Praktikum ini membahas pengambilan sampel darah, pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dengan metode Sahli, dan hitung leukosit. Terdapat penjelasan tentang prinsip, alat dan bahan, serta cara kerja pengambilan sampel darah secara vena dan kapiler, serta pengukuran Hb dengan metode Sahli yang melibatkan pembentukan hematin asam dan pembandingan warna hasil reaksi dengan standar.
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1
Praktikum patologi klinik semester 4 angkatan 2012
1.
PRAKTIKUM
PATOLOGI
KLINIK
SEMESTER
4
ANGKATAN
2012
PRAKTIKUM
1:
Pengambilan
sampel
darah,
pengukuran
Hb
dan
hitung
leukosit)
I.
Pengambilan
Sampel
Darah
A.
Prinsip:
• PHLEBOTOMY:
Mengambil
sampel
darah
di
vena
superficial
dan
besar,
seperti
v.
mediana
cubiti,
v.
cephalica,
vv.
Dorsum
manus
dan
v.
saphena
magna.
• PENGAMBILAN
DARAH
KAPILER:
pada
ujung
jari
III-‐IV
tangan,
lobulus
auricularis
atau
calcaneus
dan
halux
pada
bayi.
B.
Alat
dan
Bahan:
• PHLEBOTOMY:
o Semperit
dan
jarum
steril
(no.
18-‐21)
o Kapas
alkohol
70%
o Tourniquet
o Penampung
(plain
atau
anticoagulated)
à
EDTA,
sodium
citrat,
heparin
• Pengambilan
darah
kapiler:
o Lancet
steril
o Kapas
alkohol
70%
o Botol/tempat
penampung
C.
Cara
Kerja
• Phlebotomy:
o Tentukan
lokasi
penusukan
o Ikat
lengan
bagian
atas
dengan
tourniquet
di
proksimal
v.
mediana
cubiti
pada
fossa
cubiti,
tidak
lebih
dari
1
menit
o Desinfeksi
lokasi
penusukan
dengan
kapas
alkohol
secara
sirkuler
dari
pusat
ke
luar
o Fiksasi
dengan
cara
meletakkan
tangan
di
bawah
lokasi
penusukan,
ibu
jari
tepat
di
distal
v.
mediana
cubiti
o Tusukkan
jarum
sejajar
dengan
arah
vena
dan
sedatar
mungkin
(<30°)
o Bila
dilakukan
dengan
tepat
makan
akan
tampak
darah
pada
pangkal
jarum.
Lepaskan
tourniquet.
o Hisap
darah
pelan-‐pelan
hingga
2
ml.
o Letakkan
kapas
pada
tempat
penusukan
(jangan
ditekan).
Cabut
jarum
pelan2.
o Tutup
semprit
dengan
penutupnya
kemudian
lepaskan
jarum.
o Masukkan
darah
ke
dalam
tempat
penampung.
o Goyangkan
penampung
agar
darah
tercampur
dengan
antikoagulan
• Pengambilan
darah
kapiler:
o Periksa
kulit
yang
akan
ditusuk
2. o Desinfeksi
dengan
alkohol
70%
o Fiksasi
dan
tegangkan
kulit
o Tusuk
dengan
lancet
(cepat,
tepat
dan
tegak
lurus)
D.
Yang
perlu
diperhatikan
• Phlebotomy:
o Saat
memeriksa
spuit
harus
didorong
dulu
sebelum
digunakan
agar
tidak
menimbulkan
emboli.
o Tourniquet
dipasang
di
proksimal
jika
mau
mengambil
darah
vena
dan
di
distal
jika
mau
mengambil
darah
arteri.
o Tourniquet
dilepaskan
setelah
jarum
masuk
dan
sebelum
darah
diambil
agar
tidak
muncrat2
darahnya.
o Bila
memasang
tourniquet
terlalu
lama,
menyebabkan
peningkatan
HCT.
Bila
HCT
naik
otomatis,
viskositas
darah
meningkat,
dan
LED
(laju
endap
darah)
menurun
karena
darah
lebih
lama
mengendapnya.
• Pengambilan
Darah
Kapiler:
o Tidak
mengambil
darah
di
jari
1
dan
5
karena
ada
vagina
tendinum
musculorum
o Tetes
darah
yang
pertama
keluar
tidak
dipakai
o Setelah
ditusuk
jangan
dipijat-‐pijat
II.
Pengukuran
Kadar
Hb
dengan
Metode
Sahli
(Hematin
Asam)
A.
Prinsip:
• Darah
ditambah
larutan
asam
encer
(untuk
melisiskan
eritrosit)
sehingga
Hb
keluar
à
terbentuk
hematin
asam.
• Kemudian
diencerkan
dengan
aquadest
dan
membandingkan
terhadap
warna
standar
secara
visual
B.
Alat
dan
Bahan:
• Hb
meter
sahli
• Spuit
• Aquadest
• Darah
sampel
• Gelas
standar
warna
coklat
• Tabung
sahli
berskala
• Pipet
sahli
20
mikro
liter
• Gelas
pengaduk
• Pipet
pasteur
à
yang
merah2
• Larutan
HCl
0,1
M
C.
Cara
Kerja:
• Isi
tabung
sahli
dengan
HCl
0,1
M
sampai
pada
2
gr
%
(ambil
menggunakan
pipet
pasteur
kemudian
masukkan
ke
dalam
tabung
sahli)
• Pasang
spuit
pada
pipet
sahli,
ambil
darah
EDTA
sampai
20
mikro
liter.
3. • Membersihkan
sisa
darah
pada
bagian
luar
pipet
sahli
(hti-‐hati
jangan
meletakkan
tisu
tegak
lurus
dengan
pipet
karena
darahnya
nanti
terhisap
keluar)
• Memasukkan
darah
ke
tabung
sahli,
dibilas
beberapa
kali
dalam
larutan
HCl
0,1
M
• Mencampurkan
dan
meratakan
dara
dengan
gelas
pengaduk,
tunggu
hingga
10
menit
hingga
terbentuk
larutan
hematin
asam.
• Mengencerkan
larutan
hematin
asam
dengan
aquadest
menggunakan
pipet
pasteur
sampai
warnanya
sama
dengan
warna
kaca
standart
sahli
• Baca
skala
pada
tabung
lalu
kalikan
dengan
faktor
koreksi
D.
Yang
perlu
diperhatikan:
• Nilai
normal
Hb:
o Laki2:
14-‐18
gr/dL
o Perempuan:
12-‐16
gr/dL
• Faktor
kesalahan:
o Alat:
volume
pipet
kurang
tepat,
warna
kaca
standar
berubah,
kadar
larutan
HCl
kurang
tepat
o Manusia:
pengambilan
darah
kurang
tepat,
pengelihatan
petugas,
bias
(intensitas
warna)
• Cara
menentukan
faktor
koreksi:
o Periksa
sedikitnya
10
sampel
darah
dengan
cara
sahli
dan
sianmet
Hb
yang
sudah
dikaliberasi
o Hitung
rata2
nilai
Hb
dari
cara
sahli
(X
g%)
dan
nilai
Hb
cara
sianmetHb
(Y
g%)
o Y=f.X
o Tiap
kali
mendapatkan
nilai
Hb
dari
sahli
harus
dikalikan
dengan
faktor
koreksi
(f).
• Mengapa
Hb
harus
diubah
menjadi
hematin
asam?
Karena
HCl
yang
digunakan
untuk
membuat
larutan
hematin
asam
berfungsi
untuk
melisiskan
eritrosit.
• Apa
yang
terjadi
bila
kadar
HCl
yang
dipakai
tidak
sesuai?
Kalau
kurang,
tidak
semua
eritrosit
lisis,
bila
kelebihan
kaca
tabungnya
bisa
pecah
• Apa
yang
terjadi
bila
jumlah
HCl
yang
dimasukkan
ke
dalam
tabung
sahli
tidak
tepat
tanda
2
g%?
Karena
2
g%
adalah
jumlah
minimal
untuk
melisiskan
eritrosit
manusia
• Mengapa
harus
ditunggu
10
menit
sebelum
melakukan
pengenceran
hematin-‐asam?
Agar
eritrosit
lisis
semua
dan
Hbnya
keluar.
Kalau
Hb
tidak
keluar
apa
yang
mau
diperiksa?
• Apa
yang
terjadi
bila
pengenceran
untuk
menyamakan
warna
hematin
asam
dengan
warna
standar
sahli
tidak
menggunakan
aquades?
Dipakai
aquades
karena
dianggap
hipotonis
terhadap
darah
manusia
sehingga
bisa
melisiskan
eritrosità
untuk
mengencerkan
III.
Pengukuran
Kadar
Hb
Metode
SianmetHb
A.
Prinsip:
4. Mencampurkan
sampel
darah
dan
darah
standar
dengan
larutan
drabkin,
membaca
absorbance
nya
dengan
spektrofotometer
untuk
dibandingkan
dan
dikalkulasi.
Kalkulasi:
Kadar
Hb
(g/dL)
=
Abs
sampel/Abs
standar
x
konsentrasi
standar
Hb
Darah
+
lar.
Drabkin
à
K3Fe(CN06
Mengoksidasi
Hb
(Fe2+)
menjadi
metHb
(Fe3+)
MetHb
+
KCN
à
sianmet
Hb
B.
Alat
dan
Bahan
• Spektrofotometer
• Reagensia
(larutan
drabkin):
o NaHCO3
1
gr
o K3Fe(CN)6
0,2
gr
o KCN
0,05
gr
o Aquadest
1000
ml
C.
Cara
Kerja:
• Pipet
5
ml
lar.
Drabkin
ke
dalam
2
tabung
• Masukkan
20
mikro
liter
darah
kapiler
ke
dalam
tabung
kedua
dan
bilas
beberapa
kali
• Campur
baik
baik
biarkan
10
menit
• Masukkan
ke
dalam
kuvet
• Baca
absorbance
pada
spektrofotometer
λ=540
nm
dengan
larutan
drabkin
sebagai
blanko
• Pada
kuvet
lain,
masukkan
larutan
standar
HiCN
yang
sudah
diketahui
kadarnya
baca
pada
alat
yang
sama
• Lakukan
kalkulasi
D.
Yang
perlu
diperhatikan:
• Larutan
drabkin
orisinal
reaksinya
lambat
dan
cenderung
mengendapkan
protein
plasma,
dengan
modifikasi
ditambahkan
dihidrogen
fosfat
untuk
menurunkan
pH
dan
mempercepat
reaksi
dan
deterjen
non
ionik
untuk
mempercepat
lisis
sel
dan
mengurangi
kekeruhan
akibat
presipitasi
protein
• HbCO
menyerap
lebih
banyak
sinar
daripada
HiCN
pada
540
nm
à
bila
berlum
cukup
waktu
untuk
merubah
HbCO
menjadi
HiCN,
akan
terjadi
kadar
Hb
yang
tinggi-‐palsu
• Hasil
tinggi
palsu
juga
terjadi
pada
sampel
yang
keruh
misal
pada
pasien
leukositosis,
hiperlipidema,
proteinemia
atau
bila
eritrosit
tidak
lisis
sempurna
IV.
Penghitungan
Sel
Darah
A.
Prinsip:
• Darah
diencerkan
dengan
larutan
pengencer
tertentu
5. o Untuk
leukosit
1
vol
darah:
20
larutan
pengencer
o Untuk
eritrosit:
200
larutan
pengencer
• Dimasukkan
ke
dalam
kamar
penghitung,
melalui
tepi
gelas
penutup
sampai
tepat
mengisi
daerah
penghitungan
• Jumlah
sel
dihitung
secara
mikroskopis
o Lensa
objektif
10x
untuk
leukosit
o Lensa
objektif
45x
untuk
eritrosit
dan
trombosit
B.
Alat
dan
Bahan:
• Kamar
penghitung:
neubauer/
improved
neubauer/
dacie/
burker/
fuchs
Rosenthal
o Untuk
menghitung
leukosit
dan
trombosit:
4
kotak
W
(kotak
di
sudut
kanan
kiri
atas
dan
kanan
kiri
bawah),
volume
1
kotak:
0,1
mm3
o Untuk
menghitung
eritrosit:
5
kotak
R,
volume
1
kotak:
0,004
mm3
• Pipet
mikro/pipet
thoma
• Larutan
pengencer:
o Untuk
eritrosit:
hayem
o Untuk
leukosit:
turk,
asam
asetat
glasial
o Untuk
trombosit:
rees-‐ecker
C.
Cara
Kerja:
• Hisap
darah
tusuk
kulit/EDTA
dengan
piepet
thoma
untuk
leukosit
atau
eritrosit
sampai
tanda
0,5
• Lanjutkan
dengan
menghisap
larutan
pengencer
ke
dalam
pipet
thoma
o Sampai
tanda
11
untuk
leukosit
(pengenceran
20x)
o Sampai
tanda
101
untuk
eritrosit
(pengenceran
200x)
• Campur
baik2
darah
dan
larutan
pengencer
yang
berada
dalam
bagian
pipet
thoma
yang
bulat
(dengan
mengayunkan
pergelangan
tangan
atau
memutar
pergelangan
ke
depan
dan
ke
belakang)
• Setelah
tercampur
baik,
buang
4-‐5
tetes
larutan
yang
ada
dalam
bagian
pipet
thoma
yang
berskala
0,5
dan
1
(karena
bagian
bawah
dari
tabung
larutannya
tidak
tercampur
dengan
baik,
yang
tercampur
adalah
yang
pada
bagian
yang
bulat
maka
yang
pertama
harus
dibuang
dulu)
• Selanjutnya
masukkan
campuran
darah
dalam
pipet
thoma
ke
dalam
kamar
hitung
yang
sudah
dilapisi
dengan
cover
glass
sampai
mengisi
dengan
tepat
seluruh
area
penghitungan
• Untuk
memudahkan
penghitungan
sel,
biarkan
kamar
hitung
beberapa
saat
agar
sel2
darah
mengendap
pada
dasar
area
penghitungan,
dengan
meletakannya
pada
petri
dish
yang
berisi
kertas
tissue
basah/lemabab
(menjaga
agar
larutan
darah
pada
kamar
hitung
tidak
kering)
• Lihat
kamar
hitung
di
bawah
mikroskop
dan
perhatikan
distribusi
sel2
dalam
kotak2
penghitungan
harus
merata.
• Hitung
jumlah
sel
dalam
kotak
penghitungan
o Leukosit
dan
trombosit:
hitung
dalam
4
kotak
W
o Eritrosit:
hitung
dalam
5
kotak
R/E
D.
Yang
harus
diperhatikan:
6. • Kalkulasi:
o Volume
kotak
penghitungan:
§ Vol
4
kotak
W:
4
x
0,1=
0,4
mm3
§ Vol
5
kotak
E:
5
x
0,004=
0,02
mm3
o Besarnya
pengenceran:
§ Pengenceran
leukosit:
20
x
§ Pengenceran
eritrosit
dan
trombosit:
200
x
o Jumlah
sel
darah
dalam
kotak
penghitungan:
§ Jumlah
leukosit
dalam
4
kotak
W
=
P
sel/0,4
§ Jumlah
eritrosit
dalam
5
kotak
E
=
Q
sel/0,02
§ Jumlah
trombosit
dalam
4
kotak
W
=
R
sel/0,4
• Maka
jumlah
sel/mm3
darah:
o Leukosit:
1/0,4
x
20
x
P
=
50
P/mm3
o Eritrosit:
1/0,02
x
200
x
Q
=
10.000
Q/mm3
o Trombosit:
1/0,4
x
200
x
R
=
5.000
R/mm3
PRAKTIKUM
2:
Membuat
hapusan
darah
tepi,
hitung
jenis
leukosit,
dan
hitung
retikulosit
I.
Membuat
hapusan
darah
tepi
A.
Alat
dan
Bahan
• Gelas
objek
• Gelas
penggesek
• 1
tetes
darah
tusuk
kulit/darah
EDTA
B.
Cara
Kerja
• 1
tetes
darah
tusuk
kulit/darah
EDTA
pada
salah
satu
ujung
gelas
obyek
• Tempatkan
tepi
gelas
penggesek
dengan
sudut
30°
(ideal
untuk
counting
area)
di
depan
tetesan
darah
• Geser
meundur
gelas
penggesek
hingga
tepinya
menyentuh
tetesan
darah
à
biarkan
darah
menyebar
rata
di
sepanjang
tepi
gelas
penggesek
• Gesek
dengan
kecepatan
cukup
gelas
penggesek
ke
depan
sehingga
seluruh
darah
pada
tepi
ujung
penggesek
terpapar
merata
pada
gelas
obyek
• Keringkan
hapusan
di
udara,
tidak
boleh
ditiup
dengan
mulut
(karena
CO2
dapat
menciptakan
suasana
asam).
Boleh
dengan
kipas
angin.
C.
Yang
perlu
diperhatikan:
• Gerak
pelan,
sudut
<30°
à
hapusan
tipis
• Gerak
cepat,
sudut
>30°
à
hapusan
tebal
• Untuk
menghindari
hapusan
yang
terlalu
tebal,
setelah
tepi
gelas
penggesek
menyentuh
tetesan
darah
dan
darah
telah
merata
di
tepinya,
kita
angkat
dan
pindahkan
posisi
tepi
gelas
penggesek
lebih
ke
depan
dan
baru
kemudian
kita
gesekan
ke
depan.
II.
Pengecatan
hapusan
darah
tepi
7. Pengecatan
rutin:
• Kriteria
pengecatan
baik
o Hapusan
berwarna
merah-‐kecokelatan
o Eritrosit
berwarna
salmon
pink
o Inti
leukosit
biru-‐ungu
o Sitoplasma
trombosit
purple
blue
ke
lilac,
granula
merah
ungu
o Granula
eosinophil:
oranye
jingga
• Penyebab
deviasi
warna
merah:
o Cat/buffer
terlalu
asam
o Buffer
cat
berlebihan
o Pengecatan
kurang
lama
o Hapusan
terlalu
tipis
o Kontaminasi
chlorine
air
o Buffer/car
terpapar
uap
asam
o Car
lama
• Penyebab
deviasi
warna
biru:
o Cat/buffer
terlalu
basa
o Buffer
cat
kurang
o Waktu
pengecatan
kurang
o Pencucian
kurang
o Pengeringan
singkat
o Air
terlalu
basa
o Hapusan
terlalu
tebal
o Hapusan
lama,
protein
abnormal
o Antikoagulan
heparin
o Lekositosis
dengan
blast
• Masalah
yang
dihadapi:
o Fiksasi:
§ Fiksasi
kurang
adekuat
à
lepas
pada
pencucian
à
morfologi
berubah
§ Kontaminasi
air
à
artefak
pada
pengeringan
§ Pengeringan
minimal
5
menit
§ Fiksasi
minimal
1
menit
§ Metanol
harus
anhydrous
dan
chemically
pure
o Pengecatan:
§ Campuran
car-‐buffer
waktunya
terbatas
§ Air
kran
tidak
untuk
campuran
buffer
§ Aquades
sering
ada
kontaminan
§ Deionized
water
menyerap
CO2
à
terlalu
asam
§ Lama
pengecatan
minimal
2
x
lama
fiksasi
o Pencucian:
§ Sebaiknya
pakai
aquadest
atau
buffered
rinse
water
§ Pencucian
kurang
adekuat
à
warna
biru
atau
presipitat
o Pengeringan:
§ Pengeringan
di
udara
adalah
cara
terbaik
§ Mempercepat
pengeringan
secara
paksa
à
waktu
paparan
car
dengan
air
pencuci
memendek
à
intensitas
warna
terganggu
8. CAT
GIEMSA
A.
Alat
dan
Bahan
• Giemsa
1
gr
à
encerkan
dengan
buffer
4-‐5
kali
volume
cat
• Metanol
100
ml
• Panaskan
50°C/15
menit
(sesekali
dikocok)
à
saring
• Larutan
buffer:
buffer
air
B.
Cara
Kerja:
• Fiksasi
hapusan
kering
dengan
metanol
• Tuangi
hapusan
dengan
cat
giemsa
• Biarkan
20-‐30
menit
• Cuci
dengan
buffer
air
atau
air
biasa
• Keringkan
hapusan
dengan
memiringkan
pada
satu
sisi
CAT
WRIGHT
A.
Alat
dan
Bahan
• Cat
wright
B.
Cara
Kerja
• Hapusan
darah
kering
difiksais
dengan
meneteskan
cat
wright
menutupi
rata
hapusan
darah
selama
2
menit
• Lanjutkan
dengan
meneteskan
larutan
buffer
sama
atau
1,5
kalinya
di
atas
cat
wright
• Campurkan
car
dan
buffer
dengan
meniup-‐niup
di
atasnya
sampai
timbul
warna
metalik
à
tunggu
20
menit
• Cuci
hapusan
dengan
air/aquades
di
atas
hapusan
pada
posisi
hapusan
pada
posisi
hapusan
mendatar
sampai
seluruh
lapisan
cat
hanyut
tercuci
• Keringkan
hapusan
darah
dengan
memiringkannya
pada
satu
sisi
di
atas
kertas
penghisap
III.
Hitung
Jenis
Leukosit
Hitung
jenis
leukosit
dilakukan
dengan
mengamati
dan
mengidentifikasi
paling
sedikit
100
leukosit
dengan
obyektif
100
x
dengan
minyak
imersi,
kemudian
dikelompokkan
sebagai
berikut:
• Eosinofil
à
granula
kasar
berwarna
merah
• Basofil
à
granula
kasar
berwarna
biru
yang
kadang
menutupi
inti
(sangat
jarang)
• Stab
neutrophil
à
inti
ada
cekungannya
tapi
belum
ada
penyempitan,
sitoplasma
mengandung
granula
• Segmen
neutrophil
à
inti
sudah
ada
penipisan,
sitoplasma
mengandung
granula
• Limfosit
à
inti
bulat
hampir
memenuhi
sel
dan
tidak
mengandung
cekungan,
sitoplasma
tidak
bergranula
9. • Monosit
à
inti
ada
cekungannya,
sitoplasma
tidak
bergranula
Harga
normal
• Eosinofil
(0-‐5%)
• Basofil
(0-‐1%)
• Stab
(0-‐1%)
• Segmen
(50-‐60%)
• Limfosit
(20-‐40%)
• Monosit
(3-‐11%)
Yang
perlu
diperhatikan:
• Penghitungan
dilakukan
pada
counting
area.
•
Dari
hasil
hitung
jenis
dapat
ditemukan:
o Eosinofilia
à
infeksi
parasit
o Limfositosis
o Limfopenia
o Monositosis
o Shift
to
the
left:
§ Jika
ditemukan
peningkatan
promyelosit,
myelosit,
metamyelost
dan
stab
à
curiga
infeksi
bacterial
§ Jika
ditemukan
peningkatan
myeloblast,
promyelosit,
myelosit,
metamyelost
dan
stab
à
curiga
leukemia
o Shift
to
the
right:
§ Ditemukan
1
leukosit
dengan
segmen
>5
à
hipersegmentasi,
atau
§ Ditemukan
5
leukosit
dengan
5
segmen
§ Curiga
anemia
megaloblastik
(hipersegmentasi
neutrophil,
sel
oval-‐makrosit)
IV.
Hitung
jenis
retikulosit
Retikulosit/polikromatofilik
cell:
• Eritrosit
muda
tidak
berinti
• Mengandung
sisa
ribosom
dan
RNA
yang
bereaksi
dengan
car
Brilliant
Cressyl
Blue
9VCB)
atau
New
Methylene
Blue
(NMB)
membentuk
presipitat
granul/filamen
berwarna
hijau
biru
• Reaksi
terjadi
pada
eritrosit
hidup
(belum
difiksasi
=
supravital)
• Karena
lebih
muda,
ukurannya
lebih
besar
dari
eritrosit
• Tidak
ada
central
pallor
• Kondisi
anemia
hemolitik
dan
perdarahan
• Nilai
normal:
0,5-‐1,5%
A.
Prinsip:
• Darah
+
cat
supravital
• Hitung
jumlah
retikulosit
di
samping
1000
eritrosit
• Dinyatakan
dalam
persen
atau
permil
10.
B.
Alat
dan
Bahan:
• Darah
EDTA
• BCB
(brilliant
cressyl
blue)
• Tabung
reaksi
• Pengaduk
• Mikroskop
• Minyak
emersi
C.
Cara
Kerja
• Mencampur
2
tetes
darah
EDTA
atau
lebih
dengan
cat
BCB
dengan
perbandingan
1:1.
Untuk
pasien
anemi,
2
darah:
1
BCB
• Membuat
sediaan
kering.
• Membuat
hapusn
darah
dari
campuran
darah-‐BCB
• Mengeringkan
haousan
dan
mengamati
di
bawah
mikroskop
menggunakan
minyak
imersi
D.
Yang
harus
diperhatikan:
• Kalkulasi:
o Hitung
1000
eritrosit
dan
catat
berapa
retikulosit
yang
dijumpai
o Hati2,
bedakan
dengan
benda
inklusif
HbH.
Granula
trombosit
dan
leukosit
tercat
juga
à
sering
dikelirukan
dengan
retikulosit
o Angka
kesalahan
à
>25%
o %retikulosit:
jumlah
retikulosit/jumlah
eritrosit
x
100%
• Pada
anemia
didapat
bias
dalam
penghitungan
retikulosit
karena
umlah
eritrosit
relatif
rendah
sehingga
jumlah
retikulosit
yang
terhitung
relatif
tingi
sehingga
perlu
dikoreksi.
o Corrected
Retic
à
%retik
x
PCV
penderita/PCV
normal
o PCV
normal
laki2:
50%,
wanita:
40%
• Pada
kondisi
tertentu,
corrected
retic
masih
belum
menggambarkan
eritropoeisis
karena
pengaruh
shift
retic
(retik
yang
berada
di
darah
tepi
lebih
lama
sebelum
menjadi
eritrosit
yang
matur).
Besarnya
shift
sebanding
dengan
rangsangan
eritropoitin.
• Koreksi:
o Retic
prod
index
=
corrected
retic
count/maturation
time
PRAKTIKUM
3
:
Evaluasi
Hapusan
Darah
Tepi
à
dengan
preparat
hapusan
darah
tepi
yang
sudah
diwarnai
dengan
pewarnaan
Giemsa
I.
Pemeriksaan
dengan
Obyektif
10x
• Penilaian
mutu
hapusan
darah:
o Lapisan
darah
cukup
tipis
à
eritrosit
dan
leukosit
saling
terpisah
o Jangan
ada
endapan
cat
o Sel2
tercat
dengan
baik
o Leukosit
tidak
menggerombol
di
bagian
ekor
• Penaksiran
jumlah
leukosit,
kesan
hitung
jenis,
dan
ada/tidak
sel2
abnormal
11. o Penaksiran
leukosit
dilakukan
pada
counting
area,
tergantung
dari
jenis
mikroskop
yang
dipakai
(ukuran
Field
Number/FN)
o Untuk
FN-‐18
à
bila
jumlah
leukosit
per
lapangan
pandang
sekitar
15-‐
25
à
NORMAL
o Untuk
FN-‐22
à
bila
jumlh
leukosit
per
lapangan
pandangan
sekitar
22-‐50
à
NORMAL
o Kesan
hitung
jenis
leukosit
dapat
dilakukan
dengan
mengamati
beberapa
lapangan
pandang
hapusan.
II.
Pemeriksaan
dengan
Obyektif
100
x
dengan
minyak
imersi
• Eritrosit:
o Ukuran:
bandingkan
dengan
inti
limfosit
kecil,
hasil:
normositik/mikrositik/makrositik
o Warna:
bandingkan
diameter
central
pallor
dengan
diameter
eritrosit,
hasil:
normokromik
(diameter
central
pallor
1/3
dari
diameter
eritrosit),
hipokromik
(diameter
central
pallor
>1/3
dari
diameter
eritrosit
dan
warna
pucat),
anisokromia
(terdapat
eritrosit
dengan
warna
berbeda-‐beda),
anisopoikilositosis
(ada
eritrosit
yang
ukurannya
berbeda
dan
bentuknya
abnormal),
anisositosis
(ada
eritrosit
yang
ukurannya
berbeda-‐beda),
poikilositosis
(bentuk
berbeda-‐beda)
o Bentuk:
§ Ovalosit
§ Sferosit
(eritrosit
bundar,
tidak
bikonkaf)
§ Drepanosit
(sickle
cell)
§ Schistosit/fragmentosit/keratosit
§ Sel
helmet
§ Bite
cell
§ Stomatosit
(central
pallor
seperti
celah
dan
eritrosit
berbentuk
seperti
mangkuk)
§ Sel
target/codocyte
(central
pallor
hitam)
à
kelainan
pada
hepar
§ Tear
drop
cell/dacryocyte
(pada
thalassemia
dan
anemia)
§ Echinosit
(seperti
bulu
babi,
kalau
bikin
hapusannya
kelamaan
à
krenasi)
§ Akantosit
(eritrosit
dengan
taju2
yang
tidak
beraturan
panjangnya)
§ Leptocyte
(central
pallor
besar
dan
eritrosit
gepeng)
o Benda
inklusi:
§ Normoblast
§ Howell-‐Jolly
bodies
(sisa
inti)
§ Basophilic
stippling
à
bintik2
inklusi
basofilik,
hasil
agregat
dari
ribosom,
mencolok
pada
keracunan
timah)
§ Cincin
dari
Cabot
§ Heinz
bodies
(partikel
presipitat
Hb,
tanda
kerusakan
oksidatif
eritrosit)
§ Granula
siderotik
(pappenheimer)
à
mengandung
besi
12. § Parasit
malaria
(plasmodium)
§ Rouleaux
(stack
of
coins)
§ Otoaglutinasi
o Bila
dijumpai
normoblast
(eritrosit
berinti,
mirip
limfosit)
dalam
jumlah
cukup
banyak
>10
dalam
100
leukosit,
perlu
dilakukan
koreksi
terhadap
hasil
hitung
leukosit.
Jumlah
normoblast
dalam
100
eritrosit
dinyatakan
dalam
N.
o Koreksi
leukosit
=
100/
(100+N)
x
Hit.
Leukosit
• Leukosit:
o Dapat
dilakukan
hitung
jenis
leukosit
o Perhatikan
leukosit
imatur.
§ Shift
to
the
left
§ Shift
to
the
right
o Perhatikan:
§ Anemia
megaloblastik:
sel
oval
makrosit,
hipersegementasi
neutrophil
§ Anomali
Pelger-‐Huet:
kegagalan
segmentasi
herediter
à
inti
<2,
kromatin
padat
menggumpal.
§ Granula
toksik:
granula
kasar,
gelap
à
pada
infeksi
bakteri
§ Vakuola:
sering
dijumpai
pada
infeksi
bajteri,
bersama
granula
toksik
menunjukkan
tanda2
degenerasi
neutrophil
§ Auer
rod:
benda
inklusif
parologik,
batang,
merah,
agregat
dari
lisosom,
tunggal/multiple
pada
sitoplasma
sel
mieloblas
atau
monoblas
à
pada
pasien
AML
§ Dohle
bodies:
inklusif
oval,
kebiruan,
tunggal
atau
banyak
berasal
dari
RNA,
sering
pada
infeksi
berat,
khemoterapi
atau
adanya
perubahan2
toksik
dan
kelainan
leukosit
kongenital
(May-‐Hegglin,
Chediak-‐Higashi)
§ Sel
Limfosit
Atipik
à
pada
infeksi
virus
• Trombosit:
o Memperkirakan
jumlah
trombosit
§ Pada
mikroskop
FN-‐18:
jumlah
trombosit/mm3
à
jumlah
trombosit
dalam
18
LP
x
1000.
Normal:
8-‐25
trombosit/LP
§ Pada
mikroskop
FN-‐22:
jumlah
trombosit/mm3
à
jumlah
trombosit
dalam
11
LP
x
1000.
Normal:
13-‐40
trombosit/LP
o Memperhatikan
morfologi
trombosit;
adanya
mega/giant
platelet,
menunjukkan
turn
over
trombosit
yang
meningkat
misalnya
pada
perdarahan.
o Membedakan
giant
platelet
dengan
sferosit?
Sferosit:
batas
lebih
jelas
dan
warnaya
mirip
eritrosit.
Giant
platelet:
lebih
bercak2
dan
warnanya
mirip
platelet.
CARA
MELAPORKAN
EVALUASI
HDT:
contoh
à
• Eritrosit:
o Hipokromik,
anisopi=oikilositosis
o Polikromasi
(+)
à
ditemukan
retikulosit
13. o Sel
target
(+)
o Normoblas
(+)
• Leukosit:
o Kesan
jumlah
meningkat,
didominasi
oleh
sel2
PMN
(neutrophil)
bergranula
toksik,
tampak
sel
muda
• Trombosit:
o Kesan
jumlah
meningkat,
giant
thrombocyte
(+)
Complete
Blood
Count:
• Sysmex
KX-‐21
• Cell-‐Dyn
Rubi
Yang
perlu
diperhatikan:
(laki2)
• White
blood
cell,
normal:
4.800-‐10.800
o Kurang:
leukopenia
o Lebih:
leukositosis,
leukimia
• Red
blood
cell,
normal:
470.000-‐610.000
o Kurang:
anemia,
thalassemia,
defisiensi
G6PD
o Lebih:
polisitemia
• Hb,
normal:
14-‐18
o Lebih:
polisitemia
• HCT
(hematocrit),
normal:
42-‐52%
o Lebih:
viskositas
meningkat,
LED
menurun
• MCV
(mean
corpuscular
volumeàrata2
ukuran
volume
sel),
normal:
80-‐94
o Makrositik
o Normositik
o Mikrositik
• MCH
(mean
corpuscular
haemoglobin)
à
kandungan
hb
rata2
dalam
2
eritrosit,
normal:
27-‐31
• MCHC
(mean
cell
haemoglobin
concentration
à
kadar
hb
rata2
dalam
1
eritrosit,
normal:
30-‐35
o Hipokromik
o Normokromik
o Hiperkromik
• PLT
(platelet),
normal:
150.000-‐45-‐.000
o Kurang:
trombositopenia
o Lebih:
trombositosis
• RDW-‐CV
(red
cell
distribution
width
à
variasi
RBC),
normal:
11,5-‐14,5
• PDW
(platelet
distribution
width),
normal:
9-‐13
• MPV
(mean
platelet
volume),
normal:
7,2-‐11,1
o Lebih:
giant
platelet
• P-‐LCR
(platelet
large
cell
ratio),
normal:
15-‐25
o Lebih:
giant
platelet
• Neutrophil
• Lymphocyte
• LED,
normal:
0-‐15
14. PRAKTIKUM
5:
pemeriksaan
LED,
PCV,
Rumple
Leed,
Bleeding
Time,
Clotting
Time
I.
Laju
Endap
Darah
Metode
Westergren
A.
Prinsip:
Menghitung
kecepatan
pengendapan
eritrosit
dalam
plasmanya.
Satuan:
mm/jam.
B.
Alat
dan
Bahan:
• Tabung
kosong
• Tabung
Westergren,
skala
0-‐200
mm
• Darah
EDTA
:
NaCl
à
4:1,
ATAU
Darah
tanpa
pengenceran
:
Na
Sitrat
à
4:1
• Bola
hisap
• Rak
C.
Cara
Kerja:
• Hisap
NaCl
sampai
angka
50
dengan
tabung
westergren
dan
bola
hisap
kemudian
masukkan
ke
dalam
tabung
kosong.
• Hisap
darah
EDTA
sebanyak
200
mm
dengan
tabung
westergren
dan
bola
hisap
kemudian
masukkan
ke
dalam
tabung
yang
sebelumnya
sudah
diisi
dengan
NaCl.
• Campur
darah
EDTA
dan
NaCl
dengan
menggunakan
pompa.
• Hisap
campuran
darah
dan
NaCl
tersebut
dengan
menggunakan
tabung
westergren
sebanyak
200
mm
kemudian
letakkan
vertikal
di
rak.
• Biarkan
pada
suhu
kamar,
baca
setelah
tepat
1
jam.
D.
Yang
perlu
diperhatikan:
• Dalam
mengambil
darah
menggunakan
tabung
westergren
tidak
boleh
lebih.
Kalau
kurang,
perhitungan
disesuaikan.
• Berhati2
saat
memasang
tabung
pada
rak,
tekankan
tabung
bagian
bawah
dengan
karet
sedemikian
rupa
baru
tutup
bagian
atasnya.
Jangan
sampai
darah
tumpah2.
• Tahap
sedimentasi
darah:
o Tahap
pembentukan
rouleaux
à
dipengaruhi
oleh
bentuk.
Kalau
sferosit
(darah
yang
sudah
diambil
>2
jam),
pembentukan
endapan
lebih
lama,
LED
menurun.
o Tahap
sedimentasi
cepat
à
dalam
1
jam
pertama.
§ Dipengaruhi
oleh
viskositas.
Makin
kental,
makin
lambat
turunnya
§ Dipengaruhi
oleh
protein
(albumin,
globulin,
fibrinogen)
à
eritrosit
muatannya
negatif
sehingga
tolak
menolak
dan
rouleaux
sulit
terbentuk.
Dengan
bantuan
proein
yang
mempengaruhi
muatan
eritrosit,
rouleaux
jadi
lebih
mudah
terbentuk.
o Tahap
sedimentasi
lambat
à
jam
berikutnya.
• Faktor2
yang
mempengaruhi
LED:
o Eritrosit:
jumlah,
ukuran,
bentuk
o Plasma:
protein
di
dalamnya
15. o Tehnik:
tehnik
sampling,
panjang
dan
diameter
tabung,
posisi
tabung,
suhu
kamar,
ekses
antikoagulan,
darah
beku
sebagian,
darah
>2
jam
o LED
meningkat
pada:
keradangan,
infeksi,
keganasan,
myeloma
multiple,
leukemia,
keracunan
logam,
anemia
II.
Hematokrit/PCV
metode
mikrohematokrit
A.
Prinsip:
Penentuan
proporsi
packed
red
cells
terhadap
volume
darah
total
setelah
pemusingan.
Satuan:
%
atay
L/L
B.
Alat
dan
Bahan:
• Darah
EDTA
atau
darah
kapiler
sebanyak
1
ml
• Tabung
kapiler
• Alat
sentrifuge
• Sealer
C.
Cara
Kerja:
• Hisap
darah
sampai
¾
tabung
microhematocrit
• Tutup
dengan
plastisin
beberapa
kali.
• Sentrifuge
dengan
kecepatan
10.000-‐15.000
rpm
selama
3-‐5
menit.
• Baca
hasilnya
dengan
grafik
kontrol
D.
Yang
perlu
diperhatikan
• Darah
yang
digunakan
tidak
boleh
terbentuk
clot
karena
dapat
membuat
eritrosit
terperangkap
• Darah
yang
digunakan
tidak
boleh
lisis
karena
jika
terjadi
lisis,
yang
lisis
tidak
hanya
eritrosit
namun
leukosit
juga
sehingga
tidak
representatif
• Nilai
normal
HCT:
o Pria:
40-‐54%
o Wanita:
37-‐47%
• Tabung
biru:
sudah
dibasahi
anti
koagulan
• Tabung
merah:
harus
pakai
darah
EDTA
• Saat
sentrifuge,
seal
harus
diletakkan
di
LUAR,
jangan
terbalik
nanti
darahnya
hilang
semua.
• Faktor
kesalahan:
o Ekses
antiokoagulan
à
eritrosit
mengkerut
à
PCV
menurun
o Sampel
darah
kurang
homogen
karena
pengocokan
kurang
o Kecepatan
dan
lama
pemusingan
tidak
tepat
o Trapped
plasma:
pada
sferositosis,
anemia
makrositik,
thalassemia
dan
anemia
hipokromik
• Cara
membaca
grafik:
o Letakkan
tabung
yang
sudah
disentrifuge
pada
grafik
kontrol
secara
vertikal
o Letakkan
perbatasan
antara
darah
dan
plastisin
pada
skala
0
16. o Geser
tabung
sampai
meniscus
plasma
yang
berwarna
bening
tepat
berada
pada
skala
100
o Lihat
perbatasan
antara
darah
dan
meniscus
plasma
dan
bacalah
HCT
pada
darah
tersebut.
III.
Bleeding
Time
(Duke
method)
A.
Prinsip
• Waktu
yang
terukur
sejak
timbulnya
sampai
berhentinya
pendarahan
dari
luka
standar
yang
dibuat
pada
kuliy
à
sampai
terbentuknya
sumbat
trombosit
(platelet
plug)
• Bleeding
time
adalah
cara
untuk
mengukur
fungsi
vaskular,
jumlah
serta
fungsi
trombosit
• Metode
pemeriksaan:
o Duke
o Ivy/template
B.
Alat
dan
Bahan
• Alcohol
swab
• Blood
lancet
• Kertas
saring
• Stopwatch
C.
Cara
kerja
• Desinfeksi
cuping
telinga
dengan
alcohol
swab
• Tegangkan
cuping,
tusuk
dengan
lancet
steril
tegak
lurus
pada
tepi
bawah
cuping
• Bila
darah
mulai
nampak,
jalankan
stopwatch
dan
catat
waktunya
• Tiap
30
detik
selanjutnya,
hisap
tetesan
darah
dengan
kertas
saring
(tapi
jangan
sampai
menyentuh
kulit
karena
dapat
mengaktivasi
faktor
koagulasi
jalur
ekstrinsik)
sampai
tidak
ada
lagi
bercak
darah
pada
kertas
saring.
• Catat
waktu
berhentinya
perdarahan
sebagai
masa
perdarahan,
atau
dengan
menghitung
jumlah
bercak
darah
pada
kertas
saring
dan
mengalikannya
dengan
30
detik.
D.
Yang
perlu
diperhatikan
• Hati2
pada
trombositopenia,
perdarahan
sukar
berhenti
dan
bleeding
time
meningkat.
• Pada
bleeding
time
yang
meningkat,
lanjutkan
dengan
pemeriksaan
agregasi
trombosit
• Normal
bleeding
time:
1-‐9
menit
IV.
Rumple
Leed
Test
A.
Prinsip
Digunakan
untuk
mengetahui
kelainan:
17. • Vaskuler
(resistensi
kapiler)
• Trombosit
(terutama
jumlahnya)
• Pada
trombositopenia
tes
ini
sering
positif
• Visa
positif
walaupun
bleeding
time
nya
normal
B.
Alat
dan
Bahan
• Tensimeter
• Stetoskop
C.
Cara
Kerja
• Pasang
tekanan
tensimeter
antara
sistol
dan
diastole
(maksimal
100
mmHg)
• Pertahankan
selama
5
menit
• Setelah
5
menit,
lepaskan
bendungan,
hitung
ptechiae
pada
5
cm
di
bawah
fossa
cubiti
dalam
lingkaran
diameter
kurang
lebih
5
cm.
• Tunggu
10
menit
lagi,
hitung
ptechiae
pada
bagian
volar
dan
dorsal
dari
regio
antebrachii
V.
Clotting
Time
A.
Prinsip:
Menentukan
waktu
yang
diperlukan
darah
untuk
koagulasi
à
untuk
mengetahui
fungsi
jalur
koagulasi
intrinsik.
B.
Alat
dan
bahan:
• 3
tabung
kosong
• 3
ml
darah
tanpa
EDTA
• Stopwatch
C.
Cara
kerja
• Ambil
3
ml
darah
vena
(aktifkan
stopwatch
saat
darah
tampak
masuk
ke
pangkal
jarum
à
HARUS
CEPAT),
kemudian
bagi
ke
dalam
3
tabung
masing2
1
ml
• Inkubasi
tabung
pada
37°
C
dengan
cara
digenggam
selama
4
menit.
• Tiap
30
detik
kemudian
miringkan
ketiga
tabung,
perhatikan
tabung
mana
yang
sudah
tampak
membeku
kemudian
catat
waktunya
• Setiap
30
detik
berikutnya,
miringkan
2
tabung
sisanya
dan
perhatikan
tabung
mana
yang
sudah
membeku
kemudian
catat
waktunya
• Setiap
30
detik
selanjutnya
miringkan
dan
perhatikan
tabung
terakhir,
bila
sudah
tampak
membeku,
catat
waktunya
• Ambil
rata2
I+II+III
• Normalnya:
5-‐15
menit
VI.
Clot
Retraction
à
demo
A.
Prinsip:
18. • Mengukur
kemapuan
bekuan
darah
untuk
melakukan
retraksi
(mengkerut)
à
sehingga
lepas
dari
dinding
tabung
dan
menghasilkan
serum.
• Normal:
2
jam
setelah
membeku
terjadi
retraksi
sebagian
dan
24
jam
setelah
membeku
terjadi
retraksi
lengkap.
VII.
Tes
Lisis
Bekuan
A.
Prinsip:
• Hasil
tes
retraksi
bekuan
setelah
inkubasi
selama
24
jam
kemudian
dilanjutkan
untuk
melihat
terjadinya
lisis
bekuan.
• Lisis
positif
bila
tampak
serum
menjadi
berwarna
kemerahan.
Lisis
sempurna
terjadi
setelah
inkubasi
selam
48
jam.
PRAKTIKUM
6:
Penentuan
Golongan
Darah
ABO,
Tes
Serologi
HIV
dan
HBsAg
I.
Penentuan
Golongan
Darah
ABO
(Forward
Grouping/Cell
Grouping)
A.
Prinsip
Menentukan
antigen
bahan
yang
diperiksa.
B.
Alat
dan
Bahan:
• Bahan:
sel
darah
merah
(bisa
darah
kapiler
atau
darah
vena)
• Reagen:
anti
A,
anti
B,
anti
AB
C.
Cara
Kerja:
• Gelas
obyek
diberi
tanda
• Anti
sera
1
tetes
(di
bagian
atas)
• Sel
darah
1
tetes
(tepat
di
bawahnya
anti
sera)
• Dicampur
dengan
pengaduk
• Lihat
aglutinasinya
D.
Yang
perlu
diperhatikan:
• Darah
O:
tidak
terjadi
aglutinasi
dengan
semua
antisera
à
karena
punya
antibodi
tapi
tidak
punya
antigen
à
genotip
dominan:
OH
OH
atau
OH
Oh
• Darah
O
bombay:
genotip
resesif
:
Oh
Oh
• Darah
B:
terjadi
aglutinasi
dengan
antisera
B
à
karena
punya
antigen
B
dan
antibodi
A
• Darah
A:
terjadi
aglutinasi
dengan
antisera
A
à
karena
punya
antigen
A
dan
antibodi
B
• Darah
A1
à
aglutinasi
dengan
anti
A
dan
aglutinasi
dengan
anti
A1
• Darah
A2
à
aglutinasi
dengan
anti
A
tapi
tidak
terjadi
aglutinasi
dengan
anti
A1
• Darah
AB:
terjadi
aglutinasi
dengan
à
karena
punya
antigen
A,
B
dan
tidak
punya
antibodi
II.
Penentuan
Golongan
Darah
ABO
(Serum
Grouping/Reverse
Grouping)
19.
A.
Prinsip:
Menentukan
antibodi
bahan
yang
diperiksa
B.
Alat
dan
Bahan:
• Bahan:
plasma/serum
• Reagen:
suspensi
sel
A
3%,
suspensi
sel
B
3%
• Tabung
• Pipet
pasteur
• Gelas
obyek
• Centrifuge
• Mikroskop
C.
Cara
kerja:
• Masukkan
masing2
2
volume
plasma
yang
akan
diperiksa
ke
dalam
2
tabung
• Tambahkan
1
volume
suspensi
sel
A
ke
tabung
1
dan
tambahkan
1
volume
suspensi
sel
B
ke
tabung
2
• Campur
baik-‐baik
bahan
pada
kedua
tabung
• Biarkan
pada
suhu
kamar
selama
5
menit
• Pusingkan
dengan
kecepatan
1000-‐1500
rpm
selama
1-‐2
menit
• Bila
negatif,
campur
pelan2
dan
lihat:
o Aglutinasi
o Mikroskopis
o Mikroskopis
D.
Yang
perlu
diperhatikan:
• Darah
O:
aglutinasi
dengan
suspensi
A
dan
suspensi
B
• Darah
A:
aglutinasi
dengan
suspensi
B
• Darah
B:
aglutinasi
dengan
suspensi
A
• Darah
AB:
tidak
terjadi
aglutinasi
dengan
suspensi
A
dan
suspensi
B
• Hasil
forward
dan
reverse
grouping
bisa
berbeda
karena:
o Antibodi
lemah:
pada
newborn,
orangtua,
hipergamaglobulinemia
dan
penderit
imunodefisiensi
o Antigen
lemah:
subgroup
A
atau
B,
penyakit
hodgkin’s,
leukemia
o Protein/plasma
abnormal
o Dll
III.
Tes
Serologi
HIV
A.
Prinsip
• Ikatan
antigen-‐antibodi
menyebabkan
reaksi
pada
reagen
warna
sehingga
terjadi
perubahan
warna
yang
bisa
dilihat
dengan
mata
telanjang.
• Perubahan
warna
tersebut
tampak
sebagai
garis
berwarna
pada
alat
penguji.
• Positif:
tampak
2
garis
yakni
pada
area
tes
(T1
atau
T2)
dan
1
garis
di
area
kontrol.
• Negatif:
tampak
1
garis
pada
area
kontrol
saja
20. • Invalid:
tidak
nampak
garis
pada
area
kontrol
• HIB
1.2/)
Tri-‐Line
Human
Immunodeficiency
Virus
Rapid
Test
terdiri
dari
T1
test
line
(dicoated
dengan
antigen
HIV1),
T2
test
line
(dicoated
dengan
antigen
HIV2)
dan
control
line
• Antigen
yang
terdapat
pada
test
line
akan
mengikat
antibodi
yang
ada
di
dalam
darah
sampel
dan
menyebabkan
perubahan
warna
B.
Cara
Kerja:
• Keluarkan
tes
dari
pembungkusnya
dan
letakkan
di
tempat
yang
bersih
dan
permukaan
yang
rata
• Sampel
(plasma/serum)
diteteskan
1
tetes
pada
tempat
sampel
kemudian
ditambahkan
1
tetes
buffer
pada
tempat
yang
sama.
• Kalau
memakai
sampel
whole
blood
sampel
diteteskan
2
tetes
pada
tempat
sampel
kemudian
ditambahkan
2
tetes
buffer
pada
tempat
yang
sama.
• Biarkan
10
menit
kemudian
dibaca
hasilnya.
• Jangan
membaca
hasil
tes
lebih
dari
20
menit
setelah
sampel
diteteskan.
IV.
Tes
HBsAg
Rapid
Test
(ICT)
A.
Prinsip
• Dengan
imunokromatografi
dan
merupakan
pemeriksaan
kualitatif
untuk
mendeteksi
Hepatitis
B
Surface
Antigen
• Sampel:
serum
atau
plasma
• Test
line
dicoated
dengan
anti
HBsAg,
yang
nantinya
akan
mengikat
HBsAg
dari
sampel
yang
akan
diperiksa
B.
Cara
Kerja
• Keluarkan
strip
tes
dari
pembungkusnya
dan
biarkan
pada
suhu
kamar
sebentar
namun
tidak
boleh
lebih
dari
1
jam.
• Celupkan
strip
tes
ke
dalam
tabung
berisi
sampel
serum
atau
plasma
selama
10-‐15
detik
dengan
tanda
panah
mengarah
ke
bawah,
jangan
melewati
tanda
batas
maksimum
• Letakkan
strip
tes
di
tempat
yang
rata,
hasil
dibaca
setelah
15
menit
PRAKTIKUM
7:
URINE
Yang
harus
diperhatikan:
• Urine
terbaik:
sampel
urine
segar
pagi
(karena
pekat),
tidak
boleh
lebih
dari
1
jam
dengan
cara
pengambilan
porsi
tengah
(supaya
pemeriksaan
tidak
bias
karena
adanya
flora
normal).
o Urine
sesaat:
urine
acal
o Urine
pagi:
paling
baik
karena
volume
dan
osmolaritas
seragam
,pekat
dan
pHnya
rendah
o Urine
segar:
<1
jam
dari
penampungan
o Urine
post
prandial:
1,5-‐3
jam
setelah
makan
21. o Urine
24
jam:
seseorang
diminta
berurine
pukul
6
pagi
kemudian
pada
jam
6
pagi
berikutnya
urine
ditampung.
• Jika
urine
terlalu
lama
disimpan:
o Terjadi
perubahan
sel/susunan
kimia
o Tidak
steril:
timbul
bakteri
o Ureum
sudah
berubah
menjadi
amonia
dan
menyebabkan
urine
menjadi
lebih
basa
o Torak
rusak
o Pada
glukosuria:
kadar
glukosa
menurun
sehingga
dapat
menimbulkan
hasil
negatif
palsu.
• Jika
urine
tidak
dapat
langsung
diperiksa,
dapat
diawetkan
I.
Pemeriksaan
Fisik
Urine
• Jumlah
urine
per
24
jam:
o Dewasa:
600-‐1600
ml
§ Anuria:
100
ml
§ Oliguria:
100-‐600
ml
§ Poliuria:
>1600
ml
• Warna
urine:
o Urine
normal:
kuning
muda,
tergantung
jumlah
urine
yang
dikeluarkan
o Encer:
pucat
o Pekat:
lebih
tua
o Kuning
coklat
seperti
teh:
bilirubin
(gangguan
fungsi
liver)
o Merah
coklat:
urobilin,
porpirin
o Merah
dengan
kabut
coklat:
darah
dan
pigmen
darah
o Coklat
hitam:
melanin
o Hitam:
asam
homogentisik
• Kejernihan:
o Jernih
o Hazy:
sedikit
putih
o Cloudy:
berkabut
o Turbid:
keruh
• pH
à
kontrol
untuk
infeksi
ginjal
o normal:
4,8-‐7,5
• Buih:
o Buih
putih:
akibat
pengocokan
urine
o Buih
banyak:
proteinuria
o Buih
kuning:
pigmen
bilirubin
dari
empedu
à
coba
cek
metabolisme
bilirubin
ya
siapa
tau
ditanya
o Buih
palsu:
wadah
berdetergen
• Bau:
o Urine
segar:
tidak
keras,
sedikit
aromatis,
dipengaruhi
makanan
o Bau
manis:
diabetes
mellitus
o Bau
amonia:
gangguan
fungsi
liver
o Bau
busuk:
infeksi
o Bau
aseton:
ketosis
22. • Berat
jenis
à
normal:
1,001-‐1,035
• Prinsip
dan
cara
kerja:
o Jumlah:
urine
diukur
o Warna:
warna
urine
dilihat
o Kejernihan:
diamati
o pH:
dengan
kertas
lakmus
o Buih:
kocok
urin,
amati
o Bau:
dicium
aroma
urine
o Berat
jenis
§ Urometer:
hukum
Archimedes
• Kaliberasi
urometer
dengan
aquades,
misal
B.J:
1,002,
maka
faktor
koreksi=
0,002.
Bert
jenis
urine
yang
terbaca:
1,012.
Berat
jenis
urine
sesungguhnya:
1,012-‐
0,002=
1,010
• Isi
gelas
ukur
dengan
urine
¾
penuh
(letakkan
di
tempat
datar
dan
hilangkan
buih
dengan
kertas
saring
atau
tambah
1
tetes
eter)
• Masukkan
urometer,
putar
pada
sumbunya,
jangan
menyentuh
dinding
dan
dasar
gelas
ukut
• Baca
meniscus
o Misal
suhu
kamar=30°
C
dan
pada
urometer=
15°
C.
Maka,
berat
jenis
urine=
(30/15)/3
x
0,001
+
1,010
=
1,015
o Koreksi
pengenceran
à
2
angka
terakhir
x
besar
pengenceran,
maka
berat
jenis
urine=
1,030
§ Refraktometer:
indeks
refraksi
§ Carik
celup:
adanya
kation
II.
Pemeriksaan
Kimia
Urine
• Carik
celup:
urine
segar,
tunggu
1
menit
o Prinsip:
§ Merupakan
secarik
plastik
yang
dilekati
dengan
kertas
isap
yang
mengandung
reagen
spesifik
terhadap
zat
yang
aka
diperiksa.
Bila
dalam
urine
mengandung
zat
yang
akan
diperiksa
maka
akan
terjadi
perubahan
warna.
o Cara
kerja:
§ Masukkan
urine
ke
dalam
tabung
sampai
setinggi
strip
§ Celupkan
strip
ke
dalam
tabung
yang
berisi
urine
selama
1
detik
§ Lihat
perubahan
warna
dan
bandingkan
dengan
warna
standar
23. • Percobaan
protein
rebus:
protein
dalam
urine
suasana
asam
lemah,
bila
dipanaskan
akan
denaturasi
dan
muncul
endapan.
Merupakan
pemeriksaan
semikuantitatif.
o Alat
dan
Bahan:
§ Spesimen
urine
§ Tabung
reaksi
§ Penjepit
§ Pipet
§ Asam
asetat
6%
§ Pemanas
spiritus
§ Kertas
saring
o Cara
kerja:
§ Pipet
urine
3
ml
ke
dalam
tabung
reaksi,
saring
§ Jepit
tabung,
bakar
di
spirtius
hingga
mendidih
§ Tetesi
2-‐3
tetes
asam
asetat
6%
§ Didihkan
kembali
§ Amati
urine
dalam
tabung
o Keterangan:
§ (-‐)
tetap
jernih
§ (+)
kekeruhan
minimal
(,001-‐0,05
gr/dL)
§ (++)
kekeruhan
nyata
ada
butir2
halus
(0,05-‐0,2
ge/dL)
§ (+++)
gumpalan2
nyata
(0,2-‐0,5
gr/dL)
§ (++++)
gumpalan2
besar
yang
sudah
membeku
(>0,5
gr/dL)
• Percobaan
glukosa
urine
o Prinsip:
tetesi
dengan
reduktor
fehling.
CuSO4
dalam
suasana
alkali
akan
tereduksi,
jadi
CuSO4
warna
merah
bata
o Alat
dan
bahan:
§ Spesimen
urine
§ Tabung
reaksi
§ Penjepit
§ Pipet
§ Fehling
A
+
B
§ Pemanas
spiritus
o Cara
kerja:
§ Coba
reagen
dahulu,
ambil
2
ml
fehling
A
dan
2
ml
fehling
B
ke
dalam
satu
tabung
kemudian
panaskan
sampai
mendidih.
Bila
tidak
terjadi
perubahan
warn
berarti
reagen
baik.
§ Teteskan
1
ml
urine
ke
dalam
tabung
§ Teteskan
Fehling
A+B
masing2
2
ml
ke
dalam
tabung
yang
sudah
berisi
urine
§ Panaskan
tabung
hingga
mendidih
§ Amati
perubahan
warna
• Percobaan
Gula
Darah
(POCT)
o Prinsip:
mengetahui
kadar
gula
darah
praktis
tapi
kunag
peka
24. o Alat
dan
bahan:
§ Lancet
steril
§ Alat
tes
§ Strip
§ Kapas
alkohol
o Cara
kerja:
§ Siapkan
alat
tes
dan
strip
§ Strip
harus
sesuai
dengan
yang
tertera
pada
barcode
tabung
tempat
strip
§ Bersihkan
jari
pasien
dengan
kapas
alkohol
§ Tusu
dengan
lancet,
bersihkan
tetes
darah
yang
keluar
pertama,
ambil
tetes
kedua,
taruh
pada
strip
§ Masukkan
strip
pada
alat
dan
tunggu
hasil
PRAKTIKUM
8:
Sedimen
urine
dan
Tes
Rivalta
I.
Sedimen
Urine
A.
Prinsip:
• Urine
dicampur
bail/merata
• Harus
selalu
segar,
jika
urine
tidak
dapat
langsung
diperiksa:
o Urine
disimpan
dalam
refrigerator
(kurang
lebih
1
jam)
o Pengawet:
formalin,
toluene
• Urine
pagi
porsi
tengah
• Tempat/botol
yang
bersih
• Hindarkan
kontaminasi
dengan
bahan2
seperti
sekret
vagina
B.
Cara
Kerja
• Masukkan
10-‐12
ml
urine
ke
dalam
tabung
komikal
dan
campur
urine
sampai
rata
• Pusingkan
dengan
kecepatan
1500-‐2000
rpm
selama
5
menit
• Buang
supernatant
secara
pelan-‐pelan
supaya
sedimen
tertinggal
• Sisa
kurang
lebih
1
ml
resuspensi
o Tanpa
pewarnaan:
langsung
teteskan
di
object
glass,
tutup
dengan
cover
glass
o Dengan
pewarnaan:
teteskan
pewarna
sedi
stain
sebanyak
2
tetes,
tunggu
10
menit,
teteskan
di
object
glass
dan
tutup
dengan
cover
glass
• Amati
di
bawah
mikroskop
dengan:
o Kondensor
diturunkan
o Diafragma
dikecilkan
o Sinar
minimal
• Laporkan
perhitungan
konstituen
sedimen
(semi
kuantitatif)
C.
Yang
perlu
diperhatikan
• Sedimen:
unsur
organik
dan
non
organik
25. • Unsur
organik:
epitel,
oval
fat
bodies,
leukosit,
eritrosit,
silinder,
spermatoxoa,
parasit,
bakteri,
spora
dan
pseudoyphae
• Unsur
anorganik:
o Kristal
normal
§ pH
asam;
asam
urat,
natrium
urat,
kalsium
sulfar
§ pH
asam/netral:
kalsium
oksalat
§ pH
basa/netral:
tripel
fosfat
§ pH
basa:
kalsium
karbinat
o Kristal
abnormal:
sistein,
leusin,
kolesterol,
tirosin,
bilirubin
o Kristal
obat:
sulfonamide
o Bahan
amorf:
fosfat,
urat
II.
Tes
Rivalta
A.
Prinsip
• Transudat:
o Tidak
berwarna/kuning
muda/serous/jernih/keruh
o Berawan/agak
keruh
o Hilang,
tidak
ada
endapan
o Bukan
karena
infeksi
o Kadar
protein
rendah
• Eksudat:
o Tidak
berwarna/serous/purulent/milky/cloudy
(pada
keganasan)
o Berbau
=
infeksi/keganasan
o Terbentuk
endapan
o Cepat
turun
ke
dasar
o Kadar
protein
tinggi
B.
Cara
kerja
• Campurkan
100
ml
aquades
dengan
0,1
ml
asam
cuka
glasial
ke
dalam
tabung
• Periksa
dengan
indikator
pH
hingga
pH
4-‐5
• Teteskan
sampel
dan
identifikasi