SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
Download to read offline
Analisis Jaringan Pasukan
Siber di Indonesia
(Kolam Hoax dan Hate Speech)
Studi Kasus:
Pilpres 2014, Pilkada, Penangkapan MCA, dan
Analisis Facebook Page “MCA” vs “Seword”
Ismail Fahmi, PhD
PT. Media Kernels Indonesia
(Drone Emprit)
Ismail.fahmi@gmail.com
Serial Diskusi Publik ISPPI
INDEPENDENSI KEPOLISIAN DALAM RIAK
PESTA DEMOKRASI
Jakarta, 21 Maret 2018
ISPPI
IKATAN SARJANA DAN PROFESI
PERPOLISIAN INDONESIA
1992 – 1997 S1, Teknik Elektro, ITB
2003 – 2004 S2, Information Science, Universitas Groningen, Belanda
2004 – 2009 S3, Information Science, Universitas Groningen, Belanda
2000 – 2003 Inisiator IndonesiaDLN (Digital Library Network pertama di Indonesia)
Mengembangkan Ganesha Digital Library (GDL)
Mendirikan Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB
Membangun Digital Library ITB
2009 – Sekarang Engineer di Weborama, Perusahaan berbasis big data (Paris/Amsterdam)
2014 – Sekarang Founder PT. Media Kernels Indonesia, a Natural Language Processing Company
2015 – Sekarang Konsultan Perpustakaan Nasional, Inisiator Indonesia OneSearch
2017 – Sekarang Dosen Magister Teknologi Informasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Ismail Fahmi, PhD.
Ismail.fahmi@gmail.com
Agenda
• Cambridge Analytica
• Evolusi Pasukan Siber di Indonesia dari Tahun 2014 sd 2018
• Menelusuri Jejak MCA
• Penangkapan anggota MCA
• MCA vs (veteran) Jasmev dari Pilkada ke Pilkada
• Analisis Facebook Page: “United MCA” vs “Seword Fans Club”
• Kesimpulan
3
Perspektif Perang Informasi Global:
Cambridge Analytica
Bagaimana big data, psikologi, dan informasi digunakan untuk
memanipulasi publik, budaya, dan demokrasi
4
The Guardian Reports
Cambridge Analytica
Manipulasi Publik, Budaya, dan Demokrasi Terbesar Saat Ini
Memenangkan
Trump
Memenangkan
Brexit
Cara Kerja Cambridge Analytica
Rekayasa: Individu à Budaya à Demokrasi
Beli Profile
270.000
Pengguna aplikasi ‘Quis
Psikologi’ di Facebook
Crawling
50 juta +
Data pribadi dari
Pengguna Facebook di US
(status, komentar, likes,
shares, profiles, foto)
Clustering
Pengguna Facebook dari
USA ke dalam
5 Big Personality
Traits
Mengubah perilaku
pengguna melalui
‘Iklan’ di Facebook
Pesan ‘religius’
Pesan ‘gun rights’
Pesan ‘ekonomi’
Pesan ‘NRA’, dll
Fake News
Vote Trump!
Breitbart News
Fake news, opinion, commentary website
Breitbart News Network
(known commonly as Breitbart
News, Breitbart or
Breitbart.com) is a far-right
American news, opinion and
commentary website founded in
2007 by conservative
commentator Andrew Breitbart.
The site has published a number
of falsehoods and conspiracy
theories, as well as intentionally
misleading stories. Its journalists
are ideologically driven, and
some of its content has been
called misogynistic,
xenophobic, and racist.
Breitbart News later aligned with
the alt-right under the
management of former
executive chairman Steve
Bannon.
Peta Percakapan di Twitter: US Election 2016
Hillary Clinton Donald Trump
Peta Percakapan di Twitter: Brexit
Pro Brexit
Pro Remain
Bagaimana dengan Indonesia?
Potensi perang proxy untuk instabilitas Indonesia
Penggunaan Big Data dari Media Sosial untuk
Memanipulasi Psikologi dan Opini Publik di
Indonesia hanya soal waktu. Bahkan mungkin
sedang terjadi tanpa kita sadari.
Evolusi Pasukan Siber dari tahun 2014-2018
Untuk Kepentingan Politik?
Analisis berbasis data dari media sosial “Twitter”
Dari tahun 2014 - 2018
Keyword: terkait “Jokowi” sebagai capres dan presiden terpilih
12
Januari 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi”
Media darling, dan dukungan dari buzzer
PRO
KONTRA
2014
Februari 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi”
Serangan jelang pencalonan, menggunakan robot
PRO
KONTRA
2014
Maret 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi”
Pencapresan Jokowi, dikontra dengan robot
PRO
KONTRA
KONTRA
2014
Juni-Juli 2014, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi”
Masa kampanye Pilpres 2014
PRO
KONTRA
2014
April 2015, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi”
Awal sebagai Presiden RI, pro-kontra agak cair
PRO
KONTRA
2015
April 2016, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi”
Kontra: kritik atas kebijakan dan keberpihakan Jokowi
PRO
KONTRA
2016
April-Mei 2016, Analisis Word Cloud “Jokowi”
Berbagai isu diangkat dalam percakapan dan kritik
September - Oktober 2017, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi”
Kontra: kritik atas reklamasi, KPK, capaian, pencitraan, dll
PRO
KONTRA
2017
PRO
September - Oktober 2017, Analisis Word Cloud “Jokowi”
Kontra: menagih janji, isu reklamasi, lengser, kebohongan
Februari - Maret 2018, Analisis Jaringan Sosial “Presiden Jokowi”
Satu bulan terakhir, pro-kontra tentang presiden
PRO
KONTRAPRO
PRO
2018
Februari - Maret 2018, Analisis Word Cloud “Jokowi”
Kontra: soal utang, sertifikat tanah, pengibulan
Highlight
• Tahun 2014:
• Cluster cybertroop yang mendukung Jokowi adalah yang paling besar, didukung oleh akun organic dan bot.
Kekuatan maksimum terjadi pada saat kampanye pilpres.
• Cluster cybertroop yang kontra Jokowi relative masih kecil, dan didominasi oleh sebuah akun
(triomacan2000) dengan dukungan bot yang luar biasa besar. Akun ini pada dasarnya menyerang semua
tokoh. Cluster kontra ini makin besar pada saat kampanye pilpres.
• Tahun 2015:
• Polarisasi warganet ke dalam dua cluster berlanjut, antara yang pro dan kontra Jokowi.
• Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan
keberpihakan Jokowi.
• Tahun 2016:
• Akun terkait FPI/Syihabrizieq mulai muncul jelas dalam cluster kontra.
• Polarisasi terus berjalan antara kedua cluster pro-kontra dengan topik serupa, ditambah munculnya isu Ahok
menjelang pilkada DKI.
• Tahun 2017:
• Polarisasi terus berjalan dan kadang makin kuat.
• Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan
keberpihakan Jokowi (misal soal reklamasi).
• Tahun 2018:
• Polarisasi terus berjalan.
• Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan
keberpihakan Jokowi.
• Kampanye keberhasilan program pemerintahan Jokowi juga makin giat.
24
Kesimpulan soal cluster pro-kontra (2014-2018)
25
Polarisasi warganet atau cybertroop ke dalam dua cluster pro-
kontra terhadap pemerintah, masih dalam batas wajar.
Bahkan, keduanya diperlukan untuk menginformasikan
keberhasilan program, dan menguak kekurangan atau
kegagalan yang disembunyikan atau tidak diketahui publik.
Pemerintahan yang sehat membutuhkan kedua cluster
sebagai fungsi kontrol.
Menelusuri Jejak MCA
Analisis berbasis data dari media sosial “Twitter”
26
Executive Summary
• Setelah sebelumnya Polri melakukan “shock therapy” dengan mengumumkan
penangkapan anggota “Sindikat Saracen”, kali ini Polri lebih berani lagi, yaitu
mengumumkan penangkapan anggota “MCA”, sebuah jaringan yang jauh lebih
besar dari Saracen.
• Landasan penangkapan ini sangat kuat: “pembuatan dan penyebaran hoax yang
sangat meresahkan masyarakat, yaitu tentang maraknya ‘orang gila’ yang meneror
ulama” dan isu PKI oleh anggota MCA.
• Bisa dilihat ada 2 tujuan: (1) meredam hoax khususnya yang menyerang
pemerintah, (2) melemahkan MCA.
• Pertanyaan:
• Siapakan MCA itu?
• Kapan MCA mulai muncul?
• Apakah ada indikasi kekuatan MCA bakal melemah setelah gempuran ini?
• Bagaimana peta pertempuran “War on MCA” di media social?
• Bagaimana strategi MCA dalam melawan tekanan dan deligitimasi terhadap mereka?
• Drone Emprit menampilkan data sejak Mei 2016 hingga 20 Maret 2018 (hari ini).
27
Jejak Keyword: “MCA” atau “Muslim Cyber Army”
1 Mei 2016 – 4 Maret 2018
Berita penangkapan anggota
MCA menghasilkan volume
percakapan yang sangat
tinggi. Kita akan zoom out
bagian ini, biar data
sebelumnya tampil lebih jelas.
(Zoom)
1 Mei 2016 – 25 Februari 2018
Data sebelum penangkapan:
mention keywords ini mulai
muncul sebelum bulan Januari
2017. Dan sejak saat itu,
volume mention semakin
tinggi.
Awal mention “MCA” atau
“Muslim Cyber Army”
Awal Kemunculan “MCA” atau “Muslim Cyber Army”
1 Mei 2016 – 31 Desember 2016
Sebelum pertengahan Desember 2016,
penyebutan “MCA” semua merefer pada sebuah
partai uni-ras di Malaysia, yaitu Malaysian Chinese
Association.
Mulai pertengahan Desember 2016, kita
akan sering menemukan “MCA” atau
“muslim cyber army” dalam percakapan
Twitter di Indonesia.
Twit Awal Yang Direkam Drone Emprit
Persiapan Aksi 411 (4 November 2016)
FPI & HRS sebagai sentral gerakan sebelum “MCA” lahir
17 - 31 Oktober
29 Nov – 1 DesPersiapan Aksi 212 (2 Desember 2016)
HRS masih jadi sentral, namun cluster sudah makin besar
14 Desember 2016
Tonggak Lahirnya “MCA”: Seruan Perang Cyber dari HRS
SNA “MCA” Desember 2016
Nama MCA Mulai Digunakan, Namun masih Kecil Volumenya
Tahun 2017
Jejak “MCA” sepanjang tahun 2017
Chat HRS
Seruan HRS terkait GMBI
Saracen
Aksi Bela Palestina
6 Tipe Kelompok yang mengaku “Anggota MCA”
1. Promotor MCA di media
2. Ahli hacking akun sosmed dan pembuatan konten
3. Pencari keuntungan ekonomi
4. Pengguna biasa yang bersemangat ngeshare
5. Pihak lawan yang pura-pura jadi anggota MCA
6. Agen proxy war dari luar negeri yang ingin mengacaukan Indonesia
36
Penangkapan anggota MCA
Apakah efektif?
37
Volume dan Tren
Penangkapan “MCA”: Mulai Viral Tanggal 27 Februari 2018
Most Retweeted: 26 Feb, sehari sebelum penangkapan
Masing-masing sibuk dengan agendanya
SNA: 26 Feb, sehari sebelum penangkapan
Tak begitu banyak percakapan tentang MCA
Pro Pemerintah
MCA
Most Retweeted: 27 Feb, hari H penangkapan anggota MCA
Didominasi oleh status dan tokoh pro pemerintah
SNA: 27 Feb, hari H penangkapan anggota MCA
Cluster pro pemerintah lebih besar, didukung berita media
Pro Pemerintah
MCA
@MustofaNahra adalah akun awal
salah satu netizen dalam cluster
MCA yang dibajak oleh cluster
lawannya. Gantinya adalah
@NetizenTofa.
Most Retweeted: 28 Feb, sehari setelah penangkapan
Sudah mulai seimbang antara kedua cluster
SNA: 28 Feb, sehari setelah penangkapan
Sudah mulai seimbang antara kedua cluster
Pro Pemerintah
MCA
Most Retweeted: 2 Maret 2018 (3 hari berikutnya)
MCA menyerang balik, memanfaatkan temuan blunder dari lawannya
SNA: 2 Maret 2018 (3 hari berikutnya)
Cluster ”MCA” Tak Menunjukkan Tanda akan Menurun, bahkan Menyerang Balik
Pro Pemerintah
MCA
Most Retweeted: 4 Maret 2018 (4 hari berikutnya)
Topik serangan ganti: M Luth (Jokower) & Fadli Zon (demokrasi)
SNA: 3 Maret 2018 (4 hari berikutnya)
Kenapa “MCA” Tetap Kuat dan Tidak Berkurang?
Pro Pemerintah
MCA
SNA: 18 Feb - 20 Maret 2018
Isu “MCA” hanya ramai sesaat, bertahan 1-2 minggu saja
Strategi Pertempuran
• Cluster Pro Pemerintah berusaha membangun asosiasi “MCA pembuat Hoax” agar
tidak dipercaya lagi oleh public. Dan sebaliknya, cluster MCA melakukan kontra narasi
dengan menyatakan bahwa “MCA yang asli itu melawan fitnah.”
• Cluster Pro Pemerintah membongkar profile mereka yang ditangkap oleh Polri, melalui
jejak digital yang mereka kumpulkan. Ada beberapa akun khusus yang bertugas untuk
membukanya. Sedangkan cluster MCA melihat titik celah dari tuduhan, serangan dan
informasi yang dibuka oleh lawannya, lalu menggunakan celah yang ditemukan untuk
menyerang balik. Misal, pernyataan Polri bahwa “salah satu anggota yang ditangkap
sudah bergabung dengan MCA sejak 5 tahun yang lalu,” ini dimanfaatkan baik-baik
untuk menyerang, dengan kontra narasi bahwa MCA baru ulang tahun sekali.
• Polri menunjukkan bahwa MCA memiliki admin salah satunya “M Luth”. Cluster MCA
melakukan kontra narasi dengan menyatakan bahwa akun @Cak_Luth itu adalah milik
orang yang ditangkap Polri, yang ternyata adalah anggota Jasmev dan PSI. Tidak tahu
apakah klaim MCA ini benar atau tidak.
• AS dari cluster Pro Pemerintah turut menyebar foto yang memperlihatkan “sosok”
mirip salah satu admin MCA yang ditangkap ternyata memiliki “asosiasi” dengan salah
satu tokoh (FZ dan PS) dan partai tertentu. Cluster MCA melihat ada celah untuk
melakukan kontra narasi, dengan menyatakan bahwa orang itu adalah salah satu fans
PS yang rela berjalan kaki jauh-jauh ke Jakarta untuk bertemu dengan PS; dan bahkan
FZ melaporkan AS ke kepolisian atas hoax/fitnah yang diserbar AS.
50
Kesimpulan tentang MCA
• Penangkapan anggota MCA yang dilakukan oleh Polri ini sebuah pertaruhan serius.
Jika Polri bisa membuktikan bahwa MCA adalah sebuah jaringan yang ada
penyandang dananya, ada tim inti, operator di lapangan, dan simpatisan, maka ini bisa
mendelegitimasi MCA. MCA bisa diasosiasikan oleh public sebagai “pabrik hoax”
yang tidak lagi dipercaya.
• Namun jika ternyata MCA yang asli itu berbeda (sedikit atau banyak) dari yang
dituduhkan oleh Polri, maka MCA akan bisa mendapatkan momentumnya untuk
bangkit kembali dan lebih solid.
• Hal positif yang saya lihat dari kasus ini adalah soal “perang melawan hoax”. Harusnya
ini yang lebih dominan, lebih ditekankan oleh Polri dan semua pihak. Jika ini dilakukan,
maka kita bisa bersama-sama, kedua cluster satu pandangan, untuk menghentikan
pembuatan dan penyebaran hoax. Efek jera bisa menjadi fungsi control, karena hukum
akan ditegakkan oleh Polri terhadap siapapun yang membuat hoax dan fitnah.
Siapapun, artinya dari cluster manapun.
• Jika ternyata memang ada 2 jenis MCA, karena sifatnya yang terbuka dan tak
terkontrol anggotanya, yaitu “produsen kritik” dan “produsen hoax”, ini adalah
momentum untuk menghabisi ”MCA produsen hoax” dan ke depan MCA bisa lebih
serius menjadi “produsen kritik.” Kritik yang cerdas, berbasis data. Mungkinkah?
51
MCA vs Jasmev
Dari Pilkada ke Pilkada
52
Ahok-Djarot
Anies-Sandi
Agus-Sylvi
MCA
Serangan khusus ke
paslon Anies-SandiSerangan khusus ke
paslon Agus-Sylvi
Serangan ke Ahok
Februari 2017
Posisi “MCA” dalam Perang Cyber saat ”Pilkada DKI”
MCA membentuk cluster sendiri,
dengan misi tunggal “Asal Bukan
Ahok”. Tidak ikut membela salah satu
paslon lainnya.
Februari-Maret 2018
Pasukan Cyber dalam Pilkada “Sumatera Utara”
Pro Djarot-SiharPro Edy-Musa
Veteran Cybertroop
Pilkada DKI
MCA
Februari-Maret 2018
Pasukan Cyber dalam Pilkada “Jawa Barat”
Pro Djarot-SiharPro Edy-Musa
Veteran Cybertroop
Pilkada DKI
MCA
Sudrajat-Syaikhu
RK-UU
Tubagus-Anton
Demiz-Demul
Kesimpulan soal clustering dalam pilkada
56
Polarisasi warganet karena turunnya cybertroop untuk
memenangkan pasangan masing-masing tidak bisa dihindari
dalam pilkada.
Yang perlu dijaga adalah, polarisasi ini masih dalam batas
yang sehat, tidak mengarah pada perpecahan di dunia nyata
yang meninggalkan luka.
Penting bagi penegak hukum (Polri) untuk sesegera mungkin
bisa membaca peta polarisasi; narasi dan propaganda yang
disebar; aktor-aktor penting dalam cybertroop; memprediksi
kemungkinan friksi; dan segera menindak tanpa pandang
bulu jika ada aksi yang melampaui batas dan berbahaya bagi
stabilitas dan keamanan.
Analisis Facebook Page
“MCA” vs “Seword”
57
Daftar Group MCA (SAFEnet)
United Muslim Cyber Army ©
Mewakili cluster kontra
156 ribu anggota
59
Group: United Muslim Cyber Army
Group: United Muslim Cyber Army
Aktivitas diskusi sangat tinggi
Most Shared Status
Group: United Muslim Cyber Army
Most Shared Status
Group: United Muslim Cyber Army
Most Shared Status
Group: United Muslim Cyber Army
Seword Fans Club
Mewakili cluster pro pemerintah
178 ribu anggota
65
Group: Seword Fans Club
Group: Seword Fans Club
Aktivitas diskusi sangat tinggi
Most Shared Status
Group: Seword Fans Club
Most Shared Status
Group: Seword Fans Club
Most Shared Status
Group: Seword Fans Club
Word Cloud “MCA” vs “Seword”
Saling sindir dan kritik tokoh, identitas, dan pendapat
United Muslim
Cyber Army
Seword Fans Club
Kesimpulan tentang FB Group dari kedua cluster
• Group United MCA:
• Topik percakapan banyak berupa kritik pada pemerintah, pembelaan kepada agama dan ulama, dan
dukungan untuk terpilihnya presiden baru pada pilpres mendatang.
• Group Seword Fans Club:
• Topik percakapan banyak berupa pujian dan dukungan pada pemerintah, pembelaan pada presiden,
dan kritik atau sindiran pada tokoh yang banyak mengkritik pemerintah (misal Amien Rais dan ketua
BEM UI).
72
Kritik, opini, dan ujaran-ujaran yang bisa membuat benci atau
panas hati kelompok lain, bisa ditemukan di kedua group.
Dukungan dan pujian pada tokoh masing-masing juga ada di
kedua group.
Engagement (komentar, like, share) di kedua group sangat
tinggi, meski di MCA jauh lebih aktif. Group-group semacam
ini bisa mudah disulut emosi dan diprovokasi.
Penutup
MCA yang dituding sebagai produsen Hoax dan Hate Speech ini memang
merupakan sebuah problem. Namun, fokus hanya pada MCA dan memerangi hoax
saja bisa membuat gambaran besar dari problem yang kita hadapi menjadi tidak
tampak dengan jelas.
Media digital semakin mudah dan dengan sangat cepat membuat masyarakat
digital kita terpolarisasi oleh berbagai macam isu dan kepentingan. Yang jadi
korban adalah trust atau kepercayaan. Dan jika mengandalkan solusi melalui kanal
digital, sulit terbangun kepercayaan yang bisa merekatkan sebuah masyarakat.
Yang bisa membangun kepercayaan adalah face-to-face interaction, silaturahmi
offline, ngopi-ngopi bareng, tabayun langsung, cangkrukan, dan sejenisnya. Di
sana, bertemu unsur-unsur dari chamber yang terpolarisasi. (Social Physics: How
Social Network Can Make Us Smarter, Alex Pentland)
Event silaturahmi ini kemudian bisa diviralkan melalui media digital, agar lebih
cepat tersebar luas. Jika ini sering dilakukan, maka trust itu akan terbangun kembali.
Terimakasih
Ismail Fahmi, PhD
Email: ismail.fahmi@gmail.com
Hp: 0812 8908 3894

More Related Content

What's hot

Big Data, Media, Social Network and Statistics
Big Data, Media, Social Network and StatisticsBig Data, Media, Social Network and Statistics
Big Data, Media, Social Network and Statistics
Ismail Fahmi
 
Analisis Ketidakpercayaan Kepada KPU
Analisis Ketidakpercayaan Kepada KPUAnalisis Ketidakpercayaan Kepada KPU
Analisis Ketidakpercayaan Kepada KPU
Ismail Fahmi
 

What's hot (20)

Drone Emprit: Studi Kasus dan Demo
Drone Emprit: Studi Kasus dan DemoDrone Emprit: Studi Kasus dan Demo
Drone Emprit: Studi Kasus dan Demo
 
The War on MCA
The War on MCAThe War on MCA
The War on MCA
 
Workshop #RukunBersosmed
Workshop #RukunBersosmedWorkshop #RukunBersosmed
Workshop #RukunBersosmed
 
DIGITAL NATIVES DAN TANTANGAN PERADABAN
DIGITAL NATIVES DAN TANTANGAN PERADABANDIGITAL NATIVES DAN TANTANGAN PERADABAN
DIGITAL NATIVES DAN TANTANGAN PERADABAN
 
Uii launching-dea-2018
Uii launching-dea-2018Uii launching-dea-2018
Uii launching-dea-2018
 
Sosial media, virality dan SNA
Sosial media, virality dan SNASosial media, virality dan SNA
Sosial media, virality dan SNA
 
Potensi Mis-Dis-Mal Informasi dalam Pemilu 2024
Potensi Mis-Dis-Mal Informasi dalam Pemilu 2024Potensi Mis-Dis-Mal Informasi dalam Pemilu 2024
Potensi Mis-Dis-Mal Informasi dalam Pemilu 2024
 
Membaca Indonesia Melalui SNA
Membaca Indonesia Melalui SNAMembaca Indonesia Melalui SNA
Membaca Indonesia Melalui SNA
 
Internet, Sosial Media dan Demokrasi Abad 21
Internet, Sosial Media dan Demokrasi Abad 21Internet, Sosial Media dan Demokrasi Abad 21
Internet, Sosial Media dan Demokrasi Abad 21
 
Big Data, Media, Social Network and Statistics
Big Data, Media, Social Network and StatisticsBig Data, Media, Social Network and Statistics
Big Data, Media, Social Network and Statistics
 
Perilaku Masyarakat Indonesia Terhadap Hoax, Media, dan Budaya Baca
Perilaku Masyarakat Indonesia Terhadap Hoax, Media, dan Budaya BacaPerilaku Masyarakat Indonesia Terhadap Hoax, Media, dan Budaya Baca
Perilaku Masyarakat Indonesia Terhadap Hoax, Media, dan Budaya Baca
 
SNA: Jurnalisme, (Salah satu) Kunci Dalam Memerangi Hoax
SNA:  Jurnalisme, (Salah satu) Kunci Dalam Memerangi HoaxSNA:  Jurnalisme, (Salah satu) Kunci Dalam Memerangi Hoax
SNA: Jurnalisme, (Salah satu) Kunci Dalam Memerangi Hoax
 
How Hoax Can Kill You
How Hoax Can Kill YouHow Hoax Can Kill You
How Hoax Can Kill You
 
Isu Penting Terkait Jokowi Jelang Pilpres
Isu Penting Terkait Jokowi Jelang PilpresIsu Penting Terkait Jokowi Jelang Pilpres
Isu Penting Terkait Jokowi Jelang Pilpres
 
Analisis Ketidakpercayaan Kepada KPU
Analisis Ketidakpercayaan Kepada KPUAnalisis Ketidakpercayaan Kepada KPU
Analisis Ketidakpercayaan Kepada KPU
 
Demokrasi 4.0: Demokrasi dalam Masyarakat Industri 4.0
Demokrasi 4.0: Demokrasi dalam Masyarakat Industri 4.0Demokrasi 4.0: Demokrasi dalam Masyarakat Industri 4.0
Demokrasi 4.0: Demokrasi dalam Masyarakat Industri 4.0
 
Mengukur dan Meningkatkan Dampak Cek Fakta di Indonesia
Mengukur dan Meningkatkan Dampak Cek Fakta di IndonesiaMengukur dan Meningkatkan Dampak Cek Fakta di Indonesia
Mengukur dan Meningkatkan Dampak Cek Fakta di Indonesia
 
Media and Institutional Branding (for Academic)
Media and Institutional Branding (for Academic)Media and Institutional Branding (for Academic)
Media and Institutional Branding (for Academic)
 
Mendeteksi Hoaks dengan AI, Bisakah?
Mendeteksi Hoaks dengan AI, Bisakah?Mendeteksi Hoaks dengan AI, Bisakah?
Mendeteksi Hoaks dengan AI, Bisakah?
 
HARNESSING BIG DATA FOR HUMANITARIAN ACTION
HARNESSING BIG DATA FOR HUMANITARIAN ACTIONHARNESSING BIG DATA FOR HUMANITARIAN ACTION
HARNESSING BIG DATA FOR HUMANITARIAN ACTION
 

Similar to Analisis Jaringan Pasukan Siber di Indonesia

Similar to Analisis Jaringan Pasukan Siber di Indonesia (20)

POLA DISEMINASI POLITIK IDENTITAS DI MEDIA SOSIAL
POLA DISEMINASI POLITIK IDENTITAS DI MEDIA SOSIALPOLA DISEMINASI POLITIK IDENTITAS DI MEDIA SOSIAL
POLA DISEMINASI POLITIK IDENTITAS DI MEDIA SOSIAL
 
Analisis Media Sosial: Trump vs Biden
Analisis Media Sosial: Trump vs BidenAnalisis Media Sosial: Trump vs Biden
Analisis Media Sosial: Trump vs Biden
 
Rembug Nasional: Pelanggaran Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet
Rembug Nasional: Pelanggaran Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di InternetRembug Nasional: Pelanggaran Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet
Rembug Nasional: Pelanggaran Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet
 
Lemhannas: Optimalisasi Peran Media Sosial Untuk Wawasan Kebangsaan
Lemhannas: Optimalisasi Peran Media Sosial Untuk Wawasan KebangsaanLemhannas: Optimalisasi Peran Media Sosial Untuk Wawasan Kebangsaan
Lemhannas: Optimalisasi Peran Media Sosial Untuk Wawasan Kebangsaan
 
Social media & beyond: the future communication
Social media & beyond:the future communicationSocial media & beyond:the future communication
Social media & beyond: the future communication
 
Analisis Peta Narasi Keberagamaan di Medsos
Analisis Peta Narasi Keberagamaan di MedsosAnalisis Peta Narasi Keberagamaan di Medsos
Analisis Peta Narasi Keberagamaan di Medsos
 
Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet ed...
Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet  ed...Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet  ed...
Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet ed...
 
Serangan Digital yang Terjadi di Indonesia
Serangan Digital yang Terjadi di IndonesiaSerangan Digital yang Terjadi di Indonesia
Serangan Digital yang Terjadi di Indonesia
 
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat PropagandaDunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
 
Analisis Media Sosial Berbasis AI untuk Pengambilan Keputusan
Analisis Media Sosial Berbasis AI untuk Pengambilan KeputusanAnalisis Media Sosial Berbasis AI untuk Pengambilan Keputusan
Analisis Media Sosial Berbasis AI untuk Pengambilan Keputusan
 
Teori Media Baru dan Media Sosial Dalam Politik
Teori Media Baru dan Media Sosial Dalam PolitikTeori Media Baru dan Media Sosial Dalam Politik
Teori Media Baru dan Media Sosial Dalam Politik
 
Digital Dictatorship dan UU ITE
Digital Dictatorship dan UU ITEDigital Dictatorship dan UU ITE
Digital Dictatorship dan UU ITE
 
Pancasila kelompok 5
Pancasila kelompok 5Pancasila kelompok 5
Pancasila kelompok 5
 
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen zGERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
 
Pemanfaatan Big Data dalam Mitigasi Bencana
Pemanfaatan Big Data dalam Mitigasi BencanaPemanfaatan Big Data dalam Mitigasi Bencana
Pemanfaatan Big Data dalam Mitigasi Bencana
 
Ch4_Jejaring Sosial dan Media Sosial.pptx
Ch4_Jejaring Sosial dan Media Sosial.pptxCh4_Jejaring Sosial dan Media Sosial.pptx
Ch4_Jejaring Sosial dan Media Sosial.pptx
 
BPIP - Analisis Topik Pancasila dan Wawasan Kebangsaan
BPIP - Analisis Topik Pancasila dan Wawasan KebangsaanBPIP - Analisis Topik Pancasila dan Wawasan Kebangsaan
BPIP - Analisis Topik Pancasila dan Wawasan Kebangsaan
 
Omnibuw Law - Update Desember 2020
Omnibuw Law - Update Desember 2020Omnibuw Law - Update Desember 2020
Omnibuw Law - Update Desember 2020
 
Wantiknas - Analisis Big Data untuk Pemetaan Disinformasi
Wantiknas - Analisis Big Data untuk Pemetaan DisinformasiWantiknas - Analisis Big Data untuk Pemetaan Disinformasi
Wantiknas - Analisis Big Data untuk Pemetaan Disinformasi
 
Presentasi hoax binar edited
Presentasi hoax   binar editedPresentasi hoax   binar edited
Presentasi hoax binar edited
 

More from Ismail Fahmi

ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS - TWITTER 3 – 4 Februari 2024
ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS  - TWITTER 3 – 4 Februari 2024ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS  - TWITTER 3 – 4 Februari 2024
ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS - TWITTER 3 – 4 Februari 2024
Ismail Fahmi
 

More from Ismail Fahmi (20)

HARNESSING AI FOR ENHANCED MEDIA ANALYSIS A CASE STUDY ON CHATGPT AT DRONE EM...
HARNESSING AI FOR ENHANCED MEDIA ANALYSIS A CASE STUDY ON CHATGPT AT DRONE EM...HARNESSING AI FOR ENHANCED MEDIA ANALYSIS A CASE STUDY ON CHATGPT AT DRONE EM...
HARNESSING AI FOR ENHANCED MEDIA ANALYSIS A CASE STUDY ON CHATGPT AT DRONE EM...
 
RESPONSE NETIZEN ATAS SIDANG PUTUSAN PHPU MK 2024
RESPONSE NETIZEN ATAS SIDANG PUTUSAN PHPU MK 2024RESPONSE NETIZEN ATAS SIDANG PUTUSAN PHPU MK 2024
RESPONSE NETIZEN ATAS SIDANG PUTUSAN PHPU MK 2024
 
Different Frontiers of Social Media War in Indonesia Elections 2024
Different Frontiers of Social Media War in Indonesia Elections 2024Different Frontiers of Social Media War in Indonesia Elections 2024
Different Frontiers of Social Media War in Indonesia Elections 2024
 
ANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINE
ANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINEANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINE
ANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINE
 
ANALISIS SIREKAP DI MEDIA SOSIAL TWITTER, TIKTOK, YOUTUBE 14-15 FEBRUARI 2024
ANALISIS SIREKAP DI MEDIA SOSIAL TWITTER, TIKTOK, YOUTUBE 14-15 FEBRUARI 2024ANALISIS SIREKAP DI MEDIA SOSIAL TWITTER, TIKTOK, YOUTUBE 14-15 FEBRUARI 2024
ANALISIS SIREKAP DI MEDIA SOSIAL TWITTER, TIKTOK, YOUTUBE 14-15 FEBRUARI 2024
 
SUARA NETIZEN HARI PENCOBLOSAN PEMILU 2024
SUARA NETIZEN HARI PENCOBLOSAN PEMILU 2024SUARA NETIZEN HARI PENCOBLOSAN PEMILU 2024
SUARA NETIZEN HARI PENCOBLOSAN PEMILU 2024
 
TIGA CAPRES DI DALAM PLATFORM SNACK VIDEO 5-12 FEBRUARI 2024
TIGA CAPRES DI DALAM PLATFORM SNACK VIDEO  5-12 FEBRUARI 2024TIGA CAPRES DI DALAM PLATFORM SNACK VIDEO  5-12 FEBRUARI 2024
TIGA CAPRES DI DALAM PLATFORM SNACK VIDEO 5-12 FEBRUARI 2024
 
DIRTY VOTE TWITTER, NEWS, TIKTOK 10-12 Februari 2024
DIRTY VOTE TWITTER, NEWS, TIKTOK 10-12 Februari 2024DIRTY VOTE TWITTER, NEWS, TIKTOK 10-12 Februari 2024
DIRTY VOTE TWITTER, NEWS, TIKTOK 10-12 Februari 2024
 
UPDATE JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024
UPDATE JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024UPDATE JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024
UPDATE JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024
 
JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024
JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024
JIS VS GBK DALAM KAMPANYE TERAKHIR PILPRES 2024
 
PERBANDINGAN KETIGA PASLON PASCA DEBAT DI YOUTUBE 4 - 6 FEBRUARI 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON PASCA DEBAT DI YOUTUBE 4 - 6 FEBRUARI 2024PERBANDINGAN KETIGA PASLON PASCA DEBAT DI YOUTUBE 4 - 6 FEBRUARI 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON PASCA DEBAT DI YOUTUBE 4 - 6 FEBRUARI 2024
 
TREN JUMLAH VIDEO PER JAM DI TIKTOK 1 – 5 FEBRUARI 2024
TREN JUMLAH VIDEO PER JAM DI TIKTOK 1 – 5 FEBRUARI 2024TREN JUMLAH VIDEO PER JAM DI TIKTOK 1 – 5 FEBRUARI 2024
TREN JUMLAH VIDEO PER JAM DI TIKTOK 1 – 5 FEBRUARI 2024
 
ANALISIS DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 - 4 FEBRUARI 2024
ANALISIS DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 - 4 FEBRUARI 2024ANALISIS DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 - 4 FEBRUARI 2024
ANALISIS DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 - 4 FEBRUARI 2024
 
ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS - TWITTER 3 – 4 Februari 2024
ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS  - TWITTER 3 – 4 Februari 2024ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS  - TWITTER 3 – 4 Februari 2024
ANALISIS PRA DEBAT KELIMA CAPRES PEMILU 2024 NEWS - TWITTER 3 – 4 Februari 2024
 
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI YOUTUBE - 25 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI YOUTUBE - 25 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI YOUTUBE - 25 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI YOUTUBE - 25 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
 
ANALISIS KONTEN DAN INTERAKSI KETIGA PASLON DI TIKTOK 1-3 FEBRUARI 2024
ANALISIS KONTEN DAN INTERAKSI KETIGA PASLON DI TIKTOK 1-3 FEBRUARI 2024ANALISIS KONTEN DAN INTERAKSI KETIGA PASLON DI TIKTOK 1-3 FEBRUARI 2024
ANALISIS KONTEN DAN INTERAKSI KETIGA PASLON DI TIKTOK 1-3 FEBRUARI 2024
 
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI TIKTOK - 21 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI TIKTOK - 21 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI TIKTOK - 21 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI TIKTOK - 21 JANUARI - 3 FEBRUARI 2024
 
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI INSTAGRAM DARI 21 JAN-3 FEB 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI INSTAGRAM DARI 21 JAN-3 FEB 2024PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI INSTAGRAM DARI 21 JAN-3 FEB 2024
PERBANDINGAN KETIGA PASLON DI INSTAGRAM DARI 21 JAN-3 FEB 2024
 
MUNDURNYA MAHFUD MD SEBAGAI MENKOPOLHUKAM
MUNDURNYA MAHFUD MD SEBAGAI MENKOPOLHUKAMMUNDURNYA MAHFUD MD SEBAGAI MENKOPOLHUKAM
MUNDURNYA MAHFUD MD SEBAGAI MENKOPOLHUKAM
 
ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
 

Analisis Jaringan Pasukan Siber di Indonesia

  • 1. Analisis Jaringan Pasukan Siber di Indonesia (Kolam Hoax dan Hate Speech) Studi Kasus: Pilpres 2014, Pilkada, Penangkapan MCA, dan Analisis Facebook Page “MCA” vs “Seword” Ismail Fahmi, PhD PT. Media Kernels Indonesia (Drone Emprit) Ismail.fahmi@gmail.com Serial Diskusi Publik ISPPI INDEPENDENSI KEPOLISIAN DALAM RIAK PESTA DEMOKRASI Jakarta, 21 Maret 2018 ISPPI IKATAN SARJANA DAN PROFESI PERPOLISIAN INDONESIA
  • 2. 1992 – 1997 S1, Teknik Elektro, ITB 2003 – 2004 S2, Information Science, Universitas Groningen, Belanda 2004 – 2009 S3, Information Science, Universitas Groningen, Belanda 2000 – 2003 Inisiator IndonesiaDLN (Digital Library Network pertama di Indonesia) Mengembangkan Ganesha Digital Library (GDL) Mendirikan Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB Membangun Digital Library ITB 2009 – Sekarang Engineer di Weborama, Perusahaan berbasis big data (Paris/Amsterdam) 2014 – Sekarang Founder PT. Media Kernels Indonesia, a Natural Language Processing Company 2015 – Sekarang Konsultan Perpustakaan Nasional, Inisiator Indonesia OneSearch 2017 – Sekarang Dosen Magister Teknologi Informasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Ismail Fahmi, PhD. Ismail.fahmi@gmail.com
  • 3. Agenda • Cambridge Analytica • Evolusi Pasukan Siber di Indonesia dari Tahun 2014 sd 2018 • Menelusuri Jejak MCA • Penangkapan anggota MCA • MCA vs (veteran) Jasmev dari Pilkada ke Pilkada • Analisis Facebook Page: “United MCA” vs “Seword Fans Club” • Kesimpulan 3
  • 4. Perspektif Perang Informasi Global: Cambridge Analytica Bagaimana big data, psikologi, dan informasi digunakan untuk memanipulasi publik, budaya, dan demokrasi 4
  • 6. Cambridge Analytica Manipulasi Publik, Budaya, dan Demokrasi Terbesar Saat Ini Memenangkan Trump Memenangkan Brexit
  • 7. Cara Kerja Cambridge Analytica Rekayasa: Individu à Budaya à Demokrasi Beli Profile 270.000 Pengguna aplikasi ‘Quis Psikologi’ di Facebook Crawling 50 juta + Data pribadi dari Pengguna Facebook di US (status, komentar, likes, shares, profiles, foto) Clustering Pengguna Facebook dari USA ke dalam 5 Big Personality Traits Mengubah perilaku pengguna melalui ‘Iklan’ di Facebook Pesan ‘religius’ Pesan ‘gun rights’ Pesan ‘ekonomi’ Pesan ‘NRA’, dll Fake News Vote Trump!
  • 8. Breitbart News Fake news, opinion, commentary website Breitbart News Network (known commonly as Breitbart News, Breitbart or Breitbart.com) is a far-right American news, opinion and commentary website founded in 2007 by conservative commentator Andrew Breitbart. The site has published a number of falsehoods and conspiracy theories, as well as intentionally misleading stories. Its journalists are ideologically driven, and some of its content has been called misogynistic, xenophobic, and racist. Breitbart News later aligned with the alt-right under the management of former executive chairman Steve Bannon.
  • 9. Peta Percakapan di Twitter: US Election 2016 Hillary Clinton Donald Trump
  • 10. Peta Percakapan di Twitter: Brexit Pro Brexit Pro Remain
  • 11. Bagaimana dengan Indonesia? Potensi perang proxy untuk instabilitas Indonesia Penggunaan Big Data dari Media Sosial untuk Memanipulasi Psikologi dan Opini Publik di Indonesia hanya soal waktu. Bahkan mungkin sedang terjadi tanpa kita sadari.
  • 12. Evolusi Pasukan Siber dari tahun 2014-2018 Untuk Kepentingan Politik? Analisis berbasis data dari media sosial “Twitter” Dari tahun 2014 - 2018 Keyword: terkait “Jokowi” sebagai capres dan presiden terpilih 12
  • 13. Januari 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi” Media darling, dan dukungan dari buzzer PRO KONTRA 2014
  • 14. Februari 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi” Serangan jelang pencalonan, menggunakan robot PRO KONTRA 2014
  • 15. Maret 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi” Pencapresan Jokowi, dikontra dengan robot PRO KONTRA KONTRA 2014
  • 16. Juni-Juli 2014, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi” Masa kampanye Pilpres 2014 PRO KONTRA 2014
  • 17. April 2015, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi” Awal sebagai Presiden RI, pro-kontra agak cair PRO KONTRA 2015
  • 18. April 2016, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi” Kontra: kritik atas kebijakan dan keberpihakan Jokowi PRO KONTRA 2016
  • 19. April-Mei 2016, Analisis Word Cloud “Jokowi” Berbagai isu diangkat dalam percakapan dan kritik
  • 20. September - Oktober 2017, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi” Kontra: kritik atas reklamasi, KPK, capaian, pencitraan, dll PRO KONTRA 2017 PRO
  • 21. September - Oktober 2017, Analisis Word Cloud “Jokowi” Kontra: menagih janji, isu reklamasi, lengser, kebohongan
  • 22. Februari - Maret 2018, Analisis Jaringan Sosial “Presiden Jokowi” Satu bulan terakhir, pro-kontra tentang presiden PRO KONTRAPRO PRO 2018
  • 23. Februari - Maret 2018, Analisis Word Cloud “Jokowi” Kontra: soal utang, sertifikat tanah, pengibulan
  • 24. Highlight • Tahun 2014: • Cluster cybertroop yang mendukung Jokowi adalah yang paling besar, didukung oleh akun organic dan bot. Kekuatan maksimum terjadi pada saat kampanye pilpres. • Cluster cybertroop yang kontra Jokowi relative masih kecil, dan didominasi oleh sebuah akun (triomacan2000) dengan dukungan bot yang luar biasa besar. Akun ini pada dasarnya menyerang semua tokoh. Cluster kontra ini makin besar pada saat kampanye pilpres. • Tahun 2015: • Polarisasi warganet ke dalam dua cluster berlanjut, antara yang pro dan kontra Jokowi. • Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan keberpihakan Jokowi. • Tahun 2016: • Akun terkait FPI/Syihabrizieq mulai muncul jelas dalam cluster kontra. • Polarisasi terus berjalan antara kedua cluster pro-kontra dengan topik serupa, ditambah munculnya isu Ahok menjelang pilkada DKI. • Tahun 2017: • Polarisasi terus berjalan dan kadang makin kuat. • Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan keberpihakan Jokowi (misal soal reklamasi). • Tahun 2018: • Polarisasi terus berjalan. • Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan keberpihakan Jokowi. • Kampanye keberhasilan program pemerintahan Jokowi juga makin giat. 24
  • 25. Kesimpulan soal cluster pro-kontra (2014-2018) 25 Polarisasi warganet atau cybertroop ke dalam dua cluster pro- kontra terhadap pemerintah, masih dalam batas wajar. Bahkan, keduanya diperlukan untuk menginformasikan keberhasilan program, dan menguak kekurangan atau kegagalan yang disembunyikan atau tidak diketahui publik. Pemerintahan yang sehat membutuhkan kedua cluster sebagai fungsi kontrol.
  • 26. Menelusuri Jejak MCA Analisis berbasis data dari media sosial “Twitter” 26
  • 27. Executive Summary • Setelah sebelumnya Polri melakukan “shock therapy” dengan mengumumkan penangkapan anggota “Sindikat Saracen”, kali ini Polri lebih berani lagi, yaitu mengumumkan penangkapan anggota “MCA”, sebuah jaringan yang jauh lebih besar dari Saracen. • Landasan penangkapan ini sangat kuat: “pembuatan dan penyebaran hoax yang sangat meresahkan masyarakat, yaitu tentang maraknya ‘orang gila’ yang meneror ulama” dan isu PKI oleh anggota MCA. • Bisa dilihat ada 2 tujuan: (1) meredam hoax khususnya yang menyerang pemerintah, (2) melemahkan MCA. • Pertanyaan: • Siapakan MCA itu? • Kapan MCA mulai muncul? • Apakah ada indikasi kekuatan MCA bakal melemah setelah gempuran ini? • Bagaimana peta pertempuran “War on MCA” di media social? • Bagaimana strategi MCA dalam melawan tekanan dan deligitimasi terhadap mereka? • Drone Emprit menampilkan data sejak Mei 2016 hingga 20 Maret 2018 (hari ini). 27
  • 28. Jejak Keyword: “MCA” atau “Muslim Cyber Army” 1 Mei 2016 – 4 Maret 2018 Berita penangkapan anggota MCA menghasilkan volume percakapan yang sangat tinggi. Kita akan zoom out bagian ini, biar data sebelumnya tampil lebih jelas. (Zoom) 1 Mei 2016 – 25 Februari 2018 Data sebelum penangkapan: mention keywords ini mulai muncul sebelum bulan Januari 2017. Dan sejak saat itu, volume mention semakin tinggi. Awal mention “MCA” atau “Muslim Cyber Army”
  • 29. Awal Kemunculan “MCA” atau “Muslim Cyber Army” 1 Mei 2016 – 31 Desember 2016 Sebelum pertengahan Desember 2016, penyebutan “MCA” semua merefer pada sebuah partai uni-ras di Malaysia, yaitu Malaysian Chinese Association. Mulai pertengahan Desember 2016, kita akan sering menemukan “MCA” atau “muslim cyber army” dalam percakapan Twitter di Indonesia.
  • 30. Twit Awal Yang Direkam Drone Emprit
  • 31. Persiapan Aksi 411 (4 November 2016) FPI & HRS sebagai sentral gerakan sebelum “MCA” lahir 17 - 31 Oktober
  • 32. 29 Nov – 1 DesPersiapan Aksi 212 (2 Desember 2016) HRS masih jadi sentral, namun cluster sudah makin besar
  • 33. 14 Desember 2016 Tonggak Lahirnya “MCA”: Seruan Perang Cyber dari HRS
  • 34. SNA “MCA” Desember 2016 Nama MCA Mulai Digunakan, Namun masih Kecil Volumenya
  • 35. Tahun 2017 Jejak “MCA” sepanjang tahun 2017 Chat HRS Seruan HRS terkait GMBI Saracen Aksi Bela Palestina
  • 36. 6 Tipe Kelompok yang mengaku “Anggota MCA” 1. Promotor MCA di media 2. Ahli hacking akun sosmed dan pembuatan konten 3. Pencari keuntungan ekonomi 4. Pengguna biasa yang bersemangat ngeshare 5. Pihak lawan yang pura-pura jadi anggota MCA 6. Agen proxy war dari luar negeri yang ingin mengacaukan Indonesia 36
  • 38. Volume dan Tren Penangkapan “MCA”: Mulai Viral Tanggal 27 Februari 2018
  • 39. Most Retweeted: 26 Feb, sehari sebelum penangkapan Masing-masing sibuk dengan agendanya
  • 40. SNA: 26 Feb, sehari sebelum penangkapan Tak begitu banyak percakapan tentang MCA Pro Pemerintah MCA
  • 41. Most Retweeted: 27 Feb, hari H penangkapan anggota MCA Didominasi oleh status dan tokoh pro pemerintah
  • 42. SNA: 27 Feb, hari H penangkapan anggota MCA Cluster pro pemerintah lebih besar, didukung berita media Pro Pemerintah MCA @MustofaNahra adalah akun awal salah satu netizen dalam cluster MCA yang dibajak oleh cluster lawannya. Gantinya adalah @NetizenTofa.
  • 43. Most Retweeted: 28 Feb, sehari setelah penangkapan Sudah mulai seimbang antara kedua cluster
  • 44. SNA: 28 Feb, sehari setelah penangkapan Sudah mulai seimbang antara kedua cluster Pro Pemerintah MCA
  • 45. Most Retweeted: 2 Maret 2018 (3 hari berikutnya) MCA menyerang balik, memanfaatkan temuan blunder dari lawannya
  • 46. SNA: 2 Maret 2018 (3 hari berikutnya) Cluster ”MCA” Tak Menunjukkan Tanda akan Menurun, bahkan Menyerang Balik Pro Pemerintah MCA
  • 47. Most Retweeted: 4 Maret 2018 (4 hari berikutnya) Topik serangan ganti: M Luth (Jokower) & Fadli Zon (demokrasi)
  • 48. SNA: 3 Maret 2018 (4 hari berikutnya) Kenapa “MCA” Tetap Kuat dan Tidak Berkurang? Pro Pemerintah MCA
  • 49. SNA: 18 Feb - 20 Maret 2018 Isu “MCA” hanya ramai sesaat, bertahan 1-2 minggu saja
  • 50. Strategi Pertempuran • Cluster Pro Pemerintah berusaha membangun asosiasi “MCA pembuat Hoax” agar tidak dipercaya lagi oleh public. Dan sebaliknya, cluster MCA melakukan kontra narasi dengan menyatakan bahwa “MCA yang asli itu melawan fitnah.” • Cluster Pro Pemerintah membongkar profile mereka yang ditangkap oleh Polri, melalui jejak digital yang mereka kumpulkan. Ada beberapa akun khusus yang bertugas untuk membukanya. Sedangkan cluster MCA melihat titik celah dari tuduhan, serangan dan informasi yang dibuka oleh lawannya, lalu menggunakan celah yang ditemukan untuk menyerang balik. Misal, pernyataan Polri bahwa “salah satu anggota yang ditangkap sudah bergabung dengan MCA sejak 5 tahun yang lalu,” ini dimanfaatkan baik-baik untuk menyerang, dengan kontra narasi bahwa MCA baru ulang tahun sekali. • Polri menunjukkan bahwa MCA memiliki admin salah satunya “M Luth”. Cluster MCA melakukan kontra narasi dengan menyatakan bahwa akun @Cak_Luth itu adalah milik orang yang ditangkap Polri, yang ternyata adalah anggota Jasmev dan PSI. Tidak tahu apakah klaim MCA ini benar atau tidak. • AS dari cluster Pro Pemerintah turut menyebar foto yang memperlihatkan “sosok” mirip salah satu admin MCA yang ditangkap ternyata memiliki “asosiasi” dengan salah satu tokoh (FZ dan PS) dan partai tertentu. Cluster MCA melihat ada celah untuk melakukan kontra narasi, dengan menyatakan bahwa orang itu adalah salah satu fans PS yang rela berjalan kaki jauh-jauh ke Jakarta untuk bertemu dengan PS; dan bahkan FZ melaporkan AS ke kepolisian atas hoax/fitnah yang diserbar AS. 50
  • 51. Kesimpulan tentang MCA • Penangkapan anggota MCA yang dilakukan oleh Polri ini sebuah pertaruhan serius. Jika Polri bisa membuktikan bahwa MCA adalah sebuah jaringan yang ada penyandang dananya, ada tim inti, operator di lapangan, dan simpatisan, maka ini bisa mendelegitimasi MCA. MCA bisa diasosiasikan oleh public sebagai “pabrik hoax” yang tidak lagi dipercaya. • Namun jika ternyata MCA yang asli itu berbeda (sedikit atau banyak) dari yang dituduhkan oleh Polri, maka MCA akan bisa mendapatkan momentumnya untuk bangkit kembali dan lebih solid. • Hal positif yang saya lihat dari kasus ini adalah soal “perang melawan hoax”. Harusnya ini yang lebih dominan, lebih ditekankan oleh Polri dan semua pihak. Jika ini dilakukan, maka kita bisa bersama-sama, kedua cluster satu pandangan, untuk menghentikan pembuatan dan penyebaran hoax. Efek jera bisa menjadi fungsi control, karena hukum akan ditegakkan oleh Polri terhadap siapapun yang membuat hoax dan fitnah. Siapapun, artinya dari cluster manapun. • Jika ternyata memang ada 2 jenis MCA, karena sifatnya yang terbuka dan tak terkontrol anggotanya, yaitu “produsen kritik” dan “produsen hoax”, ini adalah momentum untuk menghabisi ”MCA produsen hoax” dan ke depan MCA bisa lebih serius menjadi “produsen kritik.” Kritik yang cerdas, berbasis data. Mungkinkah? 51
  • 52. MCA vs Jasmev Dari Pilkada ke Pilkada 52
  • 53. Ahok-Djarot Anies-Sandi Agus-Sylvi MCA Serangan khusus ke paslon Anies-SandiSerangan khusus ke paslon Agus-Sylvi Serangan ke Ahok Februari 2017 Posisi “MCA” dalam Perang Cyber saat ”Pilkada DKI” MCA membentuk cluster sendiri, dengan misi tunggal “Asal Bukan Ahok”. Tidak ikut membela salah satu paslon lainnya.
  • 54. Februari-Maret 2018 Pasukan Cyber dalam Pilkada “Sumatera Utara” Pro Djarot-SiharPro Edy-Musa Veteran Cybertroop Pilkada DKI MCA
  • 55. Februari-Maret 2018 Pasukan Cyber dalam Pilkada “Jawa Barat” Pro Djarot-SiharPro Edy-Musa Veteran Cybertroop Pilkada DKI MCA Sudrajat-Syaikhu RK-UU Tubagus-Anton Demiz-Demul
  • 56. Kesimpulan soal clustering dalam pilkada 56 Polarisasi warganet karena turunnya cybertroop untuk memenangkan pasangan masing-masing tidak bisa dihindari dalam pilkada. Yang perlu dijaga adalah, polarisasi ini masih dalam batas yang sehat, tidak mengarah pada perpecahan di dunia nyata yang meninggalkan luka. Penting bagi penegak hukum (Polri) untuk sesegera mungkin bisa membaca peta polarisasi; narasi dan propaganda yang disebar; aktor-aktor penting dalam cybertroop; memprediksi kemungkinan friksi; dan segera menindak tanpa pandang bulu jika ada aksi yang melampaui batas dan berbahaya bagi stabilitas dan keamanan.
  • 57. Analisis Facebook Page “MCA” vs “Seword” 57
  • 58. Daftar Group MCA (SAFEnet)
  • 59. United Muslim Cyber Army © Mewakili cluster kontra 156 ribu anggota 59
  • 60. Group: United Muslim Cyber Army
  • 61. Group: United Muslim Cyber Army Aktivitas diskusi sangat tinggi
  • 62. Most Shared Status Group: United Muslim Cyber Army
  • 63. Most Shared Status Group: United Muslim Cyber Army
  • 64. Most Shared Status Group: United Muslim Cyber Army
  • 65. Seword Fans Club Mewakili cluster pro pemerintah 178 ribu anggota 65
  • 67. Group: Seword Fans Club Aktivitas diskusi sangat tinggi
  • 68. Most Shared Status Group: Seword Fans Club
  • 69. Most Shared Status Group: Seword Fans Club
  • 70. Most Shared Status Group: Seword Fans Club
  • 71. Word Cloud “MCA” vs “Seword” Saling sindir dan kritik tokoh, identitas, dan pendapat United Muslim Cyber Army Seword Fans Club
  • 72. Kesimpulan tentang FB Group dari kedua cluster • Group United MCA: • Topik percakapan banyak berupa kritik pada pemerintah, pembelaan kepada agama dan ulama, dan dukungan untuk terpilihnya presiden baru pada pilpres mendatang. • Group Seword Fans Club: • Topik percakapan banyak berupa pujian dan dukungan pada pemerintah, pembelaan pada presiden, dan kritik atau sindiran pada tokoh yang banyak mengkritik pemerintah (misal Amien Rais dan ketua BEM UI). 72 Kritik, opini, dan ujaran-ujaran yang bisa membuat benci atau panas hati kelompok lain, bisa ditemukan di kedua group. Dukungan dan pujian pada tokoh masing-masing juga ada di kedua group. Engagement (komentar, like, share) di kedua group sangat tinggi, meski di MCA jauh lebih aktif. Group-group semacam ini bisa mudah disulut emosi dan diprovokasi.
  • 73. Penutup MCA yang dituding sebagai produsen Hoax dan Hate Speech ini memang merupakan sebuah problem. Namun, fokus hanya pada MCA dan memerangi hoax saja bisa membuat gambaran besar dari problem yang kita hadapi menjadi tidak tampak dengan jelas. Media digital semakin mudah dan dengan sangat cepat membuat masyarakat digital kita terpolarisasi oleh berbagai macam isu dan kepentingan. Yang jadi korban adalah trust atau kepercayaan. Dan jika mengandalkan solusi melalui kanal digital, sulit terbangun kepercayaan yang bisa merekatkan sebuah masyarakat. Yang bisa membangun kepercayaan adalah face-to-face interaction, silaturahmi offline, ngopi-ngopi bareng, tabayun langsung, cangkrukan, dan sejenisnya. Di sana, bertemu unsur-unsur dari chamber yang terpolarisasi. (Social Physics: How Social Network Can Make Us Smarter, Alex Pentland) Event silaturahmi ini kemudian bisa diviralkan melalui media digital, agar lebih cepat tersebar luas. Jika ini sering dilakukan, maka trust itu akan terbangun kembali.
  • 74. Terimakasih Ismail Fahmi, PhD Email: ismail.fahmi@gmail.com Hp: 0812 8908 3894