SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENISASI



1. PENGERTIAN
     Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam proses dalam proses
  metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
  elemen ini di peroleh dengan menghirup          setiap kali bernafas. Masuknya oksigen
  kejaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi
  (wartonah, Tartowo 2003).
                                                     (Fisiologi Organ Tubuh Manusia, 2009)


     Oksigenasi adalah peristiwa mengirup udara dari luar mengandung oksigen (     )kedalam
  tubuh serta menghembuskan karbon dioksida (     ) sebagai hasil oksidasi.
                                                                       (www.oksigenasi.com)


     Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolism untuk
  mempertahankan seluruh sel hidup.
                                                                       (www.oksigenasi.com)
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI

     Keadekuatan sirkulasi. Ventilasi, perkusi, dan transport gas-gas pernafasan kejaringan
  dipengaruhi oleh empat tipe faktor:

     1. Faktor Fisiologis
         a. Penurunan kapasitas pembawa oksigen
         b. Penurunan konsentrasi pembawa oksigen yang diinspirasi
         c. Hipovolemia
         d. Peningkatan laju metabolism
         e. Kondisi yang mempengaruhi gerak dinding dada
     2. Faktor Perkembangan
         Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi
         oksigenisasi jaringan,:
a. Bayi prematrur
       Bayi premature beresiko terkena membrane hialin, yang di duga disebabkan oleh
       defesiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan berkembang
       lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ketujuh, dan demikian bayi
       premature tidak memiliki surfaktan.
   b. Bayi dan todler
       Beresiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai hasil pernafasan yang
       sering pada anak-anak lain dan pernafasan dari asap rokok yang dihisap orang lain
       (hubner, 1994; whatling, 1994 dalam fundamental keperawatan, 2006 vol 2 hal
       1561).
   c. Anak usia sekolah dan remaja
       Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernafasan dan faktor-faktor
       resiko pernafasan. Misalnya menghisap rokok dan merokok. Anak sehat biasanya
       tidak mengalami efek merugikan akibat infeksi pernafasan. Namun, individu yang
       mulai merokok pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa
       pertengahan mengalami peningkatan resiko penyakit kardiopulmonar dan kangker
       paru.
   d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
       Terpapar dalam resiko penyakit kardiopulmonar seperti: diet yang tidak sehat,
       kurang latihan fisik, obat-obatan dan merokok.
   e. Lansia
       System pernafasan dan system jantung mengalami perubahan sepanjang proses
       penuaan. Pada system arteria, terjadi plak aterosklerosis sehingga tekanan darah
       meningkat.
3. Faktor Perilaku
       Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung
   mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigenisasi. Faktor-
   faktor gaya hidup yang mempengaruhi pernafasan hidup meliputi: nutrisi, latihan
   fisik, merokok, penyalah gunaan substansi dan stress.
4. Faktor Lingkungan
              Lingkungan juga mepengaruhi oksigenisasi. Insiden penyakit paru terjadi
              didaerah yang berkabut dan didaerah perkotaan dari pada di daerah pedesaan.
      5. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan
           konduksi,    kerusakan    fungsi   valvular,    hipoksia   miokard,   kondisi-kondisi
           kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
      6. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
                                                           (Fundamental Perawatan, 2006 Vol 2)


3. KLASIFIKASI
      Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
   difusi, dan transportasi.
  1. Ventilasi
           Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
      alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
      faktor, antara lain:
      a.   Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat,
           maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah,
           maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
      b.   Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
           kembang kempis.
      c.   Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
           berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
           Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi schingga dapat terjadi
           vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi
           sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
      d.   Adanya refleks batuk dan muntah.
           Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung
           interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
           complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang
      berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang
      menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat
      terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan
      recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya
      paru.
      Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di
      keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons
      dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang
      pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik
      merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg
      maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.


2. Difusi Gas
          Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
   dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
   faktor, yaitu:
   a. Luasnya permukaan paru.
   b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
       keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
   c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2, dari
       alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih
       tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara
       berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
   d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
          Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
   tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan
   dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
   C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut
   dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
      a. Kardiac output
          Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit.
          Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada
          kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang
          dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi dengan menambahkan rata-
          rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.

      b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
          Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan
          menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), meningkatkan
          cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.

                              (Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, 2006 ed.3)

4. PATOFISIOLOGI DAN PATWAYS
     Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke
  jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem
  vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu
  disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan
  kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi
  perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup
  dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi pernapasan juga
  menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu
  kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida
  normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika
  ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2
  secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat.
  Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Pathway

             Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap

                          pada permukaan sel mast atau basofil

               Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

                          Kontraksi otot polos



                 Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat



                   Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil

                           pada tahap inspirasi dan ekspirasi



                                Edema mukosa bronkus



                        Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus



                                      Sesak napas



                       Tekanan partial oksigen di alveoli menurun



                        Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia                                       CO2 mengalami retensi pada alveoli

                              Kadar CO2 dalam darah meningkat yang

                                 memberi rangsangan pada pusat pernapasan

                                         Hiperventilasi
(Fundamental Keperawatan, 2006)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
    a. EKG
       Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi implus
       dan posisi listrik jantung.
    b. Pemeriksaan stress latihan
       Di gunakan mengevaluasi respon jantung terhadap stress fisik. Pemeriksaan fisik ini
       memberikan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan darah koroner.
    c. Pemeriksaan Elektrofisiologis (PEF)
       Pengukuran invasive aktivitas listrik.
    d. Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah.
       Ekokardigraf dan angiograf digunakan untuk menentukan kontraksi miokard dan
       aliran darah.
                                                         (Fundamental Keperawatan, 2009)


6. MASALAH KEPERAWATAN
a. Hiperventilasi

        Suatu kondisi entilasi yang berlebihan, yang di butuhkan untuk mengeliminasi
    karbon diogsida normal di vena, yang disebabkan ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidak
    seimbangan asam basa.

b. Hipoventilasi
        Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
   untuk mengeleminasi karbondioksida secara adekuat.
c. Hipoksia
        Oksigen jaringan tidak adekuat pada tingkat jaringan.
                                                         (Fundamental Keperawatan, 2009)
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
      Contoh diagnosa keperawatan nanda disfungsi kardiopulmonar:
      1. Ketidak bersihan jalan napas berhubungan dengan:
            a. Gangguan batuk
            b. Nyeri insisi
            c. Penurunan tingkat kesadaran


      2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan:
            a. Penurunan ekspansi paru
            b. Adanya ekskresi paru
            c. Pemasukan oksigen yang tidak adekuat
      3. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan:
            a. Imobilisasi
            b. Depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik
            c. Kerusakan neuro muskuler
            d. Obstruksi jalan nafas
      4. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan:
            a. Irama jantung yang tidak teratur
            b. Denyut jantung yang cepat
      5. Infeksi jantung yang berhubungan dengan:
            a. Sekresi paru yang statis
      6. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan:
            a. Kelemahan
            b. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
            c. Keletihan
                                                                (Fundamental Keperawatan, 2009)
8. INTERVENSI
  Contoh evaluasi intervensi untuk ketidak efektifan jalan nafas:
               Tujuan                     Tindakan evaluative        Hasil akhir yang diharapkan
  Sekresi      paru     akan   di Auskultasi semua lapangan Suara           paru   tambah   akan
  keluarkan.                       paru     setelah   batuk     dan menghilang dalam 48jam.
melakukan manuver postural
draenase .
Observasi klien ktika batuk
dan untuk melihat jumlah
sekresi,      keletihan   dan
dispnea.
Inspeksi sputum yang klien Sputum        jernih   berwarna
kluarkan saat batuk dan hasil putih, dan berbusa dalam
suksioning.                     48jam.


                           (Fundamental keperawatan, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Tanpa Angka Tahun. “www.oksigenasi.com.” Di Unduh Selasa 19 Juli 201.
          Pukul 21.00 WIB
Potter dan perry. 2005. “Fundamental Keperawatan.” Edisi 4 vol. 2. Terj. Renata Komalasari.
          Jakarta: EGC.
Saifudin. 2009. “Fisiologi Organ Tubuh Manusia.” Jakarta: Salemba Medika.
Tarwanto, wartonah. 2006. “Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan ed.3.
          Jakarta: Salemba Medika.

More Related Content

Viewers also liked

Pathway asidosis mantap
Pathway asidosis mantapPathway asidosis mantap
Pathway asidosis mantapRidwan Batutah
 
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal KanuleProsedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanulepjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi BowelAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowelpjj_kemenkes
 
pemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatanpemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatanindah puspa pratiwi
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im4nakmans4
 

Viewers also liked (7)

Konsep Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Konsep Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Konsep Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Konsep Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Pathway asidosis mantap
Pathway asidosis mantapPathway asidosis mantap
Pathway asidosis mantap
 
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal KanuleProsedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
 
Penyimpangan kdm
Penyimpangan kdmPenyimpangan kdm
Penyimpangan kdm
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi BowelAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
 
pemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatanpemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatan
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
 

Laporan pendahuluan oksigenisasi

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENISASI 1. PENGERTIAN Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam proses dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini di peroleh dengan menghirup setiap kali bernafas. Masuknya oksigen kejaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (wartonah, Tartowo 2003). (Fisiologi Organ Tubuh Manusia, 2009) Oksigenasi adalah peristiwa mengirup udara dari luar mengandung oksigen ( )kedalam tubuh serta menghembuskan karbon dioksida ( ) sebagai hasil oksidasi. (www.oksigenasi.com) Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolism untuk mempertahankan seluruh sel hidup. (www.oksigenasi.com) 2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI Keadekuatan sirkulasi. Ventilasi, perkusi, dan transport gas-gas pernafasan kejaringan dipengaruhi oleh empat tipe faktor: 1. Faktor Fisiologis a. Penurunan kapasitas pembawa oksigen b. Penurunan konsentrasi pembawa oksigen yang diinspirasi c. Hipovolemia d. Peningkatan laju metabolism e. Kondisi yang mempengaruhi gerak dinding dada 2. Faktor Perkembangan Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenisasi jaringan,:
  • 2. a. Bayi prematrur Bayi premature beresiko terkena membrane hialin, yang di duga disebabkan oleh defesiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ketujuh, dan demikian bayi premature tidak memiliki surfaktan. b. Bayi dan todler Beresiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai hasil pernafasan yang sering pada anak-anak lain dan pernafasan dari asap rokok yang dihisap orang lain (hubner, 1994; whatling, 1994 dalam fundamental keperawatan, 2006 vol 2 hal 1561). c. Anak usia sekolah dan remaja Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernafasan dan faktor-faktor resiko pernafasan. Misalnya menghisap rokok dan merokok. Anak sehat biasanya tidak mengalami efek merugikan akibat infeksi pernafasan. Namun, individu yang mulai merokok pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan resiko penyakit kardiopulmonar dan kangker paru. d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan Terpapar dalam resiko penyakit kardiopulmonar seperti: diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan dan merokok. e. Lansia System pernafasan dan system jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuaan. Pada system arteria, terjadi plak aterosklerosis sehingga tekanan darah meningkat. 3. Faktor Perilaku Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigenisasi. Faktor- faktor gaya hidup yang mempengaruhi pernafasan hidup meliputi: nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalah gunaan substansi dan stress.
  • 3. 4. Faktor Lingkungan Lingkungan juga mepengaruhi oksigenisasi. Insiden penyakit paru terjadi didaerah yang berkabut dan didaerah perkotaan dari pada di daerah pedesaan. 5. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer. 6. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia. (Fundamental Perawatan, 2006 Vol 2) 3. KLASIFIKASI Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi. 1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi. b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. d. Adanya refleks batuk dan muntah. Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang
  • 4. dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan. 2. Difusi Gas Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Luasnya permukaan paru. b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan. c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb. 3. Transportasi Gas Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
  • 5. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya: a. Kardiac output Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi dengan menambahkan rata- rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen. b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain. Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel. (Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, 2006 ed.3) 4. PATOFISIOLOGI DAN PATWAYS Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
  • 6. Pathway Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap pada permukaan sel mast atau basofil Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil Kontraksi otot polos Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi Edema mukosa bronkus Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus Sesak napas Tekanan partial oksigen di alveoli menurun Oksigen pada peredaran darah menurun Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada alveoli Kadar CO2 dalam darah meningkat yang memberi rangsangan pada pusat pernapasan Hiperventilasi
  • 7. (Fundamental Keperawatan, 2006) 5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. EKG Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi implus dan posisi listrik jantung. b. Pemeriksaan stress latihan Di gunakan mengevaluasi respon jantung terhadap stress fisik. Pemeriksaan fisik ini memberikan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan darah koroner. c. Pemeriksaan Elektrofisiologis (PEF) Pengukuran invasive aktivitas listrik. d. Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah. Ekokardigraf dan angiograf digunakan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah. (Fundamental Keperawatan, 2009) 6. MASALAH KEPERAWATAN a. Hiperventilasi Suatu kondisi entilasi yang berlebihan, yang di butuhkan untuk mengeliminasi karbon diogsida normal di vena, yang disebabkan ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidak seimbangan asam basa. b. Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh untuk mengeleminasi karbondioksida secara adekuat. c. Hipoksia Oksigen jaringan tidak adekuat pada tingkat jaringan. (Fundamental Keperawatan, 2009)
  • 8. 7. DIAGNOSA KEPERAWATAN Contoh diagnosa keperawatan nanda disfungsi kardiopulmonar: 1. Ketidak bersihan jalan napas berhubungan dengan: a. Gangguan batuk b. Nyeri insisi c. Penurunan tingkat kesadaran 2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan: a. Penurunan ekspansi paru b. Adanya ekskresi paru c. Pemasukan oksigen yang tidak adekuat 3. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan: a. Imobilisasi b. Depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik c. Kerusakan neuro muskuler d. Obstruksi jalan nafas 4. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan: a. Irama jantung yang tidak teratur b. Denyut jantung yang cepat 5. Infeksi jantung yang berhubungan dengan: a. Sekresi paru yang statis 6. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan: a. Kelemahan b. Asupan nutrisi yang tidak adekuat c. Keletihan (Fundamental Keperawatan, 2009) 8. INTERVENSI Contoh evaluasi intervensi untuk ketidak efektifan jalan nafas: Tujuan Tindakan evaluative Hasil akhir yang diharapkan Sekresi paru akan di Auskultasi semua lapangan Suara paru tambah akan keluarkan. paru setelah batuk dan menghilang dalam 48jam.
  • 9. melakukan manuver postural draenase . Observasi klien ktika batuk dan untuk melihat jumlah sekresi, keletihan dan dispnea. Inspeksi sputum yang klien Sputum jernih berwarna kluarkan saat batuk dan hasil putih, dan berbusa dalam suksioning. 48jam. (Fundamental keperawatan, 2009)
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Tanpa Angka Tahun. “www.oksigenasi.com.” Di Unduh Selasa 19 Juli 201. Pukul 21.00 WIB Potter dan perry. 2005. “Fundamental Keperawatan.” Edisi 4 vol. 2. Terj. Renata Komalasari. Jakarta: EGC. Saifudin. 2009. “Fisiologi Organ Tubuh Manusia.” Jakarta: Salemba Medika. Tarwanto, wartonah. 2006. “Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan ed.3. Jakarta: Salemba Medika.