2. 1. N a m a : ABDUL MUCHITH. M, Ag
2. Status Marital : KAWIN
3. Alamat : DASANA INDAH BLOK TE 1/17
4. Kantor : YPISB
5. Kontak : 08151624339/087880953432
: 082114668002
6. Face Book : abdul muchith
7. E – Mail : abdul_muchith@yahoo.com
8. PIN BB :59efaba2
PEKERJAAN
1. Dosen PAI FTKE Universitas Trisakti
2. Dosen fakultas Tarbiyah Universitas Satyagama Jakarta
3. Dosen PAI STTPLN Jakarta
4. Guru PAI SD, SMP dan SMA SUNAN BONANG
5. Dakwah dan Motivasi
Assalamualaikum
6. Suatu ketika malaikat Jibril diperintah
oleh Allah untuk bertanya kepada kerbau,
apakah ia senang dan bahagia diciptakan
sebagai seekor kerbau. Maka pergilah
Jibril menemui kerbau yang ketika itu
sedang berenang di sebuah sungai di
bawah teriknya sinar matahari. Jibril pun
bertanya kepadanya, “Hai Kerbau, apakah
engkau senang dan bahagia diciptakan
sebagai seekor kerbau?”.
7. Kerbau menjawab :
“Alhamdulillâh saya senang dan bahagia
sekali diciptakan Allah menjadi seekor
kerbau, sehingga saya bisa berenang di
air sungai seperti ini. Daripada aku
diciptakan sebagai seekor kelelawar
yang mandi dengan air kencingnya
sendiri.”
8. Kemudian, malaikat Jibril pun
berangkat menemui kelelewar dan
menanyakan apakah dia senang dan
bahagia diciptakan sebagai kelelawar.
Kelelawar pun menjawab :
“Alhamdulillâh saya sangat senang dan
bahagia diciptakan menjadi kelelawar,
dengan sayap yang diberikan Allah
saya bisa terbang ke mana saja dalam
waktu yang singkat dan cepat.
Daripada saya diciptakan sebagai
seekor ulat yang ukuran tubuhnya kecil
dan berjalan melata di atas bumi”.
9. Malaikat Jibrilpun berangkat menemui
ulat dan bertanya kepadanya apakah ia
senang dan bahagia diciptakan sebagai
seekor ulat.
Ulatpun menjawab, “Alhamdulillâh saya
sangat senang dan bahagia diciptakan
sebagai seekor ulat, walaupun berjalan
melata di muka bumi namun masih dapat
menyaksikan dan menatap cahaya
matahari. Tidak seperti cacing yang
hidup di dalam tanah, tidak berani
menatap matahari dan berjalan menarik
tubuhnya”.
10. Maka Jibril pun berangkat menemui cacing dan
bertanya kepadanya apakah ia senang dan
bahagia diciptakan menjadi seekor cacing.
Cacingpun menjawab, “Alhamdulillâh saya
senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor
cacing.
Walaupun tubuh saya kecil dan berdiam di
dalam tanah serta tidak bisa menatap matahari,
namun kalau saya nanti mati saya tidak akan
mempertanggungjawabkan apa yang telah aku
lakukan kepada Tuhan, ….
11. dari pada saya diciptakan menjadi
manusia yang sempurna, namun jika
dia tidak mampu beramal kebajikan
dan menggunakan kesempurnaannya
itu untuk beribadah kepada Tuhan,
maka selamanya dia akan menerima
siksa dari Tuhan.
12. PELAJARAN
Pertama,
bahwa dalam hidup di dunia ini kita
haruslah selalu memandang ke bawah.
Jangan membiasakan diri memandang ke
atas karena akan membuat kita “silau”
karenanya. Orang yang selalu melihat ke
bawah akan senantiasa bersyukur dengan
kondisinya apapun bentuknya. Sebab, dia
akan merasakan bahwa kondisinya jauh
lebih baik dan lebih sempurna bila
dibandingkan orang lain.
13. Kedua,
manusia selaku makhluk sempurna akan
diminta pertanggungjawaban atas
kesempurnaannya itu. Allah telah
memberikan akal dan rohani kepadanya yang
tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan
itu juga manusia dibebani dengan
serangkaian tugas dan kewajiban yang mesti
ditunaikannya. Jika dia tidak mampu maka
kelak dia akan menerima siksa dari Allah.
14. Berbeda halnya dengan binatang yang
tidak akan diminta pertanggungjawaban
oleh Allah. Oleh karena itu, manusia
haruslah mempersiapkan dirinya untuk
menghadapi pertanyaan Tuhan nanti di
akhirat dengan melakukan amal-amal
shalih. Insya Allah.
15. الخامس الحـديث
•ْنَعِّئاَع ِّهللا ِّدْبَع ِّمُأ َْنيِّنِّمْؤُمْال ِّمُأْتَلاَق اَهْنَع ُهللا َي ِّضَر َةَش:ُل ْوُسَر َلاَق
وسلم عليه هللا صلى هللا:َن ِّرْمَأ يِّف َثَدْحَأ ْنَمَف ُهْنِّم َْسيَل اَم اَذَه اَوُه
دَر.[لمسلم رواية وفي ومسلم البخاري رواه:ِّمَع ْنَمَْسيَل ًالَمَع َل
دَر َوُهَف َانُرْمَأ ِّهْيَلَع]
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah
radhiallahuanha dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam bersabda: Siapa yang mengada-ada dalam urusan
(agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia
tertolak. (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat
Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan
(ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak)
16.
17. Bid’ah
Tema-tema hadits :
1. Kesempurnaan Islam : 5 : 3.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
19. Macam-Macam Bid’ah
Bid’ah terbagi menjadi dua bagian:
Pertama:
Bid’ah Dlalalah.
Disebut pula dengan Bid’ah Sayyi-ah atau Sunnah Sayyi-ah.
Yaitu perkara baru yang menyalahi al-Qur’an dan Sunnah.
Kedua: Bid’ah Huda
disebut juga dengan Bid’ah Hasanah atau Sunnah Hasanah.
Yaitu perkara baru yang sesuai dan sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah.
Tema-tema hadits :
1. Kesempurnaan Islam : 5 : 3.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
20. Bidáh memiliki 2 tinjauan secara lughah dan secara syarí. Bidáh secara
lughah berarti segala sesuatu yang tidak ada contoh atau tidak ada yang
mendahuluinya pada masanya. Adapun bidáh secara syarí adalah seperti
yang didefinisikan oleh para ulama, yaitu yang memenuhi 3 kriteria
sebagai berikut:
1. Dilakukan secara terus menerus.
2. Baru, dalam arti tidak ada contohnya.
3. Menyerupai syariát baik dari sisi sifatnya atau atsarnya. Dari sisi sifat
maksudnya seperti sifat-sifat syariát yaitu sudah tertentu waktu, tempat,
jenis, jumlah, dan tata caranya. Dari sisi atsarnya maksudnya diniati
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari pahala. Bidáh
termasuk jenis Dosa Besar, karena merupakan amal kemaksiatan namun
mengharapkan pahala.
Bidáh
21. Mashalihul Mursalah
Kalau seseorang tidak benar-benar memahami hakikat
bidáh maka dia bisa rancu dengan sesuatu yang disebut
Mashalihul Mursalah. Sepintas, antara bidáh dan
Mashalihul Mursalah ada kemiripan, namun hakikatnya
berbeda. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut :
1. Mashalihul Mursalah terjadi pada perkara duniawi atau
pada sarana (wasilah) demi penjagaan lima maqosid
syariát yaitu agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal.
Sementara bidáh terjadi pada ibadah atau ghayah.
2. Mashalihul Mursalah tidak ada tuntutan untuk
dikerjakan pada masa Nabi shallallaahu álaihi wa sallam,
adapun bidáh tuntutan untuk dikerjakannya sudah ada
pada masa Nabi shallallaahu álaihi wa sallam.
22. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA BID’AH
Jahil tentang agama. Memperkatakan urusan agama tanpa ilmu adalah dusta dan
dusta adalah haram karena ia adalah permainan dan perangkap syaitan. Firman
Allah dalam surah Al-A’raaf, ayat 33 maksudnya :
“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa
alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang
kamu tidak ketahui.”
Firman Allah dalam surah Al-An’aam, ayat 144 maksudnya :
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang berbuat dusta terhadap
Allah supaya menyesatkan manusia tanpa ilmu.”
Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang diberi fatwa tanpa ilmu, maka dosanya tertanggung atas
orang yang memberi fatwanya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Ibnu Majah dan Ad-
Darimi)
23. Mengikut hawa nafsu yaitu orang yang berpaling dari Al-
Quran dan As-Sunnah. Firman Allah dalam surah Al-Qasas,
ayat 50 maksudnya :
"Sesungguhnya mereka hanya mengikut hawa nafsu mereka
dan tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang
menurut hawa nafsu tanpa berdasarkan hidayah pertunjuk
daripada Allah“
Firman Allah dalam surah Al-Jaatsiyah, ayat 18 maksudnya :
“Kemudian Kami jadikan engkau atas satu syariat (Islam)
maka ikutilah dia dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”
24. Kagum dengan pendapat tokoh-tokoh tertentu.
Imam Syafi’e berkata : “Jika kamu dapati dalam kitabku bertentangan
dengan Sunnah Rasulullah SAW maka berkatalah dengan Sunnah
Rasulullah SAW dan tinggalkanlah pendapatku.”
Imam Ahmad berkata : “Perhatikanlah dalam urusan agama kamu
kerana sesungguhnya taqlid kepada yang bukan maksum itu adalah
tercela dan padanya membutakan kecerdikan pandangan.”
Imam Ath-Thahawi berkata : “Tidak akan bertaqlid (kepada selain
Rasul itu) kecuali orang yang fanatik atau orang yang dungu.”
25. • Terpengaruh dengan budaya kafir dan mengikutinya. Contoh :
menyambut kedatangan hari-hari atau tahun-tahun tertentu.
• Kejahilan dalam Bahasa Arab sehingga menimbulkan kesalahan
dan kesesatan. Contohnya di dalam mentafsirkan ayat Al-Quran
dan Hadith.
• Jahil mengenai Sunnah Rasulullah SAW. Menganggap semua
hadith adalah sahih dan boleh beramal dengannya sedangkan
kategori hadith : sahih, hasan, dhaif dan maudhu’.
• Jahil tentang konsep ibadah. Skop ibadah disempitkan hanya
kepada ibadah khusus sahaja sedangkan ibadah terbahagi kepada
2 : khusus dan umum.
26. Bid’ah berkembang dengan 3 sebab :
1. Amalan bid’ah yang diamalkan oleh orang alim
dan diikuti oleh orang awam karena
berkeyakinan apa yang dilakukan oleh orang
alim tersebut adalah benar.
2. Adat tradisi jahiliah yang diamalkan oleh
orang-orang Islam sebelum ini dikekalkan dan
diamalkan sebagai suatu amalan agama.
3. Sikap mendiamkan diri oleh para ulama
terhadap amalan bid’ah dalam masyarakat.
27. CARA MENCEGAH BID’AH
• Haramkan buku-buku yang mengandungi bid’ah.
• Memberi penerangan kepada masyarakat tentang bid’ah.
• Sebarkan hadith-hadith sahih Rasulullah SAW.
• Penguatkuasaan undang-undang terhadap golongan yang menyebarkan
amalan bid’ah.
• Hadith Rasululullah SAW :
“Barangsiapa di antara kamu yang melihat sesuatu kemungkaran
hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jika tidak
mampu maka hendaklah dengan lidahnya dan jika tidak mampu hendaklah
dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Muslim, Ibnu
Majah, Ahmad, At-Tirmizi dan Abu Daud)
28. KESIMPULAN
Setiap amalan dalam masyarakat kita perlu dinilai dan
diteliti dengan cermat berdasarkan al-Qur’an dan al-
Sunnah.
Ada ketikanya amalan mereka itu merupakan bid‘ah
hasanah, ada juga ketikanya bid‘ah dalalah dan
khurafat yang mesti ditentang, dan ada juga ianya
merupakan persoalan khilafiyyah (perbezaan
pendapat di kalangan ulama).
Tidak wajar melabelkan semua perlakuan yang tiada
nass khusus mengenainya di dalam satu pengertian
yang sama sebagai bid ‘ah dalalah atau sayyiah.
29. 1. N a m a : Drs. Iwan Falahudin, M.Pd.
2. Status Marital : Kawin ( 1 istri, dengan 4 anak ).
3. Alamat : Cibadak, Lebak, Banten.
4. Kantor : Kementerian Agama Republik Indonesia
Balai Diklat Keagamaan, Jakarta
5. Kontak : 0852.1802.9940.
6. Face Book : iwanfalahudin
7. E – Mail : iwandong007@gmail.com
PEKERJAAN
1. Guru MTs. MA, SMK – Manahijus Sadat LEBAK, BANTEN
2. Dosen STAI Latansa, LEBAK , BANTEN
3. Widyaiswara / Trainer - BDK Jakarta JAKARTA
Assalamualaikum