SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
Instructor:
M. Mujiya Ulkhaq
Department of Industrial Engineering
Aljabar Linear
Linear Algebra
Finite Dimensional Vector Spaces
• Introduction to vector spaces;
• Subspaces;
• Span;
• Linear Independence;
• Basis and Dimension;
• Constructing Special Bases;
• Coordinatization.
3-2
Definisi
Suatu vector space (ruang vektor) adalah himpunan V bersama dengan operasi penjumlahan vektor dan
perkalian skalar yang memenuhi sepuluh aksioma sebagai berikut:
Untuk setiap u, v, dan w di dalam V dan untuk setiap a dan b dalam R
(A) u + v  V closure property dari penambahan
(B) au  V closure propery dari perkalian skalar
(1) u + v = v + u Hukum komutatif penjumlahan
(2) u + (v + w) = (u + v) + w Hukum asosiatif penjumlahan
(3) Terdapat suatu elemen 0 dari V Keberadaan elemen identitas untuk penjumlahan
sehingga untuk setiap v di dalam V
didapatkan: 0 + v = v = v + 0
(4) Terdapat suatu elemen –u di dalam V Keberadaan elemen invers untuk penjumlahan
sehingga u + (–u) = 0 = (–u) + u
(5) a(u + v) = (au) + (av) Hukum distributif perkalian skalar
(6) (a + b)u = (au) + (bu) untuk penjumlahan
(7) (ab)u = a(bu) Asosiativitas perkalian skalar
(8) 1u = u 1 merupakan elemen identitas untuk perkalian skalar
4-3
Contoh vector spaces:
• V = Rn merupakan vector space karena:
– Apabila kita melakukan operasi penjumlahan vektor dari dua vektor yang ada di dalam Rn, maka
vektor yang terbentuk juga berada di dalam Rn  memenuhi closure property dari penambahan;
– Apabila kita melakukan operasi perkalian skalar untuk vektor yang ada di dalam Rn, maka
vektor yang terbentuk juga berada di dalam Rn  memenuhi closure property dari perkalian
skalar.
– Delapan aksioma yang lain memenuhi karena sesuai dengan Teorema 1.3.
• V = Mmn merupakan vector space karena:
– Apabila kita melakukan operasi penjumlahan matriks dari dua matriks yang merupakan anggota
himpunan di dalam Mmn, maka matriks yang terbentuk juga merupakan anggota himpunan di
dalam Mmn  memenuhi closure property dari penambahan;
– Apabila kita melakukan operasi perkalian skalar untuk matriks yang merupakan anggota
himpunan di dalam Mmn, maka matriks yang terbentuk juga merupakan anggota himpunan di
dalam Mmn  memenuhi closure property dari perkalian skalar.
– Delapan aksioma yang lain memenuhi karena sesuai dengan Teorema 1.11
• V = {0} merupakan vector space karena memenuhi sepuluh aksioma yang ada. Vector
space ini disebut trivial vector space; tidak ada vector space lain yang lebih kecil dari ini.
4-4
Langkah-langkah untuk memverifikasi suatu vector space:
1. Identifikasi objek (vektor) yang ada di dalam V, apakah merupakan matriks
berukuran m × n, fungsi, polinomial, atau bilangan real.
2. Identifikasi operasi  (penjumlahan) dan  (perkalian skalar).
3. Verifikasi Aksioma (A) dan (B); yang mengharuskan bahwa V tertutup (closure
property) terhadap  dan .
4. Periksa apakah  bersifat komutatif (Aksioma (1)) dan asosiatif (Aksioma (2).
5. Tentukan vektor 0 di dalam V dan periksa Aksioma (3); tentukan bentuk negatif
pada setiap vektor di dalam V dan periksa Aksioma (4).
6. Periksa apakah Aksioma (7) dan (8) dipenuhi.
7. Terakhir, periksa apakah Aksioma (5) dan (6) dipenuhi.
4-5
† Pemeriksaan bisa dilakukan secara tidak berurut, terutama ketika akan melakukan penyangkalan (counter).
‡ Simbol  dan  terkadang digunakan apabila operasi penjumlahan dan perkalian skalar
yang dilakukan “tidaklah sama” (unusual operations) dengan operasi matematis pada biasanya.
• W adalah bidang yang memuat titik asal (0,0,0) dan merupakan himpunan dari
vektor dalam ruang tiga dimensi; di mana titik awal (initial point) dan titik akhir
(terminal point)-nya berada dalam bidang tersebut.
Sebagai contoh, W adalah bidang yang memuat vektor u dan v namun tidak
untuk vektor q karena titik akhirnya tidak berada pada W (lihat Gambar 4.1).
Buktikan bahwa W adalah vector space!
• V adalah himpunan dari real-valued functions yang
didefinisikan dalam R.
Sebagai contoh: f(x) = arctan(x) berada di dalam V.
Buktikan bahwa V adalah vector space!
• Pn adalah himpunan polynomials berderajat ≤ n dengan
koefisien bilangan real. Vektor dalam Pn memiliki bentuk:
p = anxn + … +a1x + a0. Buktikan bahwa Pn adalah vector space!
4-6
Gambar 4.1. Bidang W
Terkadang operasi penjumlahan dan/atau perkalian skalar didefinisikan secara berbeda.
• V = R2 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sbb:
Jika u = (u1, u2), v = (v1, v2)  V dan a  R, maka:
u  v = (u1 + v1, u2 + v2) dan a  u = (au1, 0).
Periksa apakah V merupakan vektor space!
• K = {(1, y) | y  R2} dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sbb:
Jika u = (1, u), v = (1, v)  K dan a  R, maka:
u  v = (1, u + v) dan a  u = (1, au).
Periksa apakah K merupakan vektor space!
• Y = R3 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sbb:
Jika u = (u1, u2, u3), v = (v1, v2, v3)  Y dan a  R, maka:
u  v = (u1 + v1, u2 + v2, u3 + v3) dan a  u =(0, 0, 0).
Periksa apakah Y merupakan vektor space!
4-7
4-8
Teorema 4.1
Jika V adalah vector space, maka untuk setiap vektor v di dalam V dan setiap
bilangan real a, didapatkan:
1) a0 = 0 Setiap skalar yang dikalikan dengan vektor 0 akan meng-
hasilkan vektor 0.
2) 0v = 0 Skalar 0 yang dikalikan dengan vektor v akan menghasil-
kan vektor 0.
3) (–1)v = –v Skalar –1 yang dikalikan dengan vektor v akan meng-
hasilkan elemen invers dari penjumlahan
4) Jika av = 0, maka Jika suatu perkalian skalar menghasilkan vektor 0, maka
a = 0 atau v = 0 skalarnya adalah 0 atau vektor nya adalah vektor 0,
atau keduanya.
Contoh subspace:
• Pada contoh sebelumnya terlihat bahwa W yang merupakan bidang yang memuat
titik asal (0,0,0) dan himpunan dari vektor dalam ruang tiga dimensi adalah
vector space. W juga merupakan himpunan bagian dari vector space R3, sehingga
W adalah subspace dari R3.
• S adalah himpunan dari perkalian skalar terhadap
vektor [1, 3, 2]T yang merupakan vector space dalam R3
(lihat Gambar 4.2). S adalah himpunan bagian dari R3,
sehingga S adalah subspace dari R3.
4-9
Definisi
Jika V adalah suatu vector space, maka W adalah subspace dari V jika
dan hanya jika W adalah himpunan bagian dari V (W  V), dan W
sendiri adalah vector space dengan operasi yang sama dengan V.
Gambar 4.2. Subspace S
• Subspace W = {0} disebut trivial subspace dari vector space V.
• Suatu vector space yang memuat paling tidak satu vektor tak nol mempunyai dua
subspace, yaitu: trivial subspace dan vector space itu sendiri.
• Semua subspace dari V selain V itu sendiri disebut proper subspace dari V.
Sebagai contoh, dalam R3 setidaknya terdapat empat subspaces, yaitu:
i. trivial subspace {(0, 0, 0)} = {0};
ii. subspace yang merepresentasikan suatu garis yang melalui titik (0, 0) atau R;
iii. subspace yang merepresentasikan suatu bidang yang di dalamnya ada titik
(0, 0, 0,) atau R2; dan
iv. subspace R3 itu sendiri.
Subspace i, ii, dan iii disebut proper subspace.
4-10
Contoh 4.1
Buktikan bahwa kuadran pertama dalam R2—himpunan dari 2-vektor (x, y), di mana
x ≥ 0 dan y ≥ 0—adalah bukan subspace dari R2!
Subspace tersebut tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar.
Sebagai contoh vektor [3, 4]T yang terdapat di dalam subspace tersebut tidaklah
tertutup terhadap perkalian skalar apabila kita kalikan dengan c = –2, karena
hasilnya atau vektor [–6, –8]T tidak terdapat di dalam subspace tersebut.
4-11
Teorema 4.2
Jika V adalah vector space dan W adalah himpunan bagian (subset) tak kosong dari
V ; maka W adalah subspace dari V jika dan hanya jika W tertutup terhadap
operasi pejumlahan dan perkalian skalar.
M
Contoh 4.2
Un merupakan himpunan dari matriks segitiga atas yang berukuran n × n. Karena Un
adalah himpunan tak kosong, verifikasi apakah Un merupakan subspace dari Mnn!
Kita ambil contoh matriks A = dan B = yang berada di dalam
subspace Un (A, B  Un). Penjumlahan matriks keduanya berada di dalam Un
(A + B  Un); dan perkalian matriks dengan skalar juga berada di dalam Un (cA,
cB  Un); sehingga terbukti bahwa Un adalah subspace dari Mnn. (buktikan juga
untuk bentuk umum/general dari Un!)
Contoh lain dari subspace Mnn adalah Ln (himpunan matriks segitiga atas berukuran
n × n) dan Dn (himpunan matriks diagonal berukuran n × n).
Periksa apakah: (i) himpunan matriks nonsingular yang berukuran n × n; (ii) himpu-
nan matriks singular yang berukuran n × n; dan (iii) himpunan matriks eselon-
baris tereduksi yang berukuran n × n adalah subspace dari Mnn! 4-12









 
100
210
132












200
110
202
R
Contoh 4.2
Y adalah himpunan vektor dalam R4 yang mempunyai bentuk (a, 0, b, 0). Verifikasi
apakah Y merupakan subspace dari R4!
Kita ambil contoh vektor u = dan v = yang berada di dalam
subspace Y (u, v  Y). Penjumlahan kedua vektor berada di dalam Y (u + v  Y);
dan perkalian vektor dengan skalar juga berada di dalam Y (cu, cv  Y); sehingga
terbukti bahwa Y adalah subspace dari R4. (buktikan juga untuk bentuk umum/
general dari Y!)
Periksa apakah: (i) W yang merupakan himpunan vektor dalam R3 yang mempunyai
bentuk (a, b, a/2 –2b); (ii) N yang merupakan himpunan vektor dalam R2 di mana
koordinat pertamanya adalah positif; (iii) T yang merupakan himpunan vektor
dalam R2 di mana jumlah dari koordinatnya adalah 3 (tiga).
4-13
 0301  0401
Contoh: Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa S yang merupakan himpunan perkalian
skalar terhadap vektor [1, 3, 2]T adalah subspace dalam R3. Vektor [2, 6, 4]T dan
vektor [5, 15, 10]T keduanya terdapat di dalam S.
Misalkan kombinasi linear dari keduanya adalah:
• 2[2, 6, 4]T + 3[5, 15, 10]T = [19, 57, 38]T dan
• 1[2, 6, 4]T – 2[5, 15, 10]T = [–8, –24, –16]T.
Terlihat kalau kedua kombinasi linear tersebut berada di dalam S, karena:
• [19, 57, 38]T = 19[1, 3, 2]T
• [–8, –24, –16]T = –8[1, 3, 2]T
4-14
Teorema 4.3
Jika W adalah subspace dari vector space V dan w1, w2, …, wn adalah vektor yang
berada di dalam W; maka kombinasi linear dari w atau a1w1 + a2w2 + … + anwn
juga berada di dalam W.
Contoh 4.3
Buktikan bahwa eigenspace dari matriks A = adalah subspace dari Rn.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, pA(x) = x3 – 30x2 +225x dengan akar-
akar real adalah 0 dan 15, sehingga λ1 = 0 dan λ2 = 15.
• Untuk λ1 = 0, eigenspace-nya adalah E0 = {c[1, 3, 2] | c  R}. Dari contoh
sebelumnya terlihat kalau eigenspace E0 adalah subspace dari R.
• Untuk λ2 = 0, eigenspace-nya adalah E15 = {a[4, 1, 0] + b[2, 0, 1] | a, b  R}.
Berdasarkan Teorema 4.4, maka E15 adalah subspace dari R.
4-15
Teorema 4.4
Jika A adalah matriks berukuran n × n dan λ adalah eigenvalue dari A dengan eigen-
space adalah Eλ, maka Eλ adalah subspace dari Rn.













1182
633
2416
Contoh: S ={[1, –1, 0], [1, 0, 2], [0, –2, 5]} adalah himpunan bagian dari vector
space R3. Vektor v = [1, –2, –2] yang berada di dalam R3 adalah finite linear
combinations dari vektor-vektor yang ada di dalam S karena:
v = 2[1, –1, 0] – 1[1, 0, 2] + 0[0, –2, 5] = [1, –2, –2].
4-16
Definisi
Jika S adalah suatu himpunan bagian tak kosong (kemungkinannya tak
berhingga/infinite) dari vector space V ; maka vektor v yang ada di
dalam V adalah (finite) linear combinations dari vektor yang ada di
dalam S jika dan hanya jika terdapat finite subset {(v1, v2, …, v3)} di
dalam S sedemikian hingga v = a1v1 + a2v2 + … + anvn untuk bilang-
an real a1, a2, …, an.
Span dari suatu himpunan S merupakan generalisasi dari row space dari suatu
matriks, atau dengan kata lain span dari himpunan baris suatu matriks adalah row
space dari matriks tersebut.
Contoh: S1 = {i, j, k} dan rentangan dari S1 atau span(S1) = R3 karena setiap 3-vector
bisa diekspresikan sebagai kombinasi linear dari i, j, dan k. Namun rentangan dari
S2 = {i, j} bukanlah R3 karena span(S2) adalah bidang xy di dalam R3.
4-17
Definisi
Jika S adalah suatu himpunan bagian tak kosong dari vector space V ;
maka span (rentangan) dari S (yang ada di dalam V) adalah
himpunan dari semua (finite) linear combinations yang mungkin
dari vektor-vektor yang ada di dalam S.
† Notasi span(S) digunakan untuk menyatakan rentangan S di dalam V
Contoh: S = U2  L2 adalah himpunan bagian (yang jumlahnya tak berhingga) dari
M22; maka rentangan atau span(S) = M22 karena setiap matriks yang berukuran
2 × 2 dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear dari matriks segitiga atas dan
matriks segitiga bawa, yaitu:
Contoh di atas menunjukkan bahwa ketika S = U2  L2 dan V = M22, maka setiap
vektor/matriks di dalam V adalah kombinasi linear dari vektor/matriks di dalam S;
sehingga rentangan dari S atau span(S) = V itu sendiri.
Ketika hal tersebut terjadi, maka dikatakan bahwa V direntangkan oleh (spanned
by) S atau S merentang (spans) V.
4-18
.
10
00
01
00
00
10
00
01






























dcba
dc
ba
Corollary 4.6
Jika V adalah suatu vector space dan S1 dan S2 adalah himpunan bagian dari V
dengan S1  S2, maka span(S1)  span(S2).
Contoh: Apabila v1 = [1, 3, –2, 5]T dan v2 = [0, –4, 3, –1]T adalah vektor yang berada
pada R4, maka berdasarkan Teorema 4.5, span({v1, v2}) merupakan subspace
terkecil dari R4 yang memuat v1 dan v2. Maka, span({v1, v2}) adalah subspace di
dalam R4 yang memuat vektor-vektor dalam bentuk:
a [1, 3, –2, 5]T + b [0, –4, 3, –1]T = [a, 3a – 4b, –2a + 3b, 5a – b]T.
4-19
Teorema 4.5
Jika S adalah himpunan bagian tak kosong dari vector space V, maka:
1) S  span(S);
2) Span(S) adalah subspace dari V (dalam operasi yang sama dengan V).
3) Jika W adalah subspace dari V dengan S  W, maka span(S)  W.
4) Span(S) adalah subspace terkecil dari V yang memuat S.
4-20
Metode Simplifikasi Rentangan (Simplified Span Method)
Apabila S adalah finite subset dari Rn yang berisi k vektor (k ≥ 2), maka untuk
mencari bentuk yang sederhana dari span (simplified span) dengan menggunakan
operasi baris elementer adalah:
1. Bentuk matriks A yang berukuran k × n dengan menggunakan vektor-vektor
yang ada pada S sebagai baris pada matriks A (dengan kata lain, span(S) adalah
row space dari A).
2. Buat matriks C yang merupakan bentuk matriks eselon baris tereduksi dari
matriks A.
3. Maka, bentuk yang sederhana (simplified form) dari span(S) adalah himpunan
dari semua kombinasi linear dari baris tak nol dari C.
Contoh 4.4
Apabila S ={[1, 4, –1, –5], [2, 8, 5, 4], [–1, –4, 2, 7], [6, 24, –1, –20]} adalah
himpunan bagian dari R4, cari simplified form dari span(S)!
Matriks A yang terdiri dari vektor-vektor dalam S adalah: A =
Matriks C yang merupakan matriks eselon baris tereduksi dari matriks A adalah:
C =
Berdasarkan Teorema 2.8, maka row space dari A adalah row space dari C.
Simplified span(S) = {a[1, 4, 0, –3] + b[0, 0, 1, 2] | a, b  R} adalah subspace dari R4.
4-21
.
201246
7241
4582
5141






























201246
7241
4582
5141
     
     
     4164
313
2122














 
10500
2100
14700
5141    
     
     
     4254
323
121
22
7
1















 
0000
0000
2100
3041
Contoh 4.5
Apabila A = , cari span(S), di mana S berisi fundamental eigenvectors
dari matriks A!
Characteristic polynomial dari matriks A adalah:
pA(x) = |xIn – A| = x3 + 2x2 + x = x(x + 1)2.
Eigenvalues dari A adalah akar-akar real dari pA(x) = 0, yaitu λ1 = –1 dan λ2 = 0.
Untuk λ1 = –1, maka eigenspace-nya adalah:
E–1 = {[6b – 3c, b, c] | b, c  R} = {b[6, 1, 0] + c[–3, 0, 1] | b, c  R}.
Span(S) = E–1, di mana S = {[6, 1, 0], [–3, 0, 1]}.
Cari span untuk λ2 = 0!
4-22













11244
6132
360
Sampai saat ini, pembahasan yang dilakukan hanya sebatas pada himpunan bagian
tak kosong dari suatu vector space. Namun, pada pembahasan sebelumnya
dikatakan bahwa span(S) adalah subspace terkecil dari V yang memuat S,
sehingga perlu juga diberikan suatu pengertian mengenai span untuk himpunan
kosong.
Definisi tersebut konsisten dengan Teorema 4.5 apabila S adalah himpunan kosong;
sehingga untuk menjaga konsistensi, kita mendefinisikan setiap kombinasi linear
dari himpunan kosong adalah 0 (vektor 0). Hal ini akan menjamin bahwa span dari
himpunan kosong sama dengan himpunan dari semua kombinasi linear dari vektor
yang ada.
4-23
Definisi
Span{[ ]} = {0}
4-24
Definisi
Apabila S = {v1, v2, …, vn} adalah himpunan bagian tak kosong yang
berhingga (finite nonempty subset) dari suatu ruang vektor V; maka S
adalah linearly dependent jika dan hanya jika terdapat bilangan real
a1, a2, …, an (tidak semua nol) sehingga a1v1 + … + anvn = 0.
Atau dengan kata lain, S adalah linearly dependent jika dan hanya jika
vektor nol dapat diekspresikan sebagai nontrivial linear combination
dari vektor-vektor dalam S.
Sebaliknya, S adalah linearly independent jika dan hanya jika S tidak
linearly dependent.
Himpunan kosong {} adalah linearly independent.
Apabila S = {v} adalah himpunan dengan satu anggota; maka sesuai dengan
Teorema 4.1 bagian (4), av = 0, yang mengandung implikasi a = 0 atau v = 0.
Agar S adalah linearly dependent, maka harus ada bilangan tak nol a yang
memenuhi av = 0; sehingga berimplikasi bahwa v = 0.
Kesimpulannya, apabila S = {v}, maka S adalah linearly dependent jika dan hanya
jika v = 0; dan S = {v} adalah linearly independent jika dan hanya jika v ≠ 0.
Apabila S = {v1, v2} adalah himpunan dengan dua anggota; maka agar S adalah
linearly dependent, maka harus ada bilangan tak nol a1 dan a2 yang memenuhi
a1v1 + a2v2 = 0. Jika a1 ≠ 0, maka v1 = –(a2/a1) v2; yang berarti v1 adalah perkalian
skalar dari v2. Analog, jika a2 ≠ 0, maka v2 adalah perkalian skalar dari v1.
Kesimpulannya, apabila S = {v1, v2}, maka S adalah linearly dependent jika dan
hanya jika salah satu vektor merupakan perkalian skalar dari vektor yang lain; dan
S = {v1, v2} adalah linearly independent jika dan hanya jika kedua vektor tidak
paralel.
4-25
Katakanlah S adalah himpunan bagian dari vector space V yang berisi vektor 0.
Apabila S hanya berisi vektor 0 saja, maka S adalah linearly independent.
Apabila S = {v1, v2, …, vn} berisi paling tidak dua vektor yang berbeda, di mana
salah satunya adalah 0 (misalkan v1 = 0), maka 0 dapat diekspresikan sebagai
kombinasi linear nontrivial dari vektor-vektor yang ada di dalam S karena
1v1 + 0v2 + … + 0vn = 1∙0 + 0 + … + 0 = 0; sehingga S adalah linearly dependent.
Kesimpulannya: setiap finite subset dari suatu vector space yang berisi vektor nol 0
adalah linearly dependent.
4-26
Apabila S = {v1, v2, …, vn} adalah himpunan bagian tak nol yang
berhingga (finite nonempty subset) dari suatu vector space V ; maka
S adalah linearly independent jika dan hanya jika untuk setiap
bilangan real a1, a2, …, an, persamaan a1v1 + a2v2 + … + anvn = 0,
yang mengandung implikasi a1 = a2 = … = an = 0.
4-27
Metode Menguji Independensi Linear (Independence Test Method)
Apabila S adalah finite nonempty set dari vektor-vektor yang ada dalam Rn, maka
untuk mencari tahu apakah S linearly independent adalah:
1. Bentuk matriks A di mana kolom-kolomnya adalah vektor-vektor dalam S.
2. Buat matriks B yang merupakan bentuk matriks eselon baris tereduksi dari
matriks A.
3. Apabila terdapat pivot pada setiap kolom B, maka S adalah linearly independent,
selain itu S adalah linearly dependent.
Teorema 4.7
Jika S adalah himpunan bagian dalam Rn yang berisi k vektor yang berbeda, di mana
k > n, maka S adalah linearly dependent.
Contoh 4.6
S = {[1, –1, 0, 2], [0, –2, 1, 0], [2, 0, –1, 1]} merupakan himpunan bagian dalam R4.
Periksa apakah S linearly independent!
Matriks A = ; Matriks B =
Karena terdapat pivot pada setiap kolomnya, maka S adalah linearly independent.
Contoh 4.7
Periksa apakah S = {[2, 5], [3, 7], [4, –9], [–8, 3]} yang merupakan himpunan bagian
dalam R2 adalah linearly independent!
Matriks A = ; Matriks B =
4-28














102
110
021
201












000
100
010
001








3975
8432








463810
655501
S is linearly dependent
Contoh 4.8
S = {[1, 2, –1], [0, 1, 2], [2, 7, 4]} merupakan himpunan bagian dalam R3. Periksa
apakah S linearly dependent!
S adalah linearly dependent karena vektor [2, 7, 4]
merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor
yang lain: [2, 7, 4] = 2[1, 2, –1] + 3[0, 1, 2].
4-29
Teorema 4.8
Jika S adalah himpunan berhingga (finite set) dari vektor-vektor yang paling sedikit
mempunyai dua anggota; maka S adalah linearly dependent jika dan hanya jika
beberapa vektor di dalam S dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear dari
vektor yang lain di dalam S.
Contoh 4.9
S = {[1, 2, –1, 1], [2, 1, 0, 1], [2, –2, 1, 0], [11, 1, 1, 4]} merupakan himpunan bagian
dalam R4. Periksa apakah S linearly dependent!
Matriks A = ; Matriks B =
Karena tidak ada pivot pada kolom empat, maka S adalah linearly dependent. Hal ini
berarti bahwa terdapat paling tidak satu vektor di dalam S yang merupakan
kombinasi linear dari vektor-vektor yang lain.
Karena kolom keempat tidak mempunyai pivot, maka vektor keempat [11, 1, 1, 4]
merupakan kombinasi linear dari ketiga vektor yang lain, yaitu:
[11, 1, 1, 4] = 1[1, 2, –1, 1] + 3[2, 1, 0, 1] + 2[2, –2, 1, 0].
4-30














4011
1101
1212
11221












0000
2100
3010
1001
4-31
Suatu himpunan S yang berada di dalam vector space V adalah
linearly independent jika dan hanya jika tidak ada vektor v  S
sedemikian hingga v  span(S – {v}).
Sebaliknya, S adalah linearly dependent jika dan hanya jika terdapat
beberapa vektor v  S sedemikian hingga v  span(S – {v}).
Suatu himpunan vektor tak nol S = {v1, v2, …, vn} adalah linearly
independent jika dan hanya jika:
1) v1 ≠ 0;
2) untuk setiap k, 2 ≤ k ≤ n, vk  span({v1, v2, …, vk–1}).
Contoh: pada Contoh 4.7 sudah ditunjukkan bahwa S = {[2, 5], [3, 7], [4, –9],
[–8, 3]} adalah linearly dependent. Hal ini bisa dibuktikan bahwa vektor [4, –9]
adalah kombinasi linear dari vektor-vektor yang lain (mengikuti Teorema 4.8),
yaitu: [4, –9] = –55[2, 5] + 38[3, 7] + 0[4, –9] + 0[–8, 3].
Namun, kombinasi linear tersebut tidaklah unik (mengikuti Teorema 4.9), karena
terdapat kombinasi linear lagi yang mungkin, misalnya:
[4, –9] = 0[2, 5] + 0[3, 7] + 1[4, –9] + 0[–8, 3].
4-32
Teorema 4.9
Jika S adalah himpunan bagian berhingga tak kosong (nonempty finite subset) dari
suatu vector space V ; maka S adalah linearly independent jika dan hanya jika
setiap vektor v  span(S) dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear yang unik
dari anggota-anggota dari S.
Contoh 4.10
Buktikan bahwa fundamental eigenvectors dari matriks A = adalah
linearly independent!
Eigenvalues dari A adalah:
λ1 = 1 dengan fundamental eigenvector adalah [4, 2, 3]; dan
λ2 = 2 dengan fundamental eigenvectors adalah [3, 1, 0] dan [–1, 0, 1].
Matriks P = ; Matriks B =
4-33
Setiap himpunan fundamental eigenvectors untuk matriks n × n yang
diperoleh dari Metode Diagonalisasi adalah linearly independent.













193
282
4122









 
103
012
134










100
010
001
Karena terdapat pivot pada setiap
kolomnya, maka P adalah linearly
independent
4-34
Definisi
Suatu himpunan bagian tak berhingga (infinite subset) S dari suatu
vector space V adalah linearly dependent jika dan hanya jika ter-
dapat beberapa himpunan bagian berhingga (finite subset) T dari S
sedemikian hingga T adalah linearly dependent.
Sebaliknya, S adalah linearly independent jika dan hanya jika setiap
himpunan bagian berhingga (finite subset) T dari S adalah linearly
independent.
Contoh: S adalah infinite subset dari M22 yang merupakan himpunan dari matriks
non-singular. Apabila T = {I2, 2I2} adalah finite subset dari S, maka T linearly
dependent karena anggota kedua dari T adalah perkalian skalar dari anggota
pertama. Karena T adalah linearly dependent, maka S adalah linearly dependent.
Karena S adalah linearly dependent, maka beberapa vektor dalam span(S) dapat
diekspresikan dalam lebih dari satu macam cara sebagai kombinasi linear dari
vektor-vektor di dalam S, sebagai contoh:
4-35
Teorema 4.10
Jika S adalah himpunan bagian tak kosong (nonempty subset) dari suatu vector
space V ; maka S adalah linearly independent jika dan hanya jika setiap vektor v 
span(S) dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear unik yang berhingga
(uniquely finite linear combination) dari anggota-anggota dari S, jika istilah (terms)
yang berkaitan dengan koefisien nol tidak dianggap (ignored).
  































12
11
1
20
13
1
01
10
2
10
01
2
22
22
S adalah linearly independent S adalah linearly dependent
Jika S = {v1, v2, …, vn} dan a1v1 + a2v2 + … +
anvn = 0, maka a1 = a2 = … = an = 0.
(Vektor nol akan memerlukan koefisien yang
bernilai 0).
Jika S = {v1, v2, …, vn} maka a1v1 + a2v2 + … +
anvn = 0, untuk beberapa skalar a1,a2, …, an
dengan beberapa ai ≠ 0.
(Vektor nol tidak memerlukan semua
koefisien untuk bernilai 0).
Tidak ada vektor di dalam S yang merupakan
finite linear combination dari vektor
lainnya di dalam S.
Beberapa vektor di dalam S adalah finite
linear combination dari vektor lainnya di
dalam S.
Untuk setiap v  S, terdapat v  span(S – {v}) Terdapat v  S, sedemikian hingga
v  span(S – {v}).
Untuk setiap v  S, span(S – {v}) tidak ter-
dapat semua vektor dari span(S).
Terdapat beberapa v  S sedemikian hingga
span(S – {v}) = span(S).
4-36
S adalah linearly independent S adalah linearly dependent
Jika S = {v1, v2, …, vn}, maka untuk setiap k, vk
 span({v1, v2, …, vk–1}).
(Setiap vk tidak merupakan kombinasi linear
dari vektor-vektor yang sebelumnya).
Jika S = {v1, v2, …, vn}, beberapa vk dapat
dekspresikan sebagai vk = a1v1 + a2v2 + … +
ak–1vk–1.
(Beberapa vk merupakan kombinasi linear
dari vektor-vektor yang sebelumnya).
Setiap vektor di dalam span(S) dapat secara
unik diekspresikan sebagai kombinasi
linear dari vektor-vektor di dalam S.
Beberapa vektor di dalam span(S) dapat
diekspresikan dalam lebih dari satu mcam
cara sebagai kombinasi linear dari vektor-
vektor di dalam S.
Setiap himpunan bagian berhingga (finite
subset) dari S adalah linearly independent.
Beberapa himpunan bagian berhingga (finite
subset) dari S adalah linearly dependent.
4-37
Contoh: Vector space Rn mempunyai {e1, e2, …, en} sebagai basis; sehingga {i, j}
dan {i, j, k} adalah standard basis untuk vector space R2 dan R3.
Contoh: Matriks berukuran m × n mempunyai standard basis:
{Ψij | 1 ≤ i ≤ m, 1 ≤ j ≤ n}, di mana Ψij adalah himpunan matriks berukuran m × n
dengan 1 sebagai entri pada posisi (i, j) sedangkan entri yang lain adalah 0.
4-38
Definisi
Apabila V adalah suatu vector space dan B adalah himpunan bagian di
dalam V, maka B adalah basis untuk V jika dan hanya jika:
1. B merentang V dan
2. B adalah linearly independent.
Contoh 4.11
Apakah B = {[1, 2, 1], [2, 3, 1], [–1, 2, –3]} merupakan basis untuk R3?
Untuk menunjukkan B merentang R3, maka digunakan metode simplikasi rentangan:
Matriks A = ; Matriks C = ,
maka span(B) = {a[1, 0, 0] + b[0, 1, 0] + c[0, 0, 1] | a, b, c  R} = R3.
Selanjutnya untuk membuktikan bahwa B adalah linearly independent, maka
digunakan independence test method:
Matriks A = ; Matriks B = .
Karena terdapat pivot untuk semua kolom, maka B adalah linearly independent.
4-39










 321
132
121










100
010
001












311
232
121










100
010
001
B adalah basis untuk R3
4-40
Lemma 4.11
Jika S dan T adalah himpunan bagian di dalam vector space V sedemikan hingga S
merentang V, S adalah tak berhingga (infinite) dan T adalah linearly independent;
maka T adalah berhingga (finite) dan |T| ≤|S|.
Teorema 4.12
Apabila V adalah vector space, B1 dan B2 adalah basis untuk V sedemikian hingga
B1 mempunyai elemen yang berhingga; maka B2 juga mempunyai elemen yang
berhingga dan |B1| = |B2|.
† Notasi |S| melambangkan jumlah elemen di dalam suatu himpunan S.
Contoh: S = {[1, 4, 3], [2, 7, 7], [5, 5, 5], [0, 3,19]} adalah subset di dalam R3, di mana |S| = 4.
Contoh: Vector space R3 mempunyai {i, j, k} sebagai standard basis; sehingga
dim(R3) = 3. Secara umum, dim(Rn) = n, karena Rn mempunyai standard basis:
{e1, e2, …, en}.
Contoh: Standard basis untuk M22 berjumlah empat elemen; sehingga dim(M22) = 4.
Secara umum, dim(Mmn) = m ∙ n.
4-41
Definisi
Apabila V adalah vector space dan mempunyai basis B yang berisi
elemen yang berhingga, maka V dikatakan finite dimensional.
Dimensi dari V atau dim(V) adalah jumlah elemen pada setiap basis
untuk V ; atau dim(V) = |B|.
Apabila V tidak mempunyai finite basis, maka V dikatakan infinite
dimensional.
Contoh: B = {[1, 2, 1], [2, 3, 1], [–1, 2, –3]} adalah himpunan bagian dari R3. Dalam
Contoh 4.11 telah ditunjukkan bahwa B merentang R3. Karena dim(B) = 3, yang
sama dengan dim(R3) = 3, maka berdasarkan Teorema 4.13 kita dapat me-
nyimpulkan bahwa B adalah basis untuk R3 tanpa perlu membuktikan bahwa B
adalah linearly independent!
4-42
Teorema 4.13
Jika V adalah finite dimensional vector space:
(1) Apabila S adalah himpunan bagian yang berhingga (finite subset) dari V yang
merentang V ; maka dim(V) ≤ |S|. Lebih lanjut, |S| = dim(V) jika dan hanya jika S
adalah basis untuk V.
(2) Apabila T adalah himpunan bagian dari V yang linearly independent; maka T
adalah berhingga dan |T| ≤ dim(V). Lebih lanjut, |T| = dim(V) jika dan hanya jika T
adalah basis untuk V.
Frase “B adalah maximal linearly independent subset dari S berarti bahwa kedua hal
berikut adalah benar:
• B adalah linearly independent subset dari S.
• Jika B  C  S dan B ≠ C, maka C adalah linearly dependent.
Teorema 4.14 juga menyatakan bahwa jika tidak ada cara untuk memasukkan vektor
yang lain di dalam S ke dalam B tanpa membuat B menjadi linearly dependent,
maka B adalah basis untuk span(S) = V.
Hal yang sama juga berlaku untuk kebalikannya.
4-43
Teorema 4.14
Jika V adalah vector space dengan S adalah spanning set-nya atau span(S) = V
dan B adalah maximal linearly independent subset dari S, maka B adalah basis
untuk V.
Contoh 4.12
Apabila S = {[1, –2, 1], [3, 1, –2], [5, –3, 0], [5, 4, –5], [0, 0, 0]} merupakan
himpunan bagian dari R3 dan B = {[1, –2, 1], [5, –3, 0]} adalah himpunan bagian
dari S, tunjukkan bahwa B adalah basis untuk span(S)!
Untuk menunjukkan bahwa B adalah basis untuk span(S), maka vektor-vektor lain di
dalam S akan dimasukkan ke dalam B tanpa membuat B menjadi linear dependent
(membuktikan bahwa B adalah maximal linearly independent subset dari S):
[3, 1, –2] = –2[1, –2, 1] + [5, –3, 0]
[5, 4, –5] = –5[1, –2, 1] + 2[5, –3, 0]
[0, 0, 0] = 0[1, –2, 1] + 0[5, –3, 0]
Ternyata TIDAK ADA vektor lain di dalam S yang ketika dimasukkan ke dalam B
membuat B menjadi linear independent; sehingga B adalah basis untuk span(S).
4-44
Frase “B adalah minimal spanning set untuk V berarti bahwa kedua hal ini benar:
• B adalah subset dari V yang merentang V.
• Jika C  B dan C ≠ B, maka C tidak merentang V.
Contoh: Lihat kembali S dan B pada Contoh 4.12 bahwa setiap vektor di dalam S
adalah kombinasi linear dari vektor-vektor yang ada di dalam B, sehingga
S  span(B), padahal B  S. Berdasarkan Corollary 4.6, maka span(B) = span(S)
= V. Tidak ada vektor di dalam B yang merupakan perkalian skalar dari vektor
lainnya, sehingga tidak ada vektor B sendiri yang dapat merentang V. Oleh
karena itu, B adalah minimal spanning set untuk V ; dan berdasarkan Teorema
4.15, B adalah basis untuk span(S).
4-45
Teorema 4.15
Jika V adalah vector space dan B adalah minimal spanning set untuk V, maka B
adalah basis untuk V.
Contoh: B = {x3 + 2x2 – 4x + 18, 3x2 + 4x – 4, x3 + 5x2 – 3, 3x + 2} adalah linearly
independent subset dari P3 (buktikan!); maka berdasarkan Teorema 4.13 (2), B
adalah basis untuk P3. Namun, kita dapat memperoleh kesimpulan yang sama
dengan menggunakan Teorema 4.16.
Untuk W = span(B), mempunyai B sebagai basisnya. dim(W) = 4; tetapi karena W
adalah subspace dari P3 dan dim(P3) = 4, maka berdasarkan Teorema 4.16, W =
P3; sehingga B adalah basis untuk P3.
4-46
Teorema 4.16
Jika V adalah finite dimensional vector space dan W adalah subspace dari V ; maka
W juga adalah finite dimensional dengan dim(W) ≤ dim(V). Lebih jauh, dim(W) =
dim(V) jika dan hanya jika W = V.
Untuk membentuk basis dari suatu spanning set dari suatu vector space, kita dapat
menggunakan metode simplifikasi rentangan atau metode independence test.
4-47
Metode Simplifikasi Rentangan Metode Independence Test
Vektor-vektor di dalam S menjadi baris dari
Matriks A.
Vektor-vektor di dalam S menjadi kolom dari
Matriks A.
Basis yang dibentuk bukan merupakan
himpunan bagian dari spanning set S,
tetapi memuat vektor-vektor dengan
bentuk yang lebih sederhana.
Basis yang dibentuk merupakan himpunan
bagian dari spanning set S.
Baris tak nol dari Matriks C (matriks eselon
baris tereduksi) digunakan sebagai basis.
Kolom yang mempunyai pivot dari Matriks B
(matriks eselon baris tereduksi) digunakan
untuk menentukan vektor mana di dalam S
yang digunakan sebagai basis.
Contoh 4.13
Apabila S = {[2, –2, 3, 5, 5], [–1, 1, 4, 14, –8], [4, –4, –2, –14, 18], [3, –3, –1, –9,
13]} adalah himpunan bagian dari R5. Cari basis untuk span(S) = V !
Menggunakan metode simplifikasi rentangan untuk membentuk basis:
Matriks A = ; Matriks C =
Maka, basis yang diinginkan untuk V adalah himpunan B = {[1, –1, 0, –2, 4], [0, 0,
1, 3, –1]} yang merupakan baris tak nol dari Matriks C; sehingga dim(V) = 2.
4-48
















139133
1814244
814411
55322














00000
00000
13100
42011
Contoh 4.14
Apabila S = {x2 – 3x + 5, 3x3 + 4x – 8, 6x3 – x2 + 11x – 21, 2x5 – 7x3 + 5x} adalah
himpunan bagian dari P5. Cari basis untuk span(S) = W !
Menggunakan metode simplifikasi rentangan untuk membentuk basis:
x5 x4 x3 x2 x1 x0 x5 x4 x3 x2 x1 x0
Matriks A = ; Matriks C =
Maka, basis yang diinginkan untuk W adalah himpunan D = {x5 + 43x/6 – 28/3, x3 +
4x/3 – 8/3, x2 – 3x + 5} yang merupakan baris tak nol dari Matriks C; sehingga
dim(W) = 3.
4-49
















050702
21111600
840300
531000















000000
531000
38340100
3286430001
Contoh 4.15
Apabila S = {[1, 2, –1], [3, 6, –3], [4, 1, 2], [0, 0, 0], [–1, 5, –5]} adalah himpunan
bagian dari R3. Cari basis untuk span(S) = V !
Menggunakan metode independence test untuk membentuk basis:
Matriks A = ; Matriks B =
Karena kolom 1 dan 3 mempunyai pivot, maka vektor pertama dan ketiga dari S,
yaitu: B = {[1, 2, –1], [4, 1, 2]} adalah basis untuk span(S); sehingga dim(V) = 2
(karena |B| = 2). Vektor-vektor lainnya merupakan kombinasi linear dari kedua
vektor tersebut: [3, 6, –3] = 3[1, 2, –1] + 0[4, 1, 2]; [0, 0, 0] = 0[1, 2, –1] +
0[4, 1, 2]; [–1, 5, –5] = 3[1, 2, –1] – 1[4, 1, 2].
4-50












50231
50162
10431











00000
10100
30031
Contoh 4.16
Apabila S = {x3 – 3x2 + 1, 2x2 + x, 2x3 + 3x + 2, 4x – 5} adalah himpunan bagian dari
P3. Cari basis untuk span(S) = V !
Menggunakan metode independence test untuk membentuk basis:
Matriks A = ; Matriks B =
Karena kolom 1, 2, dan 4 mempunyai pivot, maka B = {x3 – 3x2 + 1, 2x2 + x, 4x – 5}
adalah basis untuk span(S). Polinomial lainnya merupakan kombinasi linear dari
ketiga polinomial tersebut:
2x3 + 3x + 2 = 2(x3 – 3x2 + 1) + 3(2x2 + x).
4-51














5201
4310
0023
0201












0000
1000
0310
0201
Contoh: Apabila S = {[1, 3, –2], [2, 1, 4], [0, 5, –8], [1, –7, 14]} dan V = span(S);
maka berdasarkan Teorema 4.17 mengindikasikan bahwa ada beberapa himpunan
bagian dari S yang merupakan basis untuk V.
[0, 5, –8] = 2[1, 3, –2] – [2, 1, 4];
[1, –7, 14] = –3[1, 3, –2] + 2[2, 1, 4].
Kedua vektor tersebut B = {[1, 3, –2], [2, 1, 4]} merupakan merupakan maximal
linearly independent dari himpunan bagian dari S. Kemudian, berdasarkan
Teorema 4.14, B adalah basis untuk V yang berada di dalam S.
4-52
Teorema 4.17
Jika S adalah spanning set untuk finite dimensional vector space V, maka akan
terdapat himpunan B  S yang merupakan basis untuk V.
4-53
Metode Inspeksi untuk Menemukan Basis dari suatu Spanning Set
Apabila S adalah finite set dari vektor-vektor yang merentang suatu vector space V:
1. Base step: Pilih v1 ≠ 0 yang berada di dalam S.
Ulangi langkah 2 berikut ini sebanyak mungkin (apabila mungkin):
2. Inductive step: Dengan mengasumsikan bahwa v1, v2, …, vk–1 sudah terpilih
pada langkah 1, pilih vk  S sedemikian hingga vk  span({v1, v2, …, vk–1 }).
Himpunan akhir yang terbentuk adalah basis untuk V.
Contoh: S = {[0, 0, 0], [2, –8, 12], [–1, 4, –6], [7, 2, 2]} adalah himpunan bagian dari R3.
1. Base step: v1 = [2, –8, 12]; karena vektor pertama S adalah vektor nol: [0, 0, 0]
2. Inductive step: memilih suatu vektor yang bukan merupakan kombinasi linear dari v1.
Kita tidak bisa memilih [–1, 4, –6] karena [–1, 4, –6] = –1/2 [2, –8, 12];
sehingga v2 = [7, 2, 2].
Himpunan B = {v1, v2} = {[2, –8, 12], [7, 2, 2]} adalah basis untuk span(S) = V.
4-54
Teorema 4.18
Apabila T adalah himpunan bagian yang linearly independent dari finite dimensional
vector space V ; maka V mempunyai basis B dengan T ⊆ B.
Metode Pembesaran (Enlarging) untuk Menemukan Basis dari
Linearly Independent Subset
Apabila T = {t1, t2, …, tk} adalah linearly independent subset dari finite dimensional
vector space V:
1. Cari finite spanning set A = {a1, a2, …, an} untuk V.
2. Bentuk ordered spanning set S = {t1, t2, …, tk, a1, a2, …, an} for untuk V.
3. Gunakan metode independence test atau metode simplifikasi rentangan atau
metode inspeksi untuk S guna membentuk himpunan bagian B dari S.
Maka, B adalah basis untuk V yang memuat T.
Contoh 4.17
Apabila T = {[2, 0, 4, –12], [0, –1, –3, 9]} adalah linearly independent subset dari
V = R4. Gunakan metode enlarging untuk mencari basis untuk R4 yang memuat T!
1. A = {e1, e2, e3, e4} adalah standard basis untuk R4.
2. S = {[2, 0, 4, –12], [0, –1, –3, 9], [1, 0, 0, 0], [0, 1, 0, 0], [0, 0, 1, 0], [0, 0, 0, 1]}.
3. Menggunakan metode independence test untuk membentuk basis:
Matriks A = ; Matriks B =
Karena kolom 1, 2, 3, dan 5 mempunyai pivot, maka vektor pertama, kedua,
ketiga, dan kelima dari S, yaitu: B = {[2, 0, 4, –12], [0, –1, –3, 9], [1, 0, 0, 0],
[0, 0, 1, 0]} adalah basis untuk R4 yang memuat T.
4-55















1000912
010034
001010
000102














3110000
61023100
001010
121043001
4-56
Definisi
Suatu ordered basis untuk suatu vector space V adalah suatu ordered
n-tuple dari vektor-vektor (v1, v2, …, vn) sedemikian hingga
himpunan (v1, v2, …, vn) adalah basis untuk V.
Definisi
Apabila B = (v1, v2, …, vn) adalah ordered basis untuk vector space V;
maka w = a1v1 + a2v2 + … + anvn  V ; sehingga [w]B atau coordi-
natization of w with respect to B, adalah n-vector [a1, a2, …, an].
Contoh: Apabila B = ([4, 2], [1, 3]) adalah ordered basis untuk R2; perhatikan bahwa
[4, 2]B = 1[4,2] + 0[1,3] sehingga [4, 2]B = [1, 0] dan [1, 3]B = 0[4, 2] + 1[1, 3]
atau [1, 3]B = [0, 1].
Dari sudut pandang geometrik, mengubah ke dalam koordinat B dalam R2 akan
menghasilkan “sistem koordinat baru” dalam R2 dengan [4, 2] dan [1, 3] sebagai
unit vector-nya (lihat Gambar 4.1).
4-57Gambar 4.1. Koordinat “baru” B dalam R2
Contoh: [11, 13] dalam sistem koordinat
konvensional akan setara dengan [2, 3]
dalam sistem koordinat baru B, karena
[11, 3] = 2[4, 2] + 3[1, 3].
Atau [11, 3]B = [2, 3].
4-58
Metode Coordinatization
Apabila V adalah nontrivial subspace dari Rn, B = (v1, v2, …, vk) adalah ordered
basis untuk V, dan v  Rn; maka untuk menentukan [v]B, jika mungkin:
1. Bentuk augmented matrix [A|v] dengan menggunakan vektor-vektor yang ada di
dalam B sebagai kolom dari A (secara urut); dan gunakan v sebagai satu kolom
yang berada di sebelah kanan.
2. Bentuk matriks eselon baris tereduksi [C|w].
3. Apabila terdapat baris di dalam [C|w] yang semuanya 0 berada di sebelah kiri
dan bukan 0 di sebelah kanan, maka v  span(B) = V, dan coordinatization
adalah tidak mungkin.
4. Selain itu, maka v  span(B) = V.
Eliminasi semua baris yang semua entrinya 0 untuk mendapatkan [Ik|y]; maka
[v]B = y, atau kolom terakhir dari [Ik|y].
Contoh 4.18
Apabila V vector space di dalam R5 yang direntangkan oleh ordered basis C =
([–4, 5, –1, 0, –1], [1, –3, 2, 2, 5], [1, –2, 1, 1, 3]), tentukan [–23, 30, –7, –1, –7]C!
Untuk menentukan [–23, 30, –7, –1, –7]C kita harus menyelesaikan persamaan:
[–23, 30, –7, –1, –7] = a[–4, 5, –1, 0, –1] + b[1, –3, 2, 2, 5] + c[1, –2, 1, 1, 3]).
Persamaan tersebut ekuivalen dengan:
Solusi dari sistem persamaan tersebut adalah: a = 6, b = –2, dan c = 3, atau [–23, 30,
–7, –1, –7]C = 6[–4, 5, –1, 0, –1] – 2[1, –3, 2, 2, 5] + 3[1, –2, 1, 1, 3].
4-59

















7
1
7
30
23
35
2
2
235
4
cba
cb
cba
cba
cba





















7351
1120
7121
30235
23114

















0000
0000
3100
2010
6001
Contoh 4.19
Tentukan [1, 2, 3, 4, 5]C, di mana C adalah ordered basis yang telah didefinisikan
pada Contoh 4.18!
[1, 2, 3, 4, 5]C = a[–4, 5, –1, 0, –1] + b[1, –3, 2, 2, 5] + c[1, –2, 1, 1, 3]).
Persamaan tersebut ekuivalen dengan:
Sistem persamaan di atas tidak mempunyai solusi.
Hal ini berarti bahwa [1, 2, 3, 4, 5]C tidak berada di dalam V = span(C).
4-60













5
4
3
2
1
35
2
2
235
4
cba
cb
cba
cba
cba




















5351
4120
3121
2235
1114
















0000
1000
0100
0010
0001
Contoh 4.20
Tentukan [2x – 7y + 3z]C apabila x = [1, 0, –1, 0, 4], y = [0, 1, –1, 0, 3], z = [0, 0, 0,
1, 5], dan C adalah ordered basis yang telah didefinisikan pada Contoh 4.18!
Dengan menggunakan metode coordinatization, ditemukan [x]C = [1, –5, 10]; [y]C =
[1, –4, 8], dan [z]C = [1, –3, 7]. Berdasarkan Teorema 4.19, maka [2x – 7y + 3z]C
= 2[x]C – 7[y]C + 3[z]C = 2[1, –5, 10] – 7[1, –4, 8] + 3[1, –3, 7] = [–2, 9, –15].
4-61
Teorema 4.19
Apabila B = (v1, v2, …, vn) adalah suatu ordered basis untuk vector space V , w1, w2,
…, wk  V , dan a1, a2, …, ak adalah skalar; maka:
1. [w1 + w2]B = [w1]B + [w2]B
2. [a1w1]B = a1[w1]B
3. [a1w1 + a2w2 + … + akwk]B = a1[w1]B + a2[w2]B + … + ak[wk]B
4-62
Definisi
Apabila V adalah nontrivial n-dimensional vector space dengan
ordered bases B dan C, P adalah matriks n × n yang kolom ke-i
sama dengan [bi]C untuk 1 ≤i≤ n, di mana bi adalah basis ke-i untuk
vektor di B; maka P disebut matriks transisi dari B-coordinates ke C-
coordinates (atau matriks transisi dari B ke C).
Vektorke-1diC
Vektorke-2diC
Vektorke-kdiC
…
Vektorke-1diB
Vektorke-2diB
Vektorke-kdiB
…
Ik P
Baris nol
Contoh 4.21
Merujuk pada Contoh 4.18 di mana V direntangkan oleh ordered basis C = ([–4, 5,
–1, 0, –1], [1, –3, 2, 2, 5], [1, –2, 1, 1, 3]) dan dengan menggunakan metode
simplifikasi rentangan untuk vektor-vektor di C, ditemukan B = ([1, 0, –1, 0, 4],
[0, 1, –1, 0, 3], [0, 0, 0, 1, 5]) adalah basis yang lain dari V. Cari matriks transisi
dari B ke C!
[x]C = [1, –5, 10]; [y]C = [1, –4, 8], dan [z]C = [1, –3, 7].
Matriks P =
4-63




















534351
100120
011121
010235
001114

















000000
000000
7810100
345010
111001











7810
345
111
Contoh 4.22
B dan C merupakan ordered basis untuk U2 sebagai berikut:
Cari matriks transisi dari B ke C!
Matriks P =
4-64













 













10
11
,
10
21
,
00
37
B













111
114
121



























20
1233
,
10
412
,
20
722
C














110212
000000
1231247
117331222















000000
111100
114010
121001
Contoh: Apabila B dan C adalah ordered bases yang telah didefinisikan pada
Contoh 4.22, maka untuk mengubah koordinat dari setiap matriks di dalam U2
dari koordinat B ke dalam koordinat C dapat dilakukan dengan mudah.
Misalkan kita ingin mengubah matriks V = yang merupakan kombinasi line-
ar dari vektor-vektor yang ada di B: atau [v]B =
maka [v]C = P[v]B = =
4-65
Teorema 4.20
Apabila B dan C adalah ordered bases untuk nontrivial n-dimensional vector space V
dan P adalah matriks berukuran n × n; maka P adalah matriks transisi dari B ke C
jika dan hanya jika untuk setiap v V, P[v]B = [v]C.






90
2425





 



















 10
11
6
10
21
3
00
37
4
90
2425










 6
3
4













111
114
121










 6
3
4












13
19
8
Contoh: Apabila B = (−x2 + 4x + 2, 2x2 – x – 1, –x2 + 2x + 1) dan C = (x2 – 2x – 3, 2x2
– 1, x2 + x + 1) adalah ordered basis untuk P2, bersama-sama dengan standard
basis S = (x2, x, 1); maka matriks transisi dari B ke C adalah didapatkan dengan:
P =
Matriks transisi dari C ke S didapatkan dengan:
Q = Maka QP =
4-66
Teorema 4.21
Apabila B, C, dan D ordered bases untuk nontrivial finite dimensional vector space V,
P adalah matriks transisi dari B ke C, Q adalah matriks transisi dari C ke D; maka
QP adalah matriks transisi dari B ke D.













112113
214102
121121













8514100
6311010
539001













8514
6311
539












113100
102010
121001












113
102
121













112
214
121
Contoh: Apabila B, C, dan S adalah ordered bases yang telah didefinisikan pada
contoh sebelumnya, maka: P−1 dan Q−1 adalah matriks transisi dari C ke B dan dari
S ke C sebagai berikut:
P−1 = ; Q−1 =
[v]B = P−1 [v]C = P−1 (Q−1 [v]S) = (P−1 Q−1) [v]S
Jika v = x2 + 7x + 3, maka:
[v]B = (P−1 Q−1) [v]S =
4-67
Teorema 4.22
Apabila B dan C ordered bases untuk nontrivial finite dimensional vector space V,
P adalah matriks transisi dari B ke C; maka P adalah matriks nonsingular dan P−1
adalah matriks transisi dari C ke B.













6313
124
316













452
341
231













6313
124
316













452
341
231






















2
1
3
3
7
1
Apabila v adalah suatu vektor di dalam R3 dalam suatu koordinat standar, maka:
D[v]B = (P–1AP)[v]B = (P–1A)P[v]B = P–1A[v]S = P–1(Av) = [Av]B ,
di mana D adalah B-coordinates dari matriks A.
4-68
Definisi
Apabila metode diagonalisasi (pada Bab 3) dilakukan pada suatu
matriks A; maka matriks P yang didapatkan adalah matriks transisi
dari B-coordinates ke koordinat standar, di mana B adalah ordered
basis untuk Rn yang berisi eigenvectors dari A.
Contoh: Matriks A = mempunyai characteristic polynomial sbb:
pA(x) = x3 – 3x – 2 = (x – 2)(x + 1)2; dengan eigenvalues 2 dan –1.
Untuk λ = 2, fundamental eigenvectors: v1 = [5, 2, 1], sehingga {v1} adalah basis
untuk eigenspace E2.
Untuk λ = –1, fundamental eigenvectors: v2 = [1, 1, 0] dan v3 = [2, 0, 1] sehingga
{v1, v2} adalah basis untuk eigenspace E–1.
Apabila B = (v1, v2, v3) maka B adalah himpunan bagian yang linearly independent
sehingga B adalah basis untuk R3.
Apabila S adalah standard basis, maka matriks transisi P dari B ke S adalah:
P = . Perhatikan bahwa matriks P tersebut sama dengan matriks P yang
didapat dari metode diagonalisasi. Maka, P–1 = dan D = .
4-69













733
1276
301514










101
012
215













311
432
211












100
010
002
Instructor:
M. Mujiya Ulkhaq
Department of Industrial Engineering
Aljabar Linear
Linear Algebra
Thank You for your Attention

More Related Content

What's hot

Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenMatematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenBeny Nugraha
 
Persamaandifferensial
PersamaandifferensialPersamaandifferensial
PersamaandifferensialMeiky Ayah
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierSartiniNuha
 
Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Dian Arisona
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangokti agung
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial ParsialRose Nehe
 
Distribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrikDistribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrikAniklestari1997
 
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Khubab Basari
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
 
persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iiFaried Doank
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
 
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenMatematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
 
Persamaandifferensial
PersamaandifferensialPersamaandifferensial
Persamaandifferensial
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Medan vektor
Medan vektorMedan vektor
Medan vektor
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
 
Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2Persamaan Diferensial Orde 2
Persamaan Diferensial Orde 2
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Modul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satuModul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satu
 
Diferensial Parsial
Diferensial ParsialDiferensial Parsial
Diferensial Parsial
 
Distribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrikDistribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrik
 
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 
persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-ii
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 

Similar to Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces

Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfPawit Ngafani
 
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagianpujirahayustat13
 
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptxPertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptxChristianPS2
 
1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni
1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni
1 bab 1-ruang_vektor-raja-leniBidayatul Mas'ulah
 
Matematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdfMatematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdfMasjudinUntirta
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensibagus222
 
geometri
geometrigeometri
geometriSEP
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxJustinEduardoSimarma1
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdfGaungPradana2
 
transformasi linier
transformasi liniertransformasi linier
transformasi linierLela Warni
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011leowendry
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linearyositria
 

Similar to Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces (20)

Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
 
Bab 7
Bab 7Bab 7
Bab 7
 
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
 
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptxPertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
 
Vektor dan ruang euclid
Vektor dan ruang euclidVektor dan ruang euclid
Vektor dan ruang euclid
 
1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni
1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni
1 bab 1-ruang_vektor-raja-leni
 
Matematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdfMatematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdf
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
geometri
geometrigeometri
geometri
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
 
Allin 2
Allin 2Allin 2
Allin 2
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
 
Ruang vektor
Ruang vektorRuang vektor
Ruang vektor
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
transformasi linier
transformasi liniertransformasi linier
transformasi linier
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 

More from Diponegoro University

Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesDiponegoro University
 
Linear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear EquationLinear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear EquationDiponegoro University
 
Linear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and MatricesLinear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and MatricesDiponegoro University
 

More from Diponegoro University (20)

Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
 
Parametric Equations
Parametric EquationsParametric Equations
Parametric Equations
 
Shewhart Charts for Variables
Shewhart Charts for VariablesShewhart Charts for Variables
Shewhart Charts for Variables
 
A Brief Concept of Quality
A Brief Concept of QualityA Brief Concept of Quality
A Brief Concept of Quality
 
Methods and Philosophy of SPC
Methods and Philosophy of SPCMethods and Philosophy of SPC
Methods and Philosophy of SPC
 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
 
Linear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear EquationLinear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - System of Linear Equation
 
Linear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and MatricesLinear Algebra - Vectors and Matrices
Linear Algebra - Vectors and Matrices
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
 
Apple
AppleApple
Apple
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 8EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
 

Recently uploaded

Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 

Recently uploaded (20)

Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 

Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces

  • 1. Instructor: M. Mujiya Ulkhaq Department of Industrial Engineering Aljabar Linear Linear Algebra Finite Dimensional Vector Spaces
  • 2. • Introduction to vector spaces; • Subspaces; • Span; • Linear Independence; • Basis and Dimension; • Constructing Special Bases; • Coordinatization. 3-2
  • 3. Definisi Suatu vector space (ruang vektor) adalah himpunan V bersama dengan operasi penjumlahan vektor dan perkalian skalar yang memenuhi sepuluh aksioma sebagai berikut: Untuk setiap u, v, dan w di dalam V dan untuk setiap a dan b dalam R (A) u + v  V closure property dari penambahan (B) au  V closure propery dari perkalian skalar (1) u + v = v + u Hukum komutatif penjumlahan (2) u + (v + w) = (u + v) + w Hukum asosiatif penjumlahan (3) Terdapat suatu elemen 0 dari V Keberadaan elemen identitas untuk penjumlahan sehingga untuk setiap v di dalam V didapatkan: 0 + v = v = v + 0 (4) Terdapat suatu elemen –u di dalam V Keberadaan elemen invers untuk penjumlahan sehingga u + (–u) = 0 = (–u) + u (5) a(u + v) = (au) + (av) Hukum distributif perkalian skalar (6) (a + b)u = (au) + (bu) untuk penjumlahan (7) (ab)u = a(bu) Asosiativitas perkalian skalar (8) 1u = u 1 merupakan elemen identitas untuk perkalian skalar 4-3
  • 4. Contoh vector spaces: • V = Rn merupakan vector space karena: – Apabila kita melakukan operasi penjumlahan vektor dari dua vektor yang ada di dalam Rn, maka vektor yang terbentuk juga berada di dalam Rn  memenuhi closure property dari penambahan; – Apabila kita melakukan operasi perkalian skalar untuk vektor yang ada di dalam Rn, maka vektor yang terbentuk juga berada di dalam Rn  memenuhi closure property dari perkalian skalar. – Delapan aksioma yang lain memenuhi karena sesuai dengan Teorema 1.3. • V = Mmn merupakan vector space karena: – Apabila kita melakukan operasi penjumlahan matriks dari dua matriks yang merupakan anggota himpunan di dalam Mmn, maka matriks yang terbentuk juga merupakan anggota himpunan di dalam Mmn  memenuhi closure property dari penambahan; – Apabila kita melakukan operasi perkalian skalar untuk matriks yang merupakan anggota himpunan di dalam Mmn, maka matriks yang terbentuk juga merupakan anggota himpunan di dalam Mmn  memenuhi closure property dari perkalian skalar. – Delapan aksioma yang lain memenuhi karena sesuai dengan Teorema 1.11 • V = {0} merupakan vector space karena memenuhi sepuluh aksioma yang ada. Vector space ini disebut trivial vector space; tidak ada vector space lain yang lebih kecil dari ini. 4-4
  • 5. Langkah-langkah untuk memverifikasi suatu vector space: 1. Identifikasi objek (vektor) yang ada di dalam V, apakah merupakan matriks berukuran m × n, fungsi, polinomial, atau bilangan real. 2. Identifikasi operasi  (penjumlahan) dan  (perkalian skalar). 3. Verifikasi Aksioma (A) dan (B); yang mengharuskan bahwa V tertutup (closure property) terhadap  dan . 4. Periksa apakah  bersifat komutatif (Aksioma (1)) dan asosiatif (Aksioma (2). 5. Tentukan vektor 0 di dalam V dan periksa Aksioma (3); tentukan bentuk negatif pada setiap vektor di dalam V dan periksa Aksioma (4). 6. Periksa apakah Aksioma (7) dan (8) dipenuhi. 7. Terakhir, periksa apakah Aksioma (5) dan (6) dipenuhi. 4-5 † Pemeriksaan bisa dilakukan secara tidak berurut, terutama ketika akan melakukan penyangkalan (counter). ‡ Simbol  dan  terkadang digunakan apabila operasi penjumlahan dan perkalian skalar yang dilakukan “tidaklah sama” (unusual operations) dengan operasi matematis pada biasanya.
  • 6. • W adalah bidang yang memuat titik asal (0,0,0) dan merupakan himpunan dari vektor dalam ruang tiga dimensi; di mana titik awal (initial point) dan titik akhir (terminal point)-nya berada dalam bidang tersebut. Sebagai contoh, W adalah bidang yang memuat vektor u dan v namun tidak untuk vektor q karena titik akhirnya tidak berada pada W (lihat Gambar 4.1). Buktikan bahwa W adalah vector space! • V adalah himpunan dari real-valued functions yang didefinisikan dalam R. Sebagai contoh: f(x) = arctan(x) berada di dalam V. Buktikan bahwa V adalah vector space! • Pn adalah himpunan polynomials berderajat ≤ n dengan koefisien bilangan real. Vektor dalam Pn memiliki bentuk: p = anxn + … +a1x + a0. Buktikan bahwa Pn adalah vector space! 4-6 Gambar 4.1. Bidang W
  • 7. Terkadang operasi penjumlahan dan/atau perkalian skalar didefinisikan secara berbeda. • V = R2 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sbb: Jika u = (u1, u2), v = (v1, v2)  V dan a  R, maka: u  v = (u1 + v1, u2 + v2) dan a  u = (au1, 0). Periksa apakah V merupakan vektor space! • K = {(1, y) | y  R2} dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sbb: Jika u = (1, u), v = (1, v)  K dan a  R, maka: u  v = (1, u + v) dan a  u = (1, au). Periksa apakah K merupakan vektor space! • Y = R3 dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar sbb: Jika u = (u1, u2, u3), v = (v1, v2, v3)  Y dan a  R, maka: u  v = (u1 + v1, u2 + v2, u3 + v3) dan a  u =(0, 0, 0). Periksa apakah Y merupakan vektor space! 4-7
  • 8. 4-8 Teorema 4.1 Jika V adalah vector space, maka untuk setiap vektor v di dalam V dan setiap bilangan real a, didapatkan: 1) a0 = 0 Setiap skalar yang dikalikan dengan vektor 0 akan meng- hasilkan vektor 0. 2) 0v = 0 Skalar 0 yang dikalikan dengan vektor v akan menghasil- kan vektor 0. 3) (–1)v = –v Skalar –1 yang dikalikan dengan vektor v akan meng- hasilkan elemen invers dari penjumlahan 4) Jika av = 0, maka Jika suatu perkalian skalar menghasilkan vektor 0, maka a = 0 atau v = 0 skalarnya adalah 0 atau vektor nya adalah vektor 0, atau keduanya.
  • 9. Contoh subspace: • Pada contoh sebelumnya terlihat bahwa W yang merupakan bidang yang memuat titik asal (0,0,0) dan himpunan dari vektor dalam ruang tiga dimensi adalah vector space. W juga merupakan himpunan bagian dari vector space R3, sehingga W adalah subspace dari R3. • S adalah himpunan dari perkalian skalar terhadap vektor [1, 3, 2]T yang merupakan vector space dalam R3 (lihat Gambar 4.2). S adalah himpunan bagian dari R3, sehingga S adalah subspace dari R3. 4-9 Definisi Jika V adalah suatu vector space, maka W adalah subspace dari V jika dan hanya jika W adalah himpunan bagian dari V (W  V), dan W sendiri adalah vector space dengan operasi yang sama dengan V. Gambar 4.2. Subspace S
  • 10. • Subspace W = {0} disebut trivial subspace dari vector space V. • Suatu vector space yang memuat paling tidak satu vektor tak nol mempunyai dua subspace, yaitu: trivial subspace dan vector space itu sendiri. • Semua subspace dari V selain V itu sendiri disebut proper subspace dari V. Sebagai contoh, dalam R3 setidaknya terdapat empat subspaces, yaitu: i. trivial subspace {(0, 0, 0)} = {0}; ii. subspace yang merepresentasikan suatu garis yang melalui titik (0, 0) atau R; iii. subspace yang merepresentasikan suatu bidang yang di dalamnya ada titik (0, 0, 0,) atau R2; dan iv. subspace R3 itu sendiri. Subspace i, ii, dan iii disebut proper subspace. 4-10
  • 11. Contoh 4.1 Buktikan bahwa kuadran pertama dalam R2—himpunan dari 2-vektor (x, y), di mana x ≥ 0 dan y ≥ 0—adalah bukan subspace dari R2! Subspace tersebut tidak tertutup terhadap operasi perkalian skalar. Sebagai contoh vektor [3, 4]T yang terdapat di dalam subspace tersebut tidaklah tertutup terhadap perkalian skalar apabila kita kalikan dengan c = –2, karena hasilnya atau vektor [–6, –8]T tidak terdapat di dalam subspace tersebut. 4-11 Teorema 4.2 Jika V adalah vector space dan W adalah himpunan bagian (subset) tak kosong dari V ; maka W adalah subspace dari V jika dan hanya jika W tertutup terhadap operasi pejumlahan dan perkalian skalar.
  • 12. M Contoh 4.2 Un merupakan himpunan dari matriks segitiga atas yang berukuran n × n. Karena Un adalah himpunan tak kosong, verifikasi apakah Un merupakan subspace dari Mnn! Kita ambil contoh matriks A = dan B = yang berada di dalam subspace Un (A, B  Un). Penjumlahan matriks keduanya berada di dalam Un (A + B  Un); dan perkalian matriks dengan skalar juga berada di dalam Un (cA, cB  Un); sehingga terbukti bahwa Un adalah subspace dari Mnn. (buktikan juga untuk bentuk umum/general dari Un!) Contoh lain dari subspace Mnn adalah Ln (himpunan matriks segitiga atas berukuran n × n) dan Dn (himpunan matriks diagonal berukuran n × n). Periksa apakah: (i) himpunan matriks nonsingular yang berukuran n × n; (ii) himpu- nan matriks singular yang berukuran n × n; dan (iii) himpunan matriks eselon- baris tereduksi yang berukuran n × n adalah subspace dari Mnn! 4-12            100 210 132             200 110 202
  • 13. R Contoh 4.2 Y adalah himpunan vektor dalam R4 yang mempunyai bentuk (a, 0, b, 0). Verifikasi apakah Y merupakan subspace dari R4! Kita ambil contoh vektor u = dan v = yang berada di dalam subspace Y (u, v  Y). Penjumlahan kedua vektor berada di dalam Y (u + v  Y); dan perkalian vektor dengan skalar juga berada di dalam Y (cu, cv  Y); sehingga terbukti bahwa Y adalah subspace dari R4. (buktikan juga untuk bentuk umum/ general dari Y!) Periksa apakah: (i) W yang merupakan himpunan vektor dalam R3 yang mempunyai bentuk (a, b, a/2 –2b); (ii) N yang merupakan himpunan vektor dalam R2 di mana koordinat pertamanya adalah positif; (iii) T yang merupakan himpunan vektor dalam R2 di mana jumlah dari koordinatnya adalah 3 (tiga). 4-13  0301  0401
  • 14. Contoh: Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa S yang merupakan himpunan perkalian skalar terhadap vektor [1, 3, 2]T adalah subspace dalam R3. Vektor [2, 6, 4]T dan vektor [5, 15, 10]T keduanya terdapat di dalam S. Misalkan kombinasi linear dari keduanya adalah: • 2[2, 6, 4]T + 3[5, 15, 10]T = [19, 57, 38]T dan • 1[2, 6, 4]T – 2[5, 15, 10]T = [–8, –24, –16]T. Terlihat kalau kedua kombinasi linear tersebut berada di dalam S, karena: • [19, 57, 38]T = 19[1, 3, 2]T • [–8, –24, –16]T = –8[1, 3, 2]T 4-14 Teorema 4.3 Jika W adalah subspace dari vector space V dan w1, w2, …, wn adalah vektor yang berada di dalam W; maka kombinasi linear dari w atau a1w1 + a2w2 + … + anwn juga berada di dalam W.
  • 15. Contoh 4.3 Buktikan bahwa eigenspace dari matriks A = adalah subspace dari Rn. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, pA(x) = x3 – 30x2 +225x dengan akar- akar real adalah 0 dan 15, sehingga λ1 = 0 dan λ2 = 15. • Untuk λ1 = 0, eigenspace-nya adalah E0 = {c[1, 3, 2] | c  R}. Dari contoh sebelumnya terlihat kalau eigenspace E0 adalah subspace dari R. • Untuk λ2 = 0, eigenspace-nya adalah E15 = {a[4, 1, 0] + b[2, 0, 1] | a, b  R}. Berdasarkan Teorema 4.4, maka E15 adalah subspace dari R. 4-15 Teorema 4.4 Jika A adalah matriks berukuran n × n dan λ adalah eigenvalue dari A dengan eigen- space adalah Eλ, maka Eλ adalah subspace dari Rn.              1182 633 2416
  • 16. Contoh: S ={[1, –1, 0], [1, 0, 2], [0, –2, 5]} adalah himpunan bagian dari vector space R3. Vektor v = [1, –2, –2] yang berada di dalam R3 adalah finite linear combinations dari vektor-vektor yang ada di dalam S karena: v = 2[1, –1, 0] – 1[1, 0, 2] + 0[0, –2, 5] = [1, –2, –2]. 4-16 Definisi Jika S adalah suatu himpunan bagian tak kosong (kemungkinannya tak berhingga/infinite) dari vector space V ; maka vektor v yang ada di dalam V adalah (finite) linear combinations dari vektor yang ada di dalam S jika dan hanya jika terdapat finite subset {(v1, v2, …, v3)} di dalam S sedemikian hingga v = a1v1 + a2v2 + … + anvn untuk bilang- an real a1, a2, …, an.
  • 17. Span dari suatu himpunan S merupakan generalisasi dari row space dari suatu matriks, atau dengan kata lain span dari himpunan baris suatu matriks adalah row space dari matriks tersebut. Contoh: S1 = {i, j, k} dan rentangan dari S1 atau span(S1) = R3 karena setiap 3-vector bisa diekspresikan sebagai kombinasi linear dari i, j, dan k. Namun rentangan dari S2 = {i, j} bukanlah R3 karena span(S2) adalah bidang xy di dalam R3. 4-17 Definisi Jika S adalah suatu himpunan bagian tak kosong dari vector space V ; maka span (rentangan) dari S (yang ada di dalam V) adalah himpunan dari semua (finite) linear combinations yang mungkin dari vektor-vektor yang ada di dalam S. † Notasi span(S) digunakan untuk menyatakan rentangan S di dalam V
  • 18. Contoh: S = U2  L2 adalah himpunan bagian (yang jumlahnya tak berhingga) dari M22; maka rentangan atau span(S) = M22 karena setiap matriks yang berukuran 2 × 2 dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear dari matriks segitiga atas dan matriks segitiga bawa, yaitu: Contoh di atas menunjukkan bahwa ketika S = U2  L2 dan V = M22, maka setiap vektor/matriks di dalam V adalah kombinasi linear dari vektor/matriks di dalam S; sehingga rentangan dari S atau span(S) = V itu sendiri. Ketika hal tersebut terjadi, maka dikatakan bahwa V direntangkan oleh (spanned by) S atau S merentang (spans) V. 4-18 . 10 00 01 00 00 10 00 01                               dcba dc ba
  • 19. Corollary 4.6 Jika V adalah suatu vector space dan S1 dan S2 adalah himpunan bagian dari V dengan S1  S2, maka span(S1)  span(S2). Contoh: Apabila v1 = [1, 3, –2, 5]T dan v2 = [0, –4, 3, –1]T adalah vektor yang berada pada R4, maka berdasarkan Teorema 4.5, span({v1, v2}) merupakan subspace terkecil dari R4 yang memuat v1 dan v2. Maka, span({v1, v2}) adalah subspace di dalam R4 yang memuat vektor-vektor dalam bentuk: a [1, 3, –2, 5]T + b [0, –4, 3, –1]T = [a, 3a – 4b, –2a + 3b, 5a – b]T. 4-19 Teorema 4.5 Jika S adalah himpunan bagian tak kosong dari vector space V, maka: 1) S  span(S); 2) Span(S) adalah subspace dari V (dalam operasi yang sama dengan V). 3) Jika W adalah subspace dari V dengan S  W, maka span(S)  W. 4) Span(S) adalah subspace terkecil dari V yang memuat S.
  • 20. 4-20 Metode Simplifikasi Rentangan (Simplified Span Method) Apabila S adalah finite subset dari Rn yang berisi k vektor (k ≥ 2), maka untuk mencari bentuk yang sederhana dari span (simplified span) dengan menggunakan operasi baris elementer adalah: 1. Bentuk matriks A yang berukuran k × n dengan menggunakan vektor-vektor yang ada pada S sebagai baris pada matriks A (dengan kata lain, span(S) adalah row space dari A). 2. Buat matriks C yang merupakan bentuk matriks eselon baris tereduksi dari matriks A. 3. Maka, bentuk yang sederhana (simplified form) dari span(S) adalah himpunan dari semua kombinasi linear dari baris tak nol dari C.
  • 21. Contoh 4.4 Apabila S ={[1, 4, –1, –5], [2, 8, 5, 4], [–1, –4, 2, 7], [6, 24, –1, –20]} adalah himpunan bagian dari R4, cari simplified form dari span(S)! Matriks A yang terdiri dari vektor-vektor dalam S adalah: A = Matriks C yang merupakan matriks eselon baris tereduksi dari matriks A adalah: C = Berdasarkan Teorema 2.8, maka row space dari A adalah row space dari C. Simplified span(S) = {a[1, 4, 0, –3] + b[0, 0, 1, 2] | a, b  R} adalah subspace dari R4. 4-21 . 201246 7241 4582 5141                               201246 7241 4582 5141                  4164 313 2122                 10500 2100 14700 5141                      4254 323 121 22 7 1                  0000 0000 2100 3041
  • 22. Contoh 4.5 Apabila A = , cari span(S), di mana S berisi fundamental eigenvectors dari matriks A! Characteristic polynomial dari matriks A adalah: pA(x) = |xIn – A| = x3 + 2x2 + x = x(x + 1)2. Eigenvalues dari A adalah akar-akar real dari pA(x) = 0, yaitu λ1 = –1 dan λ2 = 0. Untuk λ1 = –1, maka eigenspace-nya adalah: E–1 = {[6b – 3c, b, c] | b, c  R} = {b[6, 1, 0] + c[–3, 0, 1] | b, c  R}. Span(S) = E–1, di mana S = {[6, 1, 0], [–3, 0, 1]}. Cari span untuk λ2 = 0! 4-22              11244 6132 360
  • 23. Sampai saat ini, pembahasan yang dilakukan hanya sebatas pada himpunan bagian tak kosong dari suatu vector space. Namun, pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa span(S) adalah subspace terkecil dari V yang memuat S, sehingga perlu juga diberikan suatu pengertian mengenai span untuk himpunan kosong. Definisi tersebut konsisten dengan Teorema 4.5 apabila S adalah himpunan kosong; sehingga untuk menjaga konsistensi, kita mendefinisikan setiap kombinasi linear dari himpunan kosong adalah 0 (vektor 0). Hal ini akan menjamin bahwa span dari himpunan kosong sama dengan himpunan dari semua kombinasi linear dari vektor yang ada. 4-23 Definisi Span{[ ]} = {0}
  • 24. 4-24 Definisi Apabila S = {v1, v2, …, vn} adalah himpunan bagian tak kosong yang berhingga (finite nonempty subset) dari suatu ruang vektor V; maka S adalah linearly dependent jika dan hanya jika terdapat bilangan real a1, a2, …, an (tidak semua nol) sehingga a1v1 + … + anvn = 0. Atau dengan kata lain, S adalah linearly dependent jika dan hanya jika vektor nol dapat diekspresikan sebagai nontrivial linear combination dari vektor-vektor dalam S. Sebaliknya, S adalah linearly independent jika dan hanya jika S tidak linearly dependent. Himpunan kosong {} adalah linearly independent.
  • 25. Apabila S = {v} adalah himpunan dengan satu anggota; maka sesuai dengan Teorema 4.1 bagian (4), av = 0, yang mengandung implikasi a = 0 atau v = 0. Agar S adalah linearly dependent, maka harus ada bilangan tak nol a yang memenuhi av = 0; sehingga berimplikasi bahwa v = 0. Kesimpulannya, apabila S = {v}, maka S adalah linearly dependent jika dan hanya jika v = 0; dan S = {v} adalah linearly independent jika dan hanya jika v ≠ 0. Apabila S = {v1, v2} adalah himpunan dengan dua anggota; maka agar S adalah linearly dependent, maka harus ada bilangan tak nol a1 dan a2 yang memenuhi a1v1 + a2v2 = 0. Jika a1 ≠ 0, maka v1 = –(a2/a1) v2; yang berarti v1 adalah perkalian skalar dari v2. Analog, jika a2 ≠ 0, maka v2 adalah perkalian skalar dari v1. Kesimpulannya, apabila S = {v1, v2}, maka S adalah linearly dependent jika dan hanya jika salah satu vektor merupakan perkalian skalar dari vektor yang lain; dan S = {v1, v2} adalah linearly independent jika dan hanya jika kedua vektor tidak paralel. 4-25
  • 26. Katakanlah S adalah himpunan bagian dari vector space V yang berisi vektor 0. Apabila S hanya berisi vektor 0 saja, maka S adalah linearly independent. Apabila S = {v1, v2, …, vn} berisi paling tidak dua vektor yang berbeda, di mana salah satunya adalah 0 (misalkan v1 = 0), maka 0 dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear nontrivial dari vektor-vektor yang ada di dalam S karena 1v1 + 0v2 + … + 0vn = 1∙0 + 0 + … + 0 = 0; sehingga S adalah linearly dependent. Kesimpulannya: setiap finite subset dari suatu vector space yang berisi vektor nol 0 adalah linearly dependent. 4-26 Apabila S = {v1, v2, …, vn} adalah himpunan bagian tak nol yang berhingga (finite nonempty subset) dari suatu vector space V ; maka S adalah linearly independent jika dan hanya jika untuk setiap bilangan real a1, a2, …, an, persamaan a1v1 + a2v2 + … + anvn = 0, yang mengandung implikasi a1 = a2 = … = an = 0.
  • 27. 4-27 Metode Menguji Independensi Linear (Independence Test Method) Apabila S adalah finite nonempty set dari vektor-vektor yang ada dalam Rn, maka untuk mencari tahu apakah S linearly independent adalah: 1. Bentuk matriks A di mana kolom-kolomnya adalah vektor-vektor dalam S. 2. Buat matriks B yang merupakan bentuk matriks eselon baris tereduksi dari matriks A. 3. Apabila terdapat pivot pada setiap kolom B, maka S adalah linearly independent, selain itu S adalah linearly dependent. Teorema 4.7 Jika S adalah himpunan bagian dalam Rn yang berisi k vektor yang berbeda, di mana k > n, maka S adalah linearly dependent.
  • 28. Contoh 4.6 S = {[1, –1, 0, 2], [0, –2, 1, 0], [2, 0, –1, 1]} merupakan himpunan bagian dalam R4. Periksa apakah S linearly independent! Matriks A = ; Matriks B = Karena terdapat pivot pada setiap kolomnya, maka S adalah linearly independent. Contoh 4.7 Periksa apakah S = {[2, 5], [3, 7], [4, –9], [–8, 3]} yang merupakan himpunan bagian dalam R2 adalah linearly independent! Matriks A = ; Matriks B = 4-28               102 110 021 201             000 100 010 001         3975 8432         463810 655501 S is linearly dependent
  • 29. Contoh 4.8 S = {[1, 2, –1], [0, 1, 2], [2, 7, 4]} merupakan himpunan bagian dalam R3. Periksa apakah S linearly dependent! S adalah linearly dependent karena vektor [2, 7, 4] merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor yang lain: [2, 7, 4] = 2[1, 2, –1] + 3[0, 1, 2]. 4-29 Teorema 4.8 Jika S adalah himpunan berhingga (finite set) dari vektor-vektor yang paling sedikit mempunyai dua anggota; maka S adalah linearly dependent jika dan hanya jika beberapa vektor di dalam S dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear dari vektor yang lain di dalam S.
  • 30. Contoh 4.9 S = {[1, 2, –1, 1], [2, 1, 0, 1], [2, –2, 1, 0], [11, 1, 1, 4]} merupakan himpunan bagian dalam R4. Periksa apakah S linearly dependent! Matriks A = ; Matriks B = Karena tidak ada pivot pada kolom empat, maka S adalah linearly dependent. Hal ini berarti bahwa terdapat paling tidak satu vektor di dalam S yang merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor yang lain. Karena kolom keempat tidak mempunyai pivot, maka vektor keempat [11, 1, 1, 4] merupakan kombinasi linear dari ketiga vektor yang lain, yaitu: [11, 1, 1, 4] = 1[1, 2, –1, 1] + 3[2, 1, 0, 1] + 2[2, –2, 1, 0]. 4-30               4011 1101 1212 11221             0000 2100 3010 1001
  • 31. 4-31 Suatu himpunan S yang berada di dalam vector space V adalah linearly independent jika dan hanya jika tidak ada vektor v  S sedemikian hingga v  span(S – {v}). Sebaliknya, S adalah linearly dependent jika dan hanya jika terdapat beberapa vektor v  S sedemikian hingga v  span(S – {v}). Suatu himpunan vektor tak nol S = {v1, v2, …, vn} adalah linearly independent jika dan hanya jika: 1) v1 ≠ 0; 2) untuk setiap k, 2 ≤ k ≤ n, vk  span({v1, v2, …, vk–1}).
  • 32. Contoh: pada Contoh 4.7 sudah ditunjukkan bahwa S = {[2, 5], [3, 7], [4, –9], [–8, 3]} adalah linearly dependent. Hal ini bisa dibuktikan bahwa vektor [4, –9] adalah kombinasi linear dari vektor-vektor yang lain (mengikuti Teorema 4.8), yaitu: [4, –9] = –55[2, 5] + 38[3, 7] + 0[4, –9] + 0[–8, 3]. Namun, kombinasi linear tersebut tidaklah unik (mengikuti Teorema 4.9), karena terdapat kombinasi linear lagi yang mungkin, misalnya: [4, –9] = 0[2, 5] + 0[3, 7] + 1[4, –9] + 0[–8, 3]. 4-32 Teorema 4.9 Jika S adalah himpunan bagian berhingga tak kosong (nonempty finite subset) dari suatu vector space V ; maka S adalah linearly independent jika dan hanya jika setiap vektor v  span(S) dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear yang unik dari anggota-anggota dari S.
  • 33. Contoh 4.10 Buktikan bahwa fundamental eigenvectors dari matriks A = adalah linearly independent! Eigenvalues dari A adalah: λ1 = 1 dengan fundamental eigenvector adalah [4, 2, 3]; dan λ2 = 2 dengan fundamental eigenvectors adalah [3, 1, 0] dan [–1, 0, 1]. Matriks P = ; Matriks B = 4-33 Setiap himpunan fundamental eigenvectors untuk matriks n × n yang diperoleh dari Metode Diagonalisasi adalah linearly independent.              193 282 4122            103 012 134           100 010 001 Karena terdapat pivot pada setiap kolomnya, maka P adalah linearly independent
  • 34. 4-34 Definisi Suatu himpunan bagian tak berhingga (infinite subset) S dari suatu vector space V adalah linearly dependent jika dan hanya jika ter- dapat beberapa himpunan bagian berhingga (finite subset) T dari S sedemikian hingga T adalah linearly dependent. Sebaliknya, S adalah linearly independent jika dan hanya jika setiap himpunan bagian berhingga (finite subset) T dari S adalah linearly independent.
  • 35. Contoh: S adalah infinite subset dari M22 yang merupakan himpunan dari matriks non-singular. Apabila T = {I2, 2I2} adalah finite subset dari S, maka T linearly dependent karena anggota kedua dari T adalah perkalian skalar dari anggota pertama. Karena T adalah linearly dependent, maka S adalah linearly dependent. Karena S adalah linearly dependent, maka beberapa vektor dalam span(S) dapat diekspresikan dalam lebih dari satu macam cara sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor di dalam S, sebagai contoh: 4-35 Teorema 4.10 Jika S adalah himpunan bagian tak kosong (nonempty subset) dari suatu vector space V ; maka S adalah linearly independent jika dan hanya jika setiap vektor v  span(S) dapat diekspresikan sebagai kombinasi linear unik yang berhingga (uniquely finite linear combination) dari anggota-anggota dari S, jika istilah (terms) yang berkaitan dengan koefisien nol tidak dianggap (ignored).                                   12 11 1 20 13 1 01 10 2 10 01 2 22 22
  • 36. S adalah linearly independent S adalah linearly dependent Jika S = {v1, v2, …, vn} dan a1v1 + a2v2 + … + anvn = 0, maka a1 = a2 = … = an = 0. (Vektor nol akan memerlukan koefisien yang bernilai 0). Jika S = {v1, v2, …, vn} maka a1v1 + a2v2 + … + anvn = 0, untuk beberapa skalar a1,a2, …, an dengan beberapa ai ≠ 0. (Vektor nol tidak memerlukan semua koefisien untuk bernilai 0). Tidak ada vektor di dalam S yang merupakan finite linear combination dari vektor lainnya di dalam S. Beberapa vektor di dalam S adalah finite linear combination dari vektor lainnya di dalam S. Untuk setiap v  S, terdapat v  span(S – {v}) Terdapat v  S, sedemikian hingga v  span(S – {v}). Untuk setiap v  S, span(S – {v}) tidak ter- dapat semua vektor dari span(S). Terdapat beberapa v  S sedemikian hingga span(S – {v}) = span(S). 4-36
  • 37. S adalah linearly independent S adalah linearly dependent Jika S = {v1, v2, …, vn}, maka untuk setiap k, vk  span({v1, v2, …, vk–1}). (Setiap vk tidak merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor yang sebelumnya). Jika S = {v1, v2, …, vn}, beberapa vk dapat dekspresikan sebagai vk = a1v1 + a2v2 + … + ak–1vk–1. (Beberapa vk merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor yang sebelumnya). Setiap vektor di dalam span(S) dapat secara unik diekspresikan sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor di dalam S. Beberapa vektor di dalam span(S) dapat diekspresikan dalam lebih dari satu mcam cara sebagai kombinasi linear dari vektor- vektor di dalam S. Setiap himpunan bagian berhingga (finite subset) dari S adalah linearly independent. Beberapa himpunan bagian berhingga (finite subset) dari S adalah linearly dependent. 4-37
  • 38. Contoh: Vector space Rn mempunyai {e1, e2, …, en} sebagai basis; sehingga {i, j} dan {i, j, k} adalah standard basis untuk vector space R2 dan R3. Contoh: Matriks berukuran m × n mempunyai standard basis: {Ψij | 1 ≤ i ≤ m, 1 ≤ j ≤ n}, di mana Ψij adalah himpunan matriks berukuran m × n dengan 1 sebagai entri pada posisi (i, j) sedangkan entri yang lain adalah 0. 4-38 Definisi Apabila V adalah suatu vector space dan B adalah himpunan bagian di dalam V, maka B adalah basis untuk V jika dan hanya jika: 1. B merentang V dan 2. B adalah linearly independent.
  • 39. Contoh 4.11 Apakah B = {[1, 2, 1], [2, 3, 1], [–1, 2, –3]} merupakan basis untuk R3? Untuk menunjukkan B merentang R3, maka digunakan metode simplikasi rentangan: Matriks A = ; Matriks C = , maka span(B) = {a[1, 0, 0] + b[0, 1, 0] + c[0, 0, 1] | a, b, c  R} = R3. Selanjutnya untuk membuktikan bahwa B adalah linearly independent, maka digunakan independence test method: Matriks A = ; Matriks B = . Karena terdapat pivot untuk semua kolom, maka B adalah linearly independent. 4-39            321 132 121           100 010 001             311 232 121           100 010 001 B adalah basis untuk R3
  • 40. 4-40 Lemma 4.11 Jika S dan T adalah himpunan bagian di dalam vector space V sedemikan hingga S merentang V, S adalah tak berhingga (infinite) dan T adalah linearly independent; maka T adalah berhingga (finite) dan |T| ≤|S|. Teorema 4.12 Apabila V adalah vector space, B1 dan B2 adalah basis untuk V sedemikian hingga B1 mempunyai elemen yang berhingga; maka B2 juga mempunyai elemen yang berhingga dan |B1| = |B2|. † Notasi |S| melambangkan jumlah elemen di dalam suatu himpunan S. Contoh: S = {[1, 4, 3], [2, 7, 7], [5, 5, 5], [0, 3,19]} adalah subset di dalam R3, di mana |S| = 4.
  • 41. Contoh: Vector space R3 mempunyai {i, j, k} sebagai standard basis; sehingga dim(R3) = 3. Secara umum, dim(Rn) = n, karena Rn mempunyai standard basis: {e1, e2, …, en}. Contoh: Standard basis untuk M22 berjumlah empat elemen; sehingga dim(M22) = 4. Secara umum, dim(Mmn) = m ∙ n. 4-41 Definisi Apabila V adalah vector space dan mempunyai basis B yang berisi elemen yang berhingga, maka V dikatakan finite dimensional. Dimensi dari V atau dim(V) adalah jumlah elemen pada setiap basis untuk V ; atau dim(V) = |B|. Apabila V tidak mempunyai finite basis, maka V dikatakan infinite dimensional.
  • 42. Contoh: B = {[1, 2, 1], [2, 3, 1], [–1, 2, –3]} adalah himpunan bagian dari R3. Dalam Contoh 4.11 telah ditunjukkan bahwa B merentang R3. Karena dim(B) = 3, yang sama dengan dim(R3) = 3, maka berdasarkan Teorema 4.13 kita dapat me- nyimpulkan bahwa B adalah basis untuk R3 tanpa perlu membuktikan bahwa B adalah linearly independent! 4-42 Teorema 4.13 Jika V adalah finite dimensional vector space: (1) Apabila S adalah himpunan bagian yang berhingga (finite subset) dari V yang merentang V ; maka dim(V) ≤ |S|. Lebih lanjut, |S| = dim(V) jika dan hanya jika S adalah basis untuk V. (2) Apabila T adalah himpunan bagian dari V yang linearly independent; maka T adalah berhingga dan |T| ≤ dim(V). Lebih lanjut, |T| = dim(V) jika dan hanya jika T adalah basis untuk V.
  • 43. Frase “B adalah maximal linearly independent subset dari S berarti bahwa kedua hal berikut adalah benar: • B adalah linearly independent subset dari S. • Jika B  C  S dan B ≠ C, maka C adalah linearly dependent. Teorema 4.14 juga menyatakan bahwa jika tidak ada cara untuk memasukkan vektor yang lain di dalam S ke dalam B tanpa membuat B menjadi linearly dependent, maka B adalah basis untuk span(S) = V. Hal yang sama juga berlaku untuk kebalikannya. 4-43 Teorema 4.14 Jika V adalah vector space dengan S adalah spanning set-nya atau span(S) = V dan B adalah maximal linearly independent subset dari S, maka B adalah basis untuk V.
  • 44. Contoh 4.12 Apabila S = {[1, –2, 1], [3, 1, –2], [5, –3, 0], [5, 4, –5], [0, 0, 0]} merupakan himpunan bagian dari R3 dan B = {[1, –2, 1], [5, –3, 0]} adalah himpunan bagian dari S, tunjukkan bahwa B adalah basis untuk span(S)! Untuk menunjukkan bahwa B adalah basis untuk span(S), maka vektor-vektor lain di dalam S akan dimasukkan ke dalam B tanpa membuat B menjadi linear dependent (membuktikan bahwa B adalah maximal linearly independent subset dari S): [3, 1, –2] = –2[1, –2, 1] + [5, –3, 0] [5, 4, –5] = –5[1, –2, 1] + 2[5, –3, 0] [0, 0, 0] = 0[1, –2, 1] + 0[5, –3, 0] Ternyata TIDAK ADA vektor lain di dalam S yang ketika dimasukkan ke dalam B membuat B menjadi linear independent; sehingga B adalah basis untuk span(S). 4-44
  • 45. Frase “B adalah minimal spanning set untuk V berarti bahwa kedua hal ini benar: • B adalah subset dari V yang merentang V. • Jika C  B dan C ≠ B, maka C tidak merentang V. Contoh: Lihat kembali S dan B pada Contoh 4.12 bahwa setiap vektor di dalam S adalah kombinasi linear dari vektor-vektor yang ada di dalam B, sehingga S  span(B), padahal B  S. Berdasarkan Corollary 4.6, maka span(B) = span(S) = V. Tidak ada vektor di dalam B yang merupakan perkalian skalar dari vektor lainnya, sehingga tidak ada vektor B sendiri yang dapat merentang V. Oleh karena itu, B adalah minimal spanning set untuk V ; dan berdasarkan Teorema 4.15, B adalah basis untuk span(S). 4-45 Teorema 4.15 Jika V adalah vector space dan B adalah minimal spanning set untuk V, maka B adalah basis untuk V.
  • 46. Contoh: B = {x3 + 2x2 – 4x + 18, 3x2 + 4x – 4, x3 + 5x2 – 3, 3x + 2} adalah linearly independent subset dari P3 (buktikan!); maka berdasarkan Teorema 4.13 (2), B adalah basis untuk P3. Namun, kita dapat memperoleh kesimpulan yang sama dengan menggunakan Teorema 4.16. Untuk W = span(B), mempunyai B sebagai basisnya. dim(W) = 4; tetapi karena W adalah subspace dari P3 dan dim(P3) = 4, maka berdasarkan Teorema 4.16, W = P3; sehingga B adalah basis untuk P3. 4-46 Teorema 4.16 Jika V adalah finite dimensional vector space dan W adalah subspace dari V ; maka W juga adalah finite dimensional dengan dim(W) ≤ dim(V). Lebih jauh, dim(W) = dim(V) jika dan hanya jika W = V.
  • 47. Untuk membentuk basis dari suatu spanning set dari suatu vector space, kita dapat menggunakan metode simplifikasi rentangan atau metode independence test. 4-47 Metode Simplifikasi Rentangan Metode Independence Test Vektor-vektor di dalam S menjadi baris dari Matriks A. Vektor-vektor di dalam S menjadi kolom dari Matriks A. Basis yang dibentuk bukan merupakan himpunan bagian dari spanning set S, tetapi memuat vektor-vektor dengan bentuk yang lebih sederhana. Basis yang dibentuk merupakan himpunan bagian dari spanning set S. Baris tak nol dari Matriks C (matriks eselon baris tereduksi) digunakan sebagai basis. Kolom yang mempunyai pivot dari Matriks B (matriks eselon baris tereduksi) digunakan untuk menentukan vektor mana di dalam S yang digunakan sebagai basis.
  • 48. Contoh 4.13 Apabila S = {[2, –2, 3, 5, 5], [–1, 1, 4, 14, –8], [4, –4, –2, –14, 18], [3, –3, –1, –9, 13]} adalah himpunan bagian dari R5. Cari basis untuk span(S) = V ! Menggunakan metode simplifikasi rentangan untuk membentuk basis: Matriks A = ; Matriks C = Maka, basis yang diinginkan untuk V adalah himpunan B = {[1, –1, 0, –2, 4], [0, 0, 1, 3, –1]} yang merupakan baris tak nol dari Matriks C; sehingga dim(V) = 2. 4-48                 139133 1814244 814411 55322               00000 00000 13100 42011
  • 49. Contoh 4.14 Apabila S = {x2 – 3x + 5, 3x3 + 4x – 8, 6x3 – x2 + 11x – 21, 2x5 – 7x3 + 5x} adalah himpunan bagian dari P5. Cari basis untuk span(S) = W ! Menggunakan metode simplifikasi rentangan untuk membentuk basis: x5 x4 x3 x2 x1 x0 x5 x4 x3 x2 x1 x0 Matriks A = ; Matriks C = Maka, basis yang diinginkan untuk W adalah himpunan D = {x5 + 43x/6 – 28/3, x3 + 4x/3 – 8/3, x2 – 3x + 5} yang merupakan baris tak nol dari Matriks C; sehingga dim(W) = 3. 4-49                 050702 21111600 840300 531000                000000 531000 38340100 3286430001
  • 50. Contoh 4.15 Apabila S = {[1, 2, –1], [3, 6, –3], [4, 1, 2], [0, 0, 0], [–1, 5, –5]} adalah himpunan bagian dari R3. Cari basis untuk span(S) = V ! Menggunakan metode independence test untuk membentuk basis: Matriks A = ; Matriks B = Karena kolom 1 dan 3 mempunyai pivot, maka vektor pertama dan ketiga dari S, yaitu: B = {[1, 2, –1], [4, 1, 2]} adalah basis untuk span(S); sehingga dim(V) = 2 (karena |B| = 2). Vektor-vektor lainnya merupakan kombinasi linear dari kedua vektor tersebut: [3, 6, –3] = 3[1, 2, –1] + 0[4, 1, 2]; [0, 0, 0] = 0[1, 2, –1] + 0[4, 1, 2]; [–1, 5, –5] = 3[1, 2, –1] – 1[4, 1, 2]. 4-50             50231 50162 10431            00000 10100 30031
  • 51. Contoh 4.16 Apabila S = {x3 – 3x2 + 1, 2x2 + x, 2x3 + 3x + 2, 4x – 5} adalah himpunan bagian dari P3. Cari basis untuk span(S) = V ! Menggunakan metode independence test untuk membentuk basis: Matriks A = ; Matriks B = Karena kolom 1, 2, dan 4 mempunyai pivot, maka B = {x3 – 3x2 + 1, 2x2 + x, 4x – 5} adalah basis untuk span(S). Polinomial lainnya merupakan kombinasi linear dari ketiga polinomial tersebut: 2x3 + 3x + 2 = 2(x3 – 3x2 + 1) + 3(2x2 + x). 4-51               5201 4310 0023 0201             0000 1000 0310 0201
  • 52. Contoh: Apabila S = {[1, 3, –2], [2, 1, 4], [0, 5, –8], [1, –7, 14]} dan V = span(S); maka berdasarkan Teorema 4.17 mengindikasikan bahwa ada beberapa himpunan bagian dari S yang merupakan basis untuk V. [0, 5, –8] = 2[1, 3, –2] – [2, 1, 4]; [1, –7, 14] = –3[1, 3, –2] + 2[2, 1, 4]. Kedua vektor tersebut B = {[1, 3, –2], [2, 1, 4]} merupakan merupakan maximal linearly independent dari himpunan bagian dari S. Kemudian, berdasarkan Teorema 4.14, B adalah basis untuk V yang berada di dalam S. 4-52 Teorema 4.17 Jika S adalah spanning set untuk finite dimensional vector space V, maka akan terdapat himpunan B  S yang merupakan basis untuk V.
  • 53. 4-53 Metode Inspeksi untuk Menemukan Basis dari suatu Spanning Set Apabila S adalah finite set dari vektor-vektor yang merentang suatu vector space V: 1. Base step: Pilih v1 ≠ 0 yang berada di dalam S. Ulangi langkah 2 berikut ini sebanyak mungkin (apabila mungkin): 2. Inductive step: Dengan mengasumsikan bahwa v1, v2, …, vk–1 sudah terpilih pada langkah 1, pilih vk  S sedemikian hingga vk  span({v1, v2, …, vk–1 }). Himpunan akhir yang terbentuk adalah basis untuk V. Contoh: S = {[0, 0, 0], [2, –8, 12], [–1, 4, –6], [7, 2, 2]} adalah himpunan bagian dari R3. 1. Base step: v1 = [2, –8, 12]; karena vektor pertama S adalah vektor nol: [0, 0, 0] 2. Inductive step: memilih suatu vektor yang bukan merupakan kombinasi linear dari v1. Kita tidak bisa memilih [–1, 4, –6] karena [–1, 4, –6] = –1/2 [2, –8, 12]; sehingga v2 = [7, 2, 2]. Himpunan B = {v1, v2} = {[2, –8, 12], [7, 2, 2]} adalah basis untuk span(S) = V.
  • 54. 4-54 Teorema 4.18 Apabila T adalah himpunan bagian yang linearly independent dari finite dimensional vector space V ; maka V mempunyai basis B dengan T ⊆ B. Metode Pembesaran (Enlarging) untuk Menemukan Basis dari Linearly Independent Subset Apabila T = {t1, t2, …, tk} adalah linearly independent subset dari finite dimensional vector space V: 1. Cari finite spanning set A = {a1, a2, …, an} untuk V. 2. Bentuk ordered spanning set S = {t1, t2, …, tk, a1, a2, …, an} for untuk V. 3. Gunakan metode independence test atau metode simplifikasi rentangan atau metode inspeksi untuk S guna membentuk himpunan bagian B dari S. Maka, B adalah basis untuk V yang memuat T.
  • 55. Contoh 4.17 Apabila T = {[2, 0, 4, –12], [0, –1, –3, 9]} adalah linearly independent subset dari V = R4. Gunakan metode enlarging untuk mencari basis untuk R4 yang memuat T! 1. A = {e1, e2, e3, e4} adalah standard basis untuk R4. 2. S = {[2, 0, 4, –12], [0, –1, –3, 9], [1, 0, 0, 0], [0, 1, 0, 0], [0, 0, 1, 0], [0, 0, 0, 1]}. 3. Menggunakan metode independence test untuk membentuk basis: Matriks A = ; Matriks B = Karena kolom 1, 2, 3, dan 5 mempunyai pivot, maka vektor pertama, kedua, ketiga, dan kelima dari S, yaitu: B = {[2, 0, 4, –12], [0, –1, –3, 9], [1, 0, 0, 0], [0, 0, 1, 0]} adalah basis untuk R4 yang memuat T. 4-55                1000912 010034 001010 000102               3110000 61023100 001010 121043001
  • 56. 4-56 Definisi Suatu ordered basis untuk suatu vector space V adalah suatu ordered n-tuple dari vektor-vektor (v1, v2, …, vn) sedemikian hingga himpunan (v1, v2, …, vn) adalah basis untuk V. Definisi Apabila B = (v1, v2, …, vn) adalah ordered basis untuk vector space V; maka w = a1v1 + a2v2 + … + anvn  V ; sehingga [w]B atau coordi- natization of w with respect to B, adalah n-vector [a1, a2, …, an].
  • 57. Contoh: Apabila B = ([4, 2], [1, 3]) adalah ordered basis untuk R2; perhatikan bahwa [4, 2]B = 1[4,2] + 0[1,3] sehingga [4, 2]B = [1, 0] dan [1, 3]B = 0[4, 2] + 1[1, 3] atau [1, 3]B = [0, 1]. Dari sudut pandang geometrik, mengubah ke dalam koordinat B dalam R2 akan menghasilkan “sistem koordinat baru” dalam R2 dengan [4, 2] dan [1, 3] sebagai unit vector-nya (lihat Gambar 4.1). 4-57Gambar 4.1. Koordinat “baru” B dalam R2 Contoh: [11, 13] dalam sistem koordinat konvensional akan setara dengan [2, 3] dalam sistem koordinat baru B, karena [11, 3] = 2[4, 2] + 3[1, 3]. Atau [11, 3]B = [2, 3].
  • 58. 4-58 Metode Coordinatization Apabila V adalah nontrivial subspace dari Rn, B = (v1, v2, …, vk) adalah ordered basis untuk V, dan v  Rn; maka untuk menentukan [v]B, jika mungkin: 1. Bentuk augmented matrix [A|v] dengan menggunakan vektor-vektor yang ada di dalam B sebagai kolom dari A (secara urut); dan gunakan v sebagai satu kolom yang berada di sebelah kanan. 2. Bentuk matriks eselon baris tereduksi [C|w]. 3. Apabila terdapat baris di dalam [C|w] yang semuanya 0 berada di sebelah kiri dan bukan 0 di sebelah kanan, maka v  span(B) = V, dan coordinatization adalah tidak mungkin. 4. Selain itu, maka v  span(B) = V. Eliminasi semua baris yang semua entrinya 0 untuk mendapatkan [Ik|y]; maka [v]B = y, atau kolom terakhir dari [Ik|y].
  • 59. Contoh 4.18 Apabila V vector space di dalam R5 yang direntangkan oleh ordered basis C = ([–4, 5, –1, 0, –1], [1, –3, 2, 2, 5], [1, –2, 1, 1, 3]), tentukan [–23, 30, –7, –1, –7]C! Untuk menentukan [–23, 30, –7, –1, –7]C kita harus menyelesaikan persamaan: [–23, 30, –7, –1, –7] = a[–4, 5, –1, 0, –1] + b[1, –3, 2, 2, 5] + c[1, –2, 1, 1, 3]). Persamaan tersebut ekuivalen dengan: Solusi dari sistem persamaan tersebut adalah: a = 6, b = –2, dan c = 3, atau [–23, 30, –7, –1, –7]C = 6[–4, 5, –1, 0, –1] – 2[1, –3, 2, 2, 5] + 3[1, –2, 1, 1, 3]. 4-59                  7 1 7 30 23 35 2 2 235 4 cba cb cba cba cba                      7351 1120 7121 30235 23114                  0000 0000 3100 2010 6001
  • 60. Contoh 4.19 Tentukan [1, 2, 3, 4, 5]C, di mana C adalah ordered basis yang telah didefinisikan pada Contoh 4.18! [1, 2, 3, 4, 5]C = a[–4, 5, –1, 0, –1] + b[1, –3, 2, 2, 5] + c[1, –2, 1, 1, 3]). Persamaan tersebut ekuivalen dengan: Sistem persamaan di atas tidak mempunyai solusi. Hal ini berarti bahwa [1, 2, 3, 4, 5]C tidak berada di dalam V = span(C). 4-60              5 4 3 2 1 35 2 2 235 4 cba cb cba cba cba                     5351 4120 3121 2235 1114                 0000 1000 0100 0010 0001
  • 61. Contoh 4.20 Tentukan [2x – 7y + 3z]C apabila x = [1, 0, –1, 0, 4], y = [0, 1, –1, 0, 3], z = [0, 0, 0, 1, 5], dan C adalah ordered basis yang telah didefinisikan pada Contoh 4.18! Dengan menggunakan metode coordinatization, ditemukan [x]C = [1, –5, 10]; [y]C = [1, –4, 8], dan [z]C = [1, –3, 7]. Berdasarkan Teorema 4.19, maka [2x – 7y + 3z]C = 2[x]C – 7[y]C + 3[z]C = 2[1, –5, 10] – 7[1, –4, 8] + 3[1, –3, 7] = [–2, 9, –15]. 4-61 Teorema 4.19 Apabila B = (v1, v2, …, vn) adalah suatu ordered basis untuk vector space V , w1, w2, …, wk  V , dan a1, a2, …, ak adalah skalar; maka: 1. [w1 + w2]B = [w1]B + [w2]B 2. [a1w1]B = a1[w1]B 3. [a1w1 + a2w2 + … + akwk]B = a1[w1]B + a2[w2]B + … + ak[wk]B
  • 62. 4-62 Definisi Apabila V adalah nontrivial n-dimensional vector space dengan ordered bases B dan C, P adalah matriks n × n yang kolom ke-i sama dengan [bi]C untuk 1 ≤i≤ n, di mana bi adalah basis ke-i untuk vektor di B; maka P disebut matriks transisi dari B-coordinates ke C- coordinates (atau matriks transisi dari B ke C). Vektorke-1diC Vektorke-2diC Vektorke-kdiC … Vektorke-1diB Vektorke-2diB Vektorke-kdiB … Ik P Baris nol
  • 63. Contoh 4.21 Merujuk pada Contoh 4.18 di mana V direntangkan oleh ordered basis C = ([–4, 5, –1, 0, –1], [1, –3, 2, 2, 5], [1, –2, 1, 1, 3]) dan dengan menggunakan metode simplifikasi rentangan untuk vektor-vektor di C, ditemukan B = ([1, 0, –1, 0, 4], [0, 1, –1, 0, 3], [0, 0, 0, 1, 5]) adalah basis yang lain dari V. Cari matriks transisi dari B ke C! [x]C = [1, –5, 10]; [y]C = [1, –4, 8], dan [z]C = [1, –3, 7]. Matriks P = 4-63                     534351 100120 011121 010235 001114                  000000 000000 7810100 345010 111001            7810 345 111
  • 64. Contoh 4.22 B dan C merupakan ordered basis untuk U2 sebagai berikut: Cari matriks transisi dari B ke C! Matriks P = 4-64                             10 11 , 10 21 , 00 37 B              111 114 121                            20 1233 , 10 412 , 20 722 C               110212 000000 1231247 117331222                000000 111100 114010 121001
  • 65. Contoh: Apabila B dan C adalah ordered bases yang telah didefinisikan pada Contoh 4.22, maka untuk mengubah koordinat dari setiap matriks di dalam U2 dari koordinat B ke dalam koordinat C dapat dilakukan dengan mudah. Misalkan kita ingin mengubah matriks V = yang merupakan kombinasi line- ar dari vektor-vektor yang ada di B: atau [v]B = maka [v]C = P[v]B = = 4-65 Teorema 4.20 Apabila B dan C adalah ordered bases untuk nontrivial n-dimensional vector space V dan P adalah matriks berukuran n × n; maka P adalah matriks transisi dari B ke C jika dan hanya jika untuk setiap v V, P[v]B = [v]C.       90 2425                            10 11 6 10 21 3 00 37 4 90 2425            6 3 4              111 114 121            6 3 4             13 19 8
  • 66. Contoh: Apabila B = (−x2 + 4x + 2, 2x2 – x – 1, –x2 + 2x + 1) dan C = (x2 – 2x – 3, 2x2 – 1, x2 + x + 1) adalah ordered basis untuk P2, bersama-sama dengan standard basis S = (x2, x, 1); maka matriks transisi dari B ke C adalah didapatkan dengan: P = Matriks transisi dari C ke S didapatkan dengan: Q = Maka QP = 4-66 Teorema 4.21 Apabila B, C, dan D ordered bases untuk nontrivial finite dimensional vector space V, P adalah matriks transisi dari B ke C, Q adalah matriks transisi dari C ke D; maka QP adalah matriks transisi dari B ke D.              112113 214102 121121              8514100 6311010 539001              8514 6311 539             113100 102010 121001             113 102 121              112 214 121
  • 67. Contoh: Apabila B, C, dan S adalah ordered bases yang telah didefinisikan pada contoh sebelumnya, maka: P−1 dan Q−1 adalah matriks transisi dari C ke B dan dari S ke C sebagai berikut: P−1 = ; Q−1 = [v]B = P−1 [v]C = P−1 (Q−1 [v]S) = (P−1 Q−1) [v]S Jika v = x2 + 7x + 3, maka: [v]B = (P−1 Q−1) [v]S = 4-67 Teorema 4.22 Apabila B dan C ordered bases untuk nontrivial finite dimensional vector space V, P adalah matriks transisi dari B ke C; maka P adalah matriks nonsingular dan P−1 adalah matriks transisi dari C ke B.              6313 124 316              452 341 231              6313 124 316              452 341 231                       2 1 3 3 7 1
  • 68. Apabila v adalah suatu vektor di dalam R3 dalam suatu koordinat standar, maka: D[v]B = (P–1AP)[v]B = (P–1A)P[v]B = P–1A[v]S = P–1(Av) = [Av]B , di mana D adalah B-coordinates dari matriks A. 4-68 Definisi Apabila metode diagonalisasi (pada Bab 3) dilakukan pada suatu matriks A; maka matriks P yang didapatkan adalah matriks transisi dari B-coordinates ke koordinat standar, di mana B adalah ordered basis untuk Rn yang berisi eigenvectors dari A.
  • 69. Contoh: Matriks A = mempunyai characteristic polynomial sbb: pA(x) = x3 – 3x – 2 = (x – 2)(x + 1)2; dengan eigenvalues 2 dan –1. Untuk λ = 2, fundamental eigenvectors: v1 = [5, 2, 1], sehingga {v1} adalah basis untuk eigenspace E2. Untuk λ = –1, fundamental eigenvectors: v2 = [1, 1, 0] dan v3 = [2, 0, 1] sehingga {v1, v2} adalah basis untuk eigenspace E–1. Apabila B = (v1, v2, v3) maka B adalah himpunan bagian yang linearly independent sehingga B adalah basis untuk R3. Apabila S adalah standard basis, maka matriks transisi P dari B ke S adalah: P = . Perhatikan bahwa matriks P tersebut sama dengan matriks P yang didapat dari metode diagonalisasi. Maka, P–1 = dan D = . 4-69              733 1276 301514           101 012 215              311 432 211             100 010 002
  • 70. Instructor: M. Mujiya Ulkhaq Department of Industrial Engineering Aljabar Linear Linear Algebra Thank You for your Attention