutung -Wisata -Seharusnya ditumbuhi pohon asli gambut -Kawasan hutan yang terlanjut dijadikan milik masyarakat bisa diterapkan sistem agroforestry berupa MPTS, solvofishery, silvopastura -Pengkayaan dengan HHBK (rotan, bajakah dll) - Ada kawasan hutan digarap masyarakat - Di gambut dalam ada pemukiman - Terdapat areal berupa semak belukar - Rawan terhadap kebakaran - Banyak kanal
  • 14. c. Rekomendasi model pengelolaan lahan gambut Zona Rekomendasi Model Pengelolaan Lahan Gambut Tanggul Sungai (APL) Tipe A - Agroforestry, slivofishery, ekowisata - Tipe B, C, & D - Agroforestry, silvofishery, ekowisata, agrosilvopastura, agrosilvofishery - Prioritas untuk budidaya pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan Rawa Belakang - APL - Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dan MPTS - Budidaya lebah madu, - Ekowisata - Kawasan hutan (HP) - THPB dengan pola tanam agroforestry dan silvofishery Kubah Gambut - APL - Areal kubah gambut dipertahan kondisi tegakannya dan pada areal yang terdegradasi dilakukan kegiatan restorasi dengan penerapan paludikultur. - Pemanfaatan terbatas berupa HHBK, karbon, ekowisata dan jasa lingkungan lainnya - Kawasan lindung (HL, HK) - Areal kubah gambut dipertahan kondisi tegakannya dan pada areal yang terdegradasi dilakukan kegiatan restorasi dengan penerapan paludikultur - Pemanfaatan sangat terbatas berupa HHBK, karbon, ekowisata dan jasa lingkungan lainnya
  • 15. 3. Model Penerapan Multi Usaha di Tingkat Tapak dalam Pengelolaan Ekosistem Gambut a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha b. Kondisi Eksisting dan Identifikasi Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut c. Analisis Kelayakan Berbasis Komoditi atau Penggunaan Lahan d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha
  • 16. a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha Tipologi Urutan filtering Parameter Zona Tanggul Sungai (Tipe A, B, C & D) 1. Fungsi social • Berdasarkan preferensi masyarakat 2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada • Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat 3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran Zona Rawa Belakang dengan berstatus APL 1. Fungsi social • Preferensi masyarakat 2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi, dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada • Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat 3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran Zona Rawa Belakang dengan status kawasan hutan (sudah ada penguasaan lahan oleh masyarakat) 1. Fungsi social • Berdasarkan preferensi masyarakat 2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada • Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat 3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran Zona Rawa Belakang dg status kawasan hutan (tidak dikuasai masyarakat) 1. Fungsi ekonomi • Memberikan keutungan bagi KPH dan harus mendukung fungsi ekologi 2. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran, sumber keaneragaman hayati, hidrologi 3. Fungsi sosial • Pelibatan masyarakat dalam penjagaan kawasan hutan namun tidak boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
  • 17. a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan) Tipologi Urutan filtering Parameter Zona Kubah Gambut berstatus APL 1. Fungsi sosial • Preferensi masyarakat 2. Fungsi ekonomi • Fungsi ekonomi menguntungkan tetapi tidak boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi 3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran • Tidak menambah pembukaan kawasan hutan Zona Kubah Gambut berstatus kawasan hutan (sudah ada penguasaan lahan oleh masyarakat) 1. Fungsi sosial • Preferensi masyarakat 2. Fungsi ekonomi • Fungsi ekonomi menguntungkan tetapi tidak boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi 3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran • Tidak menambah pembukaan kawasan hutan Zona Kubah Gambut Berstatus Kawasan Hutan (belum ada penguasaan lahan oleh masyarakat) 1. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran, keaneragaman hayati, hidrologi 2. Fungsi sosial • Pelibatan masyarakat dalam penjagaan kawasan hutan namun tidak boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi 3. Fungsi ekonomi • Memberikan keutungan bagi KPH dan harus mendukung fungsi ekologi
  • 18. b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha Tanggul Sungai Kolam Beje Kolam Tanggul Perikanan tangkap Budidaya ikan patin dan Papuyu Budidaya sengon Budidaya karet Budidaya sayur Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka) Budidaya sawit (perusahaan dan rakyat) Budidaya Lebah Madu Pertanian padi sawah Budidaya sayuran Pekebun Rotan Industri pengolahan ikan (kerupuk ikan, abon, ikan asin) Budidaya walet Kerajinan purun Kerajinan rotan Peternakan ayam, babi, kambing, sapi Pencari gelam Pencari halaban Pencari kayu balangeran Kayu tumih, balangeran, geronggang, pulai, jelutung, gelam Kolam beje Perikanan tangkap Budidaya ikan Budidaya sengon Budidaya karet Budidaya sayur Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka) Budidaya lebah madu Industri pengolahan ikan Kerajinan purun Kerajinan rotan Budidaya walet
  • 19. b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut (Lanjutan) Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha Rawa Belakang Galian Pasir Kolam Beje Kolam Tanggul Perikanan tangkap Budidaya ikan patin dan Papuyu Budidaya sengon Budidaya karet Budidaya sayur Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka) Budidaya sawit (perusahaan dan rakyat) Budidaya Lebah Madu Pertanian padi sawah Budidaya sayuran Pekebun Rotan Industri pengolahan ikan (kerupuk ikan, abon, ikan asin) Budidaya walet Kerajinan purun Kerajinan rotan Peternakan ayam, babi, kambing, sapi Pencari gelam Pencari halaban Pencari kayu balangeran Kayu tumih, balangeran, gerunggang, pulai, jelutung, gelam Kolam beje Perikanan tangkap Budidaya ikan Budidaya sengon Budidaya karet Budidaya sayur Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka) Budidaya lebah madu Industri pengolahan ikan Kerajinan purun Kerajinan rotan Budidaya walet
  • 20. b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multiusaha di Lahan Gambut (Lanjutan) Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha Kubah Gambut Budidaya sengon Budidaya sawit Budidaya karet Budidaya wallet Budidaya sayur Budidaya tanaman buah Peternakan ayam Kerajinan purun Kerajinan rotan Kayu tumih, balangeran, gerunggang, pulai, jelutung, gelam Kolam beje Perikanan tangkap Budidaya ikan Budidaya sengon Budidaya karet Budidaya sayur Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka) Budidaya lebah madu Industri pengolahan ikan Kerajinan purun Kerajinan rotan Budidaya walet
  • 21. c. Analisis ekonomi dari masing-masing kegiatan usaha Business As Usual Budidaya Karet NPV Rp. 79.984.983/ha (daur pengusahaan 25 th) atau Pendapatan rata-rata Rp 3.199.399/th/ha. IRR=24% dan BCR=1,81 Kebutuhan Hidup Layak (Berdasar UMR Kab. Pulang Pisau Th 2020 Rp2.947.368/bulan atau Rp. 35.368.416 Jenis Usaha Potensi Pendapatan VS BAU VS UMR 1. Budidaya lebah madu Trigona torasica Rp. 15.400.000/stup/tahun 4,813 0,435 2. Budidaya lebah madu Trigona Iritama Rp. 2.800.000/stup/tahun 0,875 0,079 3. Budidaya lebah madu Apis mellifera Rp. 4.360.000/stup/tahun 1,363 0,123 4. Budidaya lebah madu hutan (panen lestari) Rp. 12.240.000/sarang/tahun 3,826 0,346 5. Budidaya lebah madu hutan (tidak dgn metode panen lestari) Rp. 3.160.000 Persarang/tahun 0,988 0,089 6. Pencari ikan di saluran irigasi (Ikan Kakapan) Rp. 2.400.000 sampai Rp. 4.800.000/tahun 0,750 0,068 7. Pembuatan pallet (kpsitas 300-400 buah/bulan) Rp. 21.600.000 sampai Rp. 28.800.000/tahun 7,876 0,713 8. Petani purun Rp. 26.400.000/tahun 8,252 0,746 9. Pekebun rotan Rp. 200.000/ha/thn 0,063 0,006 10. Pencari gelam Rp. 36.000.000 sampai Rp. 40.800.000/th 12,002 1,086 11. Budidaya sengon (Falcataria molucana) NPV Rp. 27.826.076/ha (daur 7 tahun) atau Rp. 3.975.000/ha/th. BCR 2,55 dan IRR=6% 1,242 0,112
  • 22. c. Analisis ekonomi dari masing-masing kegiatan usaha (Lanjutan) Jenis Usaha Potensi Pendapatan VS BAU VS UMR 12. Budidaya sengon laut selulang NPV Rp. 16.158.678/ha (daur pengusahaan 7 tahun), atau Pendapatan rata-rata Rp.2.308.383/ha/th. BCR= 1,61 dan IRR=20% 0,722 0,065 13. Mencari ky halaban Pendapatan rata-rata Rp 10.800.000/thn 3,376 0,305 14. Budidaya wallet NPV Rp. -61.855.746 (daur pengusahaan 15 tahun) atau Pendapatan rata- rata Rp.-4.123.716/tahun. BCR 0,3. Usaha ini Rugi karena produksi Walet sangat rendah dari 2 kg/3 bulan menjadi 0,1 kg/3 bulan -1,289 -0,117 15. Budidaya sawit NPV Rp 14.563.312/ha (daur 25 thn) atau pendapatan rata-rata Rp 582.532/ha/thn dgn BCR 1,141 0,182 0,016 16. Pengrajin purun (anyaman tikar) Rp. 3.750.000/tahun (jika tenaga kerja diperhitungkan) Rp. 16.200.000/tahun (jika tenaga tidak kerja diperhitungkan) 5,063 0,458 17. Pengrajin purun (sedotan) Pendapatan rata-rata Rp. 100.260.000/tahun 31,337 2,835 18. Pengrajin rotan Pendapatan rata-rata Rp 753.556/tahun 0,236 0,021 19. Petani sayur (slada) Pendapatan rata-rata Rp. 18.000.000/ha/th 5,626 0,509 20. Budidaya Ikan patin Pendapatan rata-rata Rp. -3.280.000/thn (Rugi) -1,025 -0,093 21. Pengolahan Ikan Pendapatan rata-rata Rp. 21.426.666/tahun 6,697 0,606 22. Nelayan tangkap Pendapatan rata-rata Rp 60.318.333/thn 18,853 1,705 23. Petani padi Pendapatan rata-rata Rp. 11.750.000/ha/tahun 3,673 0,332
  • 23. d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha Tipologi Rekomendasi Multi Usaha Zona Tanggul Sungai Tipe A 1. Budidaya perikanan berbasis beje 2. Kerajinan berbasis purun, daun rasau (serat alam) 3. Tumbuhan berpotensi untuk pangan (teratai, umbi purun tikus) 4. Pemanfaatan Galam (kayu, urang, cuka kayu/asap cair) 5. Pengembangan jenis lain dengan rekayasa lahan berupa: teknik tanggul, teknik surjan, teknik tukungan 6. Wisata alam (susur sungai) Zona Tanggul Sungai Tipe B, C dan D 1. Budidaya perikanan berbasis beje 2. Kerajinan berbasis purun, daun rasau (serat alam) 3. Tumbuhan berpotensi untuk pangan (teratai, umbi purun tikus) 4. Galam (kayu, urang, cuka kayu/asap cair) 5. Pengembangan jenis lain dengan rekayasa lahan berupa: teknik tanggul, teknik surjan, teknik tukungan 6. Budidaya padi sistem sawah (Tipe B, Tipe C, dan Tipe D) 7. Budidaya sayuran (Tipe C dan Tipe D) 8. Budidaya lebah madu (Tipe C dan Tipe D) 9. Industri pengolahan (ikan, purun, rotan) Zona Tanggul Sungai
  • 24. d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan) Tipologi Rekomendasi Multi Usaha Zona Rawa Belakang berstatus Areal Penggunaan Lain (APL) • Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan tanaman sengon • Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, galam) dan MPTS (karet, petai, jengkol, durian) • Agrofernaorestry berbasis tanaman asli gambut dengan memadukan tanaman hortikultura sayuran, nenas, buah-buahan • Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu • Industri pengolahan ikan • Industri kerajinan rotan dan purun Zona rawa belakang dengan status Kawasan Hutan (sudah ada okupasi oleh masyarakat) • Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan tanaman sengon • Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan MPTS (karet, petai, jengkol, durian). • Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu • Komposisi lebih banyak pohon Zona rawa belakang dengan status Kawasan Hutan (belum ada okupasi oleh masyarakat) Sesuai Rencana Bisnis KPHP Zona Rawa Belakang
  • 25. d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan) Kubah Gambut Tipologi Rekomendasi Multi Usaha Zona Kubah Gambut berstatus APL 1. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban, gemor, tumih, geronggang) dan MPTS (karet, rambutan, cempedak, jambu kristal, petai, jengkol, durian) 2. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu 3. Industri kerajinan rotan dan purun 4. Industri pengolahan ikan Zona Kubah Gambut berstatus kawasan hutan (sudah ada penguasaan lahan oleh masyarakat) 1. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban, gemor, tumuh geronggang dll) dan MPTS (karet, petai, jengkol, durian). Komposisi lebih banyak pohon. 2. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu Zona Kubah Gambut Berstatus Kawasan Hutan (belum ada penguasaan lahan oleh masyarakat) Jasa lingkungan (karbon dan ekowisata) dan pemanfaatan HHBK yang disesuaikan dengan RPHJP KPHP Kahayan Hilir
  • 26. Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut 1. Teknik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) : pemanfaatan biomassa untuk kompos, arang, dan cuka kayu 2. Pemantauan tinggi muka air (TMA) 3. Pembuatan sumur bor dan sekat kanal 4. Pengadaan infrastruktur pendukung: perencanaan dan pembangunan akses jalan, menara api 5. Penataan/pengadaan sistem informasi kebakaran (monitoring hotspot dan cuaca/kemarau panjang), Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran SPBK/FDRS 6. Pembentukan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (MPA, Desa Peduli Gambut, dll) 7. Pengadaan sarana prasarana penanggulangan karhutla (peralatan tangan, alat komunikasi, pompa punggung, mesin pompa air, dan selang) 8. Peningkatan kapasitas SDM melalui penyuluhan dan pelatihan
  • 27. 3. Demplot paludikultur dan agroforestry, budidaya lebah trigona, kolam ikan sistem terpal Memberikan contoh kepada masyarakat terkait kegiatan silvikultur yang sesuai untuk setiap zonasi
  • 28. Pola Tanam di Gambut Dangkal Tukungan (Gundukan) Surjan
  • 29. Jelutung + Karet Shorea balangeran
  • 30. Sengon di gambut dangkal (4 th) di Desa Mentaren Sengon di gambut dalam (4 th) di Tumbang Nusa
  • 31. Demplot paludikultur dan agroforestry di Desa Tumbang Nusa
  • 32. Balangeran Gemor Rambutan Cempedak Tumih Durian Jambu kristal Geronggang Ramin Matoa Langsat
  • 33. Potensi budidaya ikan patin, gurame dan kerajinan dari rotan di Desa Buntoi di sekitar Sungai Kahayan
  • 34. Sosialisasi kemandirian pembuatan pelet ikan di Desa Tumbang Nusa
  • 35. Potensi tanaman purun bahan baku kerajinan sebagai sumber pendapatan masyarakat di areal yang selalu tergenang
  • 36. Pemberian 10 koloni lebah lulut (trigona) ke Pak Margo di Tumbang Nusa yang diletakan di bawah tegakan jelutung rawa pada kondisi gambut dalam
  • 37. Demplot budidaya ikan di Desa Tumbang Nusa
  • 38. Analisis SWOT 6 Desa Kajian No. Uraian Faktor 1. Desa Buntoi 2. Desa Mentaren 1 3. Desa Gohong 4. Desa Garung 5. Desa Pilang 6. Desa T. Nusa Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang A. Faktor Internal (Strengthness-Weakness) A.1. Kekuatan (Strengthness) 1 Penerimaan program 0.093 0.074 0.075 0.080 0.316 0.069 2 Potensi lahan gambut 0.023 0.074 0.212 0.120 0.168 0.069 3 Pemanfaatan turun-temurun 0.047 0.000 0.184 0.120 0.032 0.017 4 Kemampuan SDM utk gambut dangkal baik 0.163 0.296 0.047 0.080 0.074 0.155 5 Program sejenis sudah baik 0.116 0.000 0.085 0.000 0.011 0.017 6 Dana dan anggaran cukup baik 0.047 0.037 0.019 0.080 0.011 0.069 7 Akses jalan desa sudah baik 0.023 0.037 0.005 0.040 0.021 0.000 Total Kekuatan (Strengthness) 0.512 0.519 0.627 0.520 0.632 0.397 A.2. Kelemahan (Weakness) 1 Implementasi program tidak merata 0.000 0.000 0.009 0.000 0.000 0.000 2 Kebakaran besar menjadi masalah 0.116 0.000 0.019 0.080 0.168 0.276 3 Minat masyarakat masih kurang 0.023 0.037 0.085 0.240 0.000 0.017 4 Pengelolaan gambut dalam belum mampu 0.163 0.296 0.094 0.080 0.042 0.155 5 Kecemburuan sosial implementasi program 0.023 0.037 0.075 0.080 0.032 0.069 6 Kekurangan dana lanjutan program 0.070 0.074 0.014 0.000 0.042 0.017 7 Akses jalan gambut jauh dan tata air kurang 0.093 0.037 0.075 0.000 0.084 0.069 Total Kelemahan (Weakness) 0.488 0.481 0.373 0.480 0.368 0.603 Selisih Kekuatan-Kelemahan 0.023 0.037 0.255 0.040 0.263 - 0.207 Posisi Faktor Internal Strengthness Strengthness Strengthness Strengthness Strengthness Weakness
  • 39. Analisis SWOT 6 Desa Kajian No. Uraian Faktor 1. Desa Buntoi 2. Desa Mentaren 1 3. Desa Gohong 4. Desa Garung 5. Desa Pilang 6. Desa Tbg Nusa Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang B. Faktor Eksternal (Opportunity-Treath) B.1. Peluang (Opportunity) 1 Sudah mampu atasi kebakaran skala kecil 0.049 0.182 0.058 0.091 0.023 0.019 2 Dukungan kebijakan umumnya baik 0.146 0.091 0.050 0.091 0.070 0.117 3 Sudah mampu mengolahan gambut dangkal 0.024 0.000 0.029 0.091 0.070 0.155 4 Sudah mampu mengolaha beberapa produk 0.049 0.000 0.007 0.000 0.047 0.194 5 Pasar baik sudah ada pengepul 0.024 0.091 0.072 0.000 0.093 0.058 6 Investasi pribadi dan uji coba sudah ada 0.000 0.000 0.014 0.182 0.000 0.000 7 Peran LSM dan berbagai pihak sudah baik 0.049 0.000 0.036 0.091 0.093 0.000 Total Peluang (Opportunity) 0.341 0.364 0.266 0.545 0.395 0.544 B.2. Ancaman (Treath) 1 Kebakaran besar belum mampu diatasi 0.122 0.000 0.216 0.182 0.093 0.000 2 Kekhawatiran konflik akibat program 0.122 0.091 0.014 0.000 0.023 0.155 3 Kebiasaan budidaya lahan gambut belum baik 0.098 0.182 0.324 0.091 0.093 0.087 4 Kemampuan pengolahan masih terbatas 0.073 0.091 0.065 0.091 0.163 0.117 5 Kemampuan pemasaran masih terbatas 0.098 0.091 0.058 0.091 0.093 0.039 6 Belum ada investasi memberi hasil ekonomi 0.098 0.091 0.036 0.000 0.093 0.039 7 Peran LSM menurun akibat covid 0.049 0.091 0.022 0.000 0.047 0.019 Total Ancaman (Treath) 0.659 0.636 0.734 0.455 0.605 0.456 Selisih Peluang-Ancaman (0.317) (0.273) (0.468) 0.091 - 0.209 0.087 Posisi Faktor Eksternal Treath Treath Treath Opportunity Treath Treath STRATEGI-KUADRAN ST - II ST - II ST - II SO - I ST - II WT - IV
  • 40. Hasil Analisis SWOT No. Uraian Faktor Rekap 6 Desa Ranking Nilai Tertimbang A. Faktor Internal (Strengthness-Weakness) A.1. Kekuatan (Strengthness) 1 Penerimaan program 0,,118 2 2 Potensi lahan gambut 0,111 3 3 Pemanfaatan turun-temurun 0,067 4 4 Kemampuan SDM utk gambu dangkal baik 0,136 1 5 Program sejenis sudah baik 0,038 6 6 Dana dan anggaran cukup baik 0,044 5 7 Akses jalan desa sudah baik 0,021 7 Total Kekuatan (Strengthness) 0,534 A.2. Kelemahan (Weakness) 1 Implementasi program tidak merata 0,002 7 2 Kebakaran besar menjadi masalah 0,110 2 3 Minat masyarakat masih kurang 0,067 3 4 Pengelolaan gambut dalam belum mampu 0,138 1 5 Kecemburuan sosial implementasi program 0,053 5 6 Kekurangan dana lanjutan program 0,036 6 7 Akses jalan gambut jauh dan tata air kurang 0,060 4 Total Kelemahan (Weakness) 0,466 Selisih Kekuatan-Kelemahan 0,069 Posisi Faktor Internal Strengthness
  • 41. Hasil Analisis SWOT No. Uraian Faktor Rekap 6 Desa Ranking Nilai Tertimbang B. Faktor Eksternal (Opportunity-Treath) B.1. Peluang (Opportunity) 1 Sudah mampu atasi kebakaran skala kecil 0.070 2 2 Dukungan kebijakan umumnya baik 0.094 1 3 Sudah mampu mengolahan gambut dangkal 0.062 3 4 Sudah mampu mengolaha beberapa produk 0.049 5 5 Pasar baik sudah ada pengepul 0.056 4 6 Investasi pribadi dan uji coba sudah ada 0.033 7 7 Peran LSM dan berbagai pihak sudah baik 0.045 6 Total Peluang (Opportunity) 0.409 B.2. Ancaman (Treath) 1 Kebakaran besar belum mampu diatasi 0.102 2 2 Kekhawatiran konflik akibat program 0.068 5 3 Kebiasaan budidaya lahan gambut belum baik 0.146 1 4 Kemampuan pengolahan masih terbatas 0.100 3 5 Kemampuan pemasaran masih terbatas 0.078 4 6 Belum ada investasi memberi hasil ekonomi 0.059 6 7 Peran LSM menurun akibat covid 0.038 7 Total Ancaman (Treath) 0.591 Selisih Peluang-Ancaman (0.181) Posisi Faktor Eksternal Treath STRATEGI-KUADRAN ST – II
  • 42. • Kuadran II “Menggunakan Kekuatan Internal untuk mengatasi Ancaman Eksternal” • Kekuatan Internal, yaitu: (1) Program MSS-Multi Usaha mendapat dukungan baik dari stakeholders; (2) Masyarakat sudah mampu mengatasi kebakaran untuk skala kecil; dan (3) Masyarakat mempunyai kemampuan turun- temurun dalam budidaya gambut dangkal. • Ancaman Eksternal, yaitu: (1) Kebiasaan masyarakat setempat yang secara umum belum terbiasa (tidak minat) budidaya lahan gambut karena masih senang mengambil hasil dari alam, membuka lahan dengan cara membakar, dan belum mampu budidaya di gambut dalam; (2) Belum mampu mengatasi kebakaran besar bersamaan dengan kemarau panjang; dan (3) Pengolahan hasil komoditas masih terbatas untuk komoditas yang turun-temurun Strategi Implementasi Multi Sistem Silvikultur dan Multi Usaha
  • 43. • Lanskap gambut dalam satu KHG akan produktif secara berkelanjutan apabila pengelolaannya diterapkan dengan multi sistem silvikultur dan multi usaha secara terintegrasi sesuai dengan karakteristik tipologi gambut dan sosial-budaya • Daerah kubah gambut sampai tanggul sungai merupakan lanskap gambut berupa APL, HP, HL dan HK yang perlu dikelola secara terpadu sehingga akan mampu memberikan manfaat ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan • Demplot paludikultur, agroforestry, budidaya ikan dan lebah trigona yang dibangun menjadi show window dan tempat pembelajaran bersama • Strategi Implementasi multi usaha mulai dari usaha yang memberikan keuntungan yaitu mulai dari kerajinan dan wisata, selanjutnya sayuran, padi, karet dan sengon serta jenis pohon kayu (jelutung, balangeran, laban) dan MPTS (petai, durian, nangka, cempedak) • Perlu sarana produksi tanaman (Saprotan)/Panca usaha tani lahan gambut: (a) penggunaan/pengadaan bibit unggul, (b) pengolahan lahan, (c) pemupukan (organik), (d) pengaturan air, (e) pengendalian hama dan penyakit serta kebakaran hutan • Peran KPH menjadi penting untuk mensinergikan dengan dinas-dinas terkait dalam pengelolaan ekosistem gambut secara berkelanjutan Kesimpulan dan Rekomendasi