Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman Yunani Kuno hingga zaman kontemporer, termasuk revolusi-revolusi ilmu yang terjadi. Perkembangan ilmu terbagi menjadi beberapa zaman yaitu zaman Yunani Kuno, zaman Pertengahan, zaman Renaissans, zaman Modern, dan zaman Kontemporer. Revolusi-revolusi ilmu seperti revolusi astronomi, fotografi, semikonduktor, industri, dan fis
2. Ilmu pengetahuan pada awalnya merupakan sebuah sistem yang dikembangkan untuk mengetahui keadaan
lingkungan disekitanya. . Pada abad ke-20 dan menjelang abad ke-21, ilmu telah menjadi sesuatu yang
substantif yang menguasai kehidupan manusia. Namun, tak hanya itu, ilmu pengetahuan yang sudah
berkembang sedemikian pesat juga telah menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan dalam kehidupan.
Perkembangan ilmu terdiri dari:
1. Zaman Yunani Kuno
(Abad 6SM-6M)
4. Zaman Modern (17-
19M)
3. Zaman Renaissans (14-
16M)
2. Zaman Pertengahan (6-
16M)
5. Zaman Kontemporer
(Abad ke-20 dan
seterusnya)
3. Ciri pemikirannya adalah kosmosentris, yakni
mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad
raya sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal
mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya
gejala. Dan beberapa tokoh filosof pada zaman ini
menyatakan pendapatnya tentang arche, antara lain :
Thales (640- 550 SM) : arche berupa air
Anaximander (611-545 SM) : arche berupa apeiron
(sesuatu yang tidak terbatas)
Anaximenes (588-524 SM) : arche berupa udara
Phytagoras (580-500 SM) : arche dapat
diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.
1. Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)
4. Selain keempat tokoh di atas ada dua filosof, yakni Herakleitos
(540-475 SM) dan Parmindes (540-475 SM) yang
mempertanyakan apakah realitas itu berubah, bukan menjadi
sesuatu yang tetap. Pemikir Yunani lain yang merupakan salah satu
yang berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan
adalah Demokritos (460-370 SM) yang menegaskan bahwa realitas
terdiri dari banyak unsur yang disebut dengan atom (atomos, dari
a-tidak, dan tomos-terbagi). Selain itu, filosof yang sering
dibicarakan adalah Socrates (470-399 SM) yang langsung
menggunakan metode filsafat langsung dalam kehidupan sehari-
hari yang dikenal dengan dialektika (dialegesthai) yang artinya
bercakap-cakap. Hal ini pula yang diteruskan oleh Plato (428-348
SM). Dan pemikiran filsafat masa ini mencapai puncaknya pada
seorang Aristoteles (384-322 SM) yang mengatakan bahwa tugas
utama ilmu pengetahuan adalah mencari penyebab-penyebab
obyek yang diselidiki. Ia pun berpendapat bahwa tiap kejadian
harus mempunyai empat sebab, antara lain penyebab material,
penyebab formal, penyebab efisien dan penyebab final.
5. 2. Zaman Pertengahan (6-16M)
Ciri pemikiran pada zaman ini ialah teosentris yang
menggunakan pemikiran filsafat untuk memperkuat
dogma agama Kristiani. Pada zaman ini pemikiran
Eropa terkendala oleh keharusan kesesuaian dengan
ajaran agama. Filsafat Agustinus (354-430) yang
dipengaruhi oleh pemikiran Plato, merupakan sebuah
pemikiran filsafat yang membahas mengenai keadaan
ikut ambil bagian, yakni suatu pemikiran bahwa
pengetahuan tentang ciptaan merupakan keadaan
yang menjadi bagian dari idea-idea Tuhan. Sedangkan
Thomas Aquinas (1125-1274) yang mengikuti
pemikiran filsafat Aristoteles, menganut teori
penciptaan dimana Tuhan menghasilkan ciptaan dari
ketiadaan. Selain itu, mencipta juga berarti terus
menerus menghasilkan serta memelihara ciptaan.
6. 3. Zaman Renaissans (14-16M)
Merupakan suatu zaman yang menaruh
perhatian dalam bidang seni, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Zaman ini juga
dikenal dengan era kembalinya kebebasan
manusia dalam berpikir. Tokoh filosof zaman
ini diantaranya adalah Nicolaus Copernicus
(1473-1543) yang mengemukakan teori
heliosentrisme, yang mana matahari
merupakan pusat jagad raya. Dan Francis
Bacon (1561-1626) yang menjadi perintis
filsafat ilmu pengetahuan dengan
ungkapannya yang terkenal “knowledge is
power”
7. 4. Zaman Modern (17-19M)
a. Rasionalisme
f. Marxisme
c. Kritisismeb. Empirisisme
d. Idealisme e. Positivisme
Filsafat zaman ini bercorak antroposentris, yang menjadikan manusia sebagai pusat perhatian penyelidikan
filsafati. Selain itu, yang menjadi topik utama ialah persoalan epistemologi.
8. a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang
memadai dan dapat dipercaya. Pengalaman hanya dipakai untuk
menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal.
Salah satu tokohnya adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga
merupakan pendiri filsafat modern yang dikenal dengan pernyataannya
Cogito Ergo Sum (aku berpikir, maka aku ada). Metode yang digunakan
Descrates disebut dengan a priori yang secara harfiah berarti berdasarkan
atas adanya hal-hal yang mendahului. Maksudnya adalah dengan
menggunakan metode ini manusia seakan-akan sudah mengetahui dengan
pasti segala gejala yang terjadi.
.
b. Empirisisme
Menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman, baik lahir maupun batin.
Akal hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah data yang diperoleh dari
pengalaman. Metode yang digunakan adalah a posteriori atau metode yang berdasarkan
atas hal-hal yang terjadi pada kemudian. Dipelopori oleh Francis Bacon yang
memperkenalkan metode eksperimen.
9. d. Idealisme
Berawal dari penyatuan dua Idealisme yang berbeda antara Idealisme Subyektif (Fitche) dan
Idealisme Obyektif (Scelling) oleh Hegel (1770-1931) menjadi filsafat idealisme yang mutlak.
Hegel berpendapat bahwa pikiran merupakan esensi dari alam dan alam ialah keseluruhan
jiwa yang diobyektifkan. Asas idealisme adalah keyakinan terhadap arti dan pemikiran
dalam struktur dunia yang merupakan intuisi dasar.
c. Kritisisme
Sebuah teori pengetahuan yang berupaya untuk menyatukan dua pandangan yang berbeda
antara Rasionalisme dan Empirisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia
berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya kerjasama
antara dua komponen, yakni yang bersifat pengalaman inderawi dan cara mengolah kesan
yang nantinya akan menimbulkan hubungan antara sebab dan akibat.
10. e. Positivisme
Didirikan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang hanya menerima fakta-
fakta yang ditemukan secara positif ilmiah. Semboyannya yang sangat
dikenal adalah savoir pour prevoir, yang artinya mengetahui supaya siap
untuk bertindak. Maksudnya ialah manusia harus mengetahui gejala-gejala
dan hubungan-hubungan antar gejala sehingga ia dapat meramalkan apa
yang akan terjadi. Filsafat ini juga dikenal dengan faham empirisisme-kritis,
pengamatan dengan teori berjalan beriringan. Ia membagi masyarakat
menjadi atas statika sosial dan dinamika sosial.
f. Marxisme
Pendirinya ialah Karl Marx (1818-1883) yang aliran filsafatnya merupakan perpaduan antara metode
dialektika Hegel dan materialisme Feuerbach. Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu
logika tersendiri, dan motor sejarah terdiri hukum-hukum sosial ekonomis. Baginya filsafat bukan
hanya tentang pengetahuan dan kehendak, melainkan tindakan, yakni melakukan sebuah perubahan,
tidak hanya sekedar menafsirkan dunia. Yang perlu diubah adalah kaum protelar harus bisa
mengambil alih peranan kaum borjuis dan kapitalis melalui revolusi, agar masyarakat tidak lagi
tertindas.
11. 5. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan
seterusnya)
Pokok pemikirannya dikenal dengan istilah
logosentris, yakni teks menjadi tema sentral
diskursus para filosof. Hal ini dikarenakan
ungkapan-ungkapan filsafat cenderung
membingungkan dan sulit untuk dimengerti.
Padahal tugas filsafat bukanlah hanya sekedar
membuat pernyataan tentang suatu hal, namun
juga memecahkan masalah yang timbul akibat
ketidakpahaman terhadap bahasa logika, dan
memberikan penjelasan yang logis atas pemikiran-
pemikiran yang diungkapkan.
Pada zaman ini muncul berbagai aliran filsafat dan
kebanyakan dari aliran-aliran tersebut merupakan
kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang pernah
berkembang pada zaman sebelumnya, seperti Neo-
Thomisme, Neo-Marxisme, Neo-Positivisme dan
sebagainya.
12. Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan
kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains
Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang
sebuah buku yang berjudul The Nature of
Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip
mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling
memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia
kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson,
Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan
struktur dasar DNA, bahan genetik untuk
mengungkapkan kehidupan dalam segala
bentuknya. Hal ini memicu rekayasa genetika yang
dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh
manusia genom (dalam Human Genome Project)
dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi
memiliki manfaat medis yang besar.
13. Contoh Revolusi Ilmu
Perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani kuno sampai saat ini telah mengalami
banyak perubahan. Hal itu didorong oleh rasa keingin-tahuan manusia dengan hal-
hal baru yang belum ada sebelumnya. Dengan semua ini dapat mengembangkan
potensi kreatif individu dan kelompok yang merupakan kemungkinan dan kekuatan
dalam rangka perubahan kehidupan manusia. Dalam tenggang waktu yang sangat
lama ini berbagai bidang ilmu mengalami revolusi. Sebagaimana pendapat Kuhn
dalam buku C.Verhaak dan Haryono Imam (1995), menyatakan bahwa ilmu memang
berkembang secara revolusioner.
14. Beberapa contoh dari revolusi tersebut antara lain:
Revolusi Astronomi
susunan kecil dari galaksi yang ada di jagad raya
tokoh dalam revolusi ini adalah Nicolaus
Copernicus, Kepler, dan Galileo.
Revolusi Fotografi
Revolusi ini dimungkinkan oleh rekayasa CCD (charge
coupled devices) pada tahun 1969 dan diwujudkan
sebagai piranti yang mampu merekam gambar pada
tahun 1974.
Revolusi Semikonduktor
Revolusi ini dapat juga dinamakan sebagai Revolusi
Elektronika. Penemuan transistor membuat dunia
elektronika menjadi sederhana dan murah. Radio,
televisi, telepon, perangkat pesawat terbang alat
elektronik lainnya menjadi sederhana.
Revolusi Industri
memberikan percepatan yang begitu besar terhadap
perubahan prinsip-prinsip produksi dari pemanfaatan
tenaga hewan/manusia ke tenaga mesin. Aktor pada
revolusi ini adalah James Watt
Revolusi Fisika,
gerak dan grafitasi yang di bawa oleh Newton, dan
penemuan listrik dan magnetisme oleh Faraday, Ohm,
dan lain-lain selama awal abad ke-19. evolusi fisika
berkembang menjadi Revolusi Elektromagnetik
15. Perkembangan ilmu hingga saat ini tidak lepas dari
dampak revolusi ilmu. Revolusi yang telah terjadi
tidak berdampak pada suatu lokasi tertentu, tetapi
telah berakibat untuk masyarakat luas diseluruh
penjuru dunia ini. Dengan revolusi ini, tentunya ilmu
pengetahuan mendorong kehidupan manusia menuju
suatu keadaan yang lebih maju. Dengan hal ini
menghasilkan teknologi-teknologi yang memudahkan
manusia, dan meningkatkan kehidupan manusia.
Dalam jangka waktu yang lama menurut Thoyibi
(1997:61) berawal dari revolusi maka manusia akan
bisa menjangkau kehiduannya dari segala segi dan
sendinya dan hingga akhirnya akan merubah
kebudayaan manusia juga.
Implikasi Revolusi Ilmu
bagi Perkembangan
Ilmu
SELESAI