2. PENDAHULUAN
Cairan merupakan bagian tubuh yang amat penting
bagi manusia
Pada anak & bayi persentasenya lebih besar
daripada orang dewasa
Pergantian/ perputaran air merupakan hal penting
dalam hidup
Sehari-hari terjadi pergantian cairan dalam tubuh
karena selalu ada kehilangan cairan
Bila tubuh kekurangan cairan maka akan terasa haus
dan kita minum
Sebaliknya bila kelebihan cairan, akan dibuang
terutama melalui ginjal
3. Ruang cairan tubuh
Cairan tubuh terdiri atas :
Intraselluler : 2/3 total cairan tubuh (67%)
Ekstraselluler : 1/3 total cairan tubuh (33%)
Intra vaskuler : ¼ cairan ekstrasel (8%)
Interstitial : sisanya (25% total cairan tubuh)
Total cairan tubuh
Jumlah cairan tubuh tergantung umur, jenis kelamin
Bayi : 75-80% berat badan (prematur > tinggi)
Anak-anak : 65%,
Remaja : 60% berat badan
4. Komposisi cairan tubuh
ION INTRASEL EKSTRASEL
(mEq/L) (mEq/L)
Na+ 20 145
K+ 150 3-5
Cl - - 110
HCO3 - 10 20-25
PO4- 110-115 5
Protein 75 10
6. Keseimbangan osmotik
Cairan tubuh terdiri dari :
Partikel yang bermuatan (elektrolit)
Partikel yang tidak bermuatan
Partikel dalam cairan tubuh (Na, bikarbonat,
glukosa, protein), akan dikelilingi oleh air dengan
jumlah yang merata
Bila dua jenis larutan yang terpisahkan oleh
membran semi-permeabel,
air akan berpindah dari cairan konsentrasi partikel
rendah ke konsentrasi tinggi
Hingga tekanan osmotik kedua ruang sama
8. Keseimbangan Donnan
Terjadi antara 2 larutan elektrolit yang
dipisahkan oleh membran yang dapat dilalui
oleh air dan ion dengan BM kecil
Salah satu larutan mengandung polianion
kompleks (misalnya protein) yang tidak dapat
berdifusi ke ruang lain
Kation dan anion akan berpindah, sehingga
konsentrasi ion kedua ruang sama
Dalam tubuh, terjadi antara
Cairan intravaskuler dan cairan interstitial
Cairan intrasel dan ekstrasel
9. Distribusi cairan intravena
Tubuh mempunyai mekanisme autoregulasi
yang kompleks
Bila kedalam ruang intravaskuler ditambahkan
air tanpa partikel (dekstrose 5%), maka air akan
mengisi ruang cairan tubuh secara proporsional
Bila ditambahkan NaCl 0,9%, larutan ini akan
mengisi ruang ekstraselluler (intersisial & intra
vaskuler) secara proporsional
Bila ditambahkan Albumin 5%, larutan ini akan
mengisi ruang intravaskuler saja, sebelum terjadi
metabolisme
10. Distribusi cairan intravena
Bila ditambahkan Albumin 25%, larutan ini
akan mengisi ruang intravaskuler dengan
menarik sebagian cairan dari ruang
interstitial
Bila ditambahkan NaCl 6%, larutan ini akan
menambah cairan ekstrasel dengan menarik
air dari ruang intrasel
11. Contoh kasus
1. Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, BB 30
kg, diberi infus 500 ml cairan dekstrose 5%
500 ml Dextrose 5%
TCT = CIN CIV CIS
65% x 30 3/4x 6 L ¼x6 2/3 X 19,5 L
= 19,5 L = 4,5 L =1,5 L =13,5 L
CES: 1/3 x 19,5 = 6 L
1,5 L+
4,5 L+
38,5 ml 13,5 L +346 ml
115,5 ml
=538,5 = 13.846 mL
= 4.615,5 mL
mL
12. Contoh kasus
2. Bila cairan yang diberikan NaCl 0,9%
500 ml NaCl 0,9%
CIN CIV CIS
4,5 L 1,5 L 13,5 L
1,5 L+
4,5 L+
125 ml
375 ml 13,5 L
=1.625
= 4.875 mL
mL
13. Contoh kasus
3. Bila cairan yang diberikan 100 ml Albumin 5%
100 ml Albumin 5%
CIN CIV CIS
4,5 L 1,5 L 13,5 L
1,5 L+
125 ml
4,5 L 13,5 L
=1.625
mL
14. Contoh kasus
4. Bila cairan yang diberikan 20 ml Albumin 25%
20 ml Albumin 25%
CIN CIV CIS
4,5 L 1,5 L 13,5 L
1,5 L+
4,5 L
100 ml
-80 mL 13,5 L
=1.600
= 4.420 mL
mL
15. Contoh kasus
5. Bila cairan yang diberikan 100 ml NaCl 6 %
100 mL NaCl 6 %
CIN CIV CIS
4,5 L 1,5 L 13,5 L
1,5 L+
4,5 L 13,5 L
166,7 ml
+ 500 mL -666,7 mL
=1.666,7
= 5.000 mL = 12.833,3 mL
mL
18. KRISTALOID
Cairan kristaloid mengandung air, elektrolit
dan/atau gula, dengan berbagai macam
campuran
Keunggulan kristaloid adalah harganya yang
murah, relatif aman dari efek samping
Berdasarkan kadar natriumnya, cairan ini bisa
berupa hipotonik, isotonik, atau hipertonik
terhadap cairan plasma
19. Cairan hipotonik
½ DaD, KaEN3B, Tridex 27B, D5+1/2NS, D5+1/4NS
Bukan cairan resusitasi, penggunaannya pada
kelainan keseimbangan elektrolit
Cairan ini didistribusikan ke ekstra dan intraselluler
Digunakan pada kehilangan cairan tubuh yang disertai
kurangnya cairan intraselluler
Misalnya dehidrasi kronik
Digunakan untuk kebutuhan rumatan
Cairan rumatan bertujuan untuk mangganti kehilangan air
lewat urine, feses, paru dan keringat
Cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali
mengandung elektrolit
20. Cairan isotonik
NaCl 0,9%, Ringer Laktat, Ringer Asetat
Dipakai sebagai cairan resusitasi
Cairan ini hanya mengisi ruang ekstrasel.
¼ dari jumlah cairan yang diberikan akan tinggal
dalam ruang intravaskuler
Selebihnya akan mengisi ruang interstisial
Sehingga untuk mencukupi kebutuhan cairan
plasma/darah dibutuhkan jumlah cairan 4 kali
Dapat menyebabkan edema perifer sampai
edema paru
21. Cairan hipertonik
NaCl 6% (1000-2500 mOsm/L)
Natrium merupakan ion ekstraselluler utama
Pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan
intraselluler ke dalam ekstraselluler
Cairan ini bermanfaat pada luka bakar karena dapat
mengurangi edema pada luka, edema perifer, dan
mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan
Efektif sebagai volume expander dengan sifat anti
edema
Efek samping :
hipernatremia, hiperchloremia, asidosis dan hipokalemia
Dehidrasi sel otak dengan perdarahan otak
23. KOLOID
Dipakai sebagai cairan resusitasi
Lebih lama berada di ruang intravaskuler dan
lebih efisien dibandingkan kristaloid
Harganya lebih mahal
Dapat menyebabkan reaksi sensitifitas dan
komplikasi lain
Yang termasuk koloid :
Darah,Plasma, Albumin
Koloid buatan / Plasma expander
Dextran, Hydroxyethyl starch (HES), Gelatin
24. Albumin
Berada dalam intravaskuler lebih lama
Waktu paruh 16 jam
Dapat mempertahankan cairan intravaskuler selama
3,5 - 4,5 jam
Sediaan: larutan 5% & 25% dalam NaCl 0,9%
1 gram albumin dapat mengikat 18 ml air
Pemberian iv 100 ml larutan Albumin 25%,
Meningkatkan cairan intravaskuler 450 ml
350 ml perpindahan dari ruang interstisial ke
intravaskuler
Efek samping :
Reaksi anafilaktik, edema paru, hipokalsemia
25. Dextran
Sediaan: dextran 40 (BM 40.000) , dextran 70 (BM 70.000)
Dalam tubuh, dextran dengan BM kecil akan keluar melalui
filtrasi ginjal, sedang BM besar akan tinggal lama dalam
ruang intravaskuler
Pemberiaan 500 ml dextran 40 akan meningkatkan cairan
intravaskuler sebesar 750 ml dalam 1 jam, dan menjadi 1050
ml pada jam ke2
Dextran 40 dapat mempertahankan cairan intravaskuler
dalam 3,5-4,5 jam, dextran 70 sekitar 6-8 jam
Efek samping :
Gagal ginjal, reaksi anafilaktik
Gangguan pembekuan darah (bila pemberian >20 ml/kg/hari)
26. Gelatin
Tersedia dalam 2 bentuk, dengan BM 35.000
modified fluid gelatin (MFG) : Larutan 4% dalam garam fisiologis
Gelofusine
urea-bridged gelatin : Larutan 3,5% dalam garam fisiologis
Haemaccel
1 gram gelatin dapat mengikat 14 ml air
Sebagian besar akan dikeluarkan melalui ginjal
60% dikeluarkan pada 24 jam pertama , 95% dalam 1 minggu
Mempertahankan cairan intravaskuler sekitar 2,5 jam
Pemberian berulang tidak menyebabkan penumpukan
Efek samping :
Reaksi anafilaktik
Payah ginjal & gangguan pembekuan darah tidak dijumpai
27. Hydroxyethyl starch (HES)
Sediaan: 6% dan 10% dalam NaCl 0,9%, dengan BM 10.000
- 1.000.000
Agar bertahan lebih lama dalam ruang intravaskuler
dilakukan substitusi gugus hidroksietil
0,4 berarti 4 dari 10 molekul glukosa disubstitusi
Efek volume juga ditentukan oleh BM larutan
6% HES 130/0,4 : 6 gram per 100 ml HES dengan BM 130.000
dengan substitusi 0,4
Pemberian HES 6% setara dengan albumin 5%
Cukup efektif, efek intravaskulernya 3-24 jam
Dosis : 10-20 ml/kgBB/hari
Efek samping:
gangguan sistim koagulasi (bila dosis >20 mL/kgBB/hari
reaksi anafilaktik jarang
28. Cairan rumatan (maintenance)
Cairan rumatan adalah kebutuhan cairan untuk mengganti
kehilangan cairan tubuh sehari-hari
Kebutuhan cairan rumatan perhari :
10 kg pertama : 100 ml/kg BB
10 kg berikutnya : + 50 ml/kg BB
>20 kg : + 2o ml/kg
Misalnya :
BB 10 kg = (100x10 kg) = 1000 ml
BB 15 kg = (100x10 kg) + (50x5 kg) = 1000+250 = 1250 ml
BB 25 kg = (100x10 kg)+(50x10 kg) (20x5 kg)= 1000 + 500 + 100 =
1600 ml
Setiap kenaikan suhu tubuh 1oC + 12% dari kebutuhan
Kebutuhan elektrolit harian :
Na+ : 2,5 mEq/kgBB K+ : 2-4 mEq/kgBB
29. Pemilihan cairan rumatan
Larutan kristaloid hipotonik (glukosa+elektrolit)
dipakai untuk kebutuhan rumatan
Larutan yang mengandung glukosa tidak boleh
diguyur, dapat mengakibatkan edema intrasel
Larutan glukosa tidak dipakai untuk membilas
setelah transfusi darah, bisa menyebabkan
hemolisis eritrosit
Pada kasus ensefalofati cenderung terjadi
edema otak dan alkalosis, cairan yang diberikan
yang tidak mengandung HCO3 (D5+1/4NS)
30. Pemilihan cairan rumatan ....(lanj..)
Pada kasus muntah-muntah banyak kehilangan Cl-
Diberikan cairan yang banyak mengandung Cl-
Diare dapat mengakibatkan asidosis metabolik,
hipokalemi, hipoglikemi
Dehidrasi ringan-sedang diberikan cairan yang
mengandung glukosa, laktat, serta tinggi K
Kasus Demam Dengue/ tersangka DBD
D5+1/2NS atau D5+1/2RL (1/2DaD) sampai ditemukan Ht
meningkat
Untuk bayi dipilih cairan dengan kadar glukosa
tinggi dan elektrolit rendah
Bayi baru lahir pada hari-hari pertama hanya
diberikan cairan dextrose
31. Resusitasi cairan
Tentukan anak yang syok menderita gizi buruk
atau tidak
Bila anak menderita gizi buruk
Beri cairan 1/2DaD 10 ml/kgBB selama 30 menit
Bila tidak ada perbaikan, ulangi pemberian cairan > 10
ml/kgBB selama 30 menit
Bila tanpa gizi buruk
Berikan resusitasi cairan 20 ml/kgBB secepatnya (<10
menit) dengan kristaloid atau koloid
Dapat diulang 2-3 kali sampai nadi teraba kembali
Pemilihan cairan kristaloid atau koloid tergantung
patofisiologi penyakit dasarnya
32. Pemilihan cairan resusitasi
Jenis KEUNTUNGAN KERUGIAN
cairan
Kristaloid •Komposisi elektrolit seimbang •Butuh volume besar
•Bufer laktat/asetat •Menurunkan tekanan onkotik plasma
•Cara pemberian mudah •Mudah terjadi kelebihan cairan
•Efek samping minimal •Risiko edema
•Tidak ada gangguan hemostatis •Risiko hipotermia
•Efek diuresis baik
•Harga murah
Koloid •Persistensi intravaskuler tinggi •Risiko kelebihan cairan
•Waktu resusitasi lebih singkat •Efek samping hemostasis
•Volume cairan tidak besar •Akumulasi jaringan
•Memperbaiki aliran mikrovaskuler •Efek samping pada ginjal
•Risiko edema lebih kecil •Reaksi anafilaksis
•Harga mahal
33. Pemilihan cairan resusitasi
Gejala klinis syok :
Defisit cairan interstitiel :
turgor kulit yang jelek
mata cekung
ubun-ubun cekung
mukosa bibir dan kornea kering
Defisit cairan intravaskular :
hipotensi
takikardi
vena-vena kolaps
Capillary refilled time memanjang
oligouri
34. Target resusitasi cairan
Capillary refill <2 detik
Kualitas nadi perifer
dan sentral sama
Akral hangat
Produksi urine >1 ml/
kgBB/jam
Kesadaran normal
35. DBD derajat III &IV
Oksigenasi
Penggantian volume plasma segera
Ringer laktat/NaCl 0,9% 20 ml/kgBB
bolus dalam 30 menit
Syok teratasi Tidak teratasi
10 ml/kg/jam Lanjutkan 20 ml/kg/jam +
(1-4 jam) koloid/plasma 10-20 ml/kg/jam
7 ml/kg/jam Evaluasi 1 jam
5 ml/kg/jam Syok belum teratasi
Hb turun Ht tetap tinggi
3 ml/kg/jam
Transfusi darah Koloid
Infus stop
10 ml/kgBB 20 ml/kgBB
setelah 48 jam
36. DIARE +SYOK
Ringer laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9% NaCl 0,9%
Bolus 20 ml/kgBB hanya diberikan bila
tidak ada RL/RA
DEHIDRASI BERAT
Ringer laktat/ Ringer asetat
< 12 bulan : 30 ml/kgBB/1 jam, 70 ml/kgBB/5 jam
>12 bulan : 30 ml/kgBB/1/2 jam, 70 ml/kgBB/21/2 jam
DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
½ DaD/ KaEN3B
BB 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
BB 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
BB > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari
37. KESIMPULAN
Pemilihan cairan harus dipertimbangkan
untung ruginya baik bagi farmakologi cairan
maupun patofisiologi penyakit primernya
Patofisiologi penyakit adalah sesuatu yang
selalu harus dijadikan dasar pada terapi
cairan
Pemilihan yang tepat dan bijaksana akan
memberikan hasil yang optimal