Bukan cuma-sekedar "Bukan Sustainable Consumption Behaviour"
1. BUKAN CUMA SEKEDAR
“BUKAN SUSTAINABLE CONSUMPTION BEHAVIOR”
Artikel oleh : Lili Andajani
Workshop yang saya ikuti selama enam hari ini benar-benar membawa kesegaran dan
menyebabkan idealisme saya dapat terjaga (ya amplop……!). Bagaimana tidak, disini saya
bertemu dengan berbagai guru dari beberapa daerah di Indonesia dengan berbagai situasi serta
kesulitan yang mereka temui. Saya sering merasa, saya sendiri yang mengalami kesulitan dan
berat dalam memikul tantangan, tetapi ternyata orang lain di luar sana mengalami hal-hal yang
lebih dari pada yang saya rasakan.
Workshop ini bertemakan “Prepare Young Generations to Become Actors of Change
Towards More Sustainable Consumption Behaviors”….. tema yang berat. Bagaimana tidak
berat, menghimbau buang sampah pada tempatnya saja harus terus…terus…. dan terus.
Andaikata mulut ini buatan pabrik, barangkali spare partnya harus ganti bolak balik. Untung
saja buatan yang Maha Kuasa, jadi masih awet berada di tempatnya dan berfungsi baik. (he…
he…he…)
Nah, dalam kesempatan ini, beberapa guru dari Kalimantan mensharingkan betapa
sulitnya prasarana di sekolah mereka. Mereka mengeluh, tetapi hal ini tidak membuat mereka
patah arang. Saya perhatikan presentasi mereka tentang sekolahnya, ternyata mereka
mengajar dengan cara yang menarik. Alam sekitar menjadi media yang aktual untuk
pengajaran.
Ketika di sessi diskusi saya share-kan bahwa sekolah saya dalam program menghemat
energi, yang berkenaan dengan penggunaan batu bara. Dimana saya pikir, bukankan
Kalimantan gudangnya batu bara ? Dan saya menawarkan agar siswa-siswa kami dapat saling
2. berkomunikasi (lewat FB tentunya), agar masing-masing siswa mendapatkan kesadaran
pentingnya menghemat sumber daya alam. Disitu nanti siswa Stanislaus dapat mendengarkan
langsung bagaimana kekhawatiran siswa di Kalimantan tentang tanah dan sumber daya alam
mereka. Sehingga berikutnya kalau sesama generasi muda berkomunikasi, akan timbul saling
pengertian di antara mereka. Jadi siswa yang di sini, janganlah berfoya-foya dengan energi yang
dikiranya berlimpah ruah. Tetapi jawaban yang saya dapatkan membuat saya shock. “Ibu….
Jangankan akses internet, signal hp di daerah kami belum ada…. Bahkan listrik di tempat kami
juga belum ada….” Astaga naga…. MAAF…..BERIBU MAAF….. hal ini sungguh diluar pikiran saya.
Saya pikir Indonesia adil, makmur dan sentausa…. Ternyata belum ???? Gudang batu bara ???
Tidak ada listrik ???? Oh !!!!!
Itulah yang terjadi. Berikutnya, yang terpikir oleh saya, kalau di daerah asalnya batu bara
saja tidak ada listrik….. sementara di sini, di mana tidak digali batu bara, kami berfoya-foya
listrik…. Berkeluh kesah mahalnya BBM dan TDL, bukankan ini suatu ketidak adilan ? Jadi
penggunaan listrik yang seenaknya, bukan Cuma sekedar “bukan sustainable consumption
behavior” bahkan juga BERDOSA besar. Ini bukan perkara punya uang atau tidak punya uang,
tetapi setiap orang memiliki hak untuk dapat hidup secara berkualitas. Dimana, bukan berarti
orang yang memiliki uang berhak memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari pada yang tidak
punya uang. Bukankan bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (eh…. Apa bener nih
pasal bunyinya begini…? Hehehehe…)
Nah, semuanya saja…. Ayo hemat energi….. ayo bangun solidaritas sosial pada rekan-
rekan kita yang belum menikmati energi….. (Cheers … Lili)