SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
NAMA : PUTRI MELLYNIE
NIM : 20102010
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
BAB 3
TANTANGAN DAN PELUANG
REGIONAL
pendahuluan
Bab ini mendapat manfaat dari kontribusi berbagai komisi regional
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dari diskusi dan hasil pertemuan
kelompok ahli tentang proses persiapan Survei E-Government
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diadakan oleh Departemen
Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN DESA)
di New York pada 1 dan 2 April 2019.
Pembangunan daerah
1. Afrika
Digitalisasi berkembang pesat di Afrika. negara-negara Afrika, mereka organisasi regional,
dan Uni Afrika mulai berlaku kebijakan, strategi dan peraturan nasional dan daerah yang
ditujukan untuk memastikan bahwa penduduk benua dapat memanfaatkan sepenuhnya
kemungkinan yang ditawarkan oleh digitalisasi dan transformasi digital. Ini langkah-langkah
selaras dengan tujuan kebijakan yang ditetapkan dalam Agenda 2063 Uni Afrika dan
dengan tujuan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, termasuk Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan target terkait.1 Digitalisasi menawarkan peluang
baru untuk meningkatkan administrasi publik dan mendorong ekonomi. Sejumlah negara
Afrika telah melangkah upaya mereka untuk mengintegrasikan teknologi digital dalam
proses pemerintahan, dan sekarang banyak yang menawarkan berbagai layanan elektronik
dengan tujuan meningkatkan efisiensi, transparansi, daya tanggap, efektivitas, dan
penyampaian layanan pemerintah. Teknologi digital juga diadopsi untuk mendukung upaya
pemerintah membangun dan melindungi ekonomi; di beberapa area, misalnya, teknologi ini
digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan pajak langsung, mendukung penciptaan dan
pengembangan perusahaan, dan mengurangi aliran keuangan gelap masuk dan keluar dari
wilayah tersebut.
Tantangan dan peluang regional
Tantangan yang terkait dengan penyampaian e-government yang efektif di Afrika tetap
kompleks. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) belum berkembang atau
terbelakang di sebagian besar kawasan, dengan banyak negara kekurangan sumber daya
dan/atau mekanisme yang diperlukan untuk sepenuhnya menangani prioritas di bidang-
bidang seperti keamanan siber, perlindungan privasi, pasokan listrik (listrik ), akses dan
konektivitas internet, interoperabilitas dan sistem kolaborasi, dan infrastruktur data.
Meskipun lebih dari tiga dekade perkembangan TIK, Afrika masih tertinggal di belakang
wilayah lain dalam TIK infrastruktur, akses, penggunaan, dan keterampilan. Penetrasi
internet di Afrika diperkirakan mencapai 36 persen (473 juta orang online).2 Defisit ini
kemungkinan akan mempengaruhi pengembangan e-government lebih lanjut Afrika saat
laju inovasi teknologi semakin cepat, menghadirkan tantangan serius bagi prosesnya
transformasi digital di Afrika. Prioritas pembangunan yang bersaing di sebagian besar
negara Afrika dan rendahnya tingkat sumber daya domestic mobilisasi juga
menyebabkan kendala keuangan yang serius. Kebutuhan mendesak untuk meningkatkan
digital pemerataan dan mengurangi ketidaksetaraan telah memaksakan permintaan yang
lebih tinggi pada infrastruktur yang ada dan terkait pengeluaran.
Namun, tantangan bagi Afrika dalam transformasi digital melampaui infrastruktur dan
keuangan, meluas ke kepemimpinan, kerangka hukum dan peraturan, kerangka
kelembagaan, dan kapasitas manusia dan kelembagaan. Buta huruf (termasuk e-buta
huruf), hambatan bahasa, dan Aksesibilitas dan keterjangkauan internet (terutama untuk
kelompok rentan) hanyalah beberapa dari yang relevan masalah sosial ekonomi yang
membutuhkan perhatian mendesak jika digitalisasi ingin bergerak maju. Strategi
transformasi digital nasional yang komprehensif dan rencana implementasi yang
terintegrasi prioritas nasional dengan prioritas regional dan global adalah jalan ke depan.
Jumlah yang cukup banyak negara-negara Afrika telah memperkenalkan perubahan yang
berkontribusi pada transformasi digital di tingkat nasional dan daerah. Misalnya, Mauritius
sedang menyiapkan e-governance regional akademi, Nigeria telah meluncurkan
Informasi Manajemen Keuangan Terpadu Pemerintah System (GIFMIS), Zimbabwe telah
mengaktifkan sistem manajemen keuangan sektor publik, mesin kasir di Ethiopia
terhubung langsung ke otoritas pajak, dan Namibia telah menyiapkan pengalaman
pengguna platform (UXP) yang memungkinkan manifestasi digital dari berbagai lembaga
Negara untuk diintegrasikan ke dalam satu sistem.
Kemitraan dan inisiatif regional
Mengatasi tantangan yang terkait dengan digitalisasi dan melepaskan potensinya untuk
meningkatkan tata kelola dan pertumbuhan di Afrika memerlukan pendekatan yang
terkoordinasi dan terintegrasi di tingkat nasional dan regional. Ada banyak inisiatif dan
kemitraan regional yang telah dibangun untuk memajukan transformasi digital di
kawasan; satu yang patut disoroti adalah inisiatif Afrika Cerdas. Menyadari perlunya
koordinasi dan kolaborasi, 30 negara Afrika berkumpul pada tahun 2013 dan, dalam
kemitraan dengan organisasi internasional dan regional serta sektor swasta, menegaskan
komitmen mereka terhadap transformasi digital yang inovatif di Afrika. Sejak itu, Smart
Africa telah memimpin upaya digitalisasi regional dengan tingkat dukungan politik
tertinggi (lihat kotak 3.1).
3.1 Afrika Cerdas
Inisiatif Afrika Cerdas, didirikan pada 2013 selama Konferensi
Tingkat Tinggi Transform Afrika di Rwanda, bertujuan untuk
mengubah Afrika menjadi masyarakat berpengetahuan dengan
akses broadband yang luas dan terjangkau. dan infrastruktur dan
layanan TIK. Inisiatif ini dipandu oleh Manifesto Afrika Cerdas,
yang didukung oleh semua pemimpin Afrika pada Sidang Biasa
ke-22 Majelis Kepala Negara dan Pemerintahan Uni Afrika, yang
diadakan di Addis Ababa pada Januari 2014. Prinsip-prinsip
Manifesto termasuk menempatkan TIK sebagai pusat
pembangunan sosial ekonomi nasional; meningkatkan akses ke
TIK, meningkatkan akuntabilitas, efisiensi dan keterbukaan
melalui TIK, memperkuat sektor swasta, dan secara lebih umum
memanfaatkan TIK untuk mempromosikan pembangunan
berkelanjutan.
Ada juga komitmen baru dari mitra regional dan internasional untuk bekerja menuju
harmonisasi regional kerangka hukum dan peraturan untuk mempercepat transformasi
digital di Afrika. Instrumen yang diadopsi untuk mendukung tujuan ini termasuk Piagam
Afrika tentang Nilai dan Prinsip Pelayanan dan Administrasi Publik. Piagam Afrika tentang
Demokrasi, Pemilu dan Pemerintahan; dan Konvensi Uni Afrika tentang Keamanan Siber
dan Perlindungan Data Pribadi. Inisiatif Kebijakan dan Regulasi untuk Afrika Digital
(PRIDA)7 diluncurkan pada 2019 untuk mengatasi pasokan dan permintaan broadband
dan untuk membangun kapasitas pemangku kepentingan Afrika dalam ruang tata kelola
Internet, sehingga memungkinkan benua Afrika untuk menuai manfaat digitalisasi (lihat
kotak 3.2).
Kotak 3.2 Inisiatif Kebijakan dan Regulasi untuk Afrika Digital
Inisiatif Kebijakan dan Regulasi untuk Afrika Digital (PRIDA),
sebuah program bersama dari Uni Afrika, Uni Eropa dan Uni
Telekomunikasi Internasional, bertujuan untuk meletakkan dasar
dan dengan demikian memfasilitasi penyediaan “broadband
nirkabel yang dapat diakses secara universal, terjangkau dan
efektif di seluruh dunia. benua untuk membuka manfaat masa
depan dari layanan berbasis Internet”.a Tiga pilar Inisiatif (yang
menjadi dasar kegiatan yang relevan) mencakup pemanfaatan
spektrum yang efisien dan harmonis; harmonisasi kebijakan
TIK/telekomunikasi yang terukur, kerangka hukum dan peraturan;
dan partisipasi aktif para pembuat keputusan Afrika dalam debat
tata kelola Internet global.
PRIDA akan dilaksanakan selama tiga tahun dalam periode 2018-
2022. Tujuan utamanya adalah untuk terlibat dalam kegiatan yang
ditargetkan yang akan menghasilkan tambahan 300 juta orang
online pada tahun 2025.
Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk memajukan upaya identifikasi digital. Pada Sidang
Biasa ke-32 Majelis Kepala Negara dan Pemerintahan Uni Afrika, yang diadakan di Addis
Ababa pada Februari 2019, Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika (ECA) sepakat untuk bekerja
sama dengan Komisi Uni Afrika, Afrika Cerdas, dan lainnya tentang pengembangan ID
digital dan strategi ekonomi digital. Menanggapi meningkatnya kebutuhan akan kerja
sama regional, ECA Centre of Excellence for Digital Identity, Trade and Economy8
didirikan pada tahun 2018 untuk memberikan dukungan teknis dan bantuan
pengembangan kapasitas kepada negara-negara yang meminta bantuan terkait
tantangan, antara lain, ID digital dan ekonomi digital, ekspansi broadband, e-government,
dan sistem perpajakan. Pusat ini memainkan peran penelitian, penasehat dan koordinasi.
Pekerjaannya berlabuh dalam mempromosikan harmonisasi standar, peraturan,
infrastruktur dan pengembangan kapasitas di benua Afrika untuk pengembangan
identitas digital dan ekonomi digital. Sepuluh Prinsip Kerangka Kerja untuk ID Digital yang
Baik dan Ekonomi Digital telah dikembangkan oleh Pusat dengan tujuan untuk
mendukung upaya harmonisasi dan interoperabilitas Negara-negara Afrika.
2. Asia dan Oseania
Ekspansi digitalisasi di Asia terus mengubah kehidupan miliaran orang di kawasan ini.
Inisiatif digital yang dilakukan oleh Pemerintah dan lembaga publik telah menawarkan
peluang untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif, meningkatkan akses ke
layanan utama di sektor-sektor seperti kesehatan dan pendidikan, meningkatkan kualitas
dan cakupan layanan publik secara keseluruhan, dan meningkatkan transformasi digital
dan pengembangan e-government di tingkat nasional dan daerah.
Tantangan dan peluang regional
Asia adalah wilayah terpadat di dunia—dan paling terbagi secara digital—di dunia.
Negara-negara Asia memiliki konteks politik, budaya, ekonomi dan sosial yang sangat
beragam dan dicirikan oleh tingkat pembangunan ekonomi dan sosial yang berbeda.
Beberapa negara di kawasan ini secara aktif terlibat dalam pengembangan dan
penerapan teknologi terdepan seperti kecerdasan buatan (AI), IoT, dan robotika, serta
telah menjadi yang terdepan dalam pengembangan, penggunaan, dan inovasi teknologi;
namun, sejumlah besar negara di kawasan ini berada di sisi lain dari kesenjangan digital,
dan sampai infrastruktur TIK yang berkembang dengan baik, modal manusia yang
memadai, dan sumber daya yang memadai tersedia untuk memobilisasi upaya digitalisasi
skala besar, kecil kemungkinan negara-negara ini akan mampu mengubah inovasi
teknologi menjadi dividen pembangunan berkelanjutan.
Kesenjangan keterampilan digital. E-government terutama menguntungkan orang-orang
yang melek huruf. Aplikasi TIK dan e-government paling efektif ketika entitas sektor
publik dan pengguna memiliki keterampilan digital yang sesuai. SEBUAH laporan yang
dirilis oleh International Telecommunication Union (ITU) pada tahun 201812
mengidentifikasi tingkat pencapaian pendidikan sebagai salah satu indikator terkuat dari
kecakapan keterampilan digital; negara-negara itu memiliki segmen populasi yang lebih
besar dengan pendidikan tinggi juga cenderung memiliki tingkat keterampilan digital
yang lebih tinggi.
Kesenjangan dalam kerangka hukum dan kebijakan. Prioritas regulasi dan kebijakan untuk
transformasi digital telah tercampur di berbagai negara di Asia. Beberapa negara telah
proaktif dalam mengembangkan strategi di seluruh rangkaian kebijakan pemerintah dan
kerangka hukum untuk memanfaatkan manfaat transformasi digital dan aplikasi e-
government. Kerangka hukum untuk transaksi elektronik, perlindungan data/privasi
informasi dan pencegahan kejahatan dunia maya secara umum membentuk upaya
transformasi digital saat ini dan masa depan di Asia. Dari 47 negara Asia terpilih, 87 persen
telah memberlakukan undang-undang transaksi elektronik dan 79 persen memiliki
undang-undang untuk memerangi kejahatan dunia maya, tetapi hanya 57 persen yang
memiliki undang-undang privasi dan kurang dari setengahnya telah mengadopsi undang-
undang perlindungan konsumen.
Terlepas dari tantangannya, negara-negara di kawasan ini membuat kemajuan menuju
transformasi digital. Di Indonesia dan Filipina, sistem pencatatan sosial digital berfungsi
sebagai pintu gerbang program perlindungan sosial, dengan bantuan tunai dan bantuan
darurat yang dikirimkan langsung ke rumah tangga yang dituju yang membutuhkan.
Sistem pencatatan digital seperti ini memungkinkan transparansi dan kredibilitas yang
lebih besar dalam desain dan pelaksanaan program perlindungan sosial. Bhutan telah
memperkenalkan alat evaluasi online berbasis poin/skor (e-tool) yang membantu
mempercepat proses pengadaan Pemerintah, menstandardisasi penilaian proyek, dan
mempromosikan pemilihan proyek investasi publik yang efisien dan transparan. TIK juga
digunakan untuk memberikan layanan publik kepada penduduk di beberapa negara
Kepulauan Pasifik.
Terlepas dari kemajuan yang dicapai, banyak negara di Pasifik masih menghadapi
tantangan dalam penerapan teknologi digital, terutama di pemerintahan dan administrasi
publik. Negara-negara ini dipisahkan secara luas oleh luasnya Samudra Pasifik, yang
membuat pembangunan infrastruktur dan penyediaan akses broadband menjadi
pekerjaan yang relatif kompleks dan seringkali mahal—dan ini mempengaruhi
pengembangan dan adopsi aplikasi dan layanan e-government. Tidak termasuk Australia
dan Selandia Baru, hanya sekitar 50.000 orang (0,4 persen dari 10,9 juta orang) yang
terhubung ke layanan broadband tetap pada tahun 2017, dan sembilan negara di kawasan
ini masih memiliki tingkat penetrasi broadband tetap di bawah 2 persen.
Keterjangkauan akses broadband merupakan masalah bagi banyak orang yang tinggal
di Kepulauan Pasifik. Di Kiribati, Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia, Papua
Nugini, Kepulauan Solomon, Tuvalu dan Vanuatu, misalnya, biaya akses ke mobile
broadband setara dengan lebih dari 5 persen pendapatan nasional bruto per kapita.
Inisiatif dan kemitraan regional
Negara-negara terus meninjau dan merevisi prioritas pembangunan mereka untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya, dan merangkul
pengembangan e-government dan transformasi digital semakin dianggap sebagai
fasilitator dan pendorong utama pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 2009,
Bangladesh mengadopsi strategi Digital Bangladesh nasional,29 yang bertujuan untuk
mengubah negara tersebut menjadi negara yang berkembang secara digital pada tahun
2021 melalui integrasi TIK untuk mendukung tata pemerintahan yang baik, penegakan
hukum, lapangan kerja, dan pertumbuhan. Pada tahun 2015, Pemerintah India
meluncurkan program Digital India30 dengan tujuan menjembatani kesenjangan antara
daerah perkotaan dan pedesaan dengan mempromosikan investasi dalam infrastruktur
digital, mendorong literasi digital, dan memperluas penyediaan layanan online. Pada
tahun 2012, Digital Malaysia31 secara resmi diresmikan sebagai program transformasi
negara, yang dirancang untuk mendorong transisi negara menuju ekonomi digital yang
maju. Diprakarsai oleh Pemerintah untuk implementasi selama periode 2018-2022, Digital
Kazakhstan32 bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi negara,
meningkatkan kualitas hidup penduduk, dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk
transisi ke ekonomi digital.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia
dan Pasifik (ESCAP) tentang konektivitas broadband di negara-negara Kepulauan Pasifik,
setidaknya 10 dari 14 negara di kawasan Pasifik memiliki kebijakan TIK nasional, dengan
beberapa di antaranya dengan jelas mengidentifikasi pengembangan layanan e-
government sebagai tujuan kebijakan utama dan komponen penting dari rencana dan
strategi pembangunan nasional.
Di tingkat regional, ESCAP meluncurkan inisiatif Asia-Pacific Information Superhighway
(AP-IS) sebagai pelengkap inisiatif nasional (lihat kotak 3.3). Inisiatif ini mendorong
pengembangan jaringan broadband regional tanpa batas yang akan meningkatkan
keterjangkauan, keandalan, ketahanan, dan jangkauan Internet broadband dan dengan
demikian mengatasi kesenjangan digital di dalam dan di antara negara-negara di Asia dan
Pasifik. Melalui inisiatif ini, ESCAP juga mempromosikan Belt and Road Initiative di antara
negara-negara di kawasan (lihat kotak 3.4).
Kotak 3.3 Jalan Raya Informasi Asia-Pasifik
Tujuan dari inisiatif Asia-Pacific Information Superhighway (AP-
IS) adalah “untuk meningkatkan konektivitas broadband
regional melalui jaringan padat infrastruktur akses terbuka
lintas batas yang akan diintegrasikan ke dalam jaringan serat
berbasis darat dan laut yang kohesif dengan tujuan akhir
meningkatkan bandwidth internasional untuk negara-negara
berkembang di kawasan, menurunkan broadband Harga
internet dan menjembatani kesenjangan digital di kawasan”
(E/ESCAP/CICTSTI(1)/2, paragraf 1).
Dokumen Master Plan untuk Asia-Pacific Information
Superhighway dan Asia-Pacific Information Superhighway
Regional Cooperation Framework menguraikan visi, tujuan,
kegiatan, dan pencapaian jangka panjang yang diturunkan dari
empat pilar berikut (ibid., paragraf 24-27):
• Konektivitas: “meningkatkan konektivitas tulang punggung serat
optik broadband regional yang mulus”.
• Manajemen lalu lintas dan jaringan: “meningkatkan pertukaran
lalu lintas Internet dan sistem manajemen serta menyelaraskan
kebijakan terkait dengan cara yang lebih efisien dan efektif, di
dalam negeri serta di tingkat subregional dan regional, yang akan
mengarah pada kualitas [broadband] yang lebih baik
melayani“.
• E-resilience: memperkuat “ketahanan infrastruktur TIK yang
ada/direncanakan melalui metode seperti peningkatan
keragaman jaringan, sambil mengakui pentingnya infrastruktur
tangguh untuk pembangunan berkelanjutan dan peran penting
yang dimainkan oleh TIK dalam pengurangan dan manajemen
risiko bencana”.
• Broadband untuk semua: mendukung “suatu
lingkungan yang akan mengarah pada promosi akses
inklusif untuk semua, mengakui kebutuhan dan
tantangan khusus yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang yang kurang berkembang dan terkurung
daratan”.
Sebagai pengakuan atas penyebaran geografis yang
luas dan prioritas pembangunan yang berbeda di
antara negara-negara, prakarsa ESCAP AP-IS
mencakup ketentuan untuk kerjasama intraregional dan
subregional.
Kotak 3.4 Jalur Sutra Digital
Jalur Sutra Digital merupakan komponen penting dari
Belt and Road Initiative (BRI), yang diperkenalkan oleh
China pada tahun 2013 untuk meningkatkan
konektivitas dan kolaborasi di antara hampir 70 negara
di Asia, Afrika, dan Eropa. Sejauh ini, China telah
menandatangani perjanjian kerja sama dengan 16
negara untuk pembangunan Jalur Sutra Digital. Versi
terbaru dari mekanisme implementasi adalah Rencana
Aksi Konektivitas Standar Sabuk dan Jalan (2018-
2020). Inisiatif Jalur Sutra Digital telah diperluas
cakupannya dari fokus awal pada pemasangan kabel
serat optik hingga mencakup elemen-elemen seperti
proyek kota pintar, komputasi awan, dan data besar.
Melalui inisiatif Asia-Pacific Information Superhighway (AP-IS),
ESCAP bekerja sama dengan Pemerintah China untuk
mempromosikan Belt and Road Initiative di antara negara-negara
anggota di sepanjang koridor BRI dan di kawasan Asia-Pasifik
yang lebih luas. Kerja sama ESCAP-China dapat meningkatkan
inklusivitas dan dukungan di antara 62 anggota ESCAP dan
anggota asosiasi serta memperkuat dukungan untuk BRI.
Kerjasama ESCAP-China juga akan memungkinkan para
pemangku kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari
sinergi antara inisiatif AP-IS dan BRI, yang mencakup hubungan
yang lebih kuat antara negara-negara anggota ESCAP dan
kemajuan terkoordinasi menuju pembangunan berkelanjutan.
Konektivitas TIK sangat penting untuk pencapaian tujuan ini,
karena menyediakan dasar untuk komunikasi, berbagi informasi,
pertukaran data, pengembangan infrastruktur yang lebih luas,
perdagangan dan arus transportasi, dan kolaborasi sosial
ekonomi antara masyarakat, organisasi dan negara di sepanjang
koridor BRI.
Kotak 3.5 Jalur SAMOA
Jalur Percepatan Modalitas Aksi (SAMOA) Negara
Berkembang Pulau Kecil—sebuah prakarsa regional
yang diadopsi pada Konferensi Internasional Ketiga
tentang Negara Berkembang Pulau Kecil pada bulan
September 2014 dan disahkan oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusi 69/15
tanggal 14 November 2014—secara resmi mengakui
perlunya langkah-langkah konkret untuk memajukan
pembangunan berkelanjutan SIDS dan memajukan
agenda pembangunan berkelanjutan internasional.
Program berorientasi aksi yang dilakukan dalam
kerangka ini harus dilaksanakan melalui kemitraan
yang tulus dan tahan lama di berbagai pemangku
kepentingan.
Inisiatif SAMOA Pathway membahas berbagai
kebutuhan dan prioritas pembangunan. Diakui bahwa
akses ke teknologi modern yang sesuai dan
pembentukan infrastruktur TIK yang andal, terjangkau,
dan aman memainkan peran penting dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan. Dengan landasan digital
yang kuat, SIDS akan memiliki kapasitas untuk
mengembangkan sistem dan mekanisme e-government
yang efektif yang akan memperkuat administrasi publik
dan mempercepat kemajuan menuju pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan target terkait.
Kemitraan ICT4SIDS dibentuk untuk memfasilitasi pelaksanaan
kegiatan yang berkontribusi pada pencapaian SDGs secara
cepat, dan diharapkan mekanisme ini akan secara signifikan
mempercepat kemajuan menuju tujuan Jalur SAMOA. ICT4SIDS
menawarkan dua alat pendukung keputusan penting; Penasihat
SDG membantu SIDS menilai status mereka dan meluncurkan
layanan yang diperlukan, dan Perencana Berbantuan Komputer
yang kuat memungkinkan implementasi cepat lebih dari 150
layanan untuk mendukung 12 SDG. Fitur utama ketiga adalah
metodologi implementasi inisiatif, yang melibatkan pembentukan
hub pintar yang sangat terspesialisasi di seluruh dunia yang
memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan spesifik lokasi
dan faktor keterbatasan. Pembuatan hub “percontohan” khusus
lokasi menggabungkan dua fitur pertama (penasihat dan
perencanaan), didukung oleh pelatihan dan pengembangan
kapasitas dan, pada tahap akhir, peluncuran dan penyerahan
portal yang dihasilkan.
(lihat kotak 3.5).
Kemitraan antar pemerintah yang unik ini berfokus pada prioritas pembangunan yang
luas, salah satunya adalah memperkuat infrastruktur TIK untuk mempromosikan
pembangunan36 dan meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas pemerintah.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, diharapkan bahwa Pemerintah pusat akan mendukung dan
memfasilitasi perluasan infrastruktur TIK melalui penyediaan pelatihan yang ditargetkan
dan melalui promosi tata pemerintahan yang baik yang berasal dari pembentukan dan
pengelolaan lembaga yang efektif, transparan dan akuntabel.
3. Eropa dan Asia Tengah
Agenda 2030 telah memandu Komisi Ekonomi PBB untuk Eropa (ECE) dalam upayanya
untuk memajukan integrasi ekonomi regional dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
Anggota ECE termasuk negara-negara di Eropa dan Asia Tengah. Ada keragaman politik,
budaya, sosial dan ekonomi yang cukup besar di antara negara-negara anggota, dan
tingkat pembangunan—termasuk digital perkembangan—sangat bervariasi. Wilayah ini
mencakup kelompok besar ekonomi maju tetapi juga merupakan rumah bagi sejumlah
ekonomi dalam transisi; e-government memiliki peran kunci dalam semua ini negara.
Beberapa Pemerintah di wilayah ECE berada pada tahap yang relatif maju, menggunakan
teknologi seperti TIK, data besar, AI, dan pembelajaran mesin untuk meningkatkan
layanan publik, memberdayakan masyarakat, dan akhirnya memberikan kualitas hidup
yang lebih baik. Lainnya sedang dalam tahap awal pengembangan e-government (dan
digital yang lebih luas).
Uni Eropa memainkan peran kunci dalam memajukan digitalisasi baik di dalam maupun di
luar kawasan. Strategi Eropa Komisi Eropa untuk data dan kertas putih tentang
kecerdasan buatan, bersama dengan cetak biru regional yang serupa, membantu
meletakkan dasar yang kuat bagi pengembangan masyarakat digital. Negara-negara di
Uni Eropa telah membangun kota yang “lebih pintar” dan telah mencapai tingkat
pengembangan e-government yang tinggi melalui peningkatan akses digital di berbagai
sektor; negara-negara ini bergerak cepat menuju masyarakat Eropa yang benar-benar
digital. Upaya sedang dibuat untuk mengembangkan layanan publik digital lintas batas
melalui pembentukan kerangka kerja digital yang menawarkan alat dan sistem untuk
penyampaian layanan yang lebih baik kepada masyarakat dan bisnis.
Program Digital Europe untuk periode 2021-2027 adalah “program pendanaan pertama
yang didedikasikan hanya untuk mendukung transformasi digital” di Uni Eropa. Program
ini bertujuan untuk memperkuat investasi dalam “superkomputer, kecerdasan buatan,
keamanan siber, keterampilan digital tingkat lanjut, dan memastikan penggunaan
teknologi digital ini secara luas di seluruh perekonomian dan masyarakat”. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan dalam ekonomi digital global dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kebijakan yang sedang dirumuskan oleh Komisi
Eropa untuk mendukung Eropa Digital Program ini akan fokus pada pelatihan
keterampilan digital untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi transformasi digital.
Menyadari pentingnya regulasi digital dalam membentuk masa depan digital Eropa di era
perubahan teknologi yang cepat ini, Parlemen Eropa menghasilkan kerangka kebijakan
“yang akan membantu warga dan bisnis sepenuhnya memanfaatkan potensi teknologi
digital”.45 Tujuannya adalah untuk menciptakan kebijakan yang mendukung adopsi
teknologi baru dan yang sedang berkembang, mengatur transformasi digital di industri,
dan memperkuat kepercayaan. Salah satu tujuan penting adalah untuk mencapai
koordinasi kebijakan vertikal dan horizontal melalui harmonisasi kebijakan dan undang-
undang digital untuk telekomunikasi, e-commerce, perlindungan konsumen, dan area
prioritas terkait lainnya di kawasan ini. Uni Eropa juga mendorong koordinasi inisiatif non-
legislatif dan kegiatan, termasuk pengembangan e-government dan e-skills, meskipun
setiap gerakan ke arah ini tetap pada kebijaksanaan masing-masing Pemerintah.
Tantangan dan peluang regional
Integrasi ekonomi regional telah menjadi yang terdepan dalam pembuatan kebijakan di
antara negara-negara anggota ECE. TIK memperkuat konektivitas perdagangan dan
dengan demikian memfasilitasi integrasi regional. Ekonomi maju di Eropa umumnya maju
dalam penyediaan layanan digital baik di sektor publik maupun swasta, tetapi sejumlah
negara di Eropa dan Asia Tengah belum mencapai tingkat ini. Perbedaan meluas ke
semua bidang sektoral e-government di tingkat nasional dan subnasional.
Fasilitasi perdagangan adalah salah satu bidang di mana perbedaan yang sedang
berlangsung terlihat jelas. Uni Eropa adalah blok ekonomi terbesar di kawasan ini dan
mendapat manfaat dari serikat pabean, dan sistem peraturan perdagangan dirancang
untuk komunikasi elektronik yang lancar antara pemangku kepentingan perdagangan dan
entitas pemerintah di dalam Uni Eropa. Tantangan yang semakin berat di front ini dihadapi
oleh negara-negara yang bukan bagian dari blok tersebut (kecuali Swiss dan Norwegia).
Konektivitas digital dan interoperabilitas sistem regulasi memiliki implikasi luas untuk
integrasi regional negara-negara berkembang yang terkurung daratan (LLDCs).
Implementasi yang lebih besar langkah-langkah lintas batas digital dapat membantu
meningkatkan daya saing negara-negara ini di pasar global. LLDC di wilayah ECE telah
membuat beberapa kemajuan di bidang ini, tetapi masih ada pekerjaan yang harus
dilakukan untuk memastikan bahwa mekanisme yang diperlukan tersedia untuk integrasi
yang dioptimalkan.
Tinjauan situasi di LLDC menegaskan bahwa masih ada kesenjangan antara implementasi
layanan digital dan ketersediaan ketentuan untuk memfasilitasi perdagangan tanpa kertas
lintas batas. Sistem kepabeanan digital telah sepenuhnya atau sebagian
diimplementasikan di semua LLDC kawasan dan mencakup mekanisme untuk
penyerahan elektronik deklarasi pabean dan dokumentasi pendukung.
Di Kazakhstan, misalnya, semua deklarasi pabean telah diproses secara elektronik sejak
2018, dan konektivitas internet untuk kantor pabean dan lembaga perbatasan lainnya kuat
dan didukung dengan baik. Namun, terlepas dari kemajuan baru-baru ini, undang-undang
dan peraturan yang mengatur transaksi elektronik di LLDC kawasan tetap lemah, dan hal
yang sama dapat dikatakan tentang kapasitas kelembagaan mereka untuk mensertifikasi
dokumen elektronik dan kemampuan mereka untuk bertukar deklarasi pabean elektronik.
Kesenjangan ini mungkin tidak mengejutkan, karena tidak jarang terjadi dalam konteks
global yang lebih besar.
Inisiatif dan kemitraan regional
Program Khusus PBB untuk Ekonomi Asia Tengah (SPECA), yang dilaksanakan bersama
oleh ECE dan ESCAP, terus berfungsi sebagai kerangka kerja utama untuk kerjasama ECE
dengan pemangku kepentingan terkait lainnya di Asia Tengah dan pemberian dukungan
kepada negara-negara anggota SPECA50 di pelaksanaan Agenda 2030.
Kemitraan regional dan inisiatif lintas batas didukung oleh standar internasional,
rekomendasi kebijakan dan pedoman yang dapat mendukung sistem digital nasional
serta lintas batas. pertukaran data elektronik. Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) tentang Fasilitasi Perdagangan51 sepatutnya mempromosikan penggunaan
standar internasional dan berbagi praktik terbaik untuk menyederhanakan prosedur impor
dan ekspor (pasal 10, bagian 3), termasuk pembentukan satu jendela atau entri titik
penyerahan dokumen dan/atau persyaratan data (pasal 10 ayat 4).
Pekerjaan Pusat Fasilitasi Perdagangan dan Bisnis Elektronik Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UN/CEFACT)—sebuah badan antar pemerintah ECE—menawarkan contoh penting
tentang bagaimana digitalisasi dan penyerapan teknologi dapat memiliki dampak positif
yang bertahan lama pada pembangunan (lihat kotak 3.6). Dikembangkan oleh
UN/CEFACT pada tahun 1973, Kunci Tata Letak PBB untuk Dokumen Perdagangan
adalah dasar untuk hampir setiap dokumen perdagangan internasional di dunia. Turunan
standar Pertukaran Data Elektronik Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Administrasi,
Perdagangan dan Transportasi (UN/EDIFACT) untuk pertukaran data elektronik banyak
digunakan dalam rantai pasokan, transportasi, dan logistik internasional; perusahaan
pelayaran dan terminal pelabuhan bertukar lebih dari 1 miliar pesan UN/EDIFACT per
tahun, mencakup lebih dari 75 persen angkutan laut di seluruh dunia.
Kotak 3.6 Pusat Fasilitasi Perdagangan dan Bisnis Elektronik
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pusat Fasilitasi Perdagangan dan Bisnis Elektronik
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN/CEFACT) dibentuk untuk
meningkatkan koordinasi dan kerja sama di seluruh dunia
dalam pertukaran produk, layanan, dan informasi
perdagangan di antara organisasi bisnis, perdagangan, dan
administrasi. Secara khusus, Pusat ini bertugas memfasilitasi
transaksi nasional dan internasional melalui penyederhanaan
dan harmonisasi prosedur perdagangan lintas batas dan arus
informasi. Selama beberapa dekade, UN/CEFACT telah
mengembangkan metode dan mekanisme fasilitasi—
seringkali melalui penggunaan teknologi digital.
UN/CEFACT mengkoordinasikan kegiatannya dengan organisasi
internasional lainnya, termasuk World Trade Organization, World
Customs Organization, Organization for Economic Cooperation
and Development, United Nations Commission on International
Trade Law, dan United Nations Conference on Trade and
Development. Untuk memastikan koherensi dalam
pengembangan standar e-business, UN/CEFACT bekerja sama
dengan International Organization for Standardization (ISO),
International Electrotechnical Commission (IEC), International
Telecommunication Union (ITU), dan organisasi non-pemerintah
(LSM) terpilih di konteks Nota Kesepahaman IEC/ISO/ITU/ECE.
Hubungan ini didirikan dengan pengakuan fakta bahwa
interoperabilitas sistem dan aplikasi sangat penting untuk
penyederhanaan dan harmonisasi proses perdagangan.
4. Asia Barat
Kekuatan teknologi digital untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang inovatif
dan gesit diakui oleh sebagian besar negara di Asia Barat. Prioritas untuk meningkatkan
pemberian layanan di wilayah ini meliputi: meningkatkan partisipasi warga, mendorong
inovasi dalam struktur dan institusi pemerintahan, membuka data pemerintah, dan
mendigitalkan institusi. Prioritas ini sedang ditangani di seluruh wilayah namun, adopsi dan
penerapan teknologi baru dan standar terkait sangat bervariasi antar negara, dengan
penerapan yang efektif di beberapa area terhambat oleh tantangan yang berkaitan
dengan proses digitalisasi itu sendiri dan/atau faktor lingkungan yang lebih luas seperti
tingkat pembangunan sosial ekonomi yang rendah, ketidakstabilan politik, atau perang
dan kekerasan yang sedang berlangsung.
Tantangan dan peluang regional
Ada sejumlah tren umum yang muncul di kawasan ini saat bergerak maju dengan
transformasi digital dalam mengejar pembangunan berkelanjutan. Namun, prioritas
transformasi digital di kawasan ini dipengaruhi oleh kebutuhan dan kapasitas nasional
yang beragam dan oleh karena itu sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Seperti disebutkan di atas, proses transformasi digital dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, termasuk kapasitas dan akses digital, tata kelola, dan keadaan atau kondisi
masyarakat. Di setiap negara kawasan, faktor-faktor ini dan faktor relevan lainnya
memandu keputusan pemerintah tentang integrasi dan digitalisasi TIK, termasuk
pengembangan e-government.
Pendekatan saat ini untuk pengembangan e-government di wilayah tersebut sebagian
besar diinformasikan oleh status sosial ekonomi masing-masing negara, meskipun faktor
lain mungkin juga ikut berperan. Negara-negara dalam situasi konflik atau pasca-konflik,
seperti Irak, Libya dan Yaman, berfokus terutama pada peningkatan akses ke infrastruktur
TIK dan layanan dasar pemerintah. Negara-negara dengan tingkat pembangunan sedang,
seperti Mesir, Yordania, dan Lebanon, meningkatkan dan memperluas penawaran digital
mereka untuk memastikan penyampaian layanan pemerintah inklusif berkualitas tinggi
yang efektif. Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat
Arab memobilisasi potensi teknologi yang muncul untuk menyediakan layanan
pemerintah yang canggih dan memastikan tingkat kepuasan pengguna yang tinggi.
Banyak negara telah merumuskan dan mengadopsi rencana transformasi digital nasional
(atau sedang dalam proses melakukannya) dan memastikan bahwa rencana tersebut
selaras dengan—dan dalam beberapa kasus tergabung dalam—rencana pembangunan
nasional. Visi Ekonomi Bahrain 203053 mengintegrasikan ketentuan untuk pengembangan
digital, dan strategi Visi Saudi 2030, Oman 2040, dan Kuwait 2035 juga mencakup
beberapa inisiatif terkait transformasi pemerintah digital. Inisiatif Smart Qatar diluncurkan
pada 2017, dengan rencana implementasi pada 2020. Di Uni Emirat Arab, beberapa
strategi terkait transformasi digital government telah dikembangkan, termasuk Smart
Dubai 2021. Di Mesir, ICT 2030 Strategy mencakup ketentuan untuk transformasi digital
dari layanan pemerintah. Maroko telah mengadopsi rencana nasional yang dikenal
sebagai Digital Maroko 2020, yang diharapkan akan diperbarui dalam tahun depan.
Sebagian besar kegiatan regional seputar adopsi aplikasi teknologi mutakhir
terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan tinggi. Sedikit yang telah dilakukan di
bidang ini di negara-negara yang terkena dampak konflik seperti Yaman, Republik Arab
Suriah dan Lebanon. Namun, sejumlah entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa
memanfaatkan teknologi yang muncul untuk mengatasi beberapa kebutuhan yang lebih
mendesak di kawasan ini; misalnya, blockchain digunakan dalam distribusi bantuan
kemanusiaan, dan teknologi baru untuk pendidikan online membantu membangun
keterampilan yang dibutuhkan di kamp-kamp pengungsi di Yordania.
Inisiatif dan kemitraan lintas batas
Inisiatif regional dan kemitraan strategis telah dikembangkan untuk mengatasi banyak
tantangan bersama yang dihadapi oleh negara-negara Arab. Perwakilan dari negara-
negara anggota Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Barat (ESCWA) dan tim ESCWA
bekerja sama untuk memfasilitasi transformasi digital di kawasan melalui upaya-upaya
seperti menetapkan strategi regional yang mencerminkan visi bersama, menciptakan
platform untuk e-leader, dan mengembangkan kriteria pengukuran regional untuk menilai
kemajuan dalam pengembangan e-government.
ESCWA, melalui program kerjasama teknisnya, membantu beberapa negara di kawasan
ini dengan perumusan rencana pembangunan digital. Di Yordania, sebuah rencana untuk
transformasi digital layanan pemerintah dikembangkan pada tahun 2019. Negara
Palestina dan Republik Arab Suriah juga sedang mempersiapkan rencana transformasi
digital nasional mereka dengan bantuan dari ESCWA. Beberapa inisiatif regional telah
diadopsi di dunia Arab untuk mendukung prioritas pembangunan digital. Namun, inisiatif
ini tetap sedikit jumlahnya dan sebagian besar didorong oleh entitas regional seperti Liga
Negara-negara Arab dan ESCWA dan oleh organisasi internasional.
Dalam kerangka inisiatif ESCWA, direktur e-government di kawasan Arab membentuk
jaringan regional e-leaders pertama pada tahun 2013. Jaringan tersebut memiliki platform
untuk bertemu dan mendiskusikan tantangan, prioritas, dan peluang terkait dengan
pengembangan dan dukungan e-government lebih lanjut. praktik yang relevan di wilayah
tersebut. Kegiatan platform ini termasuk meninjau dan mendiskusikan proposal proyek
tentang pengembangan e-government, memperkuat penilaian program e-government,
membangun kemitraan dengan sektor swasta, dan membangun konsensus regional
tentang e-government. Di antara prioritas terbaru adalah mengkaji potensi dan tantangan
open data di kawasan dan meninjau pengalaman Pemerintah dengan open data. Inisiatif
ini juga menyoroti perlunya pengembangan lanjutan dari undang-undang dan kerangka
hukum yang berkaitan dengan e-government dan untuk tinjauan dan analisis hasil survei
awal untuk Indeks Kematangan Layanan Elektronik dan Seluler Pemerintah (GEMS), di
mana 12 negara Arab dinilai (lihat kotak 3.7).
Proyek ESCWA tentang pengembangan kelembagaan untuk mempromosikan
pendekatan partisipatif menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Asia
Barat berfokus pada pengembangan pemerintahan terbuka melalui penggunaan
teknologi modern untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dan untuk
memfasilitasi penerapan pendekatan partisipatif terhadap pemerintahan di kawasan Arab.
Untuk mendukung tujuan ini, ESCWA telah merancang kerangka implementasi
pemerintahan terbuka empat fase yang mempertimbangkan “status negara-negara Arab
dan kesiapan mereka untuk bergerak menuju pemerintahan terbuka dalam segala hal”.
Sebagai bagian dari proyek yang sama, ESCWA telah menyiapkan materi pengembangan
kapasitas tentang data terbuka dan tentang partisipasi, kolaborasi dan keterlibatan.
ESCWA juga telah mempromosikan pemerintahan terbuka di kawasan Arab melalui
lokakarya pengembangan kapasitas regional dan nasional dan telah memberikan layanan
konsultasi yang berkaitan dengan pemerintahan terbuka dan data terbuka ke Pemerintah
Yordania, Negara Palestina dan d Republik Arab Suriah.
Kotak 3.7 Kerangka Indeks Kematangan Layanan Elektronik
dan Seluler Pemerintah (GEMS)
Indeks Kematangan GEMS diukur di tiga sub-indeks:
1. Ketersediaan dan Kecanggihan Layanan: Layanan
pemerintah apa yang tersedia secara online atau melalui
aplikasi seluler, dan seberapa canggih layanan digital ini?
Seberapa mudah akses data pemerintah melalui saluran
ini? Metrik untuk pengukuran meliputi:
• Tingkat digitalisasi layanan tertentu melalui portal atau
saluran seluler—yaitu, apakah setiap langkah dalam proses
tertentu dapat diakses secara digital.
• Sejauh mana pengguna akhir memiliki opsi untuk
mempersonalisasi pengalaman digital.
2. Penggunaan dan Kepuasan Layanan: Seberapa sering layanan digital
ini digunakan? Seberapa puaskah pengguna akhir dengan pengalaman
tersebut? Metrik untuk pengukuran meliputi:
• Tingkat penggunaan melalui portal dan saluran seluler untuk layanan
digital prioritas.
• Kepuasan pengguna akhir dengan layanan digital ini, berdasarkan
ulasan pengguna dan jumlah keluhan.
3. Penjangkauan Publik: Apa yang telah dilakukan Pemerintah untuk
membuat konstituen/warga negara sadar akan layanan digital?
Bagaimana mereka mendukung konstituen dalam menggunakan layanan
digital ini? Metrik untuk pengukuran meliputi.
• Kekokohan kampanye pemasaran yang menyertai layanan digital.
• Sejauh mana pengguna memiliki akses ke dukungan dalam
menggunakan layanan digital—seperti obrolan langsung, dukungan
email, atau FAQ.
5. Amerika Latin dan Karibia
Negara-negara di Amerika Latin dan Karibia telah secara aktif terlibat dalam
pengembangan e-government sejak awal abad kedua puluh satu. Berbagai inisiatif yang
dilakukan di wilayah tersebut telah difokuskan pada prioritas seperti mendorong e-
partisipasi, mempromosikan generasi pengetahuan berbasis bukti, dan meningkatkan
akses teknologi untuk kelompok rentan.
Tantangan dan prioritas regional
Meskipun konektivitas Internet sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sekitar
50 persen rumah tangga di Amerika Latin dan Karibia masih kekurangan akses Internet.
Potensi inisiatif e-government dan partisipasi elektronik tidak dapat sepenuhnya
direalisasikan jika hanya setengah dari populasi yang dapat dicapai. Di beberapa bagian
wilayah—khususnya di Karibia—Keterjangkauan internet menjadi masalah, dan tingkat
pengembangan sumber daya manusia tetap rendah. Di Haiti, misalnya, tingkat
pengangguran lebih dari 40 persen, dan tingkat melek huruf hanya sekitar 60 persen.
Hambatan ekonomi dan sosial menciptakan tantangan besar bagi Pemerintah yang
berusaha untuk tidak meninggalkan siapa pun dalam penyediaan layanan elektronik
sektor publik.
Pemerintah di kawasan ini juga menghadapi tantangan dalam hal memacu pertumbuhan
berbasis teknologi di sektor swasta. Sementara banyak perusahaan besar di Amerika Latin
dan Karibia menggunakan digital teknologi (termasuk AI, IoT, dan data besar secara
terbatas), usaha kecil dan menengah (UKM) sering kekurangan sumber daya untuk
berinvestasi dalam teknologi digital dan mungkin tidak dapat menilai risiko yang
menyertainya. Mendukung adopsi teknologi di antara bisnis semacam itu harus menjadi
prioritas nasional, karena berbagai penelitian telah menunjukkan korelasi positif antara
penggunaan teknologi dan kinerja ekonomi yang unggul di antara UKM.
Konektivitas digital memfasilitasi interaksi antara pelanggan dan pemasok. Namun, seperti
disebutkan di atas, peningkatan penggunaan teknologi dalam ekonomi swasta tetap
menjadi tantangan utama bagi kawasan ini. Satu studi baru-baru ini menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan per kapita yang berkaitan dengan perangkat jaringan dan koneksi
masih sangat rendah.84 Secara umum, wilayah tersebut tidak memiliki undang-undang
dan peraturan yang dapat membantu menciptakan kerangka kelembagaan yang kokoh
untuk pengenalan dan penyebaran luas TIK dan penggunaan intensifnya di kalangan
bisnis komersial—khususnya UKM.
Upaya-upaya regional yang dipercepat untuk memperluas akses teknologi sangat
penting bagi negara-negara multi-pulau yang paling rapuh di Karibia, karena mereka
seringkali merupakan ekonomi kecil yang sangat terfragmentasi dengan struktur dan
institusi pemerintahan satu pulau. Memiliki akses yang lebih baik ke TIK dan populasi serta
sektor bisnis yang lebih terhubung secara digital dapat membantu meningkatkan
penyampaian layanan public dan meminimalkan dampak jarak dan skala disekonomi bagi
perusahaan lokal.
Inisiatif dan kemitraan regional
Perwakilan dari negara-negara Amerika Latin dan Karibia, yang diselenggarakan oleh
ECLAC dan Pemerintah Brasil pada Seminar Teknologi Informasi Amerika Latin dan
Karibia dan Pembangunan, mengadopsi Deklarasi Florianopolis tentang penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pembangunan pada musim panas tahun
2000. Sejak itu, melalui berbagai konferensi menteri dan deklarasi baru, kawasan ini telah
memperdalam komitmennya untuk menjadi masyarakat informasi. Baru-baru ini,
komitmen ini diperkuat pada Konferensi Tingkat Menteri Keenam tentang Masyarakat
Informasi di Amerika Latin dan Karibia (eLAC2020), yang diadakan di Cartagena de Indias,
Kolombia, dari 18 hingga 20 April 2018.92 Di sana, negara-negara di kawasan itu
berkomitmen untuk memperluas ekosistem digital, e-commerce, akses ke informasi
publik, dan perlindungan privasi yang sejalan dengan SDGs.
Pada tahun 2003, Red GALC dibentuk untuk menyatukan para pemain kunci dalam
pengembangan e-government di wilayah tersebut (lihat kotak 3.8).
Kotak 3.8 Jaringan Pemimpin e-Government Amerika
Latin dan Karibia
Jaringan Pemimpin e-Government Amerika Latin dan
Karibia (Red GEALC) didirikan pada tahun 2003 untuk
mempromosikan kerja sama horizontal dan pertukaran
keahlian antara negara-negara kawasan. Kerjasama
horizontal antara Pemerintah memungkinkan generasi
dan penyebaran pengetahuan yang berkaitan dengan
digitalisasi pelayanan publik. Kerjasama ini difasilitasi
melalui berbagai mekanisme, termasuk database pakar
e-government, upacara penghargaan e-government,
kursus pelatihan untuk pejabat e-government, dan
kelompok kerja virtual.
Red GEALC membentuk Dana Kerjasama Horizontal
untuk mendukung kunjungan singkat para ahli ke
negara-negara lain di kawasan. Tujuannya adalah agar
para ahli mempelajari cara kerja e-government di
negara lain dan menerapkan praktik yang menjanjikan
di negara asal mereka. Untuk pertukaran ini, Red
GEALC menanggung biaya perjalanan, Pemerintah
penasihat memberikan gaji ahli, dan Pemerintah
penerima membiayai biaya menginap lokal. Pada
pertemuan tahunan GALC Merah terbaru di 2018, 16
negara Amerika Latin dan 6 negara Karibia
menandatangani Deklarasi Panama untuk lebih
memperkuat kerja Red GALC dalam memfasilitasi
kerjasama e-government antara pejabat publik terkait di
daerah.
3 Kesimpulan dan rekomendasi
Upaya transformasi digital di tingkat regional merupakan cerminan dan respons terhadap tantangan
pembangunan dan menyoroti pentingnya digitalisasi di hampir setiap aspek pembangunan
berkelanjutan. Sebagaimana tertuang dalam Agenda 2030, “penyebaran teknologi informasi dan
komunikasi serta keterkaitan global memiliki potensi besar untuk mempercepat kemajuan manusia
kemajuan, untuk menjembatani kesenjangan digital dan untuk mengembangkan masyarakat
pengetahuan, seperti halnya inovasi ilmiah dan teknologi di berbagai bidang seperti obat-obatan dan
energi” .
Tinjauan terhadap tantangan dan peluang regional menunjukkan bahwa ada aspek atau bidang
pengembangan e-government dan transformasi digital yang pada dasarnya merupakan titik fokus global;
hampir semua Pemerintah telah mengidentifikasi ini sebagai bidang yang membutuhkan atau menerima
perhatian dalam kerangka rencana dan strategi nasional dan/atau regional. Bidang-bidang yang terkait
dengan tantangan atau peluang pembangunan digital di kawasan ini meliputi: (a) kemauan politik
(komitmen kepemimpinan) dan kapasitas kelembagaan, (b) difusi dan konektivitas teknologi, (c)
perdagangan digital dan ekonomi digital, (d) data terbuka, inklusivitas data, dan keterlibatan penduduk,
(e) keterampilan digital, (f) pemberdayaan ekonomi dan kesenjangan gender, dan (g) kota pintar dan
urbanisasi. LDCs, LLDCs dan SIDS menyadari pentingnya bidang-bidang ini dan sejauh mungkin terlibat
dalam kegiatan yang relevan; namun, banyak negara dalam situasi khusus terus menghadapi tantangan
yang lebih mendasar terkait dengan pengembangan dan digitalisasi TIK, termasuk keterjangkauan,
konektivitas, keamanan, infrastruktur, dan kesenjangan digital. Mengatasi tantangan ini melalui upaya
bersama dan kemitraan tetap menjadi prioritas bagi komunitas internasional.
Bab ini juga menyoroti sejumlah inisiatif yang menjanjikan. Smart Africa, PRIDA, AP-IS,
Digital Silk Road, SAMOA Pathway, D4D, SPECA, UN/CEFACT, Red GEALC, inisiatif e-
leadership ESCWA, dan banyak jaringan dan forum regional yang muncul adalah bukti
dari pertumbuhan memahami bahwa tantangan dan peluang yang terkait dengan
transformasi digital dapat diatasi dengan baik melalui kerjasama antar dan intraregional.
Analisis kualitatif lintas wilayah yang mengintegrasikan masukan dari komisi regional
Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa upaya sedang dilakukan untuk
memperkuat kerja sama regional yang dibangun di atas komitmen politik yang kuat saat
ini untuk memastikan keselarasan strategi, kebijakan, dan tindakan di bidang-bidang
penting berikut:
• Konektivitas dan interoperabilitas (AP-IS, Digital Silk Road/BRI, D4D, PRIDA).
• Pemerintahan terbuka (Data Republica/ECLAC; berbagai inisiatif data terbuka/ESCWA).
• Identifikasi digital, ekonomi digital dan perdagangan digital (ID digital dan strategi dan
inisiatif ekonomi digital di Afrika; UN/CEFACT).
• Kerangka peraturan (PRIDA/Afrika; D4D/Eropa).
Upaya digitalisasi nasional dan regional yang telah dilakukan serta strategi digital yang
sedang dikembangkan untuk pertumbuhan di masa depan mencerminkan komitmen
yang kuat untuk mengeluarkan potensi yang ada. teknologi baru untuk mendorong
pembangunan berkelanjutan. Meskipun masih ada jalan panjang di depan, pendekatan
nasional/intraregional/interregional yang terintegrasi untuk transformasi digital mulai
membuahkan hasil di banyak daerah. Di era meningkatnya saling ketergantungan dan
percepatan perubahan (sebagian besar didorong oleh kemajuan teknologi digital),
memperkuat kerja sama digital dan kemitraan lintas batas adalah cara terbaik untuk
mengatasi tantangan dan peluang yang relevan.
Thank You!!

More Related Content

What's hot

Tugas ppt pak sahril
Tugas ppt pak sahrilTugas ppt pak sahril
Tugas ppt pak sahrilFirdaus440614
 
Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061
Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061
Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061Ziadarqatras
 
REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )
REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )
REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )MaulidinasyahErwinda
 
ppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluang
ppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluangppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluang
ppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan PeluangRahmatilham6
 
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and OpportunitiesTantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and OpportunitiesMuhammadZidaneYustis
 
TANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAH
TANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAHTANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAH
TANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAHVitriaNanda
 
SURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENTSURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENTOktaAlamsyah
 
TANTANGAN DAN PELUANG RAGIONAL
TANTANGAN DAN PELUANG RAGIONALTANTANGAN DAN PELUANG RAGIONAL
TANTANGAN DAN PELUANG RAGIONALALKadri4
 
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...JayantiKumalasari
 
REGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
REGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIESREGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
REGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIESPUTRI RACHMADANI
 
Amelia fitri handayani
Amelia fitri handayani Amelia fitri handayani
Amelia fitri handayani Muhlizar
 
Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)Tomi
 
M. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 pptM. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 pptAdiyaBapriyanto
 
Ppt muhlizar
Ppt muhlizarPpt muhlizar
Ppt muhlizarMuhlizar
 

What's hot (20)

Tugas ppt pak sahril
Tugas ppt pak sahrilTugas ppt pak sahril
Tugas ppt pak sahril
 
Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061
Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061
Ppt tantangan dan peluang regional ziad muhammad arqatras 20102061
 
REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )
REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )
REGIONAL CHALLENGE AND OPPORTUNITIES ( TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL )
 
ppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluang
ppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluangppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluang
ppt RAHMAT ILHAM dengan tema,Tantangan Regional Dan Peluang
 
Ppt tik luvian candra gunawan
Ppt tik luvian candra gunawanPpt tik luvian candra gunawan
Ppt tik luvian candra gunawan
 
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and OpportunitiesTantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and Opportunities
 
TANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAH
TANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAHTANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAH
TANTANGAN REGIONAL DAN PELUANG DAERAH DALAM PEMERINTAHAH
 
SURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENTSURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENT
 
TANTANGAN DAN PELUANG RAGIONAL
TANTANGAN DAN PELUANG RAGIONALTANTANGAN DAN PELUANG RAGIONAL
TANTANGAN DAN PELUANG RAGIONAL
 
Muhammad ainul yakin ppt tip
Muhammad ainul yakin ppt tipMuhammad ainul yakin ppt tip
Muhammad ainul yakin ppt tip
 
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan ...
 
REGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
REGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIESREGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
REGIONAL CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
 
Amelia fitri handayani
Amelia fitri handayani Amelia fitri handayani
Amelia fitri handayani
 
Kebijakan pembangunan tik
Kebijakan pembangunan tikKebijakan pembangunan tik
Kebijakan pembangunan tik
 
FIKRI HAIKAL
FIKRI HAIKAL FIKRI HAIKAL
FIKRI HAIKAL
 
e-government
e-governmente-government
e-government
 
Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)
 
M. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 pptM. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 ppt
 
E-PARTICIPATION
 E-PARTICIPATION E-PARTICIPATION
E-PARTICIPATION
 
Ppt muhlizar
Ppt muhlizarPpt muhlizar
Ppt muhlizar
 

Similar to TANTANGAN REGIONAL

M. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 pptM. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 pptBejutaLebih
 
Riski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahan
Riski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahanRiski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahan
Riski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahanRizkiAndenaPutra
 
Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...
Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...
Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...RizkiAndenaPutra
 
190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx
190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx
190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptxDodiSetiawan46
 
Pengembangan E-Government di Pemerintah Daerah
Pengembangan E-Government di Pemerintah DaerahPengembangan E-Government di Pemerintah Daerah
Pengembangan E-Government di Pemerintah DaerahIndriyatno Banyumurti
 
Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...
Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...
Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...farizsatiano32
 
Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)
Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)
Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)ICT Watch
 
Modul Tata Kelola Internet
Modul Tata Kelola InternetModul Tata Kelola Internet
Modul Tata Kelola InternetID-IGF
 
Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)
Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)
Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)ICT Watch - Indonesia
 
Modul Tata Kelola Internet - APCICT
Modul Tata Kelola Internet - APCICTModul Tata Kelola Internet - APCICT
Modul Tata Kelola Internet - APCICTIGF Indonesia
 
Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...
Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...
Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...NoveniaSembiring
 
Aplikasi Desa Cerdas.pptx
Aplikasi Desa Cerdas.pptxAplikasi Desa Cerdas.pptx
Aplikasi Desa Cerdas.pptxssuser928b9e2
 
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdf
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdfKominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdf
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdfGhozali Mochammad
 
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...Mayangsari_22
 
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptx
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptxKominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptx
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptxsubditpenanganankonf
 
20140601 the role of business and government in smart sustainable city
20140601 the role of business and government in smart sustainable city20140601 the role of business and government in smart sustainable city
20140601 the role of business and government in smart sustainable cityTelekomunikasi Indonesia
 
Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...
Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...
Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...Dadang Solihin
 

Similar to TANTANGAN REGIONAL (20)

M. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 pptM. khalifatullah 20102006 ppt
M. khalifatullah 20102006 ppt
 
Riski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahan
Riski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahanRiski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahan
Riski Andena Putra ( 20102013) Teknologi informasi pemerintahan
 
Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...
Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...
Riski Andena Putra ( 20102013) Media pembelajaran Teknologi informasi pemerin...
 
190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx
190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx
190708-7225000000-bimtek_smartcity-11-Persiapan Bimtek I.pptx
 
Pengembangan E-Government di Pemerintah Daerah
Pengembangan E-Government di Pemerintah DaerahPengembangan E-Government di Pemerintah Daerah
Pengembangan E-Government di Pemerintah Daerah
 
Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...
Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...
Sim, 7, fariz satiano, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sistem...
 
PEMBANGUNAN DIGITALISASI.pptx (HERI SYAFRIZAL 21102067)
PEMBANGUNAN DIGITALISASI.pptx (HERI SYAFRIZAL 21102067)PEMBANGUNAN DIGITALISASI.pptx (HERI SYAFRIZAL 21102067)
PEMBANGUNAN DIGITALISASI.pptx (HERI SYAFRIZAL 21102067)
 
Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)
Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)
Modul Tata Kelola Internet (UNAPCICT)
 
Modul Tata Kelola Internet
Modul Tata Kelola InternetModul Tata Kelola Internet
Modul Tata Kelola Internet
 
Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)
Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)
Modul Tata Kelola Internet (disusun oleh APCICT)
 
Modul Tata Kelola Internet - APCICT
Modul Tata Kelola Internet - APCICTModul Tata Kelola Internet - APCICT
Modul Tata Kelola Internet - APCICT
 
Tata Kelola Internet
Tata Kelola InternetTata Kelola Internet
Tata Kelola Internet
 
Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...
Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...
Sim, 7, novenia sembring, hapzi ali, universitas mercu buana,implementasi sis...
 
Aplikasi Desa Cerdas.pptx
Aplikasi Desa Cerdas.pptxAplikasi Desa Cerdas.pptx
Aplikasi Desa Cerdas.pptx
 
Sosialisasi televisi digital
Sosialisasi televisi digital Sosialisasi televisi digital
Sosialisasi televisi digital
 
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdf
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdfKominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdf
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng.pdf
 
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
 
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptx
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptxKominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptx
Kominfo-Rakor-Kominfo-Jateng (1).pptx
 
20140601 the role of business and government in smart sustainable city
20140601 the role of business and government in smart sustainable city20140601 the role of business and government in smart sustainable city
20140601 the role of business and government in smart sustainable city
 
Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...
Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...
Dinamika Sosial Budaya di Era Transformasi Digital dan Tantangannya dalam Keh...
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

TANTANGAN REGIONAL

  • 1. NAMA : PUTRI MELLYNIE NIM : 20102010 PRODI : ILMU PEMERINTAHAN BAB 3 TANTANGAN DAN PELUANG REGIONAL
  • 2. pendahuluan Bab ini mendapat manfaat dari kontribusi berbagai komisi regional Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dari diskusi dan hasil pertemuan kelompok ahli tentang proses persiapan Survei E-Government Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diadakan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN DESA) di New York pada 1 dan 2 April 2019.
  • 3. Pembangunan daerah 1. Afrika Digitalisasi berkembang pesat di Afrika. negara-negara Afrika, mereka organisasi regional, dan Uni Afrika mulai berlaku kebijakan, strategi dan peraturan nasional dan daerah yang ditujukan untuk memastikan bahwa penduduk benua dapat memanfaatkan sepenuhnya kemungkinan yang ditawarkan oleh digitalisasi dan transformasi digital. Ini langkah-langkah selaras dengan tujuan kebijakan yang ditetapkan dalam Agenda 2063 Uni Afrika dan dengan tujuan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan target terkait.1 Digitalisasi menawarkan peluang baru untuk meningkatkan administrasi publik dan mendorong ekonomi. Sejumlah negara Afrika telah melangkah upaya mereka untuk mengintegrasikan teknologi digital dalam proses pemerintahan, dan sekarang banyak yang menawarkan berbagai layanan elektronik dengan tujuan meningkatkan efisiensi, transparansi, daya tanggap, efektivitas, dan penyampaian layanan pemerintah. Teknologi digital juga diadopsi untuk mendukung upaya pemerintah membangun dan melindungi ekonomi; di beberapa area, misalnya, teknologi ini digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan pajak langsung, mendukung penciptaan dan pengembangan perusahaan, dan mengurangi aliran keuangan gelap masuk dan keluar dari wilayah tersebut.
  • 4. Tantangan dan peluang regional Tantangan yang terkait dengan penyampaian e-government yang efektif di Afrika tetap kompleks. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) belum berkembang atau terbelakang di sebagian besar kawasan, dengan banyak negara kekurangan sumber daya dan/atau mekanisme yang diperlukan untuk sepenuhnya menangani prioritas di bidang- bidang seperti keamanan siber, perlindungan privasi, pasokan listrik (listrik ), akses dan konektivitas internet, interoperabilitas dan sistem kolaborasi, dan infrastruktur data. Meskipun lebih dari tiga dekade perkembangan TIK, Afrika masih tertinggal di belakang wilayah lain dalam TIK infrastruktur, akses, penggunaan, dan keterampilan. Penetrasi internet di Afrika diperkirakan mencapai 36 persen (473 juta orang online).2 Defisit ini kemungkinan akan mempengaruhi pengembangan e-government lebih lanjut Afrika saat laju inovasi teknologi semakin cepat, menghadirkan tantangan serius bagi prosesnya transformasi digital di Afrika. Prioritas pembangunan yang bersaing di sebagian besar negara Afrika dan rendahnya tingkat sumber daya domestic mobilisasi juga menyebabkan kendala keuangan yang serius. Kebutuhan mendesak untuk meningkatkan digital pemerataan dan mengurangi ketidaksetaraan telah memaksakan permintaan yang lebih tinggi pada infrastruktur yang ada dan terkait pengeluaran.
  • 5. Namun, tantangan bagi Afrika dalam transformasi digital melampaui infrastruktur dan keuangan, meluas ke kepemimpinan, kerangka hukum dan peraturan, kerangka kelembagaan, dan kapasitas manusia dan kelembagaan. Buta huruf (termasuk e-buta huruf), hambatan bahasa, dan Aksesibilitas dan keterjangkauan internet (terutama untuk kelompok rentan) hanyalah beberapa dari yang relevan masalah sosial ekonomi yang membutuhkan perhatian mendesak jika digitalisasi ingin bergerak maju. Strategi transformasi digital nasional yang komprehensif dan rencana implementasi yang terintegrasi prioritas nasional dengan prioritas regional dan global adalah jalan ke depan. Jumlah yang cukup banyak negara-negara Afrika telah memperkenalkan perubahan yang berkontribusi pada transformasi digital di tingkat nasional dan daerah. Misalnya, Mauritius sedang menyiapkan e-governance regional akademi, Nigeria telah meluncurkan Informasi Manajemen Keuangan Terpadu Pemerintah System (GIFMIS), Zimbabwe telah mengaktifkan sistem manajemen keuangan sektor publik, mesin kasir di Ethiopia terhubung langsung ke otoritas pajak, dan Namibia telah menyiapkan pengalaman pengguna platform (UXP) yang memungkinkan manifestasi digital dari berbagai lembaga Negara untuk diintegrasikan ke dalam satu sistem.
  • 6. Kemitraan dan inisiatif regional Mengatasi tantangan yang terkait dengan digitalisasi dan melepaskan potensinya untuk meningkatkan tata kelola dan pertumbuhan di Afrika memerlukan pendekatan yang terkoordinasi dan terintegrasi di tingkat nasional dan regional. Ada banyak inisiatif dan kemitraan regional yang telah dibangun untuk memajukan transformasi digital di kawasan; satu yang patut disoroti adalah inisiatif Afrika Cerdas. Menyadari perlunya koordinasi dan kolaborasi, 30 negara Afrika berkumpul pada tahun 2013 dan, dalam kemitraan dengan organisasi internasional dan regional serta sektor swasta, menegaskan komitmen mereka terhadap transformasi digital yang inovatif di Afrika. Sejak itu, Smart Africa telah memimpin upaya digitalisasi regional dengan tingkat dukungan politik tertinggi (lihat kotak 3.1).
  • 7. 3.1 Afrika Cerdas Inisiatif Afrika Cerdas, didirikan pada 2013 selama Konferensi Tingkat Tinggi Transform Afrika di Rwanda, bertujuan untuk mengubah Afrika menjadi masyarakat berpengetahuan dengan akses broadband yang luas dan terjangkau. dan infrastruktur dan layanan TIK. Inisiatif ini dipandu oleh Manifesto Afrika Cerdas, yang didukung oleh semua pemimpin Afrika pada Sidang Biasa ke-22 Majelis Kepala Negara dan Pemerintahan Uni Afrika, yang diadakan di Addis Ababa pada Januari 2014. Prinsip-prinsip Manifesto termasuk menempatkan TIK sebagai pusat pembangunan sosial ekonomi nasional; meningkatkan akses ke TIK, meningkatkan akuntabilitas, efisiensi dan keterbukaan melalui TIK, memperkuat sektor swasta, dan secara lebih umum memanfaatkan TIK untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
  • 8. Ada juga komitmen baru dari mitra regional dan internasional untuk bekerja menuju harmonisasi regional kerangka hukum dan peraturan untuk mempercepat transformasi digital di Afrika. Instrumen yang diadopsi untuk mendukung tujuan ini termasuk Piagam Afrika tentang Nilai dan Prinsip Pelayanan dan Administrasi Publik. Piagam Afrika tentang Demokrasi, Pemilu dan Pemerintahan; dan Konvensi Uni Afrika tentang Keamanan Siber dan Perlindungan Data Pribadi. Inisiatif Kebijakan dan Regulasi untuk Afrika Digital (PRIDA)7 diluncurkan pada 2019 untuk mengatasi pasokan dan permintaan broadband dan untuk membangun kapasitas pemangku kepentingan Afrika dalam ruang tata kelola Internet, sehingga memungkinkan benua Afrika untuk menuai manfaat digitalisasi (lihat kotak 3.2).
  • 9. Kotak 3.2 Inisiatif Kebijakan dan Regulasi untuk Afrika Digital Inisiatif Kebijakan dan Regulasi untuk Afrika Digital (PRIDA), sebuah program bersama dari Uni Afrika, Uni Eropa dan Uni Telekomunikasi Internasional, bertujuan untuk meletakkan dasar dan dengan demikian memfasilitasi penyediaan “broadband nirkabel yang dapat diakses secara universal, terjangkau dan efektif di seluruh dunia. benua untuk membuka manfaat masa depan dari layanan berbasis Internet”.a Tiga pilar Inisiatif (yang menjadi dasar kegiatan yang relevan) mencakup pemanfaatan spektrum yang efisien dan harmonis; harmonisasi kebijakan TIK/telekomunikasi yang terukur, kerangka hukum dan peraturan; dan partisipasi aktif para pembuat keputusan Afrika dalam debat tata kelola Internet global. PRIDA akan dilaksanakan selama tiga tahun dalam periode 2018- 2022. Tujuan utamanya adalah untuk terlibat dalam kegiatan yang ditargetkan yang akan menghasilkan tambahan 300 juta orang online pada tahun 2025.
  • 10. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk memajukan upaya identifikasi digital. Pada Sidang Biasa ke-32 Majelis Kepala Negara dan Pemerintahan Uni Afrika, yang diadakan di Addis Ababa pada Februari 2019, Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika (ECA) sepakat untuk bekerja sama dengan Komisi Uni Afrika, Afrika Cerdas, dan lainnya tentang pengembangan ID digital dan strategi ekonomi digital. Menanggapi meningkatnya kebutuhan akan kerja sama regional, ECA Centre of Excellence for Digital Identity, Trade and Economy8 didirikan pada tahun 2018 untuk memberikan dukungan teknis dan bantuan pengembangan kapasitas kepada negara-negara yang meminta bantuan terkait tantangan, antara lain, ID digital dan ekonomi digital, ekspansi broadband, e-government, dan sistem perpajakan. Pusat ini memainkan peran penelitian, penasehat dan koordinasi. Pekerjaannya berlabuh dalam mempromosikan harmonisasi standar, peraturan, infrastruktur dan pengembangan kapasitas di benua Afrika untuk pengembangan identitas digital dan ekonomi digital. Sepuluh Prinsip Kerangka Kerja untuk ID Digital yang Baik dan Ekonomi Digital telah dikembangkan oleh Pusat dengan tujuan untuk mendukung upaya harmonisasi dan interoperabilitas Negara-negara Afrika.
  • 11. 2. Asia dan Oseania Ekspansi digitalisasi di Asia terus mengubah kehidupan miliaran orang di kawasan ini. Inisiatif digital yang dilakukan oleh Pemerintah dan lembaga publik telah menawarkan peluang untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif, meningkatkan akses ke layanan utama di sektor-sektor seperti kesehatan dan pendidikan, meningkatkan kualitas dan cakupan layanan publik secara keseluruhan, dan meningkatkan transformasi digital dan pengembangan e-government di tingkat nasional dan daerah.
  • 12. Tantangan dan peluang regional Asia adalah wilayah terpadat di dunia—dan paling terbagi secara digital—di dunia. Negara-negara Asia memiliki konteks politik, budaya, ekonomi dan sosial yang sangat beragam dan dicirikan oleh tingkat pembangunan ekonomi dan sosial yang berbeda. Beberapa negara di kawasan ini secara aktif terlibat dalam pengembangan dan penerapan teknologi terdepan seperti kecerdasan buatan (AI), IoT, dan robotika, serta telah menjadi yang terdepan dalam pengembangan, penggunaan, dan inovasi teknologi; namun, sejumlah besar negara di kawasan ini berada di sisi lain dari kesenjangan digital, dan sampai infrastruktur TIK yang berkembang dengan baik, modal manusia yang memadai, dan sumber daya yang memadai tersedia untuk memobilisasi upaya digitalisasi skala besar, kecil kemungkinan negara-negara ini akan mampu mengubah inovasi teknologi menjadi dividen pembangunan berkelanjutan.
  • 13. Kesenjangan keterampilan digital. E-government terutama menguntungkan orang-orang yang melek huruf. Aplikasi TIK dan e-government paling efektif ketika entitas sektor publik dan pengguna memiliki keterampilan digital yang sesuai. SEBUAH laporan yang dirilis oleh International Telecommunication Union (ITU) pada tahun 201812 mengidentifikasi tingkat pencapaian pendidikan sebagai salah satu indikator terkuat dari kecakapan keterampilan digital; negara-negara itu memiliki segmen populasi yang lebih besar dengan pendidikan tinggi juga cenderung memiliki tingkat keterampilan digital yang lebih tinggi. Kesenjangan dalam kerangka hukum dan kebijakan. Prioritas regulasi dan kebijakan untuk transformasi digital telah tercampur di berbagai negara di Asia. Beberapa negara telah proaktif dalam mengembangkan strategi di seluruh rangkaian kebijakan pemerintah dan kerangka hukum untuk memanfaatkan manfaat transformasi digital dan aplikasi e- government. Kerangka hukum untuk transaksi elektronik, perlindungan data/privasi informasi dan pencegahan kejahatan dunia maya secara umum membentuk upaya transformasi digital saat ini dan masa depan di Asia. Dari 47 negara Asia terpilih, 87 persen telah memberlakukan undang-undang transaksi elektronik dan 79 persen memiliki undang-undang untuk memerangi kejahatan dunia maya, tetapi hanya 57 persen yang memiliki undang-undang privasi dan kurang dari setengahnya telah mengadopsi undang- undang perlindungan konsumen.
  • 14. Terlepas dari tantangannya, negara-negara di kawasan ini membuat kemajuan menuju transformasi digital. Di Indonesia dan Filipina, sistem pencatatan sosial digital berfungsi sebagai pintu gerbang program perlindungan sosial, dengan bantuan tunai dan bantuan darurat yang dikirimkan langsung ke rumah tangga yang dituju yang membutuhkan. Sistem pencatatan digital seperti ini memungkinkan transparansi dan kredibilitas yang lebih besar dalam desain dan pelaksanaan program perlindungan sosial. Bhutan telah memperkenalkan alat evaluasi online berbasis poin/skor (e-tool) yang membantu mempercepat proses pengadaan Pemerintah, menstandardisasi penilaian proyek, dan mempromosikan pemilihan proyek investasi publik yang efisien dan transparan. TIK juga digunakan untuk memberikan layanan publik kepada penduduk di beberapa negara Kepulauan Pasifik.
  • 15. Terlepas dari kemajuan yang dicapai, banyak negara di Pasifik masih menghadapi tantangan dalam penerapan teknologi digital, terutama di pemerintahan dan administrasi publik. Negara-negara ini dipisahkan secara luas oleh luasnya Samudra Pasifik, yang membuat pembangunan infrastruktur dan penyediaan akses broadband menjadi pekerjaan yang relatif kompleks dan seringkali mahal—dan ini mempengaruhi pengembangan dan adopsi aplikasi dan layanan e-government. Tidak termasuk Australia dan Selandia Baru, hanya sekitar 50.000 orang (0,4 persen dari 10,9 juta orang) yang terhubung ke layanan broadband tetap pada tahun 2017, dan sembilan negara di kawasan ini masih memiliki tingkat penetrasi broadband tetap di bawah 2 persen. Keterjangkauan akses broadband merupakan masalah bagi banyak orang yang tinggal di Kepulauan Pasifik. Di Kiribati, Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tuvalu dan Vanuatu, misalnya, biaya akses ke mobile broadband setara dengan lebih dari 5 persen pendapatan nasional bruto per kapita.
  • 16. Inisiatif dan kemitraan regional Negara-negara terus meninjau dan merevisi prioritas pembangunan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya, dan merangkul pengembangan e-government dan transformasi digital semakin dianggap sebagai fasilitator dan pendorong utama pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 2009, Bangladesh mengadopsi strategi Digital Bangladesh nasional,29 yang bertujuan untuk mengubah negara tersebut menjadi negara yang berkembang secara digital pada tahun 2021 melalui integrasi TIK untuk mendukung tata pemerintahan yang baik, penegakan hukum, lapangan kerja, dan pertumbuhan. Pada tahun 2015, Pemerintah India meluncurkan program Digital India30 dengan tujuan menjembatani kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan dengan mempromosikan investasi dalam infrastruktur digital, mendorong literasi digital, dan memperluas penyediaan layanan online. Pada tahun 2012, Digital Malaysia31 secara resmi diresmikan sebagai program transformasi negara, yang dirancang untuk mendorong transisi negara menuju ekonomi digital yang maju. Diprakarsai oleh Pemerintah untuk implementasi selama periode 2018-2022, Digital Kazakhstan32 bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi negara, meningkatkan kualitas hidup penduduk, dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk transisi ke ekonomi digital.
  • 17. Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) tentang konektivitas broadband di negara-negara Kepulauan Pasifik, setidaknya 10 dari 14 negara di kawasan Pasifik memiliki kebijakan TIK nasional, dengan beberapa di antaranya dengan jelas mengidentifikasi pengembangan layanan e- government sebagai tujuan kebijakan utama dan komponen penting dari rencana dan strategi pembangunan nasional. Di tingkat regional, ESCAP meluncurkan inisiatif Asia-Pacific Information Superhighway (AP-IS) sebagai pelengkap inisiatif nasional (lihat kotak 3.3). Inisiatif ini mendorong pengembangan jaringan broadband regional tanpa batas yang akan meningkatkan keterjangkauan, keandalan, ketahanan, dan jangkauan Internet broadband dan dengan demikian mengatasi kesenjangan digital di dalam dan di antara negara-negara di Asia dan Pasifik. Melalui inisiatif ini, ESCAP juga mempromosikan Belt and Road Initiative di antara negara-negara di kawasan (lihat kotak 3.4).
  • 18. Kotak 3.3 Jalan Raya Informasi Asia-Pasifik Tujuan dari inisiatif Asia-Pacific Information Superhighway (AP- IS) adalah “untuk meningkatkan konektivitas broadband regional melalui jaringan padat infrastruktur akses terbuka lintas batas yang akan diintegrasikan ke dalam jaringan serat berbasis darat dan laut yang kohesif dengan tujuan akhir meningkatkan bandwidth internasional untuk negara-negara berkembang di kawasan, menurunkan broadband Harga internet dan menjembatani kesenjangan digital di kawasan” (E/ESCAP/CICTSTI(1)/2, paragraf 1). Dokumen Master Plan untuk Asia-Pacific Information Superhighway dan Asia-Pacific Information Superhighway Regional Cooperation Framework menguraikan visi, tujuan, kegiatan, dan pencapaian jangka panjang yang diturunkan dari empat pilar berikut (ibid., paragraf 24-27):
  • 19. • Konektivitas: “meningkatkan konektivitas tulang punggung serat optik broadband regional yang mulus”. • Manajemen lalu lintas dan jaringan: “meningkatkan pertukaran lalu lintas Internet dan sistem manajemen serta menyelaraskan kebijakan terkait dengan cara yang lebih efisien dan efektif, di dalam negeri serta di tingkat subregional dan regional, yang akan mengarah pada kualitas [broadband] yang lebih baik melayani“. • E-resilience: memperkuat “ketahanan infrastruktur TIK yang ada/direncanakan melalui metode seperti peningkatan keragaman jaringan, sambil mengakui pentingnya infrastruktur tangguh untuk pembangunan berkelanjutan dan peran penting yang dimainkan oleh TIK dalam pengurangan dan manajemen risiko bencana”.
  • 20. • Broadband untuk semua: mendukung “suatu lingkungan yang akan mengarah pada promosi akses inklusif untuk semua, mengakui kebutuhan dan tantangan khusus yang dihadapi oleh negara-negara berkembang yang kurang berkembang dan terkurung daratan”. Sebagai pengakuan atas penyebaran geografis yang luas dan prioritas pembangunan yang berbeda di antara negara-negara, prakarsa ESCAP AP-IS mencakup ketentuan untuk kerjasama intraregional dan subregional.
  • 21. Kotak 3.4 Jalur Sutra Digital Jalur Sutra Digital merupakan komponen penting dari Belt and Road Initiative (BRI), yang diperkenalkan oleh China pada tahun 2013 untuk meningkatkan konektivitas dan kolaborasi di antara hampir 70 negara di Asia, Afrika, dan Eropa. Sejauh ini, China telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan 16 negara untuk pembangunan Jalur Sutra Digital. Versi terbaru dari mekanisme implementasi adalah Rencana Aksi Konektivitas Standar Sabuk dan Jalan (2018- 2020). Inisiatif Jalur Sutra Digital telah diperluas cakupannya dari fokus awal pada pemasangan kabel serat optik hingga mencakup elemen-elemen seperti proyek kota pintar, komputasi awan, dan data besar.
  • 22. Melalui inisiatif Asia-Pacific Information Superhighway (AP-IS), ESCAP bekerja sama dengan Pemerintah China untuk mempromosikan Belt and Road Initiative di antara negara-negara anggota di sepanjang koridor BRI dan di kawasan Asia-Pasifik yang lebih luas. Kerja sama ESCAP-China dapat meningkatkan inklusivitas dan dukungan di antara 62 anggota ESCAP dan anggota asosiasi serta memperkuat dukungan untuk BRI. Kerjasama ESCAP-China juga akan memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari sinergi antara inisiatif AP-IS dan BRI, yang mencakup hubungan yang lebih kuat antara negara-negara anggota ESCAP dan kemajuan terkoordinasi menuju pembangunan berkelanjutan. Konektivitas TIK sangat penting untuk pencapaian tujuan ini, karena menyediakan dasar untuk komunikasi, berbagi informasi, pertukaran data, pengembangan infrastruktur yang lebih luas, perdagangan dan arus transportasi, dan kolaborasi sosial ekonomi antara masyarakat, organisasi dan negara di sepanjang koridor BRI.
  • 23. Kotak 3.5 Jalur SAMOA Jalur Percepatan Modalitas Aksi (SAMOA) Negara Berkembang Pulau Kecil—sebuah prakarsa regional yang diadopsi pada Konferensi Internasional Ketiga tentang Negara Berkembang Pulau Kecil pada bulan September 2014 dan disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusi 69/15 tanggal 14 November 2014—secara resmi mengakui perlunya langkah-langkah konkret untuk memajukan pembangunan berkelanjutan SIDS dan memajukan agenda pembangunan berkelanjutan internasional. Program berorientasi aksi yang dilakukan dalam kerangka ini harus dilaksanakan melalui kemitraan yang tulus dan tahan lama di berbagai pemangku kepentingan.
  • 24. Inisiatif SAMOA Pathway membahas berbagai kebutuhan dan prioritas pembangunan. Diakui bahwa akses ke teknologi modern yang sesuai dan pembentukan infrastruktur TIK yang andal, terjangkau, dan aman memainkan peran penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Dengan landasan digital yang kuat, SIDS akan memiliki kapasitas untuk mengembangkan sistem dan mekanisme e-government yang efektif yang akan memperkuat administrasi publik dan mempercepat kemajuan menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan target terkait.
  • 25. Kemitraan ICT4SIDS dibentuk untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan yang berkontribusi pada pencapaian SDGs secara cepat, dan diharapkan mekanisme ini akan secara signifikan mempercepat kemajuan menuju tujuan Jalur SAMOA. ICT4SIDS menawarkan dua alat pendukung keputusan penting; Penasihat SDG membantu SIDS menilai status mereka dan meluncurkan layanan yang diperlukan, dan Perencana Berbantuan Komputer yang kuat memungkinkan implementasi cepat lebih dari 150 layanan untuk mendukung 12 SDG. Fitur utama ketiga adalah metodologi implementasi inisiatif, yang melibatkan pembentukan hub pintar yang sangat terspesialisasi di seluruh dunia yang memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan spesifik lokasi dan faktor keterbatasan. Pembuatan hub “percontohan” khusus lokasi menggabungkan dua fitur pertama (penasihat dan perencanaan), didukung oleh pelatihan dan pengembangan kapasitas dan, pada tahap akhir, peluncuran dan penyerahan portal yang dihasilkan.
  • 26. (lihat kotak 3.5). Kemitraan antar pemerintah yang unik ini berfokus pada prioritas pembangunan yang luas, salah satunya adalah memperkuat infrastruktur TIK untuk mempromosikan pembangunan36 dan meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas pemerintah. Sebagai bagian dari inisiatif ini, diharapkan bahwa Pemerintah pusat akan mendukung dan memfasilitasi perluasan infrastruktur TIK melalui penyediaan pelatihan yang ditargetkan dan melalui promosi tata pemerintahan yang baik yang berasal dari pembentukan dan pengelolaan lembaga yang efektif, transparan dan akuntabel.
  • 27. 3. Eropa dan Asia Tengah Agenda 2030 telah memandu Komisi Ekonomi PBB untuk Eropa (ECE) dalam upayanya untuk memajukan integrasi ekonomi regional dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Anggota ECE termasuk negara-negara di Eropa dan Asia Tengah. Ada keragaman politik, budaya, sosial dan ekonomi yang cukup besar di antara negara-negara anggota, dan tingkat pembangunan—termasuk digital perkembangan—sangat bervariasi. Wilayah ini mencakup kelompok besar ekonomi maju tetapi juga merupakan rumah bagi sejumlah ekonomi dalam transisi; e-government memiliki peran kunci dalam semua ini negara. Beberapa Pemerintah di wilayah ECE berada pada tahap yang relatif maju, menggunakan teknologi seperti TIK, data besar, AI, dan pembelajaran mesin untuk meningkatkan layanan publik, memberdayakan masyarakat, dan akhirnya memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Lainnya sedang dalam tahap awal pengembangan e-government (dan digital yang lebih luas).
  • 28. Uni Eropa memainkan peran kunci dalam memajukan digitalisasi baik di dalam maupun di luar kawasan. Strategi Eropa Komisi Eropa untuk data dan kertas putih tentang kecerdasan buatan, bersama dengan cetak biru regional yang serupa, membantu meletakkan dasar yang kuat bagi pengembangan masyarakat digital. Negara-negara di Uni Eropa telah membangun kota yang “lebih pintar” dan telah mencapai tingkat pengembangan e-government yang tinggi melalui peningkatan akses digital di berbagai sektor; negara-negara ini bergerak cepat menuju masyarakat Eropa yang benar-benar digital. Upaya sedang dibuat untuk mengembangkan layanan publik digital lintas batas melalui pembentukan kerangka kerja digital yang menawarkan alat dan sistem untuk penyampaian layanan yang lebih baik kepada masyarakat dan bisnis. Program Digital Europe untuk periode 2021-2027 adalah “program pendanaan pertama yang didedikasikan hanya untuk mendukung transformasi digital” di Uni Eropa. Program ini bertujuan untuk memperkuat investasi dalam “superkomputer, kecerdasan buatan, keamanan siber, keterampilan digital tingkat lanjut, dan memastikan penggunaan teknologi digital ini secara luas di seluruh perekonomian dan masyarakat”. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan dalam ekonomi digital global dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kebijakan yang sedang dirumuskan oleh Komisi Eropa untuk mendukung Eropa Digital Program ini akan fokus pada pelatihan keterampilan digital untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi transformasi digital.
  • 29. Menyadari pentingnya regulasi digital dalam membentuk masa depan digital Eropa di era perubahan teknologi yang cepat ini, Parlemen Eropa menghasilkan kerangka kebijakan “yang akan membantu warga dan bisnis sepenuhnya memanfaatkan potensi teknologi digital”.45 Tujuannya adalah untuk menciptakan kebijakan yang mendukung adopsi teknologi baru dan yang sedang berkembang, mengatur transformasi digital di industri, dan memperkuat kepercayaan. Salah satu tujuan penting adalah untuk mencapai koordinasi kebijakan vertikal dan horizontal melalui harmonisasi kebijakan dan undang- undang digital untuk telekomunikasi, e-commerce, perlindungan konsumen, dan area prioritas terkait lainnya di kawasan ini. Uni Eropa juga mendorong koordinasi inisiatif non- legislatif dan kegiatan, termasuk pengembangan e-government dan e-skills, meskipun setiap gerakan ke arah ini tetap pada kebijaksanaan masing-masing Pemerintah.
  • 30. Tantangan dan peluang regional Integrasi ekonomi regional telah menjadi yang terdepan dalam pembuatan kebijakan di antara negara-negara anggota ECE. TIK memperkuat konektivitas perdagangan dan dengan demikian memfasilitasi integrasi regional. Ekonomi maju di Eropa umumnya maju dalam penyediaan layanan digital baik di sektor publik maupun swasta, tetapi sejumlah negara di Eropa dan Asia Tengah belum mencapai tingkat ini. Perbedaan meluas ke semua bidang sektoral e-government di tingkat nasional dan subnasional. Fasilitasi perdagangan adalah salah satu bidang di mana perbedaan yang sedang berlangsung terlihat jelas. Uni Eropa adalah blok ekonomi terbesar di kawasan ini dan mendapat manfaat dari serikat pabean, dan sistem peraturan perdagangan dirancang untuk komunikasi elektronik yang lancar antara pemangku kepentingan perdagangan dan entitas pemerintah di dalam Uni Eropa. Tantangan yang semakin berat di front ini dihadapi oleh negara-negara yang bukan bagian dari blok tersebut (kecuali Swiss dan Norwegia).
  • 31. Konektivitas digital dan interoperabilitas sistem regulasi memiliki implikasi luas untuk integrasi regional negara-negara berkembang yang terkurung daratan (LLDCs). Implementasi yang lebih besar langkah-langkah lintas batas digital dapat membantu meningkatkan daya saing negara-negara ini di pasar global. LLDC di wilayah ECE telah membuat beberapa kemajuan di bidang ini, tetapi masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa mekanisme yang diperlukan tersedia untuk integrasi yang dioptimalkan. Tinjauan situasi di LLDC menegaskan bahwa masih ada kesenjangan antara implementasi layanan digital dan ketersediaan ketentuan untuk memfasilitasi perdagangan tanpa kertas lintas batas. Sistem kepabeanan digital telah sepenuhnya atau sebagian diimplementasikan di semua LLDC kawasan dan mencakup mekanisme untuk penyerahan elektronik deklarasi pabean dan dokumentasi pendukung. Di Kazakhstan, misalnya, semua deklarasi pabean telah diproses secara elektronik sejak 2018, dan konektivitas internet untuk kantor pabean dan lembaga perbatasan lainnya kuat dan didukung dengan baik. Namun, terlepas dari kemajuan baru-baru ini, undang-undang dan peraturan yang mengatur transaksi elektronik di LLDC kawasan tetap lemah, dan hal yang sama dapat dikatakan tentang kapasitas kelembagaan mereka untuk mensertifikasi dokumen elektronik dan kemampuan mereka untuk bertukar deklarasi pabean elektronik. Kesenjangan ini mungkin tidak mengejutkan, karena tidak jarang terjadi dalam konteks global yang lebih besar.
  • 32. Inisiatif dan kemitraan regional Program Khusus PBB untuk Ekonomi Asia Tengah (SPECA), yang dilaksanakan bersama oleh ECE dan ESCAP, terus berfungsi sebagai kerangka kerja utama untuk kerjasama ECE dengan pemangku kepentingan terkait lainnya di Asia Tengah dan pemberian dukungan kepada negara-negara anggota SPECA50 di pelaksanaan Agenda 2030. Kemitraan regional dan inisiatif lintas batas didukung oleh standar internasional, rekomendasi kebijakan dan pedoman yang dapat mendukung sistem digital nasional serta lintas batas. pertukaran data elektronik. Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang Fasilitasi Perdagangan51 sepatutnya mempromosikan penggunaan standar internasional dan berbagi praktik terbaik untuk menyederhanakan prosedur impor dan ekspor (pasal 10, bagian 3), termasuk pembentukan satu jendela atau entri titik penyerahan dokumen dan/atau persyaratan data (pasal 10 ayat 4).
  • 33. Pekerjaan Pusat Fasilitasi Perdagangan dan Bisnis Elektronik Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN/CEFACT)—sebuah badan antar pemerintah ECE—menawarkan contoh penting tentang bagaimana digitalisasi dan penyerapan teknologi dapat memiliki dampak positif yang bertahan lama pada pembangunan (lihat kotak 3.6). Dikembangkan oleh UN/CEFACT pada tahun 1973, Kunci Tata Letak PBB untuk Dokumen Perdagangan adalah dasar untuk hampir setiap dokumen perdagangan internasional di dunia. Turunan standar Pertukaran Data Elektronik Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Administrasi, Perdagangan dan Transportasi (UN/EDIFACT) untuk pertukaran data elektronik banyak digunakan dalam rantai pasokan, transportasi, dan logistik internasional; perusahaan pelayaran dan terminal pelabuhan bertukar lebih dari 1 miliar pesan UN/EDIFACT per tahun, mencakup lebih dari 75 persen angkutan laut di seluruh dunia.
  • 34. Kotak 3.6 Pusat Fasilitasi Perdagangan dan Bisnis Elektronik Perserikatan Bangsa-Bangsa Pusat Fasilitasi Perdagangan dan Bisnis Elektronik Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN/CEFACT) dibentuk untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama di seluruh dunia dalam pertukaran produk, layanan, dan informasi perdagangan di antara organisasi bisnis, perdagangan, dan administrasi. Secara khusus, Pusat ini bertugas memfasilitasi transaksi nasional dan internasional melalui penyederhanaan dan harmonisasi prosedur perdagangan lintas batas dan arus informasi. Selama beberapa dekade, UN/CEFACT telah mengembangkan metode dan mekanisme fasilitasi— seringkali melalui penggunaan teknologi digital.
  • 35. UN/CEFACT mengkoordinasikan kegiatannya dengan organisasi internasional lainnya, termasuk World Trade Organization, World Customs Organization, Organization for Economic Cooperation and Development, United Nations Commission on International Trade Law, dan United Nations Conference on Trade and Development. Untuk memastikan koherensi dalam pengembangan standar e-business, UN/CEFACT bekerja sama dengan International Organization for Standardization (ISO), International Electrotechnical Commission (IEC), International Telecommunication Union (ITU), dan organisasi non-pemerintah (LSM) terpilih di konteks Nota Kesepahaman IEC/ISO/ITU/ECE. Hubungan ini didirikan dengan pengakuan fakta bahwa interoperabilitas sistem dan aplikasi sangat penting untuk penyederhanaan dan harmonisasi proses perdagangan.
  • 36. 4. Asia Barat Kekuatan teknologi digital untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang inovatif dan gesit diakui oleh sebagian besar negara di Asia Barat. Prioritas untuk meningkatkan pemberian layanan di wilayah ini meliputi: meningkatkan partisipasi warga, mendorong inovasi dalam struktur dan institusi pemerintahan, membuka data pemerintah, dan mendigitalkan institusi. Prioritas ini sedang ditangani di seluruh wilayah namun, adopsi dan penerapan teknologi baru dan standar terkait sangat bervariasi antar negara, dengan penerapan yang efektif di beberapa area terhambat oleh tantangan yang berkaitan dengan proses digitalisasi itu sendiri dan/atau faktor lingkungan yang lebih luas seperti tingkat pembangunan sosial ekonomi yang rendah, ketidakstabilan politik, atau perang dan kekerasan yang sedang berlangsung.
  • 37. Tantangan dan peluang regional Ada sejumlah tren umum yang muncul di kawasan ini saat bergerak maju dengan transformasi digital dalam mengejar pembangunan berkelanjutan. Namun, prioritas transformasi digital di kawasan ini dipengaruhi oleh kebutuhan dan kapasitas nasional yang beragam dan oleh karena itu sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Seperti disebutkan di atas, proses transformasi digital dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kapasitas dan akses digital, tata kelola, dan keadaan atau kondisi masyarakat. Di setiap negara kawasan, faktor-faktor ini dan faktor relevan lainnya memandu keputusan pemerintah tentang integrasi dan digitalisasi TIK, termasuk pengembangan e-government. Pendekatan saat ini untuk pengembangan e-government di wilayah tersebut sebagian besar diinformasikan oleh status sosial ekonomi masing-masing negara, meskipun faktor lain mungkin juga ikut berperan. Negara-negara dalam situasi konflik atau pasca-konflik, seperti Irak, Libya dan Yaman, berfokus terutama pada peningkatan akses ke infrastruktur TIK dan layanan dasar pemerintah. Negara-negara dengan tingkat pembangunan sedang, seperti Mesir, Yordania, dan Lebanon, meningkatkan dan memperluas penawaran digital mereka untuk memastikan penyampaian layanan pemerintah inklusif berkualitas tinggi yang efektif. Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab memobilisasi potensi teknologi yang muncul untuk menyediakan layanan pemerintah yang canggih dan memastikan tingkat kepuasan pengguna yang tinggi.
  • 38. Banyak negara telah merumuskan dan mengadopsi rencana transformasi digital nasional (atau sedang dalam proses melakukannya) dan memastikan bahwa rencana tersebut selaras dengan—dan dalam beberapa kasus tergabung dalam—rencana pembangunan nasional. Visi Ekonomi Bahrain 203053 mengintegrasikan ketentuan untuk pengembangan digital, dan strategi Visi Saudi 2030, Oman 2040, dan Kuwait 2035 juga mencakup beberapa inisiatif terkait transformasi pemerintah digital. Inisiatif Smart Qatar diluncurkan pada 2017, dengan rencana implementasi pada 2020. Di Uni Emirat Arab, beberapa strategi terkait transformasi digital government telah dikembangkan, termasuk Smart Dubai 2021. Di Mesir, ICT 2030 Strategy mencakup ketentuan untuk transformasi digital dari layanan pemerintah. Maroko telah mengadopsi rencana nasional yang dikenal sebagai Digital Maroko 2020, yang diharapkan akan diperbarui dalam tahun depan. Sebagian besar kegiatan regional seputar adopsi aplikasi teknologi mutakhir terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan tinggi. Sedikit yang telah dilakukan di bidang ini di negara-negara yang terkena dampak konflik seperti Yaman, Republik Arab Suriah dan Lebanon. Namun, sejumlah entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa memanfaatkan teknologi yang muncul untuk mengatasi beberapa kebutuhan yang lebih mendesak di kawasan ini; misalnya, blockchain digunakan dalam distribusi bantuan kemanusiaan, dan teknologi baru untuk pendidikan online membantu membangun keterampilan yang dibutuhkan di kamp-kamp pengungsi di Yordania.
  • 39. Inisiatif dan kemitraan lintas batas Inisiatif regional dan kemitraan strategis telah dikembangkan untuk mengatasi banyak tantangan bersama yang dihadapi oleh negara-negara Arab. Perwakilan dari negara- negara anggota Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Barat (ESCWA) dan tim ESCWA bekerja sama untuk memfasilitasi transformasi digital di kawasan melalui upaya-upaya seperti menetapkan strategi regional yang mencerminkan visi bersama, menciptakan platform untuk e-leader, dan mengembangkan kriteria pengukuran regional untuk menilai kemajuan dalam pengembangan e-government. ESCWA, melalui program kerjasama teknisnya, membantu beberapa negara di kawasan ini dengan perumusan rencana pembangunan digital. Di Yordania, sebuah rencana untuk transformasi digital layanan pemerintah dikembangkan pada tahun 2019. Negara Palestina dan Republik Arab Suriah juga sedang mempersiapkan rencana transformasi digital nasional mereka dengan bantuan dari ESCWA. Beberapa inisiatif regional telah diadopsi di dunia Arab untuk mendukung prioritas pembangunan digital. Namun, inisiatif ini tetap sedikit jumlahnya dan sebagian besar didorong oleh entitas regional seperti Liga Negara-negara Arab dan ESCWA dan oleh organisasi internasional.
  • 40. Dalam kerangka inisiatif ESCWA, direktur e-government di kawasan Arab membentuk jaringan regional e-leaders pertama pada tahun 2013. Jaringan tersebut memiliki platform untuk bertemu dan mendiskusikan tantangan, prioritas, dan peluang terkait dengan pengembangan dan dukungan e-government lebih lanjut. praktik yang relevan di wilayah tersebut. Kegiatan platform ini termasuk meninjau dan mendiskusikan proposal proyek tentang pengembangan e-government, memperkuat penilaian program e-government, membangun kemitraan dengan sektor swasta, dan membangun konsensus regional tentang e-government. Di antara prioritas terbaru adalah mengkaji potensi dan tantangan open data di kawasan dan meninjau pengalaman Pemerintah dengan open data. Inisiatif ini juga menyoroti perlunya pengembangan lanjutan dari undang-undang dan kerangka hukum yang berkaitan dengan e-government dan untuk tinjauan dan analisis hasil survei awal untuk Indeks Kematangan Layanan Elektronik dan Seluler Pemerintah (GEMS), di mana 12 negara Arab dinilai (lihat kotak 3.7).
  • 41. Proyek ESCWA tentang pengembangan kelembagaan untuk mempromosikan pendekatan partisipatif menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Asia Barat berfokus pada pengembangan pemerintahan terbuka melalui penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dan untuk memfasilitasi penerapan pendekatan partisipatif terhadap pemerintahan di kawasan Arab. Untuk mendukung tujuan ini, ESCWA telah merancang kerangka implementasi pemerintahan terbuka empat fase yang mempertimbangkan “status negara-negara Arab dan kesiapan mereka untuk bergerak menuju pemerintahan terbuka dalam segala hal”. Sebagai bagian dari proyek yang sama, ESCWA telah menyiapkan materi pengembangan kapasitas tentang data terbuka dan tentang partisipasi, kolaborasi dan keterlibatan. ESCWA juga telah mempromosikan pemerintahan terbuka di kawasan Arab melalui lokakarya pengembangan kapasitas regional dan nasional dan telah memberikan layanan konsultasi yang berkaitan dengan pemerintahan terbuka dan data terbuka ke Pemerintah Yordania, Negara Palestina dan d Republik Arab Suriah.
  • 42. Kotak 3.7 Kerangka Indeks Kematangan Layanan Elektronik dan Seluler Pemerintah (GEMS) Indeks Kematangan GEMS diukur di tiga sub-indeks: 1. Ketersediaan dan Kecanggihan Layanan: Layanan pemerintah apa yang tersedia secara online atau melalui aplikasi seluler, dan seberapa canggih layanan digital ini? Seberapa mudah akses data pemerintah melalui saluran ini? Metrik untuk pengukuran meliputi: • Tingkat digitalisasi layanan tertentu melalui portal atau saluran seluler—yaitu, apakah setiap langkah dalam proses tertentu dapat diakses secara digital. • Sejauh mana pengguna akhir memiliki opsi untuk mempersonalisasi pengalaman digital.
  • 43. 2. Penggunaan dan Kepuasan Layanan: Seberapa sering layanan digital ini digunakan? Seberapa puaskah pengguna akhir dengan pengalaman tersebut? Metrik untuk pengukuran meliputi: • Tingkat penggunaan melalui portal dan saluran seluler untuk layanan digital prioritas. • Kepuasan pengguna akhir dengan layanan digital ini, berdasarkan ulasan pengguna dan jumlah keluhan. 3. Penjangkauan Publik: Apa yang telah dilakukan Pemerintah untuk membuat konstituen/warga negara sadar akan layanan digital? Bagaimana mereka mendukung konstituen dalam menggunakan layanan digital ini? Metrik untuk pengukuran meliputi. • Kekokohan kampanye pemasaran yang menyertai layanan digital. • Sejauh mana pengguna memiliki akses ke dukungan dalam menggunakan layanan digital—seperti obrolan langsung, dukungan email, atau FAQ.
  • 44. 5. Amerika Latin dan Karibia Negara-negara di Amerika Latin dan Karibia telah secara aktif terlibat dalam pengembangan e-government sejak awal abad kedua puluh satu. Berbagai inisiatif yang dilakukan di wilayah tersebut telah difokuskan pada prioritas seperti mendorong e- partisipasi, mempromosikan generasi pengetahuan berbasis bukti, dan meningkatkan akses teknologi untuk kelompok rentan.
  • 45. Tantangan dan prioritas regional Meskipun konektivitas Internet sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 50 persen rumah tangga di Amerika Latin dan Karibia masih kekurangan akses Internet. Potensi inisiatif e-government dan partisipasi elektronik tidak dapat sepenuhnya direalisasikan jika hanya setengah dari populasi yang dapat dicapai. Di beberapa bagian wilayah—khususnya di Karibia—Keterjangkauan internet menjadi masalah, dan tingkat pengembangan sumber daya manusia tetap rendah. Di Haiti, misalnya, tingkat pengangguran lebih dari 40 persen, dan tingkat melek huruf hanya sekitar 60 persen. Hambatan ekonomi dan sosial menciptakan tantangan besar bagi Pemerintah yang berusaha untuk tidak meninggalkan siapa pun dalam penyediaan layanan elektronik sektor publik. Pemerintah di kawasan ini juga menghadapi tantangan dalam hal memacu pertumbuhan berbasis teknologi di sektor swasta. Sementara banyak perusahaan besar di Amerika Latin dan Karibia menggunakan digital teknologi (termasuk AI, IoT, dan data besar secara terbatas), usaha kecil dan menengah (UKM) sering kekurangan sumber daya untuk berinvestasi dalam teknologi digital dan mungkin tidak dapat menilai risiko yang menyertainya. Mendukung adopsi teknologi di antara bisnis semacam itu harus menjadi prioritas nasional, karena berbagai penelitian telah menunjukkan korelasi positif antara penggunaan teknologi dan kinerja ekonomi yang unggul di antara UKM.
  • 46. Konektivitas digital memfasilitasi interaksi antara pelanggan dan pemasok. Namun, seperti disebutkan di atas, peningkatan penggunaan teknologi dalam ekonomi swasta tetap menjadi tantangan utama bagi kawasan ini. Satu studi baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan per kapita yang berkaitan dengan perangkat jaringan dan koneksi masih sangat rendah.84 Secara umum, wilayah tersebut tidak memiliki undang-undang dan peraturan yang dapat membantu menciptakan kerangka kelembagaan yang kokoh untuk pengenalan dan penyebaran luas TIK dan penggunaan intensifnya di kalangan bisnis komersial—khususnya UKM. Upaya-upaya regional yang dipercepat untuk memperluas akses teknologi sangat penting bagi negara-negara multi-pulau yang paling rapuh di Karibia, karena mereka seringkali merupakan ekonomi kecil yang sangat terfragmentasi dengan struktur dan institusi pemerintahan satu pulau. Memiliki akses yang lebih baik ke TIK dan populasi serta sektor bisnis yang lebih terhubung secara digital dapat membantu meningkatkan penyampaian layanan public dan meminimalkan dampak jarak dan skala disekonomi bagi perusahaan lokal.
  • 47. Inisiatif dan kemitraan regional Perwakilan dari negara-negara Amerika Latin dan Karibia, yang diselenggarakan oleh ECLAC dan Pemerintah Brasil pada Seminar Teknologi Informasi Amerika Latin dan Karibia dan Pembangunan, mengadopsi Deklarasi Florianopolis tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pembangunan pada musim panas tahun 2000. Sejak itu, melalui berbagai konferensi menteri dan deklarasi baru, kawasan ini telah memperdalam komitmennya untuk menjadi masyarakat informasi. Baru-baru ini, komitmen ini diperkuat pada Konferensi Tingkat Menteri Keenam tentang Masyarakat Informasi di Amerika Latin dan Karibia (eLAC2020), yang diadakan di Cartagena de Indias, Kolombia, dari 18 hingga 20 April 2018.92 Di sana, negara-negara di kawasan itu berkomitmen untuk memperluas ekosistem digital, e-commerce, akses ke informasi publik, dan perlindungan privasi yang sejalan dengan SDGs. Pada tahun 2003, Red GALC dibentuk untuk menyatukan para pemain kunci dalam pengembangan e-government di wilayah tersebut (lihat kotak 3.8).
  • 48. Kotak 3.8 Jaringan Pemimpin e-Government Amerika Latin dan Karibia Jaringan Pemimpin e-Government Amerika Latin dan Karibia (Red GEALC) didirikan pada tahun 2003 untuk mempromosikan kerja sama horizontal dan pertukaran keahlian antara negara-negara kawasan. Kerjasama horizontal antara Pemerintah memungkinkan generasi dan penyebaran pengetahuan yang berkaitan dengan digitalisasi pelayanan publik. Kerjasama ini difasilitasi melalui berbagai mekanisme, termasuk database pakar e-government, upacara penghargaan e-government, kursus pelatihan untuk pejabat e-government, dan kelompok kerja virtual.
  • 49. Red GEALC membentuk Dana Kerjasama Horizontal untuk mendukung kunjungan singkat para ahli ke negara-negara lain di kawasan. Tujuannya adalah agar para ahli mempelajari cara kerja e-government di negara lain dan menerapkan praktik yang menjanjikan di negara asal mereka. Untuk pertukaran ini, Red GEALC menanggung biaya perjalanan, Pemerintah penasihat memberikan gaji ahli, dan Pemerintah penerima membiayai biaya menginap lokal. Pada pertemuan tahunan GALC Merah terbaru di 2018, 16 negara Amerika Latin dan 6 negara Karibia menandatangani Deklarasi Panama untuk lebih memperkuat kerja Red GALC dalam memfasilitasi kerjasama e-government antara pejabat publik terkait di daerah.
  • 50. 3 Kesimpulan dan rekomendasi Upaya transformasi digital di tingkat regional merupakan cerminan dan respons terhadap tantangan pembangunan dan menyoroti pentingnya digitalisasi di hampir setiap aspek pembangunan berkelanjutan. Sebagaimana tertuang dalam Agenda 2030, “penyebaran teknologi informasi dan komunikasi serta keterkaitan global memiliki potensi besar untuk mempercepat kemajuan manusia kemajuan, untuk menjembatani kesenjangan digital dan untuk mengembangkan masyarakat pengetahuan, seperti halnya inovasi ilmiah dan teknologi di berbagai bidang seperti obat-obatan dan energi” . Tinjauan terhadap tantangan dan peluang regional menunjukkan bahwa ada aspek atau bidang pengembangan e-government dan transformasi digital yang pada dasarnya merupakan titik fokus global; hampir semua Pemerintah telah mengidentifikasi ini sebagai bidang yang membutuhkan atau menerima perhatian dalam kerangka rencana dan strategi nasional dan/atau regional. Bidang-bidang yang terkait dengan tantangan atau peluang pembangunan digital di kawasan ini meliputi: (a) kemauan politik (komitmen kepemimpinan) dan kapasitas kelembagaan, (b) difusi dan konektivitas teknologi, (c) perdagangan digital dan ekonomi digital, (d) data terbuka, inklusivitas data, dan keterlibatan penduduk, (e) keterampilan digital, (f) pemberdayaan ekonomi dan kesenjangan gender, dan (g) kota pintar dan urbanisasi. LDCs, LLDCs dan SIDS menyadari pentingnya bidang-bidang ini dan sejauh mungkin terlibat dalam kegiatan yang relevan; namun, banyak negara dalam situasi khusus terus menghadapi tantangan yang lebih mendasar terkait dengan pengembangan dan digitalisasi TIK, termasuk keterjangkauan, konektivitas, keamanan, infrastruktur, dan kesenjangan digital. Mengatasi tantangan ini melalui upaya bersama dan kemitraan tetap menjadi prioritas bagi komunitas internasional.
  • 51. Bab ini juga menyoroti sejumlah inisiatif yang menjanjikan. Smart Africa, PRIDA, AP-IS, Digital Silk Road, SAMOA Pathway, D4D, SPECA, UN/CEFACT, Red GEALC, inisiatif e- leadership ESCWA, dan banyak jaringan dan forum regional yang muncul adalah bukti dari pertumbuhan memahami bahwa tantangan dan peluang yang terkait dengan transformasi digital dapat diatasi dengan baik melalui kerjasama antar dan intraregional. Analisis kualitatif lintas wilayah yang mengintegrasikan masukan dari komisi regional Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa upaya sedang dilakukan untuk memperkuat kerja sama regional yang dibangun di atas komitmen politik yang kuat saat ini untuk memastikan keselarasan strategi, kebijakan, dan tindakan di bidang-bidang penting berikut: • Konektivitas dan interoperabilitas (AP-IS, Digital Silk Road/BRI, D4D, PRIDA). • Pemerintahan terbuka (Data Republica/ECLAC; berbagai inisiatif data terbuka/ESCWA). • Identifikasi digital, ekonomi digital dan perdagangan digital (ID digital dan strategi dan inisiatif ekonomi digital di Afrika; UN/CEFACT). • Kerangka peraturan (PRIDA/Afrika; D4D/Eropa).
  • 52. Upaya digitalisasi nasional dan regional yang telah dilakukan serta strategi digital yang sedang dikembangkan untuk pertumbuhan di masa depan mencerminkan komitmen yang kuat untuk mengeluarkan potensi yang ada. teknologi baru untuk mendorong pembangunan berkelanjutan. Meskipun masih ada jalan panjang di depan, pendekatan nasional/intraregional/interregional yang terintegrasi untuk transformasi digital mulai membuahkan hasil di banyak daerah. Di era meningkatnya saling ketergantungan dan percepatan perubahan (sebagian besar didorong oleh kemajuan teknologi digital), memperkuat kerja sama digital dan kemitraan lintas batas adalah cara terbaik untuk mengatasi tantangan dan peluang yang relevan.