Laporan ini menyarankan model implementasi multisistem silvikultur dan multi usaha untuk pengelolaan ekosistem gambut yang berkelanjutan. Laporan ini mengkategorikan zona-zona pengelolaan gambut dan merekomendasikan model pengelolaan lahan serta kegiatan multi usaha yang sesuai dengan karakteristik setiap zona berdasarkan fungsi ekologi, ekonomi dan sosial.
1. Kajian Implementasi Multisistem
Silvikultur Menuju Ekosistem
Gambut Berkelanjutan
Badan Litbang dan Inovasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
22 Desember 2020
Tim Puslitbang Hutan dan Fahutan IPB
2. Latar Belakang
• Kondisi Lahan gambut di blok C ex PLG di Kab. Pulang Pisau yang beragam:
- Biofisik (kedalaman, kondisi genangan dan TMAT)
- Status (APL, HP, HL, HK) dan fungsi lahan gambut (fungsi lindung dan
budidaya)
- Keterlanjuran yang perlu dicarikan solusinya
• Memerlukan tindakan pegelolaan spesifik yang disesuaikan dengan
karakteristik tipologi gambut dan sosial-budaya
3. Tujuan : Menyusun model implementasi multisystem silvikultur
dan multi usaha menuju lansekap gambut produktif
yang mampu menjamin manfaat ekonomi, ekologi dan
sosial secara berkelanjutan
Luaran : 1.Model penerapan multisistem silvikultur dalam
pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak.
2.Model penerapan multi usaha di tingkat tapak dalam
pengelolaan ekosistem gambut.
3.Demplot paludikultur, agroforestry, budidaya ikan dan
lebah trigona di ekosistem gambut.
4.Strategi pengelolaan lahan gambut dengan
memperhatikan karakteristik sosial ekonomi
masyarakat sekitar hutan
4. 1. Model penerapan multisistem silvikultur dalam
pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak
Meliputi kegiatan
a. Penentuan zonasi pengelolaan
b. Memetakan gap permasalahan pengelolaan dari setiap zonasi
dengan membandingkan anatara kondisi eksisting dengan kondisi
yang tepat untuk dikelola di setiap zonasi
c. Merekomendasikan model mutisistem silvikultur untuk setiap
zonasi
5.
6.
7. Lokasi Kondisi Lokasi Ketebalan
Gambut (cm)
Tinggi Muka
Air
KHDTK Tumbang Nusa terbakar 2015
(HL)
Areal terbuka dg beberapa dijumpai
paku-pakuan dan tumih
420 cm 13 cm
Demplot Paludikultur dan Agroferestry
Desa Tumbang Nusa (APL)
Semak belukar 400 m 64 cm
Desa Pilang
(HP)
Terbuka, paku-pakuan 500 cm 80 cm
Desa Jabiren
(APL)
Vegetasi Karet + Jelutung 540 cm 30 cm
Desa Garung
(HP)
Terbuka, paku-pakuan 90 cm 0 cm
Desa Gohong
(APL)
Kebun Karet, Tanah mineral - 0 cm
Desa Buntoi
(HP)
Didominasi tanaman karet 35 cm 0 cm
Desa Buntoi
(HL)
Didominasi vegetasi tingkat tiang dan
pancang
590 cm 31 cm
Desa Buntoi
(HP)
Areal terbuka didominasi kalakai 460 cm 112 cm
Kondisi biofisik lahan gambut di areal studi
8. a. Penentuan Zonasi Pengelolaan Ekosistem Gambut dalam
KHG S. Kahayan – S. Sebangau
Fisiografi
dan
kedalaman
gambut
Kondisi
genangan
Status dan
fungsi
kawasan
Pengelola di
tingkat
tapak
Tipologi
Pengelolaan
9. Tipologi Pengelolaan Ekosistem Gambut dalam KHG
Tipologi
Tanggul
Sungai
(1) Tanggul Sungai
Tipe A
(2) Tanggul Sungai
Tipe B
(3) Tanggul Sungai
Tipe C
(4) Tanggul Sungai
Tipe D
Rawa
Belakang
(5) Kawasan hutan
(HP)
(6) APL
Kubah
Gambut
(7) Kawasan hutan
(HL)
(8) APL
10. Karakteristik Fisiografi Lahan Gambut
Tanggul Sungai
• Diipengaruhi pasang surut air, tanah relatif lebih subur.
• Faktor pembatas: tinggi genangan, lapisan tanah di bawahnya (substratum).
• Sumber mineral dari air sungai dan air hujan
• Tipe A (selalu tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil)
• Tipe B (tergenang hanya pada pasang besar)
• Tipe C (tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang dari 50 cm)
• Tipe D (tidak tergenang tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier)
Rawa Belakang
• Daerah gambut yang berbatasan antara tanggul sungai dengan gambut dangkal sampai sedang (< 3
m). Sumber mineral dari air hujan.
Kubah Gambut
• Daerah gambut dengan kedalaman lebih dari 3 m. Sumber mineral dari air hujan
11. b. Permasalahan pengelolaan pada setiap zonasi
Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan
Tanggul
Sungai
• Pemukiman
• Kolam Beje
• Kolam Tanggul
• Kebun karet
• Industri
• Rumah walet
• Perikanan tangkap
• Budidaya sengon
• Kerajinan purun
• Kerajinan rotan
• Peternakan ayam,
babi, kambing, sapi
• Sawit rakyat
Zona untuk
kegiatan ekonomi,
pemukiman,
budidaya,
perikanan,
peternakan
- Sebagian tidak terkelola
-Sumber daya alam yang ada
belum termanfaatkan secara
optimal
-Masyarakat masih
memungut sumber daya
alam yang ada (perikanan
tangkap, pencari rotan)
-Budidaya perkebunan masih
ekstensif
12. Zona Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Permasalahan
Rawa
Belakang
(Fungsi
budidaya)
(HP)
• Pemukiman
• Kebun sengon
• Kebun sawit
• Kebun karet
• Kebun sayur
hortikultura
• Industri
pengolahan
• Rumah wallet
• Perikanan
tangkap
• kerajinan purun
• kerajinan rotan
• Peternakan
(ayam, kambing,
sapi, babi)
- Kawasan hutan harus ada
pengelolanya menggunakan
jenis yang mampu tumbuh baik
di lahan basah, prioritaskan
jenis asli gambut
-Kawasan hutan yang berdekatan
dengan masyarakat bisa
diterapkan sistem agroforestry,
solvofishery, silvopastura sesuai
dengan karakteristik lahan
gambut
-Pengkayaan dengan HHBK
(rotan, bajakah, MPTS)
- Kawasan hutan digarap
masyarakat
- Ada pemukiman
- Sebagian kawasan
hutan berupa semak
belukar
- Rawan terhadap
kebakaran
- Banyak kanal
- Tidak ada pengelola
hutan alam/hutan
tanaman
13. Zona Kondisi
Eksisting
Kondisi Ideal Permasalahan
Kubah
Gambut
(HL, HK)
- Hutan alam
-Semak
belukar
-Pemukiman
-Kebun karet
-Kebun sawit
-Kebun sengon
-Tanaman
balangeran,
jelutung
-Wisata
-Seharusnya ditumbuhi
pohon asli gambut
-Kawasan hutan yang
terlanjut dijadikan milik
masyarakat bisa
diterapkan sistem
agroforestry berupa
MPTS, solvofishery,
silvopastura
-Pengkayaan dengan HHBK
(rotan, bajakah dll)
- Ada kawasan
hutan digarap
masyarakat
- Di gambut dalam
ada pemukiman
- Terdapat areal
berupa semak
belukar
- Rawan terhadap
kebakaran
- Banyak kanal
14. c. Rekomendasi model pengelolaan lahan gambut
Zona Rekomendasi Model Pengelolaan Lahan Gambut
Tanggul Sungai
(APL)
Tipe A - Agroforestry, slivofishery, ekowisata
- Tipe B, C, & D - Agroforestry, silvofishery, ekowisata, agrosilvopastura,
agrosilvofishery
- Prioritas untuk budidaya pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan
Rawa Belakang - APL - Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dan MPTS
- Budidaya lebah madu,
- Ekowisata
- Kawasan hutan (HP) - THPB dengan pola tanam agroforestry dan silvofishery
Kubah Gambut - APL - Areal kubah gambut dipertahan kondisi tegakannya dan pada areal
yang terdegradasi dilakukan kegiatan restorasi dengan penerapan
paludikultur.
- Pemanfaatan terbatas berupa HHBK, karbon, ekowisata dan jasa
lingkungan lainnya
- Kawasan lindung (HL,
HK)
- Areal kubah gambut dipertahan kondisi tegakannya dan pada areal
yang terdegradasi dilakukan kegiatan restorasi dengan penerapan
paludikultur
- Pemanfaatan sangat terbatas berupa HHBK, karbon, ekowisata
dan jasa lingkungan lainnya
15. 3. Model Penerapan Multi Usaha di Tingkat
Tapak dalam Pengelolaan Ekosistem Gambut
a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha
b. Kondisi Eksisting dan Identifikasi Preferensi Multi Usaha di Lahan
Gambut
c. Analisis Kelayakan Berbasis Komoditi atau Penggunaan Lahan
d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha
16. a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha
Tipologi Urutan filtering Parameter
Zona Tanggul
Sungai
(Tipe A, B, C & D)
1. Fungsi social • Berdasarkan preferensi masyarakat
2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada
• Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
Zona Rawa
Belakang dengan
berstatus APL
1. Fungsi social • Preferensi masyarakat
2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi, dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada
• Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
Zona Rawa
Belakang dengan
status kawasan
hutan (sudah ada
penguasaan lahan
oleh masyarakat)
1. Fungsi social • Berdasarkan preferensi masyarakat
2. Fungsi ekonomi • Nilainya lebih tinggi dibandingkan dg BAU kegiatan bisnis yang ada
• Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
Zona Rawa
Belakang dg status
kawasan hutan
(tidak dikuasai
masyarakat)
1. Fungsi ekonomi • Memberikan keutungan bagi KPH dan harus mendukung fungsi ekologi
2. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran, sumber keaneragaman hayati, hidrologi
3. Fungsi sosial • Pelibatan masyarakat dalam penjagaan kawasan hutan namun tidak
boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
17. a. Strategi Penentuan Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan)
Tipologi Urutan filtering Parameter
Zona Kubah Gambut
berstatus APL
1. Fungsi sosial • Preferensi masyarakat
2. Fungsi
ekonomi
• Fungsi ekonomi menguntungkan tetapi tidak boleh
bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
• Tidak menambah pembukaan kawasan hutan
Zona Kubah Gambut
berstatus kawasan
hutan (sudah ada
penguasaan lahan
oleh masyarakat)
1. Fungsi sosial • Preferensi masyarakat
2. Fungsi
ekonomi
• Fungsi ekonomi menguntungkan tetapi tidak boleh
bertentangan/mendukung dengan fungsi ekologi
3. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran
• Tidak menambah pembukaan kawasan hutan
Zona Kubah Gambut
Berstatus Kawasan
Hutan (belum ada
penguasaan lahan
oleh masyarakat)
1. Fungsi ekologi • Mencegah kebakaran, keaneragaman hayati, hidrologi
2. Fungsi sosial • Pelibatan masyarakat dalam penjagaan kawasan hutan
namun tidak boleh bertentangan/mendukung dengan fungsi
ekologi
3. Fungsi
ekonomi
• Memberikan keutungan bagi KPH dan harus mendukung
fungsi ekologi
18. b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut
Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha
Tanggul Sungai Kolam Beje
Kolam Tanggul
Perikanan tangkap
Budidaya ikan patin dan Papuyu
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka)
Budidaya sawit (perusahaan dan rakyat)
Budidaya Lebah Madu
Pertanian padi sawah
Budidaya sayuran
Pekebun Rotan
Industri pengolahan ikan (kerupuk ikan, abon, ikan asin)
Budidaya walet
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Peternakan ayam, babi, kambing, sapi
Pencari gelam
Pencari halaban
Pencari kayu balangeran
Kayu tumih, balangeran, geronggang, pulai, jelutung, gelam
Kolam beje
Perikanan tangkap
Budidaya ikan
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai,
durian, sengon, cempedak,
nangka)
Budidaya lebah madu
Industri pengolahan ikan
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Budidaya walet
19. b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multi Usaha di Lahan Gambut (Lanjutan)
Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha
Rawa
Belakang
Galian Pasir
Kolam Beje
Kolam Tanggul
Perikanan tangkap
Budidaya ikan patin dan Papuyu
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai, durian, sengon, cempedak, nangka)
Budidaya sawit (perusahaan dan rakyat)
Budidaya Lebah Madu
Pertanian padi sawah
Budidaya sayuran
Pekebun Rotan
Industri pengolahan ikan (kerupuk ikan, abon, ikan asin)
Budidaya walet
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Peternakan ayam, babi, kambing, sapi
Pencari gelam
Pencari halaban
Pencari kayu balangeran
Kayu tumih, balangeran, gerunggang, pulai, jelutung, gelam
Kolam beje
Perikanan tangkap
Budidaya ikan
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai,
durian, sengon, cempedak, nangka)
Budidaya lebah madu
Industri pengolahan ikan
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Budidaya walet
20. b. Kondisi Eksisting dan Preferensi Multiusaha di Lahan Gambut (Lanjutan)
Zona Kondisi Eksisting Peferensi Multi Usaha
Kubah Gambut Budidaya sengon
Budidaya sawit
Budidaya karet
Budidaya wallet
Budidaya sayur
Budidaya tanaman buah
Peternakan ayam
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Kayu tumih, balangeran, gerunggang, pulai,
jelutung, gelam
Kolam beje
Perikanan tangkap
Budidaya ikan
Budidaya sengon
Budidaya karet
Budidaya sayur
Budidaya kebun campur (petai, durian,
sengon, cempedak, nangka)
Budidaya lebah madu
Industri pengolahan ikan
Kerajinan purun
Kerajinan rotan
Budidaya walet
21. c. Analisis ekonomi dari masing-masing kegiatan usaha
Business As Usual Budidaya Karet NPV Rp. 79.984.983/ha (daur pengusahaan 25 th) atau Pendapatan
rata-rata Rp 3.199.399/th/ha. IRR=24% dan BCR=1,81
Kebutuhan Hidup Layak (Berdasar UMR Kab. Pulang Pisau Th 2020 Rp2.947.368/bulan atau Rp. 35.368.416
Jenis Usaha Potensi Pendapatan VS BAU VS UMR
1. Budidaya lebah madu Trigona torasica Rp. 15.400.000/stup/tahun 4,813 0,435
2. Budidaya lebah madu Trigona Iritama Rp. 2.800.000/stup/tahun 0,875 0,079
3. Budidaya lebah madu Apis mellifera Rp. 4.360.000/stup/tahun 1,363 0,123
4. Budidaya lebah madu hutan (panen lestari) Rp. 12.240.000/sarang/tahun 3,826 0,346
5. Budidaya lebah madu hutan (tidak dgn
metode panen lestari)
Rp. 3.160.000 Persarang/tahun 0,988 0,089
6. Pencari ikan di saluran irigasi (Ikan
Kakapan)
Rp. 2.400.000 sampai Rp. 4.800.000/tahun 0,750 0,068
7. Pembuatan pallet (kpsitas 300-400
buah/bulan)
Rp. 21.600.000 sampai Rp. 28.800.000/tahun 7,876 0,713
8. Petani purun Rp. 26.400.000/tahun 8,252 0,746
9. Pekebun rotan Rp. 200.000/ha/thn 0,063 0,006
10. Pencari gelam Rp. 36.000.000 sampai Rp. 40.800.000/th 12,002 1,086
11. Budidaya sengon (Falcataria molucana) NPV Rp. 27.826.076/ha (daur 7 tahun) atau
Rp. 3.975.000/ha/th. BCR 2,55 dan IRR=6%
1,242 0,112
22. c. Analisis ekonomi dari masing-masing kegiatan usaha (Lanjutan)
Jenis Usaha Potensi Pendapatan VS BAU VS UMR
12. Budidaya sengon
laut selulang
NPV Rp. 16.158.678/ha (daur pengusahaan 7 tahun), atau Pendapatan
rata-rata Rp.2.308.383/ha/th. BCR= 1,61 dan IRR=20%
0,722 0,065
13. Mencari ky halaban Pendapatan rata-rata Rp 10.800.000/thn 3,376 0,305
14. Budidaya wallet NPV Rp. -61.855.746 (daur pengusahaan 15 tahun) atau Pendapatan rata-
rata Rp.-4.123.716/tahun. BCR 0,3. Usaha ini Rugi karena produksi Walet
sangat rendah dari 2 kg/3 bulan menjadi 0,1 kg/3 bulan
-1,289 -0,117
15. Budidaya sawit NPV Rp 14.563.312/ha (daur 25 thn) atau pendapatan rata-rata Rp
582.532/ha/thn dgn BCR 1,141
0,182 0,016
16. Pengrajin purun
(anyaman tikar)
Rp. 3.750.000/tahun (jika tenaga kerja diperhitungkan)
Rp. 16.200.000/tahun (jika tenaga tidak kerja diperhitungkan)
5,063 0,458
17. Pengrajin purun
(sedotan)
Pendapatan rata-rata Rp. 100.260.000/tahun 31,337 2,835
18. Pengrajin rotan Pendapatan rata-rata Rp 753.556/tahun 0,236 0,021
19. Petani sayur (slada) Pendapatan rata-rata Rp. 18.000.000/ha/th 5,626 0,509
20. Budidaya Ikan patin Pendapatan rata-rata Rp. -3.280.000/thn (Rugi) -1,025 -0,093
21. Pengolahan Ikan Pendapatan rata-rata Rp. 21.426.666/tahun 6,697 0,606
22. Nelayan tangkap Pendapatan rata-rata Rp 60.318.333/thn 18,853 1,705
23. Petani padi Pendapatan rata-rata Rp. 11.750.000/ha/tahun 3,673 0,332
23. d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha
Tipologi Rekomendasi Multi Usaha
Zona Tanggul Sungai
Tipe A
1. Budidaya perikanan berbasis beje
2. Kerajinan berbasis purun, daun rasau (serat alam)
3. Tumbuhan berpotensi untuk pangan (teratai, umbi purun tikus)
4. Pemanfaatan Galam (kayu, urang, cuka kayu/asap cair)
5. Pengembangan jenis lain dengan rekayasa lahan berupa: teknik tanggul, teknik surjan,
teknik tukungan
6. Wisata alam (susur sungai)
Zona Tanggul Sungai
Tipe B, C dan D
1. Budidaya perikanan berbasis beje
2. Kerajinan berbasis purun, daun rasau (serat alam)
3. Tumbuhan berpotensi untuk pangan (teratai, umbi purun tikus)
4. Galam (kayu, urang, cuka kayu/asap cair)
5. Pengembangan jenis lain dengan rekayasa lahan berupa: teknik tanggul, teknik surjan,
teknik tukungan
6. Budidaya padi sistem sawah (Tipe B, Tipe C, dan Tipe D)
7. Budidaya sayuran (Tipe C dan Tipe D)
8. Budidaya lebah madu (Tipe C dan Tipe D)
9. Industri pengolahan (ikan, purun, rotan)
Zona Tanggul Sungai
24. d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan)
Tipologi Rekomendasi Multi Usaha
Zona Rawa Belakang berstatus
Areal Penggunaan Lain (APL)
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan tanaman sengon
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, galam) dan MPTS (karet,
petai, jengkol, durian)
• Agrofernaorestry berbasis tanaman asli gambut dengan memadukan tanaman hortikultura
sayuran, nenas, buah-buahan
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah
sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
• Industri pengolahan ikan
• Industri kerajinan rotan dan purun
Zona rawa belakang dengan
status Kawasan Hutan (sudah
ada okupasi oleh masyarakat)
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan tanaman sengon
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban) dan MPTS (karet,
petai, jengkol, durian).
• Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah
sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
• Komposisi lebih banyak pohon
Zona rawa belakang dengan
status Kawasan Hutan (belum
ada okupasi oleh masyarakat)
Sesuai Rencana Bisnis KPHP
Zona Rawa Belakang
25. d. Rekomendasi Kegiatan Multi Usaha (Lanjutan)
Kubah Gambut
Tipologi Rekomendasi Multi Usaha
Zona Kubah Gambut
berstatus APL
1. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban, gemor, tumih,
geronggang) dan MPTS (karet, rambutan, cempedak, jambu kristal, petai, jengkol, durian)
2. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan
lebah sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
3. Industri kerajinan rotan dan purun
4. Industri pengolahan ikan
Zona Kubah Gambut
berstatus kawasan hutan
(sudah ada penguasaan
lahan oleh masyarakat)
1. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut (jelutung, balangeran, laban, gemor, tumuh
geronggang dll) dan MPTS (karet, petai, jengkol, durian). Komposisi lebih banyak pohon.
2. Agroforestry berbasis tanaman asli gambut dengan pengkayaan tanaman untuk pakan lebah
sehingga dapat digunakan untuk budidaya lebah madu
Zona Kubah Gambut
Berstatus Kawasan Hutan
(belum ada penguasaan
lahan oleh masyarakat)
Jasa lingkungan (karbon dan ekowisata) dan pemanfaatan HHBK yang disesuaikan dengan
RPHJP KPHP Kahayan Hilir
26. Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut
1. Teknik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) : pemanfaatan biomassa untuk kompos,
arang, dan cuka kayu
2. Pemantauan tinggi muka air (TMA)
3. Pembuatan sumur bor dan sekat kanal
4. Pengadaan infrastruktur pendukung: perencanaan dan pembangunan akses jalan,
menara api
5. Penataan/pengadaan sistem informasi kebakaran (monitoring hotspot dan
cuaca/kemarau panjang), Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran SPBK/FDRS
6. Pembentukan kelembagaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (MPA, Desa
Peduli Gambut, dll)
7. Pengadaan sarana prasarana penanggulangan karhutla (peralatan tangan, alat
komunikasi, pompa punggung, mesin pompa air, dan selang)
8. Peningkatan kapasitas SDM melalui penyuluhan dan pelatihan
27. 3. Demplot paludikultur dan agroforestry,
budidaya lebah trigona, kolam ikan
sistem terpal
Memberikan contoh kepada masyarakat terkait kegiatan
silvikultur yang sesuai untuk setiap zonasi
28. Pola Tanam di Gambut Dangkal
Tukungan (Gundukan) Surjan
38. Analisis SWOT 6 Desa Kajian
No. Uraian Faktor 1. Desa Buntoi 2. Desa Mentaren 1 3. Desa Gohong 4. Desa Garung 5. Desa Pilang 6. Desa T. Nusa
Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang
A. Faktor Internal (Strengthness-Weakness)
A.1. Kekuatan (Strengthness)
1 Penerimaan program 0.093 0.074 0.075 0.080 0.316 0.069
2 Potensi lahan gambut 0.023 0.074 0.212 0.120 0.168 0.069
3 Pemanfaatan turun-temurun 0.047 0.000 0.184 0.120 0.032 0.017
4 Kemampuan SDM utk gambut dangkal baik 0.163 0.296 0.047 0.080 0.074 0.155
5 Program sejenis sudah baik 0.116 0.000 0.085 0.000 0.011 0.017
6 Dana dan anggaran cukup baik 0.047 0.037 0.019 0.080 0.011 0.069
7 Akses jalan desa sudah baik 0.023 0.037 0.005 0.040 0.021 0.000
Total Kekuatan (Strengthness) 0.512 0.519 0.627 0.520 0.632 0.397
A.2. Kelemahan (Weakness)
1 Implementasi program tidak merata 0.000 0.000 0.009 0.000 0.000 0.000
2 Kebakaran besar menjadi masalah 0.116 0.000 0.019 0.080 0.168 0.276
3 Minat masyarakat masih kurang 0.023 0.037 0.085 0.240 0.000 0.017
4 Pengelolaan gambut dalam belum mampu 0.163 0.296 0.094 0.080 0.042 0.155
5 Kecemburuan sosial implementasi program 0.023 0.037 0.075 0.080 0.032 0.069
6 Kekurangan dana lanjutan program 0.070 0.074 0.014 0.000 0.042 0.017
7
Akses jalan gambut jauh dan tata air
kurang
0.093 0.037 0.075 0.000 0.084 0.069
Total Kelemahan (Weakness) 0.488 0.481 0.373 0.480 0.368 0.603
Selisih Kekuatan-Kelemahan 0.023 0.037 0.255 0.040 0.263 - 0.207
Posisi Faktor Internal Strengthness Strengthness Strengthness Strengthness Strengthness Weakness
39. Analisis SWOT 6 Desa Kajian
No. Uraian Faktor 1. Desa Buntoi 2. Desa Mentaren 1 3. Desa Gohong 4. Desa Garung 5. Desa Pilang 6. Desa Tbg Nusa
Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang Nilai Tertimbang
B. Faktor Eksternal (Opportunity-Treath)
B.1. Peluang (Opportunity)
1 Sudah mampu atasi kebakaran skala kecil 0.049 0.182 0.058 0.091 0.023 0.019
2 Dukungan kebijakan umumnya baik 0.146 0.091 0.050 0.091 0.070 0.117
3
Sudah mampu mengolahan gambut
dangkal
0.024 0.000 0.029 0.091 0.070 0.155
4 Sudah mampu mengolaha beberapa produk 0.049 0.000 0.007 0.000 0.047 0.194
5 Pasar baik sudah ada pengepul 0.024 0.091 0.072 0.000 0.093 0.058
6 Investasi pribadi dan uji coba sudah ada 0.000 0.000 0.014 0.182 0.000 0.000
7 Peran LSM dan berbagai pihak sudah baik 0.049 0.000 0.036 0.091 0.093 0.000
Total Peluang (Opportunity) 0.341 0.364 0.266 0.545 0.395 0.544
B.2. Ancaman (Treath)
1 Kebakaran besar belum mampu diatasi 0.122 0.000 0.216 0.182 0.093 0.000
2 Kekhawatiran konflik akibat program 0.122 0.091 0.014 0.000 0.023 0.155
3
Kebiasaan budidaya lahan gambut belum
baik
0.098 0.182 0.324 0.091 0.093 0.087
4 Kemampuan pengolahan masih terbatas 0.073 0.091 0.065 0.091 0.163 0.117
5 Kemampuan pemasaran masih terbatas 0.098 0.091 0.058 0.091 0.093 0.039
6 Belum ada investasi memberi hasil ekonomi 0.098 0.091 0.036 0.000 0.093 0.039
7 Peran LSM menurun akibat covid 0.049 0.091 0.022 0.000 0.047 0.019
Total Ancaman (Treath) 0.659 0.636 0.734 0.455 0.605 0.456
Selisih Peluang-Ancaman (0.317) (0.273) (0.468) 0.091 - 0.209 0.087
Posisi Faktor Eksternal Treath Treath Treath Opportunity Treath Treath
STRATEGI-KUADRAN ST - II ST - II ST - II SO - I ST - II WT - IV
40. Hasil Analisis SWOT
No. Uraian Faktor Rekap 6 Desa Ranking
Nilai Tertimbang
A. Faktor Internal (Strengthness-Weakness)
A.1. Kekuatan (Strengthness)
1 Penerimaan program 0,,118 2
2 Potensi lahan gambut 0,111 3
3 Pemanfaatan turun-temurun 0,067 4
4 Kemampuan SDM utk gambu dangkal baik 0,136 1
5 Program sejenis sudah baik 0,038 6
6 Dana dan anggaran cukup baik 0,044 5
7 Akses jalan desa sudah baik 0,021 7
Total Kekuatan (Strengthness) 0,534
A.2. Kelemahan (Weakness)
1 Implementasi program tidak merata 0,002 7
2 Kebakaran besar menjadi masalah 0,110 2
3 Minat masyarakat masih kurang 0,067 3
4 Pengelolaan gambut dalam belum mampu 0,138 1
5 Kecemburuan sosial implementasi program 0,053 5
6 Kekurangan dana lanjutan program 0,036 6
7 Akses jalan gambut jauh dan tata air kurang 0,060 4
Total Kelemahan (Weakness) 0,466
Selisih Kekuatan-Kelemahan 0,069
Posisi Faktor Internal Strengthness
41. Hasil Analisis SWOT
No. Uraian Faktor Rekap 6 Desa Ranking
Nilai Tertimbang
B. Faktor Eksternal (Opportunity-Treath)
B.1. Peluang (Opportunity)
1 Sudah mampu atasi kebakaran skala kecil 0.070 2
2 Dukungan kebijakan umumnya baik 0.094 1
3 Sudah mampu mengolahan gambut dangkal 0.062 3
4 Sudah mampu mengolaha beberapa produk 0.049 5
5 Pasar baik sudah ada pengepul 0.056 4
6 Investasi pribadi dan uji coba sudah ada 0.033 7
7 Peran LSM dan berbagai pihak sudah baik 0.045 6
Total Peluang (Opportunity) 0.409
B.2. Ancaman (Treath)
1 Kebakaran besar belum mampu diatasi 0.102 2
2 Kekhawatiran konflik akibat program 0.068 5
3 Kebiasaan budidaya lahan gambut belum baik 0.146 1
4 Kemampuan pengolahan masih terbatas 0.100 3
5 Kemampuan pemasaran masih terbatas 0.078 4
6 Belum ada investasi memberi hasil ekonomi 0.059 6
7 Peran LSM menurun akibat covid 0.038 7
Total Ancaman (Treath) 0.591
Selisih Peluang-Ancaman (0.181)
Posisi Faktor Eksternal Treath
STRATEGI-KUADRAN ST – II
42. • Kuadran II “Menggunakan Kekuatan Internal untuk mengatasi Ancaman
Eksternal”
• Kekuatan Internal, yaitu: (1) Program MSS-Multi Usaha mendapat dukungan
baik dari stakeholders; (2) Masyarakat sudah mampu mengatasi kebakaran
untuk skala kecil; dan (3) Masyarakat mempunyai kemampuan turun-
temurun dalam budidaya gambut dangkal.
• Ancaman Eksternal, yaitu: (1) Kebiasaan masyarakat setempat yang secara
umum belum terbiasa (tidak minat) budidaya lahan gambut karena masih
senang mengambil hasil dari alam, membuka lahan dengan cara membakar,
dan belum mampu budidaya di gambut dalam; (2) Belum mampu mengatasi
kebakaran besar bersamaan dengan kemarau panjang; dan (3) Pengolahan
hasil komoditas masih terbatas untuk komoditas yang turun-temurun
Strategi Implementasi Multi Sistem Silvikultur dan Multi Usaha
43. • Lanskap gambut dalam satu KHG akan produktif secara berkelanjutan apabila
pengelolaannya diterapkan dengan multi sistem silvikultur dan multi usaha secara
terintegrasi sesuai dengan karakteristik tipologi gambut dan sosial-budaya
• Daerah kubah gambut sampai tanggul sungai merupakan lanskap gambut berupa APL, HP,
HL dan HK yang perlu dikelola secara terpadu sehingga akan mampu memberikan manfaat
ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan
• Demplot paludikultur, agroforestry, budidaya ikan dan lebah trigona yang dibangun menjadi
show window dan tempat pembelajaran bersama
• Strategi Implementasi multi usaha mulai dari usaha yang memberikan keuntungan yaitu
mulai dari kerajinan dan wisata, selanjutnya sayuran, padi, karet dan sengon serta jenis
pohon kayu (jelutung, balangeran, laban) dan MPTS (petai, durian, nangka, cempedak)
• Perlu sarana produksi tanaman (Saprotan)/Panca usaha tani lahan gambut: (a)
penggunaan/pengadaan bibit unggul, (b) pengolahan lahan, (c) pemupukan (organik), (d)
pengaturan air, (e) pengendalian hama dan penyakit serta kebakaran hutan
• Peran KPH menjadi penting untuk mensinergikan dengan dinas-dinas terkait dalam
pengelolaan ekosistem gambut secara berkelanjutan
Kesimpulan dan Rekomendasi