Teks tersebut membahas tentang interaksi simbolik yang berfokus pada cara manusia membentuk makna melalui interaksi sosial. Teori ini menekankan pentingnya makna bagi perilaku manusia yang di bentuk melalui komunikasi. Contoh kasus menggambarkan bagaimana seseorang membentuk makna positif tentang dirinya melalui interaksi dengan rekan kerja yang memiliki latar belakang serupa.
2. Interaksi Simbolik merupakan sebuah pergerakan dalam
sosiologi, berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna
dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan.
Dalam bentuk nya yang paling mendasar, sebuah tindakan sosial
melibatkan sebuah hubungan dari 3 bagian: gerak tubuh awal
dari salah satu individu, respon dari orang lain terhadap gerak
tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Hasilnya adalah arti tindakan
tersebut bagi pelaku komunikasi.
3. Makna tidak semata-mata terletak dalma setiap hal ini, tetapi dalam hubungan
3 hal tersebut, Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa individu
merupakan partisipan aktif dan replektif terhadap dunia sosialnya.
Individu tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada
orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa baik
yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau pun diri sendiri.
Bahasa memberikan kesempatan bagiindividu untuk mengembangkan perasaan
mengenai diri dan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sosial.
4. • Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik
tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi
secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana
asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan
orang lain kepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif .
• Pentingnya konsep diri
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial
dengan orang lainnya dengan cara antara lain : Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui nteraksi dengan orang lain,
Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku Mead seringkali menyatakan hal ini sebagai : ”The particular kind of role
thinking – imagining how we look to another person” or ”ability to see ourselves in the reflection of another glass”.
• Hubungan Antara Individu dan Masyarakat
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi
perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya.
Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang
berkaitan dengan tema ini adalah : Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial
dihasilkan melalui interaksi sosial
5. Contoh Kasus Teori Interaksi Simbolik
Bagas adalah seorang pegawai baru di suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang advertising,
dimana dia ditempatkan dibagian marketing atau pemasaran. Bagas adalah seorang pegawai dengan latar
belakang D1, namun ia mampu dan berhasil masuk ke perusahaan tersebut dengan latar belakang pengalaman
dan kemampuannya yang ia telah lampirkan di CV saat ia melamar pekerjaan.
Pada hari pertama ia bekerja, Bagas mengalami kekhawatiran yang mendalam. Apalagi saat ia dikenalkan
dengan pegawai lainnya yang akan menjadi rekan kerjanya selama ia bekerja di perusahaan tersebut. Ia
menjadi sedikit rendah diri karena perkenalan singkat tersebut. Akan tetapi, setiap kali ia merasa rendah
diri, Bagas akan selalu mengingat adik-adiknya. Ia hanya tinggal dengan 3 orang adik-adiknya yang masih
menempuh pendidikan di berbagai jenjang. Memikirkan adik-adiknya membuat ia selalu merasa kuat. Ia
berjuang untuk membiayai adik-adiknya mengenyam pendidikan yang baik, sehingga mereka menjadi orang-
orang sukses di masa depan dan dapat membanggakan orang tua mereka yang dulunya juga merupakan
pekerja keras yang mecintai pekerjaannya. Bagas selalu menanamkan hal tersebut di dalam dirinya.
Pada saat akan memulai pekerjaan, Bagas dibimbing oleh rekan kerjanya yang usianya tidak jauh berbeda
dengannya. Rekan kerjanya memberikan banyak informasi mengenai hal-hal penting yang diperlukan saat
mereka bekerja. Setelah selesai, rekan kerjanya mulai membuka pembicaraan dengan topik yang lebih santai
dan rileks. Rekan kerjanya ternyata memiliki latar belakang S1. Ia bercerita bahwa awalnya ia juga
merupakan karyawan tamatan D1, akan tetapi ia bekerja sambil kuliah untuk mengambil S1. Rekan kerjanya
tersebut juga merupakan anak tertua di keluarganya, yang meskipun kedua orang tuanya masih ada, namun ia
lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Mendengar hal itu membuat Bagas menjadi lebih rileks dan siap
dengan tantangan pekerjaan di depannya. Ia merasa lebih kuat dan lebih percaya diri dengan mengetahui
bahwa ia memiliki rekan kerja dengan latar belakang yang sama dengannya. Dengan demikian, kekhawatiran
yang ia miliki telah berkurang dan ia siap untuk bekerja.
6. Dari contoh kasus di atas dapat dilihat bahwa bagas melakukan interaksi simbolik, dimana ia
memaknai suatu simbol yang ada dalam dirinya saat akan mulai bekerja. Ia pada awalnya
merasa rendah diri, namun ia selalu mengingat adik-adiknya dan orang tuanya yang dulunya
juga merupakan pekerja yang mencintai pekerjaan mereka. Dan juga, dengan adanya
kehadiran rekan kerja bagas yang memiliki latar belakang yang sama dengannya,
memunculkan pemaknaan simbolik yang ada dalam diri bagas, yaitu bekerja keras dan
mencintai pekerjaannya. Saat itulah, ia merasa lebih kuat dan percaya diri, dan siap untuk
menerima tantangan pekerjaannya.
Analisa Kasus