1. TEORI BELAJAR PIAGET, VYGOTSKI DAN SCHEMA
1. TEORI BELAJAR PIAGET
Jean Piaget melakukan program penelitian secara signifikan mengenai pemahaman
tentang perkembangan intelektual anak. Piaget menyebutnya teoritis "epistemologi genetik”
karena ia lebih tertarik dalam hal bagaimana pengetahuan berkembangkan dalam masyarakat.
Piaget adalah seorang epistemologis genetik yang mempelajari pertumbuhan perkembangan
pengetahuan manusia. Pendekatan Piaget adalah satu genetik dan ia percaya bahwa fungsi
psikologis yang lebih tinggi tumbuh dari mekanisme biologis. Ia berusaha membedakan
tahap-tahap perkembangan kognitif dalam perubahan pemikiran dari waktu lahir dan untuk
menunjukkan bagaimana setiap tahap mengungkapkan urutan perkembangan dari tingkat
yang sederhana ke tingkat organisasi yang kompleks.
Teori Piaget mencoba untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah keadaan psikologis anak-anak berubah pada berbagai tahap perkembangan
mereka?
b. Apa mekanisme yang mereka lalui dari satu keadaan ke keadaan lain?
c. Bagaimana perubahan dalam pemikiran anak – anak terjadi?
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu:
a. Kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf
b. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya
c. Interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan
lingkungan social
d. Ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar
dia selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi.
Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma
yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks.
Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasi.
1
2. Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke
dalam empat periode, yaitu :
Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system
penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati
sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi
Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi
didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia
dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu
kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Piaget
memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola
tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.
Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola tingkah
laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati
Piaget (1985) juga menyatakan bahwa proses belajar adalah interaktif di mana
informasi baru dibentuk agar sesuai dengan pengetahuan yang ada, dan pengetahuan yang
ada itu sendiri diproses untuk menghasilkan informasi baru. Piaget menggunakan kata
'skema' atau struktur pikiran. Struktur kognitif adalah contoh fisik atau mental yang
mendasari tindakan tertentu dari kecerdasan dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
2
3. Skema adalah struktur kognitif atau mental dimana setiap individu secara intelektual
beradaptasi dan mengatur lingkungan. Struktur atau perubahan skemata ini baik dalam
kualitas dan kuantitas sebagai anak tumbuh lebih tua dan potensi untuk perubahan seperti ini
berakar pada sistem saraf individu.
Menurut Piaget, intelegensi terdiri dari tiga aspek yaitu:
a. Struktur (structure)
Terbentuk dari hubungan fungsional anak antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan berpikir logis anak dalam berinteraksi dengan lingkungan, kemudian tindakan
tersebut menuju pada perkembangan operasi-operasi dan selanjutnya menuju perkembangan
struktur atau skemata. Diperolehnya skemata berarti telah terjadi perubahan dalam
perkembangan intelektual anak.
b. Isi (content)
Isi disebut juga dengan content, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin
pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi.
c. Fungsi (function)
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme dalam mencapai kemajuan intelektual.
Menurut piaget perkembangan intelektual anak terdiri dari dua fungsi yaitu
Organisasi, yaitu kemampuan untuk mengorganisasi proses-proses fisik atau prosesproses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan.
Adaptasi, yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.
Konsep utama dalam proses kognitif meliputi:
a. Asimilasi yang terjadi ketika seorang anak merasakan objek baru atau peristiwa dalam
skema yang sudah ada. Anak-anak cenderung menerapkan struktur mental yang tersedia
untuk memproses sesuatu baru, dan mereka secara aktif akan berusaha untuk
menggunakan struktur yang baru diperoleh. Proses ini memungkinkan untuk
pertumbuhan skemata.
b. Akomodasi, terjadi ketika seorang anak dihadapkan dengan pengalaman baru atau
stimulus yang tidak masuk ke setiap skema yang ada. Anak dapat melakukan salah satu
dari dua hal:
3
4.
Membuat skema baru ke mana ia dapat menempatkan stimulus
Mengubah skema yang ada sehingga stimulus cocok ke dalamnya.
Keduanya adalah bentuk akomodasi dan mengakibatkan perubahan struktur kognitif. Jadi
'Akomodasi' adalah sebuah proses mengubah struktur kognitif yang ada berdasarkan
informasi baru.
c. Equilibrium adalah inti dari adaptasi intelektual dan mencakup keduanya baik asimilasi
maupun akomodasi. Piaget berpendapat bahwa ada keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sebagai mekanisme pengaturan diri yang menghasilkan ekuilibrium progresif
dikenal sebagai equilibrium. Penyimpangan pengalaman membuat keadaan menjadi tidak
seimbang, ketika harapan atau prediksi ini tidak dihubungkan oleh pengalaman. Ini hanya
dapat diselesaikan ketika berbagai pemikiran disesuaikan.
Ada 5 prinsip yang perlu diperhatikan dalam teori Piaget yaitu:
a. Anak-anak akan memberikan penjelasan yang berbeda tentang realitas pada berbagai
tahap perkembangan kognitif.
b. Perkembangan kognitif difasilitasi dengan menyediakan kegiatan atau situasi yang
melibatkan anak tersebut dan memerlukan adaptasi.
c. Materi pembelajaran dan kegiatan harus melibatkan tingkat yang tepat dari mental untuk
anak usia tertentu.
d. Menyesuaikan tugas yang diberikan kepada siswa dengan kemampuan kognitif mereka
saat ini.
e. Menggunakan metode pengajaran yang secara aktif yang melibatkan siswa dan
menimbulkan tantangan.
2. TEORI BELAJAR VYGOTSKI
Pakar psikologi lain, Vygotsky (1962, 1978), memberikan pandangan berbeda dengan
Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak.
Vygotsky memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia anak-anak. Meskipun
Vygotsky dikenal sebagai tokoh yang memfokuskan kepada perkembangan sosial yang
disebut sebagai sosiokultural, dia tidak mengabaikan individu atau perkembangan kognitif
individu. perkembangan bahasa pertama anak tahun kedua di dalam hidupnya dipercaya
sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam perkembangan kognitifnya.
4
5. Yang mendasari teori Vygtsky adalah pengamatan bahwa perkembangan dan
pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang yang
berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir. Ini berbeda dengan Piaget yang memandang
anak sebagai pembelajar yang aktif di dunia yang penuh orang. Orang-orang inilah yang
sangat berperan dalam membantu anak belajar dengan menunjukkan benda-benda, dengan
berbicara sambil bermain, dengan membacakan ceritera, dengan mengajukan pertanyaan dan
sebagainya. Dengan kata lain, orang dewasa menjadi perantara bagi anak dan dunia
sekitarnya
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun
pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksikoneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep
lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong
yang ahli.
Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui
proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses
pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual development dan potensial development
pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk
orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256)
yaitu:
a. Pembelajaran sosial (social leaning) yaitu Pendekatan pembelajaran yang dipandang
sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar
melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau temanyang lebih cakap;
b. ZPD (zone of proximal development) yaitu Bahwa siswa akan dapat mempelajari
konsep-konsep dengan baikjika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa
tidakdapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkanmasalah itu setelah
mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer). Bantuan atau support dimaksud
agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi
tingkatkerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
5
6. c. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship) yaitu Suatu proses yang menjadikan
siswa sedikit demi sedikitmemperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan
orangyang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;
d. Pembelajaran Termediasi (mediated learning) yaitu Vygostky menekankan pada
scaffolding. Siswa diberi masalahyang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi
bantuansecukupnya dalammemecahkan masalah siswa.
Menurut teori Vygotsky, Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif
mendampingi setiap kegiatan anak-anak.
b. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga
berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif
tampaknya mempercepat perkembangan anak.
c. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh
teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak
tertinggal dalam pelajaran.
3. TEORI BELAJAR SCHEMA
Secara umum, skemata dimaknai sebagai pengetahuan awal yang telah tersimpan dalam
memori seseorang. Skemata merupakan struktur pengetahuan abstrak yang disimpan secara
hirarkis dalamotak (Pratiwi, 2001). Dalam kaitannya dengan membaca, Harjasujana (dalam
Indrawati, 1996) menjelaskan bahwa skemata merupakan asosiasi-asosiasi ataugambarangambaran yang dapat bangkit dan membayang pada saat pembacamembaca kata, frasa, atau
kalimat.Dalam membaca, skemata ini berfungsi pada saat pembacamengintegrasikan
informasi baru dan membiarkan informasi baru masuk menjadi bagian dari pengetahuan yang
telah ada. Skemata ini mencakup konsep-konsepyang meliputi objek, situasi, urutan
peristiwa, tindakan, dan urutan tindakan.
6
7. Menurut Carrell ( dalam Pratiwi, 2001) terdapat tiga macam skemata, yaitu
a. Skemata bahasa (Linguistic schemata),
b. Skemata isi (content schemata)
c. Skemata bentuk (formal schemata).
Skemata bahasa merupakan pengetahuan kebahasaan pembaca. Skemata isi
merupakan pengetahuan awal pembaca yang berhubungandengan isi teks. Adapun skemata
bentuk
mengacu
pada
pengetahuan
pembacatentang
struktur
retorik
teks
yang
dibaca.Rumelhart (dalam Pratiwi, 2001) menyatakan bahwa skemata dapatmenjelaskan
fenomena seperti penyerapan informasi, inferensi, pemfokusan perhatian, dan mengingat.
Teori skema berkembang berdasarkan konsep skema psikologi kognitif. Skema
(schemata) adalah struktur sistematis dari pada kumpulan berbagai pengetahuan yang
diperoleh sejak masa kanak-kanak.Pengetahuan ini tentu saja berbeda pada setiap orang
sesuai dengan usia serta pengalamannya (Shimizu,1988)
Teori skema yang sekarang diterima secara luas sebagai memainkan peran kunci
dalam pembacaan pemahaman, didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan awal pembaca
secara langsung berdampak pada situasi pembelajaran baru. Para ahli mengenai teori
membaca memandang teori skema sebagai”kerangka” yang mengatur pengetahuan didalam
memori manusia dengan meletakkan setiap informasi kedalam “kotak (slot)” yang tepat yang
masing-masingnya berisi bagian yang saling terkait. Ketika informasi baru masuk dalam
memori, informasi itu bukan hanya harus cocok dengan salah satu slot, tetapi juga harus
benar-benar masuk ke slot yang sesuai, agar pemahaman dapat terjadi. Jika pendapat ini
diterima, maka membaca bergeser dari suatu aktivitas berdasarkan teks saja menjadi suatu
proses interaktif dimana pembaca membangun makna dengan berinteraksi dengan teks.
Menurut ahli mengenai teori membaca Yohanes McNeil(1992), skema adalah konsep,
kepercayaan, harapan, proses dari pada membaca, boleh dikatakan hamper segala sesuatu dai
pengalaman masa lalu yang digunakan untuk membuat teks bermakna.
Beberapa ciri-ciri schemata sebagaimana dikemukakan oleh Anderson
a. Schemata selalu diorganisir secara bermakna, dapat ditambahkan, dan dengan pengalama
yang diperoleh dapat dikembangkan.
b. Setiap skema termasuk dalam schemata lain dan berisi sub skema-sub skema.
7
8. c. Schemata dapat juga disusun kembali ketika data yang masuk membawa suatu kebutuhan
untuk mengatur kembali konsep tersebut.
d. Representasi mental digunakan selama proses persepsi dan pemahaman, dan yang
berkembang sebagai hasil proses ini, bergabung untuk membentuk suatu kesatuan yang
lebih besar dari gabungan seluruh bagiannya.
Skema adalah suatu rangkaian petak-petak yang dapat diisi oleh konteks atau informasi
tambahan pembicara. Seringkali apa yang diisikan pada suatu petak mempengaruhi apa yang
dapat diisikan pada petak berikutnya. Misalnya skema “menulis” bila alat penulisannya
adalah kapur maka alas tempat menulis adalah papan tulis. Bila tidak ada informasi khusus
yang diberikan menyangkut suatu petak tertentu maka pendengar/pembaca akan mengisinya
sesuai yang lazim diharapkan(default values). Misalnya skema “menulis” mungkin
melibatkan bolpoin dan kertas.
Skema umumnya diklasifikasikan atas :
a. Content Schema
Adalah pengetahuan yang dimilik mengenai dunia atau pengetahuan latar mengenai
dunia menyangkut teks yang ada dibaca. Skema ini memberikan dasar bagi si pembaca untuk
mengadakan perbandingan, asosiasi mengenai isi teks.
b. Formal (textual)schema
Formal schema disebut juga textual schema, menunjukkan pada pengetahuan mengenai
bentuk dan struktur retorika pada suatu teks, didalamnya termasuk pengetahuan mengenai
jenis dan genre teks, atau juga pengetahuan bahwa jenis dan genre teks yang berbeda
menggunakan organisasi teks yang berbeda, struktur bahsa, kosa kata, tingkat formalitas
bahkan tata bahsa yang berbeda. Jadi skema ini berkenaan dengan hal-hal pada tataran
wacana.
8
9. DAFTAR PUSTAKA
Dahar Ratna Willis. Prof. Dr. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.
Priandani, Ai Pemi. 2010. Efektifitas Pembelajaran Membaca Pemahaman Dengan
Menggunakan Teknik Skema. Tesis. Universitas pendidikan Indonesia.
Bandung
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0603314_chapter2.pdf
Retno Dwi Suyati, (2010), Strategi Pembelajaran Kimia, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Solehat, Devi, 2012. Implementasi Model Pemberajaran Konstruktivisme tipe Novick Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya Dan Keterampilan
Generik Sains Siswa SMKN. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_ipa_1004719_chapter2.pdf
Sulistyaningsih, Lilis Siti M.Pd. Teori Skema. Universtas Pendidikan Indonesaia. Bandung
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/19601
2161986032-LILIS_ST._SULISTYANINGSIH/TEORI__SKEMA.pdf
http://pradistawaty.files.wordpress.com/2008/06/piaget.pdf
9