SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
Download to read offline
DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETON
DI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROAD
TIMUR, PEREMPATAN JALAN WONOSARI




Perencanaan Desain dengan Jalan Beton :




Oleh :
Muhammad Miftakhur Riza
08/ 271740/ NT/ 13005
PRAKATA


        Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya

sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu tanpa

halangan yang berarti.

        Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan di

Program Diploma Teknik Sipil. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

        1. Suwardo, ST., MT., Ph.D., Selaku pembimbing dan pengarah dalam

            penyelesaian karya tulis ini.

        2. Ir. Heru Budi Utomo, MT. Selaku Ketua Program Diploma Teknik Sipil

            Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

        3. Kedua orang tua yang telah memberikan nasehat dan mengajarkan arti

            sebuah kesabaran.

        4. Teman- teman dari Tahajud Call Indonesia, yang selalu membangunkan

            saya di sepertiga malam dan mengirim tausiah yang menyejukkan hati.

        5. Takmir Masjid Al Huda yang telah memberikan motivasi dan Spiritual

            Problems Solving dalam setiap permasalahan hidup yang saya alami.

        6. Teman- teman dari D3 teknik sipil UGM, yang telah memberikan semangat

            dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini.


        Sebagai penutup, penulis menggunakan peribahasa yang berbunyi “Tiada Beton

yang Tidak Retak”, sangat disadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk demi sempurnanya

tugas akhir ini.

                                                         Yogyakarta, Juli 2011

                                                       Muhammad Miftakhur Riza


                                                                                  iii
MOTTO DAN MOTIVASI




☼ “Barang siapa menjadikan Akhirat sebagai NIAT UTAMA, maka Allah menjadikan

    rasa kaya pada hatinya, urusannya dimudahkan & dunia akan mendatanginya

    dengan cara yang mudah”. (HR At Tirmidzi)

☼ Jika kita tidak melakukan sesuatu yang berarti, percuma berapa lama pun hidup kita

    di Dunia ini.

☼ Tidak ada impian yang terlalu tinggi untuk dicapai, yang ada hanyalah niat yang

    terlalu rendah untuk berani melangkah.

☼ Hidup bukan sekedar pilihan (pasif), tapi harus berani memilih (aktif).

☼ Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jika kita focus mencari solusi dan berhenti

    mencari alasan.

☼ Jangan terjebak masa lalu dan jangan terlalu sibuk memikirkan masa depan. Tapi

    fokuslah dengan Apa yang sedang kita lakukan saat ini.

☼    Seseorang menjadi sangat lemah saat ia sedang emosi. Maka taklukkan lah

    Duniamu dengan kesabaran.

☼    Jika keadaan tidak mendukung, maka dukung lah diri kita sendiri. Jangan

    membatasi impianmu dengan pendapat orang lain.

☼ Tanpa harapan dan semangat, kita seperti ‘mati’ sebelum mengalami kematian yang

    sesungguhnya.

☼ Saat kita memutuskan untuk menyerah, pada saat itu juga kita telah melepaskan

    suatu keberhasilan dari genggaman tangan.

☼ Ilmu yang dimiliki belum berarti, sebelum kita mau mengamalkannya. “Knowledge
    is nothing, but applying what you know is everything”.



                                                                                    iv
DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL………………………………….…………………………….. i

LEMBAR PENGESAHAN……...…………………………………………………. ii

PRAKATA…………………………………………………………………………. iii

MOTTO DAN MOTIVASI…………………………..….…………………………. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. v

DAFTAR TABEL………………………………………………..………………… viii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… ix

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. x

DAFTAR NOTASI……………….……………………………….……………….. xi

INTISARI DAN ABSTRACT …………………………………………………….. xii



BAB I PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1

  B. Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 4

  C. Manfaat Penelitian…………………………………………………………... 4

  D. Batasan Masalah…………………………………………………………….. 4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA

   A. Umum………………………………………………………….…………… 5

      1. Tipe Konstruksi Jalan……………………….………………………….. 6

   B. Landasan Teori……………………………………..……………………… 14

     1. Penentuan lalu lintas harian rata- rata (LHR) …………………………. 14

     2. Perencanaan Tebal Pelat Beton …………………………………………15


                                                                       v
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perencanaan ………………………16

     4. Besaran- besaran Rencana ………………………………………………17

     5. Langkah- langkah Penentuan Tebal Pelat Beton ……………………….18

     6. Rencana Penulangan Jalan Beton……………………………………… 27



BAB III METODOLOGI

  A. Pengambilan Data……………………...…………………………………… 31

     1. Data konstan…………………………………………………………….. 31

     2. Data tidak konstan………………………………………………………. 32

  B. Metode Penelitian…………………………………………………………… 33

     1. Survei Pendahuluan………………...…………………………………… 33

     2. Pelaksanaan Survei………………………………………...……………. 33

        a. Penjelasan cara kerja………………………………………………… 33

        b. Pengambilan data konstan…………………………………………… 33

     3. Alat Penelitian…………………………………………………………… 33

     4. Cara Kerja……………………………………………………………….. 34

  C. Cara analisis data

     1. Panjang dan blebar jalan beton…………………………………………... 35

     2. Tebal lapisan perkerasan…………………..……………………………... 35

     3. Penulangan jalan beton…………………..………………………………. 35

     4. Sambungan antar segmen…………..……………………………………. 35

     5. Metode pelaksanaan………………...……………………………………. 35

     6. Gambar rencana………………………………………………………….. 35




                                                                    vi
BAB IV PEMBAHASAN

  A. Material yang Digunakan Pada Perkerasan Kaku…………………………... 36

    1. Beton…………………………………...……………………………….. 36

    2. Agregat…………………………………………………………………. 39

  B. Metode Sambungan………………………………………………………… 40

    1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bars)……...…… 40

    2. Sambungan susut melintang…………………………….……….……… 42

    3. Sambungan isolasi………………………………………………….…… 43

    4. Penutup sambungan………………………….………………………….. 46



BAB V APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETON

  A. Data Kendaraan………………………………….………………………… 47

  B. Data Teknis……………………………………………….………………... 48

  C. Perencanaan Tebal Pelat Beton………………………….……………........ 49

  D. Perencaaan Tulangan……………………………….……………………… 54

     1. Tulangan Melintang ………………………………..………………….. 54

     2. Tulangan Memanjang ………………………….….………………...… 55



BAB VI PENUTUP

  A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 59

  B. Saran………………………………………………………………………. 60



DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN




                                                                     vii
DAFTAR TABEL


Tabel 2.1. Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur….…….. 8

Tabel 2.2. Koefisien Distribusi Jalur………………………………………………. 20

Tabel 2.3. Faktor Keamanan………………………………………………………. 20

Tabel 2.4. Perbandingan Tegangan dan Jumlah Repetisi yang Diizinkan………… 21

Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah…. 29

Tabel 4.1. Lapis Permukaan dan Kualias (Grade) Beton………………….……… 38

Tabel 4.2. Proporsi Campuran Beton……………………………………………… 39

Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji………..… 43

Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jarak... 44

Tabel 5.1. Data Jumlah Total Kendaraan…………………………………………. 47

Tabel 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kendaraan dan Konfigurasi Beban………………. 49

Tabel 5.3. Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama Umur Rencana.. 51

Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm)…………... 52

Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm)…………... 53




                                                                                    viii
DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road…..... 2

Gambar 1.2. Panjang Antrian yang Didominasi oleh Kendaraan Berat……...……. 2

Gambar 1.3. Ruas Jalan yang Dilalui Kendaraan Berat ………………….……….. 3

Gambar 1.4. Jalan Aspal yang Tergerus karena Gesekan Rem ……...………….... 3

Gambar 1.5. Jalan Aspal yang Mulai Terkelupas…………………………………. 3

Gambar 1.6. Jalan Aspal yang Retak dan Terkelupas…………………………….. 3

Gambar 2.1. Detail Lapisan Perkerasan Kaku (rigid pavement)…………………. 7

Gambar 2.2. Detail Konstruksi Jalan Beton yang Dibuat Kontinyu…………....…10

Gambar 2.3. Detail Konstruksi Jalan Beton dengan Sambungan Dowel…….……11

Gambar 2.4. Jalan Beton Tersegmen dengan Tulangan dan Dowel…………....… 12

Gambar 2.5. Jalan Raya Tajur, Kota Bogor……………………………….……… 13

Gambar 2.6. Jalan Raya Palbapang, Kota Magelang…………………….……….. 13

Gambar 2.7. Alur Perhitungan Tebal Pelat Beton………………………..………. 23

Gambar 2.8. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)….……… 24

Gambar 2.9. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)…….…….. 25

Gambar 2.10. Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG)…….….. 26

Gambar 2.11. Alur Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Bersambung….…… 30

Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, perempatan Wonosari…... 32

Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat…….…. 41

Gambar 4.2. Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji……………………….…... 42

Gambar 4.3. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji……………………….…. 43

Gambar 4.5. Contoh Persimpangan yang Membutuhkan Sambungan Isolasi…..... 45

Gambar 4.6. Contoh Persimpangan dengan Sambungan Isolasi dan Ruji…..….….45

Gambar 5.1. Penulangan Arah Melintang Setiap Meternya………………...……55
                                                                                  ix
Gambar 5.2. Penulangan Arah Memanjang Setiap Meternya…………………....56

Gambar 5.3. Penulangan Arah Memanjang dan Melintang Setiap Segmen……. 57

Gambar 5.4. Tanpak Samping Jalan yang telah Dicor Beton………………..…. 57

Gambar 5.5. Bagian- bagian Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan….….... 58

Gambar 5.6. Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan……….…………..…….58




                             DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1. Gambar Detail Lokasi Jalan yang Disurvei……………………… 61
Lampiran 2. Gambar Penulangan Setiap Segmen…………………………….. 62
Lampiran 3. Gambar Pembagian Segmen Jalan Beton………………………. 63




                                                                               x
DAFTAR NOTASI


As     = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat)

Ec     = Modulus elastisitas beton (1400       (kg/cm2)

Es     = Modulus elastisitas baja (20000 kg/cm2)

F      = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (Tabel 4.8)

Fc     = Mutu beton

Fct    = Kuat tarik langsung beton

Fs     = Tegangan tarik baja

Fy     = Tegangan leleh baja ()

g      = Gravitasi (m/s2)

h      = Tebal pelat (m)

i      = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dalam persen (%)

JKN    = Jumlah kendaraan niaga

JKNH = Jumlah kendaraan niaga harian)

JSKNH = Jumlah sumbu kendaraan niaga harian

L      = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m).

L      = Jarak antar sambungan (L)

M      = Berat per satuan volume pelat (kg/m3).

n      = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec)

Ps     = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas

          penampang beton (%).

R      = Faktor pertumbuhan

VJP    = volume jam perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan

         melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam perencanaan.



                                                                                   xi
Intisari

        Beban kendaraan kelas berat yang sering melewati dan berhenti di Pendekat
Utara Simpang Jalan Wonosari, Ring Road Timur menyebabkan kerusakan pada jalan
aspal, seperti lendutan, retakan, dan jalan aspal yang mengelupas. Kasus tersebut harus
segera diatasi untuk mencegah kerusakan yang diperkirakan akan semakin parah.
Penelitian yang dilakukan berusaha untuk mengatasi dampak kerusakan yang terjadi
pada jalan aspal tersebut, yaitu dengan perencanaan jalan beton.

        Metode studi yang pertama dilakukan adalah dengan menganalisis panjang dan
lebar jalan aspal yang akan direncanakan menjadi jalan beton, kemudian mensurvei
jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut, terutama untuk kendaraan kelas berat
dengan bobot melebihi lima ton, seperti : Truk 3 as, kontainer, dan truk gandeng.

       Data yang diperoleh digunakan sebagai asumsi dalam perencanaan jalan beton
bertulang dengan sambungan, yang meliputi tebal lapisan perkerasan dan penulangan.
Dari hitungan yang telah dilakukan diperoleh lapisan perkerasan beton dengan tebal
150 mm dan penulangan arah melintang sebesar D10 – 250 mm serta penulangan untuk
arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm.

Kata Kunci : jalan beton, lapisan perkerasan, kerusakan jalan aspal, beban kendaraan
berat, penulangan.



                                       Abstract

        Heavy load vehicles that frequently pass though and stop at the North approach
Wonosari Crossroads, East Ring Road causing damage of the asphalt road, such us
deflection, cracking, and peeling asphalt road. This case should be treated immediately
to prevent damage that is expected to become worse. This research carried out to try to
overcome the effect of damage the asphalt road with planning of rigid pavement.

       The first methode of study carried by analyzing the length and width of road that
will be planned into rigid pavement, and then observe the number of vehicles that
passing the road, especially for heavy vehicles weighing more than five ton, such us :
Truck 3 as, containers, and truck trailers.

        The data are used as assumption in the planning of the roads of rigid concreate
with connection, which include a thick layer of pavement and reinforcement. The
account that has been achieved with a thick layer of reinforced concrete is 150 mm and
the bar transverse direction is D10- 250 mm, and bar reinforcement to longitudinal
direction is D12- 150mm.

Keywords : rigid pavement, pavement layer, damage of asphalt roads, heavy load
vevicle, reinforcement.




                                                                                     xii
 
 
 




                                        BAB I

                                   PENDAHULUAN
                                          



       Pada bab pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang penggunaan jalan

beton, tujuan, manfaat, dan batasan masalah.


                                   A. Latar Belakang


       Saat ini jalan beton relatif banyak digunakan di jalan- jalan ibukota maupun di

daerah- daerah yang mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas tinggi. Beban kendaraan

yang relatif besar dan arus lalu lintas yang semakin padat menjadi alasan utama

pemilihan jalan beton. Terlebih lagi strukturnya yang lebih kuat, awet, dan bebas

perawatan.


       Alasan itulah yang menjadi dasar mengapa jalan beton banyak dipilih. Berbeda

dengan tipe jalan aspal yang membutuhkan perawatan rutin setiap tahunnya. Saat cuaca

tidak menentu seperti hujan yang terus terjadi sekarang ini, jika konstruksi aspal tidak

direncanakan dengan baik akan mudah mengelupas, berlubang, dan tergerus oleh air.


       Jalan beton menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi kerusakan-

kerusakan yang terjadi pada jalan aspal. Oleh karena itu, tugas akhir ini disusun untuk

mengetahui karakteristik jalan beton, material apa saja yang digunakan, metode

sambungan, penulangan, dan aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan dengan studi


                                                                                      1 
 
 
 
 



kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Jalan Wonosari. Kerusakan- kerusakan

yang terjadi pada jalan aspal tersebut disebabkan karena beban kendaraan yang relatif

berat, sebagai solusinya jalan aspal tersebut akan direncanakan dengan jalan beton.

Kondisi jalan aspal yang disurvei ditunjukkan dalam Gambar berikut :




Gambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road Timur saat
                                 Lampu Merah




        Gambar 1.2. Panjang Antrian yang Didominasi oleh Kendaraan Berat




                                                                                   2 
 
 
 
 



Beban kendaraan yang relatif berat menyebabkan jalan aspal melendut dan terjadi

retakan di beberapa tempat seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.




    Gambar 1.3. Ruas Jalan yang Dilalui           Gambar 1.4. Jalan Aspal yang Tergerus
             Kendaraan Berat                              karena Gesekan Rem




    Gambar 1.5. Jalan Aspal yang Mulai               Gambar 1.6. Jalan Aspal yang Retak
               Terkelupas                                      dan Terkelupas




                                                                                  3 
 
 
 
 



                                   B. Tujuan Penelitian


       Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik jalan beton,

material yang digunakan, konstruksi lapisan perkerasan, dan aplikasi perencanaan jalan

beton di lapangan, dengan studi kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan

Wonosari.


                                   C. Manfaat Penelitian


       Dari kegiatan studi yang telah dilakukan, hasilnya diharapkan dapat berguna

dan diaplikasikan dalam perencanaan jalan beton, baik sebagai teori maupun dalam

aplikasi di lapangan, sebagai solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada jalan

aspal yang diakibatkan oleh kepadatan dan beban lalu lintas yang padat terutama di

kota- kota besar di Indonesia.




                                   D. Batasan Masalah


Studi ini mencakup berbagai faktor dalam perencanaan jalan beton yang meliputi :

       a. Karakteristik jalan beton (sifat struktur, kelebihan, dan kekurangan).

       b. Konstruksi lapisan perkerasan.

       c. Aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan.




                                                                                     4 
 
 
 
 



                                       BAB II

                              TINJAUAN PUSTAKA



       Jalan beton menjadi solusi yang efektif untuk menanggulangi kerusakan jalan

aspal akibat beban kendaraan yang terlalu berat. Pada bab ini akan dijelaskan dasar-

dasar dan ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan jalan beton.




                                     A. Umum


       Pada dasarnya jalan beton direncanakan untuk menopang beban kendaraan lalu

lintas yang relatif berat dan padat, seperti pada perberhentian pintu masuk jalan tol,

perberhentian lampu merah, tempat parkir, dan tikungan- tikungan tajam. Dalam

perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan

Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,

Pd T-14-2003.


       Pedoman ini diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the

Structural Design of Pavements (1992). Dalam penerapannya, perencana dan pelaksana

harus mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan di sekitar lokasi proyek, sehingga

tidak mengganggu atau merusak lingkungan sekitar.




                                                                                    5 
 
 
   
   



1. Tipe Kostruksi Jalan


  Arthur (1999) mengatakan bahwa pada perkerasan jalan dikenal dua macam tipe

  konstruksi yaitu :


      a. Jalan aspal (fleksibel pavement), yang jenisnya terdiri dari :

           (1) Aspal keras (asphalt cement)

           (2) Aspal cair (liquid asphalt)

           (3) Aspal emulsi (emulsion asphalt)


      b. Jalan beton (rigid pavement), yang jenisnya terdiri dari :

           (1) Beton tanpa tulangan (URC, unreinforced concrete)

           (2) Beton bertulang dan sambungan (JRC, jointed reinforced concrete)

           (3) Pelat beton menerus dan bertulang (CRCP, concrete pavement)


          Pada dasarnya, perbedaan utama antara jalan beton dengan jalan aspal adalah

  terletak pada lapisan perkerasan di atasnya, jenis material yang digunakan, dan metode

  pengerjaan. Wiryanto (2010) mengatakan bahwa perkerasan jalan beton dilaksanakan

  dalam beberapa tahap, mulai dari pekerjaan tanah (urugan dan galian), pembuatan lapis

  pondasi, dan lapisan di atasnya (berupa beton). Susunan lapis perkerasan untuk jalan

  beton ditunjukkan dalam Gambar 2.1.




                                                                                      6 
   
 
 
 




             Gambar 2.1. Detail Lapisan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

                        Sumber : Pavement Design Guide (1992)



       Susunan lapisan perkerasan jalan beton tersebut terdiri dari dua lapis, yaitu

lapisan beton dan lapisan pondasi di bawahnya. Lapisan perkerasan beton dikerjakan

secara per segmen dan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor

kembang susut (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapisan pondasi yang

bisa berupa material berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus

(lean- mix concrete) dengan tebal minimal 10 cm.


       Hal ini tentu berbeda dengan jalan aspal yang konstruksinya terdiri dari tiga

lapis, yaitu: lapisan aspal, lapisan pondasi atas, dan lapisan pondasi bawah. Karena

kekuatan jalan aspal lebih didukung oleh lapisan perkuatan pondasi di bawahnya, maka

pondasi untuk konstruksi jalan aspal relatif lebih tebal (minimal 12- 15 cm).

Perbedaan- perbedaan antara perkerasan lentur (fleksibel pavement) dengan perkerasan

kaku (rigid pavement) dijelaskan pada Tabel 2.1.


                                                                                    7 
 
 
 
 



        Tabel 2.1. Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur

NO      PERBEDAAN               PERKERASAN KAKU                     PERKERASAN LENTUR

1.   Distribusi tegangan   Merata.                             Terpusat.




2.   Susunan perkerasan    Dua lapis yaitu : lapis beton dan   Tiga lapis yaitu : lapis aspal, lapis
                           lapis pondasi.                      pondasi atas, dan lapis pondasi
                                                               bawah.




3.   Tebal sub base        Relatif lebih tipis.                Relatif lebih tebal.

4.   Kekuatan              Lebih ditentukan oleh tebal dan Ditentukan lapisan pondasi di
                           kualitas beton itu sendiri.         bawah (maka pondasi lebih tebal).
5.   Perawatan             Lebih awet, direncanakan 20- 40
                                                               Perawatan berkala 3- 5 tahun.
                           tahun.
6.   Daya tahan beban      Untuk menahan beban lalu lintas Untuk menahan beban lalu lintas
                           berat.                              ringan dan sedang.
7.   Metode pengerjaan     Per segmen (dengan bekisting).      Langsung dihamparkan.

                           Biasanya hanya pada sambungan Mahal (mencapai dua kali lebih
8.   Biaya perawatan
                           (biaya relatif kecil).              mahal dari perkerasan kaku).




                                                                                            8 
 
 
 
 



          Wiryanto (2010) mengatakan bahwa jalan beton dari sisi perilaku strukturnya

memang terlihat lebih baik, tegangan yang timbul akibat beban yang sama relatif lebih

kecil, sehingga tidak diperlukan lapisan bawah (base- course) yang tebal. Namun

karena materialnya dari beton, maka pengaruh kembang susut (shrinkage) akibat

perubahan suhu menjadi dominan. Hal inilah yang menyebabkan konstruksi jalan beton

memiliki dua metode pengerjaan yaitu:




    a. Jalan beton dibuat kontinyu

               Jalan beton dibuat memanjang dengan jarak antar segmen sampai 15

       meter, maka untuk mengantisipasi pengaruh kembang susut pada jalan tersebut

       harus dipasang tulangan baja sebagai tulangan susut. Meskipun jumlahnya relatif

       kecil, tetapi penggunaan tulangan baja menyebabkan jalan beton menjadi mahal

       dan pengerjaannya akan lebih kompleks. Detail dari jalan beton yang dibuat

       kontinyu ditunjukkan pada Gambar 2.2.




                                                                                    9 
 
 
 
 




              Gambar 2.2. Detail Konstruksi Jalan Beton yang Dibuat Kontinyu

                            Sumber : Pavement Design Guide (1992)



    b. Jalan beton disekat- sekat dengan siar dilatasi.

               Jalan beton dibuat dengan pengerjaan per segmen yang terpisah- terpisah

        untuk mengatasi     resiko kerusakan akibat faktor kembang susut tanpa perlu

        memasang tulangan susut. Biaya yang dikeluarkan akan lebih murah jika

        dibandingkan dengan pengerjaan jalan beton yang dibuat kontinyu. Namun

        akibatnya, jalan ini menjadi tidak nyaman karena tegangan pada bagian pinggir

        segmen menjadi besar, maka untuk mengatasinya kedua segmen yang berdekatan

        dipasangi dowel/ ruji.




                                                                                   10 
 
 
 
 



    Detail dari jalan beton yang di sekat- sekat dengan siar dilatasi ditunjukkan pada

    Gambar 2.3.




        Gambar 2.3. Detail Konstruksi Jalan Beton dengan Sambungan Dowel

                        Sumber : Pavement Design Guide (1992)


       Adanya segmen- segmen pada pengerjaan jalan beton menyebabkan

penggunaannya tidak nyaman dan pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama

karena banyaknya sambungan yang harus dipasang. Oleh karena itu, dikembangkan

suatu konstruksi lain yang merupakan kombinasi kedua cara di atas, yaitu konstruksi

jalan beton tersegmen dengan tulangan dan dowel, seperti yang ditunjukkan dalam

Gambar 2.4.




                                                                                   11 
 
 
 
 



       Gambaran crack yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 tersebut terjadi karena

kembang susut, bukan karena beban. Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif

sedikit dan jarak sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan

menjadi lebih nyaman saat dilalui.




          Gambar 2.4. Jalan Beton Tersegmen dengan Tulangan dan Dowel
                       Sumber : Pavement Design Guide (1992 )




                                                                                12 
 
 
 
 



Gambar 2.5 dan 2.6 berikut menunjukkan aplikasi jalan beton yang telah banyak

digunakan di kota- kota besar di Indonesia.




                      Gambar 2.5. Jalan Raya Tajur, Kota Bogor




                  Gambar 2.6. Jalan Raya Palbapang, Kota Magelang


                                                                                13 
 
 
   
   



                                          B. Landasan Teori


            Susunan lapisan perkerasan jalan beton terdiri dari dua lapis, yaitu lapis beton

  dan lapis pondasi di bawahnya. Lapis beton tersebut dikerjakan secara per segmen

  dengan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut

  (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapis pondasi yang bisa berupa material

  berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus (lean- mix concrete)

  dengan tebal minimal 10 cm.


            Konstruksi jalan beton dengan sistem sambungan dowel, siar dilatasi, dan

  tulangan membuat jalan beton lebih kuat dan nyaman jika dilalui, karena beban yang

  timbul dari beban kendaraan dapat disalurkan dengan merata ke semua bagian segmen

  jalan beton dengan jarak antar segmen yang lebih panjang. Sambungan dowel berfungsi

  sebagai pengikat atau penyatu antar segmen. Siar dilatasi berfungsi untuk memberikan

  celah atau ruang untuk pemuaian, dan pemasangan tulangan susut berfungsi untuk

  mengatasi pengaruh kembang susut beton (shrinkage).




1. Penentuan lalu lintas harian rata- rata (LHR)

            Lalu lintas harian rata- rata (LHR) secara kasar dapat diperoleh dengan survei

      lalu lintas selama 4 jam, kemudian volume kendaraan yang diperoleh dirata- rata tiap

      jam. LHR digunakan sebagai volume jam perencanaan, yaitu volume yang digunakan

      untuk perencanaan teknik jalan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :


                                                                                         14 
   
 
   
   



          VJP     = K x LHR , atau

                       VJP
          LHR     =          …………………………………………..………………. (2.B-1)
                       K


  Dimana :


  VJP        = volume jam perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan

             melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam perencanaan.


  K         = faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk keberapa, serta jenis

             jalan antar kota (bernilai 10 – 15%) atau jalan dalam kota (bernilai lebih

             kecil).




2. Perencanaan Tebal Pelat Beton


        Dalam perencanaan perkerasan kaku, tebal pelat beton dihitung agar mampu

  memikul tegangan yang ditimbulkan oleh :


          a. Beban roda kendaraan.

          b. Perubahan suhu dan kadar air.

          c. Perubahan volume pada lapisan di bawahnya.


           Secara aplikatif, berdasarkan “Concrete Pavement Design Guidance Notes”

      perencanaan tebal pelat untuk perkerasan beton adalah sebagai berikut :




                                                                                     15 
   
 
 
 



        a. Beton tanpa tulangan (URC, unreinforced concrete) dengan ketebalan pelat

           antara 150 mm – 500 mm.

        b. Beton bertulang dan sambungan (JRC, jointed reinforced concrete) dengan

           ketebalan pelat antara 200 mm – 300 mm.

        c. Pelat beton menerus dan bertulang (CRCP, concrete pavement) dengan

           ketebalan pelat antara 200 mm – 300 mm.


          Untuk perhitungan secara konservatif, diterapkan prinsip kelelahan (fatigue)

      dimana dianggap apabila perbandingan tegangan yang terjadi pada beton akibat

      beban roda terhadap kuat lentur beton (Modulus of Rapture, MR) menurun, maka

      jumlah repetisi pembebanan sampai runtuh (failure) akan meningkat. Apabila

      perbandingan tegangan tersebut sangat rendah, maka beton akan mampu memikul

      repetisi tegangan yang tidak terbatas tanpa kehilangan kekuatannya.




3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perencanaan


    a. Lalu Lintas


      Variable- variable lalu lintas yang berpengaruh adalah :

           (1) Volume lalu lintas.

           (2) Konfigurasi sumbu dan roda.

           (3) Beban sumbu.

           (4) Ukuran dan tekanan ban.



                                                                                   16 
 
 
 
 



            (5) Pertumbuhan lalu lintas.

            (6) Jumlah jalur dan arah lalu lintas..

    b. Umur Rencana


             Umur rencana perkerasan jalan ditentukan berdasarkan pertimbangan

      peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi jalan.


    c. Kapasitas Jalan


             Kapasitas maksimum jalan yang direncanakan harus dipandang sebagai

      pembatasan.

    d. Tanah dasar

             Dalam merencanakan tebal pelat beton perkerasan kaku, keseragaman daya

      dukung tanah sangat penting. Pengujian daya dukung nilai tanah (nilai k) untuk

      jalan beton sebaiknya berupa uji plate bearing. Dengan modulus reaksi tanah

      dasar (k) minimum 2 kg/cm3.




4. Besaran- besaran Rencana


    a. Umur Rencana


      Perkerasan kaku bisa direncanakan dengan umur rencanca 20- 40 tahun.


    b. Lalu Lintas Rencana




                                                                                 17 
 
 
 
 



      (1) Lalu lintas harus dianalisa berdasarkan atau hasil perhitungan volume lalu

          lintas dan konfigurasi sumbu berdasarkan data terakhir (≤ 2 tahun terakhir).


      (2) Untuk keperluan perkerasan kaku, hanya kendaraan niaga yang mempunyai

          berat total minimum 5 ton yang ditinjau dengan kemungkinan 3 konfigurasi

          sumbu sebagai berikut :


                 (a)    Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT), misalnya: mobil
                       penumpang.

                 (b) Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG), misalnya: bus.

                 (c) Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG), misalnya: truk 3as dan
                       truk gandeng.



5. Langkah- langkah Penentuan Tebal Pelat Beton


      a. Menghitung JKNH (jumlah kendaraan niaga harian) pada tahun pembukaan.


      b. Menghitung JKN (jumlah kendaraan niaga) selama umur rencana.


         JKN = 365 x JKNH x R ………………………………………… (2.B-2)


         R   = Faktor pertumbuhan


             =                 ………………………………...…………… (2.B-3)




                                                                                    18 
 
 
 
 



      Dimana :


       i = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dalam persen (%).


       n = Umur rencana.


    c. Menghitung JSKNH (jumlah sumbu kendaraan niaga harian), kemudian

      menghitung JSKN (jumlah sumbu kendaraan niaga) selama umur rencana.


       JSKN = 365 x JSKNH x R ………………….………………………(2.B-4)


    e. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi

      yang akan terjadi selama umur rencana.


                                      J
      Persentase beban sumbu      =                                   ….... (2.B-5)
                                                  JSKNH

       Repetisi yang akan terjadi = JKN x persentase jumlah sumbu x koef.

                                      distribusi jalur (dari Tabel 2.2)




                                                                                  19 
 
 
 
 



                               Tabel 2.2. Koefisien Distribusi Jalur
                                                    Kendaraan Niaga
                  Jumlah Jalur              1 Arah                  2 Arah
                     1 Jalur                  1                        1
                     2 Jalur                 0,70                     0,50
                     3 Jalur                 0,50                    0,475
                     4 Jalur                  -                       0,45
                     5 Jalur                  -                      0,425
                     6 Jalur                  -                       0,40


              Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)


    e.    Besarnya beban sumbu rencana dihitung dengan cara mengalikan beban

         sumbu yang ditinjau dengan Faktor Keamanan (FK) yang ditunjukkan

         dalam Tabel 2.3.


                                    Tabel 2.3. Faktor Keamanan
                       Peranan Jalan                   FK (Faktor Keamanan)

                             Jalan tol                         1,2
                            Jalan Arteri                       1,1
                       Jalan Kolektor                          1,0
                            Jalan Lokal                         -


              Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)



    f.     Dengan besaran- besaran beban sumbu, k dan tebal pelat yang sudah

         diketahui (ditaksir), besarnya tegangan yang terjadi bisa didapat dari

         nomogram yang bersangkutan (Gambar 2.8, Gambar 2.9, dan Gambar 2.10).




                                                                              20 
 
 
 
 



         g. Menghitung perbandingan antara tegangan yang terjadi dengan MR.


         h. Berdasarkan perbandingan tegangan tersebut, kemudian dari Tabel 2.4 dapat

             diketahui jumlah pengulangan (repetisi) tegangan yang diizinkan.


            Tabel 2.4. Perbandingan Tegangan dan Jumlah Repetisi yang Diizinkan

      Perbandingan     Jumlah Pengulangan     Perbandingan        Jumlah Pengulangan
        Tegangan       Beban yang Diizinkan     Tegangan *        Beban yang Diizinkan
          0,51 +              400000               0,69                  2500
           0,52              300000                0,70                  2000
           0,53              240000                0,71                  1500
           0,54              180000                0,72                  1100
           0,55               130000               0,73                   850
           0,56               100000               0,74                   650
           0,57               75000                0,75                   490
           0,58               57000                0,76                   360
           0,59               42000                0,77                   270
           0,60               32000                0,78                   210
           0,61               24000                0,79                   160
           0,62               18000                0,80                   120
           0,63               24000                0,81                   90
           0,64               22000                0,82                   70
           0,65                8000                0,83                   50
           0,66                6000                0,84                   40
           0,67                4000                0,85                   30
           0,68                3500                  -                     -


    Sumber : Jalan Raya 2 (2003)

      *) Tegangan akibat beban dibagi dengan Modulud of Rapture (MR)

      +) Tegangan sama dengan atau lebih kecil dari 0,50 maka pengulangan beban tak

         terhingga.


                                                                                         21 
 
 
 
 



       i.     Persentase lelah (fatigue) untuk setiap konfigurasi beban sumbu dapat

            dihitung dengan cara =                                    …...... (2.B-6)



       j.    Total fatigue dihitung dengan cara menjumlahkan besarnya persentase

            fatigue dari seluruh konfigurasi beban sumbu.


       k. Langkah- langkah yang sama (1 sampai 10) diulang untuk tebal pelat beton

            lainnya yang dipilih/ ditaksir.


       l.     Tebal pelat beton yang dipilih/ ditaksir dinyatakan sudah benar/ cocok

            apabila total fatigue yang didapat besarnya lebih kecil atau sama dengan

            100%.




Alur perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan pada Gambar 2.7.




                                                                                  22 
 
 
       
       



                                                 Data 

                                     1. Jumlah Kendaraan 
          Mulai                      2. R (Faktor Kendaraan)                        Menghitung JKNH = jumlah 
                                     3. n (Umur Rencana)                               kendaraan ≥ 5 Ton
                                     4. FK (Faktor Keamanan) 


  Menghitung JSKN                                                                     Menghitung JKN 
                                        Menghitung JSKNH
JSKN= 365x JSKNH x R                                                                JKN = 365 x JKNH x R



                                                                                       Menghitung Beban Sumbu 
                           Menghitung % Beban Sumbu & Repetisi                                Rencana



                                          Asumsi tebal plat



                                      Tegangan yang Terjadi                  
                                (Gambar ke nomogram 2.8; 2.9; 2.10)



                                      Perbandingan Tegangan                                Jumlah Repetisi yang 
                                    (MR/ Tegangan yang terjadi)                            Diizinkan (Tabel 2.4) 



                       TIDAK 
 (Pelat Dipertebal)                    Total Fatigue ≤ 100% 


                                                     YA 

                                       Tebal Pelat Cukup                        Selesai 


                        Gambar 2.7. Alur Perhitungan Tebal Pelat Beton




                                                                                                             23 
       
 
 
 




    Gambar 2.8. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)




                                                                   24 
 
 
 
 




    Gambar 2.9. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)




                                                                 25 
 
 
 
 




    Gambar 2.10. Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda




                                                          26 
 
 
   
   



6. Rencana Penulangan Jalan Beton


  Besi tulangan yang dipakai dalam perkerasan kaku mempunyai fungsi utama untuk :


       a. Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.

       b. Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi

           jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.

       c. Mengurangi pengaruh kembang susut karena perubahan suhu.

       d. Mengurangi biaya pemeliharaan.



         Besi tulangan yang dipakai harus bersih dari oli, kotoran, karat,dan

  pengelupasan. Tulangan harus dipasang sebelum pembetonan dengan diberi penyangga

  yang ditahan pada letak yang diinginkan. Ukuran atau jarak tulangan dari permukaan

  beton adalah :


         a. 60 ± 10 mm di bawah permukaan beton, untuk tebal pelat kurang dari 270

             mm.

         b. 70 ± 10 mm di bawah permukaan beton, untuk tebal pelat 270 mm atau

             lebih.




a. Perencanaan Tulangan Melintang


         Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus

  dengan tulangan dihitung menggunakan persamaan :


                                                                                    27 
   
 
 
 



                      FLM
               As =              …………………………...…………………………… (2.B-7)


Dimana :

       As = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat).

       F = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (lihat Tabel 2.8).

       L = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m).

       M = Berat per satuan volume pelat (kg/m3).

       g = Gravitasi (m/s2).

       h = Tebal pelat (m).

       fs = Kuat-tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh.

Penulangan untuk arah memanjang harus berjarak 300 ± 50 mm.




b. Perencanaan Tulangan Memanjang


          Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton bertulang

menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut :

                            F
               Ps =               (1,3 – 0,2F) ……………………………………… (2.B-8)
                      F     .F

    Dimana :

       Ps = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas

               penampang beton (%).

       Fct = Kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm2).

       n = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec).


                                                                                     28 
 
 
 
 



      F     = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya (lihat

             Tabel 2.5).

      Es = Modulus elastisitas baja (20000 kg/cm2).

      Ec = Modulus elastisitas beton (1400          (kg/cm2).

Tulangan dipasang tepat di tengah tebal pelat dengan jarak antar tulangan 125 ± 25 mm

dari tepi pelat.



      Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah

      NO.                         Jenis Pondasi                 Faktor Gesekan (F)
        1     Burtu, Lapen dan Konstruksi sejenis                      2,2
        2     Aspal Beton, Lataston                                    1,8
        3     Stabilisasi Kapur                                        1,8
        4     Stabilisasi Aspal                                        1,8
        5     Stabilisasi Semen                                        1,8
        6     Koral                                                    1,5
        7     Batu Pecah                                               1,5
        8     Sirtu                                                    1,2
        9     Tanah                                                    0,9


    Sumber : Jalan Raya 2 (2003)


Alur perhitungan tulangan perkerasan beton bersambung ditunjukkan pada Gambar

2.11.




                                                                                       29 
 
 
      
      



                                                    Mulai




                                               Input data 



          A. Tulangan Melintang                                        B. Tulangan Memanjang 
1.   F (koef. gesek), Tabel 2.5                             1. Ps (persentase luas tulangan) 
2.   L (jarak antar segmen), 10 meter                       2. Fct (kuat tarik langsung beton) 
3.   M (berat jenis beton), 2400kg/cm2                      3. n (angka ekivalensi baja & beton (Es/Ec) 
4.   h (tebal pelat), meter                                 4. F (koef. gesek), Tabel 2.5 
5.   fs (teg. leleh baja), 240 MPa                          5. Fy (teg. leleh baja), 3900 kg/cm2          



                                      Desain tulangan



             FLM                                                                  F
         As =                                                         Ps =              (1,3 – 0,2F) 
                                                                              F    .F




                                  Menentukan diameter                         Menentukan As 



                                    Gambar Rencana 



                                          Selesai




                 Gambar 2.11. Alur Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Bersambung




                                                                                                        30 
      
 
 
 



                                           BAB III

                                       METODOLOGI



          Metodologi untuk studi ini dilakukan dengan pengambilan data terlebih dahulu,

kemudian hasil data yang didapatkan akan dianalisa untuk menjadi topik pembahasan.




                                   A. Pengambilan Data


          Dalam studi ini, dilakukan pengambilan data dengan survei langsung di

lapangan untuk mengetahui           jumlah kendaraan yang melintas, terutama jumlah

kendaraan- kendaraan berat. Survei tersebut dilakukan di Jalan Ring Road Timur,

perempatan Wonosari. Pada hari Selasa, 1 Maret 2011, selama 4 jam untuk

mendapatkan nilai LHR (lalu lintas harian rencana) secara kasar, dari pukul 09.30

sampai 11.30 WIB.


            Data yang didapat merupakan data masukan sebagai bahan analisis dalam

studi ini. Jenis data yang didapat terdiri dari dua macam, yaitu data konstan dan data

tidak konstan.


    1. Data konstan

       Data konstan adalah data yang tidak berubah sehingga pengumpulan data dapat

       dilakukan setiap saat, seperti : durasi lampu merah, panjang, dan lebar jalan.




                                                                                        31 
 
 
 
 



2.   Data tidak konstan

     Data tidak konstan adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di

     lapangan yang sifatnya dapat berubah- ubah setiap saat, seperti : jumlah dan jenis

     kendaraan yang melintas.


     Lokasi tempat survei ditunjukkan pada Gambar 3.1.




      Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Wonosari
                                Sumber : Google Earth Pro (2011)




     Untuk detail gambar lokasi survei dapat dilihat pada Lampiran 1.




                                                                                       32 
 
 
 
 



                                   B. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :


    1. Survei Pendahuluan


           Survei pendahuluan dilakukan sebelum penelitian di lapangan agar survei

       sesungguhnya dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Survei

       pendahuluan diperlukan untuk menentukan pos- pos lokasi survei, jumlah surveyor

       yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan jenis alat survei yang akan digunakan.


    2. Pelaksanaan Survei


       Hal- hal yang dilakukan pada waktu pelaksanaan survei antara lain :


            a. Penjelasan cara kerja

                  (1) Pembagian tugas berhubungan dengan lokasi survei dan jenis

                      kendaraan setiap pengamat.

                  (2) Cara pengisian tabel (formulir) survei.

            b. Pengambilan data konstan

                 (1) Pengukuran panjang dan lebar ruas jalan yang digunakan untuk

                      survei.


3. Alat Penelitian

      Dalam penelitian ini diperlukan beberapa alat penunjang, antara lain :




                                                                                        33 
 
 
 
 



           a. Formulir penelitian dan alat tulis, yang digunakan untuk mencatat jumlah

             kendaraan yang melintas.

           b. Meteran, yang digunakan untuk mengukur lebar jalan yang ditinjau.

           c. Arloji dan stopwatch, yang digunakan unuk mencatat durasi lampu merah.




4. Cara Kerja

        Untuk mendapatkan data jumlah kendaraan, 3 surveyor memposisikan diri pada

    tempat yang sekiranya dapat melihat semua kendaraan yang akan melintasi simpang

    tersebut, baik dalam keadaan berbelok (kanan/ kiri) ataupun lurus setelah berhenti

    karena lampu merah. Surveyor mengamati dan mencatat jumlah kendaraan bermotor

    yang melintas pada simpang jalan tersebut sesuai ketentuan yang telah di sepakati

    mengenai jenis kendaraan yang akan di amati, kemudian memasukkan data tersebut

    ke dalam tabel (formulir ). Kendaraan yang diamati dibedakan menjadi :


       a. Light vehicle (LV) : semua kendaraan penumpang beroda dua as dan mobil.


       b. Heavy vehicle (HV) : kendaraan barang dan bus dengan roda dua as atau tiga

                                as, dan truk.


      c. Motor cycle (MC) : sepeda motor.




                                                                                    34 
 
 
 
 



                                          C. Cara Analisis Data


         Setelah pengambilan data yang meliputi lebar jalan, panjang, dan jumlah arus

    kendaraan didapatkan. Semua formulir dikumpulkan              dan dianalisa untuk

    merencanakan jalan beton. Perencanaan tersebut meliputi :

       1. Panjang dan lebar jalan beton

           Panjang dan lebar diukur sebagai acuan untuk perencanaan pembetonan.

       2. Tebal lapisan perkerasan (dengan beton)

           Jalan aspal yang lama akan dibongkar dan lapisan perkerasannya diganti

           dengan lapis perkerasan beton.

       3. Penulangan jalan beton

           Jalan beton yang direncanakan adalah jenis beton bertulang dengan

           sambungan tipe JRC (jointed reinforced concrete).

       4. Sambungan antar segmen

           Sambungan antar segmen dalam perencanaan adalah setiap 10 meter.

       5. Metode pelaksanaan

           Pelaksanaan pembetonan akan dilaksanakan secara per segmen dengan metode

           konstruksi selang- seling.

       6. Gambar rencana

           Setelah semua perencanaan selesai, maka akan digambar detail penulangan,

           panjang, dan lebarnya.




                                                                                   35 
 
 
 
 



                                       BAB IV

                                  PEMBAHASAN



        Kualitas campuran beton dipengaruhi oleh sifat bahan, komposisi, dan

pelaksanaannya.    Untuk   menghasilkan    campuran    beton   yang   sesuai   dengan

perencanaan, maka mutu beton dan komposisinya harus diperhatikan. Bab pembahasan

ini membicarakan jenis material yang digunakan dalam perkerasan jalan beton, metode

sambungan, perencanaan tebal pelat beton, dan penulangannya.




                  A.   Material yang Digunakan pada Perkerasan Kaku


1. Beton


        Beton adalah campuran dari bahan agregat, semen dan air dengan komposisi

    tertentu. Beton yang digunakan untuk lapisan pada perkerasan kaku dihamparkan di

    atas lapisan pondasi atas yang biasanya tersusun dari batuan. Prosesnya, semen

    membentuk ikatan di dalam campuran, kemudian air yang ditambahan membantu

    proses reaksi kimia yang mengubah semen yang kering menjadi perekat. Bila air

    terlalu sedikit, maka reaksinya menjadi tidak sempurna dan air yang terlalu banyak

    juga akan mengurangi kualitas atau mutu beton yang dihasilkan.


           Campuran antar material juga sangat penting. Idealnya, setiap partikel

    agregat diselimuti oleh semen terlebih dahulu sebelum ditambahkan air. Kekuatan


                                                                                   36 
 
 
 
 



    campuran yang tepat dari beton terutama disebabkan oleh agregat kasar. Bagian

    agregat halus harus diberikan secara tepat dan cukup untuk mengisi rongga atau

    celah antar agregat kasar yang ukurannya relatif besar. Jadi dapat disimpulkan

    bahwa mutu atau kualitas beton tergantung pada :


      a. Komposisi jumlah semen, agregat halus, dan agregat kasar di dalam

         campuran.

      b. Efisiensi campuran.

      c. Kekuatan tumbukan dari agregat kasar (mutu agregat).

      d. Kebersihan agregat dari lumpur dan zat- zat kimia lainnya.

      e. Jenis semen yang digunakan.

      f. Jumlah air yang digunakan (umumnya dengan ukuran rasio air/ semen).

      g. Tingkat pemadatan.

      h. Efisiensi pengeringan beton (curing).


           Campuran beton didasarkan pada kekuatan rata- rata benda uji kubus beton.

    Jika syarat kekuatan sudah ditentukan, maka campuran harus didesain untuk

    memenuhi syarat tersebut.


        Campuran beton umumnya ditentukan berdasarkan berat berbagai macam

    material yang digunakan. Perbedaan campuran ditentukan berdasarkan tingkat

    (grade) yang menggambarkan kekuatan minimum beton. Contohnya campuran

    beton grade 30 mempunyai kekuatan tekan pada usia 28 hari sebesar 30 N/mm2.




                                                                                  37 
 
 
 
 



        Dalam proyek jalan, biasanya beton telah dipesan dalam bentuk ready mix dari

    tempat pencampuran dalam mixer truck dan supplier sangat bertanggung jawab

    terhadap kualitas/ mutu beton yang akan direncanakan. Perbandingan tingkat

    kekuatan beton untuk perkerasan dapat dilihat pada Tabel 4.1.




                    Tabel 4.1. Lapis Permukaan dan Kualias (Grade) Beton




              Sumber : Roadwork Theory and Practice (1990)




                                                                                 38 
 
 
 
 



2. Agregat


           Agregat yang digunakan sangat bervariasi dalam suatu campuran beton.

    Kebersihan agregat juga menjadi faktor yang sangat penting. Agregat yang dipakai

    umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu :


        a. Agregat kasar, misalnya : kerikil dan batu pecah.

        b. Agregat halus, misalnya : pasir dan debu granit.


        Campuran beton berdasarkan jumlah material yang diperlukan untuk

memproduksi 1 m3 beton ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut.


                             Tabel 4.2. Proporsi Campuran Beton




Sumber : Roadwork Theory and Practice (1990)




                                                                                 39 
 
 
 
 



                                     B. Metode Sambungan


    Sambungan pada perkerasan beton semen bertujuan untuk :

        a. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh

            penyusutan dan beban lalu- lintas.

        b. Memudahkan pelaksanaan.

        c. Mengakomodasi gerakan pelat akibat beban dinamis kendaraan.


    Pada perkerasan beton terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :

        a. Sambungan memanjang.

        b. Sambungan susut melintang.

        c. Sambungan isolasi.

        Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali

    pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).



1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bars)

           Pemasangan sambungan memanjang diperlukan untuk mengendalikan

    terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar tiga sampai

    empat meter dan harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-

    24 diameter 16 mm.




                                                                                        40 
 
 
 
 



    Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

        At = 204 x b x h, dan

        l = (38,3 x φ) + 75

Dengan :

        At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2).

        b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi

             perkerasan (m).

        h = Tebal pelat (m).

        l = Panjang batang pengikat (mm).

        φ = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).


        Jarak antar batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan

memanjang diperlihatkan pada Gambar 4.1.




    Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat (Tie Bars)
                     Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)




                                                                                 41 
 
 
 
 



2. Sambungan Susut Melintang

        Sambungan susut melintang adalah sambungan yang arahnya membagi jalan

    dengan arah melintang. Kedalaman sambungan ini kurang lebih mencapai 1/4 dari

    tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau 1/3 dari tebal pelat

    untuk lapis pondasi stabilisasi semen. Sambungan susut melintang ini terdiri dari

    dua jenis, yaitu :

       a. Sambungan susut melintang tanpa ruji.

       b. Sambungan susut melintang dengan ruji.

    Detail dari kedua jenis sambungan tersebut dijelaskan dengan Gambar 4.2 dan 4.3.




                   Gambar 4.2. Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji
                    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)




                                                                                     42 
 
 
 
 




                   Gambar 4.3. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji
                     Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)




         Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa

tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan

tulangan sekitar 8 - 15 m. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan

bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji

tergantung pada tebal pelat beton sebagaimana tercantum pada Tabel 4.3.


           Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji




    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)




                                                                                    43 
 
 
 
 



    Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jaraknya




    Sumber : ACI Committee (2002)



3. Sambungan isolasi

            Sambungan isolasi adalah sambungan yang memisahkan perkerasan dengan

     bangunan yang lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama,

     persimpangan dan lain sebagainya. Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan

     bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan

     pengisi (joint filler). Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi

     diperlihatkan pada Gambar 4.5.




       (a) Simpang Tegak Lurus        (b) Simpang Lurus (Apron)   (c) Simpang Tegak



                                                                                 44 
 
 
 
 




      (d) Simpang Menyudut      (e) Simpang Jalan Terpisah   (f) Simpang Menyudut Dua
                                                                       Arah 



           Gambar 4.5. Contoh Persimpangan yang Membutuhkan Sambungan Isolasi
                 Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)



        Ada 2 jenis sambungan isolasi yaitu sambungan isolasi dengan ruji dan

sambungan isolasi tanpa ruji, yang masing- masing ditunjukkan pada Gambar 4.6.


                                    muai




    (a) Sambungan Isolasi dengan Ruji        (b) Sambungan Isolasi Tanpa Ruji

                 Gambar 4.6 Persimpangan dengan Sambungan Isolasi dan Ruji
                     Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)




                                                                                 45 
 
 
 
 



        Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan perlu

    pemasangan ruji untuk transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang pelindung

    muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang sehingga

    menutup ruji sepanjang 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup,

    dengan panjang minimum lebar sambungan isolasi ditambah 6 mm seperti

    diperlihatkan pada Gambar 4.6 (a) di atas. Ukuran ruji dapat dilihat pada Tabel 4.3

    dan 4.4.



4. Penutup Sambungan

           Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau

    benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda- benda lain yang masuk ke

    dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan blow up (pelat

    beton yang saling menekan ke atas).




                                                                                    46 
 
 
 
 



                                              BAB V

                         APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETON




            Pada bab ini disajikan hasil perencanaan jalan beton dengan kasus di Jalan Ring

Road Timur, perempatan Wonosari. Uraian dari bab ini meliputi data survei lalu lintas,

data perencanaan, desain tebal perkerasan, dan penulangan.


                                     A. Data Kendaraan

Data jumlah total kendaraan hasil survei ditunjukkan dalam Tabel 5.1 berikut.


                             Tabel 5.1. Data Jumlah Total Kendaraan


                                                  Jenis Kendaraan

    Waktu                      LV                              MV                     MC

                  Mobil    Pick Up   Truk Kecil    Bus    Truk 2 as   Truk 3 as   Sepeda Motor

    4 jam          490      171         218        158      140         101          1496

    VJP            123       43         55          40       47          26           374


Keterangan :
       a. LV (light vehicle) : semua kendaraan penumpang beroda 2 as, dan mobil

      b.     HV (heavy vehicle) : kendaraan barang dan bus dengan roda 2 as atau 3 as,

             serta truk.

       c. MC (motor cycle ) : sepeda motor.




                                                                                            47 
 
 
 
 



    d.   VJP (volume jam perencanaan) : jumlah lalu lintas yang direncanakan akan

         melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam untuk perencanaan.




                               B. Data Teknis


Data teknis jalan beton yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :


    a. Umur rencana                                = 20 tahun

    b. Tebal Pondasi bawah (dengan batu pecah) = 15 cm

    c. Faktor gesekan pondasi                      = 1,5 (batu pecah)

    d. MR beton                                    = 40 kg/ cm3

    e. Fs BJTU 39                                  = 3390 kg/ cm3

    f. Pertumbuhan lalu lintas                     = 5% per tahun

    g. Peranan Jalan                               = arteri

    h. Koefisien distribusi jalur                  = 0,7 (2 jalur 1 arah, Tabel 2.2)


Rekapitulasi jumlah kendaraan dan konfigurasi bebannya ditunjukkan dalam Tabel 5.2.




          Tabel 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kendaraan dan Konfigurasi Beban


                                                                                       48 
 
 
   
   




                                                              LHR
      Jenis Kendaraan     Konfigurasi dan Beban    VJP                  Jumlah Sumbu
                                                           (VJP/ 15%)
  Mobil Penumpang        (1 + 1) ton = 2 ton        123       820             -
  Bus                    (3 + 5) ton = 8 ton        40        267            533
  Truk 2 as              (2 + 4) ton = 6 ton        47        313            627
  truk 3 as              (6 + 14) ton = 20 ton      26        173            346




                                C. Perencanaan Tebal Pelat Beton


1. Menghitung Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama umur rencana (20 tahun).


  JKN         = 365 x JKNH x R


  JKNH = jumlah bus + jumlah truk 2 as + jumlah truk 3 as

              = 267 + 313 + 173

              = 753 kendaraan


  Faktor pertumbuhan (R) =

                                     ,
                                =
                                         ,

                                = 33,06




  Sehingga diperoleh


                                                                                   49 
   
 
    
    



   JKN = 365 x JKNH x R

          = 365 x 753 x 33,06

          = 9.092.035 kendaraan



2. Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) dan Jumlah Sumbu

   Kendaraan Niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).

   JSKN     = 365 x JSKNH x R

   JSKNH = sumbu bus + sumbu truk 2 as + sumbu truk 3 as

            = 533 + 627 + 347 = 1507



   Sehingga diperoleh

   JSKN     = 365 x JSKNH x R

            = 365 x 1507x 33,06

            = 18.184.071 kendaraan



3. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan

   terjadi selama umur rencana (20 tahun). Perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 5.3.




                                                                                      50 
    
 
    
    



                 Tabel 5.3. Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama
                                       Umur Rencana (20 Tahun).

         Konfigurasi          Volume        Beban       % Konfigurasi
                                                                          Jumlah Repetisi**
           Sumbu                          Sumbu (ton)     sumbu*
       STRT (truk 2 as)        313            2            3,11 %            19,85 x 104

       STRT (bus)              267            3            2,65 %            16,89 x 104

       STRG (truk 2 as)        313            4            3,11 %            19,85 x 104

       STRG (bus)              267            5            2,65 %            16,89 x 104

       STRT (truk 3 as)        173            6            1,46 %            9,29 x 104

       STRG (truk 3 as)        173            14           1,46 %            9,29 x 104


   *) Konfigurasi         =
                                 JSKNH

   **) Jumlah repetisi = JKN x konfigurasi sumbu x koef. distribusi jalur (Tabel 2.2)



4. Perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan 5.5.




                                                                                              51 
    
Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm, MR 40 kg/cm2 )


                                           Beban Sumbu                        Tegangan yang                 Jumlah Repetisi Beban
      Konfigurasi       Beban Sumbu                         Repetisi Beban                    Perbadingan
                                              Rencana                            Terjadi                    yang Diizinkan (Dari    % Fatigue ***
        Sumbu              (ton)                                                              Tegangan **
                                              Fk = 1,1                         (kg/ cm2) *                       Tabel 4.7)
                                                                          4
        STRT                 2            2 x 1,1   = 2,2    19,85 x 10             -              -                  -                  0
                                                                          4
        STRT                 3            3 x 1,1   = 3,3    16,89 x 10             -              -                  -                  0
                                                                          4
        STRG                 4            4 x 1,1   = 4,4    19,85 x 10             -              -                  -                  0
                                                                          4
        STRG                 5            5 x 1,1   = 5,5    16,89 x 10             -              -                  -                  0
        STRT                 6            6 x 1,1   = 6,6     9,29 x 104          26,3           0,66               6000               15,48
                                                                       4
        STRG                14            14 x 1,1 = 15,4     9,29 x 10            31            0,78               210                442,53
                                                                                                                    Total fatigue      458,01



*) Gambar ke Nomogram Gambar 2.8, 2.9, atau 2.10.
                                 T
**) Perbandingan tegangan =
                                         MR

                                 R
***) % Fatigue =
                    J




Dengan tebal pelat 12 cm didapatkan bahwa total fatigue yang terjadi 458, 01 % (> 100%), maka perhitungan harus diulang lagi dengan

pelat dipertebal menjadi 15 cm.




52 
 
 
 

                                Tabel 5.5. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm, MR 40 kg/cm2 )


                                         Beban sumbu                       Tegangan yang                    Jumlah repetisi
    Konfigurasi        Beban sumbu                        Repetisi beban                   Perbadingan
                                             rencana                          terjadi                    beban yang diizinkan
      Sumbu               (ton)                                                       2
                                                                                           tegangan **                           % Fatigue ***
                                            Fk = 1,1                         (kg/ cm )*                     (Dari Tabel 4.7)
      STRT                  2           2 x 1,1   = 2,2     19,85 x 104          -              -                    -                0
      STRT                  3           3 x 1,1   = 3,3     16,89 x 104          -              -                    -                0
      STRG                  4           4 x 1,1   = 4,4     19,85 x 104          -              -                    -                0
      STRG                  5           5 x 1,1   = 5,5     16,89 x 104          -              -                    -                0
      STRT                  6           6 x 1,1   = 6,6     9,29 x 104         19,8            0,50                  -                0
      STRG                 14           14 x 1,1 = 15,4     9,29 x 104         23,8            0,60             32000                2,90
                                                                                                                 Total fatigue       2,90



*) Gambar ke Nomogram Gambar 2.8, 2.9, atau 2.10.
                                T
**) Perbandingan tegangan =
                                       MR

                            R
***) % Fatigue =
                   J




Dengan tebal pelat 15 cm terlihat bahwa total fatigue yang terjadi hanya 2,90 % (< 100%), maka perhitungan sudah cukup dan tebal
pelat 15 cm dapat digunakan.



                                                                                                                                            53 
 
 
    
    



                                      D. Perencaaan Tulangan



   a. Koefisien gesekan pelat dengan pondasi (F)        = 1,5 (batu pecah)

   b. Jarak antar sambungan (L)                         = 10 m

   c. Tebal pelat (h)                                   = 0,15 m

   d. Tegangan tarik baja (fs)                          = 240 MPa

   e. Mutu beton (fc)                                   = 40 kg/cm2

   f. Berat jenis beton                                 = 2400 kg/ cm2

   g. Kuat tarik beton (Fct) → 0,4 – 0,5 MR             = 20 kg/cm2

   h. Modulus elastisitas baja (Es)                     = 20000 kg/cm2

   i. Tegangan leleh baja (fy)                          = 3900 kg/cm2

   j. Modulus elastisitas beton (Ec)                    = 1400        = 22136 kg/cm2

   k. Gravitasi (g)                                     = 9,81 m/s2



1. Tulangan Melintang

           FLM
   As =

           ,              ,       ,
       =

       = 110,36 mm2

   Dipakai tulangan diameter 10 mm

   As = ¼ Л d2

       = ¼ x 3,14 x 102       = 78,5 mm2




                                                                                       54 
    
 
   
   



                                ,
  Jumlah tulangan =                    = 1.4 (dipakai buah 2 tulangan) → 2D10 – 500 mm
                                ,

  Karena berdasarkan peraturan penulangan untuk arah melintang harus berjarak 300 ±

  50 mm, maka digunakan 2D10- 250 mm.


  Gambar penulangan arah melintang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah

  ini.




                         Gambar 5.1. Penulangan Arah Melintang Setiap Meternya




2. Tulangan Memanjang
                 F
  Ps =                     (1,3 – 0,2F)
             F   .F


         =                          (1,3 – 0,2 x 1,5)
                     ,

         = 0,515 %


                                                                                         55 
   
 
 
 



As perlu = Ps x 1000 x tebal pelat

          = 0,00515 x 1000 x 150

          = 772,5 mm2



Dipakai tulangan diameter 12 mm

As = ¼ Л d2

    = ¼ x 3,14 x 122

    = 113,04 mm2
                            ,
Jumlah tulangan =               = 6,8 (dipakai 7 tulangan)
                        ,

Maka penggunaan tulangan memanjang adalah 7D12 – 150 mm.

Gambar penulangan arah memanjang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah

ini.




              Gambar 5.2. Penulangan Arah Memanjang Setiap Meternya


                                                                           56 
 
 
 
 



Penulangan untuk arah memanjang dan melintang setiap segmen ditujukkan pada

Gambar di bawah ini.




      Gambar 5.3. Penulangan Arah Memanjang dan Melintang Setiap Segmen




             Gambar 5.4. Tanpak Samping Jalan yang telah Dicor Beton



                                                                              57 
 
 
 
 




    Gambar 5.5. Bagian- bagian Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan




           Gambar 5.6. Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan




                                                                         58 
 
 
     
     



                                           BAB VI

                                  KESIMPULAN DAN SARAN




Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.


A. Kesimpulan

           Dari penelitian Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton ini didapat

    kesimpulan sebagai berikut :

        a. Jenis konstruksi yang cocok dipakai untuk perencanaan jalan beton di Jalan

           Ring Road Timur, perempatan Wonosari adalah tipe JRC (jointed reinforced

           concrete). Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif sedikit dan jarak

           sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan menjadi lebih

           nyaman saat dilalui.

        b. Perencanaan untuk tebal lapisan perkerasan jalan beton diperoleh sebesar 15 cm

           dengan total fatigue sebesar 2,90 %.

        c. Penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm dan arah

           melintang sebesar D10 – 250 mm.



B. Saran


           Dalam pelaksanaan tugas akhir Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton

    ini dibutuhkan kesriusan, kesabaran dan ketelitian, terutama dalam pemasukan dan



                                                                                      59 
     
 
 
 



pengolahan data, serta dalam perhitungan. Oleh karena itu, Penulis ingin

menyampaikan beberapa saran yang sekiranya penting sebelum mengerjakan tugas

akhir tentang jalan, yaitu :


        a. Memahami teori mekanika tanah dan struktur/ konstruksi jalan yang telah

            diajarkan sebelumnya.

        b. Banyak membaca buku referesi tentang teori maupun aplikasi perencanaan

            jalan.

        c. Berkonsultasi kepada Dosen Pembimbing jika menghadapi kesulitan, baik

            dalam pengolahan data maupun dalam pembuatan laporan.

        d. Menjaga kesehatan dan stamina selama mengerjakan tugas akhir ini.




                                                                               60 
 
RIWAYAT HIDUP
                                CURRICULUM VITAE


Nama                        : Muhammad Miftakhur Riza

Jenis Kelamin               : Laki- Laki

Tempat, Tanggal Lahir: Magelang, 08 November 1989

Agama                      : Islam

Alamat Asal                : Semalen, Rt 3, Rw 2, No.88. Ngadirojo, Secang- Magelang

Alamat di Yogyakarta : Jl. Kaliurang km 5,6. Pandega Mandala No 26, Sleman- Yogyakarta

No HP                      : 085 643 699 889

Email                      : riza.inc@gmail.com 

Blog                       : www.miftakhurriza.blogspot.com

                           : www.engineerwork.blogspot.com




Riwayat Pendidikan :

    Tingkat Pendidikan                           Tempat Pendidikan                 Tahun
SD                           SD Negeri 1 Secang                                1997- 2003
                             SMP Negeri 13 Magelang                            2001-2004
SMP
                             SMA Negeri 2 Magelang
SMA                                                                            2005-2007
Sarjana Muda                 Jurusan Teknik Sipil, UGM Yogyakarta              2008 - 2011



Penguasaan Software :

         1. Microsof Office
         2. Adobe Photoshop dan Corel Draw
         3. Autocad 2D
Curriculum Vitae : Muhammad Miftakhur Riza                                             1 
 
4. Sketch Up 3D
         5. SAP 2000
         6. ETABS
         7. Plaxis



Karya Ilmiah :

NO.                            Judul                                    Pembimbing                Tahun
    1   Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan                 1. Suwardo, ST., MT., Ph.D          2011
        Beton, Studi Kasus : Jl. Ringroad Timur,
        Perempatan Jalan Wonosari, Yogyakarta


    2   Perencanaan dan Analisis Bangunan                     1. Ir. Hotma Prawoto, MT            2011
        Bertingkat dengan ETABS, Studi Kasus :                2. Agus Kurniawan, ST., MT., Ph.D
        Hotel Tentrem (9 Lantai), Yogyakarta                  3. Sularno, ST



Soft Skill                 :

             1. 10 Besar lomba pidato bahasa Inggris kota Magelang (2004).
             2. Pengurus OSIS, seksi Ketaatan Beragama (2001- 2004).
             3. Wakil Rohis (Rohani Islam) dan Divisi Humas Karisma (Keluarga Islam
                  Magelang), tahun 2005- 2006.
             4. Pembicara dan motivator untuk pengembangan diri anak- anak panti asuhan,
                  Wonosari, Yogyakarta (2010).
             5. Panitia ECC (Engineering Carrier Center), penyelenggara job fair terbesar di
                  Indonesia (2011).
             6. Penulis aktif di blog teknik sipil (www.engineerwork.blogspot.com) dan blog
                  religi- motivasi (www.miftahurriza.blogspot.com).
             7. Konsultan desain dan promosi pemasaran lembaga pendidikan bahasa Inggris
                  HHB (Happy Honey Bee), Condongcatur, Yogyakarta.
             8. Takmir Masjid Al huda, Yogyakarta. Devisi syiar dan pengembangan umat.
             9. Tim Pengajar baca Al Quran untuk anak- anak.
             10. Aktivis dan sub coordinator Tahajud Call Indonesia, wilayah Yogyakarta .


Curriculum Vitae : Muhammad Miftakhur Riza                                                   2 
 
Pengalaman Profesi :

             1. Renovasi dan Pengembang Gedung bimbingan belajar HHB, Happy Honey
                 Bee, Yogyakarta (2010).
             2. Perencana dan Pengembang Pondok Pesantren Tijanul Ilmi, Magelang (2010).
             3. Konsultan dan Pengembang Masjid Al Huda, Jalan Kaliurang km 5.6,
                 Yogyakarta (2010).
             4. Managemen konstruksi dan Pengawas pembangunan Kantor dan Showroom
                 Mobil Nissan, cabang Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT. Aneka Bangun
                 Persada.
             5. Perencana dan Konsultan pembangunan Showroom Mobil Nissan, cabang
                 NTT. Kerja sama : PT . Tri Eka Visipratama.
             6. Analisis kerusakan Jembatan Pabelan pasca erupsi Merapi (2010). Kerja sama:
                 PT. Adhi Karya.
             7. Managemen konstruksi dan analisis struktur pembangunan Hotel Tentrem (9
                 Lantai), Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT Waskitha Karya.
             8. Perencana kuda- kuda baja untuk pabrik. Klaten, Yogyakarta (2011). Kerja
                 sama : CV. Putera Mandiri.
             9. Pengabdian masyarakat dalam Perencanaan Bendung Lereng Merapi (2011).
             10. Instruktur pelatihan ETABS untuk CV. Putera Mandiri, Yogyakarta (2011).
             11. Analisis kekuatan struktur Gedung Ekonomi UGM 8 Lantai, Yogyakarta
                 (2010). Kerja sama : PT. Wijaya Karya.
             12. Analisis kekuatan struktur Gedung Fisipol UGM 6 Lantai, Yogyakarta (2010).
                 Kerja sama : PT. Wijaya Karya.
             13. Konsultan analisis struktur Ruko Pademangan 4 lantai, Jakarta (2011).
             14. Dan lain lain….




Curriculum Vitae : Muhammad Miftakhur Riza                                               3 
 

More Related Content

What's hot

Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2
Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2
Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2febri anus
 
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gablePerancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gableAfret Nobel
 
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungWSKT
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Nurul Angreliany
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokShaleh Afif Hasibuan
 
Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
Standar perencanaan struktur baja untuk jembatanStandar perencanaan struktur baja untuk jembatan
Standar perencanaan struktur baja untuk jembatanardi nasir
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 
sni 1729-2015
sni 1729-2015sni 1729-2015
sni 1729-2015WSKT
 
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedungpenulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedungAgus Fitriyanto
 
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPPERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPSumarno Feriyal
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 
Spesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatanSpesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatanDwie Cahyono
 
Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1MOSES HADUN
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenPd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenSyukri Ghazali
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012فهرودين سفي
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017NUR SETIAJI
 

What's hot (20)

Penyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan betonPenyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan beton
 
Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2
Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2
Pedoman perencanaan-drainase-jalan-2006 2
 
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gablePerancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
Perancangan struktur kuda kuda baja tipe gable
 
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
 
Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
Standar perencanaan struktur baja untuk jembatanStandar perencanaan struktur baja untuk jembatan
Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
sni 1729-2015
sni 1729-2015sni 1729-2015
sni 1729-2015
 
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedungpenulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
 
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPPERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Spesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatanSpesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatan
 
Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenPd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
 
Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
 

Similar to Perencanaan jalan beton

Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULEKPD
 
61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidram61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidramRandu Mulia
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...oswarmungkasa1
 
Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009
Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009
Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009University of Widyagama Malang
 
Daftar isi lppd
Daftar isi lppdDaftar isi lppd
Daftar isi lppdKadujajar
 
Kkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi printKkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi printRizky Dewi
 
Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891
Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891
Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891advan1111
 
49758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-4
49758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-449758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-4
49758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-4AliSurahman
 
Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107
Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107
Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107Soal Universitas Terbuka
 
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematikaPengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematikaMaya Umami
 
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGTUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGRizal Budiarta
 
02 daftar isi (updated)
02 daftar isi (updated)02 daftar isi (updated)
02 daftar isi (updated)Ifan Ifan
 
Teknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselTeknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselRio Eka Pratama
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPEKPD
 

Similar to Perencanaan jalan beton (20)

Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
 
61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidram61607365 pompa-hidram
61607365 pompa-hidram
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Cover dalam
Cover dalamCover dalam
Cover dalam
 
Job kemudi
Job kemudiJob kemudi
Job kemudi
 
Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009
Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009
Geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol no 007 bm_2009
 
Daftar isi lppd
Daftar isi lppdDaftar isi lppd
Daftar isi lppd
 
Kkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi printKkp teknik komputer bsi print
Kkp teknik komputer bsi print
 
Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891
Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891
Kkpteknikkomputerbsiprint 150723132944-lva1-app6891
 
49758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-4
49758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-449758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-4
49758806 diktat-pembinaan-olimpiade-matematika-versi-4
 
Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107
Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107
Laporan Praktek IPA Fisika - UT PGSD Praktikum IPA di SD PDGK4107
 
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematikaPengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
Pengaruh character learning education terhadap hasil belajar matematika
 
Data nisa
Data nisaData nisa
Data nisa
 
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGTUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
 
02 daftar isi (updated)
02 daftar isi (updated)02 daftar isi (updated)
02 daftar isi (updated)
 
Kata pengantar dkk
Kata pengantar dkkKata pengantar dkk
Kata pengantar dkk
 
Teknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselTeknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_diesel
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
 
5111310033
51113100335111310033
5111310033
 

Recently uploaded

Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...YulfiaFia
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfMateri Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfKamboja16
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxKalpanaMoorthy3
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfMateri Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 

Perencanaan jalan beton

  • 1. DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETON DI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROAD TIMUR, PEREMPATAN JALAN WONOSARI Perencanaan Desain dengan Jalan Beton : Oleh : Muhammad Miftakhur Riza 08/ 271740/ NT/ 13005
  • 2. PRAKATA Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu tanpa halangan yang berarti. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan di Program Diploma Teknik Sipil. Ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1. Suwardo, ST., MT., Ph.D., Selaku pembimbing dan pengarah dalam penyelesaian karya tulis ini. 2. Ir. Heru Budi Utomo, MT. Selaku Ketua Program Diploma Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 3. Kedua orang tua yang telah memberikan nasehat dan mengajarkan arti sebuah kesabaran. 4. Teman- teman dari Tahajud Call Indonesia, yang selalu membangunkan saya di sepertiga malam dan mengirim tausiah yang menyejukkan hati. 5. Takmir Masjid Al Huda yang telah memberikan motivasi dan Spiritual Problems Solving dalam setiap permasalahan hidup yang saya alami. 6. Teman- teman dari D3 teknik sipil UGM, yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini. Sebagai penutup, penulis menggunakan peribahasa yang berbunyi “Tiada Beton yang Tidak Retak”, sangat disadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk demi sempurnanya tugas akhir ini. Yogyakarta, Juli 2011 Muhammad Miftakhur Riza iii
  • 3. MOTTO DAN MOTIVASI ☼ “Barang siapa menjadikan Akhirat sebagai NIAT UTAMA, maka Allah menjadikan rasa kaya pada hatinya, urusannya dimudahkan & dunia akan mendatanginya dengan cara yang mudah”. (HR At Tirmidzi) ☼ Jika kita tidak melakukan sesuatu yang berarti, percuma berapa lama pun hidup kita di Dunia ini. ☼ Tidak ada impian yang terlalu tinggi untuk dicapai, yang ada hanyalah niat yang terlalu rendah untuk berani melangkah. ☼ Hidup bukan sekedar pilihan (pasif), tapi harus berani memilih (aktif). ☼ Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jika kita focus mencari solusi dan berhenti mencari alasan. ☼ Jangan terjebak masa lalu dan jangan terlalu sibuk memikirkan masa depan. Tapi fokuslah dengan Apa yang sedang kita lakukan saat ini. ☼ Seseorang menjadi sangat lemah saat ia sedang emosi. Maka taklukkan lah Duniamu dengan kesabaran. ☼ Jika keadaan tidak mendukung, maka dukung lah diri kita sendiri. Jangan membatasi impianmu dengan pendapat orang lain. ☼ Tanpa harapan dan semangat, kita seperti ‘mati’ sebelum mengalami kematian yang sesungguhnya. ☼ Saat kita memutuskan untuk menyerah, pada saat itu juga kita telah melepaskan suatu keberhasilan dari genggaman tangan. ☼ Ilmu yang dimiliki belum berarti, sebelum kita mau mengamalkannya. “Knowledge is nothing, but applying what you know is everything”. iv
  • 4. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………….…………………………….. i LEMBAR PENGESAHAN……...…………………………………………………. ii PRAKATA…………………………………………………………………………. iii MOTTO DAN MOTIVASI…………………………..….…………………………. iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. v DAFTAR TABEL………………………………………………..………………… viii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… ix DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. x DAFTAR NOTASI……………….……………………………….……………….. xi INTISARI DAN ABSTRACT …………………………………………………….. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1 B. Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 4 C. Manfaat Penelitian…………………………………………………………... 4 D. Batasan Masalah…………………………………………………………….. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum………………………………………………………….…………… 5 1. Tipe Konstruksi Jalan……………………….………………………….. 6 B. Landasan Teori……………………………………..……………………… 14 1. Penentuan lalu lintas harian rata- rata (LHR) …………………………. 14 2. Perencanaan Tebal Pelat Beton …………………………………………15 v
  • 5. 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perencanaan ………………………16 4. Besaran- besaran Rencana ………………………………………………17 5. Langkah- langkah Penentuan Tebal Pelat Beton ……………………….18 6. Rencana Penulangan Jalan Beton……………………………………… 27 BAB III METODOLOGI A. Pengambilan Data……………………...…………………………………… 31 1. Data konstan…………………………………………………………….. 31 2. Data tidak konstan………………………………………………………. 32 B. Metode Penelitian…………………………………………………………… 33 1. Survei Pendahuluan………………...…………………………………… 33 2. Pelaksanaan Survei………………………………………...……………. 33 a. Penjelasan cara kerja………………………………………………… 33 b. Pengambilan data konstan…………………………………………… 33 3. Alat Penelitian…………………………………………………………… 33 4. Cara Kerja……………………………………………………………….. 34 C. Cara analisis data 1. Panjang dan blebar jalan beton…………………………………………... 35 2. Tebal lapisan perkerasan…………………..……………………………... 35 3. Penulangan jalan beton…………………..………………………………. 35 4. Sambungan antar segmen…………..……………………………………. 35 5. Metode pelaksanaan………………...……………………………………. 35 6. Gambar rencana………………………………………………………….. 35 vi
  • 6. BAB IV PEMBAHASAN A. Material yang Digunakan Pada Perkerasan Kaku…………………………... 36 1. Beton…………………………………...……………………………….. 36 2. Agregat…………………………………………………………………. 39 B. Metode Sambungan………………………………………………………… 40 1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bars)……...…… 40 2. Sambungan susut melintang…………………………….……….……… 42 3. Sambungan isolasi………………………………………………….…… 43 4. Penutup sambungan………………………….………………………….. 46 BAB V APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETON A. Data Kendaraan………………………………….………………………… 47 B. Data Teknis……………………………………………….………………... 48 C. Perencanaan Tebal Pelat Beton………………………….……………........ 49 D. Perencaaan Tulangan……………………………….……………………… 54 1. Tulangan Melintang ………………………………..………………….. 54 2. Tulangan Memanjang ………………………….….………………...… 55 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 59 B. Saran………………………………………………………………………. 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii
  • 7. DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur….…….. 8 Tabel 2.2. Koefisien Distribusi Jalur………………………………………………. 20 Tabel 2.3. Faktor Keamanan………………………………………………………. 20 Tabel 2.4. Perbandingan Tegangan dan Jumlah Repetisi yang Diizinkan………… 21 Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah…. 29 Tabel 4.1. Lapis Permukaan dan Kualias (Grade) Beton………………….……… 38 Tabel 4.2. Proporsi Campuran Beton……………………………………………… 39 Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji………..… 43 Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jarak... 44 Tabel 5.1. Data Jumlah Total Kendaraan…………………………………………. 47 Tabel 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kendaraan dan Konfigurasi Beban………………. 49 Tabel 5.3. Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama Umur Rencana.. 51 Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm)…………... 52 Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm)…………... 53 viii
  • 8. DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road…..... 2 Gambar 1.2. Panjang Antrian yang Didominasi oleh Kendaraan Berat……...……. 2 Gambar 1.3. Ruas Jalan yang Dilalui Kendaraan Berat ………………….……….. 3 Gambar 1.4. Jalan Aspal yang Tergerus karena Gesekan Rem ……...………….... 3 Gambar 1.5. Jalan Aspal yang Mulai Terkelupas…………………………………. 3 Gambar 1.6. Jalan Aspal yang Retak dan Terkelupas…………………………….. 3 Gambar 2.1. Detail Lapisan Perkerasan Kaku (rigid pavement)…………………. 7 Gambar 2.2. Detail Konstruksi Jalan Beton yang Dibuat Kontinyu…………....…10 Gambar 2.3. Detail Konstruksi Jalan Beton dengan Sambungan Dowel…….……11 Gambar 2.4. Jalan Beton Tersegmen dengan Tulangan dan Dowel…………....… 12 Gambar 2.5. Jalan Raya Tajur, Kota Bogor……………………………….……… 13 Gambar 2.6. Jalan Raya Palbapang, Kota Magelang…………………….……….. 13 Gambar 2.7. Alur Perhitungan Tebal Pelat Beton………………………..………. 23 Gambar 2.8. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)….……… 24 Gambar 2.9. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)…….…….. 25 Gambar 2.10. Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG)…….….. 26 Gambar 2.11. Alur Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Bersambung….…… 30 Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, perempatan Wonosari…... 32 Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat…….…. 41 Gambar 4.2. Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji……………………….…... 42 Gambar 4.3. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji……………………….…. 43 Gambar 4.5. Contoh Persimpangan yang Membutuhkan Sambungan Isolasi…..... 45 Gambar 4.6. Contoh Persimpangan dengan Sambungan Isolasi dan Ruji…..….….45 Gambar 5.1. Penulangan Arah Melintang Setiap Meternya………………...……55 ix
  • 9. Gambar 5.2. Penulangan Arah Memanjang Setiap Meternya…………………....56 Gambar 5.3. Penulangan Arah Memanjang dan Melintang Setiap Segmen……. 57 Gambar 5.4. Tanpak Samping Jalan yang telah Dicor Beton………………..…. 57 Gambar 5.5. Bagian- bagian Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan….….... 58 Gambar 5.6. Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan……….…………..…….58 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Detail Lokasi Jalan yang Disurvei……………………… 61 Lampiran 2. Gambar Penulangan Setiap Segmen…………………………….. 62 Lampiran 3. Gambar Pembagian Segmen Jalan Beton………………………. 63 x
  • 10. DAFTAR NOTASI As = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat) Ec = Modulus elastisitas beton (1400 (kg/cm2) Es = Modulus elastisitas baja (20000 kg/cm2) F = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (Tabel 4.8) Fc = Mutu beton Fct = Kuat tarik langsung beton Fs = Tegangan tarik baja Fy = Tegangan leleh baja () g = Gravitasi (m/s2) h = Tebal pelat (m) i = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dalam persen (%) JKN = Jumlah kendaraan niaga JKNH = Jumlah kendaraan niaga harian) JSKNH = Jumlah sumbu kendaraan niaga harian L = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m). L = Jarak antar sambungan (L) M = Berat per satuan volume pelat (kg/m3). n = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec) Ps = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas penampang beton (%). R = Faktor pertumbuhan VJP = volume jam perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam perencanaan. xi
  • 11. Intisari Beban kendaraan kelas berat yang sering melewati dan berhenti di Pendekat Utara Simpang Jalan Wonosari, Ring Road Timur menyebabkan kerusakan pada jalan aspal, seperti lendutan, retakan, dan jalan aspal yang mengelupas. Kasus tersebut harus segera diatasi untuk mencegah kerusakan yang diperkirakan akan semakin parah. Penelitian yang dilakukan berusaha untuk mengatasi dampak kerusakan yang terjadi pada jalan aspal tersebut, yaitu dengan perencanaan jalan beton. Metode studi yang pertama dilakukan adalah dengan menganalisis panjang dan lebar jalan aspal yang akan direncanakan menjadi jalan beton, kemudian mensurvei jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut, terutama untuk kendaraan kelas berat dengan bobot melebihi lima ton, seperti : Truk 3 as, kontainer, dan truk gandeng. Data yang diperoleh digunakan sebagai asumsi dalam perencanaan jalan beton bertulang dengan sambungan, yang meliputi tebal lapisan perkerasan dan penulangan. Dari hitungan yang telah dilakukan diperoleh lapisan perkerasan beton dengan tebal 150 mm dan penulangan arah melintang sebesar D10 – 250 mm serta penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm. Kata Kunci : jalan beton, lapisan perkerasan, kerusakan jalan aspal, beban kendaraan berat, penulangan. Abstract Heavy load vehicles that frequently pass though and stop at the North approach Wonosari Crossroads, East Ring Road causing damage of the asphalt road, such us deflection, cracking, and peeling asphalt road. This case should be treated immediately to prevent damage that is expected to become worse. This research carried out to try to overcome the effect of damage the asphalt road with planning of rigid pavement. The first methode of study carried by analyzing the length and width of road that will be planned into rigid pavement, and then observe the number of vehicles that passing the road, especially for heavy vehicles weighing more than five ton, such us : Truck 3 as, containers, and truck trailers. The data are used as assumption in the planning of the roads of rigid concreate with connection, which include a thick layer of pavement and reinforcement. The account that has been achieved with a thick layer of reinforced concrete is 150 mm and the bar transverse direction is D10- 250 mm, and bar reinforcement to longitudinal direction is D12- 150mm. Keywords : rigid pavement, pavement layer, damage of asphalt roads, heavy load vevicle, reinforcement. xii
  • 12.       BAB I PENDAHULUAN   Pada bab pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang penggunaan jalan beton, tujuan, manfaat, dan batasan masalah. A. Latar Belakang Saat ini jalan beton relatif banyak digunakan di jalan- jalan ibukota maupun di daerah- daerah yang mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas tinggi. Beban kendaraan yang relatif besar dan arus lalu lintas yang semakin padat menjadi alasan utama pemilihan jalan beton. Terlebih lagi strukturnya yang lebih kuat, awet, dan bebas perawatan. Alasan itulah yang menjadi dasar mengapa jalan beton banyak dipilih. Berbeda dengan tipe jalan aspal yang membutuhkan perawatan rutin setiap tahunnya. Saat cuaca tidak menentu seperti hujan yang terus terjadi sekarang ini, jika konstruksi aspal tidak direncanakan dengan baik akan mudah mengelupas, berlubang, dan tergerus oleh air. Jalan beton menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi kerusakan- kerusakan yang terjadi pada jalan aspal. Oleh karena itu, tugas akhir ini disusun untuk mengetahui karakteristik jalan beton, material apa saja yang digunakan, metode sambungan, penulangan, dan aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan dengan studi 1   
  • 13.       kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Jalan Wonosari. Kerusakan- kerusakan yang terjadi pada jalan aspal tersebut disebabkan karena beban kendaraan yang relatif berat, sebagai solusinya jalan aspal tersebut akan direncanakan dengan jalan beton. Kondisi jalan aspal yang disurvei ditunjukkan dalam Gambar berikut : Gambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road Timur saat Lampu Merah Gambar 1.2. Panjang Antrian yang Didominasi oleh Kendaraan Berat 2   
  • 14.       Beban kendaraan yang relatif berat menyebabkan jalan aspal melendut dan terjadi retakan di beberapa tempat seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Gambar 1.3. Ruas Jalan yang Dilalui Gambar 1.4. Jalan Aspal yang Tergerus Kendaraan Berat karena Gesekan Rem Gambar 1.5. Jalan Aspal yang Mulai Gambar 1.6. Jalan Aspal yang Retak Terkelupas dan Terkelupas 3   
  • 15.       B. Tujuan Penelitian Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik jalan beton, material yang digunakan, konstruksi lapisan perkerasan, dan aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan, dengan studi kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Wonosari. C. Manfaat Penelitian Dari kegiatan studi yang telah dilakukan, hasilnya diharapkan dapat berguna dan diaplikasikan dalam perencanaan jalan beton, baik sebagai teori maupun dalam aplikasi di lapangan, sebagai solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada jalan aspal yang diakibatkan oleh kepadatan dan beban lalu lintas yang padat terutama di kota- kota besar di Indonesia. D. Batasan Masalah Studi ini mencakup berbagai faktor dalam perencanaan jalan beton yang meliputi : a. Karakteristik jalan beton (sifat struktur, kelebihan, dan kekurangan). b. Konstruksi lapisan perkerasan. c. Aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan. 4   
  • 16.       BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jalan beton menjadi solusi yang efektif untuk menanggulangi kerusakan jalan aspal akibat beban kendaraan yang terlalu berat. Pada bab ini akan dijelaskan dasar- dasar dan ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan jalan beton. A. Umum Pada dasarnya jalan beton direncanakan untuk menopang beban kendaraan lalu lintas yang relatif berat dan padat, seperti pada perberhentian pintu masuk jalan tol, perberhentian lampu merah, tempat parkir, dan tikungan- tikungan tajam. Dalam perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003. Pedoman ini diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements (1992). Dalam penerapannya, perencana dan pelaksana harus mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan di sekitar lokasi proyek, sehingga tidak mengganggu atau merusak lingkungan sekitar. 5   
  • 17.       1. Tipe Kostruksi Jalan Arthur (1999) mengatakan bahwa pada perkerasan jalan dikenal dua macam tipe konstruksi yaitu : a. Jalan aspal (fleksibel pavement), yang jenisnya terdiri dari : (1) Aspal keras (asphalt cement) (2) Aspal cair (liquid asphalt) (3) Aspal emulsi (emulsion asphalt) b. Jalan beton (rigid pavement), yang jenisnya terdiri dari : (1) Beton tanpa tulangan (URC, unreinforced concrete) (2) Beton bertulang dan sambungan (JRC, jointed reinforced concrete) (3) Pelat beton menerus dan bertulang (CRCP, concrete pavement) Pada dasarnya, perbedaan utama antara jalan beton dengan jalan aspal adalah terletak pada lapisan perkerasan di atasnya, jenis material yang digunakan, dan metode pengerjaan. Wiryanto (2010) mengatakan bahwa perkerasan jalan beton dilaksanakan dalam beberapa tahap, mulai dari pekerjaan tanah (urugan dan galian), pembuatan lapis pondasi, dan lapisan di atasnya (berupa beton). Susunan lapis perkerasan untuk jalan beton ditunjukkan dalam Gambar 2.1. 6   
  • 18.       Gambar 2.1. Detail Lapisan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Sumber : Pavement Design Guide (1992) Susunan lapisan perkerasan jalan beton tersebut terdiri dari dua lapis, yaitu lapisan beton dan lapisan pondasi di bawahnya. Lapisan perkerasan beton dikerjakan secara per segmen dan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapisan pondasi yang bisa berupa material berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus (lean- mix concrete) dengan tebal minimal 10 cm. Hal ini tentu berbeda dengan jalan aspal yang konstruksinya terdiri dari tiga lapis, yaitu: lapisan aspal, lapisan pondasi atas, dan lapisan pondasi bawah. Karena kekuatan jalan aspal lebih didukung oleh lapisan perkuatan pondasi di bawahnya, maka pondasi untuk konstruksi jalan aspal relatif lebih tebal (minimal 12- 15 cm). Perbedaan- perbedaan antara perkerasan lentur (fleksibel pavement) dengan perkerasan kaku (rigid pavement) dijelaskan pada Tabel 2.1. 7   
  • 19.       Tabel 2.1. Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur NO PERBEDAAN PERKERASAN KAKU PERKERASAN LENTUR 1. Distribusi tegangan Merata. Terpusat. 2. Susunan perkerasan Dua lapis yaitu : lapis beton dan Tiga lapis yaitu : lapis aspal, lapis lapis pondasi. pondasi atas, dan lapis pondasi bawah. 3. Tebal sub base Relatif lebih tipis. Relatif lebih tebal. 4. Kekuatan Lebih ditentukan oleh tebal dan Ditentukan lapisan pondasi di kualitas beton itu sendiri. bawah (maka pondasi lebih tebal). 5. Perawatan Lebih awet, direncanakan 20- 40 Perawatan berkala 3- 5 tahun. tahun. 6. Daya tahan beban Untuk menahan beban lalu lintas Untuk menahan beban lalu lintas berat. ringan dan sedang. 7. Metode pengerjaan Per segmen (dengan bekisting). Langsung dihamparkan. Biasanya hanya pada sambungan Mahal (mencapai dua kali lebih 8. Biaya perawatan (biaya relatif kecil). mahal dari perkerasan kaku). 8   
  • 20.       Wiryanto (2010) mengatakan bahwa jalan beton dari sisi perilaku strukturnya memang terlihat lebih baik, tegangan yang timbul akibat beban yang sama relatif lebih kecil, sehingga tidak diperlukan lapisan bawah (base- course) yang tebal. Namun karena materialnya dari beton, maka pengaruh kembang susut (shrinkage) akibat perubahan suhu menjadi dominan. Hal inilah yang menyebabkan konstruksi jalan beton memiliki dua metode pengerjaan yaitu: a. Jalan beton dibuat kontinyu Jalan beton dibuat memanjang dengan jarak antar segmen sampai 15 meter, maka untuk mengantisipasi pengaruh kembang susut pada jalan tersebut harus dipasang tulangan baja sebagai tulangan susut. Meskipun jumlahnya relatif kecil, tetapi penggunaan tulangan baja menyebabkan jalan beton menjadi mahal dan pengerjaannya akan lebih kompleks. Detail dari jalan beton yang dibuat kontinyu ditunjukkan pada Gambar 2.2. 9   
  • 21.       Gambar 2.2. Detail Konstruksi Jalan Beton yang Dibuat Kontinyu Sumber : Pavement Design Guide (1992) b. Jalan beton disekat- sekat dengan siar dilatasi. Jalan beton dibuat dengan pengerjaan per segmen yang terpisah- terpisah untuk mengatasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut tanpa perlu memasang tulangan susut. Biaya yang dikeluarkan akan lebih murah jika dibandingkan dengan pengerjaan jalan beton yang dibuat kontinyu. Namun akibatnya, jalan ini menjadi tidak nyaman karena tegangan pada bagian pinggir segmen menjadi besar, maka untuk mengatasinya kedua segmen yang berdekatan dipasangi dowel/ ruji. 10   
  • 22.       Detail dari jalan beton yang di sekat- sekat dengan siar dilatasi ditunjukkan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Detail Konstruksi Jalan Beton dengan Sambungan Dowel Sumber : Pavement Design Guide (1992) Adanya segmen- segmen pada pengerjaan jalan beton menyebabkan penggunaannya tidak nyaman dan pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama karena banyaknya sambungan yang harus dipasang. Oleh karena itu, dikembangkan suatu konstruksi lain yang merupakan kombinasi kedua cara di atas, yaitu konstruksi jalan beton tersegmen dengan tulangan dan dowel, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.4. 11   
  • 23.       Gambaran crack yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 tersebut terjadi karena kembang susut, bukan karena beban. Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif sedikit dan jarak sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan menjadi lebih nyaman saat dilalui. Gambar 2.4. Jalan Beton Tersegmen dengan Tulangan dan Dowel Sumber : Pavement Design Guide (1992 ) 12   
  • 24.       Gambar 2.5 dan 2.6 berikut menunjukkan aplikasi jalan beton yang telah banyak digunakan di kota- kota besar di Indonesia. Gambar 2.5. Jalan Raya Tajur, Kota Bogor Gambar 2.6. Jalan Raya Palbapang, Kota Magelang 13   
  • 25.       B. Landasan Teori Susunan lapisan perkerasan jalan beton terdiri dari dua lapis, yaitu lapis beton dan lapis pondasi di bawahnya. Lapis beton tersebut dikerjakan secara per segmen dengan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapis pondasi yang bisa berupa material berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus (lean- mix concrete) dengan tebal minimal 10 cm. Konstruksi jalan beton dengan sistem sambungan dowel, siar dilatasi, dan tulangan membuat jalan beton lebih kuat dan nyaman jika dilalui, karena beban yang timbul dari beban kendaraan dapat disalurkan dengan merata ke semua bagian segmen jalan beton dengan jarak antar segmen yang lebih panjang. Sambungan dowel berfungsi sebagai pengikat atau penyatu antar segmen. Siar dilatasi berfungsi untuk memberikan celah atau ruang untuk pemuaian, dan pemasangan tulangan susut berfungsi untuk mengatasi pengaruh kembang susut beton (shrinkage). 1. Penentuan lalu lintas harian rata- rata (LHR) Lalu lintas harian rata- rata (LHR) secara kasar dapat diperoleh dengan survei lalu lintas selama 4 jam, kemudian volume kendaraan yang diperoleh dirata- rata tiap jam. LHR digunakan sebagai volume jam perencanaan, yaitu volume yang digunakan untuk perencanaan teknik jalan. Perhitungannya adalah sebagai berikut : 14   
  • 26.       VJP = K x LHR , atau VJP LHR = …………………………………………..………………. (2.B-1) K Dimana : VJP = volume jam perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam perencanaan. K = faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk keberapa, serta jenis jalan antar kota (bernilai 10 – 15%) atau jalan dalam kota (bernilai lebih kecil). 2. Perencanaan Tebal Pelat Beton Dalam perencanaan perkerasan kaku, tebal pelat beton dihitung agar mampu memikul tegangan yang ditimbulkan oleh : a. Beban roda kendaraan. b. Perubahan suhu dan kadar air. c. Perubahan volume pada lapisan di bawahnya. Secara aplikatif, berdasarkan “Concrete Pavement Design Guidance Notes” perencanaan tebal pelat untuk perkerasan beton adalah sebagai berikut : 15   
  • 27.       a. Beton tanpa tulangan (URC, unreinforced concrete) dengan ketebalan pelat antara 150 mm – 500 mm. b. Beton bertulang dan sambungan (JRC, jointed reinforced concrete) dengan ketebalan pelat antara 200 mm – 300 mm. c. Pelat beton menerus dan bertulang (CRCP, concrete pavement) dengan ketebalan pelat antara 200 mm – 300 mm. Untuk perhitungan secara konservatif, diterapkan prinsip kelelahan (fatigue) dimana dianggap apabila perbandingan tegangan yang terjadi pada beton akibat beban roda terhadap kuat lentur beton (Modulus of Rapture, MR) menurun, maka jumlah repetisi pembebanan sampai runtuh (failure) akan meningkat. Apabila perbandingan tegangan tersebut sangat rendah, maka beton akan mampu memikul repetisi tegangan yang tidak terbatas tanpa kehilangan kekuatannya. 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perencanaan a. Lalu Lintas Variable- variable lalu lintas yang berpengaruh adalah : (1) Volume lalu lintas. (2) Konfigurasi sumbu dan roda. (3) Beban sumbu. (4) Ukuran dan tekanan ban. 16   
  • 28.       (5) Pertumbuhan lalu lintas. (6) Jumlah jalur dan arah lalu lintas.. b. Umur Rencana Umur rencana perkerasan jalan ditentukan berdasarkan pertimbangan peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi jalan. c. Kapasitas Jalan Kapasitas maksimum jalan yang direncanakan harus dipandang sebagai pembatasan. d. Tanah dasar Dalam merencanakan tebal pelat beton perkerasan kaku, keseragaman daya dukung tanah sangat penting. Pengujian daya dukung nilai tanah (nilai k) untuk jalan beton sebaiknya berupa uji plate bearing. Dengan modulus reaksi tanah dasar (k) minimum 2 kg/cm3. 4. Besaran- besaran Rencana a. Umur Rencana Perkerasan kaku bisa direncanakan dengan umur rencanca 20- 40 tahun. b. Lalu Lintas Rencana 17   
  • 29.       (1) Lalu lintas harus dianalisa berdasarkan atau hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu berdasarkan data terakhir (≤ 2 tahun terakhir). (2) Untuk keperluan perkerasan kaku, hanya kendaraan niaga yang mempunyai berat total minimum 5 ton yang ditinjau dengan kemungkinan 3 konfigurasi sumbu sebagai berikut : (a) Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT), misalnya: mobil penumpang. (b) Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG), misalnya: bus. (c) Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG), misalnya: truk 3as dan truk gandeng. 5. Langkah- langkah Penentuan Tebal Pelat Beton a. Menghitung JKNH (jumlah kendaraan niaga harian) pada tahun pembukaan. b. Menghitung JKN (jumlah kendaraan niaga) selama umur rencana. JKN = 365 x JKNH x R ………………………………………… (2.B-2) R = Faktor pertumbuhan = ………………………………...…………… (2.B-3) 18   
  • 30.       Dimana : i = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dalam persen (%). n = Umur rencana. c. Menghitung JSKNH (jumlah sumbu kendaraan niaga harian), kemudian menghitung JSKN (jumlah sumbu kendaraan niaga) selama umur rencana. JSKN = 365 x JSKNH x R ………………….………………………(2.B-4) e. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan terjadi selama umur rencana. J Persentase beban sumbu = ….... (2.B-5) JSKNH Repetisi yang akan terjadi = JKN x persentase jumlah sumbu x koef. distribusi jalur (dari Tabel 2.2) 19   
  • 31.       Tabel 2.2. Koefisien Distribusi Jalur Kendaraan Niaga Jumlah Jalur 1 Arah 2 Arah 1 Jalur 1 1 2 Jalur 0,70 0,50 3 Jalur 0,50 0,475 4 Jalur - 0,45 5 Jalur - 0,425 6 Jalur - 0,40 Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) e. Besarnya beban sumbu rencana dihitung dengan cara mengalikan beban sumbu yang ditinjau dengan Faktor Keamanan (FK) yang ditunjukkan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Faktor Keamanan Peranan Jalan FK (Faktor Keamanan) Jalan tol 1,2 Jalan Arteri 1,1 Jalan Kolektor 1,0 Jalan Lokal - Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) f. Dengan besaran- besaran beban sumbu, k dan tebal pelat yang sudah diketahui (ditaksir), besarnya tegangan yang terjadi bisa didapat dari nomogram yang bersangkutan (Gambar 2.8, Gambar 2.9, dan Gambar 2.10). 20   
  • 32.       g. Menghitung perbandingan antara tegangan yang terjadi dengan MR. h. Berdasarkan perbandingan tegangan tersebut, kemudian dari Tabel 2.4 dapat diketahui jumlah pengulangan (repetisi) tegangan yang diizinkan. Tabel 2.4. Perbandingan Tegangan dan Jumlah Repetisi yang Diizinkan Perbandingan Jumlah Pengulangan Perbandingan Jumlah Pengulangan Tegangan Beban yang Diizinkan Tegangan * Beban yang Diizinkan 0,51 + 400000 0,69 2500 0,52 300000 0,70 2000 0,53 240000 0,71 1500 0,54 180000 0,72 1100 0,55 130000 0,73 850 0,56 100000 0,74 650 0,57 75000 0,75 490 0,58 57000 0,76 360 0,59 42000 0,77 270 0,60 32000 0,78 210 0,61 24000 0,79 160 0,62 18000 0,80 120 0,63 24000 0,81 90 0,64 22000 0,82 70 0,65 8000 0,83 50 0,66 6000 0,84 40 0,67 4000 0,85 30 0,68 3500 - - Sumber : Jalan Raya 2 (2003) *) Tegangan akibat beban dibagi dengan Modulud of Rapture (MR) +) Tegangan sama dengan atau lebih kecil dari 0,50 maka pengulangan beban tak terhingga. 21   
  • 33.       i. Persentase lelah (fatigue) untuk setiap konfigurasi beban sumbu dapat dihitung dengan cara = …...... (2.B-6) j. Total fatigue dihitung dengan cara menjumlahkan besarnya persentase fatigue dari seluruh konfigurasi beban sumbu. k. Langkah- langkah yang sama (1 sampai 10) diulang untuk tebal pelat beton lainnya yang dipilih/ ditaksir. l. Tebal pelat beton yang dipilih/ ditaksir dinyatakan sudah benar/ cocok apabila total fatigue yang didapat besarnya lebih kecil atau sama dengan 100%. Alur perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan pada Gambar 2.7. 22   
  • 34.       Data  1. Jumlah Kendaraan  Mulai  2. R (Faktor Kendaraan)  Menghitung JKNH = jumlah  3. n (Umur Rencana)  kendaraan ≥ 5 Ton 4. FK (Faktor Keamanan)  Menghitung JSKN  Menghitung JKN  Menghitung JSKNH JSKN= 365x JSKNH x R  JKN = 365 x JKNH x R Menghitung Beban Sumbu  Menghitung % Beban Sumbu & Repetisi  Rencana Asumsi tebal plat Tegangan yang Terjadi                   (Gambar ke nomogram 2.8; 2.9; 2.10) Perbandingan Tegangan                 Jumlah Repetisi yang  (MR/ Tegangan yang terjadi)  Diizinkan (Tabel 2.4)  TIDAK   (Pelat Dipertebal)  Total Fatigue ≤ 100%  YA  Tebal Pelat Cukup Selesai  Gambar 2.7. Alur Perhitungan Tebal Pelat Beton 23   
  • 35.       Gambar 2.8. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT) 24   
  • 36.       Gambar 2.9. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG) 25   
  • 37.       Gambar 2.10. Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda 26   
  • 38.       6. Rencana Penulangan Jalan Beton Besi tulangan yang dipakai dalam perkerasan kaku mempunyai fungsi utama untuk : a. Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan. b. Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan. c. Mengurangi pengaruh kembang susut karena perubahan suhu. d. Mengurangi biaya pemeliharaan. Besi tulangan yang dipakai harus bersih dari oli, kotoran, karat,dan pengelupasan. Tulangan harus dipasang sebelum pembetonan dengan diberi penyangga yang ditahan pada letak yang diinginkan. Ukuran atau jarak tulangan dari permukaan beton adalah : a. 60 ± 10 mm di bawah permukaan beton, untuk tebal pelat kurang dari 270 mm. b. 70 ± 10 mm di bawah permukaan beton, untuk tebal pelat 270 mm atau lebih. a. Perencanaan Tulangan Melintang Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung menggunakan persamaan : 27   
  • 39.       FLM As = …………………………...…………………………… (2.B-7) Dimana : As = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat). F = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (lihat Tabel 2.8). L = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m). M = Berat per satuan volume pelat (kg/m3). g = Gravitasi (m/s2). h = Tebal pelat (m). fs = Kuat-tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh. Penulangan untuk arah memanjang harus berjarak 300 ± 50 mm. b. Perencanaan Tulangan Memanjang Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton bertulang menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut : F Ps = (1,3 – 0,2F) ……………………………………… (2.B-8) F .F Dimana : Ps = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas penampang beton (%). Fct = Kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm2). n = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec). 28   
  • 40.       F = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya (lihat Tabel 2.5). Es = Modulus elastisitas baja (20000 kg/cm2). Ec = Modulus elastisitas beton (1400 (kg/cm2). Tulangan dipasang tepat di tengah tebal pelat dengan jarak antar tulangan 125 ± 25 mm dari tepi pelat. Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah NO. Jenis Pondasi Faktor Gesekan (F) 1 Burtu, Lapen dan Konstruksi sejenis 2,2 2 Aspal Beton, Lataston 1,8 3 Stabilisasi Kapur 1,8 4 Stabilisasi Aspal 1,8 5 Stabilisasi Semen 1,8 6 Koral 1,5 7 Batu Pecah 1,5 8 Sirtu 1,2 9 Tanah 0,9 Sumber : Jalan Raya 2 (2003) Alur perhitungan tulangan perkerasan beton bersambung ditunjukkan pada Gambar 2.11. 29   
  • 41.       Mulai Input data  A. Tulangan Melintang  B. Tulangan Memanjang  1. F (koef. gesek), Tabel 2.5  1. Ps (persentase luas tulangan)  2. L (jarak antar segmen), 10 meter  2. Fct (kuat tarik langsung beton)  3. M (berat jenis beton), 2400kg/cm2  3. n (angka ekivalensi baja & beton (Es/Ec)  4. h (tebal pelat), meter  4. F (koef. gesek), Tabel 2.5  5. fs (teg. leleh baja), 240 MPa  5. Fy (teg. leleh baja), 3900 kg/cm2           Desain tulangan FLM F As =    Ps =  (1,3 – 0,2F)  F .F Menentukan diameter Menentukan As  Gambar Rencana  Selesai Gambar 2.11. Alur Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Bersambung 30   
  • 42.       BAB III METODOLOGI Metodologi untuk studi ini dilakukan dengan pengambilan data terlebih dahulu, kemudian hasil data yang didapatkan akan dianalisa untuk menjadi topik pembahasan. A. Pengambilan Data Dalam studi ini, dilakukan pengambilan data dengan survei langsung di lapangan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang melintas, terutama jumlah kendaraan- kendaraan berat. Survei tersebut dilakukan di Jalan Ring Road Timur, perempatan Wonosari. Pada hari Selasa, 1 Maret 2011, selama 4 jam untuk mendapatkan nilai LHR (lalu lintas harian rencana) secara kasar, dari pukul 09.30 sampai 11.30 WIB. Data yang didapat merupakan data masukan sebagai bahan analisis dalam studi ini. Jenis data yang didapat terdiri dari dua macam, yaitu data konstan dan data tidak konstan. 1. Data konstan Data konstan adalah data yang tidak berubah sehingga pengumpulan data dapat dilakukan setiap saat, seperti : durasi lampu merah, panjang, dan lebar jalan. 31   
  • 43.       2. Data tidak konstan Data tidak konstan adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan yang sifatnya dapat berubah- ubah setiap saat, seperti : jumlah dan jenis kendaraan yang melintas. Lokasi tempat survei ditunjukkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Wonosari Sumber : Google Earth Pro (2011) Untuk detail gambar lokasi survei dapat dilihat pada Lampiran 1. 32   
  • 44.       B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan sebelum penelitian di lapangan agar survei sesungguhnya dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Survei pendahuluan diperlukan untuk menentukan pos- pos lokasi survei, jumlah surveyor yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan jenis alat survei yang akan digunakan. 2. Pelaksanaan Survei Hal- hal yang dilakukan pada waktu pelaksanaan survei antara lain : a. Penjelasan cara kerja (1) Pembagian tugas berhubungan dengan lokasi survei dan jenis kendaraan setiap pengamat. (2) Cara pengisian tabel (formulir) survei. b. Pengambilan data konstan (1) Pengukuran panjang dan lebar ruas jalan yang digunakan untuk survei. 3. Alat Penelitian Dalam penelitian ini diperlukan beberapa alat penunjang, antara lain : 33   
  • 45.       a. Formulir penelitian dan alat tulis, yang digunakan untuk mencatat jumlah kendaraan yang melintas. b. Meteran, yang digunakan untuk mengukur lebar jalan yang ditinjau. c. Arloji dan stopwatch, yang digunakan unuk mencatat durasi lampu merah. 4. Cara Kerja Untuk mendapatkan data jumlah kendaraan, 3 surveyor memposisikan diri pada tempat yang sekiranya dapat melihat semua kendaraan yang akan melintasi simpang tersebut, baik dalam keadaan berbelok (kanan/ kiri) ataupun lurus setelah berhenti karena lampu merah. Surveyor mengamati dan mencatat jumlah kendaraan bermotor yang melintas pada simpang jalan tersebut sesuai ketentuan yang telah di sepakati mengenai jenis kendaraan yang akan di amati, kemudian memasukkan data tersebut ke dalam tabel (formulir ). Kendaraan yang diamati dibedakan menjadi : a. Light vehicle (LV) : semua kendaraan penumpang beroda dua as dan mobil. b. Heavy vehicle (HV) : kendaraan barang dan bus dengan roda dua as atau tiga as, dan truk. c. Motor cycle (MC) : sepeda motor. 34   
  • 46.       C. Cara Analisis Data Setelah pengambilan data yang meliputi lebar jalan, panjang, dan jumlah arus kendaraan didapatkan. Semua formulir dikumpulkan dan dianalisa untuk merencanakan jalan beton. Perencanaan tersebut meliputi : 1. Panjang dan lebar jalan beton Panjang dan lebar diukur sebagai acuan untuk perencanaan pembetonan. 2. Tebal lapisan perkerasan (dengan beton) Jalan aspal yang lama akan dibongkar dan lapisan perkerasannya diganti dengan lapis perkerasan beton. 3. Penulangan jalan beton Jalan beton yang direncanakan adalah jenis beton bertulang dengan sambungan tipe JRC (jointed reinforced concrete). 4. Sambungan antar segmen Sambungan antar segmen dalam perencanaan adalah setiap 10 meter. 5. Metode pelaksanaan Pelaksanaan pembetonan akan dilaksanakan secara per segmen dengan metode konstruksi selang- seling. 6. Gambar rencana Setelah semua perencanaan selesai, maka akan digambar detail penulangan, panjang, dan lebarnya. 35   
  • 47.       BAB IV PEMBAHASAN Kualitas campuran beton dipengaruhi oleh sifat bahan, komposisi, dan pelaksanaannya. Untuk menghasilkan campuran beton yang sesuai dengan perencanaan, maka mutu beton dan komposisinya harus diperhatikan. Bab pembahasan ini membicarakan jenis material yang digunakan dalam perkerasan jalan beton, metode sambungan, perencanaan tebal pelat beton, dan penulangannya. A. Material yang Digunakan pada Perkerasan Kaku 1. Beton Beton adalah campuran dari bahan agregat, semen dan air dengan komposisi tertentu. Beton yang digunakan untuk lapisan pada perkerasan kaku dihamparkan di atas lapisan pondasi atas yang biasanya tersusun dari batuan. Prosesnya, semen membentuk ikatan di dalam campuran, kemudian air yang ditambahan membantu proses reaksi kimia yang mengubah semen yang kering menjadi perekat. Bila air terlalu sedikit, maka reaksinya menjadi tidak sempurna dan air yang terlalu banyak juga akan mengurangi kualitas atau mutu beton yang dihasilkan. Campuran antar material juga sangat penting. Idealnya, setiap partikel agregat diselimuti oleh semen terlebih dahulu sebelum ditambahkan air. Kekuatan 36   
  • 48.       campuran yang tepat dari beton terutama disebabkan oleh agregat kasar. Bagian agregat halus harus diberikan secara tepat dan cukup untuk mengisi rongga atau celah antar agregat kasar yang ukurannya relatif besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu atau kualitas beton tergantung pada : a. Komposisi jumlah semen, agregat halus, dan agregat kasar di dalam campuran. b. Efisiensi campuran. c. Kekuatan tumbukan dari agregat kasar (mutu agregat). d. Kebersihan agregat dari lumpur dan zat- zat kimia lainnya. e. Jenis semen yang digunakan. f. Jumlah air yang digunakan (umumnya dengan ukuran rasio air/ semen). g. Tingkat pemadatan. h. Efisiensi pengeringan beton (curing). Campuran beton didasarkan pada kekuatan rata- rata benda uji kubus beton. Jika syarat kekuatan sudah ditentukan, maka campuran harus didesain untuk memenuhi syarat tersebut. Campuran beton umumnya ditentukan berdasarkan berat berbagai macam material yang digunakan. Perbedaan campuran ditentukan berdasarkan tingkat (grade) yang menggambarkan kekuatan minimum beton. Contohnya campuran beton grade 30 mempunyai kekuatan tekan pada usia 28 hari sebesar 30 N/mm2. 37   
  • 49.       Dalam proyek jalan, biasanya beton telah dipesan dalam bentuk ready mix dari tempat pencampuran dalam mixer truck dan supplier sangat bertanggung jawab terhadap kualitas/ mutu beton yang akan direncanakan. Perbandingan tingkat kekuatan beton untuk perkerasan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Lapis Permukaan dan Kualias (Grade) Beton Sumber : Roadwork Theory and Practice (1990) 38   
  • 50.       2. Agregat Agregat yang digunakan sangat bervariasi dalam suatu campuran beton. Kebersihan agregat juga menjadi faktor yang sangat penting. Agregat yang dipakai umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Agregat kasar, misalnya : kerikil dan batu pecah. b. Agregat halus, misalnya : pasir dan debu granit. Campuran beton berdasarkan jumlah material yang diperlukan untuk memproduksi 1 m3 beton ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Proporsi Campuran Beton Sumber : Roadwork Theory and Practice (1990) 39   
  • 51.       B. Metode Sambungan Sambungan pada perkerasan beton semen bertujuan untuk : a. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan dan beban lalu- lintas. b. Memudahkan pelaksanaan. c. Mengakomodasi gerakan pelat akibat beban dinamis kendaraan. Pada perkerasan beton terdapat beberapa jenis sambungan antara lain : a. Sambungan memanjang. b. Sambungan susut melintang. c. Sambungan isolasi. Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler). 1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bars) Pemasangan sambungan memanjang diperlukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar tiga sampai empat meter dan harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU- 24 diameter 16 mm. 40   
  • 52.       Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : At = 204 x b x h, dan l = (38,3 x φ) + 75 Dengan : At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2). b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m). h = Tebal pelat (m). l = Panjang batang pengikat (mm). φ = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm). Jarak antar batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan memanjang diperlihatkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat (Tie Bars) Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) 41   
  • 53.       2. Sambungan Susut Melintang Sambungan susut melintang adalah sambungan yang arahnya membagi jalan dengan arah melintang. Kedalaman sambungan ini kurang lebih mencapai 1/4 dari tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau 1/3 dari tebal pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen. Sambungan susut melintang ini terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Sambungan susut melintang tanpa ruji. b. Sambungan susut melintang dengan ruji. Detail dari kedua jenis sambungan tersebut dijelaskan dengan Gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2. Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) 42   
  • 54.       Gambar 4.3. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan sekitar 8 - 15 m. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji tergantung pada tebal pelat beton sebagaimana tercantum pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) 43   
  • 55.       Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jaraknya Sumber : ACI Committee (2002) 3. Sambungan isolasi Sambungan isolasi adalah sambungan yang memisahkan perkerasan dengan bangunan yang lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan dan lain sebagainya. Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filler). Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi diperlihatkan pada Gambar 4.5. (a) Simpang Tegak Lurus (b) Simpang Lurus (Apron) (c) Simpang Tegak 44   
  • 56.       (d) Simpang Menyudut   (e) Simpang Jalan Terpisah (f) Simpang Menyudut Dua Arah  Gambar 4.5. Contoh Persimpangan yang Membutuhkan Sambungan Isolasi Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) Ada 2 jenis sambungan isolasi yaitu sambungan isolasi dengan ruji dan sambungan isolasi tanpa ruji, yang masing- masing ditunjukkan pada Gambar 4.6. muai (a) Sambungan Isolasi dengan Ruji (b) Sambungan Isolasi Tanpa Ruji Gambar 4.6 Persimpangan dengan Sambungan Isolasi dan Ruji Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003) 45   
  • 57.       Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan perlu pemasangan ruji untuk transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang pelindung muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang sehingga menutup ruji sepanjang 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup, dengan panjang minimum lebar sambungan isolasi ditambah 6 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6 (a) di atas. Ukuran ruji dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4. 4. Penutup Sambungan Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda- benda lain yang masuk ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan blow up (pelat beton yang saling menekan ke atas). 46   
  • 58.       BAB V APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETON Pada bab ini disajikan hasil perencanaan jalan beton dengan kasus di Jalan Ring Road Timur, perempatan Wonosari. Uraian dari bab ini meliputi data survei lalu lintas, data perencanaan, desain tebal perkerasan, dan penulangan. A. Data Kendaraan Data jumlah total kendaraan hasil survei ditunjukkan dalam Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1. Data Jumlah Total Kendaraan Jenis Kendaraan Waktu LV MV MC Mobil Pick Up Truk Kecil Bus Truk 2 as Truk 3 as Sepeda Motor 4 jam 490 171 218 158 140 101 1496 VJP 123 43 55 40 47 26 374 Keterangan : a. LV (light vehicle) : semua kendaraan penumpang beroda 2 as, dan mobil b. HV (heavy vehicle) : kendaraan barang dan bus dengan roda 2 as atau 3 as, serta truk. c. MC (motor cycle ) : sepeda motor. 47   
  • 59.       d. VJP (volume jam perencanaan) : jumlah lalu lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam untuk perencanaan. B. Data Teknis Data teknis jalan beton yang akan direncanakan adalah sebagai berikut : a. Umur rencana = 20 tahun b. Tebal Pondasi bawah (dengan batu pecah) = 15 cm c. Faktor gesekan pondasi = 1,5 (batu pecah) d. MR beton = 40 kg/ cm3 e. Fs BJTU 39 = 3390 kg/ cm3 f. Pertumbuhan lalu lintas = 5% per tahun g. Peranan Jalan = arteri h. Koefisien distribusi jalur = 0,7 (2 jalur 1 arah, Tabel 2.2) Rekapitulasi jumlah kendaraan dan konfigurasi bebannya ditunjukkan dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kendaraan dan Konfigurasi Beban 48   
  • 60.       LHR Jenis Kendaraan Konfigurasi dan Beban VJP Jumlah Sumbu (VJP/ 15%) Mobil Penumpang (1 + 1) ton = 2 ton 123 820 - Bus (3 + 5) ton = 8 ton 40 267 533 Truk 2 as (2 + 4) ton = 6 ton 47 313 627 truk 3 as (6 + 14) ton = 20 ton 26 173 346 C. Perencanaan Tebal Pelat Beton 1. Menghitung Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama umur rencana (20 tahun). JKN = 365 x JKNH x R JKNH = jumlah bus + jumlah truk 2 as + jumlah truk 3 as = 267 + 313 + 173 = 753 kendaraan Faktor pertumbuhan (R) = , = , = 33,06 Sehingga diperoleh 49   
  • 61.       JKN = 365 x JKNH x R = 365 x 753 x 33,06 = 9.092.035 kendaraan 2. Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) dan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun). JSKN = 365 x JSKNH x R JSKNH = sumbu bus + sumbu truk 2 as + sumbu truk 3 as = 533 + 627 + 347 = 1507 Sehingga diperoleh JSKN = 365 x JSKNH x R = 365 x 1507x 33,06 = 18.184.071 kendaraan 3. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan terjadi selama umur rencana (20 tahun). Perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 5.3. 50   
  • 62.       Tabel 5.3. Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama Umur Rencana (20 Tahun). Konfigurasi Volume Beban % Konfigurasi Jumlah Repetisi** Sumbu Sumbu (ton) sumbu* STRT (truk 2 as) 313 2 3,11 % 19,85 x 104 STRT (bus) 267 3 2,65 % 16,89 x 104 STRG (truk 2 as) 313 4 3,11 % 19,85 x 104 STRG (bus) 267 5 2,65 % 16,89 x 104 STRT (truk 3 as) 173 6 1,46 % 9,29 x 104 STRG (truk 3 as) 173 14 1,46 % 9,29 x 104 *) Konfigurasi = JSKNH **) Jumlah repetisi = JKN x konfigurasi sumbu x koef. distribusi jalur (Tabel 2.2) 4. Perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan 5.5. 51   
  • 63. Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm, MR 40 kg/cm2 ) Beban Sumbu Tegangan yang Jumlah Repetisi Beban Konfigurasi Beban Sumbu Repetisi Beban Perbadingan Rencana Terjadi yang Diizinkan (Dari % Fatigue *** Sumbu (ton) Tegangan ** Fk = 1,1 (kg/ cm2) * Tabel 4.7) 4 STRT 2 2 x 1,1 = 2,2 19,85 x 10 - - - 0 4 STRT 3 3 x 1,1 = 3,3 16,89 x 10 - - - 0 4 STRG 4 4 x 1,1 = 4,4 19,85 x 10 - - - 0 4 STRG 5 5 x 1,1 = 5,5 16,89 x 10 - - - 0 STRT 6 6 x 1,1 = 6,6 9,29 x 104 26,3 0,66 6000 15,48 4 STRG 14 14 x 1,1 = 15,4 9,29 x 10 31 0,78 210 442,53 Total fatigue 458,01 *) Gambar ke Nomogram Gambar 2.8, 2.9, atau 2.10. T **) Perbandingan tegangan = MR R ***) % Fatigue = J Dengan tebal pelat 12 cm didapatkan bahwa total fatigue yang terjadi 458, 01 % (> 100%), maka perhitungan harus diulang lagi dengan pelat dipertebal menjadi 15 cm. 52 
  • 64.       Tabel 5.5. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm, MR 40 kg/cm2 ) Beban sumbu Tegangan yang Jumlah repetisi Konfigurasi Beban sumbu Repetisi beban Perbadingan rencana terjadi beban yang diizinkan Sumbu (ton) 2 tegangan ** % Fatigue *** Fk = 1,1 (kg/ cm )* (Dari Tabel 4.7) STRT 2 2 x 1,1 = 2,2 19,85 x 104 - - - 0 STRT 3 3 x 1,1 = 3,3 16,89 x 104 - - - 0 STRG 4 4 x 1,1 = 4,4 19,85 x 104 - - - 0 STRG 5 5 x 1,1 = 5,5 16,89 x 104 - - - 0 STRT 6 6 x 1,1 = 6,6 9,29 x 104 19,8 0,50 - 0 STRG 14 14 x 1,1 = 15,4 9,29 x 104 23,8 0,60 32000 2,90 Total fatigue 2,90 *) Gambar ke Nomogram Gambar 2.8, 2.9, atau 2.10. T **) Perbandingan tegangan = MR R ***) % Fatigue = J Dengan tebal pelat 15 cm terlihat bahwa total fatigue yang terjadi hanya 2,90 % (< 100%), maka perhitungan sudah cukup dan tebal pelat 15 cm dapat digunakan. 53   
  • 65.       D. Perencaaan Tulangan a. Koefisien gesekan pelat dengan pondasi (F) = 1,5 (batu pecah) b. Jarak antar sambungan (L) = 10 m c. Tebal pelat (h) = 0,15 m d. Tegangan tarik baja (fs) = 240 MPa e. Mutu beton (fc) = 40 kg/cm2 f. Berat jenis beton = 2400 kg/ cm2 g. Kuat tarik beton (Fct) → 0,4 – 0,5 MR = 20 kg/cm2 h. Modulus elastisitas baja (Es) = 20000 kg/cm2 i. Tegangan leleh baja (fy) = 3900 kg/cm2 j. Modulus elastisitas beton (Ec) = 1400 = 22136 kg/cm2 k. Gravitasi (g) = 9,81 m/s2 1. Tulangan Melintang FLM As = , , , = = 110,36 mm2 Dipakai tulangan diameter 10 mm As = ¼ Л d2 = ¼ x 3,14 x 102 = 78,5 mm2 54   
  • 66.       , Jumlah tulangan = = 1.4 (dipakai buah 2 tulangan) → 2D10 – 500 mm , Karena berdasarkan peraturan penulangan untuk arah melintang harus berjarak 300 ± 50 mm, maka digunakan 2D10- 250 mm. Gambar penulangan arah melintang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Gambar 5.1. Penulangan Arah Melintang Setiap Meternya 2. Tulangan Memanjang F Ps = (1,3 – 0,2F) F .F = (1,3 – 0,2 x 1,5) , = 0,515 % 55   
  • 67.       As perlu = Ps x 1000 x tebal pelat = 0,00515 x 1000 x 150 = 772,5 mm2 Dipakai tulangan diameter 12 mm As = ¼ Л d2 = ¼ x 3,14 x 122 = 113,04 mm2 , Jumlah tulangan = = 6,8 (dipakai 7 tulangan) , Maka penggunaan tulangan memanjang adalah 7D12 – 150 mm. Gambar penulangan arah memanjang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Gambar 5.2. Penulangan Arah Memanjang Setiap Meternya 56   
  • 68.       Penulangan untuk arah memanjang dan melintang setiap segmen ditujukkan pada Gambar di bawah ini. Gambar 5.3. Penulangan Arah Memanjang dan Melintang Setiap Segmen Gambar 5.4. Tanpak Samping Jalan yang telah Dicor Beton 57   
  • 69.       Gambar 5.5. Bagian- bagian Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan Gambar 5.6. Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan 58   
  • 70.       BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. A. Kesimpulan Dari penelitian Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton ini didapat kesimpulan sebagai berikut : a. Jenis konstruksi yang cocok dipakai untuk perencanaan jalan beton di Jalan Ring Road Timur, perempatan Wonosari adalah tipe JRC (jointed reinforced concrete). Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif sedikit dan jarak sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan menjadi lebih nyaman saat dilalui. b. Perencanaan untuk tebal lapisan perkerasan jalan beton diperoleh sebesar 15 cm dengan total fatigue sebesar 2,90 %. c. Penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm dan arah melintang sebesar D10 – 250 mm. B. Saran Dalam pelaksanaan tugas akhir Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton ini dibutuhkan kesriusan, kesabaran dan ketelitian, terutama dalam pemasukan dan 59   
  • 71.       pengolahan data, serta dalam perhitungan. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang sekiranya penting sebelum mengerjakan tugas akhir tentang jalan, yaitu : a. Memahami teori mekanika tanah dan struktur/ konstruksi jalan yang telah diajarkan sebelumnya. b. Banyak membaca buku referesi tentang teori maupun aplikasi perencanaan jalan. c. Berkonsultasi kepada Dosen Pembimbing jika menghadapi kesulitan, baik dalam pengolahan data maupun dalam pembuatan laporan. d. Menjaga kesehatan dan stamina selama mengerjakan tugas akhir ini. 60   
  • 72. RIWAYAT HIDUP CURRICULUM VITAE Nama : Muhammad Miftakhur Riza Jenis Kelamin : Laki- Laki Tempat, Tanggal Lahir: Magelang, 08 November 1989 Agama : Islam Alamat Asal : Semalen, Rt 3, Rw 2, No.88. Ngadirojo, Secang- Magelang Alamat di Yogyakarta : Jl. Kaliurang km 5,6. Pandega Mandala No 26, Sleman- Yogyakarta No HP : 085 643 699 889 Email : riza.inc@gmail.com  Blog : www.miftakhurriza.blogspot.com : www.engineerwork.blogspot.com Riwayat Pendidikan : Tingkat Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun SD SD Negeri 1 Secang 1997- 2003 SMP Negeri 13 Magelang 2001-2004 SMP SMA Negeri 2 Magelang SMA 2005-2007 Sarjana Muda Jurusan Teknik Sipil, UGM Yogyakarta 2008 - 2011 Penguasaan Software : 1. Microsof Office 2. Adobe Photoshop dan Corel Draw 3. Autocad 2D Curriculum Vitae : Muhammad Miftakhur Riza                            1   
  • 73. 4. Sketch Up 3D 5. SAP 2000 6. ETABS 7. Plaxis Karya Ilmiah : NO. Judul Pembimbing Tahun 1 Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan 1. Suwardo, ST., MT., Ph.D 2011 Beton, Studi Kasus : Jl. Ringroad Timur, Perempatan Jalan Wonosari, Yogyakarta 2 Perencanaan dan Analisis Bangunan 1. Ir. Hotma Prawoto, MT 2011 Bertingkat dengan ETABS, Studi Kasus : 2. Agus Kurniawan, ST., MT., Ph.D Hotel Tentrem (9 Lantai), Yogyakarta 3. Sularno, ST Soft Skill : 1. 10 Besar lomba pidato bahasa Inggris kota Magelang (2004). 2. Pengurus OSIS, seksi Ketaatan Beragama (2001- 2004). 3. Wakil Rohis (Rohani Islam) dan Divisi Humas Karisma (Keluarga Islam Magelang), tahun 2005- 2006. 4. Pembicara dan motivator untuk pengembangan diri anak- anak panti asuhan, Wonosari, Yogyakarta (2010). 5. Panitia ECC (Engineering Carrier Center), penyelenggara job fair terbesar di Indonesia (2011). 6. Penulis aktif di blog teknik sipil (www.engineerwork.blogspot.com) dan blog religi- motivasi (www.miftahurriza.blogspot.com). 7. Konsultan desain dan promosi pemasaran lembaga pendidikan bahasa Inggris HHB (Happy Honey Bee), Condongcatur, Yogyakarta. 8. Takmir Masjid Al huda, Yogyakarta. Devisi syiar dan pengembangan umat. 9. Tim Pengajar baca Al Quran untuk anak- anak. 10. Aktivis dan sub coordinator Tahajud Call Indonesia, wilayah Yogyakarta . Curriculum Vitae : Muhammad Miftakhur Riza                            2   
  • 74. Pengalaman Profesi : 1. Renovasi dan Pengembang Gedung bimbingan belajar HHB, Happy Honey Bee, Yogyakarta (2010). 2. Perencana dan Pengembang Pondok Pesantren Tijanul Ilmi, Magelang (2010). 3. Konsultan dan Pengembang Masjid Al Huda, Jalan Kaliurang km 5.6, Yogyakarta (2010). 4. Managemen konstruksi dan Pengawas pembangunan Kantor dan Showroom Mobil Nissan, cabang Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT. Aneka Bangun Persada. 5. Perencana dan Konsultan pembangunan Showroom Mobil Nissan, cabang NTT. Kerja sama : PT . Tri Eka Visipratama. 6. Analisis kerusakan Jembatan Pabelan pasca erupsi Merapi (2010). Kerja sama: PT. Adhi Karya. 7. Managemen konstruksi dan analisis struktur pembangunan Hotel Tentrem (9 Lantai), Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT Waskitha Karya. 8. Perencana kuda- kuda baja untuk pabrik. Klaten, Yogyakarta (2011). Kerja sama : CV. Putera Mandiri. 9. Pengabdian masyarakat dalam Perencanaan Bendung Lereng Merapi (2011). 10. Instruktur pelatihan ETABS untuk CV. Putera Mandiri, Yogyakarta (2011). 11. Analisis kekuatan struktur Gedung Ekonomi UGM 8 Lantai, Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT. Wijaya Karya. 12. Analisis kekuatan struktur Gedung Fisipol UGM 6 Lantai, Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT. Wijaya Karya. 13. Konsultan analisis struktur Ruko Pademangan 4 lantai, Jakarta (2011). 14. Dan lain lain…. Curriculum Vitae : Muhammad Miftakhur Riza                            3