SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
SERIKAT PETANI PASUNDAN
SPP
Jl. Raya Samarang No 108 A Desa Cimanganten Kec.
Tarogong Kaler Kab. Garut-44151
Prinsip-Prinsip Perhutanan Sosial :
1. Kami setuju dan mendukung apabila Program Perhutanan Sosial ini bertujuan untuk
menjadi sebuah kebijakan yang didasari dengan dasar tujuan yang baik;
2. Kami setuju dengan program Perhutanan Sosial tetapi dalam pelaksanaannya harus
berbasis partisipatif dalam pengelolaan dan pengawasannya hal inibertujuan untuk
pembangunan serta penguatan fungsi kawasan hutan;
3. Kami setuju dengan program Perhutanan Sosial apabila dalam pelaksanannya tidak
diatas wilayah yang sudah dikelola oleh rakyat sebagai lahan pertanian yang menjadi
mata pencaharian tetap, hunian tetap, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, sarana
keagamaan, dan wilayah-wilayah yang sedang berkonflik;
4. Kami setuju program Perhutanan Sosial jika sudah dilakukan pengukuhan kawsan
hutan terlebih dahulu oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan
tahapan berlandaskan kepada UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal
15 yaitu penunjukan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan, pemetaan
kawasan hutan dan penetapan kawasan hutan;
5. Kami setuju dengan program Perhutanan Sosial apabila didalam pengukuhan wilayah
kawasan hutan tidak didasarkan pada penunjukansepihak akan tetapi harus melalui
berita acara tapal batas dengan memperhatikan izin pemerintahan setempat,
penyesesuaian dengan tata ruang dan wilayah, serta pemetaan yang dilakukan secara
partisipatif, karenaklaim kawasan hutan oleh Kementerian LHK penunjukannya
dilakukan secara sepihak tidak partsipatif dan masih mengacu kepada peta kawasan
hutan yang dibuat pada zaman Belanda Tahun 1930-an yang menetapkan kawasan
hutan 71 % dari luas daratan Indonesia yang sampai saat ini belum diperbaharui;
6. Kami setuju program Perhutanan Sosial apabila hutan secara prinsip dibagi menjadi 2
jenis fungsi kawasan hutan, yaitu:
a. kawasan hutan proteksi, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi
ekologis, fungsi resapan air, fungsi pengembangan jenis tanaman dan satwa,
dan sebagai fungsi penelitian. Didalam kawasan ini tidak boleh ada kegiatan
yang bersifat profit atau untuk mendapatkan keuntungan secara pinansialdan
diwilayah kawasan ini tdak boleh dijadikan objek program Perhutanan Sosial;
b. Kawasan hutan cadangan, yaitu kawasan hutan yang diproyeksikan untuk
cadangan bagi kelangsungan hidup yang berkelanjutan dansebagai cadangan
untuk menutupi kebutuhan wilayah untuk dijadikanpembangunan pemerintah
yang bertujuan untuk kepentingan rakyat dengan tidak mengurangi fungsinya
dan diwilayah ini boleh dijadikan objek program Perhutanan Sosial;
7. Kami setuju dengan program perhutanan sosial jika perhutanan sosial dilaksanakan
dengaan tidak menggunakan pola seperti program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM). Program Perhutanan Sosial harus bersipat lebih partisipatif
yang mana rakyat memiliki akses dan kewenangan lebih luas dalam menjaga,
merehabilitasi dan mengelola hutan, bahkan sampai pada melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan kawasan hutan;
8. Kami setujuprogram Perhutanan Sosial jika dalam proses pengajuan, penentuan dan
mengawasi pelaksanaannya ada lembaga independent yang dibentuk dengan
melibatkan organisasi masyarakat yang minimal sudah 3 tahun aktip didalam
pengembangan, pendampingan ekonomi dan perlindungan terhadap hak-hak rakyat;
9. Kami setujuprogram Perhutanan Sosial jika perhutanan sosial memiliki Surat
Keputusan (SK) / izin pengelolaandengan syarat yang jelasterhadap pertimbangan
jangka waktu pengelolaannya dan pengelolaan tersebut bisa diwariskan kepada ahli
warisnya;
10. Kami setuju program Perhutanan Sosial jika tidak mengurangi fungsi kawasan hutan
dan idealnya program ini dapat menambah luasan fungsi kawasan hutan dari tanah
negara yang sudah dibebani Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai masih berlaku maupun
sudah tidak berlaku yang dikelola oleh BUMN atau swasta.
11. Kami setuju program Perhutanan Sosial jika tidak bertentangan dengan nilai-nilai
adat yang masih menjunjung budaya dalam melindungi fungsi kawasan hutan, serta
tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama dan pancasila.
Garut, 25 Juli 2017
Hormat Kami,
Agustiana
Sekjen SPP

More Related Content

More from Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif

Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 

More from Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (20)

Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan PetaniKonsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
 
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
 
Kabar JKPP Edisi 22
Kabar JKPP Edisi 22Kabar JKPP Edisi 22
Kabar JKPP Edisi 22
 
Laporan BRWA 2018 2019
Laporan BRWA 2018 2019Laporan BRWA 2018 2019
Laporan BRWA 2018 2019
 
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat AdatMemahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
 
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan IndonesiaKebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
 
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA IndonesiaPanduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
 
Perpres Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
Perpres Nomor 39 tahun 2019   tentang Satu Data IndonesiaPerpres Nomor 39 tahun 2019   tentang Satu Data Indonesia
Perpres Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
 
Kabar jkpp edisi 21
Kabar jkpp edisi 21Kabar jkpp edisi 21
Kabar jkpp edisi 21
 
Kabar jkpp 20
Kabar jkpp 20Kabar jkpp 20
Kabar jkpp 20
 
Kabar jkpp edisi 19
Kabar jkpp edisi 19Kabar jkpp edisi 19
Kabar jkpp edisi 19
 
Kabar jkpp edisi 18
Kabar jkpp  edisi 18Kabar jkpp  edisi 18
Kabar jkpp edisi 18
 
Kabar jkpp edisi 17
Kabar jkpp edisi 17Kabar jkpp edisi 17
Kabar jkpp edisi 17
 
Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16
 
Kabar jkpp 15
Kabar jkpp 15Kabar jkpp 15
Kabar jkpp 15
 
Kabar jkpp 14
Kabar jkpp 14Kabar jkpp 14
Kabar jkpp 14
 
Kabar jkpp 13
Kabar jkpp 13Kabar jkpp 13
Kabar jkpp 13
 

Prinsip-Prinsip Perhutanan Sosial

  • 1. SERIKAT PETANI PASUNDAN SPP Jl. Raya Samarang No 108 A Desa Cimanganten Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut-44151 Prinsip-Prinsip Perhutanan Sosial : 1. Kami setuju dan mendukung apabila Program Perhutanan Sosial ini bertujuan untuk menjadi sebuah kebijakan yang didasari dengan dasar tujuan yang baik; 2. Kami setuju dengan program Perhutanan Sosial tetapi dalam pelaksanaannya harus berbasis partisipatif dalam pengelolaan dan pengawasannya hal inibertujuan untuk pembangunan serta penguatan fungsi kawasan hutan; 3. Kami setuju dengan program Perhutanan Sosial apabila dalam pelaksanannya tidak diatas wilayah yang sudah dikelola oleh rakyat sebagai lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian tetap, hunian tetap, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, sarana keagamaan, dan wilayah-wilayah yang sedang berkonflik; 4. Kami setuju program Perhutanan Sosial jika sudah dilakukan pengukuhan kawsan hutan terlebih dahulu oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan tahapan berlandaskan kepada UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 15 yaitu penunjukan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan, pemetaan kawasan hutan dan penetapan kawasan hutan; 5. Kami setuju dengan program Perhutanan Sosial apabila didalam pengukuhan wilayah kawasan hutan tidak didasarkan pada penunjukansepihak akan tetapi harus melalui berita acara tapal batas dengan memperhatikan izin pemerintahan setempat, penyesesuaian dengan tata ruang dan wilayah, serta pemetaan yang dilakukan secara partisipatif, karenaklaim kawasan hutan oleh Kementerian LHK penunjukannya dilakukan secara sepihak tidak partsipatif dan masih mengacu kepada peta kawasan hutan yang dibuat pada zaman Belanda Tahun 1930-an yang menetapkan kawasan hutan 71 % dari luas daratan Indonesia yang sampai saat ini belum diperbaharui; 6. Kami setuju program Perhutanan Sosial apabila hutan secara prinsip dibagi menjadi 2 jenis fungsi kawasan hutan, yaitu: a. kawasan hutan proteksi, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi ekologis, fungsi resapan air, fungsi pengembangan jenis tanaman dan satwa, dan sebagai fungsi penelitian. Didalam kawasan ini tidak boleh ada kegiatan yang bersifat profit atau untuk mendapatkan keuntungan secara pinansialdan diwilayah kawasan ini tdak boleh dijadikan objek program Perhutanan Sosial; b. Kawasan hutan cadangan, yaitu kawasan hutan yang diproyeksikan untuk cadangan bagi kelangsungan hidup yang berkelanjutan dansebagai cadangan untuk menutupi kebutuhan wilayah untuk dijadikanpembangunan pemerintah yang bertujuan untuk kepentingan rakyat dengan tidak mengurangi fungsinya dan diwilayah ini boleh dijadikan objek program Perhutanan Sosial;
  • 2. 7. Kami setuju dengan program perhutanan sosial jika perhutanan sosial dilaksanakan dengaan tidak menggunakan pola seperti program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Program Perhutanan Sosial harus bersipat lebih partisipatif yang mana rakyat memiliki akses dan kewenangan lebih luas dalam menjaga, merehabilitasi dan mengelola hutan, bahkan sampai pada melakukan pengawasan terhadap pengelolaan kawasan hutan; 8. Kami setujuprogram Perhutanan Sosial jika dalam proses pengajuan, penentuan dan mengawasi pelaksanaannya ada lembaga independent yang dibentuk dengan melibatkan organisasi masyarakat yang minimal sudah 3 tahun aktip didalam pengembangan, pendampingan ekonomi dan perlindungan terhadap hak-hak rakyat; 9. Kami setujuprogram Perhutanan Sosial jika perhutanan sosial memiliki Surat Keputusan (SK) / izin pengelolaandengan syarat yang jelasterhadap pertimbangan jangka waktu pengelolaannya dan pengelolaan tersebut bisa diwariskan kepada ahli warisnya; 10. Kami setuju program Perhutanan Sosial jika tidak mengurangi fungsi kawasan hutan dan idealnya program ini dapat menambah luasan fungsi kawasan hutan dari tanah negara yang sudah dibebani Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai masih berlaku maupun sudah tidak berlaku yang dikelola oleh BUMN atau swasta. 11. Kami setuju program Perhutanan Sosial jika tidak bertentangan dengan nilai-nilai adat yang masih menjunjung budaya dalam melindungi fungsi kawasan hutan, serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama dan pancasila. Garut, 25 Juli 2017 Hormat Kami, Agustiana Sekjen SPP