3. Hassan Al-Banna
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin pertama
Masa jabatan
1928 - 1948
Didahului oleh Tidak ada
Digantikan oleh Hassan al-Hudaybi
Informasi pribadi
Lahir
14 Oktober 1906
Mahmudiyah, Buhairah,Mesir
Meninggal
12 Februari 1949 (umur 42)
Kairo, Mesir
Kebangsaan Mesir
Partai politik Ikhwanul Muslimin
Suami/istri Latifah as-Shuli
Anak Wafa, Ahmad Saiful Islam, Tsana, Roja, Halah, Istisyhad
Pekerjaan Guru
Agama Islam
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
4. Sejarah mencatat dengan tinta emas seorang Guru
mujahid (pejuang) dan mujtahid (pembaharu) yang
bernama Imam Syahid Hasan Al-Banna.
Beliau awalnya sebagai seorang guru madrasah di
kampung halamannya di Negara Mesir namun
pemikiran dan keshalihannya bisa membangkitkan
umat dari kelelapan tidur yang panjang menuju
cahaya Islam yang terang benderang.
Semua ini, diawali dengan program pendidikan yang
terarah dan berkesinambungan dengan pendekatan
nurani. Hasilnya, murid dan pengikutnya tersebar di
seluruh dunia dan Imam Syahid Hasan Al-Banna
dijadikan sebagai simbol kebangkitan Islam dunia.
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
5. Imam Hassan Al Banna lahir pada Oktober 1906 di desa al
Mahmudiya yang terletak di daerah Al Buhairah, Iskandariah, Mesir.
Beliau berasal dari sebuah keluarga Ulama yang dihormati dan
terkenal karena begitu kuat menaati ajaran dan nilai-nilai Islam.
Hassan Al Banna merupakan anak sulung dari lima bersaudara.
Ayahnya, Syeikh Ahmad ibn Abd al Rahman al-Banna adalah
seorang ulama, imam, guru dan pengarang beberapa buah kitab
hadis dan fiqih perundangan Islam, tamatan dari Universiti Al Azhar
Mesir.
Beliau dikenal sebagai seorang yang bersopan santun, pemurah,
rendah hati dan tingkah laku yang menarik.
Ayah Hasan Al-Banna bekerja sebagai tukang jam di desa al
Mahmudiyah, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selebihnya
ia gunakan untuk mengkaji, mendalami dan mengajar ilmu-ilmu
agama seperti tafsir al Quran dan hadis kepada penduduk di
daerahnya.
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
6. Hasan Al- Banna menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya.
Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal
separuh isi Al-Qur'an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar
melengkapi hafalannya.
Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat.
1. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah.
2. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang
tuanya hingga sore.
3. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang
pelajaran sekolah.
4. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an ia
lakukan selesai shalat Shubuh.
Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran.
Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di
sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir.
Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi
Darul Ulum.
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
7. Sejak dini Hasan Al-Banna sudah ditempa oleh keluarganya yang
taat beragama untuk meraih dan memperdalam ilmu di berbagai
tempat dan majelis ilmu. Pertama kali beliau menggali ilmu di
Madrasah Ar Rasyad, kemudian melanjutkan di Madrasah
‘Idadiyah di kota Mahmudiyah tempat beliau dilahirkan.
Pada usianya yang masih muda, Hasan Al-Banna sudah memiliki
perhatian yang besar terhadap persoalan pendidikan dan
dakwah. Beliaupun mampu beraktivitas dalam menegakkan
amar ma’ruf nahi mungkar. Bersama teman-temannya di
sekolah, dibentuklah perkumpulan “Akhlaq Adabiyah” dan “Al-
Man’il Muharramat”. Melalui perkumpulan inilah beliau
menyuarakan kebenaran dan melawan kebatilan. Kelihatannya
memang sejak muda Hasan Al-Banna menginginkan sangat
dakwah Islamiyah tegak dan kokoh di persada negeri Mesir.
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
8. Pada tahun 1920 Hasan Al-Banna melanjutkan pendidikannya
di Darul Mu’allimin Damanhur, hingga menyelesaikan hafalan
Al-Quran diusianya yang belum genap 14 tahun. Beliaupun
aktif dalam pergerakan melawan penjajah. Pada tahun 1923
beliau melanjutkan pendidikannya di Darul Ulum Kairo. Di
sinilah Hasan Al-Banna banyak mendapatkan wawasan yang
luas dan mendalam. Pendidikannya di Darul Ulum
diselesaikan pada tahun 1927 M, dengan hasil yang sangat
memuaskan. Luar biasa, beliau menduduki rangking pertama
di Darul Ulum dan rangking kelima di seluruh Mesir dalam
usianya yang baru menginjak 21 tahun.
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
9. Hasan Al-Banna Sebagai Seorang Guru
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum Kairo,
Hasan Al-Banna bekerja sebagai guru Ibtidaiyah (setingkat SD) di
Ismailiyah. Meskipun mendapatkan penawaran untuk
melanjutkan pendidikan, namun beliau lebih menyenangi
menjadi guru di Ismailiyah hingga 19 tahun beliau berkhidmat
mengajar di sana
Kemudian suatu hal yang sangat mengagumkan berkaitan
dengan kedisiplinan dalam mengajar adalah, “ Bila ada ikhwan
(saudara) yang menelpon dirinya ketika sedang mengajar di
kelas, kemudian petugas memberitahukan padanya. Maka beliau
berpesan kepada petugas tersebut : “Katakan kepadanya, saya
sedang mengajar dan tidak dapat meninggalkan kelas sebelum
selesai jam pelajaran”
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
“SANG GURU DUNIA”
10. Hasan Al-Banna sangat prihatin dan bersedih menyaksikan
kondisi umat Islam, baik di dalam negeri atau pun di dunia
Arab pada umumnya. Waktu itu negara Islam dalam
cengkraman penjajahan negara barat, kekayaan Negara
habis dikuras dan dikirim ke negara penjajah, rakyat hidup
dalam tekanan dahsyat, tidak ada kebebasan, semua diatur
penjajah. Orang yang vokal terhadap penjajah bisa hilang
seketika. Para pengkhianat dipelihara sedemikian rupa,
sebagai kaki tangan penjajah dalam menguasai rakyatnya.
Makanya, banyak rakyat yang mati di tangan orang Mesir
sendiri karena hanya memenuhi ambisi pribadi dan
keuntungan singkat.
11. Hal inilah yang membuat hidup Hasan Al-Banna tidak tenang,
tidurnya tidak nyenyak dan makannya tidak enak. Beliau
berpikir keras untuk mencari solusi tepat dalam
menyelamatkan umat dari kehancuran. Kemudian dengan
semangat membara dan strategi dakwah yang hebat , beliau
tampil sebagai “ Guru Umat “ bekerja keras dan
berkerja ikhlas untuk mendidik dan membimbing umat ke
jalan yang benar. Hasan Al-Banna berdakwah dari masjid ke
masjid, masuk dari satu kedai ke kedai lain, berdiskusi
dengan dosen dan mahasiswa, menyadarkan anak muda,
merekat ulama serta menyatukan tokoh bangsa untuk
bersama berjuang menegakkan kalimatillah.
12. Hasan Al-Banna mendirikan Organisasi Ikhwanul Muslimin
Kecerdasan Hasan Al-Banna, kelembutan bahasanya dan
kesholehan pribadinya, menyebabkan dakwahnya dan usaha
pendidikannya mendapat simpati. Seruan dakwahnya, disambut
meriah dan ajakannya menghasilkan buah nan indah. Banyak di
antara masyarakat terutama dari kalangan anak muda yang
bergabung dengan gerakan dakwah dan gelombang pendidikan
yang dikoordinirnya. Al hasil, Hasan Al-Banna mendirikan sebuah
organisasi yang bernama Ikhwanul Muslimin pada bulan maret
1928 sebagai wadah perjuanagan. Organisasi ini bergerak di
bidang dakwah, pendidikan, dan sosial. Karena organisasi ini
dikelola secara professional dengan manajemen modern maka
organisasi ini berkembang dengan pesat. Berbagai kegiatan
dakwah dan sosial kemasyarakatan membius umat bergabung
dengan gerakan ini.
13. Pemikiran Hasan Al-Banna tentang Pendidikan
Yang sangat menarik dari konsep pendidikan Hasan Al-Banna
adalah pengembangan potensi yang ada pada diri manusia. Semua
aspek kehidupan manusia menjadi sasaran atau target pendidikan
Islam yang bersifat universal dan terpadu. Dalam hal ini seorang
ulama dunia, Yusuf Al Qardhawi, mengatakan, ”Pendidikan Islam
yang dikelola oleh Hasan Al-Banna tidak hanya mementingkan
satu segi tertentu, dan tidak pula mengharuskan adanya
spesialisasi yang sempit, melainkan mencakup semua aspek
secara terpadu dan seimbang. Pendidikan Islam tidak hanya
mementingkan ruhani dan moral seperti yang terdapat pada
paham kaum sufi, dan tidak pula hanya menekankan pendidikan
rasio seperti yang didambakan kaum filosof, dan tidak juga hanya
mementingkan latihan keterampilan dan disiplin sebagaimana
pendidikan dalam kemeliteran, tetapi pendidikan Islam itu
mementingkan semua dimensi secara seimbang.”
14. Dengan program pendidikan dan dakwah yang dilakukan oleh
Hasan Al-Banna melalui organisasi Ikhwanul Muslimin, maka
banyak lahir kader-kader Islam yang militan. Mereka
memahami Islam secara baik dan benar serta berjuang untuk
kejayaan Islam. Mereka berusaha bangkit dari keterpurukan
yang melanda selama ini menuju kejayaan dengan izzah Islam
yang bercahaya.
15. Akhir hayat Hasan Al-Banna
Gerakan dakwah dan pendidikan yang dilakukan oleh Hasan Al-
Banna membuat penguasa menjadi dzalim pada waktu itu.
Penguasa menganggap Hasan Al-Banna dengan organisasinya
sebuah ancaman dan akan menghancurkan tahta kekuasaannya.
Oleh karenanya mereka membuat makar jahat, untuk
menghabisi nyawa Hasan Al-Banna dengan harapan agar dakwah
Ikhwanul Muslimin akan tenggelam.
Tepat hari Sabtu malam Minggu tanggal 12 Desember 1949,
Hasan Al-Banna ditembak oleh orang bejat suruhan pengkhianat
rakyat. Hasan Al-Banna pulang ke Rahmatullah dengan tenang,
dengan wajah ceriah dan senyum yang mempesona sebagai
seorang syuhada. Terselimutilah di hari itu langit Mesir dengan
kesedihan, mendung duka membahana dan rintik tanggis
membahasahi buminya.
16. Yang lebih menyedihkan lagi, rezimpun tidak mengizinkan umat Islam
untuk merawat jenazahnya dan bertakziyah ke rumah shohibul
musibah. Untuk menunjukkan keangkuhan dan kedengkiannya
terhadap Hasan Al-Banna, mereka susun penjagaan militer secara
ketat yang siap untuk bertempur dan tank-tank yang seakan-akan
menghadapi sebuah pertempuran yang dahsyat. Tidak seorangpun
diizinkan membawa jenazahnya menuju makam kecuali orang tuanya
beserta kedua saudari perempuannya.
Hasan Al-Banna telah pergi untuk selama-selamanya, meninggalkan
umat dalam duka nestapa karena ulah penjajah dan rezim yang
berkuasa. Namun, karena ketulusan hati Hasan Al-Banna , semangat
juangnya dan kecintaannya pada agama dan Negara, menjadikan
magnet hebat bagi pengikutnya dalam melanjutkan perjuangannya.
Hasan Al-Banna pergi sebagai “ Guru Dunia “ yang telah mengajarkan
pada semua manusia agar istiqamah berjuang di jalan Allah. Sekalipun
jasadnya sudah tiada namun konsep perjuangannya masih hidup
sepanjang masa.