1. Memberikan gambaran konsep konektivitas sistem lindung dan budidaya dalam ekosistem gambut tropika untuk pemanfaatan lahan gambut yang berkelanjutan.
2. Menganalisis keterkaitan antara komponen biofisik dan sosial di Blok C Kabupaten Pulang Pisau untuk merumuskan strategi pengelolaan.
3. Merekomendasikan roadmap konektivitas kawasan lindung, penyangga dan budidaya berdasarkan kondisi biofisik lahan untuk
Kajian konektivitas sistem lindung dan budidaya gambut dalam rangka pengelolaan yang berkelanjutan
1. KAJIAN KONEKTIVITAS
SISTEM LINDUNG DAN BUDIDAYA GAMBUT
DALAM RANGKA PENGELOLAAN
YANG BERKELANJUTAN
PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN) KLHK
KAJIAN KUBAH GAMBUT DAN PENERAPAN METODE PALUDIKULTUR
DALAM REHABILITASI DAN RESTORASI LAHAN GAMBUT
PUSAT STUDI AGROEKOLOGI DAN SUMBERDAYA LAHAN
2. Perlu Kajian lebih lanjut terkait konektivitas sistem lindung dan
budidaya dalam rangka pemanfaatan lahan gambut yang
berkelanjutan.
.
Blok C di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah merupakan
eks PLG menjadi sasaran dalam kegiatan ini.
.
Salah satu upaya strategis di lahan gambut adalah dengan
memanfaatkan sebagian lahan (fungsi budidaya) gambut untuk
bercocok tanam jenis tanaman pangan.
.
Antisipasi krisis pangan, pemerintah memprioritaskan kebutuhan
pangan dalam negeri.
.
#Latar Belakang
3. #Tujuan
#Sasaran
1
2
3
Memberikan gambaran dan konsep konektivitas sistem lindung dan budidaya dalam
ekosistem gambut tropika.
Memberikan kontribusi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di blok C KHG
Kahayan Sebangau Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Memberikan formulasi strategik terkait kebijakan konektivitas sistem lindung dan
budidaya dalam ekosistem gambut tropika.
1
2
3
Diperoleh kajian komprehensif terkait hubungan sistem lindung dan sistem budidaya
secara saintifik mengenai ekosistem gambut.
Tersusunnya rekomendasi terkait konektivitas sistem lindung dan sistem budidaya
dalam rangka implementasi dukungan penanaman tanaman pangan di lahan
budidaya gambut.
Tersusunnya rekomendasi keputusan yang operasional sampai dengan strategis
terkait pengelolaan ekosistem gambut.
5. METODE ANALISIS SISTEM UNTUK MENJELASKAN
KONSEP KONEKTIVITAS DI LAHAN GAMBUT
Analisis
Keterhubungan
Fisik –
Keputusan
• Studi literatur dan pengembangan
model timbal balik
• Interview narasumber terpilih
Studi Kasus :
- Fisik
- Fungsional
• Lokasi Blok C Kabupaten Pulang pisau
yang masuk dalam KHG S. Katingan- S.
Sebangau dan S. Kahayan - S.
Sebangau
• Cakupan studi dari komponen
• Biofisik Gambut
• Water Management
• Land Management
• institusional - Actors
• Livelihood
Analisis
Keterhubungan
Fungsional
• Idenfitikasi komponen dalam ekosistem :
Kelembagaan dan Parapihak yang
berpengaruh termasuk intervensinya pada
setiap elemen lindung – budidaya untuk
dipahami model imbal baliknya dalam
ekosistem
•Analisis konektivitas melalui identifikasi
imbal balik ekosistem (KHG) dari data
lapangan serta berbagai studi literatur,
riset maupun publikasi yang relevan
Lansekap = konfigurasi
keputusan pemanfaatan
bidang - bidang lahan
(hasil interaksi )
Bidang lahan
(patch ) =
keputusan
pemanfaatan
DmpakPemantaatanLahanlevelbidang
padaSkalayanglebihluas
KonfigurasiPenutupan/PenggunanLahan
merupakangambaranekosistem
Interaksi
antar bidang
lahan
(sub sistem
sosial –
ekologis )
9. Karakteristik Sosial Wilayah Blok C
4,1
3,1
4,13,6
3,6
SDA
SDM
MSMF
INF
Pentagon Aset Sosial Masyarakat • Potensi aset Sumber Daya Alam (SDA) dan modal sosial lebih
tinggi dibandingkan modal aset lainnya.
• Potensi SDA berupa lahan dan hasil hutan bukan kayu.
• Modal sosial : Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan hasil
alam (mengekstraksi) (petani, peladang/pekebun, nelayan, dan
mengambil hasil hutan bukan kayu - rotan dan berburu satwa).
• Potensi tersebut mengalami penurunan karena terjadi konversi
lahan dan kebakaran.
• Kekerabatan antar etnis masih terjalin baik dengan pola
pemukiman mengelompok di beberapa kecamatan.
• Aset berupa sumber daya manusia, modal finansial, dan
infrastruktur memilki kecenderungan yang sama pada setiap
kecamatan.
10. Konsep Konektivitas Ruang : Lindung
– Penyangga dan melalui koridor
penyangga - Budidaya (Sistem)
• Potensi penyangga koneksi Lindung –
budidaya(23%)
• Isu strategis biofisik dan sosial
• Strategi sistem konektivitas lindung –
budidaya
• Kubah gambut : koridor penghubung,
pembasahan-rehabilitasi
• Kelembagaan masyarakat (revitalitasi)
• Perekonomian masyarakat (rehabilitasi -
revitalisasi)
13. • Biofisik
• Degradasi Ekosistem Gambut :
• Konversi Hutan menjadi lahan budidaya
(komoditas)
• Koridor (penyangga) kawasan lindung dan
budidaya
• Sosial
• Sumberdaya manusia
• Resiliensi
• Pengelolaan Lindung “Mandiri” – Hutan Adat
• Pembangunan wilayah
• Penguasan Sumebrdaya oleh pihak lain (di luar
Kab Pulang Pisau)
• Kebijakan
• Zonasi Kawasan
• Pengelolaan ekosistem berlandaskan
perundang-undangan
• Sinkronisasi peraturan pusat dan daerah
Analisis Isu Strategis
14. Konsep Konektivitas Ruang :
Lindung – Penyangga dan
melalui koridor penyangga -
Budidaya (Sistem)
1. Potensi penyangga koneksi
Lindung – budidaya(23%)
2. Isu strategis biofisik dan
sosial
3. Strategi sistem konektivitas
lindung – budidaya
1. Kubah gambut : koridor
penghubung,
pembasahan-rehabilitasi
2. Kelembagaan
masyarakat (revitalitasi)
3. Perekonomian
masyarakat (rehabilitasi
-revitalisasi)
15. Level
Kondisi
Biofisik
Status Kawasan Rekomendasi Staging Stakeholder
1 Kedalaman
gambut >3 m
1. Kategori
gambut
dalam
2. Luas
eksisting
kawasan:
150.514,07
Ha
3. Ideal
menjadi
kawasan
lindung
1. Rehabilitasi dan/atau restorasi pada kawasan dengan
tutupan rendah, dan semak belukar, dengan tanaman
antara lain Meranti Rawa (Shorea balangeran), Meranti
Kuning (Shorea macrobalanos), dan jenis tanaman hutan
pada Tabel 9 di atas.
2. Dalam menggunakan gambut dalam perlu adanya kriteria
berupa pembatasan wilayah baik bagi masyarakat
maupun perusahaan/korporasi
3. Pengurugan kanal untuk pembasahan dan pencegahan
perburuan ilegal
4. Dukungan terhadap masyarakat adat dalam aktivitas
budidaya, baik itu perikanan, walet, dan madu yang
berupa pelatihan, pendanaan, penanaman tanaman
pangan di kawasan penyangga dan budidaya serta
budidaya lahan tanpa bakar
5. Pembangunan koridor yang menghubungkan berbagai
kawasan lindung, penyangga dan budidaya, yang
berfungsi sebagai habitat tumbuhan dan satwa liar
6. Penambahan dan pengkayaan jenis tanaman pencegah
kebakaran untuk mempertahankan kebasahan gambut
1-5 tahun
Pengurugan
kanal: 1-3
tahun
Pemda, Kemendagri, ATR/BPN-
KLHK terkait RTRW
(melarang/membatasi aktivitas -
digeser ke zona penyangga)
Catatan:
Korporasi dan masyarakat yang
melakukan budidaya pada
kawasan lindung harus mengikuti
aturan perundang-undangan,
yaitu hanya diperbolehkan
budidaya selama 1 daur.
Setelahnya, diwajibkan
rehabilitasi dan/atau restorasi
pada area tersebut. Mekanisme
rehabilitasi dan/atau restorasi
bagi perusahaan dan masyarakat
diatur tersendiri.
Roadmap Sistem Konektivitas Kawasan Lindung dan
Kawasan Budidaya
16. Level Kondisi Biofisik Status Kawasan Rekomendasi Staging Stakeholder
2 Kedalaman
gambut 1-3 m
1. Kategori
gambut
sedang
2. Luas eksisting
kawasan:
102.030,23
Ha
3. Ideal menjadi
kawasan
penyangga
1. Sistem paludikultur yang mengakomodir fungsi
perlindungan dan pemanfaatan terbatas
2. Kawasan penyangga berfungsi sebagai penghubung
dan/atau pembatas antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang secara fungsi dapat menjadi bagian dari
kawasan lindung.
3. Revegetasi dengan tanaman-tanaman dengan fungsi
pelestarian seperti Meranti Rawa (Shorea balangeran),
Meranti Kuning (Shorea macrobalanos), dan jenis tanaman
pada Tabel 9 di atas.
4. Pembuatan koridor hutan yang menghubungkan dengan
kawasan lindung dan kawasan budidaya pada setiap sub
KHG, yang sekaligus berfungsi sebagai habitat tumbuhan
dan satwa liar dilindungi dan/atau berstatus konservasi
tinggi
5. Optimalisasi peran MPA (Masyarakat Peduli Api) dan MPT
(Masyarakat Peduli Tabat) dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, serta
pengelolaan tabat.
1-5 tahun Pemda, Kementerian Pertanian,
Kementerian LHK, Masyarakat, dan
CSO
Catatan:
• Monitoring tumbuhan dan
satwa liar dilindungi dan
berstatus konservasi tinggi
oleh KSDAE
• Korporasi dan masyarakat
yang melakukan budidaya
pada kawasan lindung harus
mengikuti aturan perundang-
undangan, yaitu hanya
diperbolehkan budidaya
selama 1 daur. Setelahnya,
diwajibkan rehabilitasi
dan/atau restorasi pada area
tersebut. Mekanisme
rehabilitasi dan/atau restorasi
bagi perusahaan dan
masyarakat diatur tersendiri
17. Level
Kondisi
Biofisik
Status Kawasan Rekomendasi Staging Stakeholder
3 Kedalaman
gambut <1 m
1. Kategori
gambut
dangkal
2. Luas
eksisting
kawasan :
187.370,04
Ha
3. Ideal
menjadi
kawasan
budidaya
1. Budidaya lestari menggunakan teknik paludikultur
2. Revegetasi dengan tanaman-tanaman dengan fungsi
pelestarian dan manfaat sosial seperti Belangeran
(Shorea balangeran), Meranti Kuning (Shorea
macrobalanos), dan jenis tanaman budidaya pada Tabel 9
di atas.
3. Pembangunan koridor yang menghubungkan berbagai
kawasan lindung, penyangga dan budidaya, yang
berfungsi sebagai habitat tumbuhan dan satwa liar
4. Optimalisasi pemasaran produk-produk yang dihasilkan
masyarakat adat seperti madu, walet dan perikanan.
5. Pengembangan industri kecil masyarakat seperti
pengolahan ikan, kerajinan rotan, bawang lemba
6. Penanganan mitigasi bencana seperti banjir dan
kebakaran
7. Optimalisasi peran dan fasilitas MPA dan MPT dalam
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan.
8. Penanaman 1000 pohon per tahun untuk kebutuhan
bahan baku bangunan dan kapal
1-3 tahun
Pada tahun
ke 4-5
dilakukan
peningkatan
produktivitas
dengan
pemanfaatan
ilmu
pengetahun
dan
teknologi.
Masyarakat, Korporasi, Pemda