SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
TUGAS
PENGKAJIAN STOK IKAN
PEMANFAATAN SUMBERDAYA HAYATI
PESISIR DAN LAUT
OLEH:
AKRAM
PRAMAGISTER
MANAJEMEN PESISIR & TEKNOLOGI KELAUTAN
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
1. PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Sumberdaya ikan laut Indonesia dapat dikelompokkan menjadi sumberdaya
ikan pelagis kecil, sumberdaya ikan pelagis besar, dan sumberdaya ikan demersal.
Sumberdaya ikan demersal adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus
hidupnya berada/menghuni dasar atau dekat dasar perairan, dengan ciri-ciri
pergerakan yang rendah/lamban dan migrasi yang tidak jauh (Aoyama, 1973 dalam
Badruddin. et.al,. 2010).
Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) adalah salah satu ikan demersal
berukuran besar yang mempunyai nilai ekonomis penting karena permintaan pasar
yang tinggi. Jenis ikan ini, dan juga Lutjanidae yang lain tersebar sangat luas dan
telah dieksploitasi secara intensif di berbagai perairan di Indonesia. Berdasarkan
data laporan Statistik Perikanan Tangkap Sulawesi Selatan 2012, diketahui bahwa
produksi ikan kakap merah dari tahun 2007 sampai 2012 cenderung meningkat
yakni pada tahun 2007 sebesar 4.199,6 ton, tahun 2008 sebesar 4.494,7 ton, tahun
2009 sebesar 5.613,2 ton, tahun 2010 sebesar 5.818,3 ton, tahun 2011 sebesar
8.236,8 ton dan pada tahun 2012 sebesar 8.430,4 ton.
Semakin tingginya tingkat eksploitasi dari tahun ke tahun, diperlukan sistem
manajemen yang lebih baik untuk tercapainya kelestarian populasi. Dalam jangka
pendek sistem manajemen penangkapan ditujukan untuk menghindari terjadinya
penangkapan yang lebih terhadap stok ikan, sedangkan dalam jangka panjang
sistem manajemen ditekankan terhadap perlindungan kelangsungan hidup dari
populasi ikan ini.
Perairan Munte terletak di Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara dan
merupakan suatu daerah penghasil sumberdaya perikanan terbesar di kabupaten ini.
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Luwu Utara khususnya ikan kakap merah
pada tahun 2007 berkisar 100,5 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2008
yaitu sekitar 227,1 ton. Pada tahun tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami
penurunan yakni pada tahun 2009 sebesar 77.9 ton, tahun 2010 sebesar 213.7 ton,
tahun 2011 sebesar 37,8 ton dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2012
sebesar 384,6 (Laporan Statistik Perikanan Tangkap Sulawesi Selatan, 2012).
Terjadinya fluktuasi penangkapan ini diakibatkan oleh sistem penangkapan
yang tidak terkontrol dengan baik dan sistem manajemen penangkapan yang kurang
baik, untuk itu diperlukan pengelolaan penangkapan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan jumlah produksinya tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya yang
ada. Dengan adanya informasi tersebut perlu diadakan penelitian mengenai
parameter dinamika populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di perairan
Munte Kabupaten Luwu Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kelompok umur, pertumbuhan, mortalitas, tingkat ekploitasi,
dan nilai yield per recruitment ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di
perairan Munte Kabupaten Luwu Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kelompok umur, pertumbuhan, mortalitas, tingkat
eksploitasi dan nilai yield per rekruitmen ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus)
yang ada di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pengelolaan
populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) yang ada di perairan Munte
Kabupaten Luwu Utara sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimum
dan tetap menjamin kelestarian sumberdaya tersebut.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013 di Perairan
Munte, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Peta lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar dengan ketelitian
0,1 cm untuk mengukur panjang ikan, alat tulis-menulis untuk mencatat hasil
pengukuran di lapangan, kamera digital untuk dokumentasi, GPS (Global
Positioning System) untuk menentukan koordinat lokasi pengambilan sampel,
laptop (Microsoft excel 2007) untuk mengolah data, thermometer untuk mengukur
suhu perairan. Adapun bahan yang akan diukur sebagai sampel berupa ikan kakap
merah yang diperoleh dari nelayan bubu.
2.3. Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan data primer. Pengambilan data primer
dilakukan sebanyak 24 kali dengan interval waktu tiga kali dalam seminggu selama
dua bulan. Sampel berupa ikan kakap merah yang diperoleh dari nelayan bubu yang
beroperasi di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode acak bertingkat dimana ikan dikelompokkan dalam ukuran
besar, sedang, dan kecil.
Panjang ikan yang diukur adalah panjang total yaitu ikan mulai diukur dari
ujung moncong hingga ujung sirip ekor. Panjang ikan diukur dengan menggunakan
mistar dan dinyatakan dalam ukuran cm. Panjang total ikan kakap merah dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Panjang Total Ikan Kakap Merah
2.4. Analisa Data
2.4.1. Kelompok Umur
Untuk menduga kelompok umur dalam populasi ikan kakap merah
digunakan metode Bhattacharya (1967) dalam Sparre at. al.,(1989) yaitu ikan
dibagi ke dalam beberapa kelas panjang dan mencari frekuensi terhitung (Fc) dari
frekuensi masing-masing kelompok tersebut. Frekuensi setiap kelas panjang diubah
ke dalam perhitungan logaritma kemudian dicari selisih logaritma suatu kelas
dengan kelas sebelumnya. Nilai tengah kelas masing-masing kelas panjang (sumbu
x) diplotkan terhadap selisih logaritma frekuensi kelas panjang (sumbu y). Titik-
titik yang diplotkan akan membentuk garis lurus. Perpotongan garis lurus dengan
sumbu x memberikan nilai x (rata-rata panjang individu setiap kelompok umur)
nilai x juga dapat dihitung dengan rumus:
𝑥 = − (𝑎/𝑏)
Keterangan:
a = Intercept
b = Slope persamaan garis linear
Distribusi frekuensi panjang dari kelompok umur mengikuti distribusi
normal. Untuk mendapatkan distribusi frekuensi yang normal, maka frekuensi yang
diamati diubah ke dalam frekuensi yang dihitung (Fc) dengan menggunakan
persamaan distribusi normal (Hassel Blad dalam Sparre et. al., 1999) yaitu :
Keterangan:
Fc = Frekuensi Calculated
N = Jumlah ikan
dl = Interval kelas
S = Standar deviasi
𝑥 = Panjang rata-rata
X = Tengah kelas panjang total
𝜋 = 3,1415
2.4.2. Pertumbuhan
Untuk menduga pola/model pertumbuhan ikan kakap merah, digunkan
metode von Bertalanffy dalam Sparre at. al.(1989), yaitu :
Keterangan :
Lt = Panjang ikan pada umur t (cm)
L∞ = Panjang asimptot ikan (cm)
K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)
to = Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol (tahun)
t = Umur ikan (tahun)
Untuk memperoleh nilai dugaan parameter L∞ dan K, digunakan metode
Ford-Walford dalam Sparre et. al. (1989) yaitu dengan persamaan sebagai berikut :
L ( t + Δt ) = a + b. L (t)
Selanjutnya persamaan tersebut dimasukkan ke persamaan regresi linier,
yaitu :
Y = a + b. X
Keterangan :
X = L (t) Y = L (t + Δt)
a = L∞ (1 - b) b = exp (-K. Δt)
Sehingga dapat diperoleh :
L∞ = 𝑎/1−𝑏 K = −(1/Δ𝑡)𝐿𝑛 𝑏
Selanjutnya untuk menentukan to digunakan rumus Pauly (1983), Yaitu :
Log (-to) = -0,3922 – 0,2752 (log L∞) – 1,038 (log K)
Keterangan :
L∞ = Panjang asimptot ikan (cm)
K = Koefeisien laju pertumbuhan (tahun)
To = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)
2.4.3. Mortalitas
a. Mortalitas Alami
Mortalitas alami diduga dengan menggunakan rumus Empiris
(Pauly, 1980) sebagai berikut:
Ln M = -0,152 – 0,279 Ln L∞ + 0,6543 Ln K + 0,4634 Ln T
Keterangan:
M = Laju mortalitas alami (tahun)
L∞ = Panjang asimptot pada ikan (cm)
K = Koefisien pertumbuhan
T = Suhu rata-rata perairan (0C)
b. Mortalitas Total
Mortalitas total akan diduga dengan persamaan yang dikemukakan
oleh Beverton dan Holt (1956) dalam Sparre et al. (1999) yaitu :
Keterangan :
Z = Laju mortalitas total (tahun)
K = Koefisien laju pertumbuhan
L∞ = panjang asimtot ikan (cm)
𝐿 = panjang rata-rata ikan yang tertangkap (cm)
L’ = ukuran terkecil ikan yang tertangkap (cm)
c. Mortalitas Penangkapan
Mortalitas penangkapan (F) diduga dengan persamaan :
Z = F + M
Sehingga dapat diperoleh :
F = Z – M
2.4.4. Laju Eksploitasi
Dari hasil yang didapat pada mortalitas maka untuk menduga tingkat
eksploitasinya (E) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Beverton dan Holt
(Sparre dan Venema, 1999) yaitu :
𝐸 = 𝐹/𝑍
Keterangan :
F = Nilai mortalitas penangkapan
Z = Mortalitas total
2.4.5. Yield Per Recruitment
Yield per recruitment (Y/R) diketahui dengan persamaan Beverton dan Holt
(Sparre et al. 1989) yaitu :
Keterangan :
E = Laju eksploitasi
L’ = batas terkecil ukuran kelas panjang ikan yang tertangkap (cm)
M = laju mortalitas alami (per tahun)
K = koefisien laju pertumbuhan (per tahun)
L∞ = panjang asimtot ikan (cm)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Deskripsi Alat Tangkap Bubu
Bubu adalah alat tangkap yang cara pengoperasiannya bersifat pasif yaitu
dengan cara menarik perhatian ikan agar masuk kedalamnya. Prinsip penangkapan
ikan menggunakan bubu adalah membuat ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar
dari bubu (Sainsbury, 1996). Alat tangkap ini sangat banyak digunakan di Desa
Munte karena pengoperasiannya sangat mudah dan efisien serta hasil tangkapannya
berbagai jenis ikan demersal yang bernilai ekonomis tinggi, salah satunya adalah
ikan kakap merah.
Menurut Martasuganda (2003), bentuk bubu yang bervariasi tersebut
disesuaikan dengan ikan yang akan dijadikan target penangkapan. Meskipun yang
dijadikan target penangkapan sama, terkadang bentuk bubu yang dipakai bisa juga
berbeda, tergantung dari pengetahuan ataupun kebiasaan nelayan yang
mengoperasikannya.
3.1.1. Konstruksi Alat Tangkap Bubu
Konstruksi bubu sangat sederhana karena hampir semuanya terbuat dari
bahan jaring, kecuali untuk rangka terbuat terbuat dari kayu yang fungsinya selain
sebagai kerangka juga sebagai pemberat pada saat bubu dioperasikan. Untuk alat
tangkap bubu yang digunakan pada penelitian ini yaitu bubu segi empat yang
terbuat dari tali nilon yang telah rajut menjadi jaring dengan ukuran mata jaring
sebesar 3 cm dan rangkanya terbuat dari kayu bakau. Adapun bentuk alat tangkap
bubu dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 4. Alat tangkap bubu (tampak samping)
3.1.2. Pengoperasian Alat Tangkap Bubu
Pengoperasian alat tangkap bubu ini tambahkan daun kelapa dan daun
bakau yang diletakkan pada bagian atas bubu yang berfungsi sebagai penarik ikan-
ikan kecil datang bersarang pada daun tersebut, ketika ikan-ikan kecil berkumpul
didaerah daun tersebut maka hal tersebut akan menarik perhatian ikan-ikan besar
seperti ikan kakap merah, karapu, jenaha dan lainnya untuk datang mencari makan
dan masuk didalam bubu sehingga terperangkap tak bisa keluar lagi. Daerah
pengoperasian bubu ini di perairan dasar dengan kedalam sekitar 50 m dari
permukaan. Untuk pengangkatan bubu ini biasanya para nelayan membutuhkan
waktu selama seminggu.
Hasil tangkapan alat tangkap bubu ini berupa ikan kakap merah, karapu,
jenaha, sunu dan ikan-ikan dasar lainnya yang bernilai ekonomis tinggi.
Dibandingkan dengan alat tangkap ikan lainya bubu memang lebih praktis
penggunaannya selain mudah dalam pengoperasiannya juga tidak membutuhkan
umpan.
Gambar 4. Pengangkatan alat tangkap bubu
3.2. Kelompok Umur
Jumlah sampel ikan kakap merah yang diperoleh selama penelitian adalah
1.100 ekor dengan kisaran panjang total 12 cm sampai 84 cm. Ikan kakap merah
dikelompokkan berdasarkan kelas ukuran kemudian dihitung frekuensi menurut
kelompok umur. Dari kelas ukuran yang ada diperoleh frekuensi panjang terbesar
pada kelas ukuran panjang 39 - 42 cm sebanyak 153 dari total hasil tangkapan,
sedangkan frekuensi panjang terkecil terdapat pada kelas ukuran panjang 81 - 84
cm sebanyak 3 dari total hasil tangkapan yang diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis Bhattacharya (Sparre et. al.,1999) dengan
menggunakan hasil pemetaan selisih logaritma natural frekuensi teoritis terhadap
nilai tengah kelas diperoleh tiga kelompok umur pada ikan kakap merah dapat
dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Histogram frekuensi hasil tangkapan ikan kakap
merah (Lutjanus malabaricus) di sekitar perairan
Munte, Kabupaten Luwu Utara
Dalam sampel hasil tangkapan maka didapatkan 3 kelompok umur, yaitu
kelompok umur yang pertama berada pada kisaran 12 - 24 cm, kelompok umur
kedua berada pada kisaran 24 - 51 cm, kelompok umur yang ketiga berada pada
kisaran 51 - 84 cm. Dengan panjang rata-rata kelompok umur masing-masing
adalah 18,196 cm, 41,801 cm, 57,456 cm (Gambar 5).
Dari Gambar 8 dapat kita ketahui bahwa pada umumnya kakap merah yang
tertangkap di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara pada umumnya berukuran
besar, sedangkan ikan kakap merah yang berukuran kecil kurang tertangkap karena
penangkapan dilakukan didaerah perairan dalam sehingga ikan yang tertangkap
rata-rata berukuran besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sucitra (2012) menemukan bahwa
panjang ikan kakap merah sebanyak 844 ekor yang di peroleh dari perairan
Kabupaten Bulukumba didapat ukuran antara 14 – 36 cm. Frekuensi ikan sampel
terbesar ditemukan pada kisaran 17 – 18 cm dengan jumlah sampel sebanyak 201
ekor. Perbedaan akan hasil berbagai penelitian yang diperolah diduga karena
perbedaan jumlah data ikan yang diukur beserta ukuran yang diperoleh.
Dari hasil penelitian, maka dilakukan pemetaan logaritma panjang total
terhadap nilai tengah kelas diperoleh 3 panjang rata – rata dengan ukuran panjang
masing–masing 18,196 cm, 41,801 cm, dan 57,456 cm.
Gambar 6. Pemetaan nilai tengah kelas dengan selisih logaritma
natural frekuensi kumulatif ikan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) pada setiap kelompok umur
Tabel 1. Hubungan kisaran panjang, panjang rata – rata dan umur relatif pada ikan
kakap merah (Lutjanus malabaricus) di sekitar perairan MunteKabupaten
Luwu Utara.
Umur Relative (tahun) Kisaran Panjang (cm) Panjang Rata-rata (cm)
I
II
III
12 – 24
24 – 51
51 – 84
18,196
41,801
57,456
3.3. Pertumbuhan
Hasil analisis menggunakan metode Ford – Walford (Sparre et. al., 1989)
diperoleh nilai panjang asimptot (L∞) Ikan kakap merah di perairan Munte
Kabupaten Luwu Utara sebesar 88,282 cm, sedangkan koefisien laju pertumbuhan
(K) adalah 0,411 per tahun. Sedangkan nilai to diperoleh dengan menggunakan
rumus Pauly (1983) yaitu -0,297. Berdasarkan nilai L∞, K, dan to yang diperoleh
dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy didapatkan persamaan
pertumbuhan kakap merah di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara sebagai
berikut :
Dari persamaan pertumbuhan diatas maka dapat diketahui panjang ikan
kakap merah dari berbagai umur relatif, sehingga dapat dihitung pertambahan
panjang ikan kakap merah untuk setiap tahunnya hingga mencapai panjang
asimptotnya (Gambar 7).
Gambar 7. Kurva pertumbuhan ikan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) di sekitar perairan Munte Kabupaten
Luwu Utara.
Berdasarkan kurva pertumbuhan seperti tampak pada Gambar 10 terlihat
bahwa pertumbuhan panjang ikan kakap merah yang cepat terjadi pada umur muda
dan semakin lambat seiring dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang
asimptot dimana ikan bertambah panjang lagi (Azis, 1989). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Niklosky, (1963) bahwa ikan-ikan muda akan memiliki pertumbuhan
yang relatif cepat, sedangkan ikan-ikan dewasa akan semakin lambat untuk panjang
maksimumnya selanjutnya akan terhenti pada saat mencapai panjang asimptotnya.
Hal ini disebabkan karena energi yang diperoleh dari makanan tidak lagi
dipergunakan untuk pertumbuhannya melainkan dipergunakan untuk mengganti
sel-sel tubuh yang rusak.
Pada penelitian lain yang dilakukan Méndez. et al. (2010) di perairan
Bufadero, Michoacán, Meksiko pada Lutjanus guttatus menemukan bahwa ikan ini
memiliki panjang asimptot (L∞) = 96.60 cm, pertumbuhan (K) = 0,22 per tahun dan
umur teoritis (to) = -0,10 tahun. Dan untuk penelitian pada jenis ikan Lutjanus peru
yang diteliti oleh Cabello et. al. (2010) di perairan yang sama menemukan bahwa
jenis ikan ini memiliki panjang asimptot (L∞) = 81,12 cm, pertumbuhan (K) = 0,24
per tahun dan umur teoritis (to) = -0,39 tahun. Adanya perbedaan akan berbagai
hasil penelitian yang diperoleh, diduga karena kondisi suatu perairan yang berbeda,
selain itu juga diduga karena perbedaan jumlah data ikan yang di ukur beserta
ukuran yang diperoleh dan kondisi makanan di perairan.
Stugent (1989) dalam Sucitra (2012), berpendapat bahwa pertumbuhan
panjang ikan mudah lebih cepat daripada ikan yang berumur tua pada kondisi
perairan yang sama. Apabila perairan berubah kondisi maka pertumbuhan ikan
dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan dari ekologinya termasuk makanan,
penyakit dan perubahan musim yang tidak menentu.
3.4. Mortalitas
Pendugaan laju mortalitas total (Z) dianalisis dengan menggunakan metode
Beverton dan Holt (Sparre, et. al., 1999). Untuk ikan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara diperoleh nilai dugaan
mortalitas total (Z) sebesar 1,845 per tahun, sedangkan nilai mortalitas alami (M)
dianalisa dengan menggunakan rumus Empiris Pauly (1980) dengan memasukkan
nilai K = 0,411 per tahun, L∞ = 88,282 cm dan suhu perairan 280C. Dengan
demikian diperoleh nilai dugaan mortalitas alami (M) = 0,644 sedangkan nilai laju
mortalitas penangkapan (F) diperoleh dengan mengurangkan nilai Z terhadap M
sehingga diperoleh nilai dugaan F = 1,201 per tahun. Hasil berbeda juga didapatkan
pada penelitian yang dilakukan Sucitra (2012) pada ikan kakap merah (Lutjanus .
sp) di perairan Bulukumba dimana mortalitas alami (M) = 0,61, mortalitas
penangkapan (F) = 0,73 dan mortalitas total (Z) = 1,34.
3.5. Laju Eksploitasi
Nilai laju eksploitasi (E) di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara
tergolong tinggi karena berada di angka 0,651 per tahun. Dimana berdasarkan nilai
laju mortalitas total (Z) dan laju mortalitas penangkapan (F), maka laju eksploitasi
dapat diduga dengan F / M dimana Eopt adalah dari pihak yang berwenang dalam
hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Utara seperti pengaturan
tentang ukuran mata jaring atau pembatasan alat tangkap bubu, maka sumberdaya
hayati ikan pada waktu mendatang dapat mengalami kelebihan tangkap dan
berakibat mengganggu kelestarian sumberdaya hayati.
3.6. Yield Per Rekruitmen
Pendugaan stok yield per recruitment merupakan salah satu model yang bisa
digunakan sebagai dasar strategi pengelolaan perikanan. Analisa ini diperlukan
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, karena model ini memberikan gambaran
mengenai pengaruh–pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari tindakan–
tindakan yang berbeda (Gulland, 1983). Nilai dugaan Y/R dianalisis dengan metode
Beverton dan holt dalam Sparre et. al., (1999) dengan memasukan nilai–nilai yang
terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai dugaan parameter yang digunakan sebagai masukan pada analisis
Yield per Recruitment ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di
Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara.
Parameter Populasi Nilai Dugaan (per tahun)
Koefisien Laju Pertumbuhan (K)
Panjang Asimptot ( L∞)
Mortalitas Total (Z)
Mortalitas Alami (M)
Mortalitas Penangkapan (F)
Laju Eksploitasi (E)
0,411
88,282
1,845
0,644
1,201
0,651
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3, maka dapat diketahui bahwa nilai
dugaan Y/R sebesar 0,046 gram/recruit yang diambil sebagai hasil tangkapan. ini
berarti bahwa dalam setiap recruitmen yang terjadi terdapat 0,046 gram yang
diambil sebagai hasil tangkapan.
Gambar 8. Kurva hubungan Yield per Rekruitment (Y/R) terhadap
nilai Laju Eksploitasi (E) Ikan kakap merah (Lutjanus
malabaricus) di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara
Nilai E yang diperoleh saat ini adalah 0,651 dengan Y/R = 0,046
gram/recruitmen, nilai Eopt = 0,7 dengan Y/R = 0,047 (Gambar 8). Dari nilai ini
menunjukkan bahwa populasi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten
Luwu Utara belum mengalami laju eksploitasi tinggi karena belum melewati nilai
optimum penangkapan. Apabila dilakukan penangkapan secara terus-menerus tanpa
pengawasan seperti pengaturan tentang ukuran mata jaring atau pembatasan alat
tangkap bubu, maka stok ikan kakap merah akan semakin berkurang bahkan suatu
saat akan mengalami kepunahan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data terhadap Parameter Dinamika
Populasi Ikan Kakap Merah di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Populasi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara
terdiri tiga kelompok umur.
b. Pertumbuhan ikan kakap merah di perairan Munte mengalami
pertumbuhan yang lambat (K = 0,411 < 0,5 per tahun) .
c. Mortalitas ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara
lebih banyak diakibatkan oleh aktifitas penangkapan.
d. Populasi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara
belum berada pada laju eksploitasi tinggi karena laju eksploitasi saat ini
lebih rendah dari pada laju eksploitasi optimal.
e. Yeild per recruitment ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten
Luwu Utara sebesar 0,046 gram/recruit.
4.2. Saran
Untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut dan lengkap perlu adanya
penelitian lanjutan tentang aspek biologi reproduksi ikan kakap merah di perairan
Munte Kabupaten Luwu Utara seperti berapa kali ikan kakap merah memijah per
tahun sehingga dapat diduga musim penangkapan ikan kakap merah. Ikan contoh
yang diambil sebaiknya mewakili setiap musim penangkapan sehingga informasi
yang diperoleh dapat lebih menyeluruh.
Sumber :
Akram. 2013. Parameter Dinamika Populasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus
malabaricus) di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. Skripsi.
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan. Sekolah Tinggi
Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa. Makassar.

More Related Content

What's hot

Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun  Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun ArifFakhrudin5
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1PT. SASA
 
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPT. SASA
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudafirmanahyuda
 
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPT. SASA
 
Pim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joran
Pim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joranPim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joran
Pim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joranPT. SASA
 
Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...
Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...
Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...Dwi Saputra
 
Klasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkapKlasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkapPT. SASA
 
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok IkanDINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok IkanAmos Pangkatana
 

What's hot (20)

Dinamika Stok Ikan
Dinamika Stok IkanDinamika Stok Ikan
Dinamika Stok Ikan
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun  Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
 
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkapPim1221 3 klasifikasi alat tangkap
Pim1221 3 klasifikasi alat tangkap
 
Pengantar limnologi
Pengantar limnologiPengantar limnologi
Pengantar limnologi
 
Sistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkapSistem perikanan tangkap
Sistem perikanan tangkap
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
Kegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairanKegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairan
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Benthos Subtidal
Benthos SubtidalBenthos Subtidal
Benthos Subtidal
 
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
 
Pim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joran
Pim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joranPim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joran
Pim1221 9 menangkap ikan dengan pancing joran
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...
Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...
Laporan hasil penelitian studi komparatif alat tangkap jaring ingsan dan baga...
 
Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)
 
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPBProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
 
Klasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkapKlasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkap
 
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok IkanDINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Pengkajian Stok Ikan
 
Biologi Karang
Biologi KarangBiologi Karang
Biologi Karang
 
Biota laut dilindungi
Biota laut dilindungiBiota laut dilindungi
Biota laut dilindungi
 

Similar to Tugas pengkajian stok ikan

Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
 
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...Repository Ipb
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...Dr. Mauli Kasmi
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Muhammad Ardianto
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
 
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
 
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
 
43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdfwibowo36
 

Similar to Tugas pengkajian stok ikan (20)

Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
 
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN E...
 
1
11
1
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
 
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
 
43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf
 
ppt body.pptx
ppt body.pptxppt body.pptx
ppt body.pptx
 
PPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptxPPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptx
 

Recently uploaded

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Tugas pengkajian stok ikan

  • 1. TUGAS PENGKAJIAN STOK IKAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA HAYATI PESISIR DAN LAUT OLEH: AKRAM PRAMAGISTER MANAJEMEN PESISIR & TEKNOLOGI KELAUTAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2016
  • 2. 1. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Sumberdaya ikan laut Indonesia dapat dikelompokkan menjadi sumberdaya ikan pelagis kecil, sumberdaya ikan pelagis besar, dan sumberdaya ikan demersal. Sumberdaya ikan demersal adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus hidupnya berada/menghuni dasar atau dekat dasar perairan, dengan ciri-ciri pergerakan yang rendah/lamban dan migrasi yang tidak jauh (Aoyama, 1973 dalam Badruddin. et.al,. 2010). Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) adalah salah satu ikan demersal berukuran besar yang mempunyai nilai ekonomis penting karena permintaan pasar yang tinggi. Jenis ikan ini, dan juga Lutjanidae yang lain tersebar sangat luas dan telah dieksploitasi secara intensif di berbagai perairan di Indonesia. Berdasarkan data laporan Statistik Perikanan Tangkap Sulawesi Selatan 2012, diketahui bahwa produksi ikan kakap merah dari tahun 2007 sampai 2012 cenderung meningkat yakni pada tahun 2007 sebesar 4.199,6 ton, tahun 2008 sebesar 4.494,7 ton, tahun 2009 sebesar 5.613,2 ton, tahun 2010 sebesar 5.818,3 ton, tahun 2011 sebesar 8.236,8 ton dan pada tahun 2012 sebesar 8.430,4 ton. Semakin tingginya tingkat eksploitasi dari tahun ke tahun, diperlukan sistem manajemen yang lebih baik untuk tercapainya kelestarian populasi. Dalam jangka pendek sistem manajemen penangkapan ditujukan untuk menghindari terjadinya penangkapan yang lebih terhadap stok ikan, sedangkan dalam jangka panjang sistem manajemen ditekankan terhadap perlindungan kelangsungan hidup dari populasi ikan ini. Perairan Munte terletak di Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara dan merupakan suatu daerah penghasil sumberdaya perikanan terbesar di kabupaten ini. Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Luwu Utara khususnya ikan kakap merah pada tahun 2007 berkisar 100,5 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 yaitu sekitar 227,1 ton. Pada tahun tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami penurunan yakni pada tahun 2009 sebesar 77.9 ton, tahun 2010 sebesar 213.7 ton, tahun 2011 sebesar 37,8 ton dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2012 sebesar 384,6 (Laporan Statistik Perikanan Tangkap Sulawesi Selatan, 2012). Terjadinya fluktuasi penangkapan ini diakibatkan oleh sistem penangkapan yang tidak terkontrol dengan baik dan sistem manajemen penangkapan yang kurang baik, untuk itu diperlukan pengelolaan penangkapan yang berkesinambungan untuk meningkatkan jumlah produksinya tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya yang ada. Dengan adanya informasi tersebut perlu diadakan penelitian mengenai parameter dinamika populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana kelompok umur, pertumbuhan, mortalitas, tingkat ekploitasi, dan nilai yield per recruitment ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara? 1.3. Tujuan Penelitian
  • 3. Untuk mengetahui kelompok umur, pertumbuhan, mortalitas, tingkat eksploitasi dan nilai yield per rekruitmen ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) yang ada di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pengelolaan populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) yang ada di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimum dan tetap menjamin kelestarian sumberdaya tersebut. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013 di Perairan Munte, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel 2.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur panjang ikan, alat tulis-menulis untuk mencatat hasil pengukuran di lapangan, kamera digital untuk dokumentasi, GPS (Global Positioning System) untuk menentukan koordinat lokasi pengambilan sampel, laptop (Microsoft excel 2007) untuk mengolah data, thermometer untuk mengukur suhu perairan. Adapun bahan yang akan diukur sebagai sampel berupa ikan kakap merah yang diperoleh dari nelayan bubu.
  • 4. 2.3. Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan data primer. Pengambilan data primer dilakukan sebanyak 24 kali dengan interval waktu tiga kali dalam seminggu selama dua bulan. Sampel berupa ikan kakap merah yang diperoleh dari nelayan bubu yang beroperasi di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode acak bertingkat dimana ikan dikelompokkan dalam ukuran besar, sedang, dan kecil. Panjang ikan yang diukur adalah panjang total yaitu ikan mulai diukur dari ujung moncong hingga ujung sirip ekor. Panjang ikan diukur dengan menggunakan mistar dan dinyatakan dalam ukuran cm. Panjang total ikan kakap merah dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Panjang Total Ikan Kakap Merah 2.4. Analisa Data 2.4.1. Kelompok Umur Untuk menduga kelompok umur dalam populasi ikan kakap merah digunakan metode Bhattacharya (1967) dalam Sparre at. al.,(1989) yaitu ikan dibagi ke dalam beberapa kelas panjang dan mencari frekuensi terhitung (Fc) dari frekuensi masing-masing kelompok tersebut. Frekuensi setiap kelas panjang diubah ke dalam perhitungan logaritma kemudian dicari selisih logaritma suatu kelas dengan kelas sebelumnya. Nilai tengah kelas masing-masing kelas panjang (sumbu x) diplotkan terhadap selisih logaritma frekuensi kelas panjang (sumbu y). Titik- titik yang diplotkan akan membentuk garis lurus. Perpotongan garis lurus dengan sumbu x memberikan nilai x (rata-rata panjang individu setiap kelompok umur) nilai x juga dapat dihitung dengan rumus: 𝑥 = − (𝑎/𝑏) Keterangan: a = Intercept b = Slope persamaan garis linear Distribusi frekuensi panjang dari kelompok umur mengikuti distribusi normal. Untuk mendapatkan distribusi frekuensi yang normal, maka frekuensi yang diamati diubah ke dalam frekuensi yang dihitung (Fc) dengan menggunakan persamaan distribusi normal (Hassel Blad dalam Sparre et. al., 1999) yaitu : Keterangan:
  • 5. Fc = Frekuensi Calculated N = Jumlah ikan dl = Interval kelas S = Standar deviasi 𝑥 = Panjang rata-rata X = Tengah kelas panjang total 𝜋 = 3,1415 2.4.2. Pertumbuhan Untuk menduga pola/model pertumbuhan ikan kakap merah, digunkan metode von Bertalanffy dalam Sparre at. al.(1989), yaitu : Keterangan : Lt = Panjang ikan pada umur t (cm) L∞ = Panjang asimptot ikan (cm) K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun) to = Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol (tahun) t = Umur ikan (tahun) Untuk memperoleh nilai dugaan parameter L∞ dan K, digunakan metode Ford-Walford dalam Sparre et. al. (1989) yaitu dengan persamaan sebagai berikut : L ( t + Δt ) = a + b. L (t) Selanjutnya persamaan tersebut dimasukkan ke persamaan regresi linier, yaitu : Y = a + b. X Keterangan : X = L (t) Y = L (t + Δt) a = L∞ (1 - b) b = exp (-K. Δt) Sehingga dapat diperoleh : L∞ = 𝑎/1−𝑏 K = −(1/Δ𝑡)𝐿𝑛 𝑏 Selanjutnya untuk menentukan to digunakan rumus Pauly (1983), Yaitu : Log (-to) = -0,3922 – 0,2752 (log L∞) – 1,038 (log K) Keterangan : L∞ = Panjang asimptot ikan (cm) K = Koefeisien laju pertumbuhan (tahun) To = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun) 2.4.3. Mortalitas a. Mortalitas Alami
  • 6. Mortalitas alami diduga dengan menggunakan rumus Empiris (Pauly, 1980) sebagai berikut: Ln M = -0,152 – 0,279 Ln L∞ + 0,6543 Ln K + 0,4634 Ln T Keterangan: M = Laju mortalitas alami (tahun) L∞ = Panjang asimptot pada ikan (cm) K = Koefisien pertumbuhan T = Suhu rata-rata perairan (0C) b. Mortalitas Total Mortalitas total akan diduga dengan persamaan yang dikemukakan oleh Beverton dan Holt (1956) dalam Sparre et al. (1999) yaitu : Keterangan : Z = Laju mortalitas total (tahun) K = Koefisien laju pertumbuhan L∞ = panjang asimtot ikan (cm) 𝐿 = panjang rata-rata ikan yang tertangkap (cm) L’ = ukuran terkecil ikan yang tertangkap (cm) c. Mortalitas Penangkapan Mortalitas penangkapan (F) diduga dengan persamaan : Z = F + M Sehingga dapat diperoleh : F = Z – M 2.4.4. Laju Eksploitasi Dari hasil yang didapat pada mortalitas maka untuk menduga tingkat eksploitasinya (E) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Beverton dan Holt (Sparre dan Venema, 1999) yaitu : 𝐸 = 𝐹/𝑍 Keterangan : F = Nilai mortalitas penangkapan Z = Mortalitas total 2.4.5. Yield Per Recruitment Yield per recruitment (Y/R) diketahui dengan persamaan Beverton dan Holt (Sparre et al. 1989) yaitu :
  • 7. Keterangan : E = Laju eksploitasi L’ = batas terkecil ukuran kelas panjang ikan yang tertangkap (cm) M = laju mortalitas alami (per tahun) K = koefisien laju pertumbuhan (per tahun) L∞ = panjang asimtot ikan (cm) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Alat Tangkap Bubu Bubu adalah alat tangkap yang cara pengoperasiannya bersifat pasif yaitu dengan cara menarik perhatian ikan agar masuk kedalamnya. Prinsip penangkapan ikan menggunakan bubu adalah membuat ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar dari bubu (Sainsbury, 1996). Alat tangkap ini sangat banyak digunakan di Desa Munte karena pengoperasiannya sangat mudah dan efisien serta hasil tangkapannya berbagai jenis ikan demersal yang bernilai ekonomis tinggi, salah satunya adalah ikan kakap merah. Menurut Martasuganda (2003), bentuk bubu yang bervariasi tersebut disesuaikan dengan ikan yang akan dijadikan target penangkapan. Meskipun yang dijadikan target penangkapan sama, terkadang bentuk bubu yang dipakai bisa juga berbeda, tergantung dari pengetahuan ataupun kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. 3.1.1. Konstruksi Alat Tangkap Bubu Konstruksi bubu sangat sederhana karena hampir semuanya terbuat dari bahan jaring, kecuali untuk rangka terbuat terbuat dari kayu yang fungsinya selain sebagai kerangka juga sebagai pemberat pada saat bubu dioperasikan. Untuk alat tangkap bubu yang digunakan pada penelitian ini yaitu bubu segi empat yang terbuat dari tali nilon yang telah rajut menjadi jaring dengan ukuran mata jaring sebesar 3 cm dan rangkanya terbuat dari kayu bakau. Adapun bentuk alat tangkap bubu dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 4. Alat tangkap bubu (tampak samping)
  • 8. 3.1.2. Pengoperasian Alat Tangkap Bubu Pengoperasian alat tangkap bubu ini tambahkan daun kelapa dan daun bakau yang diletakkan pada bagian atas bubu yang berfungsi sebagai penarik ikan- ikan kecil datang bersarang pada daun tersebut, ketika ikan-ikan kecil berkumpul didaerah daun tersebut maka hal tersebut akan menarik perhatian ikan-ikan besar seperti ikan kakap merah, karapu, jenaha dan lainnya untuk datang mencari makan dan masuk didalam bubu sehingga terperangkap tak bisa keluar lagi. Daerah pengoperasian bubu ini di perairan dasar dengan kedalam sekitar 50 m dari permukaan. Untuk pengangkatan bubu ini biasanya para nelayan membutuhkan waktu selama seminggu. Hasil tangkapan alat tangkap bubu ini berupa ikan kakap merah, karapu, jenaha, sunu dan ikan-ikan dasar lainnya yang bernilai ekonomis tinggi. Dibandingkan dengan alat tangkap ikan lainya bubu memang lebih praktis penggunaannya selain mudah dalam pengoperasiannya juga tidak membutuhkan umpan. Gambar 4. Pengangkatan alat tangkap bubu 3.2. Kelompok Umur Jumlah sampel ikan kakap merah yang diperoleh selama penelitian adalah 1.100 ekor dengan kisaran panjang total 12 cm sampai 84 cm. Ikan kakap merah dikelompokkan berdasarkan kelas ukuran kemudian dihitung frekuensi menurut kelompok umur. Dari kelas ukuran yang ada diperoleh frekuensi panjang terbesar pada kelas ukuran panjang 39 - 42 cm sebanyak 153 dari total hasil tangkapan, sedangkan frekuensi panjang terkecil terdapat pada kelas ukuran panjang 81 - 84 cm sebanyak 3 dari total hasil tangkapan yang diperoleh. Berdasarkan hasil analisis Bhattacharya (Sparre et. al.,1999) dengan menggunakan hasil pemetaan selisih logaritma natural frekuensi teoritis terhadap nilai tengah kelas diperoleh tiga kelompok umur pada ikan kakap merah dapat dilihat pada gambar 5.
  • 9. Gambar 5. Histogram frekuensi hasil tangkapan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di sekitar perairan Munte, Kabupaten Luwu Utara Dalam sampel hasil tangkapan maka didapatkan 3 kelompok umur, yaitu kelompok umur yang pertama berada pada kisaran 12 - 24 cm, kelompok umur kedua berada pada kisaran 24 - 51 cm, kelompok umur yang ketiga berada pada kisaran 51 - 84 cm. Dengan panjang rata-rata kelompok umur masing-masing adalah 18,196 cm, 41,801 cm, 57,456 cm (Gambar 5). Dari Gambar 8 dapat kita ketahui bahwa pada umumnya kakap merah yang tertangkap di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara pada umumnya berukuran besar, sedangkan ikan kakap merah yang berukuran kecil kurang tertangkap karena penangkapan dilakukan didaerah perairan dalam sehingga ikan yang tertangkap rata-rata berukuran besar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sucitra (2012) menemukan bahwa panjang ikan kakap merah sebanyak 844 ekor yang di peroleh dari perairan Kabupaten Bulukumba didapat ukuran antara 14 – 36 cm. Frekuensi ikan sampel terbesar ditemukan pada kisaran 17 – 18 cm dengan jumlah sampel sebanyak 201 ekor. Perbedaan akan hasil berbagai penelitian yang diperolah diduga karena perbedaan jumlah data ikan yang diukur beserta ukuran yang diperoleh. Dari hasil penelitian, maka dilakukan pemetaan logaritma panjang total terhadap nilai tengah kelas diperoleh 3 panjang rata – rata dengan ukuran panjang masing–masing 18,196 cm, 41,801 cm, dan 57,456 cm. Gambar 6. Pemetaan nilai tengah kelas dengan selisih logaritma natural frekuensi kumulatif ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) pada setiap kelompok umur
  • 10. Tabel 1. Hubungan kisaran panjang, panjang rata – rata dan umur relatif pada ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di sekitar perairan MunteKabupaten Luwu Utara. Umur Relative (tahun) Kisaran Panjang (cm) Panjang Rata-rata (cm) I II III 12 – 24 24 – 51 51 – 84 18,196 41,801 57,456 3.3. Pertumbuhan Hasil analisis menggunakan metode Ford – Walford (Sparre et. al., 1989) diperoleh nilai panjang asimptot (L∞) Ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara sebesar 88,282 cm, sedangkan koefisien laju pertumbuhan (K) adalah 0,411 per tahun. Sedangkan nilai to diperoleh dengan menggunakan rumus Pauly (1983) yaitu -0,297. Berdasarkan nilai L∞, K, dan to yang diperoleh dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy didapatkan persamaan pertumbuhan kakap merah di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara sebagai berikut : Dari persamaan pertumbuhan diatas maka dapat diketahui panjang ikan kakap merah dari berbagai umur relatif, sehingga dapat dihitung pertambahan panjang ikan kakap merah untuk setiap tahunnya hingga mencapai panjang asimptotnya (Gambar 7). Gambar 7. Kurva pertumbuhan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di sekitar perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. Berdasarkan kurva pertumbuhan seperti tampak pada Gambar 10 terlihat bahwa pertumbuhan panjang ikan kakap merah yang cepat terjadi pada umur muda dan semakin lambat seiring dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang asimptot dimana ikan bertambah panjang lagi (Azis, 1989). Hal ini sesuai dengan pernyataan Niklosky, (1963) bahwa ikan-ikan muda akan memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, sedangkan ikan-ikan dewasa akan semakin lambat untuk panjang maksimumnya selanjutnya akan terhenti pada saat mencapai panjang asimptotnya.
  • 11. Hal ini disebabkan karena energi yang diperoleh dari makanan tidak lagi dipergunakan untuk pertumbuhannya melainkan dipergunakan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Pada penelitian lain yang dilakukan Méndez. et al. (2010) di perairan Bufadero, Michoacán, Meksiko pada Lutjanus guttatus menemukan bahwa ikan ini memiliki panjang asimptot (L∞) = 96.60 cm, pertumbuhan (K) = 0,22 per tahun dan umur teoritis (to) = -0,10 tahun. Dan untuk penelitian pada jenis ikan Lutjanus peru yang diteliti oleh Cabello et. al. (2010) di perairan yang sama menemukan bahwa jenis ikan ini memiliki panjang asimptot (L∞) = 81,12 cm, pertumbuhan (K) = 0,24 per tahun dan umur teoritis (to) = -0,39 tahun. Adanya perbedaan akan berbagai hasil penelitian yang diperoleh, diduga karena kondisi suatu perairan yang berbeda, selain itu juga diduga karena perbedaan jumlah data ikan yang di ukur beserta ukuran yang diperoleh dan kondisi makanan di perairan. Stugent (1989) dalam Sucitra (2012), berpendapat bahwa pertumbuhan panjang ikan mudah lebih cepat daripada ikan yang berumur tua pada kondisi perairan yang sama. Apabila perairan berubah kondisi maka pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan dari ekologinya termasuk makanan, penyakit dan perubahan musim yang tidak menentu. 3.4. Mortalitas Pendugaan laju mortalitas total (Z) dianalisis dengan menggunakan metode Beverton dan Holt (Sparre, et. al., 1999). Untuk ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara diperoleh nilai dugaan mortalitas total (Z) sebesar 1,845 per tahun, sedangkan nilai mortalitas alami (M) dianalisa dengan menggunakan rumus Empiris Pauly (1980) dengan memasukkan nilai K = 0,411 per tahun, L∞ = 88,282 cm dan suhu perairan 280C. Dengan demikian diperoleh nilai dugaan mortalitas alami (M) = 0,644 sedangkan nilai laju mortalitas penangkapan (F) diperoleh dengan mengurangkan nilai Z terhadap M sehingga diperoleh nilai dugaan F = 1,201 per tahun. Hasil berbeda juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan Sucitra (2012) pada ikan kakap merah (Lutjanus . sp) di perairan Bulukumba dimana mortalitas alami (M) = 0,61, mortalitas penangkapan (F) = 0,73 dan mortalitas total (Z) = 1,34. 3.5. Laju Eksploitasi Nilai laju eksploitasi (E) di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara tergolong tinggi karena berada di angka 0,651 per tahun. Dimana berdasarkan nilai laju mortalitas total (Z) dan laju mortalitas penangkapan (F), maka laju eksploitasi dapat diduga dengan F / M dimana Eopt adalah dari pihak yang berwenang dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Utara seperti pengaturan tentang ukuran mata jaring atau pembatasan alat tangkap bubu, maka sumberdaya hayati ikan pada waktu mendatang dapat mengalami kelebihan tangkap dan berakibat mengganggu kelestarian sumberdaya hayati. 3.6. Yield Per Rekruitmen Pendugaan stok yield per recruitment merupakan salah satu model yang bisa digunakan sebagai dasar strategi pengelolaan perikanan. Analisa ini diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, karena model ini memberikan gambaran mengenai pengaruh–pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari tindakan–
  • 12. tindakan yang berbeda (Gulland, 1983). Nilai dugaan Y/R dianalisis dengan metode Beverton dan holt dalam Sparre et. al., (1999) dengan memasukan nilai–nilai yang terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Nilai dugaan parameter yang digunakan sebagai masukan pada analisis Yield per Recruitment ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. Parameter Populasi Nilai Dugaan (per tahun) Koefisien Laju Pertumbuhan (K) Panjang Asimptot ( L∞) Mortalitas Total (Z) Mortalitas Alami (M) Mortalitas Penangkapan (F) Laju Eksploitasi (E) 0,411 88,282 1,845 0,644 1,201 0,651 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3, maka dapat diketahui bahwa nilai dugaan Y/R sebesar 0,046 gram/recruit yang diambil sebagai hasil tangkapan. ini berarti bahwa dalam setiap recruitmen yang terjadi terdapat 0,046 gram yang diambil sebagai hasil tangkapan. Gambar 8. Kurva hubungan Yield per Rekruitment (Y/R) terhadap nilai Laju Eksploitasi (E) Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara Nilai E yang diperoleh saat ini adalah 0,651 dengan Y/R = 0,046 gram/recruitmen, nilai Eopt = 0,7 dengan Y/R = 0,047 (Gambar 8). Dari nilai ini menunjukkan bahwa populasi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara belum mengalami laju eksploitasi tinggi karena belum melewati nilai optimum penangkapan. Apabila dilakukan penangkapan secara terus-menerus tanpa pengawasan seperti pengaturan tentang ukuran mata jaring atau pembatasan alat tangkap bubu, maka stok ikan kakap merah akan semakin berkurang bahkan suatu saat akan mengalami kepunahan.
  • 13. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data terhadap Parameter Dinamika Populasi Ikan Kakap Merah di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Populasi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara terdiri tiga kelompok umur. b. Pertumbuhan ikan kakap merah di perairan Munte mengalami pertumbuhan yang lambat (K = 0,411 < 0,5 per tahun) . c. Mortalitas ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara lebih banyak diakibatkan oleh aktifitas penangkapan. d. Populasi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara belum berada pada laju eksploitasi tinggi karena laju eksploitasi saat ini lebih rendah dari pada laju eksploitasi optimal. e. Yeild per recruitment ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara sebesar 0,046 gram/recruit. 4.2. Saran Untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut dan lengkap perlu adanya penelitian lanjutan tentang aspek biologi reproduksi ikan kakap merah di perairan Munte Kabupaten Luwu Utara seperti berapa kali ikan kakap merah memijah per tahun sehingga dapat diduga musim penangkapan ikan kakap merah. Ikan contoh yang diambil sebaiknya mewakili setiap musim penangkapan sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih menyeluruh. Sumber : Akram. 2013. Parameter Dinamika Populasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di Perairan Munte Kabupaten Luwu Utara. Skripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan. Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa. Makassar.