SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
LAPORAN I DINAMIKA POPULASI
PENDUGAAN POPULASI IKAN DENGAN METODE
PENANDAAN IKAN
Kelompok : Decapterus Tim
Ikan Air Laut
Oleh :
Jenly Haurissa : 2015-30-054
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN PERIKANAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
UNIVERSITAS PAPUA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Kasih dan
Penyertaan-Nya bagi penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan laporan praktikum
Dinamika Populasi demi menyelasaikan mata kuliah Dinamika Populasi pada semester ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampuh MK. Dinamika
Populasi, yang selalu dengan sabar membimbing penulis dan semua pihak yang terlibat
(teman kelompok Ikan AirLaut) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan Dinamika Populasi ini, namun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Tiada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari Dosen
Pengampuh MK. Dinamika Populasi dan pembaca, yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan, untuk masukan bagi penulis, agar lebih baik.. Semoga Laporan Dinamika
Populasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Manokwari, 13 September 2017
Penulis
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para ahli menciptakan berbagai cara untuk melakukan penelitian biologi perikanan.
Salah satu cara yaitu yang disebut teknik “mark recapture”. Dasar dari teknik ini ialah
memberikan tanda (mark) pada sejumlah ikan dan dalam jangka waktu tertentu,
menangkapnya kembali (recapture). Dari ikan-ikan yang tertangkap, peneliti mendapatkan
sejumlah data, dan dari data tersebut dapat diduga apa yang terjadi pada ikan, atau
kelompok ikan tertentu dimasa lalu. Tehnik ini mula-mula dipakai untuk mendapatkan
beberapa informasi guna pengelolaan ikan salmon dan ikan trout. Tehnik ini berhasil untuk
pertama kali dilakukan 90 tahun yang lalu ketika CHARLES G. ATKINS, pada tahun 1873
men “tagged” Salmon Atlantik di Penobscot river dan kemudian tertangkap kembali
sejumlah ikan yang cukup banyak. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun kemudian
perkembangan dari penggunaan tehnik ini lambat. Hambatan terutama disebabkan oleh
sulitnya mendapatkan jenis tag yang cocok untuk jenis ikan tertentu. Baru 25 tahun yang
lalu tehnik ini berkembang dan dianggap merupakan cara yang ampuh untuk mempelajari
dinamika populasi. Hal-hal yang dapat mungkin diduga ialah: pertumbuhan dan umur, jalur
dan kecepatan ruaya, tingkat kematangan dan besar stadia, serta sifat-sifat populasi.
Populasi adalah sekelompok individu satu spesies atau sub spesies yang secara spasial,
genetic atau demografi terpisah dengan kelompok lainnya. Pendugaan populasi ikan sangat
penting dilakukan dalam manajemen perikanan, hal ini merupakan satu langkah dalam
pendugaan parameter lainnya. Pendugaan populasi diperlukan untuk mengevaluasi
besarnya unit-unit manajemen dan menduga laju eksploitasi akibat laju penangkapan dan
sumber lainnya. Beberapa tujuan dari pendugaan populasi antara lain ; untuk mengetahui
perubahan populasi, stok dan status dari sumberaya perikanan, untuk memonitoring
perubahan populasi pada waktu tertentu, sebagai dasar dalam pengelolaan dan kebijakan
perikanan.
Metode yang digunakan dalam pendugaan populasi ikan secara garis besar dapat
dilakukan dengan dua cara yakni : (1) Melakukan penandaan pada ikan (Method Capture
and recapture), (2) Pendugaan berdasarkan jumlah hasil tangkapan per unit effort (CPUE).
Berdasarkan beberapa metode pendugaan populasi yang telah ada, masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan serta asumsi-asumsi tertentuu yang digunakan. Stok ikan : angka
yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomasa ikan berdasarkan kelompok
jenis ikan dalam kurun waktu tertentu. Untuk metode panandaan ikan asumsi yang
digunakan antara lain : tidak penambahan (rekrutmen) selama proses, kematian ikan
bertanda sama dengan tidak bertanda, ukan yang bertanda dan tertanda harus sam untuk
tertangkap, tanda yang digunakan tidak hilang, ikan bertanda menyebar merata. Metode
pendugaan populasi dengan penandaan ikan dapat dilakukan dengan tiga tipe cara
perhitungan ; (1) Perhitungan tunggal (sigle census), (2) Perhitungan ganda (Multiple
census), (3) Penangkapan Berganda (Multiple recapture).
1.2 Berikut adalah beberapan jenis metode penandaan serta keuntungan atau
kelebihan dan kelemahan dari Metode Penandaan
 Mutilasi
Cara mutilasi dipergunakan terutama untuk penandaan terhadap ikan yang jumlahnya
besar dan dan berukuran kecil.Keuntungan dari cara ini ialah pelaksanaannya cepat
sehingga dalam waktu singkat dapat ditandai sejumlah besar ikan. Pada cara ini yang biasa
dilakukan adalah pemotongan sirip atau pelubangan tutup insang. Tetapi, karena sifat
regenerasi beberapa jenis ikan yang cepat, bagian-bagian tubuh tersebut dalam waktu relatif
singkat dapat pulih kembali mendekati asal. Maka dalam percobaan ini penangkapan
kembali harus dilakukan dalam waktu cepat.
 Zat Warna
Untuk percobaan yang dilakukan dalam waktu singkat, penandaan dengan mencelupkan
pada zat warna merupakancara yang praktis. Sebagai contoh misalnya, anak-anak ikan
Salmon ditandai dengan mencelupkan pada zat warna dan dikembalikan ke sungai. Dalam
beberapa jam atau hari, sebagian ditangkap lagi pada saat mereka beruaya kehilir menuju
kelaut. Perbandingan antara ikan yang diwarnai dan yang tidak dapat dipakai untuk
memperkirakan jumlah anak salmon yang meninggalkan sungai. Kelebihan cara ini ialah
cocok dipakai untuk penandaan bentuk larva atau juvenil yang sensitif terhadap handling
dan juga memungkinkan kerja yang cepat sehingga baik untuk diterapkan pada percobaan
yang memerlukan contoh dalam jumlah besar. Kekurangan : Tetapi, biasanya warna tidak
tahan lama sehingga untuk percobaan yang memerlukan jangka waktu relatif lama, cara ini
tidak cocok. Selain dari itu, untuk jenis-jenis hewan akuatik yang mengalami pergantian
kulit (moulting) seperti bangsa udang-kepiting, jelas tidak dapat diterapkan.
Terhadap bangsa udang-kepiting (Crustacea), telah dikembangkan dengan cara suntikan
hipodermis dari sejumlah kecil zat warna yang dilarutkan dalam akuades. Zat warna
tersebut pertama kali mewarnai seluruh tubuh, tetapi dalam waktu 24 jam semua zat warna
terkonsentrasikan dalam insanh sehingga kepala (thorax) udang berwarna cemerlang dan
dengan demikian mudah dibedakan dari yang tidak berwarnai. Cara ini sangat berhasil
untuk mempelajari berbagai aspek biologi udang di teluk Meksiko. Keuntungan utama cara
ini ialah tidak terpengaruh oleh pergantian kulit (moulting) dan dapat juga diterapkan pada
biota yang berukuran kecil.
Zat warna yang dapat dipakai terbatas warnanya, sehingga jenis percobaan yang dapat
dilakukan dalam waktu yang bersamaan juga terbatas. Satu kelemahan lagi ialah apabila
warna yang dipakai mendekati warna biota percobaan, akan berakibat sulit dalam
mendeteksinya.
A. Zat Warna Fluoresen Dan Fosforesen
Keuntungan cara ini ialah apabila dikombinasikan dengan cara penyuntikan zat warna
diatas, memungkinkan aneka ragam percobaan dapat dilakukan serentak. Juga pada biota
yang berwarna hampir sama dengan zat warna yang dapat dipakai, dapat dipergunakan cara
ini. Berbagai warna fluoresen dalam jumlah kecil dapat dibedakan dengan alat fluorometer
melalui perbedaan panjang gelombang. Meskipun demikian cara ini tidak dapat diterapkan
pada semua hewan akustik, karena beberapa jenis hewan akustik juga ada yang
berfluoresen.
a. Tatto
Untuk penandaan sementara, pemberian tattoo dengan jarum listrik dapat diterapkan
untuk ikan-ikan berukuran kecil yang berjumlah besar, karena kecepatan operasinya.
Pemberian tanda dengan cara ini tidak dapat bertahan lama sehingga dalam percobaan yang
membutuhkan waktu lama tidak dapat diterapkan.
b. Tag
Material yang dipilih untuk tag tergantung pada beberapa faktor:
1. Lama waktu dilakukan penangkapan kembali
Jika jangka waktu penangkapan kembali pendek, banyak pilihan yang dapat dilakukan.
Apabila waktunya lama, maka harus dipilih material yang tidak berkarat atau yang dapat
mengalami perubahan.
2. Tempat pemasangan tag terbagi atas dua yaitu tag (eksternal) dan tag (internal)
Untuk tag(eksternal) Keuntungan :menggunakan material yang tidak berkarat seperti
plasik, tima, tembaga, dan emas sangat dianjurkan untuk digunakan, terutama jika jangka
waktu percobaan berlangsung lama. Untuk tag yang dimasukkan dalam rongga tubuh
(internal), material nonstainless steel dapat dianjurkan untuk dipakai.
3. Cara pengenalan kembali, dibagi menjadi 4 jenis.
 Dengan penglihatan
Kelebihan : Ukuran tag harus cukup besar dan berwarna menyolok. Pengenalan
dari hasil tangkapan nelayan harus bersifat mudah dikenal sewaktu nelayan
mensortir ikan tersebut. Suatu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan
ialah bagaimana Kekurangan : Nelayan perlu memahami sifat menagani hasil
tangkapannya, untuk menentukan penempatan tag supaya mudah dilihat.
 Dengan memancarkan suara bawah air
Tag dapat memancarkan suara dari transmitter baterai.
Kelebihan : Jenis Tag ini sangat berguna untuk menentukan atau melacak
gerakan ikan, misal ikan anadromous dalam usahanya menemukan dan melalui
fishways.Dengan tehnologi tinggi dapat dibuat jenis tag ini dalam ukuran kecil
sehingga dapat dimasukkan dalam perut ikan. Tetapi jenis tag ini berfungsi
selama baterai masih berfungsi.
Kekurangan : Tergantung sampai berapa lama kekuatan baterainya. Selain itu
untuk ikan-ikan yang jarak atau jangkauan ruayanya samat jauh, cara ini sulit
diterapkan karena kekuatan alat yang menerima pancaran terbatas.
 Dengan elektromagnet atau detektor elektromagnetik
Kelebihan : Cara ini diterapkan pada ikan-ikan kecil yang ditangkap dalam
jumlah besar. Dalam pemrosesan ikan untuk dijadikan suatu produk tertentu,
elektromagnet dapat memisahkan tag dari daging ikan. Kekurangan Cara ini
hanya dapat dipakai untuk mengetahui lokasi-lokasi penangkapan ikan-ikan
yang bercampur dalam pabrik pemrosesan.Cara ini cukup mahal dan tidak dapat
digunakan untuk berbagai tujuan percobaan.
 Dengan radioaktivitas
Kelebihhan : Jenis tag ini telah dikembangkan dengan material radioaktif
bertingkat rendah, menyerupai “radium dial” dari jam tangan. Ia dapat dideteksi
dengan alat yang mengukur radioaktivitas ikan pada alat yang memindahkan
ikan dari kapal ke pabrik. Cara penandaan dengan jenis-jenis tag ini dapat
dilakukan pada sejumlah besar ikan, Kekurangan : tetapi cara penemuan
kembali sangat spesifik sehingga membatasi jenis percobaan yang dapat
dilakukan. Penerapannya pada jenis-jenis ikan juga terbatas, dan selain itu
berfungsinya tag tergantung dari lama “half life” bahan radioaktif yang
digunakan.
B. Perkiraan Besaran Populasi
Pendugaan besaran populasi merupakan aspek yang sangat penting di dalam
pengelolaan perikanan. Dengan diketahuinya besar populasi suatu jenis ikan, maka dapat
diatur jumlah alat tangkap yang boleh beroperasi di suatu perairan ataupun dapat dibatasi
jumlah ikan yang boleh ditangkap. Uraian berikut adalah dasar-dasar yang dipakai dalam
usaha pendugaan besaran populasi dengan tehnik “mark-recapture”.
C. Asumsi Yang Dipakai
Penandaan pada ikan dapat dipakai untuk menduga besaran populasi. Pada prinsipnya
sangat sederhana dan berdasar pada berbagai variasi cara yang berasal dari cara atau rumus
yang dipakai PETERSEN.
Cara PETERSEN terdiri dari penandaan yang dilakukan pada saat dan pengambilan
contoh dilakukan satu saat juga. Misalkan suatu populasi N ikan dan jumlah ikan yang
diberi tanda T. Situasi yang paling mudah didapatkan apabila:
 Ikan yang bertanda tersebar secara acak di dalam populasi dan
 Upaya pengambilan contoh juga dilakukan tersebar secara acak.
Maka rasio jumlah ikan yang bertanda dalam populasi sebanding dengan rasio ikan
bertanda yang tertangkap kembali dengan jumlah contoh. Apabila m adalah ikan bertanda
dalam contoh yang besarnya n maka :
M/N Didapatkan = T/N
Dari rumus yang sederhana ini kemudian terjadi penyempurnaan-penyempurnaan.
Demikian juga dengan metoda-metoda pengambilan contohnya. Tetapi semuanya masih
berdasar rumus yang sederhana tadi. Pemakaian rumus-rumus tersebut dengan sendirinya
berlaku apabila asumsi-asumsi de bawah ini dipenuhi:
1. Ikan bertanda mengalami mortalitas alami yang sama dengan ikan yang tidak bertanda.
2. Ikan bertanda mempunyai kepekaan yang sama dengan ikan yang tidak bertanda terhadap
upaya penangkapan yang dilakukan.
3. Ikan yang diberi tanda tidak hilang tandanya.
4. Ikan yang diberi tanda berbaur secara acak dengan ikan yang tidak bertanda dan sebaran
dari upaya penangkapan sebanding dengan jumlah ikan yang berada pada berbagai bagian
perairan.
5. Semua ikan bertanda dapat dikenali kembali dan dilaporkan apabila tertangkap.
6. Rekrutmen demikian kecil dibandingkan dengan besar populasi pada saat penangkapan
sehingga dapat diabaikan.
Semua kondisi di atas merupakan syarat-syarat umum untuk melakukan percobaan dari
tipe-tipe ini dan akan dibicarakan secara terperinci.
D. Kelemahan-Kelemahan
Setiap metoda penelitian tentu mempunyai kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-
keterbatasan tertentu. Hal tersebut hendaknya disadari, sebab pada dasarnya tiada satupun
metoda yang sempurna. Dengan disadarinya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan
tersebut, maka kita menjadi lebih hati-hati dalam pelaksanaannya maupun dalam analisanya.
Beberapa kelemahan tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1. Perbedaan mortalitas.
Suatu pengaruh yang sering terjadi akibat penandaan adalah mortalitas ekstra di antara
ikan-ikan bertanda, baik sebagai akibat langsung dari penandaan maupun tidak langsung
dari kecelakaan karena “handling” atau operasi penandaan. Dalam dua kejadian tersebut
jumlah penangkapan kembali akan menjadi terlalu rendah. Jadi pendugaan populasi yang
dilakukan dari kejadian ini akan terlalu besar.
2. Perbedaan kepekaan dari ikan bertanda dan tidak bertanda
Sumber kesalahan yang lebih jelek ialah kecenderungan ikan bertanda lebih atau kurang
peka terhadap penangkapan daripada ikan yang tidak bertanda. Kecenderungan ini mungkin
disebabkan beberapa hal:
a. Tag yang dipakai mungkin membuat ikan menjadi lebih atau kurang peka terhadap
penangkapan. Pada ikan Bluegill yang diberi tanda pada rahangnya kurang peka
terhadap pancing daripada yang tidak bertanda. Contoh lain, ikan salmon yang diberi
tanda dengan lempeng ganda yang dihubungkan dengan kawat melalui tubuhnya lebih
peka terhadap gillnet daripada yang tidak bertanda, karena tanda lebih mudah
tersangkut pada gillnet.
b. Suatu hal yang paling umum adalah perbedaan kelakuan sebagai hasil dari penandaan
(tagging ataumarking). Menangkap dan memberi tanda terhadap ikan adalah suatu
“stress” fisiologis dan mungkin juga merupakan gangguan psikologis. Maka tidak
mengherankan apabila didapatkan kelakuan yang berbeda setelah itu, baik dalam jangka
lama maupun singkat. Contoh: ikan Centrarchid yang diberi tanda ketika dilepaskan
pertama kali biasanya berenang kebawah dan menyelinap kedalam tumbuhan akustik.
Kecenderungan yang sama, sebagai suatu perlawanan, mungkin membuat mereka lebih
cenderung memasuki mulut perangkap daripada ikan tidak bertanda. Setiap jenis ikan
setelah diberi tanda mungkin menghindari makanan dan karenanya lebih sedikit
tertangkap dengan pancing. Apabila penandaan membuat ikan lebih sulit berbelok,
maka ikan tersebut cenderung berkurang kemungkinannya untuk tertangkap dengan alat
penangkap pasif seperti bubu dan gillnet, tetapi lebih mudah tertangkap dengan alat
penangkap aktif seperti seine dan trawl. Pada jenis-jenis ikan tertentu, tag mungkin
meransgsang ikan bergerak lebih banyak dalam beberapa hari atau beberapa Minggu
setelah penandaan.
3. Hilangnya tanda.
Sumber kesalahan lain dalam perkiraan populasi disebabkan oleh hilangnya tag atau
mark, pada pengikatan tag, cara pengikatan harus permanen, kalau tidak akan mudah
terlepas, cara pengikatan yang tidak baik kadang-kadang ditemukan apabila diadakan
pengamatan contoh dengan melihat lebih dekat dan teliti.
Apabila digunakan marking, hilangnya marking mungkin saja terjadi. Cara mutilasi ada
juga kelemahannya yaitu apabila sifat regenerasi ikan sedemikian rupa sehingga anggota
tubuh yang dipotong atau dilubangi dapat pulih seperti sediakala. Pada kebanyakan ikan,
sirip perut beregenerasi tidak sempurna sehingga dapat dibedakan dengan pengamatan yang
cepat.
4. Ikan tidak berbaur secara acak.
Di alam, biota cenderung tersebar secara tidak acak. Apabila demikian, harus
ditentukan dahulu bagaimana kira-kira pola penyebarannya. Misalkan di suatu danau, pada
suatu bagiannya sejenis ikan densitasnya lebih tinggi daripada bagian danau yang lain.
Maka pengambilan contoh juga harus dilakukan acak pada kedua bagian danau tadi dan
dihitung masing-masing populasinya. Hasil kedua perhitungan dijumlahkan untuk
mendapatkan perkiraan populasi total. Apabila tidak dilakukan demikian akan terjadi hasil
perhitungan yang biasa. Hal tersebut umum terjadi di alam dan jarang ada biota yang
tersebar secara acak.
5. Ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan.
Apabila peneliti bukan sebagai agen untuk melakukan penangkapan kembali, maka ada
kemungkinan penangkapan ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan.
Peristiwa ini sangat relevan dengan keadaan Indonesia mengingat tingkat pendidikan
nelayan yang masih rendah. Kalu seandainya dikembalikan, masih ada persoalan lagi
apakah hasil tangkapan ikan yang tidak bertanda juga dilaporkan atau dapat diketahui
jumlahnya? Jika tidak, maka perkiraan besar populasi juga tidak dapat diakukan.
6. Jumlah rekrutmen tidak dapat diabaikan.
Persyaratan bahwa rekrutmen harus demikian kecil dibandingkan dengan populasi pada
saat penangkapan kembali sering tidak dapat dipenuhi, apabila tidak dapat dipenuhi,
dugaan populasi menjadi terlalu besar. Untuk menghindari hal tersebut maka waktu
penandaan dan waktu penandaan dan penangkapan kembali jaraknya harus demikian
sempit sehingga tidak memungkinkan terjadinya rekrutmen atau rekrutmen demikian kecil
sehingga dapat diabaikan atau kalau rekrutmen terjadi juga mungkin belum dapat
tertangkap dengan alat tangkap yang dipakai, atau ukuran rekrut dapat dipisahkan dari
populasi semula.
E. Jumlah Contoh Yang Harus Diambil
Dalam pemakaian rumus PETERSEN, jumlah contoh yang diambil untuk penangkapan
kembali merupakan persyaratan yang penting. Menurut ROBSON dan REGIER (dalam
JONES 1976) perlu diambil contoh yang cukup besar dalam penangkapan kembali (n),
paling tidak sama atau melebihi jumlah individu yang tidak bertanda, supaya tidak terjadi
bias. Hal ini hampir tidak pernah dapat diterapkan pada suatu populasi. Lebih lanjut mereka
menyimpulkan bahwa supaya bias yang terjadi dapat diabaikan, maka hasil perkalian antara
T x n harus melebihi besar populasi.
Untuk memenuhi persyaratan di atas sulit bagi populasi ikan yang jumlahnya besar.
Dapat dibayangkan berapa besar contoh yang diambil di Selat Bali umpamanya, atau Ikan
Layang di laut Jawa. Belum lagi masalah penentuan banyaknya populasi di suatu perairan,
misalnya populasi Ikan Layang di Laut Jawa. Jadi dapat dikatakan tidak mungkin menduga
besaran populasi di laut lepas, cara ini lebih bermanfaat dipakai untuk mempelajari ruaya
dan juga pertumbuhan individu ikan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah agar mahasiswa lebih dapat memahami
metode penandaan yang digunakan dalam pendugaan populasi ikan.
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dilaksanakan ± 1 hari, Kamis 08 September 2017
Praktikum ini dilaksanakan di Labaoratorium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan – Universitas Papua.
2.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat & Kegunaan
Alat Kegunaan
10 Jarum Pentul Sebagai Penanda pada Ikan Karton
2 Pipet (sedotan) Sebagai Penanda pada Ikan Karton
Pancing Untuk memancing ikan
1 Mata kail Untuk memancing ikan
Nelon Untuk memancing ikan
Alat tulis Mencatat data
Tabel 2. Bahan & Kegunaan
Bahan Kegunaan
Karton/Kardus Sebagai bahan membuat ikan karton
Lilin Untuk melapisi ikan karton
Kertas label Sebagai label speseis ikan
Air + Kolam/Bak Pemancingan Sebagai tempat/wadah habitat ikan dan
simulasi dalam praktik pemancingan
2.3 Prosedur Kerja
1. Buat ikan dengan menggunakan karton.kardus sebanyak 5-10 ekor
2. Ikan karton yang telah jadi, selanjutnya dilapisi dengan lilin
3. Siapkan bak/kolam berisi air, kebudian tebarkan semua ikan karton ke dalam
bak/kolam
4. Tangkaplah ikan karton dengan menggunakan pancing masing-masing orang
selama waktu 5 menit
5. Hitunglah jumlah ikan tangkapan yang diperoleh
6. Berilah tanda sebagian ikan hasil tangkapan, dan tebarkan kembali semua
ikan, baik yang ditandai maupun yang tidak ditandai
7. Tangkaplah kembali ikan karton tersebut dengan menggunakan pancing
8. Hitung berapa ikan yang diperoleh, dan beberapa ekor ikan yang ditangkap
kembali yang terdapat tanda
9. Hitunglah berapa kira-kira populasi ikan dalam perairan tersebut !
Gambar 1. ContohIkan Kardus yang dilapisi lilin
2.4 Analisis Data
1. Metode pendugaan dengan cara perhitungan tunggal (Single census)
Rumus Petersen :
M.C
N = N = Dugaan Populasi
R
M =Jumlah ikan yang ditandai pada permulaan
Studi
C = Jumlah ikan yang ditangkap selama studi
R= Jumlah ikan ternda yang tertangkap kembali
pada C
2. Metode pendugaan populasi dengan cara perhitungan Ganda (Multiple
census) yaitu dengan metode Schnable :
Rumus Schnabel :
Σ(Ct.Mt)
N =
ΣRt
HASIL & PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 4. Hasil Pengamatan & Perhitungan sebagai berikut :
No. Nama/Jenis ikan
Penandaan
Ikan
(Tagging/
Marking)
Jumlah
Ikan Yang
Ditangkap
Jumlah
Ikan
Yang
Diberi
Tanda
Jumlah
Ikan
Bertanda
Yang
Tertangkap
Kembali
Populasi
(C) (M) (R) (N^)
I Cakalang (Katsuwonus pelamis) - 5 2 2 -
II Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 5 2 2 5
III Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 4 2 2 4
IV Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 3 2 1 6
V Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 4 2 2 4
VI Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 4 2 1 8
Jumlah 25 12 10 27
N = 30
No. Nama Jenis Ikan
Penandaan
Ikan
(Tagging/
Marking)
Jumlah
Ikan Yang
Ditangkap
Jumlah
Ikan
Yang
Diberi
Tanda
Jumlah
Ikan
Bertanda
Yang
Tertangkap
Kembali
Populasi
(C) (M) (R) (N^)
I Layang (Decapterus sp) - 14 7 7 -
II Layang (Decapterus sp) Marking 20 9 7
25.7142
8571
III Layang (Decapterus sp) Marking 13 9 8 14.625
IV Layang (Decapterus sp) Marking 12 9 8 13.5
V Layang (Decapterus sp) Marking 14 9 9 14
VI Layang (Decapterus sp) Marking 10 9 6 15
Jumlah
83 52 45
82.8392
8571
N = 95,9111
No. Nama Jenis Ikan
Penandaan
Ikan
(Tagging/
Marking)
Jumlah
Ikan Yang
Ditangkap
Jumlah
Ikan
Yang
Diberi
Tanda
Jumlah
Ikan
Bertanda
Yang
Tertangkap
Kembali
Populasi
(C) (M) (R) (N^)
I Moris Idol (Zanclus cornutus) - 2 1 1 -
II Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2
III Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2
IV Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2
V Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 1 1 0 0
VI Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2
Jumlah 11 6 5 8
N = 13,2
No. Nama Jenis Ikan
Penandaan
Ikan
(Tagging/
Marking)
Jumlah
Ikan Yang
Ditangkap
Jumlah
Ikan
Yang
Diberi
Tanda
Jumlah
Ikan
Bertanda
Yang
Tertangkap
Kembali
Populasi
(C) (M) (R) (N^)
I
Violet Stingray (Dasyatis
violacea)
- 3 1 1 -
II
Violet Stingray (Dasyatis
violacea)
Marking 3 1 1 3
III
Violet Stingray (Dasyatis
violacea)
Marking 1 1 0 0
IV
Violet Stingray (Dasyatis
violacea)
Marking 1 1 0 0
V
Violet Stingray (Dasyatis
violacea)
Marking 3 1 1 3
VI
Violet Stingray (Dasyatis
violacea)
Marking 2 1 0 0
Jumlah 13 6 3 6
N = 26
No. Nama Jenis Ikan
Penandaan
Ikan
(Tagging/
Marking)
Jumlah
Ikan Yang
Ditangkap
Jumlah
Ikan
Yang
Diberi
Tanda
Jumlah
Ikan
Bertanda
Yang
Tertangkap
Kembali
Populasi
(C) (M) (R) (N^)
I Dolphin (Stenella coeruleolba) - 8 4 4 -
II Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 8 4 4 8
III Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 6 4 2 12
IV Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 6 4 3 8
V Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 7 4 4 7
VI Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 7 4 4 7
Jumlah 42 24 21 42
N = 48
No. Nama Jenis Ikan
Penandaan
Ikan
(Tagging/
Marking)
Jumlah
Ikan Yang
Ditangkap
Jumlah
Ikan Yang
Diberi
Tanda
Jumlah
Ikan
Bertanda
Yang
Tertangkap
Kembali
Populasi
(C) (M) (R) (N^)
I Baronang (Siganus sp) - 4 2 2 -
II Baronang (Siganus sp) Marking 4 3 2 6
III Baronang (Siganus sp) Marking 1 3 0 0
IV Baronang (Siganus sp) Marking 1 3 0 0
V Baronang (Siganus sp) Marking 1 3 1 3
VI Baronang (Siganus sp) Marking 3 3 1 9
Jumlah 14 17 6 18
N = 39,6667
-
3.2 Pembahasan
 Metode Perhitungan Tunggal (Single sensus) – Rumus Petersen
Hasil perhitungan diatas, didapati pendugaan populasi ikan (N) per jenis dengan cara
perhitungan tunggal (Single Sensus) dengan menggunakan rumus Petersen untuk setiap
jenisnya disajikan dugaan jumlah populasi paling banyak hingga yang paling sedikit
sebagai berikut :
1. Dolphin (Stenella coeruleolba) dugaan jumlah populasi sebanyak
N = 42
2. Ikan Moris Idol (Zanclus cornutus) dugaan jumlah populasi sebanyak
N = 8
3. Ikan pari (Dasyatis violacea) dugaan jumlah populasi sebanyak
N = 6
 Metode Perhitungan Ganda (Multiple Sensus) – Rumus Schnable
Hasil perhitungan diatas, didapati pendugaan populasi ikan (N) per jenis dengan cara
perhitungan ganda (Multiple Sensus) dengan menggunakan rumus Schnable untuk setiap
jenisnya disajikan dugaan jumlah populasi paling banyak hingga yang paling sedikit
sebagai berikut :
1. Dolphin (Stenella coeruleolba) dugaan jumlah populasi sebanyak
N = 48
2. Ikan Moris Idol (Zanclus cornutus) dugaan jumlah populasi sebanyak
N = 13,2
3. Ikan pari (Dasyatis violacea) dugaan jumlah populasi sebanyak
N = 26
KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum ini dan telah dilakukan analisis data menggunakan metode
atau formula Petersen (Single sensus) dan juga metode Schnable untuk perhitungan ganda
(multiple sensus) disimpulkan pendugaan populasi ikan tertinggi hingga yang terrendah dari
6 jenis ikan yang ditebarkan, diurutkan sebagai berikut :
1. Ikan Layang (Decapterus sp.)
2. Dolphin (Stenella coeruleolba)
3. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
4. Ikan Baronang (Siganus sp.)
5. Ikan Moris Idol (Zanclus cornutus)
6. Ikan pari (Dasyatis violacea)
Kombinasi beberapa metoda dalam mempelajari pnedugaan populasi ikan perlu
dilakukan agar dapat menunjukkan hasil yang baik dan akurat. Hal ini perlu diterapkan
mengingat spesifikasi dari setiap metode yang dihasikan berbeda, sehingga hasil yang
diperoleh akan berbeda pula. Menggunakan metode penadaan tag ini sangat praktis, karena
hampir tidak ada perlakuan khusus bagi ikan yang akan dijadikan contoh. Dengan demikian
pengumpulan data dapat dengan mud ah dilakukan di lapangan dan peralatan yang
dibutuhkan juga tidak terlalu canggih.
Mempelajari pendugaan populasi ikan dapat membantu pekerjaan pamantauan
populasi ataupun stok ikan di sutau perairan. Sekiranya ada perubahan yang terjadi baik
pebambahan individu baru (rekrutmen), mortaslitas ataupun natalitas dalam suatu populasi
ikan pada kondisi lingkungan perairan yang ditempati oleh populasi ikan tersebut.
Pemahaman pendugaan populasi ikan sebagai unit biologi perikanan dan sebagai unit
menajemen yang perlu diketahui untuk tujuan eksploitasi, haruslah jelas dalam
pembahasannya dan permasalahan mengenai hal ini. Kejelasan ini diperlukan, karena akan
memberi sudut pandang yang berbeda. Namun disadari dalam prakteknya, kedua sudut
pandang ini dapat menjadi satu pokok pikiran, yaitu jika mempelajari aspek-aspek biologi
populasi ikan untuk dipergunakan sebagai masukan dalam mengeluarkan rekomendasi
ataupun regulasi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang lestari dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Malikusworo Hutomo.1982. TEHNIK “MARK RECAPTURE” DALAM PENELITIAN
BIOLOGI PERIKANAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lembaga
Oseonologi Nasional. No.1982. Pewarta Oceana. (Soft file.. Akses ; 11/09/2017).
LAMPIRAN 1.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar. (a) Model ikan kardus berlapis lilin, (b) Proses penebaran ikan kardus ke
kolam/bak pemancingan, (c) dan (d) Dokumentasi awal Decapterus Tim
Ikan Air Laut, (e) Proses pemancingan ikan, (f) Penangkapan ikan target.
DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM
LAMPIRAN 2.
Sekian &
Terimakasih ^^

More Related Content

What's hot

Kelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnathaKelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnatha
f' yagami
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Ratih Sulistyo
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidaya
padree_box
 

What's hot (20)

Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Kelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnathaKelompok 6 super kelas agnatha
Kelompok 6 super kelas agnatha
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 
Cephalopoda
CephalopodaCephalopoda
Cephalopoda
 
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
 
Tugas mesin dan_alat_bantu
Tugas mesin dan_alat_bantuTugas mesin dan_alat_bantu
Tugas mesin dan_alat_bantu
 
Echosounder
EchosounderEchosounder
Echosounder
 
Pengantar oseanografi
Pengantar oseanografiPengantar oseanografi
Pengantar oseanografi
 
Klasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkapKlasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkap
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
Laporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
Laporan Ketik MPI Universitas BrawijayaLaporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
Laporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
 
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatAlat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
 
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidaya
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
 
MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...
MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...
MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...
 

Similar to Laporan I Dinamika populasi

Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Rohman Efendi
 

Similar to Laporan I Dinamika populasi (20)

Pikp modul08 sub sistem pengolahan
Pikp modul08 sub sistem pengolahanPikp modul08 sub sistem pengolahan
Pikp modul08 sub sistem pengolahan
 
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdfMAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
MAKALAH PENGAWETAN PENGASAPAN DAN PENGGARAMAN - Copy.pdf
 
Tugas pengkajian stok ikan
Tugas pengkajian stok ikanTugas pengkajian stok ikan
Tugas pengkajian stok ikan
 
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
 
Mmpi5203 m1
Mmpi5203 m1Mmpi5203 m1
Mmpi5203 m1
 
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
Pkm muhammad iqram tanoto copy (2)
Pkm muhammad iqram  tanoto  copy (2)Pkm muhammad iqram  tanoto  copy (2)
Pkm muhammad iqram tanoto copy (2)
 
ppt body.pptx
ppt body.pptxppt body.pptx
ppt body.pptx
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telur
 
Pengantar-Ilmu-Perikanan-dan-Kelautan.pdf
Pengantar-Ilmu-Perikanan-dan-Kelautan.pdfPengantar-Ilmu-Perikanan-dan-Kelautan.pdf
Pengantar-Ilmu-Perikanan-dan-Kelautan.pdf
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
Laporan praktikum fix
Laporan praktikum fixLaporan praktikum fix
Laporan praktikum fix
 
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun22014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
 
Workshop Teknik Identifikasi Larva Ikan: Studi Kasus Perairan Teluk Semarang
Workshop Teknik Identifikasi Larva Ikan: Studi Kasus Perairan Teluk SemarangWorkshop Teknik Identifikasi Larva Ikan: Studi Kasus Perairan Teluk Semarang
Workshop Teknik Identifikasi Larva Ikan: Studi Kasus Perairan Teluk Semarang
 
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
 
Rpp budidaya ikan Kurikulum 2013
Rpp budidaya ikan Kurikulum 2013Rpp budidaya ikan Kurikulum 2013
Rpp budidaya ikan Kurikulum 2013
 

Recently uploaded

undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
ritch4
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
InnesKana26
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
buktifisikskp23
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
IniiiHeru
 

Recently uploaded (20)

Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FDigital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
 
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 

Laporan I Dinamika populasi

  • 1. LAPORAN I DINAMIKA POPULASI PENDUGAAN POPULASI IKAN DENGAN METODE PENANDAAN IKAN Kelompok : Decapterus Tim Ikan Air Laut Oleh : Jenly Haurissa : 2015-30-054 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN PERIKANAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN UNIVERSITAS PAPUA 2017
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Kasih dan Penyertaan-Nya bagi penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan laporan praktikum Dinamika Populasi demi menyelasaikan mata kuliah Dinamika Populasi pada semester ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampuh MK. Dinamika Populasi, yang selalu dengan sabar membimbing penulis dan semua pihak yang terlibat (teman kelompok Ikan AirLaut) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan Dinamika Populasi ini, namun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Tiada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari Dosen Pengampuh MK. Dinamika Populasi dan pembaca, yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, untuk masukan bagi penulis, agar lebih baik.. Semoga Laporan Dinamika Populasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Manokwari, 13 September 2017 Penulis
  • 3. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para ahli menciptakan berbagai cara untuk melakukan penelitian biologi perikanan. Salah satu cara yaitu yang disebut teknik “mark recapture”. Dasar dari teknik ini ialah memberikan tanda (mark) pada sejumlah ikan dan dalam jangka waktu tertentu, menangkapnya kembali (recapture). Dari ikan-ikan yang tertangkap, peneliti mendapatkan sejumlah data, dan dari data tersebut dapat diduga apa yang terjadi pada ikan, atau kelompok ikan tertentu dimasa lalu. Tehnik ini mula-mula dipakai untuk mendapatkan beberapa informasi guna pengelolaan ikan salmon dan ikan trout. Tehnik ini berhasil untuk pertama kali dilakukan 90 tahun yang lalu ketika CHARLES G. ATKINS, pada tahun 1873 men “tagged” Salmon Atlantik di Penobscot river dan kemudian tertangkap kembali sejumlah ikan yang cukup banyak. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun kemudian perkembangan dari penggunaan tehnik ini lambat. Hambatan terutama disebabkan oleh sulitnya mendapatkan jenis tag yang cocok untuk jenis ikan tertentu. Baru 25 tahun yang lalu tehnik ini berkembang dan dianggap merupakan cara yang ampuh untuk mempelajari dinamika populasi. Hal-hal yang dapat mungkin diduga ialah: pertumbuhan dan umur, jalur dan kecepatan ruaya, tingkat kematangan dan besar stadia, serta sifat-sifat populasi. Populasi adalah sekelompok individu satu spesies atau sub spesies yang secara spasial, genetic atau demografi terpisah dengan kelompok lainnya. Pendugaan populasi ikan sangat penting dilakukan dalam manajemen perikanan, hal ini merupakan satu langkah dalam pendugaan parameter lainnya. Pendugaan populasi diperlukan untuk mengevaluasi besarnya unit-unit manajemen dan menduga laju eksploitasi akibat laju penangkapan dan sumber lainnya. Beberapa tujuan dari pendugaan populasi antara lain ; untuk mengetahui perubahan populasi, stok dan status dari sumberaya perikanan, untuk memonitoring perubahan populasi pada waktu tertentu, sebagai dasar dalam pengelolaan dan kebijakan perikanan. Metode yang digunakan dalam pendugaan populasi ikan secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara yakni : (1) Melakukan penandaan pada ikan (Method Capture and recapture), (2) Pendugaan berdasarkan jumlah hasil tangkapan per unit effort (CPUE).
  • 4. Berdasarkan beberapa metode pendugaan populasi yang telah ada, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta asumsi-asumsi tertentuu yang digunakan. Stok ikan : angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomasa ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu. Untuk metode panandaan ikan asumsi yang digunakan antara lain : tidak penambahan (rekrutmen) selama proses, kematian ikan bertanda sama dengan tidak bertanda, ukan yang bertanda dan tertanda harus sam untuk tertangkap, tanda yang digunakan tidak hilang, ikan bertanda menyebar merata. Metode pendugaan populasi dengan penandaan ikan dapat dilakukan dengan tiga tipe cara perhitungan ; (1) Perhitungan tunggal (sigle census), (2) Perhitungan ganda (Multiple census), (3) Penangkapan Berganda (Multiple recapture). 1.2 Berikut adalah beberapan jenis metode penandaan serta keuntungan atau kelebihan dan kelemahan dari Metode Penandaan  Mutilasi Cara mutilasi dipergunakan terutama untuk penandaan terhadap ikan yang jumlahnya besar dan dan berukuran kecil.Keuntungan dari cara ini ialah pelaksanaannya cepat sehingga dalam waktu singkat dapat ditandai sejumlah besar ikan. Pada cara ini yang biasa dilakukan adalah pemotongan sirip atau pelubangan tutup insang. Tetapi, karena sifat regenerasi beberapa jenis ikan yang cepat, bagian-bagian tubuh tersebut dalam waktu relatif singkat dapat pulih kembali mendekati asal. Maka dalam percobaan ini penangkapan kembali harus dilakukan dalam waktu cepat.  Zat Warna Untuk percobaan yang dilakukan dalam waktu singkat, penandaan dengan mencelupkan pada zat warna merupakancara yang praktis. Sebagai contoh misalnya, anak-anak ikan Salmon ditandai dengan mencelupkan pada zat warna dan dikembalikan ke sungai. Dalam beberapa jam atau hari, sebagian ditangkap lagi pada saat mereka beruaya kehilir menuju kelaut. Perbandingan antara ikan yang diwarnai dan yang tidak dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah anak salmon yang meninggalkan sungai. Kelebihan cara ini ialah cocok dipakai untuk penandaan bentuk larva atau juvenil yang sensitif terhadap handling dan juga memungkinkan kerja yang cepat sehingga baik untuk diterapkan pada percobaan
  • 5. yang memerlukan contoh dalam jumlah besar. Kekurangan : Tetapi, biasanya warna tidak tahan lama sehingga untuk percobaan yang memerlukan jangka waktu relatif lama, cara ini tidak cocok. Selain dari itu, untuk jenis-jenis hewan akuatik yang mengalami pergantian kulit (moulting) seperti bangsa udang-kepiting, jelas tidak dapat diterapkan. Terhadap bangsa udang-kepiting (Crustacea), telah dikembangkan dengan cara suntikan hipodermis dari sejumlah kecil zat warna yang dilarutkan dalam akuades. Zat warna tersebut pertama kali mewarnai seluruh tubuh, tetapi dalam waktu 24 jam semua zat warna terkonsentrasikan dalam insanh sehingga kepala (thorax) udang berwarna cemerlang dan dengan demikian mudah dibedakan dari yang tidak berwarnai. Cara ini sangat berhasil untuk mempelajari berbagai aspek biologi udang di teluk Meksiko. Keuntungan utama cara ini ialah tidak terpengaruh oleh pergantian kulit (moulting) dan dapat juga diterapkan pada biota yang berukuran kecil. Zat warna yang dapat dipakai terbatas warnanya, sehingga jenis percobaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan juga terbatas. Satu kelemahan lagi ialah apabila warna yang dipakai mendekati warna biota percobaan, akan berakibat sulit dalam mendeteksinya. A. Zat Warna Fluoresen Dan Fosforesen Keuntungan cara ini ialah apabila dikombinasikan dengan cara penyuntikan zat warna diatas, memungkinkan aneka ragam percobaan dapat dilakukan serentak. Juga pada biota yang berwarna hampir sama dengan zat warna yang dapat dipakai, dapat dipergunakan cara ini. Berbagai warna fluoresen dalam jumlah kecil dapat dibedakan dengan alat fluorometer melalui perbedaan panjang gelombang. Meskipun demikian cara ini tidak dapat diterapkan pada semua hewan akustik, karena beberapa jenis hewan akustik juga ada yang berfluoresen. a. Tatto Untuk penandaan sementara, pemberian tattoo dengan jarum listrik dapat diterapkan untuk ikan-ikan berukuran kecil yang berjumlah besar, karena kecepatan operasinya. Pemberian tanda dengan cara ini tidak dapat bertahan lama sehingga dalam percobaan yang membutuhkan waktu lama tidak dapat diterapkan.
  • 6. b. Tag Material yang dipilih untuk tag tergantung pada beberapa faktor: 1. Lama waktu dilakukan penangkapan kembali Jika jangka waktu penangkapan kembali pendek, banyak pilihan yang dapat dilakukan. Apabila waktunya lama, maka harus dipilih material yang tidak berkarat atau yang dapat mengalami perubahan. 2. Tempat pemasangan tag terbagi atas dua yaitu tag (eksternal) dan tag (internal) Untuk tag(eksternal) Keuntungan :menggunakan material yang tidak berkarat seperti plasik, tima, tembaga, dan emas sangat dianjurkan untuk digunakan, terutama jika jangka waktu percobaan berlangsung lama. Untuk tag yang dimasukkan dalam rongga tubuh (internal), material nonstainless steel dapat dianjurkan untuk dipakai. 3. Cara pengenalan kembali, dibagi menjadi 4 jenis.  Dengan penglihatan Kelebihan : Ukuran tag harus cukup besar dan berwarna menyolok. Pengenalan dari hasil tangkapan nelayan harus bersifat mudah dikenal sewaktu nelayan mensortir ikan tersebut. Suatu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan ialah bagaimana Kekurangan : Nelayan perlu memahami sifat menagani hasil tangkapannya, untuk menentukan penempatan tag supaya mudah dilihat.  Dengan memancarkan suara bawah air Tag dapat memancarkan suara dari transmitter baterai. Kelebihan : Jenis Tag ini sangat berguna untuk menentukan atau melacak gerakan ikan, misal ikan anadromous dalam usahanya menemukan dan melalui fishways.Dengan tehnologi tinggi dapat dibuat jenis tag ini dalam ukuran kecil sehingga dapat dimasukkan dalam perut ikan. Tetapi jenis tag ini berfungsi selama baterai masih berfungsi. Kekurangan : Tergantung sampai berapa lama kekuatan baterainya. Selain itu untuk ikan-ikan yang jarak atau jangkauan ruayanya samat jauh, cara ini sulit diterapkan karena kekuatan alat yang menerima pancaran terbatas.
  • 7.  Dengan elektromagnet atau detektor elektromagnetik Kelebihan : Cara ini diterapkan pada ikan-ikan kecil yang ditangkap dalam jumlah besar. Dalam pemrosesan ikan untuk dijadikan suatu produk tertentu, elektromagnet dapat memisahkan tag dari daging ikan. Kekurangan Cara ini hanya dapat dipakai untuk mengetahui lokasi-lokasi penangkapan ikan-ikan yang bercampur dalam pabrik pemrosesan.Cara ini cukup mahal dan tidak dapat digunakan untuk berbagai tujuan percobaan.  Dengan radioaktivitas Kelebihhan : Jenis tag ini telah dikembangkan dengan material radioaktif bertingkat rendah, menyerupai “radium dial” dari jam tangan. Ia dapat dideteksi dengan alat yang mengukur radioaktivitas ikan pada alat yang memindahkan ikan dari kapal ke pabrik. Cara penandaan dengan jenis-jenis tag ini dapat dilakukan pada sejumlah besar ikan, Kekurangan : tetapi cara penemuan kembali sangat spesifik sehingga membatasi jenis percobaan yang dapat dilakukan. Penerapannya pada jenis-jenis ikan juga terbatas, dan selain itu berfungsinya tag tergantung dari lama “half life” bahan radioaktif yang digunakan. B. Perkiraan Besaran Populasi Pendugaan besaran populasi merupakan aspek yang sangat penting di dalam pengelolaan perikanan. Dengan diketahuinya besar populasi suatu jenis ikan, maka dapat diatur jumlah alat tangkap yang boleh beroperasi di suatu perairan ataupun dapat dibatasi jumlah ikan yang boleh ditangkap. Uraian berikut adalah dasar-dasar yang dipakai dalam usaha pendugaan besaran populasi dengan tehnik “mark-recapture”. C. Asumsi Yang Dipakai Penandaan pada ikan dapat dipakai untuk menduga besaran populasi. Pada prinsipnya sangat sederhana dan berdasar pada berbagai variasi cara yang berasal dari cara atau rumus yang dipakai PETERSEN.
  • 8. Cara PETERSEN terdiri dari penandaan yang dilakukan pada saat dan pengambilan contoh dilakukan satu saat juga. Misalkan suatu populasi N ikan dan jumlah ikan yang diberi tanda T. Situasi yang paling mudah didapatkan apabila:  Ikan yang bertanda tersebar secara acak di dalam populasi dan  Upaya pengambilan contoh juga dilakukan tersebar secara acak. Maka rasio jumlah ikan yang bertanda dalam populasi sebanding dengan rasio ikan bertanda yang tertangkap kembali dengan jumlah contoh. Apabila m adalah ikan bertanda dalam contoh yang besarnya n maka : M/N Didapatkan = T/N Dari rumus yang sederhana ini kemudian terjadi penyempurnaan-penyempurnaan. Demikian juga dengan metoda-metoda pengambilan contohnya. Tetapi semuanya masih berdasar rumus yang sederhana tadi. Pemakaian rumus-rumus tersebut dengan sendirinya berlaku apabila asumsi-asumsi de bawah ini dipenuhi: 1. Ikan bertanda mengalami mortalitas alami yang sama dengan ikan yang tidak bertanda. 2. Ikan bertanda mempunyai kepekaan yang sama dengan ikan yang tidak bertanda terhadap upaya penangkapan yang dilakukan. 3. Ikan yang diberi tanda tidak hilang tandanya. 4. Ikan yang diberi tanda berbaur secara acak dengan ikan yang tidak bertanda dan sebaran dari upaya penangkapan sebanding dengan jumlah ikan yang berada pada berbagai bagian perairan. 5. Semua ikan bertanda dapat dikenali kembali dan dilaporkan apabila tertangkap. 6. Rekrutmen demikian kecil dibandingkan dengan besar populasi pada saat penangkapan sehingga dapat diabaikan. Semua kondisi di atas merupakan syarat-syarat umum untuk melakukan percobaan dari tipe-tipe ini dan akan dibicarakan secara terperinci. D. Kelemahan-Kelemahan Setiap metoda penelitian tentu mempunyai kelemahan-kelemahan dan keterbatasan- keterbatasan tertentu. Hal tersebut hendaknya disadari, sebab pada dasarnya tiada satupun metoda yang sempurna. Dengan disadarinya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan
  • 9. tersebut, maka kita menjadi lebih hati-hati dalam pelaksanaannya maupun dalam analisanya. Beberapa kelemahan tersebut akan diuraikan di bawah ini. 1. Perbedaan mortalitas. Suatu pengaruh yang sering terjadi akibat penandaan adalah mortalitas ekstra di antara ikan-ikan bertanda, baik sebagai akibat langsung dari penandaan maupun tidak langsung dari kecelakaan karena “handling” atau operasi penandaan. Dalam dua kejadian tersebut jumlah penangkapan kembali akan menjadi terlalu rendah. Jadi pendugaan populasi yang dilakukan dari kejadian ini akan terlalu besar. 2. Perbedaan kepekaan dari ikan bertanda dan tidak bertanda Sumber kesalahan yang lebih jelek ialah kecenderungan ikan bertanda lebih atau kurang peka terhadap penangkapan daripada ikan yang tidak bertanda. Kecenderungan ini mungkin disebabkan beberapa hal: a. Tag yang dipakai mungkin membuat ikan menjadi lebih atau kurang peka terhadap penangkapan. Pada ikan Bluegill yang diberi tanda pada rahangnya kurang peka terhadap pancing daripada yang tidak bertanda. Contoh lain, ikan salmon yang diberi tanda dengan lempeng ganda yang dihubungkan dengan kawat melalui tubuhnya lebih peka terhadap gillnet daripada yang tidak bertanda, karena tanda lebih mudah tersangkut pada gillnet. b. Suatu hal yang paling umum adalah perbedaan kelakuan sebagai hasil dari penandaan (tagging ataumarking). Menangkap dan memberi tanda terhadap ikan adalah suatu “stress” fisiologis dan mungkin juga merupakan gangguan psikologis. Maka tidak mengherankan apabila didapatkan kelakuan yang berbeda setelah itu, baik dalam jangka lama maupun singkat. Contoh: ikan Centrarchid yang diberi tanda ketika dilepaskan pertama kali biasanya berenang kebawah dan menyelinap kedalam tumbuhan akustik. Kecenderungan yang sama, sebagai suatu perlawanan, mungkin membuat mereka lebih cenderung memasuki mulut perangkap daripada ikan tidak bertanda. Setiap jenis ikan setelah diberi tanda mungkin menghindari makanan dan karenanya lebih sedikit tertangkap dengan pancing. Apabila penandaan membuat ikan lebih sulit berbelok,
  • 10. maka ikan tersebut cenderung berkurang kemungkinannya untuk tertangkap dengan alat penangkap pasif seperti bubu dan gillnet, tetapi lebih mudah tertangkap dengan alat penangkap aktif seperti seine dan trawl. Pada jenis-jenis ikan tertentu, tag mungkin meransgsang ikan bergerak lebih banyak dalam beberapa hari atau beberapa Minggu setelah penandaan. 3. Hilangnya tanda. Sumber kesalahan lain dalam perkiraan populasi disebabkan oleh hilangnya tag atau mark, pada pengikatan tag, cara pengikatan harus permanen, kalau tidak akan mudah terlepas, cara pengikatan yang tidak baik kadang-kadang ditemukan apabila diadakan pengamatan contoh dengan melihat lebih dekat dan teliti. Apabila digunakan marking, hilangnya marking mungkin saja terjadi. Cara mutilasi ada juga kelemahannya yaitu apabila sifat regenerasi ikan sedemikian rupa sehingga anggota tubuh yang dipotong atau dilubangi dapat pulih seperti sediakala. Pada kebanyakan ikan, sirip perut beregenerasi tidak sempurna sehingga dapat dibedakan dengan pengamatan yang cepat. 4. Ikan tidak berbaur secara acak. Di alam, biota cenderung tersebar secara tidak acak. Apabila demikian, harus ditentukan dahulu bagaimana kira-kira pola penyebarannya. Misalkan di suatu danau, pada suatu bagiannya sejenis ikan densitasnya lebih tinggi daripada bagian danau yang lain. Maka pengambilan contoh juga harus dilakukan acak pada kedua bagian danau tadi dan dihitung masing-masing populasinya. Hasil kedua perhitungan dijumlahkan untuk mendapatkan perkiraan populasi total. Apabila tidak dilakukan demikian akan terjadi hasil perhitungan yang biasa. Hal tersebut umum terjadi di alam dan jarang ada biota yang tersebar secara acak. 5. Ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan. Apabila peneliti bukan sebagai agen untuk melakukan penangkapan kembali, maka ada kemungkinan penangkapan ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan. Peristiwa ini sangat relevan dengan keadaan Indonesia mengingat tingkat pendidikan nelayan yang masih rendah. Kalu seandainya dikembalikan, masih ada persoalan lagi
  • 11. apakah hasil tangkapan ikan yang tidak bertanda juga dilaporkan atau dapat diketahui jumlahnya? Jika tidak, maka perkiraan besar populasi juga tidak dapat diakukan. 6. Jumlah rekrutmen tidak dapat diabaikan. Persyaratan bahwa rekrutmen harus demikian kecil dibandingkan dengan populasi pada saat penangkapan kembali sering tidak dapat dipenuhi, apabila tidak dapat dipenuhi, dugaan populasi menjadi terlalu besar. Untuk menghindari hal tersebut maka waktu penandaan dan waktu penandaan dan penangkapan kembali jaraknya harus demikian sempit sehingga tidak memungkinkan terjadinya rekrutmen atau rekrutmen demikian kecil sehingga dapat diabaikan atau kalau rekrutmen terjadi juga mungkin belum dapat tertangkap dengan alat tangkap yang dipakai, atau ukuran rekrut dapat dipisahkan dari populasi semula. E. Jumlah Contoh Yang Harus Diambil Dalam pemakaian rumus PETERSEN, jumlah contoh yang diambil untuk penangkapan kembali merupakan persyaratan yang penting. Menurut ROBSON dan REGIER (dalam JONES 1976) perlu diambil contoh yang cukup besar dalam penangkapan kembali (n), paling tidak sama atau melebihi jumlah individu yang tidak bertanda, supaya tidak terjadi bias. Hal ini hampir tidak pernah dapat diterapkan pada suatu populasi. Lebih lanjut mereka menyimpulkan bahwa supaya bias yang terjadi dapat diabaikan, maka hasil perkalian antara T x n harus melebihi besar populasi. Untuk memenuhi persyaratan di atas sulit bagi populasi ikan yang jumlahnya besar. Dapat dibayangkan berapa besar contoh yang diambil di Selat Bali umpamanya, atau Ikan Layang di laut Jawa. Belum lagi masalah penentuan banyaknya populasi di suatu perairan, misalnya populasi Ikan Layang di Laut Jawa. Jadi dapat dikatakan tidak mungkin menduga besaran populasi di laut lepas, cara ini lebih bermanfaat dipakai untuk mempelajari ruaya dan juga pertumbuhan individu ikan. 1.3 Tujuan Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah agar mahasiswa lebih dapat memahami metode penandaan yang digunakan dalam pendugaan populasi ikan.
  • 12. METODE PRAKTIKUM 2.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum dilaksanakan ± 1 hari, Kamis 08 September 2017 Praktikum ini dilaksanakan di Labaoratorium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Universitas Papua. 2.2 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat & Kegunaan Alat Kegunaan 10 Jarum Pentul Sebagai Penanda pada Ikan Karton 2 Pipet (sedotan) Sebagai Penanda pada Ikan Karton Pancing Untuk memancing ikan 1 Mata kail Untuk memancing ikan Nelon Untuk memancing ikan Alat tulis Mencatat data Tabel 2. Bahan & Kegunaan Bahan Kegunaan Karton/Kardus Sebagai bahan membuat ikan karton Lilin Untuk melapisi ikan karton Kertas label Sebagai label speseis ikan Air + Kolam/Bak Pemancingan Sebagai tempat/wadah habitat ikan dan simulasi dalam praktik pemancingan 2.3 Prosedur Kerja 1. Buat ikan dengan menggunakan karton.kardus sebanyak 5-10 ekor 2. Ikan karton yang telah jadi, selanjutnya dilapisi dengan lilin 3. Siapkan bak/kolam berisi air, kebudian tebarkan semua ikan karton ke dalam bak/kolam
  • 13. 4. Tangkaplah ikan karton dengan menggunakan pancing masing-masing orang selama waktu 5 menit 5. Hitunglah jumlah ikan tangkapan yang diperoleh 6. Berilah tanda sebagian ikan hasil tangkapan, dan tebarkan kembali semua ikan, baik yang ditandai maupun yang tidak ditandai 7. Tangkaplah kembali ikan karton tersebut dengan menggunakan pancing 8. Hitung berapa ikan yang diperoleh, dan beberapa ekor ikan yang ditangkap kembali yang terdapat tanda 9. Hitunglah berapa kira-kira populasi ikan dalam perairan tersebut ! Gambar 1. ContohIkan Kardus yang dilapisi lilin 2.4 Analisis Data 1. Metode pendugaan dengan cara perhitungan tunggal (Single census) Rumus Petersen : M.C N = N = Dugaan Populasi R M =Jumlah ikan yang ditandai pada permulaan Studi C = Jumlah ikan yang ditangkap selama studi R= Jumlah ikan ternda yang tertangkap kembali pada C 2. Metode pendugaan populasi dengan cara perhitungan Ganda (Multiple census) yaitu dengan metode Schnable : Rumus Schnabel : Σ(Ct.Mt) N = ΣRt
  • 14. HASIL & PEMBAHASAN 3.1 Hasil Tabel 4. Hasil Pengamatan & Perhitungan sebagai berikut : No. Nama/Jenis ikan Penandaan Ikan (Tagging/ Marking) Jumlah Ikan Yang Ditangkap Jumlah Ikan Yang Diberi Tanda Jumlah Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali Populasi (C) (M) (R) (N^) I Cakalang (Katsuwonus pelamis) - 5 2 2 - II Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 5 2 2 5 III Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 4 2 2 4 IV Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 3 2 1 6 V Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 4 2 2 4 VI Cakalang (Katsuwonus pelamis) Marking 4 2 1 8 Jumlah 25 12 10 27 N = 30 No. Nama Jenis Ikan Penandaan Ikan (Tagging/ Marking) Jumlah Ikan Yang Ditangkap Jumlah Ikan Yang Diberi Tanda Jumlah Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali Populasi (C) (M) (R) (N^) I Layang (Decapterus sp) - 14 7 7 - II Layang (Decapterus sp) Marking 20 9 7 25.7142 8571 III Layang (Decapterus sp) Marking 13 9 8 14.625 IV Layang (Decapterus sp) Marking 12 9 8 13.5 V Layang (Decapterus sp) Marking 14 9 9 14 VI Layang (Decapterus sp) Marking 10 9 6 15 Jumlah 83 52 45 82.8392 8571 N = 95,9111
  • 15. No. Nama Jenis Ikan Penandaan Ikan (Tagging/ Marking) Jumlah Ikan Yang Ditangkap Jumlah Ikan Yang Diberi Tanda Jumlah Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali Populasi (C) (M) (R) (N^) I Moris Idol (Zanclus cornutus) - 2 1 1 - II Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2 III Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2 IV Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2 V Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 1 1 0 0 VI Moris Idol (Zanclus cornutus) Marking 2 1 1 2 Jumlah 11 6 5 8 N = 13,2 No. Nama Jenis Ikan Penandaan Ikan (Tagging/ Marking) Jumlah Ikan Yang Ditangkap Jumlah Ikan Yang Diberi Tanda Jumlah Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali Populasi (C) (M) (R) (N^) I Violet Stingray (Dasyatis violacea) - 3 1 1 - II Violet Stingray (Dasyatis violacea) Marking 3 1 1 3 III Violet Stingray (Dasyatis violacea) Marking 1 1 0 0 IV Violet Stingray (Dasyatis violacea) Marking 1 1 0 0 V Violet Stingray (Dasyatis violacea) Marking 3 1 1 3 VI Violet Stingray (Dasyatis violacea) Marking 2 1 0 0 Jumlah 13 6 3 6 N = 26
  • 16. No. Nama Jenis Ikan Penandaan Ikan (Tagging/ Marking) Jumlah Ikan Yang Ditangkap Jumlah Ikan Yang Diberi Tanda Jumlah Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali Populasi (C) (M) (R) (N^) I Dolphin (Stenella coeruleolba) - 8 4 4 - II Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 8 4 4 8 III Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 6 4 2 12 IV Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 6 4 3 8 V Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 7 4 4 7 VI Dolphin (Stenella coeruleolba) Marking 7 4 4 7 Jumlah 42 24 21 42 N = 48 No. Nama Jenis Ikan Penandaan Ikan (Tagging/ Marking) Jumlah Ikan Yang Ditangkap Jumlah Ikan Yang Diberi Tanda Jumlah Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali Populasi (C) (M) (R) (N^) I Baronang (Siganus sp) - 4 2 2 - II Baronang (Siganus sp) Marking 4 3 2 6 III Baronang (Siganus sp) Marking 1 3 0 0 IV Baronang (Siganus sp) Marking 1 3 0 0 V Baronang (Siganus sp) Marking 1 3 1 3 VI Baronang (Siganus sp) Marking 3 3 1 9 Jumlah 14 17 6 18 N = 39,6667 -
  • 17. 3.2 Pembahasan  Metode Perhitungan Tunggal (Single sensus) – Rumus Petersen Hasil perhitungan diatas, didapati pendugaan populasi ikan (N) per jenis dengan cara perhitungan tunggal (Single Sensus) dengan menggunakan rumus Petersen untuk setiap jenisnya disajikan dugaan jumlah populasi paling banyak hingga yang paling sedikit sebagai berikut : 1. Dolphin (Stenella coeruleolba) dugaan jumlah populasi sebanyak N = 42 2. Ikan Moris Idol (Zanclus cornutus) dugaan jumlah populasi sebanyak N = 8 3. Ikan pari (Dasyatis violacea) dugaan jumlah populasi sebanyak N = 6  Metode Perhitungan Ganda (Multiple Sensus) – Rumus Schnable Hasil perhitungan diatas, didapati pendugaan populasi ikan (N) per jenis dengan cara perhitungan ganda (Multiple Sensus) dengan menggunakan rumus Schnable untuk setiap jenisnya disajikan dugaan jumlah populasi paling banyak hingga yang paling sedikit sebagai berikut : 1. Dolphin (Stenella coeruleolba) dugaan jumlah populasi sebanyak N = 48 2. Ikan Moris Idol (Zanclus cornutus) dugaan jumlah populasi sebanyak N = 13,2 3. Ikan pari (Dasyatis violacea) dugaan jumlah populasi sebanyak N = 26
  • 18. KESIMPULAN Dari kegiatan praktikum ini dan telah dilakukan analisis data menggunakan metode atau formula Petersen (Single sensus) dan juga metode Schnable untuk perhitungan ganda (multiple sensus) disimpulkan pendugaan populasi ikan tertinggi hingga yang terrendah dari 6 jenis ikan yang ditebarkan, diurutkan sebagai berikut : 1. Ikan Layang (Decapterus sp.) 2. Dolphin (Stenella coeruleolba) 3. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) 4. Ikan Baronang (Siganus sp.) 5. Ikan Moris Idol (Zanclus cornutus) 6. Ikan pari (Dasyatis violacea) Kombinasi beberapa metoda dalam mempelajari pnedugaan populasi ikan perlu dilakukan agar dapat menunjukkan hasil yang baik dan akurat. Hal ini perlu diterapkan mengingat spesifikasi dari setiap metode yang dihasikan berbeda, sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda pula. Menggunakan metode penadaan tag ini sangat praktis, karena hampir tidak ada perlakuan khusus bagi ikan yang akan dijadikan contoh. Dengan demikian pengumpulan data dapat dengan mud ah dilakukan di lapangan dan peralatan yang dibutuhkan juga tidak terlalu canggih. Mempelajari pendugaan populasi ikan dapat membantu pekerjaan pamantauan populasi ataupun stok ikan di sutau perairan. Sekiranya ada perubahan yang terjadi baik pebambahan individu baru (rekrutmen), mortaslitas ataupun natalitas dalam suatu populasi ikan pada kondisi lingkungan perairan yang ditempati oleh populasi ikan tersebut. Pemahaman pendugaan populasi ikan sebagai unit biologi perikanan dan sebagai unit menajemen yang perlu diketahui untuk tujuan eksploitasi, haruslah jelas dalam pembahasannya dan permasalahan mengenai hal ini. Kejelasan ini diperlukan, karena akan memberi sudut pandang yang berbeda. Namun disadari dalam prakteknya, kedua sudut pandang ini dapat menjadi satu pokok pikiran, yaitu jika mempelajari aspek-aspek biologi
  • 19. populasi ikan untuk dipergunakan sebagai masukan dalam mengeluarkan rekomendasi ataupun regulasi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang lestari dan berkelanjutan.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Malikusworo Hutomo.1982. TEHNIK “MARK RECAPTURE” DALAM PENELITIAN BIOLOGI PERIKANAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lembaga Oseonologi Nasional. No.1982. Pewarta Oceana. (Soft file.. Akses ; 11/09/2017).
  • 21. LAMPIRAN 1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar. (a) Model ikan kardus berlapis lilin, (b) Proses penebaran ikan kardus ke kolam/bak pemancingan, (c) dan (d) Dokumentasi awal Decapterus Tim Ikan Air Laut, (e) Proses pemancingan ikan, (f) Penangkapan ikan target. DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIKUM