Tulisan ini disiapkan untuk memeriahkan ajang NTU (Nugroho Tri Utomo) Writing Contest for Water and Sanitation 2019 bertema Menuntaskan Akses Sanitasi dan Air Minum Aman Berkelanjutan 2024 yang diselenggarakan oleh Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL).
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
KONSEP SALEH SOSIAL SANITASI
1. Pengenalan Konsep Saleh Sosial dalam Pembangunan Sanitasi
Oswar Mungkasa*
Sekitar sepuluh tahun lalu ketika menjadi pembicara pada Dubai Humanitarian Aid
(DIHAD) Conference and Exhibition, di Dubai, para peserta sangat terkejut ketika mengetahui
bahwa kondisi sanitasi Indonesia yang masih kurang baik berdasar kenyataan bahwa
setidaknya 70 juta penduduk masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) (saat
ini sudah jauh berkurang tetapi diperkirakan masih cukup besar mencapai 35 juta orang),
bahkan praktek tersebut juga terjadi di Pesantren. Kebetulan saat itu materi presentasi terkait
Sanitasi Sekolah.
Keterkejutan peserta konferensi terutama bahwa Indonesia dikenal dengan
masyarakatnya yang agamis, dan praktek BABS tentu saja bertolakbelakang dengan gambaran
sebuah masyarakat yang taat menjalankan ajaran agamanya. Apalagi dalam Islam, yang
merupakan agama yang dianut oleh mayoritas sekitar 85 persen penduduk Indonesia, frasa
‘Kebersihan sebagian dari Iman’ (walaupun menurut sumber lain frasa yang tepatnya adalah
Bersuci merupakan sebagian dari Iman) sangat populer.
Sebelum lebih jauh, sebaiknya kita menyamakan persepsi tentang makna dari sanitasi.
Menurut WHO, sanitasi merujuk kepada penyediaan sarana dan pelayanan pembuangan
limbah kotoran manusia seperti urin dan tinja. Istilah 'sanitasi' juga mengacu kepada
pemeliharaan kondisi higienis melalui upaya pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair.
Secara umum, tujuan sanitasi yaitu untuk menjamin kebersihan lingkungan manusia sehingga
terwujud suatu kondisi yang sesuai dengan persyarakat kesehatan serta untuk mengembalikan,
memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan manusia. Dengan demikian, perilaku BABS
menjadi kontradiktif bagi upaya pembangunan sanitasi.
Perilaku BABS sendiri dapat dikategorikan dalam 2 (dua) tipe yaitu (i) BABS secara
harafiah, artinya melakukan secara langsung ke badan air (sungai, saluran drainase, danau, dan
lainnya); (ii) BAB di toilet tetapi karena tidak tersedia tangka septik maka tinjanya dialirkan
langsung ke sungai melalui pipa. Praktek ini banyak terjadi di lokasi sepanjang sungai kota
besar termasuk Jakarta, yang sekitar 500 ribu penduduknya masih BABS tipe ini. Apapun
tipenya tapi akibatnya mencemari badan air yang nota bene bagi seorang muslim air merupakan
kebutuhan utama untuk berwudhu (mensucikan diri sebagai persyaratan melaksanakan shalat).
2. Jadi tentu saja sanitasi itu berhubungan dengan kebersihan dan bahkan kesucian jika dikaitkan
dengan ritual keagamaan. Sehingga jelas sanitasi dan Islam saling terkait, dan BABS jelas
bukan perilaku Islami.
Agama Islam adalah agama amaliyah, yaitu menuntun dan mengajarkan umatnya untuk
mengisi hidup dan kehidupannya dengan amal perbuatan baik yang bermashlahat bagi dirinya,
keluarganya dan masyarakatnya (Zubaidi, Natsir ed., 2016). KH. Ahmad Mustofa Bisri atau
dikenal dengan Gus Mus memperkenalkan istilah Saleh Ritual dan Saleh Sosial. Saleh Ritual
diartikan sebagai ibadah yang dilakukan dalam konteks memenuhi haqqullah dan hablum
minallah seperti shalat, puasa, haji dan ritual lainnya. Sementara itu, istilah Saleh Sosial
merujuk pada berbagai macam aktivitas dalam rangka memenuhi haqul adami dan menjaga
hablum minan nas. Gus Mus tentu tidak bermaksud membenturkan kedua jenis kesalehan ini,
karena sesungguhnya Islam mengajarkan keduanya. Jadi, jelas bahwa yang terbaik itu adalah
kesalehan total, bukan salah satunya atau malah tidak dua-duanya. (Hosen, 2016).
Banyak ayat dalam Al Qurán dan Hadits yang menjelaskan tentang pentingnya Saleh
Sosial ini, khususnya yang terkait kebersihan dan sanitasi. Beberapa diantaranya (TSSM, tanpa
tahun) adalah
a. Kebersihan
▪ Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat dan mencintai orang-orang yang
menjaga kebersihan (Al Baqoroh ayat 222)
▪ Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang orang yang berbuat kerusakan (Al Qashas 77). Perilaku BABS
tentunya bagian dari kegiatan mencemari lingkungan yang merusak bumi ini.
▪ Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas kebersihan. Dan tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan (HR. Thabraani). Kebersihan
menjadi suatu keniscayaan bagi penganut agama Islam.
b. Sanitasi
▪ Takutlah tiga tempat yang dilaknat, buang kotoran pada sumber air yang mengalir, di
jalan dan tempat berteduh (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majjah).
▪ Dari Jabir : Sesungguhnya Nabi melarang buang air di air yang tidak mengalir (Hadits
riwayat Muslim, Nasai dan lbnu Majah).
▪ Dari Jabir : Rasulullah SAW telah melarang buang air kecil di air yang mengalir"
(Hadits riwayat Tirmidzi).
3. ▪ Barang siapa yang datang ke jamban (BAB) maka tutupilah (HR Abu Dawud). Aurat
adalah bagian tubuh yang harus ditutupi atau dilindungi. Melakukan BAB ditempat
tempat terbuka akan menyebabkan terlihatnya aurat bagi kaum laki laki maupun
perempuan.
Namun dalam kesehariannya, masyarakat lebih fokus pada Saleh Ritual dibanding
Saleh Sosial. Kesalehan masih dipandang hanya berasal dari Saleh Ritual berupa shalat, puasa,
dan naik haji. Kegiatan Saleh Sosial seperti menjaga kebersihan, tidak buang sampah
sembarangan, termasuk tidak BABS belum dipandang sebagai bagian dari sikap saleh.
Sehingga bukanlah hal yang mengejutkan jika puluhan juta masyarakat masih melakukan
praktek BABS. Menjadi tugas para penggiat sanitasi untuk mulai meluruskan pemahaman ini
sebagai bagian pengarusutamaan pembangunan sanitasi.
Upaya penyadaran dari sisi agama khususnya konsep Saleh Sosial bisa menjadi salah
satu alternatif pengarusutamaan pentingnya sanitasi. Saat ini telah banyak upaya yang
dilakukan oleh berbagai pihak. Mulai dari MUI yang telah banyak mengeluarkan materi
khutbah Jumat, beberapa proyek Air dan Sanitasi juga telah melakukan hal yang sama, bahkan
pemerintah daerah juga sudah turut mengupayakan hal ini. Namun masih dibutuhkan
kolaborasi diantara pemangku kepentingan sanitasi agar upaya yang telah dilakukan menjadi
lebih efektif dan efisien. Di sinilah Kelompok Kerja Perumahan, Permukiman, Air Minum dan
Sanitasi (Pokja PPAS), baik nasional maupun daerah, dapat berperan aktif sebagai forum para
pemangku kepentingan dalam berkolaborasi.
Salah satu upaya kolaborasi yang dapat dikembangkan oleh Pokja PPAS adalah dengan
menjalankan upaya pengelolaan pengetahuan (knowledge management) terkait praktek saleh
sosial bidang sanitasi, yang pada prinsipnya mengumpulkan, menyiapkan, menyebarluaskan
beragam data dan informasi yang dipunyai oleh para pemangku kepentingan. Data dan
informasi ini dapat berupa ketersediaan beragam bentuk materi publikasi, pembelajaran
praktek unggulan, kebijakan dan regulasi, hasil studi, dan banyak lagi yang dengan mudah
dapat diakses. Melalui upaya ini, para pemangku kepentingan terwadahi oleh Pokja PPAS
dalam berbagi pengetahuan terkait saleh sosial sehingga pembangunan sanitasi menjadi lebih
efektif dan efisien. Dengan demikian, semoga target akses sanitasi dan air minum aman
berkelanjutan 2024 dapat tercapai.
Sumber:
4. 1. Hosen, Nader. Kesalehan Ritual dan Kesalehan Sosial. Diakses dari
https://nadirhosen.net/tsaqofah/aqidah/208-kesalehan-ritual-dan-kesalehan-sosial pada
tanggal 13 Februari 2020.
2. TSSM Jawa Timur. Islam Itu Bersih. Islam Itu Sehat. Islam Tidak Merusak
Lingkungan. Materi Dakwah Sanitasi. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
kerjasama dengan MUI Jawa Timur, IAIN Surabaya, WSP-EAP/TSSM, Gates Foundation.
Tanpa tahun.
3. Zubaidi, Natsir ed. Khutbah Jumat. Air, Kebersihan, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
menurut Agama Islam. Majelis Ulama Indonesia. Penerbit : Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Nasional
*penggiat air minum dan sanitasi, bekerja di Bappenas.
Tulisan ini disiapkan untuk memeriahkan ajang NTU (Nugroho Tri Utomo) Writing Contest for Water and
Sanitation 2019 bertema Menuntaskan Akses Sanitasi dan Air Minum Aman Berkelanjutan 2024 yang
diselenggarakan oleh Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL).