SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1. Peledakan Pada Tambang Bawah tanah (Underground Mining) 
Pada proses penambangan bawah tanah terdapat bermacam-macam cara 
untuk membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya adalah dengan cara 
peledakan. Peledakan pada pembuatan terowongan adalah pekerjaan melepas dan 
memecah batuan dengan menggunakan bahan peledak sehingga didapatkan bentuk 
yang diinginkan dengan ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan 
peralatan yang tersedia atau peledakan pada proses penambangan pada tambang 
bawah tanah dilakukan untuk melepaskan bijih dari batuan induknya ataupun untuk 
memperkecil ukurannya untuk memudahkan pengangkutan kepermukaan. Peledakan 
pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada tembang terbuka, 
perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka dilakukan dengan dua atau lebih 
arah bidang bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah tanah hanya 
mempunyai satu arah bidang bebas. 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah 
yaitu: 
a) Pemilihan bahan peledak 
b) Metode dan teknik yang digunakan 
c) Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan 
d) Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya
Mengingat dalam proses peledakan tambang bawah tanah membutuhkan 
biaya yang besar dan resiko keselamatan kerja dan lingkungan yang tinggi, maka 
hendaknya proses peledakan peledakan dilakukan dengan efektif dan seefisien 
mungkin dengan memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan. 
2.2. Pemilihan Bahan Peledak pada Tambang Bawah Tanah 
Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari campuran tiga bahan 
yaitu : 
a) Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi sebagai bahan peledak dasar 
(explosive base), misalnya Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene (TNT), Ethylene 
glycoldinitrate,dan lain-lain. 
b) Oksidator, yang berfungsi memberikan oksigen, misalnya KClO3, NaClO3, 
NaNO3, dan sebagainya 
c) Zat penyerap/tambahan misalnya serbuk kayu, serbuk batubara, dan lain-lain. 
Berdasarkan kecepatan perambatan reaksinya,bahan peledak dapat dibagi 
menjadi: 
1. Low Explosive, ciri-cirinya adalah : 
a. Kecepatan perambatan reaksinya rendah 
b. Tidak seluruhnya bahan yang ada berubah dari phase padat menjadi 
phase gas sehingga menimbulkan tekanan dan temperatur yang tinggi 
c. Hanya menghasilkan proses pembakaran yang relatif lambat 
(deflagrasi) dan tidak menghasilkan getaran gelombang. 
2. Hihg Explosive, ciri-cirinya adalah : 
a. Kecepatan perambatan reaksinya relatif lebih cepat dari low ecplosive 
b. Semua bahan peledak berubah menjadi phase gas
c. Menghasilkan proses propagasi yaitu mengembangbiakan daripada 
gelombang getaran melalui bahan yang diikuti dengan reaksi kimia 
yang menyediakan energi untuk kelanjutan propagasi secara stabil. 
Penggunaan bahan peledak didalam tambang bawah tanah harus 
diperhatikan faktor-faktor : 
1. Sifat dari bahan Peledak 
a) Api peledaknya kecil 
b) Peledakan berlangsung cepat 
c) Temperatur peledakan relative rendah 
d) Tidak menghasilkan gas beracun 
2. Disesuaikan dengan material yang diledakkan 
3. Particular set dari standar blasting (OB dan BR) 
4. Besarnya biaya 
Macam bahan peledak yang digunakan untuk pembuatan terowongan dan 
proses penambangan pada tambang bawah tanah yaitu : 
1. Blasting Agent 
Blasting agent yaitu bahan peledak yang merupakan suatu campuran kimiawi 
atau komposisi kimia dari bahan-bahan yang tak mengandung Nitrogliserin dan 
hanya dapat diledakkan oleh “High strength ecplosive primer”. Sifat-sifatnya 
yang mengentungkan adalah lebih aman dalam faktor pengangkuta karena 
tidak mengandung Nitrogliserin, tidak membuat rasa pusing akibat baunya, 
dapat dipaket dalam satu tabung metal sehingga tahan terhadap air dan 
harganya lebih murah. 
2. Permissible Explosive 
Permissible Explosive yaitu bahan peledak yang khusus dipakai pada tambang 
bawah tanah, misalnya tambang batubara. Bahan peledak ini tidak
mengandung gas-gas beracun, mengandung 60-80% Amonium Nitrate dan 7- 
15% Nitrogliserin. Syarat-syarat untuk permissible explosive adalah : 
a. Api peledakannya kecil dan peledakan berlangsung cepat 
b. Temperatur peledakan relatif rendah 
c. Tidak menghasilkan gas-gas beracun. 
3. Water gels (slurries), 
Water gels (slurries) yaitu campuran oxidizer seperti sodium nitrat dan 
ammonium nitrat, bahan bakar sebagai sensitizer dan air kurang lebih 15%. 
Water gels sangat cocok digunakan pada tambang bawah tanah oleh karena 
ketahanannya terhadap air. Kelebihan lain water gels adalah: 
a. Tidak meledak bila dibanting ataupun diledakkan secara tiba-tiba 
b. Tidak meledak bila dipanaskan ataupun dibakar tetapi akan mengeluarkan 
asap dengan tekanan tinggi 
c. Setelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila dibandingkan 
dengan ANFO atau Dinamit. 
4. Dinamit, terdiri dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir dinamit. 
2.3. Metode Peledakan Didalam Terowongan 
2.3.1 Sistem Kemajuan 
Pada prinsipnya pembuatan terowongan sama dengan shaft, hanya arahnya 
saja yang berbeda yaitu horizontal. Apabila pembuatan lubang bukaan sudah lebih 
besar daripada 45o maka ini sudah dinamakan shift. Sistem kemajuan tergantung 
kepada alat bor yang tersedia, kondisi batuan dan sistem penyangga yang 
dipergunakan, tetapi cara yang umum dipakai dalam pembuatan terowongan terdiri 
dari dua sistem yaitu :
a. Cara “full face” 
b. Cara “top heading and bench” 
Dalam cara “full face” seluruh permukaan lubang bukaan dibor dengan sistem 
pola pemboran tertentu dan kemudian sekaligus diledakkan, sedangkan cara 
pembuatan “bench method”, dimana lubang bukaan dibuat menjadi dua bagian dalam 
pemboran dan peledakan yaitu bagian atas dan bagian bawah. Pekerjaan peledakan 
dilakukan pertama pada bagian atas. 
2.3.2. Perimeter Blasting 
Perimeter Blasting adalah proses peledakan yang dilaksanakan dengan sangat 
hatu-hati. Untuk mendapatkan permukaan akhir lubang bukaan yang tepat dan kondisi 
batuan disekitar lubang tersebut tidak mengalami kerusakan. Maksud dari “perimeter 
blasting” tidak hanya untuk memperoleh permukaan bukaan yang rata tetapi juga 
untuk menjaga agar daerah disekitar permukaan tidak mengalami keretakan dan 
kerusakan selama bukaan tersebut digunakan. 
Perimeter Blasting berguna untuk : 
1. Membuat rata permukaan terowongan 
2. Membuat agar permukaan terowongan lebih stabil 
3. Mengurangi “over break” 
4. Mengurangi pemakaian beton 
5. Mengurangi retakan dan masuknya air tanah kedalam terowongan. 
Dikenal dua teknik untuk pelaksanaan “perimeter blasting” yaitu: 
a. “pre-splitting” 
b. smooth blasting 
Dasar kedua teknik tersebut adalah pada pengisian bahan peledak dengan 
diameter yang lebih kecil dari diameter lubang tembak sehingga bahan peledak tidak 
langsung bersentuhan dengan dinding lubang tembak atau disebut dengan istilah
“decoupled charge”. Lubang-lubang ini dibuat pada kontur akhir terowongan yang 
direncanakan dan diledakkan secara bersama-sama. Perbedaan “pre-spliting” dan 
“smooth blasting” adalah pada peledakan daripada lubang-lubang kontur ini. Pada 
“pre-splitting” lubang kontur diledakkan sebelum peledakan utama sedang pada 
“smooth blasting” lubang kontur diledakkan setelah peledakan utama. Perbedaan lain 
adalah dalam hal jarak lubang tembak (spacing) dimana pada presplitting lubang 
kontur lebih rapat letaknya satu sama lain. Pada pre-splitting jarak lubang kontur 
biasanya antara 8-12 kali diameter lubang dan jarak antara lubang tembak dengan 
bidang bebas (burden) adalah tak terterhingga. Konsentrasi isian bahan peledak 
(dalam kg per meter) pada “pre-splitting” dan “smooth blasting” adalah sama. 
2.3.4. Pola Lubang Tembak 
Mengingat ruang sempit yang membatasi kemajuan pengeboran dan hanya 
terdapat satu bidang bebas, maka harus dibuat suatu pola pengeboran yang 
disesuaikan dengan kondisi tersebut. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa 
minimal terdapat dua bidang bebas agar proses pelepasan energi berlangsung 
sempurna, sehingga batuan akan terlepas atau terberai dari induknya lebih ringan. 
Pada bukaan bawah tanah umumnya hanya terdapat satu bidang bebas, yaitu 
permuka kerja atau face. Untuk itu perlu dibuat tambahan bidang bebas yang 
dinamakan cut. 
Secara umum terdapat empat tipe cut yang kemudian dapat dikembangkan 
lagi sesuai dengan kondisi batuan setempat, yaitu: 
1) Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut (lihat Gambar 1.2). Empat atau 
enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, sehingga 
berbentuk piramid. Puncak piramid di bagian dalam dilebihkan sekitar 15 cm (6 
inci) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada. Pada bagian puncak piramid
terkonsentrasi bahan peledak kuat. Dengan meledakkan center cut ini secara 
serentak akan terbentuk bidang bebas baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. 
Center cut sangat efektif untuk betuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak 
banyak dan mempunyai efek gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu 
kecil. 
Gambar 1.2. Sketsa dasar center cut 
2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setiap pasang 
dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, 
tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk baji (lihat Gambar 
1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah disbanding pyramid cut, tetapi kurang 
efektif untuk meledakkan batuan yang keras. 
Gambar 1.3. Sketsa dasar wedge cut
3) Drag cut atau pola kipas: Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu berbentuk baji. 
Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-tengan bukaan, tetapi 
terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara membuatnya adalah lubang 
dibor miring untuk membentuk rongga di lantai atau dinding. Pengeboran untuk 
membuat rongga dari bagian dinding disebut juga dengan fan cut atau cut kipas. 
Beberapa pertimbangan pada penerapan pola drag cut : 
 Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau batuan 
sedimen lainnya. 
 Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras. 
 Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi 
yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga 
kayu. 
Gambar 1.4 memperlihatkan drag cut yang dibuat dari arah lantai. 
Gambar 1.4. Sketsa dasar drag cut 
4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat cocok 
untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir (sandstone) atau batuan beku. 
Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan 
dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara lain:
 Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam dibanding 
jenis cut yang lainnya 
 Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas mini, sehingga 
pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi tarik dapat berlangsung 
efektif. Disamping itu lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka tempat 
fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang bermuatan bahan peledak. 
Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan dengan 
pola burn cut ini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang memuaskan 
perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 
 Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor yang 
konvergen atau divergen, jadi harus benar-benar lurus dan sejajar. 
 Harus digunakan bahan peledak lemah (low explosive) untuk menghindari 
pemadatan dari fragmen batuan hasil peledakan di dalam lubang yang 
kosong. 
 Lubang cut harus diledakkan secara tunda untuk memberi kesempatan pada 
fragmen batuan terlepas lebih mudah dari cut. 
Gambar 1.5. Sketsa dasar burn cut
210 mm 
80 
180 210 
a. GRONLUND CUT 
250 mm 
500 
200 
75 
b. MICHIGAN CUT 
35 
35 
250 mm 
500 
160 
75 
c. CAT HOLE DENGAN 75 
mm (3 inci) LUBANG 
KOSONG 
100 170 
60 
d. TRIANGULAR BURN CUT 
DENGAN LUBANG 35 mm 
90 
520 
140 
150 
300 
e. BULLOCK CUT 
Gambar 1.6. Variasi burn cut (Langerfors,1978) 
2.3.5. Lubang “easer” dan Trimmer” 
Lubang “easer” dibuat mengelilingi “cut” untuk memperbesar bukaan “cut” 
sehingga lubang “trimmer” dapat membuat bentuk daripada terowongan. Untuk 
terowongan berukuran biasa, satu ronde peledakan terdiri dari sekitar 40 buah lubang 
tembak dimana setiap lubang tembak membuat bukaan seluas sekitar 0,25-0,5 m2. 
Banyaknya lubang “easer” serta penempatannya tergantung kepada pola lubang 
“cut”. Pada pola “burn cut” penempatan lubang “easer” tidak boleh terlalu dekat pada 
“cut” untuk menghindari terjadinya ledakan premature daripada lubang easer. 
Disarankan untuk menempatkan lubang easer antara 30-50 cm dari “cut”.
Lubang trimmer pada akhirnya akan membuat bentuk dari terowongan. Banyak 
dan posisi daripada lubang “trimmer” tergantung daripada ukuran terowongan, 
kekerasan batuan, dan fragmentasi yang disesuaikan dengan system pemuatan. 
2.4. Pola Peledakan pada Tambang Bawah Tanah 
Prinsip pola peledakan di tambang bawah tanah adalah sama dengan di 
tambang terbuka, yaitu membuat sekuensial ledakan antar lubang. Peledakan 
pembuatan cut merupakan urutan pertama peledakan di bawah tanah agar terbentuk 
bidang bebas baru disusul lubang-lubang lainnya, sehingga lemparan batuan akan 
terarah. Urutan paling akhir peledakan terjadi pada sekeliling sisi lubang bukaan, yaitu 
bagian atap dan dinding. Pada bagian tersebut pengontrolan menjadi penting agar 
bentuk bukaan menjadi rata, artinya tidak banyak tonjolan atau backbreak pada 
bagian dinding dan atap. 
Permukaan kerja suatu bukaan bawah tanah, misalnya pada pembuatan 
terowong-an, dibagi ke dalam beberapa kelompok lubang yang sesuai dengan 
fungsinya (lihat Gambar 1.7.), yaitu cut hole, cut spreader hole, stoping hole, roof 
hole, wall hole dan floor hole. Bentuk suatu terowongan terdiri bagian bawah yang 
disebut abutment dan bagian atas dinamakan busur (arc). Gambar 1.8, 1.9, dan 1.10 
memperlihatkan pola peledakan untuk membuat terowongan dengan bentuk cut yang 
berbeda masing-masing burn cut, wedge cut, dan drag cut.
Tinggi 
busur 
Tinggi 
abutment 
Roof holes atau 
back holes 
Stoping holes atau 
helper holes atau 
reliever holes 
Wall holes 
atau rib holes 
Cut holes 
Cut spreader holes 
atau raker holes 
Floor holes atau 
lifter holes 
Gambar 1.7 Kelompok lubang pada pemukaan kerja suatu terowongan 
5,2 m 
18 18 18 18 18 18 
16 15 16 
18 
19 19 
17 17 
18 
18 
16 16 
14 14 
12 
9 
11 
11 
15 
13 
15 
13 
12 10 10 
12 
13 9 
13 
18 
18 
18 17 16 12 
17 
18 
7,5 m 
11 
11 
14 
15 
14 
15 
14 
14 
15 
15 
17 
16 
16 
16 
17 
16 
16 
17 
17 
2 
3 4 
1 
5 
8 
7 
6 
Gambar 1.8. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
11 
11 11 11 
11 
10 9 9 10 
11 
11 
11 11 
10 9 8 7 7 7 8 9 10 
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 
10 9 9 9 9 9 9 9 9 10 
6,4 m 
9,4 m 
5,6 m 
TAMPAK DEPAN 
TAMPAK ATAS 
11 
8 
9 
9 9 
9 7 6 8 
10 
7 2 
2 
4 6 8 
10 
11 
6 
8 
8 
6 7 
10 
12 
1 3 7 
4 
5 
7 
11 11 
2,8 m 
2,5 m 
1,0 m 
12 12 
TAMPAK DEPAN 
TAMPAK ATAS 
Gambar 1.9. 
Pola peledakan dengan wedge cut pada 
suatu terowongan 
Gambar 1.10 
Pola peledakan dengan drag cut pada 
suatu terowongan 
2.5. Pengendalian Bahan Peledak 
Bahan peledak selain merupakan bahan yang bermanfaat bagi 
kepentingan manusia, juga merupakan barang yang berbahaya sehingga 
penanganan bahan peledak pada kegiatan penambangan sangat penting untuk 
diketahui. 
2.5.1. Pengamanan sebelum peledakan 
Sebelum pekerjaan peledakan dilakukan, ada beberapa hal yang harus 
diperhatikan yaitu :
a. Melakukan kontrol keadaan disekeliling daerah yang akan diledakkan untuk 
menghindari hal-hal yang bakal terjadi diluar perhitungan. 
b. Sebelum dimulai pekerjaan mempersiapkan primer/ bahan peledak dan 
mengisinya kelubang bor, maka terlebih dahulu semua jalan masuk 
ditempat peledakan harus pada jarak yang cukup jauh dipasang tanda-tanda 
perhatian yang menyolok mata dan dimengerti, juga ditempat aman 
pada jalan masuk tersebut tidak ditempatkan penjaga. 
c. Pekerja/ orang-orang serta peralatan yang ada ditempat yang akan 
diledakkan harus segera diamankan. 
d. Bila tempat peledakan yang akan diledakkan itu terletak sedemikian dekat 
dari tempat kerja lain, dimana akibat dari peledakan itu dapat 
membahayakan, maka petugas peledakan wajib memberitahukan kepada 
karyawan-karyawan yang ada ditempat kerja tersebut supaya menyingkir 
ditempat perlindungan yang aman pada saat pelaksanaan peledakan. 
e. Untuk pemegang blasting machine harus memperhitungkan arah angin / 
ventilasi, dan tempat berlindung terhadap kejatuhan benda atau batuan 
khususnya dari batuan atap. 
2.5.2. Pengamanan Sesudah Peledakan 
Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah : 
a. Tidak memperkenankan seorangpun memasuki tempat yang sudah 
diledakkan dalam jangka waktu 30 menit 
b. Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih 
dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas
dari pengaruh gas-gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu menggantung 
dari hasil peledakan, sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat 
kerja tersebut. 
c. Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup lubang 
ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat dengan 
jelas dan tidak dibenarkan mengorek keluar material stemming lubang ledak 
tersebut. 
d. Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan 
mengeluarkan stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi atau 
memakai air, setelah keluar sebagian besar stemmingnya maka dipasang 
primer baru kemudian diledakkan. Semua usaha ini harus dibawah 
pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis dari Kepala 
Teknik Tambang.

More Related Content

What's hot

paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground miningheny novi
 
Kuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalen
Kuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalenKuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalen
Kuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalenSylvester Saragih
 
Pola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamdaPola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamdaUDIN MUHRUDIN
 
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)Jimlin Wanma
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Sylvester Saragih
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangWachidatin N C
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Sylvester Saragih
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanMuhammad Nafis
 
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAPRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAUNIVERSITY OF PAPUA
 
Perencanaan tambang
Perencanaan tambangPerencanaan tambang
Perencanaan tambangramaldini
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangNoveriady
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakanUDIN MUHRUDIN
 
Tipe dan jenis bahan peledak
Tipe dan jenis bahan peledakTipe dan jenis bahan peledak
Tipe dan jenis bahan peledakUVRI - UKDM
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Amiin Majiid Nugroho
 
Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Pertambangan
Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik PertambanganJurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Pertambangan
Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Pertambanganfridolin bin stefanus
 

What's hot (20)

paper underground mining
paper underground miningpaper underground mining
paper underground mining
 
Kuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalen
Kuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalenKuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalen
Kuliah 10-bab-ix-kadar-batas-n-ekivalen
 
Pola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamdaPola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamda
 
Laporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboranLaporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboran
 
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
Mata Kuliah Teknik Peledakan (Univesitas Papua)
 
Sistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbtSistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbt
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran Peledakan
 
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAPRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
 
Perencanaan tambang
Perencanaan tambangPerencanaan tambang
Perencanaan tambang
 
Mine planning
Mine planningMine planning
Mine planning
 
Pola peledakan
Pola peledakanPola peledakan
Pola peledakan
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambang
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakan
 
Tipe dan jenis bahan peledak
Tipe dan jenis bahan peledakTipe dan jenis bahan peledak
Tipe dan jenis bahan peledak
 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
 
Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Pertambangan
Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik PertambanganJurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Pertambangan
Jurnal Tugas Akhir Jurusan Teknik Pertambangan
 

Similar to Bab ii

Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptxPelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptxRAlfinSeptyaNugroho
 
7.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 2021
7.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 20217.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 2021
7.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 2021TeaTime7
 
Galian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingGalian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingHBieb Almospy
 
Metode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptxMetode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptxvanrubysyah1
 
Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilagungtri07
 
Proses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pileProses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pileYasirecin Yasir
 
Paper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganPaper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganheny novi
 
1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...
1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...
1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...raaaka12
 
Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2Mufid Rahmadi
 
Makalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grindingMakalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grindingActur Saktianto
 
Teknik peledakan
Teknik peledakanTeknik peledakan
Teknik peledakanyudi05
 
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptxTiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptxdevmahammit
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pileariffikri12
 
Rekayasa pelaksaan konstruksi
Rekayasa pelaksaan konstruksiRekayasa pelaksaan konstruksi
Rekayasa pelaksaan konstruksiakramsaputra10
 
3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustaka3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustakampkbetonkel6ptb11
 

Similar to Bab ii (20)

Bayu2
Bayu2Bayu2
Bayu2
 
pertemuan 1.pdf
pertemuan 1.pdfpertemuan 1.pdf
pertemuan 1.pdf
 
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptxPelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
 
Dasar2 Blasting.pdf
Dasar2 Blasting.pdfDasar2 Blasting.pdf
Dasar2 Blasting.pdf
 
Ppt coring by ayu nurvita indrianti
Ppt coring  by ayu nurvita indriantiPpt coring  by ayu nurvita indrianti
Ppt coring by ayu nurvita indrianti
 
7.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 2021
7.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 20217.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 2021
7.a. Rancangan Peledakan Bawah Tanah 2021
 
Galian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingGalian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise building
 
Sabtu
SabtuSabtu
Sabtu
 
Metode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptxMetode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptx
 
Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipil
 
Proses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pileProses pembuatan bore pile
Proses pembuatan bore pile
 
Paper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowonganPaper geoteknik terowongan
Paper geoteknik terowongan
 
1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...
1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...
1306449(raka) 39. desain dan pembangunan bendungan air terhadap 1000 m tekana...
 
Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2Makalah bahan bangunan part.2
Makalah bahan bangunan part.2
 
Makalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grindingMakalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grinding
 
Teknik peledakan
Teknik peledakanTeknik peledakan
Teknik peledakan
 
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptxTiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
Tiang_pancang_bore_pile_terowongan.pptx
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
 
Rekayasa pelaksaan konstruksi
Rekayasa pelaksaan konstruksiRekayasa pelaksaan konstruksi
Rekayasa pelaksaan konstruksi
 
3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustaka3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustaka
 

Bab ii

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peledakan Pada Tambang Bawah tanah (Underground Mining) Pada proses penambangan bawah tanah terdapat bermacam-macam cara untuk membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya adalah dengan cara peledakan. Peledakan pada pembuatan terowongan adalah pekerjaan melepas dan memecah batuan dengan menggunakan bahan peledak sehingga didapatkan bentuk yang diinginkan dengan ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan yang tersedia atau peledakan pada proses penambangan pada tambang bawah tanah dilakukan untuk melepaskan bijih dari batuan induknya ataupun untuk memperkecil ukurannya untuk memudahkan pengangkutan kepermukaan. Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada tembang terbuka, perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka dilakukan dengan dua atau lebih arah bidang bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah tanah hanya mempunyai satu arah bidang bebas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu: a) Pemilihan bahan peledak b) Metode dan teknik yang digunakan c) Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan d) Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya
  • 2. Mengingat dalam proses peledakan tambang bawah tanah membutuhkan biaya yang besar dan resiko keselamatan kerja dan lingkungan yang tinggi, maka hendaknya proses peledakan peledakan dilakukan dengan efektif dan seefisien mungkin dengan memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan. 2.2. Pemilihan Bahan Peledak pada Tambang Bawah Tanah Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari campuran tiga bahan yaitu : a) Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi sebagai bahan peledak dasar (explosive base), misalnya Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene (TNT), Ethylene glycoldinitrate,dan lain-lain. b) Oksidator, yang berfungsi memberikan oksigen, misalnya KClO3, NaClO3, NaNO3, dan sebagainya c) Zat penyerap/tambahan misalnya serbuk kayu, serbuk batubara, dan lain-lain. Berdasarkan kecepatan perambatan reaksinya,bahan peledak dapat dibagi menjadi: 1. Low Explosive, ciri-cirinya adalah : a. Kecepatan perambatan reaksinya rendah b. Tidak seluruhnya bahan yang ada berubah dari phase padat menjadi phase gas sehingga menimbulkan tekanan dan temperatur yang tinggi c. Hanya menghasilkan proses pembakaran yang relatif lambat (deflagrasi) dan tidak menghasilkan getaran gelombang. 2. Hihg Explosive, ciri-cirinya adalah : a. Kecepatan perambatan reaksinya relatif lebih cepat dari low ecplosive b. Semua bahan peledak berubah menjadi phase gas
  • 3. c. Menghasilkan proses propagasi yaitu mengembangbiakan daripada gelombang getaran melalui bahan yang diikuti dengan reaksi kimia yang menyediakan energi untuk kelanjutan propagasi secara stabil. Penggunaan bahan peledak didalam tambang bawah tanah harus diperhatikan faktor-faktor : 1. Sifat dari bahan Peledak a) Api peledaknya kecil b) Peledakan berlangsung cepat c) Temperatur peledakan relative rendah d) Tidak menghasilkan gas beracun 2. Disesuaikan dengan material yang diledakkan 3. Particular set dari standar blasting (OB dan BR) 4. Besarnya biaya Macam bahan peledak yang digunakan untuk pembuatan terowongan dan proses penambangan pada tambang bawah tanah yaitu : 1. Blasting Agent Blasting agent yaitu bahan peledak yang merupakan suatu campuran kimiawi atau komposisi kimia dari bahan-bahan yang tak mengandung Nitrogliserin dan hanya dapat diledakkan oleh “High strength ecplosive primer”. Sifat-sifatnya yang mengentungkan adalah lebih aman dalam faktor pengangkuta karena tidak mengandung Nitrogliserin, tidak membuat rasa pusing akibat baunya, dapat dipaket dalam satu tabung metal sehingga tahan terhadap air dan harganya lebih murah. 2. Permissible Explosive Permissible Explosive yaitu bahan peledak yang khusus dipakai pada tambang bawah tanah, misalnya tambang batubara. Bahan peledak ini tidak
  • 4. mengandung gas-gas beracun, mengandung 60-80% Amonium Nitrate dan 7- 15% Nitrogliserin. Syarat-syarat untuk permissible explosive adalah : a. Api peledakannya kecil dan peledakan berlangsung cepat b. Temperatur peledakan relatif rendah c. Tidak menghasilkan gas-gas beracun. 3. Water gels (slurries), Water gels (slurries) yaitu campuran oxidizer seperti sodium nitrat dan ammonium nitrat, bahan bakar sebagai sensitizer dan air kurang lebih 15%. Water gels sangat cocok digunakan pada tambang bawah tanah oleh karena ketahanannya terhadap air. Kelebihan lain water gels adalah: a. Tidak meledak bila dibanting ataupun diledakkan secara tiba-tiba b. Tidak meledak bila dipanaskan ataupun dibakar tetapi akan mengeluarkan asap dengan tekanan tinggi c. Setelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ANFO atau Dinamit. 4. Dinamit, terdiri dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir dinamit. 2.3. Metode Peledakan Didalam Terowongan 2.3.1 Sistem Kemajuan Pada prinsipnya pembuatan terowongan sama dengan shaft, hanya arahnya saja yang berbeda yaitu horizontal. Apabila pembuatan lubang bukaan sudah lebih besar daripada 45o maka ini sudah dinamakan shift. Sistem kemajuan tergantung kepada alat bor yang tersedia, kondisi batuan dan sistem penyangga yang dipergunakan, tetapi cara yang umum dipakai dalam pembuatan terowongan terdiri dari dua sistem yaitu :
  • 5. a. Cara “full face” b. Cara “top heading and bench” Dalam cara “full face” seluruh permukaan lubang bukaan dibor dengan sistem pola pemboran tertentu dan kemudian sekaligus diledakkan, sedangkan cara pembuatan “bench method”, dimana lubang bukaan dibuat menjadi dua bagian dalam pemboran dan peledakan yaitu bagian atas dan bagian bawah. Pekerjaan peledakan dilakukan pertama pada bagian atas. 2.3.2. Perimeter Blasting Perimeter Blasting adalah proses peledakan yang dilaksanakan dengan sangat hatu-hati. Untuk mendapatkan permukaan akhir lubang bukaan yang tepat dan kondisi batuan disekitar lubang tersebut tidak mengalami kerusakan. Maksud dari “perimeter blasting” tidak hanya untuk memperoleh permukaan bukaan yang rata tetapi juga untuk menjaga agar daerah disekitar permukaan tidak mengalami keretakan dan kerusakan selama bukaan tersebut digunakan. Perimeter Blasting berguna untuk : 1. Membuat rata permukaan terowongan 2. Membuat agar permukaan terowongan lebih stabil 3. Mengurangi “over break” 4. Mengurangi pemakaian beton 5. Mengurangi retakan dan masuknya air tanah kedalam terowongan. Dikenal dua teknik untuk pelaksanaan “perimeter blasting” yaitu: a. “pre-splitting” b. smooth blasting Dasar kedua teknik tersebut adalah pada pengisian bahan peledak dengan diameter yang lebih kecil dari diameter lubang tembak sehingga bahan peledak tidak langsung bersentuhan dengan dinding lubang tembak atau disebut dengan istilah
  • 6. “decoupled charge”. Lubang-lubang ini dibuat pada kontur akhir terowongan yang direncanakan dan diledakkan secara bersama-sama. Perbedaan “pre-spliting” dan “smooth blasting” adalah pada peledakan daripada lubang-lubang kontur ini. Pada “pre-splitting” lubang kontur diledakkan sebelum peledakan utama sedang pada “smooth blasting” lubang kontur diledakkan setelah peledakan utama. Perbedaan lain adalah dalam hal jarak lubang tembak (spacing) dimana pada presplitting lubang kontur lebih rapat letaknya satu sama lain. Pada pre-splitting jarak lubang kontur biasanya antara 8-12 kali diameter lubang dan jarak antara lubang tembak dengan bidang bebas (burden) adalah tak terterhingga. Konsentrasi isian bahan peledak (dalam kg per meter) pada “pre-splitting” dan “smooth blasting” adalah sama. 2.3.4. Pola Lubang Tembak Mengingat ruang sempit yang membatasi kemajuan pengeboran dan hanya terdapat satu bidang bebas, maka harus dibuat suatu pola pengeboran yang disesuaikan dengan kondisi tersebut. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa minimal terdapat dua bidang bebas agar proses pelepasan energi berlangsung sempurna, sehingga batuan akan terlepas atau terberai dari induknya lebih ringan. Pada bukaan bawah tanah umumnya hanya terdapat satu bidang bebas, yaitu permuka kerja atau face. Untuk itu perlu dibuat tambahan bidang bebas yang dinamakan cut. Secara umum terdapat empat tipe cut yang kemudian dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi batuan setempat, yaitu: 1) Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut (lihat Gambar 1.2). Empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, sehingga berbentuk piramid. Puncak piramid di bagian dalam dilebihkan sekitar 15 cm (6 inci) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada. Pada bagian puncak piramid
  • 7. terkonsentrasi bahan peledak kuat. Dengan meledakkan center cut ini secara serentak akan terbentuk bidang bebas baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cut sangat efektif untuk betuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai efek gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu kecil. Gambar 1.2. Sketsa dasar center cut 2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setiap pasang dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk baji (lihat Gambar 1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah disbanding pyramid cut, tetapi kurang efektif untuk meledakkan batuan yang keras. Gambar 1.3. Sketsa dasar wedge cut
  • 8. 3) Drag cut atau pola kipas: Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu berbentuk baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-tengan bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara membuatnya adalah lubang dibor miring untuk membentuk rongga di lantai atau dinding. Pengeboran untuk membuat rongga dari bagian dinding disebut juga dengan fan cut atau cut kipas. Beberapa pertimbangan pada penerapan pola drag cut :  Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau batuan sedimen lainnya.  Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras.  Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga kayu. Gambar 1.4 memperlihatkan drag cut yang dibuat dari arah lantai. Gambar 1.4. Sketsa dasar drag cut 4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir (sandstone) atau batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara lain:
  • 9.  Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam dibanding jenis cut yang lainnya  Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas mini, sehingga pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi tarik dapat berlangsung efektif. Disamping itu lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka tempat fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang bermuatan bahan peledak. Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan dengan pola burn cut ini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang memuaskan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:  Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor yang konvergen atau divergen, jadi harus benar-benar lurus dan sejajar.  Harus digunakan bahan peledak lemah (low explosive) untuk menghindari pemadatan dari fragmen batuan hasil peledakan di dalam lubang yang kosong.  Lubang cut harus diledakkan secara tunda untuk memberi kesempatan pada fragmen batuan terlepas lebih mudah dari cut. Gambar 1.5. Sketsa dasar burn cut
  • 10. 210 mm 80 180 210 a. GRONLUND CUT 250 mm 500 200 75 b. MICHIGAN CUT 35 35 250 mm 500 160 75 c. CAT HOLE DENGAN 75 mm (3 inci) LUBANG KOSONG 100 170 60 d. TRIANGULAR BURN CUT DENGAN LUBANG 35 mm 90 520 140 150 300 e. BULLOCK CUT Gambar 1.6. Variasi burn cut (Langerfors,1978) 2.3.5. Lubang “easer” dan Trimmer” Lubang “easer” dibuat mengelilingi “cut” untuk memperbesar bukaan “cut” sehingga lubang “trimmer” dapat membuat bentuk daripada terowongan. Untuk terowongan berukuran biasa, satu ronde peledakan terdiri dari sekitar 40 buah lubang tembak dimana setiap lubang tembak membuat bukaan seluas sekitar 0,25-0,5 m2. Banyaknya lubang “easer” serta penempatannya tergantung kepada pola lubang “cut”. Pada pola “burn cut” penempatan lubang “easer” tidak boleh terlalu dekat pada “cut” untuk menghindari terjadinya ledakan premature daripada lubang easer. Disarankan untuk menempatkan lubang easer antara 30-50 cm dari “cut”.
  • 11. Lubang trimmer pada akhirnya akan membuat bentuk dari terowongan. Banyak dan posisi daripada lubang “trimmer” tergantung daripada ukuran terowongan, kekerasan batuan, dan fragmentasi yang disesuaikan dengan system pemuatan. 2.4. Pola Peledakan pada Tambang Bawah Tanah Prinsip pola peledakan di tambang bawah tanah adalah sama dengan di tambang terbuka, yaitu membuat sekuensial ledakan antar lubang. Peledakan pembuatan cut merupakan urutan pertama peledakan di bawah tanah agar terbentuk bidang bebas baru disusul lubang-lubang lainnya, sehingga lemparan batuan akan terarah. Urutan paling akhir peledakan terjadi pada sekeliling sisi lubang bukaan, yaitu bagian atap dan dinding. Pada bagian tersebut pengontrolan menjadi penting agar bentuk bukaan menjadi rata, artinya tidak banyak tonjolan atau backbreak pada bagian dinding dan atap. Permukaan kerja suatu bukaan bawah tanah, misalnya pada pembuatan terowong-an, dibagi ke dalam beberapa kelompok lubang yang sesuai dengan fungsinya (lihat Gambar 1.7.), yaitu cut hole, cut spreader hole, stoping hole, roof hole, wall hole dan floor hole. Bentuk suatu terowongan terdiri bagian bawah yang disebut abutment dan bagian atas dinamakan busur (arc). Gambar 1.8, 1.9, dan 1.10 memperlihatkan pola peledakan untuk membuat terowongan dengan bentuk cut yang berbeda masing-masing burn cut, wedge cut, dan drag cut.
  • 12. Tinggi busur Tinggi abutment Roof holes atau back holes Stoping holes atau helper holes atau reliever holes Wall holes atau rib holes Cut holes Cut spreader holes atau raker holes Floor holes atau lifter holes Gambar 1.7 Kelompok lubang pada pemukaan kerja suatu terowongan 5,2 m 18 18 18 18 18 18 16 15 16 18 19 19 17 17 18 18 16 16 14 14 12 9 11 11 15 13 15 13 12 10 10 12 13 9 13 18 18 18 17 16 12 17 18 7,5 m 11 11 14 15 14 15 14 14 15 15 17 16 16 16 17 16 16 17 17 2 3 4 1 5 8 7 6 Gambar 1.8. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
  • 13. 11 11 11 11 11 10 9 9 10 11 11 11 11 10 9 8 7 7 7 8 9 10 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 10 9 9 9 9 9 9 9 9 10 6,4 m 9,4 m 5,6 m TAMPAK DEPAN TAMPAK ATAS 11 8 9 9 9 9 7 6 8 10 7 2 2 4 6 8 10 11 6 8 8 6 7 10 12 1 3 7 4 5 7 11 11 2,8 m 2,5 m 1,0 m 12 12 TAMPAK DEPAN TAMPAK ATAS Gambar 1.9. Pola peledakan dengan wedge cut pada suatu terowongan Gambar 1.10 Pola peledakan dengan drag cut pada suatu terowongan 2.5. Pengendalian Bahan Peledak Bahan peledak selain merupakan bahan yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, juga merupakan barang yang berbahaya sehingga penanganan bahan peledak pada kegiatan penambangan sangat penting untuk diketahui. 2.5.1. Pengamanan sebelum peledakan Sebelum pekerjaan peledakan dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
  • 14. a. Melakukan kontrol keadaan disekeliling daerah yang akan diledakkan untuk menghindari hal-hal yang bakal terjadi diluar perhitungan. b. Sebelum dimulai pekerjaan mempersiapkan primer/ bahan peledak dan mengisinya kelubang bor, maka terlebih dahulu semua jalan masuk ditempat peledakan harus pada jarak yang cukup jauh dipasang tanda-tanda perhatian yang menyolok mata dan dimengerti, juga ditempat aman pada jalan masuk tersebut tidak ditempatkan penjaga. c. Pekerja/ orang-orang serta peralatan yang ada ditempat yang akan diledakkan harus segera diamankan. d. Bila tempat peledakan yang akan diledakkan itu terletak sedemikian dekat dari tempat kerja lain, dimana akibat dari peledakan itu dapat membahayakan, maka petugas peledakan wajib memberitahukan kepada karyawan-karyawan yang ada ditempat kerja tersebut supaya menyingkir ditempat perlindungan yang aman pada saat pelaksanaan peledakan. e. Untuk pemegang blasting machine harus memperhitungkan arah angin / ventilasi, dan tempat berlindung terhadap kejatuhan benda atau batuan khususnya dari batuan atap. 2.5.2. Pengamanan Sesudah Peledakan Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah : a. Tidak memperkenankan seorangpun memasuki tempat yang sudah diledakkan dalam jangka waktu 30 menit b. Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas
  • 15. dari pengaruh gas-gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu menggantung dari hasil peledakan, sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat kerja tersebut. c. Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup lubang ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat dengan jelas dan tidak dibenarkan mengorek keluar material stemming lubang ledak tersebut. d. Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan mengeluarkan stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi atau memakai air, setelah keluar sebagian besar stemmingnya maka dipasang primer baru kemudian diledakkan. Semua usaha ini harus dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis dari Kepala Teknik Tambang.