SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
Uji Antimikroba Curcuma spp. Terhadap Pertumbuhan Candida albicans,
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Antimicrobial test of Curcuma spp. on the growth of Candida albicans,
Staphylococcus aureus and Escherichia coli
Rahmi Adila*)
, Nurmiati dan Anthoni Agustien
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang – 25163
*)
Koresponden : adilarahmi56@gmail.com
Abstract
A study about the effect of fresh extract of Curcuma spp. on the growth of Candida albicans,
Staphylococcus aureus and Escherichia coli was conducted from March to July 2012 at
Microbiology Laboratory, Faculty of Sciences Andalas University. This experiment used nested
completely randommized design. The result showed that fresh extracts of Curcuma spp. have
different growth inhibition effects on C. albicans, S. aureus dan E. Coli. Temulawak (Curcuma
xhantorrhiza) has the highest inhibition effect to the growth of C. albicans (13.07 mm), S. aureus
(15.75 mm) and E. coli (31.56 mm). The lowest bactericidal consentration of fresh extract rhizome
of temulawak for E. coli were 12.5% and 25%, but there is no inhibition effect to the C. albicans
and S. aureus.
Keywords: Curcuma, antimicrobial, extract, pathogen microbial
Pendahuluan
Penyakit infeksi seperti saluran pernafasan
dan diare salah satu penyebab kematian
terbesar di dunia (Jayalakhsmi, Ravesha and
Amruthes, 2011) disebabkan oleh mikroba
patogen (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s,
2005). Selama ini penyakit infeksi diatasi
dengan menggunakan antibiotika.
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional
bisa membuat mikroba patogen menjadi
resisten (Refdanita et al., 2004) dan
munculnya mikroba resisten ini penyebab
utama kegagalan pengobatan penyakit infeksi
(Ibrahim, et al., 2011). Oleh sebab itu,
diperlukan alternatif dalam mengatasi
masalah ini dengan memanfaatkan bahan-
bahan aktif antimikroba dari tanaman obat.
Curcuma banyak dimanfaatkan
sebagai antimikroba karena kandungan
senyawa aktifnya mampu mencegah
pertumbuhan mikroba. Tanaman ini terdiri
dari beberapa spesies diantaranya Curcuma
xanthorriza (temulawak), C. domestica
(kunyit), C. mangga (temu mangga), C.
zedoaria (temu putih), C. heyneana (temu
giring) dan C. aeruginosa (temu hitam)
(Tjitrosoepomo, 1994). Rimpang Curcuma
ini sering digunakan dalam pengobatan
tradisonal (Hernani dan Rahardjo, 2002)
diantaranya mengobati keputihan, diare, obat
jerawat dan gatal-gatal (Rukmana, 2004).
Curcuma juga berpeluang sebagai obat
infeksi yang disebabkan oleh mikroba
patogen seperti C. albicans, S. aureus dan E.
coli (Jawetz et al., 2005). Penggunaan
Curcuma ini sebagai obat tradisional dapat
2
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
dalam bentuk ekstrak segar, seduhan, rebusan
dan pemurnian (Dzulkarnain et al., 1996).
Menurut Padiangan (2010) ekstrak C.
xanthorriza mampu menghambat
pertumbuhan Bacillus cereus, E. coli,
Penicilium sp dan Rhizopus oryzae. Meilisa
(2009) menyatakan ekstrak etanol rimpang
temulawak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri E. coli. Chen et al.,
(2008) menyatakan kandungan senyawa
dalam temu putih dan kunyit mampu
menghambat pertumbuhan S. aureus dan E.
coli. Namun belum ditemukan informasi
mengenai ekstrak segar enam jenis rimpang
Curcuma yang paling efektif dalam
menghambat mikroba uji.
Oleh karena itu diperlukan penelitian
untuk menguji efektifitas ekstrak segar
rimpang Curcuma yang terbaik dalam
menghambat pertumbuhan mikroba uji dan
pada konsentrasi berapa ektrak tersebut
mampu menghambat dan membunuh
pertumbuhan mikroba uji tersebut.
Metode Penelitian
Alat dan bahan
Ekstrak segar rimpang enam jenis Curcuma
yang digunakan adalah dalam bentuk perasan
segar. Biakan C. albicans american type
culture center 10231, S. aureus ATCC 25923
dan E. coli ATCC 25922 diperoleh dari
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia. Media
yang digunakan yaitu Sabouraud Dextrosa
Agar, Sabouraud Dextrosa Broth, Muller
Hilton Agar dan Muller Hilton Broth.
Peralatan yang digunakan terdiri dari
autoklafe, kertas cakram, mikrometer, jarum
ose, petri, testube, erlenmeyer dan pinset
Cara Kerja
Rimpang Curcuma dicuci bersih dan
disterilisasi permukaan dengan alkohol 70%.
Rimpang Curcuma dikupas, dicuci dengan air
mengalir dan dibilas dengan aquadest steril.
Kemudian rimpang digerus, diperas dan
disaring. Hasil saringan disentrifus selama 5
menit dengan kecepatan 10.000 rpm.
Penentuan daerah bebas mikroba
menggunakan metode difusi (Bonang dan
Koeswardono, 1979). Medium SDA dan
MHA steril dituangkan pada cawan petri
sebanyak 15 ml secara aseptis dan dibiarkan
memadat. Lidi kapas steril dicelupkan ke
suspensi mikroba uji setara Mc.Farland’s 0.5,
kemudian dioleskan ke permukaan medium
sampai rata. Cakram diletakkan secara aseptis
cakram (telah ditetesi dengan ekstrak segar
Curcuma masing–masing sebanyak 20µl)
pada permukaan medium. Diinkubasi pada
suhu 370
C selama 18-24 jam. Dilakukan
pengamatan dan pengukuran diameter daerah
bebas mikroba yang terbentuk sekitar cakram
menggunakan jangka sorong
Penentuan Nilai KHM dan KBM
menggunakan metoda dilusi (Bonang dan
Koeswardono, 1979). KHM adalah
konsentrasi terkecil yang masih dapat
menghambat pertumbuhan mikroba uji
sedangkan KBM merupakan konsentrasi
tertinggi yang mana mampu membunuh
pertumbuhan mikroba uji. Suspensi ditanam
pada tabung dengan penambahan ekstrak
segar rimpang Curcuma sesuai konsentrasi
tertentu dan diinkubasi selama 24 jam.
Suspensi kemudian diambil lalu ditumbuhkan
pada medium MHA/SDA, diinkubasi pada
suhu 37°C selama 24 jam. Amati
pertumbuhan, hitung jumlah koloni lalu
tentukan angka KHM dan KBM.
Analisa Data
Data yang diperoleh pada metoda difusi di
analisis secara statistik dalam bentuk
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola nested
dan hasil metoda dilusi dilakukan
pengamatan secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
Diameter Daerah Bebas (Zona
Hambat/Halo) Mikroba Uji
Uji antimikroba ekstrak segar rimpang enam
jenis Curcuma terhadap C. albicans, S.
aureus dan E. coli menunjukkan bahwa
semua ekstrak Curcuma tersebut mampu
3
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
menghambat pertumbuhan mikroba uji. Rata-
rata diameter zona hambat mikroba ekstrak
segar rimpang enam jenis Curcuma ini
terhadap C. albicans berkisar antara 9-13
mm, S. aureus berkisar 8-15 mm dan E. coli
berkisar 9-31 mm. Temulawak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan
dengan ekstrak segar Curcuma lainnya.
Pengaruh yang diberikan terlihat dari
diameter zona hambat yang terbentuk (Tabel
1 dan Gambar 1-3).
Terbentuknya diameter zona hambat
hal ini dikarenakan ekstrak segar rimpang
Curcuma memiliki senyawa aktif yang
bersifat sebagai antimikroba. Rukmana
(2004) berpendapat bahwa rimpang Curcuma
mengandung senyawa aktif diantaranya
terpenoid, alkaloid, flavonoid, minyak atsiri,
fenol dan kurkuminoid yang berfungsi
sebagai antimikroba sehingga sering
digunakan dalam ramuan obat tradisonal.
Duryatmo (2003) menambahkan Curcuma
merupakan tanaman multikhasiat yang
mampu mengobati berbagai macam penyakit
seperti penyakit infeksi.
Diameter daya hambat ekstrak segar
rimpang Curcuma dapat dikelompokkan
berdasarkan kategori daya hambat Davis
Stout dalam Rita (2010). Ekstrak segar
rimpang temulawak dikategorikan sangat
kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri
E. coli (31,56 mm) karena melebihi standar
kategori daya hambat sangat kuat yaitu ≥20
mm dan dikatakan kuat dalam menghambat
S. aureus (15,75 mm) dan C. albicans (13,07
mm) dengan standar kategori daya hambat
kuat sebesar 10-20 mm. Daya hambat yang
dibentuk Curcuma lainnya berkisar 8-11 mm
hal ini dikategorikan sedang (S) (5-10 mm)
(Tabel. 2).
Respon daya hambat pertumbuhan
mikroba yang dihasilkan dipengaruhi oleh
kandungan senyawa aktif yang terdapat
dalam rimpang Curcuma seperti minyak
atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, kurkuminoid
dan terpenoid (Rukmana, 2004). Menurut
Heinrich, et al., (2009) senyawa flavonoid
mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sundari et. al., (1996)
bahwa flavonoid dapat menghambat
pembentukan protein sehingga menghambat
pertumbuhan mikroba. Selain flavonoid
kandungan senyawa lain seperti senyawa
tanin juga dapat merusak membran sel.
Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa
tanin dapat merusak pembentukan konidia
jamur. Kandungan senyawa lain seperti
alkaloid dalam rimpang Curcuma mampu
mendenaturasi protein sehingga merusak
aktivitas enzim dan menyebabkan kematian
sel (Robinson, 1991).
Berdasarkan kategori daya hambat di
atas, temulawak lebih sensitif dalam
menghambat pertumbuhan ketiga mikroba uji
dibandingkan dengan Curcuma lain terutama
pada bakteri E. Coli. Bahkan diameter zona
hambat yang dibentuk melebihi diameter
kontrol positif khlorampenikol (29 mm)
dibandingkan dengan S. aureus dan C.
albicans. Pada rimpang Curcuma terdapat
kandungan senyawa aktif yang bersifat
antimikroba. Nur (2006) menyatakan
temulawak sangat sensitif terhadap ketiga
mikroba uji. Diduga ekstrak segar rimpang
temulawak memiliki senyawa antimikroba
yang khas yaitu xhantorrizol yang tidak
dimiliki oleh rimpang Curcuma lainnya
walaupun hanya dalam jumlah yang sangat
kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hansel (1980) yaitu senyawa zhantorrizol
pada temulawak ≥ 6 % sedangkan pada
kunyit ≥ 3%.
Senyawa xhantorrizol merupakan
senyawa aktif antimikroba utama yang
terdapat dalam rimpang temulawak. Hwang
(2000) menyatakan xhantorrizol secara
efisien dapat mengobati infeksi pada gigi dan
penyakit kulit. Aktivitas antimikroba dari
xanthorrizol mempunyai stabilitas yang baik
terhadap panas, yakni pada temperatur tinggi
antara 60-121o
C. Fatmawati (2008) juga
melaporkan bahwa xanthorrizol mampu
menghambat Streptococcus mutans dan S.
aureus.
Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
4
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
Tabel 1. Rata-rata Diameter Daerah Bebas Mikroba Ekstrak Segar Rimpang Enam Jenis Curcuma
terhadap mikroba uji.
Rimpang Curcuma
Diameter Daerah Bebas Mikroba (mm)
C. albicans S. aureus E. coli
C. xanthorriza (Temulawak) 13,07 a 15,75 a 31,56 a
C. domestica (Kunyit) 9,14 b 9,25 b 10,16 b
C. mangga (Temu mangga) 9,95 b 9,26 b 10,47 b
C. heyneana (Temu giring) 0,31 b 9,26 b 9,93 b
C. zedoaria (Temu putih) 9,47 b 8,28 b 10,27 b
C. aeruginosa (Temu hitam) 0,21 b 9,70 b 9,92 b
Kontrol Positif (Nistatin 1 %) 20,5 - -
Kontrol Positif (Klorampenikol) - 21 29
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata pada uji taraf 5%
Tabel 2. Daya Hambat Ekstrak Segar Rimpang Enam Jenis Curcuma Berdasarkan kategori Daya
Hambat Davis Stout cit. Rita 2010.
Rimpang Curcuma
Kategori Daya Hambat
C. albicans S. aureus E. coli
C. xanthorriza (Temulawak) K K SK
C. domestica (Kunyit) S S S
C. mangga (Temu mangga) S S S
C. heyneana (Temu giring) S S S
C. zedoaria (Temu putih) S S S
C. aeruginosa (Temu hitam) S S S
Ket. : SK (Sangat Kuat), K (Kuat) dan S (Sedang) menurut Davis Stout (Sumber: Ardiansyah 2004 cit. Rita
2010)
Tabel 3. Nilai KHM dan KBM dari Ektrak Segar Rimpang C. xanthorriza Terhadap Candida
albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Mikroba uji Nilai KHM (%) Nilai KBM (%)
Candida albicans ATCC 10231 - -
Staphylococcus aureus ATCC 25923 - -
Escherichia coli ATCC 25922 12,5 25
Ket. : - tidak mampu menghambat dan membunuh mikroba uji
Nilai KHM dan KBM ekstrak segar rimpang
temulawak terhadap pertumbuhan mikroba
uji hanya didapatkan pada bakteri E. coli
yaitu berturut-turut 12,5% dan 25% s (Tabel
3).
Senyawa aktif yang dihasilkan
ekstrak segar rimpang temulawak pada
konsentrasi 25% sudah dapat membunuh
bakteri E. coli. Pada konsentrasi 12,5%
ekstrak segar rimpang temulawak terhadap
bakteri E. coli bersifat bakteriostatik,
sedangkan pada konsentrasi 25% ekstrak
segar rimpang temulawak dapat dikatakan
bersifat bakterisidal. Menurut Volk dan
5
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
Wheeler (1991), ekstrak temulawak pada
konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan
pada konsentrasi tinggi bersifat bakterisidal.
Hal ini disebabkan semakin tinggi
konsentrasi ekstrak maka senyawa aktif
antimikroba yang terkandung makin banyak
sehingga kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba semakin tinggi pula
(Pelczar dan Chan, 1986).
Ekstrak segar temulawak tidak dapat
membunuh pertumbuhan mikroba C. albicans
dan S. aureus. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh struktur dan komposisi pada
dinding sel E.coli yang berbeda dengan S.
aureus dan C. albicans. E. coli yang
merupakan bakteri gram negatif dengan
kandungan peptidoglikan pada dinding sel
lebih tipis (Pelczar dan Chan 1986). Terdapat
protein porin pada membran luar dinding sel
E. coli yang berfungsi sebagai saluran keluar
masuknya senyawa aktif sehingga senyawa
aktif pada temulawak akan mudah masuk dan
merusak aktivitas enzim sel yang
menyebabkan kerusakan sel E. coli
(Sunatmo, 2009). Selain itu, adanya
kandungan lipid pada dinding sel mampu
memperbesar permeabilitas dinding sel
(Pelzcar dan Chan, 1986). Berbeda dengan
bakteri S. Aureus, bakteri gram positif yang
memiliki peptidoglikan pada dinding sel lebih
tebal sehingga membentuk suatu struktur
yang kaku (Jawetz, et. al., 2001). Sedangkan
pada C. Albicans, terjadi pembentukan
klamidospora yaitu spora aseksual pada
bagian ujung hifa yang membentuk dinding
yang tebal dan tampak seperti gram positif
(Jawetz, et al., 2005) sehingga sulit ditembus
oleh senyawa antimikroba.
Kesimpulan
Temulawak memberikan daya hambat terbaik
terhadap ketiga mikroba uji (C. albicans
(13,07 mm), S. aureus (15,75 mm) dan E.
coli (31,56 mm). KHM dan KBM ekstrak
segar rimpang temulawak terhadap E. coli
masing-masing 12,5% dan 25%.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada Dr. phil. nat Periadnadi,
Dr. Nasril Nasir dan Zuhri Syam M.P., yang
telah memberikan saran dan masukan untuk
penelitian dan penulisan artikel. Ucapan
terimakasih juga ditujukan kepada
Faullinawati Hidayah, M.Si., atas bantuan
yang diberikan dalam penyediaan biakan
bakteri pada penelitian ini.
Daftar Pustaka
Bonang, G. dan E. S. Koeswardono. 1979.
Mikrobiologi Kedokteran untuk
Laboratorium dan Klinik. Gramedia.
Jakarta.
Chen, I. N., C. Chang, C. Wang, Y. Shyu
and T. L. Chang. 2008. Antioxidant
and Antimicrobial Activity of
Zingiberaceae Plants in Taiwan. Plant
Foods. 63:15.
Cowan, M. 1999. Plants Products as
Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology (12) 4: 564-582
Duryatmo, S. 2003. Aneka Ramuan
Berkhasiat Temu-Temuan. Puspa
Swara. Jakarta.
Dzulkarnain, B., D. Sundari dan A. Chosin.
1996. Tanaman Obat Bersifat
Antibakteri di Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran (110). Dep.
Kesehatan RI. Jakarta.
Fatmawati, D. A. 2008. Pola Protein dan
Kandungan Kurkuminoid Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.). [Skripsi]. FMIPA. ITB.
Bandung.
Hansel, R. 1980. Pharmazeutische Biology.
Springer-Verlag. Berlin.
Heinrich, M. 2009. Farmakognosi dan
Fitoterapi. Buku Kedokteran
Indonesia. Jakarta.
Hernani dan Rahardjo. 2002. Tanaman
Berkhasiat Antioksidan. Swadaya.
Jakarta.
6
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
Gambar 1. Diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar rimpang enam jenis Curcuma terhadap
pertumbuhan C. albicans (Ket. : 1. Temulawak, 2. Kunyit, 3. Temu mangga, 4. Temu
giring, 5. Temu putih dan 6. Temu Hitam).
Gambar 2. Diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar enam jenis rimpang Curcuma terhadap
pertumbuhan S. aureus (Ket. : 1. Temulawak, 2. Kunyit, 3. Temu mangga, 4. Temu
giring, 5. Temu putih dan 6. Temu Hitam).
Gambar 3. Diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar enam jenis rimpang Curcuma terhadap
pertumbuhan E. Coli (Ket. : 1. Temulawak, 2. Kunyit, 3. Temu mangga, 4. Temu
giring, 5. Temu putih dan 6. Temu Hitam).
Hwang, J. K. 2000. Xhantorrhizol a Potential
Antibacterial Agents from Curcuma
xhantorrhiza Against Streptococcus
mutans. Planta Med 66:196-197.
Ibrahim, T.A., B. O. Opawale and J. M. A.
Oyinloye. 2011. Antibacterial activity
of Herbal Extracts Against Multi Drug
Resistent Strains of Bacteria from
Clinical Original. Life Sciences
Leaflets 15: 490-498.
Jawetz, E., J. L. Melnick dan E. Adelberg.
2005. Mikrobiologi Kesehatan.
Penerbit Buku Kesehatan. Jakarta.
Jayalakshmi, B., K. A. Ravesha and K. N.
Amruthes. 2011. Phytochemical
Investigations and Antibacterial
Activity of Some Medicinal Plants
Against Phatogenic Bacteria. Applied
Pharmacheutical Science. 1(5):124-
128.
654321
1 2 3 4 65
1 2 3 4 5 6
6mm
6mm
6mm
7
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162)
Meilisa. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Dan
Formulasi Dalam Sediaan Kapsul Dari
Ektrak Etanol Rimpang Tumbuhan
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Terhadap Beberapa Bakteri. [Skripsi].
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Nur, S. W. 2006. Perbandingan Sistem
Ekstraksi dan Validasi Penentuan
Xhantorrhizol dari Temulawak Secara
Kromagtografi Cair Kinerja Tinggi.
[Skripsi]. ITB. Bandung.
Padiangan, M. 2010. Stabilitas Antimikroba
Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) Terhadap Mikroba
Patogen. Media Unika. 73(4): 365-373.
Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-
Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta
Refdanita, R. Maksum, A. Nurgani dan P.
Endang. 2004. Pola Kepekaan Kuman
Terhadap Antibiotik di Ruang Rawat
Intensif Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta. Makara Kesehatan. 8(2): 41-
48.
Rita, W. S. 2010. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Aktivitas Antibakteri Senyawa
Golongan Triterpenoid Pada Rimpang
Temu Putih. Jurnal Kimia 4(1):20-26.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik
Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB.
Bandung.
Rukmana, R. 2004. Temu-temuan Apotik
Hidup di Perkarangan. Kanisius.
Yogyakarta.
Sundari, D., P. Kosasih dan K. Ruslan. 1996.
Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica
charantia L.). [Tesis]. Jurusan Farmasi.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi
Tanaman Obat-Obatan. UGM.
Yogyakarta
Sunatmo, T.I. 2009. Mikrobiologi Esensial.
Mikrobiologi IPB. Bogor.
Volk, W. A. and M. F. Wheeler. 1991.
Mikrobiologi Dasar. Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.

More Related Content

What's hot

UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIUDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIRepository Ipb
 
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...UNESA
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan Bakteri
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan BakteriITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan Bakteri
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan BakteriFransiska Puteri
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikrobaMifta Rahmat
 
04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasiSyahrir Ghibran
 
Senyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobaSenyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobafikri asyura
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismeKalisthiana Yi Ku
 
Penanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologi
Penanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologiPenanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologi
Penanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologiIsponi Umayah
 
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba TropisLaporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropisguestbbed0b
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERIAmphie Yuurisman
 
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi -  Sanitasi LingkunganLaporan Mikrobiologi -  Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi LingkunganRukmana Suharta
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-noneAndrew Hidayat
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
 
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiJurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiStkip Labuhanbatu
 

What's hot (20)

UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIUDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
 
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan Bakteri
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan BakteriITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan Bakteri
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 2 Pengecatan Bakteri
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi
 
Senyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobaSenyawa anti mikroba
Senyawa anti mikroba
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
Penanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologi
Penanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologiPenanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologi
Penanaman dan isolasi mikroba, mikrobiologi
 
Laporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteriLaporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteri
 
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba TropisLaporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Isolasi mikroba
Isolasi mikrobaIsolasi mikroba
Isolasi mikroba
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
 
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi -  Sanitasi LingkunganLaporan Mikrobiologi -  Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-none
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiJurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
 
Bab vi pembahasan
Bab vi pembahasanBab vi pembahasan
Bab vi pembahasan
 

Similar to Uji Antimikroba Curcuma

5301 8400-1-sm
5301 8400-1-sm5301 8400-1-sm
5301 8400-1-smIema Zhou
 
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Annisa Listyaindra
 
Review_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docx
Review_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docxReview_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docx
Review_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docxAgathaHaselvin
 
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfjm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfYuliWulanSari5
 
Bakteri aeromonas hydrophila www.atjehnanan.wordpress.com
Bakteri aeromonas hydrophila  www.atjehnanan.wordpress.comBakteri aeromonas hydrophila  www.atjehnanan.wordpress.com
Bakteri aeromonas hydrophila www.atjehnanan.wordpress.comMisbahuddin Atjeh
 
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...hastutimarlina1
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakauxie_yeuw_jack
 
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamurAktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamurNurgenita
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...MarcelinoNovianto
 
SIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptx
SIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptxSIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptx
SIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptxssuser67c291
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Yogi Nugraha
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Rista Siti Mawarni
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-noneAndrew Hidayat
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter imalay87
 

Similar to Uji Antimikroba Curcuma (20)

5301 8400-1-sm
5301 8400-1-sm5301 8400-1-sm
5301 8400-1-sm
 
Pf
PfPf
Pf
 
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
 
Review_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docx
Review_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docxReview_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docx
Review_Jurnal_Mikrobiologi_Industri.docx
 
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfjm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
 
Bakteri aeromonas hydrophila www.atjehnanan.wordpress.com
Bakteri aeromonas hydrophila  www.atjehnanan.wordpress.comBakteri aeromonas hydrophila  www.atjehnanan.wordpress.com
Bakteri aeromonas hydrophila www.atjehnanan.wordpress.com
 
Pekerti gitam adura
Pekerti gitam aduraPekerti gitam adura
Pekerti gitam adura
 
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhad...
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau4 am amir-virus tembakau
4 am amir-virus tembakau
 
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamurAktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamur
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
 
SIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptx
SIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptxSIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptx
SIMPLISIA BUNGA (tugas kelompok 3).pptx
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
09 e02781 4
09 e02781 409 e02781 4
09 e02781 4
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 

More from Syahrir Ghibran

More from Syahrir Ghibran (6)

Formularium 2
Formularium 2Formularium 2
Formularium 2
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunder
 
Farmakologi bahan alam
Farmakologi bahan alamFarmakologi bahan alam
Farmakologi bahan alam
 
Tugas pokok dan fungsi direksi
Tugas pokok dan fungsi direksiTugas pokok dan fungsi direksi
Tugas pokok dan fungsi direksi
 
Klt bioautografi
Klt bioautografiKlt bioautografi
Klt bioautografi
 
Ppt farmanestika
Ppt farmanestikaPpt farmanestika
Ppt farmanestika
 

Recently uploaded

Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan TerbaikSitus Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaikonline resmi
 
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.haslinahaslina3
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxmarnitahm32
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakelin560994
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfNurlianiNurliani4
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.pptMUHAMMADHASINUDDIN
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxPPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxresthy1
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohARDS5
 
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASNovaFitriana8
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptssuser8a13d21
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypianisaEndrasari
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 

Recently uploaded (13)

Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan TerbaikSitus Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
 
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxPPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
 
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 

Uji Antimikroba Curcuma

  • 1. 1 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) Uji Antimikroba Curcuma spp. Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Antimicrobial test of Curcuma spp. on the growth of Candida albicans, Staphylococcus aureus and Escherichia coli Rahmi Adila*) , Nurmiati dan Anthoni Agustien Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang – 25163 *) Koresponden : adilarahmi56@gmail.com Abstract A study about the effect of fresh extract of Curcuma spp. on the growth of Candida albicans, Staphylococcus aureus and Escherichia coli was conducted from March to July 2012 at Microbiology Laboratory, Faculty of Sciences Andalas University. This experiment used nested completely randommized design. The result showed that fresh extracts of Curcuma spp. have different growth inhibition effects on C. albicans, S. aureus dan E. Coli. Temulawak (Curcuma xhantorrhiza) has the highest inhibition effect to the growth of C. albicans (13.07 mm), S. aureus (15.75 mm) and E. coli (31.56 mm). The lowest bactericidal consentration of fresh extract rhizome of temulawak for E. coli were 12.5% and 25%, but there is no inhibition effect to the C. albicans and S. aureus. Keywords: Curcuma, antimicrobial, extract, pathogen microbial Pendahuluan Penyakit infeksi seperti saluran pernafasan dan diare salah satu penyebab kematian terbesar di dunia (Jayalakhsmi, Ravesha and Amruthes, 2011) disebabkan oleh mikroba patogen (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, 2005). Selama ini penyakit infeksi diatasi dengan menggunakan antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional bisa membuat mikroba patogen menjadi resisten (Refdanita et al., 2004) dan munculnya mikroba resisten ini penyebab utama kegagalan pengobatan penyakit infeksi (Ibrahim, et al., 2011). Oleh sebab itu, diperlukan alternatif dalam mengatasi masalah ini dengan memanfaatkan bahan- bahan aktif antimikroba dari tanaman obat. Curcuma banyak dimanfaatkan sebagai antimikroba karena kandungan senyawa aktifnya mampu mencegah pertumbuhan mikroba. Tanaman ini terdiri dari beberapa spesies diantaranya Curcuma xanthorriza (temulawak), C. domestica (kunyit), C. mangga (temu mangga), C. zedoaria (temu putih), C. heyneana (temu giring) dan C. aeruginosa (temu hitam) (Tjitrosoepomo, 1994). Rimpang Curcuma ini sering digunakan dalam pengobatan tradisonal (Hernani dan Rahardjo, 2002) diantaranya mengobati keputihan, diare, obat jerawat dan gatal-gatal (Rukmana, 2004). Curcuma juga berpeluang sebagai obat infeksi yang disebabkan oleh mikroba patogen seperti C. albicans, S. aureus dan E. coli (Jawetz et al., 2005). Penggunaan Curcuma ini sebagai obat tradisional dapat
  • 2. 2 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) dalam bentuk ekstrak segar, seduhan, rebusan dan pemurnian (Dzulkarnain et al., 1996). Menurut Padiangan (2010) ekstrak C. xanthorriza mampu menghambat pertumbuhan Bacillus cereus, E. coli, Penicilium sp dan Rhizopus oryzae. Meilisa (2009) menyatakan ekstrak etanol rimpang temulawak mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Chen et al., (2008) menyatakan kandungan senyawa dalam temu putih dan kunyit mampu menghambat pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Namun belum ditemukan informasi mengenai ekstrak segar enam jenis rimpang Curcuma yang paling efektif dalam menghambat mikroba uji. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menguji efektifitas ekstrak segar rimpang Curcuma yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji dan pada konsentrasi berapa ektrak tersebut mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroba uji tersebut. Metode Penelitian Alat dan bahan Ekstrak segar rimpang enam jenis Curcuma yang digunakan adalah dalam bentuk perasan segar. Biakan C. albicans american type culture center 10231, S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922 diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Media yang digunakan yaitu Sabouraud Dextrosa Agar, Sabouraud Dextrosa Broth, Muller Hilton Agar dan Muller Hilton Broth. Peralatan yang digunakan terdiri dari autoklafe, kertas cakram, mikrometer, jarum ose, petri, testube, erlenmeyer dan pinset Cara Kerja Rimpang Curcuma dicuci bersih dan disterilisasi permukaan dengan alkohol 70%. Rimpang Curcuma dikupas, dicuci dengan air mengalir dan dibilas dengan aquadest steril. Kemudian rimpang digerus, diperas dan disaring. Hasil saringan disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 rpm. Penentuan daerah bebas mikroba menggunakan metode difusi (Bonang dan Koeswardono, 1979). Medium SDA dan MHA steril dituangkan pada cawan petri sebanyak 15 ml secara aseptis dan dibiarkan memadat. Lidi kapas steril dicelupkan ke suspensi mikroba uji setara Mc.Farland’s 0.5, kemudian dioleskan ke permukaan medium sampai rata. Cakram diletakkan secara aseptis cakram (telah ditetesi dengan ekstrak segar Curcuma masing–masing sebanyak 20µl) pada permukaan medium. Diinkubasi pada suhu 370 C selama 18-24 jam. Dilakukan pengamatan dan pengukuran diameter daerah bebas mikroba yang terbentuk sekitar cakram menggunakan jangka sorong Penentuan Nilai KHM dan KBM menggunakan metoda dilusi (Bonang dan Koeswardono, 1979). KHM adalah konsentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji sedangkan KBM merupakan konsentrasi tertinggi yang mana mampu membunuh pertumbuhan mikroba uji. Suspensi ditanam pada tabung dengan penambahan ekstrak segar rimpang Curcuma sesuai konsentrasi tertentu dan diinkubasi selama 24 jam. Suspensi kemudian diambil lalu ditumbuhkan pada medium MHA/SDA, diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Amati pertumbuhan, hitung jumlah koloni lalu tentukan angka KHM dan KBM. Analisa Data Data yang diperoleh pada metoda difusi di analisis secara statistik dalam bentuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola nested dan hasil metoda dilusi dilakukan pengamatan secara deskriptif. Hasil dan Pembahasan Diameter Daerah Bebas (Zona Hambat/Halo) Mikroba Uji Uji antimikroba ekstrak segar rimpang enam jenis Curcuma terhadap C. albicans, S. aureus dan E. coli menunjukkan bahwa semua ekstrak Curcuma tersebut mampu
  • 3. 3 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) menghambat pertumbuhan mikroba uji. Rata- rata diameter zona hambat mikroba ekstrak segar rimpang enam jenis Curcuma ini terhadap C. albicans berkisar antara 9-13 mm, S. aureus berkisar 8-15 mm dan E. coli berkisar 9-31 mm. Temulawak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan ekstrak segar Curcuma lainnya. Pengaruh yang diberikan terlihat dari diameter zona hambat yang terbentuk (Tabel 1 dan Gambar 1-3). Terbentuknya diameter zona hambat hal ini dikarenakan ekstrak segar rimpang Curcuma memiliki senyawa aktif yang bersifat sebagai antimikroba. Rukmana (2004) berpendapat bahwa rimpang Curcuma mengandung senyawa aktif diantaranya terpenoid, alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, fenol dan kurkuminoid yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga sering digunakan dalam ramuan obat tradisonal. Duryatmo (2003) menambahkan Curcuma merupakan tanaman multikhasiat yang mampu mengobati berbagai macam penyakit seperti penyakit infeksi. Diameter daya hambat ekstrak segar rimpang Curcuma dapat dikelompokkan berdasarkan kategori daya hambat Davis Stout dalam Rita (2010). Ekstrak segar rimpang temulawak dikategorikan sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli (31,56 mm) karena melebihi standar kategori daya hambat sangat kuat yaitu ≥20 mm dan dikatakan kuat dalam menghambat S. aureus (15,75 mm) dan C. albicans (13,07 mm) dengan standar kategori daya hambat kuat sebesar 10-20 mm. Daya hambat yang dibentuk Curcuma lainnya berkisar 8-11 mm hal ini dikategorikan sedang (S) (5-10 mm) (Tabel. 2). Respon daya hambat pertumbuhan mikroba yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam rimpang Curcuma seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, kurkuminoid dan terpenoid (Rukmana, 2004). Menurut Heinrich, et al., (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sundari et. al., (1996) bahwa flavonoid dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga dapat merusak membran sel. Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin dapat merusak pembentukan konidia jamur. Kandungan senyawa lain seperti alkaloid dalam rimpang Curcuma mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1991). Berdasarkan kategori daya hambat di atas, temulawak lebih sensitif dalam menghambat pertumbuhan ketiga mikroba uji dibandingkan dengan Curcuma lain terutama pada bakteri E. Coli. Bahkan diameter zona hambat yang dibentuk melebihi diameter kontrol positif khlorampenikol (29 mm) dibandingkan dengan S. aureus dan C. albicans. Pada rimpang Curcuma terdapat kandungan senyawa aktif yang bersifat antimikroba. Nur (2006) menyatakan temulawak sangat sensitif terhadap ketiga mikroba uji. Diduga ekstrak segar rimpang temulawak memiliki senyawa antimikroba yang khas yaitu xhantorrizol yang tidak dimiliki oleh rimpang Curcuma lainnya walaupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansel (1980) yaitu senyawa zhantorrizol pada temulawak ≥ 6 % sedangkan pada kunyit ≥ 3%. Senyawa xhantorrizol merupakan senyawa aktif antimikroba utama yang terdapat dalam rimpang temulawak. Hwang (2000) menyatakan xhantorrizol secara efisien dapat mengobati infeksi pada gigi dan penyakit kulit. Aktivitas antimikroba dari xanthorrizol mempunyai stabilitas yang baik terhadap panas, yakni pada temperatur tinggi antara 60-121o C. Fatmawati (2008) juga melaporkan bahwa xanthorrizol mampu menghambat Streptococcus mutans dan S. aureus. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
  • 4. 4 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) Tabel 1. Rata-rata Diameter Daerah Bebas Mikroba Ekstrak Segar Rimpang Enam Jenis Curcuma terhadap mikroba uji. Rimpang Curcuma Diameter Daerah Bebas Mikroba (mm) C. albicans S. aureus E. coli C. xanthorriza (Temulawak) 13,07 a 15,75 a 31,56 a C. domestica (Kunyit) 9,14 b 9,25 b 10,16 b C. mangga (Temu mangga) 9,95 b 9,26 b 10,47 b C. heyneana (Temu giring) 0,31 b 9,26 b 9,93 b C. zedoaria (Temu putih) 9,47 b 8,28 b 10,27 b C. aeruginosa (Temu hitam) 0,21 b 9,70 b 9,92 b Kontrol Positif (Nistatin 1 %) 20,5 - - Kontrol Positif (Klorampenikol) - 21 29 Ket : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata pada uji taraf 5% Tabel 2. Daya Hambat Ekstrak Segar Rimpang Enam Jenis Curcuma Berdasarkan kategori Daya Hambat Davis Stout cit. Rita 2010. Rimpang Curcuma Kategori Daya Hambat C. albicans S. aureus E. coli C. xanthorriza (Temulawak) K K SK C. domestica (Kunyit) S S S C. mangga (Temu mangga) S S S C. heyneana (Temu giring) S S S C. zedoaria (Temu putih) S S S C. aeruginosa (Temu hitam) S S S Ket. : SK (Sangat Kuat), K (Kuat) dan S (Sedang) menurut Davis Stout (Sumber: Ardiansyah 2004 cit. Rita 2010) Tabel 3. Nilai KHM dan KBM dari Ektrak Segar Rimpang C. xanthorriza Terhadap Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Mikroba uji Nilai KHM (%) Nilai KBM (%) Candida albicans ATCC 10231 - - Staphylococcus aureus ATCC 25923 - - Escherichia coli ATCC 25922 12,5 25 Ket. : - tidak mampu menghambat dan membunuh mikroba uji Nilai KHM dan KBM ekstrak segar rimpang temulawak terhadap pertumbuhan mikroba uji hanya didapatkan pada bakteri E. coli yaitu berturut-turut 12,5% dan 25% s (Tabel 3). Senyawa aktif yang dihasilkan ekstrak segar rimpang temulawak pada konsentrasi 25% sudah dapat membunuh bakteri E. coli. Pada konsentrasi 12,5% ekstrak segar rimpang temulawak terhadap bakteri E. coli bersifat bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi 25% ekstrak segar rimpang temulawak dapat dikatakan bersifat bakterisidal. Menurut Volk dan
  • 5. 5 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) Wheeler (1991), ekstrak temulawak pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi tinggi bersifat bakterisidal. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka senyawa aktif antimikroba yang terkandung makin banyak sehingga kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba semakin tinggi pula (Pelczar dan Chan, 1986). Ekstrak segar temulawak tidak dapat membunuh pertumbuhan mikroba C. albicans dan S. aureus. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh struktur dan komposisi pada dinding sel E.coli yang berbeda dengan S. aureus dan C. albicans. E. coli yang merupakan bakteri gram negatif dengan kandungan peptidoglikan pada dinding sel lebih tipis (Pelczar dan Chan 1986). Terdapat protein porin pada membran luar dinding sel E. coli yang berfungsi sebagai saluran keluar masuknya senyawa aktif sehingga senyawa aktif pada temulawak akan mudah masuk dan merusak aktivitas enzim sel yang menyebabkan kerusakan sel E. coli (Sunatmo, 2009). Selain itu, adanya kandungan lipid pada dinding sel mampu memperbesar permeabilitas dinding sel (Pelzcar dan Chan, 1986). Berbeda dengan bakteri S. Aureus, bakteri gram positif yang memiliki peptidoglikan pada dinding sel lebih tebal sehingga membentuk suatu struktur yang kaku (Jawetz, et. al., 2001). Sedangkan pada C. Albicans, terjadi pembentukan klamidospora yaitu spora aseksual pada bagian ujung hifa yang membentuk dinding yang tebal dan tampak seperti gram positif (Jawetz, et al., 2005) sehingga sulit ditembus oleh senyawa antimikroba. Kesimpulan Temulawak memberikan daya hambat terbaik terhadap ketiga mikroba uji (C. albicans (13,07 mm), S. aureus (15,75 mm) dan E. coli (31,56 mm). KHM dan KBM ekstrak segar rimpang temulawak terhadap E. coli masing-masing 12,5% dan 25%. Ucapan Terimakasih Terima kasih kepada Dr. phil. nat Periadnadi, Dr. Nasril Nasir dan Zuhri Syam M.P., yang telah memberikan saran dan masukan untuk penelitian dan penulisan artikel. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Faullinawati Hidayah, M.Si., atas bantuan yang diberikan dalam penyediaan biakan bakteri pada penelitian ini. Daftar Pustaka Bonang, G. dan E. S. Koeswardono. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan Klinik. Gramedia. Jakarta. Chen, I. N., C. Chang, C. Wang, Y. Shyu and T. L. Chang. 2008. Antioxidant and Antimicrobial Activity of Zingiberaceae Plants in Taiwan. Plant Foods. 63:15. Cowan, M. 1999. Plants Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology (12) 4: 564-582 Duryatmo, S. 2003. Aneka Ramuan Berkhasiat Temu-Temuan. Puspa Swara. Jakarta. Dzulkarnain, B., D. Sundari dan A. Chosin. 1996. Tanaman Obat Bersifat Antibakteri di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran (110). Dep. Kesehatan RI. Jakarta. Fatmawati, D. A. 2008. Pola Protein dan Kandungan Kurkuminoid Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). [Skripsi]. FMIPA. ITB. Bandung. Hansel, R. 1980. Pharmazeutische Biology. Springer-Verlag. Berlin. Heinrich, M. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Buku Kedokteran Indonesia. Jakarta. Hernani dan Rahardjo. 2002. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Swadaya. Jakarta.
  • 6. 6 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) Gambar 1. Diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar rimpang enam jenis Curcuma terhadap pertumbuhan C. albicans (Ket. : 1. Temulawak, 2. Kunyit, 3. Temu mangga, 4. Temu giring, 5. Temu putih dan 6. Temu Hitam). Gambar 2. Diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar enam jenis rimpang Curcuma terhadap pertumbuhan S. aureus (Ket. : 1. Temulawak, 2. Kunyit, 3. Temu mangga, 4. Temu giring, 5. Temu putih dan 6. Temu Hitam). Gambar 3. Diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar enam jenis rimpang Curcuma terhadap pertumbuhan E. Coli (Ket. : 1. Temulawak, 2. Kunyit, 3. Temu mangga, 4. Temu giring, 5. Temu putih dan 6. Temu Hitam). Hwang, J. K. 2000. Xhantorrhizol a Potential Antibacterial Agents from Curcuma xhantorrhiza Against Streptococcus mutans. Planta Med 66:196-197. Ibrahim, T.A., B. O. Opawale and J. M. A. Oyinloye. 2011. Antibacterial activity of Herbal Extracts Against Multi Drug Resistent Strains of Bacteria from Clinical Original. Life Sciences Leaflets 15: 490-498. Jawetz, E., J. L. Melnick dan E. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kesehatan. Penerbit Buku Kesehatan. Jakarta. Jayalakshmi, B., K. A. Ravesha and K. N. Amruthes. 2011. Phytochemical Investigations and Antibacterial Activity of Some Medicinal Plants Against Phatogenic Bacteria. Applied Pharmacheutical Science. 1(5):124- 128. 654321 1 2 3 4 65 1 2 3 4 5 6 6mm 6mm 6mm
  • 7. 7 Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) – Maret 2013 : 1-7 (ISSN : 2303-2162) Meilisa. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Dan Formulasi Dalam Sediaan Kapsul Dari Ektrak Etanol Rimpang Tumbuhan (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Beberapa Bakteri. [Skripsi]. Universitas Sumatra Utara. Medan. Nur, S. W. 2006. Perbandingan Sistem Ekstraksi dan Validasi Penentuan Xhantorrhizol dari Temulawak Secara Kromagtografi Cair Kinerja Tinggi. [Skripsi]. ITB. Bandung. Padiangan, M. 2010. Stabilitas Antimikroba Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap Mikroba Patogen. Media Unika. 73(4): 365-373. Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Refdanita, R. Maksum, A. Nurgani dan P. Endang. 2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Makara Kesehatan. 8(2): 41- 48. Rita, W. S. 2010. Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid Pada Rimpang Temu Putih. Jurnal Kimia 4(1):20-26. Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB. Bandung. Rukmana, R. 2004. Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan. Kanisius. Yogyakarta. Sundari, D., P. Kosasih dan K. Ruslan. 1996. Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol Daging Buah Pare (Momordica charantia L.). [Tesis]. Jurusan Farmasi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tanaman Obat-Obatan. UGM. Yogyakarta Sunatmo, T.I. 2009. Mikrobiologi Esensial. Mikrobiologi IPB. Bogor. Volk, W. A. and M. F. Wheeler. 1991. Mikrobiologi Dasar. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.