SlideShare a Scribd company logo
1 of 107
Download to read offline
PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA
                Sebuah panduan bergambar

                        Emmy S. Sjamsoe Daili
                         Sri Linuwih Menaldi
                            I Made Wisnu




                         ISBN 979 - 99294 - 1- 5


 Buku ini diproduksi oleh para penulis dan penerbit untuk tujuan nir-laba.
                    Isi dapat direproduksi dengan izin,
                  selama tidak bertujuan mencari laba.




                                penerbit :
                   PT MEDICAL MULTIMEDIA INDONESIA
                       Kramat Raya 31, Jakarta Pusat
                       pt_mmi@medical-e-books.com
DAFTAR ISI                                      Halaman

KATA PENGANTAR                                       7

PASIEN DENGAN MASALAH KULIT                          8

DERMATOTERAPI TOPIKAL                                8-10

DERMATITIS
                  Dermatitis kontak                  11-12
                  Dermatitis popok                   13
                  Dermatitis atopik                  14-16
                  Pitiriasis                         17
                  Liken simpleks                     18
                  Dermatitis numularis               19
                  Dermatitis stasis                  20
                  Pitiriasis rosea                   21
                  Psoriasis                          22-23
                  Dermatitis seboroik                24
                  Eritroderma                        25

INFEKSI JAMUR
                  Tinea pedis interdigitalis         27
                  Tinea kapitis                      28
                  Tinea korporis                     29
                  Tinea kruris                       30
                  Tinea imbrikata                    31
                  Onikomikosis                       32
                  Pitiriasis versikolor              33
                  Kandidosis                         34-35
                  Kromomikosis                       36
                  Zigomikosis subkutan               37

INFEKSI BAKTERI
                  Impetigo vesikobulosa              39
                  Impetigo krustosa                  40
                  Folikulitis                        41
                  Furunkel/Karbunkel                 42
                  Ektima                             43
                  Erisipelas                         44
                  Selulitis                          44
                  Abses multipel kelenjar keringat   45
                  Hidradenitis supurativa            46
Staphylococcus scalded
                            skin syndrome                   46
                          Sifilis stadium II                47-48
                          Frambusia                         49-50
                          Kusta                             51-59
                          Skrofuloderma                     60

INFEKSI VIRUS
                          Infeksi HIV                       61
                          Herpes simpleks                   62-63
                          Kondilomata akuminata             64-65
                          Varisela                          66-67
                          Herpes Zoster                     68
                          Veruka vulgaris                   69
                          Moluskum kontangiosum             70

INFEKSI PARASIT
                          Creeping eruption                 71
                          Skabies                           72
                          Pedikulosis kapitis               73      5
                          Pedikulosis (Phthiriasis) pubis   74

ALERGI IMUNOLOGI
A.Penyakit vesikobulosa kronik
                          Pemfigus vulgaris                 75
                          Pemfigoid bulosa                  76
B.Penyakit otoimun
                          Lupus eritematosus diskoid        77
                          Vitiligo                          78
C.Erupsi obat
                          Erupsi eksantematosa              79
                          Eksantema fikstum                 80
                          Urtikaria dan angioudem           81
                          Dermatitis medikamentosa          81
                          Eritema multiforme/Sindroma
                             Steven Johnson/Nekrolisis
                             epidermal toksik               82-83
DERMATOKOSMETOLOGI
              Lentiginosis              85
              Efelid                    86
              Melasma                   87
              Melanosis Riehl           88
              Nevus Ota                 89
              Akne                      90-92
              Erupsi akneiformis        93

TUMOR KULIT
              Keloid                    95
              Hemangioma                96
              Karsinoma sel basal       97
              Karsinoma sel skuamosa    98
              Melanoma maligna          99

LAIN-LAIN
              Pearly penile papules     101
              Prurigo hebra             102
              Miliaria                  103
              Urtikaria dan angioudem   104
KATA PENGANTAR
Penyakit kulit sekalipun tidak berbahaya, mempunyai dampak yang besar
bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik. Kecepatan dan ketepatan
diagnosis sangat penting untuk pengobatan, yang tentu akan berpengaruh
pada kesembuhan dan prognosis pasien.
      Banyak variasi gambaran klinis dari satu penyakit kulit, dan sebaliknya
satu bentuk kelainan klinis bisa didapati pada beberapa penyakit. Hal
semacam ini sangat penting diketahui dan dipelajari oleh tenaga kesehatan
medis, paramedis dan mahasiswa kedokteran serta keperawatan.
     Sehubungan dengan hal tersebut, para penulis mencoba membuat buku
pedoman tentang berbagai penyakit kulit yang umum ditemukan di Indonesia
serta diagnosis bandingnya, dalam bentuk sinopsis dengan gambar.
Diharapkan buku ini dapat memudahkan tenaga kesehatan membuat
diagnosis penyakit atau memikirkan kemungkinan diagnosis bandingya,
terutama bila sarana penunjang tidak memadai.
        Walaupun para penulis dan tim penyusun buku ini telah berusaha
secermat-cermatnya, namun saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan buku selanjutnya.
    Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Netherlands Leprosy        7
Relief (NLR) yang membiayai penerbitan buku ini. Semoga kerjasama yang
telah terjalin selama ini menjadi semakin baik.
Semoga sumbangsih ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                            Tim editor, 2005
PASIEN DENGAN MASALAH KULIT
Seorang pasien dengan masalah kulit seringkali mengeluh gatal di seluruh
tubuh. Seringkali pasien di kirim/rujuk ke klinik kulit dengan “gatal di seluruh
tubuh” sebagai diagnosis. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan
kulit, anda akan menemukan pasien tersebut menderita berbagai macam
kelainan seperti eksim, urtikaria,erupsi obat, infeksi kulit, skabies atau
penyakit kulit lain. Pemeriksaan kulit sebaiknya dilakukan dengan cahaya
yang baik, dan lebih disukai sinar matahari langsung. Idealnya seluruh kulit
tubuh harus diperiksa. Luas dan lokasi seluruh lesi penting untuk membuat
diagnosis dan tatalaksana.

Beberapa istilah digunakan untuk mendeskripsikan lesi kulit, yaitu: Makula:
perubahan warna kulit semata yang berbatas tegas. Papul: suatu
penonjolan kecil berbatas tegas dan superfisial. Plak: penonjolan superfisial
berbatas tegas, lebih besar dari papul. Likenifikasi: penebalan pada kulit
dengan garis kulit yang makin jelas dan dalam, disebabkan oleh garukan dan
gesekan. Nodul: proliferasi padat, batas tegas dan terpisah dari jaringan
sekitarnya serta seringkali terletak di dermis atau subkutis. Vesikel:
gelembung berisi cairan serum. Pustul: vesikel yang berisi pus. Urtika:
elevasi kulit yang bersifat sementara disebabkan oleh edema pada dermis
bagian atas, mengakibatkan gatal yang berat. Atrofi: penipisan lapisan kulit.


DERMATOTERAPI TOPIKAL
Setelah mendiagnosis kelainan kulit dengan benar kemudian dibutuhkan
pemberian obat topikal,maka jenis vehikulum dan bahan aktif harus dipilih
secara tepat. Efektivitas terapeutik obat topikal bergantung dari potensi bahan
aktif yang dibawa oleh bahan dasar (vehikulum) yang mampu berpenetrasi
menembus lapisan kulit. Vehikulum utama adalah cairan, bedak, dan
salap.Cairan atau solusio merupakan disolusi antara dua substansi atau
lebih menjadi satu larutan homogen yang bening. Cairan selain sebagai
obat oles dapat dipakai sebagai kompres atau perendam. Bahan pelarut
yang digunakan berupa air, alkohol atau minyak. Bahan aktif sebagai zat
terlarut misalnya asam salsilat 1/1000 bersifat antiseptik dan astringen.
Kalium permanganat (KMnO4) 1/5000 atau 1/10.000, dapat dipakai sebagai
antiseptik dan astringen. Rivanol 1/1000 selain sebagai astringen dan
antiseptik berguna juga sebagai deodoran. Untuk antiseptik kuat dapat
digunakan AgNO3 0,25-0,5%. Bila pelarutnya alkohol disebut tinktura.
Linimen adalah solusio non-aqua; zat pelarutnya dapat minyak atau sabun.
Bentuk ini dapat dipakai sebagai pereda iritan, astringen, +antipruritus,
emolien dan analgesik. Losio adalah campuran dua fase zat berlainan yang
tidak larut dan terdispersi dalam bentuk cair. Sebelum pemakaian harus
dikocok, sifat cairan mudah tersebar dan menimbulkan rasa dingin karena
proses penguapan.
Bedak bersifat menyerap cairan, mendinginkan dan mengurangi gesekan.
Daya lekatnya kurang baik sehingga mudah berterbangan, hati-hati bila dipakai
pada wajah dan leher anak atau bayi. Bedak tidak boleh diberikan pada lesi
basah karena akan mengeras membentuk krusta atau bahkan granuloma.
Bahan bedak yang dapat digunakan adalah seng-oksida yang bersifat
antiseptik dan proteksi mekanis, serta magnesium silikat yang bersifat
mengeringkan dan lubrikasi. Seng-oksida 98% dan feri-oksida 1% disebut
bedak kalamin yang bersifat antipruritus. Bedak kocok terdiri atas komposisi:
seng-oksida, talkum, kalamin, gliserol, alkohol dan air, serta harus ditambah
stabilator. Bila air menguap maka komponen bedak tertinggal. Sediaan ini
cenderung mengendap, sehingga perlu dikocok sebelum dipakai.
Salap merupakan sediaan semisolid yang mudah menyebar, bersifat proteksi,
hidrasi dan lubrikasi. Salap dengan dasar hidrokarbon tidak mampu menyerap
air, bersifat lengket, berpenetrasi sangat baik, dapat mengatasi dermatosis
tebal. Vaselin album adalah bentuk sediaan yang sering dipakai sebagai
vehikulum golongan salap, sedangkan vaselin flavum memberi warna kuning
yang menodai pakaian. Salap dengan bahan hidrofilik misalnya lanolin dan
turunannya dapat dipakai untuk mencampur obat yang menyerap air. Sifatnya
lubrikasi, emolien, dan dapat membentuk emulsi. Sifatnya lengket namun
mudah dibersihkan. Bentuk vehikulum salap campuran yang sering dipakai
adalah krim, yakni campuran dengan air. Terdapat dua bentuk: krim emulsi
air (kadar tidak lebih dari 25%) dalam minyak dan krim emulsi minyak dalam
air (kadar 31%-80%). Keuntungan pemakaian krim adalah tidak terlalu lengket,
menyebar dengan mudah, dapat bersifat protektif, masih bersifat emolien
karena mampu menahan penguapan air dan memberi efek mendinginkan.
Namun daya serap krim tidak sebaik salap, emulsi air dalam minyak
mempunyai daya absorbsi lebih baik dari minyak dalam air. Bentuk vehikulum
campuran lainnya yang sering dipakai adalah pasta. Sediaan ini merupakan
campuran antara minyak dan bedak. Pasta berguna sebagai barier
impermeabel, proteksi dan dapat dipakai bila diperlukan vehikulum yang
penyebarannya terbatas. Bahan ini seringkali dipakai untuk vehikulum tabir
surya. Bila dibandingkan dengan salap, pasta kurang lengket, kurang menutup,
dan lebih kering.
Bahan aktif yang dipakai antara lain asam salsilat, sulfur, ter, kortikosteroid,
antibiotik dan anti jamur. Asam salisilat 1/1000 sebagai kompres, 2% bersifat
keratoplasti, 3-20% berkhasiat keratolitik, 30-60% destruktif. Sulfur
presipitatum dalam konsentrasi 4-20% berkhasiat antisebore, antiakne,
antiskabies, antibakteri positif-Gram, dan antijamur. Sediaan ter berasal dari
batubara, kayu dan fosil. Likuor karbonis detergen merupakan ter berasal
dari batubara yang dipakai dalam konsentrasi 3-10%, bersifat sebagai
antiproliferasi.
Kortikosteroid topikal Sediaan yang banyak dipakai dalam bidang
dermatologi. Kekuatan efek vasokonstriksi membagi kortikosteroid menjadi
7 kelas potensi (lemah-sangat kuat). Golongan potensi lemah misalnya
hidrokortison, berkhasiat antiinflammasi, tanpa antimitotik sedangkan
golongan dengan potensi sangat kuat fungsi antimitotiknya juga kuat,
misalnya: klobetasol propionat 0,05%. Kortikosteroid potensi sangat kuat tidak
diberikan lebih dari 50 gram/minggu. Efek samping yang harus diperhatikan:
atrofi kulit, telangiektasia, purpura, dermatitis perioral, absorbsi perkutan dapat
menimbulkan supresi kelenjar adrenal.
Antijamur misalnya nistatin mempunyai efek lokal fungistatik terhadap jamur
kandidia. Derivat imidazol kini banyak dipakai untuk dermatofita, M furfur,
dan kandida. Antibiotik topikal sebaiknya digunakan dari golongan yang
tidak dipakai secara sistemik, mempunyai efektivitas yang baik untuk bakteri
penyebab, dan tidak menimbulkan sensitasi. Basitrasin, mupirosin, natrium
fusidat, polimiksin dan neomisin merupakan jenis yang masuk kriteria di atas
dan sering dipakai. Pemakaian neomisin harus berhati-hati sebab sering
menimbulkan sensitasi.
Blank page
DERMATITIS
Istilah eksim dan dermatitis seringkali dipakai untuk menggambarkan kondisi
yang sama. Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang
bersifat akut, subakut, atau kronis, dan dipengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya faktor konstitusi, iritan, alergen, panas, stres, infeksi, dll. Dermatitis
akut menunjukkan eritema, edema, papul, vesikel, membasah dan krusta.
Pada stadium subakut kulit masih kemerahan, tetapi sudah lebih kering dan
terdapat perubahan pigmentasi. Stadium kronis menunjukkan likenifikasi,
ekskoriasi, skuama,dan fisura. Terdapat berbagai macam dermatitis, namun
berikut ini akan dibahas tipe yang paling sering dijumpai. Kelainan ini dapat
mempunyai stadium-stadium yang lebih dominan. Gatal seringkali menjadi
keluhan utama.



DERMATITIS KONTAK
Dermatitis kontak (DK) adalah kelainan kulit yang bersifat polimorfi sebagai
akibat terjadinya kontak dengan bahan eksogen.
Jenis dan Patogenesis:
   - DK iritan. Bahan iritan akan merusak kulit, lapisan lemak permukaan
                                                                                      11
     kulit hilang, kandungan air berkurang, sehingga kulit menjadi kering,
     mudah retak dan terjadi dermatitis
   - DK alergik, terjadi berdasarkan mekanisme hipersensitivitas tipe IV
     (Gell dan Coomb).
Terdapat 3 tipe sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu akut (eritem, edema,
papul, vesikel, dan bula); sub-akut (eritem, edema ringan, dan krusta); dan
kronik (hiperpigmentasi, likenifikasi, dan skuamasi).
Lokasi dermatitis umumnya terjadi pada daerah yang berkontak dengan bahan
penyebab dan berbatas relatif tegas, kecuali untuk bahan yang bersifat gas/
uap karena dapat juga mengenai daerah yang tertutup pakaian.
Pemeriksaan penunjang adalah uji tempel. Terdapat 2 cara yaitu terbuka dan
tertutup, dengan prinsip menempelkan alergen yang dicurigai sebagai
penyebab pada kulit dalam waktu 24-48 jam, bila positif (sebagai alergen
penyebab) akan terjadi dermatitis.
Penatalaksanaan
         -   - menghindari penyebab sesuai dengan hasil uji tempel
         -   - obat sistemik hanya diberikan pada keadaan sakit berat dengan lokasi luas,
               secara simtomatik
         -   - obat topikal diberikan sesuai dengan prinsip terapi kulit, bila basah diberi
               kompres (sol. Permanganas Kalikus 1:10.000 atau likuor Vieli) dan bila
              kering dapat diberi krim atau salap


     1




12




                    Gbr 1. DK alergik akibat plester. Kelainan kulit berbatas
                    tegas, bentuk sesuai dengan bentuk penyebab, dengan
              efloresensi yang polimorfi terdiri atas eritema, papul, vesikel
                                                                     dan bula.
                Gbr 2. DK iritan akibat iritan kuat.Terlihat vesikel, bula dan
                                                                    ekskoriasi
                Gbr 3. DK iritan akibat iritan lemah. Ujung jari eritem, tipis,
                                                     berkilat dan berskuama

                                         3
     2
DERMATITIS POPOK
Dermatitis popok adalah dermatitis yang terletak, paling tidak pada awalnya,
pada daerah yang tertutup popok. Keadaan ini hanya terjadi setelah
pemakaian popok. Ditandai dengan eritema yang konfluens, berkilat, dapat
pula ditemukan papul eritematosa multipel, edema dan skuama, terutama di
daerah yang paling lama berkontak dengan popok, misalnya bagian cembung
bokong, paha bagian dalam, mons pubis, skrotum, dan labia mayora. Bila
sudah terinfeksi dengan jamur kandida, maka akan tampak plak yang sangat



Penatalaksanaan
Yang perlu diperhatikan adalah menggunakan popok sesuai daya tam-pungnya
dan diusahakan diganti sesegera mungkin setelah kotor. Dengan demikian area
tersebut terjaga tetap bersih dan kering
Topikal :
 - bila ringan: krim pelindung, dioleskan sebelum memakai popok baru
 - antifungal topikal: nistatin atau imidazol krim, dioleskan 2x/hari
 - kortikosteroid topikal potensi ringan, misalnya hidrokortison, dapat diberikan
   pada dermatitis popok sedang atau berat.                                                              13
 - kombinasi mikonazol nitrat dan seng dalam krim, dioleskan 2x/hari.




                                          Gbr 4. Dermatitis popok kandida. Plak eritematosa ukuran
                                               plakat, batas tegas, disekitarnya terdapat lesi satelit

                                      4
DERMATITIS ATOPIK
     Dermatitis atopik (DA) kadang-kadang disebut juga eksim susu, adalah
     penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering dijumpai
     pada anak. Penyebab utama adalah kulit kering yang menyebabkan barier
     kulit rusak,selain itu berbagai faktor internal dan eksternal sangat
     mempengaruhi perkembangannya. Walaupun etiopatogenesis belum
     semuanya jelas, namun sebagian mekanisme imunopatogenesis DA telah
     dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi faktor genetik (IgE) yang bereaksi
     spesifik terhadap alergen lingkungan.
     Alergen makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut,
     kacang tanah, tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu
     rumah, tungau debu rumah, serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu
     binatang. Kolonisasi Staphylococcus aureus sekitar 74% ditemukan pada kulit
     pasien DA dan berkorelasi dengan derajat beratnya DA.

     Menurut fasenya dikelompokkan dalam 3 fase, sebagaimana dicantumkan
     pada Tabel di bawah ini
                         Tempat predileksi            Manifestasi klinis
                                                plakat           eritematosa
14                 simetris di pipi, skalp,
      Bayi                                      berbatas difus, papulo-
                   ekstensor ekstremitas,
      (infantil)                                vesikular, eksudatif, kadang
                   kadang di badan
                                                dengan skuama halus
                   simetris di fleksural eks - plakat eritematosa berbatas
      Anak         tremitas, fosa kubiti dan difus, papulo-folikular,skuama,
                   poplitea, lipatan leher, hiper-keratosis, kadang
                   pergelangan kaki            disertai likenifikasi

      Dewasa       simetris di leher, badan, plakat papular, hiperkeratosis,
                   ekstensor tungkai bawah      hiperpigmentasi dan likenifi-
                                                kasi. Batas dapat tegas.
5                                        6




                                          7




1. Fase bayi                                  15
Gbr 5. Plak eritematosa difus dan
kering pada pipi
Gbr 6. Pada fossa poplitea dan betis
tampak plak eritematosa difus dan
eksudatif
2. Fase anak
Gbr 7. Plakat eritematosa, erosi,
ekskoriasi dan krusta pada fossa kubiti
yang meluas ke badan,
3. Fase dewasa
Gbr 8. Tampak hyperkeratosis dan
                                          8
likenifikasi
Penatalaksanaan
     Pada dasarnya pengobatan medikamentosa dan nonmedikamentosa ditujukan
     untuk memantau penyakit dengan cara mengurangi gatal, mengatasi inflamasi,
     mengurangi kekeringan kulit, dan mengeliminasi faktor pencetus atau yang
     memperberat penyakit

     Pengobatan medikamentosa
     Obat sistemik
       - Antihistamin (AH). Sebaiknya pada anak dipilih antihistamin jenis klasik yang
         bersifat sedatif, contohnya klorfeniramin maleat (klorfenon) dan hidroksisin.
       - Antihistamin nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja, diantaranya
         adalah seterisin, loratadin, terfenadin, dan feksofenadin,
       - Antibiotik. Diberikan pada DA dengan infeksi sekunder, seperti eritro-
         misin, kloksasilin, metisilin, atau sefalosporin, maksimal selama 2 minggu.
       - Kortikosteroid. Digunakan pada DA berat dan luas yang sukar diatasi de-
         ngan AH dan kortikosteroid topikal. Efek samping pada anak adalah supresi
         pada axis hipotalamus-pituitari-adrenal korteks (HPA) dan gangguan
         pertumbuhan tulang. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kg BB cukup
         bermanfaat.
     Obat topikal
16     - Kortikosteroid topikal. Merupakan obat pilihan untuk DA.Dianjurkan dimulai
         dari potensi yang ringan sampai sedang misalnya hidrokortison, atau
         mometason furoat. Pada kasus yang berat dapat diberikan potensi kuat,
         tetapi setelah 1 minggu dosis diturunkan perlahan-lahan.
       - Pelembab (moisturizing) Berbagai pelembab dapat digunakan, antara lain
         gliserin, propilen glikol, urea, lanolin, vaselin, dan minyak tumbuhan.
       - Antibiotik topikal. Digunakan bila terdapat infeksi sekunder ringan. Dipilih
         antibiotik yang tidak digunakan pada terapi sistemik, yaitu golongan asam
         fusidat 5%, mupirosin 2%, dan kombinasi neomisin-basitrasin-polimiksin B.
     Pengobatan nonmedikamentosa
     Pengobatan DA secara komprehensif dan holistik penting pada
     penatalaksanaan DA, mengingat pengobatan lebih ditujukan untuk
     mengendalikan penyakitnya. Edukasi pada pasien dan keluarga ditujukan untuk
     meningkatkan kualitas hidup, cara menghindarkan diri dari alergen, iritan, faktor
     lingkungan; dan memperbaiki kebiasaan hidup.
     Kasus DA yang sukar diatasi atau rekalsitrans
     Sebaiknya berkonsultasi dengan para ahlinya.
PITIRIASIS ALBA
Sebagian para ahli kulit beranggapan bahwa pitiriasis alba termasuk suatu
tanda atopi atau dermatitis atopik, sebagian lagi menyatakan suatu kelainan
tersendiri. Namun, sampai saat ini belum jelas penyebab yang sebenarnya.
Pitiriasis alba ditandai oleh banyak bercak hipogimentasi berbentuk oval batas
tidak jelas, bersisik, permukaannya rata, terdapat pada wajah yaitu di pipi,
permukaan ekstensor lengan, dan badan bagian atas. Permukaan agak kasar
tertutup oleh akuama halus. Lesi berdiameter 5 sampai 50 mm dalam jumlah
banyak. Pitiriasis alba muncul terutama pada usia antara 3 dan 16 tahun,
dan sampai 40% anak bisa terkena. Lesi tidak terasa gatal Dapat mengganggu
penampilan wajah, terutama bila berkulit gelap, sehingga diperlukan
pertolongan medis. Walaupun berlangsung lama, namun dapat menghilang
swasirna, dan dapat muncul kembali setelah beberapa tahun.


Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik. Pengobatan simtomatik dengan oleum bergamot
15% yang dioleskan pada lesi di pagi hari, atau kortikosteroid potensi tingan.
Sebagai pencegahan dapat diberikan tabir surya.
                                                                                     17

                         Gbr 9. bercak hipopigmentasi multipel, batas tidak tegas,
                         dengan skuama halus di atasnya.
                           9
LIKEN SIMPLEKS
                         Liken simpleks ditandai dengan adanya satu atau lebih bercak pada kulit
                         yang mengalami likenifikasi dan terasa sangat gatal.Bercak-bercak tersebut
                         umumnya terlihat di bagian leher, genital dan pada kaki bagian ekstensor.


                         Pengobatan
                         - Lingkaran setan dari gatal–garuk–likenifikasi harus dihentikan. Oleh karena-
                           nya pasien harus betul-betul paham untuk berhenti menggaruk!
                         - Salap coal tar atau pasta zinci yang mengandung coal tar dioleskan malam
                           hari untuk mengurangi rasa gatal.
                         - Pemasangan plester seng-adhesif bisa mencegah agar luka tidak digaruk dan
                           membantu menghentikan lingkaran setan tadi.
                         - Steroid topikal potensi tinggi, khususnya apabila dioleskan pada malam hari
                           dan kemudian dibalut dengan penutup berbahan plastik (misalnya dua kali
                           se-minggu) biasanya sangat efektif. Jangan gunakan oklusi (penutup) berbahan
                           plastik di area genital.
18                                                             Gbr 11. Gambaran eritematosa
            Gbr 10. Pada dorsum pedis
          terdapat hiperpigmentasi dan                            dan hiperpigmentasi disertai
            likenifikasi yang merupakan                         likenifikasi, menunjukkan fase
                     gambaran khas lesi.                                         sub akut LSK.

     10                                         11
DERMATITIS NUMULARIS
Dermatitis numularis merupakan suatu bentuk dermatitis dengan efloresensi
berbentuk papul dan vesikel dengan dasar eritematosa, berbentuk mata uang
(coin), berbatas tegas, umumnya mengenai tungkai bawah. Jumlah lesi dapat
satu atau lebih. Tempat predileksi lain adalah badan, punggung tangan dan
lengan bawah. Penyakit ini cenderung kambuh, bahkan ada yang timbul terus-
menerus. Puncak awitan pada usia 55-65 tahun dan 15-25 tahun.
Sering mengenai pasien dengan stigmata atopi, dan diduga infeksi ikut
berperan dengan ditemukannya peningkatan koloni Staphylococcus dan
mikrokokus pada lesi. Diagnosis berdasar gambaran klinis, dengan diagnosis
banding dermatitis kontak, dermatitis atopik, liken simpleks kronikus dan
dermatomikosis.


Pengobatan
- Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas
  kalikus 1/10.000. Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal potensi
  sedang sampai berat, dan dapat dikombinasikan dengan preparat ter.
- Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik.
                                                                                                      19

                                          Gbr 12. Bercak seperti uang logam (coin lesion) berwarna
                                           merah dan basah, merupakan gambaran khas dermatitis
                                                                                         numularis.

12
DERMATITIS STATIS
                                 Dermatitis stasis atau dermatitis hipostatik adalah salah satu jenis dermatitis
                                 sirkulatorius. Biasanya dermatitis stasis merupakan dermatitis varikosum,
                                 karena penyebab utamanya ialah insufisiensi vena.
                                 Gejala subyektif ialah pruritus. Bila kemudian timbul ulkus stasis, maka akan
                                 terasa nyeri. Pada permulaan tampak edema pergelangan kaki, terutama pada
                                 sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin ke luar dari pembuluh darah, sehingga
                                 terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada bagian medial
                                 sepertiga tungkai bawah. Perlahan-lahan timbul dermatitis yang seringkali
                                 madidans.
                                 Bila timbul infeksi sekunder, maka teraba indurasi subkutan dan kulit di
                                 atasnya berwarna coklat-merah. Karena terjadi bendungan serta atrofi kulit,
                                 maka dengan mudah akan timbul ulkus. Faktor presipitasi timbulnya ulkus
                                 stasis ialah trauma ringan dan infeksi sekunder.


                                 Pengobatan
                                  - Pengobatan kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi
                                    tungkai atau menggunakan pembalut elastis.
20    Gbr 13. Pada maleolus       - Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas
      medialis kiri ditemukan
                                    kalikus 1/10.000. Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal
      lesi eritematatosa dan
      hiperpigmentasi disertai      potensi ringan sampai sedang, dan dapat dikombinasikan dengan
      varises yang merupakan      - preparat ter.
      kelainan khas bagi            Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik.
      dermatitis ini.

     13
PITIRIASIS ROSEA
Pitiriasis rosea merupakan suatu eksantema peradangan yang ringan, yang
belum diketahui penyebabnya Diduga merupakan reaksi erupsi kulit terhadap
infeksi virus. Sering terjadi pada anak-anak dan remaja, walaupun dapat
ditemukan pada semua usia. Seringkali didahului dengan fase yang tampaknya
seperti flu.
Gejala klinis diawali dengan adanya bercak induk atau mother patch atau
Herald patch, yang terdapat di lengan atas atau badan. Lesi eritem berukuran
numuler dengan tepi lebih merah dan bersisik halus. Kemudian diikuti lesi
yang lebih kecil di badan dan tersusun sejajar dengan garis lipatan kulit,
membentuk pola pohon cemara. Lesi ini biasanya tidak sakit maupun gatal,
dan akan swasirna dalam waktu 2 bulan.
Perlu dibedakan antara pitiriasis rosea dengan sifilis stadium II (sekunder),
untuk itu diperlukan pemeriksaan serologi untuk sifilis.


Pengobatan
Pengobatan bersifat simtomatik, karena penyakit bersifat swasirna. Losio
kalamin atau bila perlu berikan antihistamin untuk gatalnya. Losio, salap atau
krim urea 10% untuk kulit kering dan bersisik.                                   21


            Gbr 14. Bercak lentikular           14
                dan numular lonjong
             dengan skuama halus di
            atasnya, sumbu panjang
               sejajar dengan lipatan
                                 kulit
PSORIASIS
     Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak eritematosa
     dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti mika. Perjalanan
     penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang perempuan maupun laki-laki
     dengan resiko yang sama. Mengenai semua umur terutama 30-40 tahun.
     Faktor genetik mempunyai keterkaitan yang besar dengan psoriasis tipe satu:
     yaitu psoriasis dengan awitan sebelum berumur 40 tahun. Sebaliknya
     psoriasis tipe dua yaitu bila awitannya lebih dari 40 tahun sedikit dikaitkan
     dengan faktor genetik. Biasanya psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp,
     siku, lutut, dan bokong. Dapat juga mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau
     palmo-plantar (psoriasis plamoplantar). Luas lesi dapat terlokalisir atau meluas
     ke hampir seluruh tubuh. Berbagai bentuk ragam psoriasis dapat dijumpai:
     Bila ukuran lesi lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah
     psoriasis vulgaris dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan,
     psoriasis juga menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic
     tounge). Psoriasis bentuk berat adalah psoriasis yang luas, psoriasis pustulosa
     generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis arthritis,dan umumnya 1/3
     kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas hidup pasien menjadi perhatian
     utama, walaupun seseorang dengan lesi tidak luas namun mengganggu
22   kualitas hidupnya dapat dikategorikan berat. Lesi sering terasa gatal, panas
     dan kering. Garukan atau trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul
     lesi baru pada daerah tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan
     kekambuhan antara lain: trauma, infeksi, faktor endokrin, hipokalsemia, stress
     emosional, obat-obatan (antimalaria, litium, beta andrenergic blocking agent)
     dan alkohol.


     Penatalaksanaan
     - Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan tersedia
       di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi pengobatan
       dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi
     - Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh.
          - Terapi topikal:
              • Pelembab: vaselin album, urea 10%
              • Ter likuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp) dan
                 asam salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan
              • Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari 50gram/minggu),
                dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk daerah lipatan pakai
                kortiko-steroid lemah –sedang tergantung ketebalan lesi.
              • Antralin 2%
•   Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topikal
     •   Tazaroten
- Lebih dari 15% atau bila rekalsitran
  - Fototerapi UVB, PUVA
- Psoriasis berat
  - Fototerapi: UVB/PUVA
  - Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin, terapi biologik
    (antara lain infliximab, alefacept, etanercept, dan efalizumab
15                                                                              Gbr 15. Bercak eritematosa
                                                                                dan hipopigmen-tasi
                                                                                lentikular, numular dan
                                                                                plakat berbatas tegas
                                                                                dengan skuama berlapis-
                                                                                lapis, transparan dan
                                                                                berwarna putih seperti mika




                                                                                                              23




16                                                                              Gbr 16. Psoriasis gutata.
                                                                                Bercak eritematosa
                                                                                lberukuran lentikular,
                                                                                berbatas tegas dengan
                                                                                skuama berlapis-lapis.
DERMATITIS SEBOROIK
                            Dermatitis seboroik merupakan penyakit papuloskuamosa yang kronik.
                            Kelainan ini dapat mengenai bayi dan dewasa,dan berhubungan dengan
                            peningkatan produksi sebum (sebore) pada skalp dan area yang memiliki
                            banyak kelenjar sebasea di wajah dan badan. Penyebabnya multifaktorial.
                            Faktor konstitusi sebore, P.ovale, stres, imunokompromais dan kelainan
                            neurologis dapat mendasari penyakit ini. Manifestasi klinisnya bervariasi dari
                            bentuk ringan berupa skuama halus saja seperti pada pitiriasis sika (dandruff)
                            sampai papul eritematosa dengan skuama kasar berminyak dan kekuningan
                            disertai krusta pada area predileksi. Pada bayi, sering ditemukan skuama
                            kekuningan yang lekat pada kepala disebut cradle cap. Penyakit ini jika
                            meluas dapat menjadi eritroderma,


                            Pengobatan
                            Kasus dengan faktor konstitusi agak sukar disembuhkan. Faktor predisposisi
                            harus diatasi. Pengobatan topikal dapat diberikan kortikosteroid seperti hidrokor-
                            tison krim 2 kali sehari atau pemberian sulfur presipitatum 4-20%, resorsin 1-
                            3%, likuor karbonas detergens 2-5%, serta golongan azol. Pada kasus berat
24                          dapat diberikan kortikosteroid sistemik, seperti prednison 20-30 mg sehari atau
                            antimikotik oral seperti ketokonazol 200 mg per hari.
                                            17




     Gambar 17. Dermatitis seboroik
         pada kepala dengan infeksi
        sekunder, dapat menyerupai
                      tinea kapitis.




                                                        18



               Gambar 18 Dermatitis seboroik
              pada wajah, khas mengenai area
                                      sebore
ERITRODERMA
Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
di seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai skuama.
Berdasarkan penyebabnya, eritroderma dibagi menjadi 3 golongan:
- Akibat alergi obat
- Akibat perluasan penyakit kulit, seperti psoriasis, penyakit Leiner,
  dermatitis atopik dan lain-lain
- Akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan


Pengobatan
Golongan I : Prednison 3x10 mg sampai 4x10 mg sehari
Golongan II : Prednison 4x10 mg sampai 4x15 mg sehari, jika tampak perbaikan,
dosis diturunkan perlahan. Pada eritroderma psoriatika diberikan metotreksat
atau asitretin.
Pada keganasan dapat diberikan sitostatika seperti klorambusil 2-6 mg sehari.
Kelainan kulit perlu diberi emolien, seperti salap lanolin 10%.



                                                                                25



                                                        19




                   Gambar 19. Eritroderma
                   psoriatika. Tampak plak
              eritematosa dengan skuama,
            yang tersebar hampir universal
Blank page
INFEKSI JAMUR
Kelainan kulit akibat jamur yang sering dijumpai dapat berupa dermatofitosis
yang disebabkan oleh dermatofita, kandidosis oleh kandida dan pitiriasis
versikolor oleh Malassezia sp. Jamur merupakan organisme saprofit yang
pada lingkungan tertentu yang menguntungkannya akan tumbuh menginvasi
jaringan kulit, rambut, atau kuku. Kondisi demikian, atau disebut faktor
predisposisi, antara lain adalah kelembaban, suhu panas, trauma, respons
imunitas yang turun, dsb. Sehingga untuk mendapatkan kesembuhan dan
mencegah kekambuhan, selain pengobatan yang tepat dan adekuat, sangat
penting menghilangkan berbagai faktor predisposisi tersebut.


TINEA PEDIS INTERDIGITALIS
Terdapat 3 bentuk tinea pedis yaitu subakut, moccasin foot, dan inter-
digitalis.Tinea pedis interdigitalis ialah dermatofitosis pada sela jari kaki,
merupakan salah satu bentuk tinea pedis yang paling sering ditemukan.
Secara klinis pada sela jari kaki IV dan V tampak fisura yang dilingkari sisik
halus dan tipis, dan sering terlihat maserasi. Lesi dapat meluas ke subdigital
dan sela jari lainnya. Lesi dapat berlangsung bertahun-tahun dengan sedikit
keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Dapat disertai infeksi sekunder oleh                                  27
bakteri dengan komplikasi selulitis dan limfangitis
                                                                                 Gbr 20. Tampak maserasi
                                                                                   pada sela jari kaki IV-V

Penatalaksanaan                            20
- Usahakan agar sela jari kaki tetap
  kering, bila perlu gunakan kapas
  diantaranya
- Pemilihan terapi topikal atau
  sistemik antara lain bergantung
  pada luas lesi dan ada/tidaknya
  kontraindikasi. Preparat topikal
  yang dapat digunakan antara lain
  golongan imidazol atau alilamin.
  Obat topikal digunakan hingga 1
  minggu setelah lesi sembuh.
TINEA KAPITIS
                                  Dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak
                                  prapubertas. Jamur menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut
                                  yang selanjutnya akan menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam
                                  rambut, bergantung pada spesiesnya. Ditandai rambut rontok yang patah di
                                  atas permukaan kulit (bentuk gray patch) atau patah tepat di pangkal rambut
                                  (bentuk black dot) dan kadang disertai peradangan ringan berupa papul,
                                  pustul, sampai berat berupa kerion. Pengobatan memerlukan obat sistemik
                                  kecuali ada kontra-indikasi, misalnya kehamilan. Peradangan yang berat dapat
                                  meninggalkan alopesia permanen.Perlu dibedakan kemungkinan infeksi
                                  bakterial sekunder.


     21                                                            Penatalaksanaan
                                                                   - Perlu dilacak dan eradikasi sumber
                                                                     penularan yang mungkin dari binatang
                                                                     peliharaan atau orang lain yang terinfeksi.
                                                                   - Griseofulvin 10-20 mg/kg berat badan per
                                                                     hari selama 6 sampai 8 minggu.
28                                                                 - Untuk mempercepat eradikasi jamur dan
                                                                     mencegah penularan perlu ditambahkan
                                                                     penggunaan sampo antijamur, misalnya
                                                                     selenium sulfida 1,8%, ketokonazol 2%
                                                                     setiap hari.
                                                                   - Obat alternatif: itrakonazol 100-200 mg/
                                                                     hari atau terbinafin 62,5 mg-250 mg /hari
                                                                     bergantung pada berat badan anak.
           Gbr 21. Gray patch.    22
      Alopesia, rambut suram
      dan patah beberapa mm
       di atas permukaan kulit
                Gbr 22. Kerion.
          Massa tumor dengan
             pustul pustul dan
                      alopesia
TINEA KORPORIS
Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan dermatofita
(berbagai spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton) pada
badan, tungkai dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang khas.
Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas,
terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorf) dengan bagian tepi lesi
lebih jelas tanda peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat
bergabung dan mem-bentuk gambaran polisiklis. Lesi dapat meluas dan
memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.
Pada kasus dermatofitosis dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa peme-riksaan
kerokan kulit dengan larutan KOH 10 - 20%.


Penatalaksanaan
- Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan
  daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat.
- Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu
  setelah lesi sembuh.
- Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat                              29
  oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 10-20 mg/
  kgBB/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau
  terbinafin 250 mg/hari (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol
  2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14
  hari.


23                                                                              Gbr 23. Pada
                                                                                daerah abdomen
                                                                                tampak lesi
                                                                                sirsinar, berbatas
                                                                                tegas, polimorfi
                                                                                dengan tepi aktif
TINEA KRURIS
          Merupakan infeksi jamur golongan dermatofita terbanyak di Indonesia, Etiologi
          serupa dengan tinea korporis. Pria lebih sering terkena daripada wanita,
          mengenai daerah lipat paha, perineum dan sekitar anus. Lesi kulit dapat
          meluas hingga daerah gluteus, perut bagian bawah atau bagian tubuh lainnya.
          Adanya maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu
          dan kelembaban yang akan memudahkan infeksi.


          Penatalaksanaan
          - Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan
            daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat.
          - Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu
            setelah lesi sembuh.
          - Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat oral
            seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 10-20 mg/kgBB/hari
            (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari
            (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu
            atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari.
30



                                                   Gbr 24. Lesi berbatas tegas,
                                               polisiklis, polimorfis dengan tepi
                                                                            aktif

     24
TINEA IMBRIKATA
Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronik rekuren disebabkan Trichophyton
concentricum. Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu,
antara lain Papua, Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah
Indonesia Timur, terutama pada masyarakat terasing. Kerentanan terhadap
penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan
autosomal resesif.
Gambaran klinis pada kulit berupa lingkaran-lingkaran konsentris terdiri atas
lesi papuloskuamosa, dengan stratum korneum yang lepas sisi bebasnya
menghadap ke arah dalam lesi, sehingga tampak tersusun seperti genting.
Pada keadaan kronik rasa gatal tidak menonjol.


Penatalaksanaan
- Penyakit ini relatif sukar diobati dan sering kambuh selama pasien berada
  dilingkungan yang terkontaminasi jamur penyebab, misalnya lantai rumah,
  alat tidur, baju, dsb.
- Griseofulvin micronized 500 mg per hari dapat menolong, tetapi kekambuhan
  sangat tinggi dan cepat terjadi.
- Itrakonazol 100-200 mg per hari selama 4 minggu.
                                                                                 31
- Terbinafin 250 mg per hari selama 4 minggu.
- Pada anak-anak dosis perlu disesuaikan

                                      25




       Gbr 25. Cincin-cincin
          skuama tersusun
      konsentris. Sisi bebas
       menghadap ke dalam
ONIKOMIKOSIS
                               Onikomikosis adalah infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat disebabkan
                               oleh dermatofita, kandida, dan jamur kapang lain. Gambaran klinis bervariasi
                               tergantung jenis penyebab maupun cara infeksi. Pada onikomikosis yang
                               disebabkan dermatofita, yakni tinea unguium, gambaran tersering adalah
                               distrofi dan debris pada kuku subungual distal. Sedangkan yang disebabkan
                               kandida sering didahului oleh paronikia atau peradangan jaringan sekeliling
                               kuku yang kronik akibat pekerjaan basah atau iritasi kronik. Penyebab pasti
                               ditentukan dengan pemeriksaan KOH dan kultur yang perlu dilakukan untuk
                               pemilihan obat serta menyingkirkan diagnosis banding.


                               Penatalaksanaan
                               - Itrakonazol 200 mg per hari selama 3-4 bulan, atau 400 mg per hari selama
                                 seminggu tiap bulan untuk 3-4 bulan, baik untuk penyebab dermatofita mau-
                                 pun kandida. Griseofulvin tidak lagi merupakan obat pilihan untuk tinea
                                 unguium karena memerlukan waktu lama, sehingga kemungkinan terjadi
                                 efek samping lebih besar, serta kurang efektif. Obat alternatif untuk tinea
                                 unguium adalah terbinafin 250 mg/hari.
32                             - Pengikiran kuku yang rusak disertai pemberian obat topikal, misalnya
                                 krim /solusio golongan imidazol dan cat kuku siklopiroksolamin dapat
                                 merupakan alternatif bagi pasien yang tidak dapat menggunakan obat
                                sistemik. Tetapi cara ini membutuhkan waktu lama dan efektivitasnya rendah.

                          26




             Gbr 26.
       Lempeng kuku
            distrofik,
              infiltrat
     eritematosa dan
      edema jaringan
              sekitar.
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Pitiriasis versikolor (panu) pada daerah punggung Merupakan penyakit jamur
superfisial kronik, umumnya tidak memberikan keluhan subjektif kecuali
secara kosmetik, dan banyak dijumpai pada usia belasan tahun. Nampak
bercak berskuama halus berwarna putih hingga hitam terutama dijumpai
bagian atas dada, lengan atas, tungkai atas, leher, muka hingga kulit kepala
yang berambut. Disebab-kan oleh flora normal kulit yaitu Malassezia spp yang
berubah menjadi patogen dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi
misalnya suhu, kelembaban udara, keringat, defisiensi imun dan genetik
Sering ditemukan rekurensi terutama pada terapi inadekuat atau pasien yang
sulit menghilangkan faktor predisposisi.


Penatalaksanaan
- Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat
  topikal berupa sampo lebih mudah digunakan untuk seluruh tubuh, kecuali
  wajah dan genital, misalnya selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelum
  mandi, 1x/hari, atau sampo ketokonazol 2%. Obat topikal lain adalah solusio
  tiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah mandi selama 2 minggu, dan
  berbagai derivat imidazol, misalnya krim mikonazol. Pemakaian krim menyu-
                                                                                33
  litkan bila lesi luas.
- Pada kasus yang memerlukan pengobatan sistemik dapat digunakan keto-
  konazol 200 mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7
  hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi
  lainnya.
- Rekurensi dapat dicegah dengan penggunaan obat topikal 2x/minggu atau
  1x/bulan, atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan.
- Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan.


27                                           Gbr 27. Pada daerah
                                             punggung tampak lesi
                                             berupa plak
                                             hipopigmentasi dengan
                                             skuama halus dan
                                             berbatas tegas.
KANDIDOSIS
          Merupakan infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh
          Candida spp terutama C. albicans. Terdiri dari kandidosis kutis (kandidosis
          intertriginosa, generalisata, paronikia, kandidosis popok dan granuloma
          kandida), kandidosis selaput lendir, paronikia dan onikomikosis, kandidosis
          sistemik dan reaksi id. Penyakit dipengaruhi oleh faktor predisposisi endogen
          maupun eksogen, yaitu:
           - Perubahan fisiologik: misalnya kehamilan, kegemukan, debilitas,
              iatrogenik
           - Endokrinopati, diabetes melitus
           - Penyakit kronik, defisiensi imun pada infeksi HIV-AIDS, pemakai
              steroid atau sitostatik.
           - Iklim, suhu dan kelembaban tinggi
           - Kebersihan kulit, kebiasaan merendam kaki dalam air yang akan
              menimbulkan maserasi dan bentuk anatomi kaki tertentu yang
              menyebabkan oklusi alamiah.
          Kandidosis kutis secara klinis tampak berupa lesi eritematosa merah terang
          disertai lesi satelit papul dan pustul, mengenai kulit glabrosa juga di lipat
          payudara, intergluteal dan umbilikus. Pada bayi umumnya lesi di daerah popok
34        (perianal, perigenital, lipat paha sampai bokong).



               Gbr 28. Pada daerah inframammae tampak lesi berukuran
                              plakat, merah terang dan berbatas tegas.

     28
Penatalaksanaan
- Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
- Untuk lesi basah dapat digunakan kompres dengan larutan kalium
  permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit beberapa kali
  sehari.
- Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2 kali
  selama 3 hari.
- Obat topikal lainnya: Krim,salap dan emulsi nistatin; krim imidazol 2x/hari
  untuk lesi kulit terbatas, dan imidazol supositoria1x/hari selama 1-3 hari
  untuk kandidiasis vulvovaginalis.
- Bila diperlukan dapat diberikan terapi sistemik : flukonazol 50 mg/hari atau
  150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100 mg/hari atau ketokonazol 200 mg/
  hari.
- Griseofulvin tidak efektif pada infeksi kandida.


29




                                                                                 35




                         Gbr 29. Plak putih          30
                        susu pada mukosa
                             bibir dan lidah,
                           dasar hiperemis
                               Gbr 30. Lesi
                      eritematosa dengan
                        lesi satelit berupa
                      vesikel dan pustul di
                             bagian perifer
KROMOMIKOSIS
     Merupakan mikosis profunda yang disebabkan berbagai jamur kapang
     berwarna (dematiaceae) antara lain Fonsacea pedrosoi, Phialophora
     verrucosa, Cladosporium carionii yang dapat ditemukan di alam lingkungan.
     Kelainan berjalan kronik menahun, terutama ditemukan di daerah yang mudah
     mengalami trauma, umumnya di ekstremitas bawah. Gambaran klinis mula-
     mula berupa papul yang berkembang menjadi nodus dan selanjutnya plak
     atau tumor verukosa. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya jamur
     berupa spora coklat dengan septa longitudinal dan transversal pada
     pemeriksaan sediaan kerokan langsung, atau dengan pemeriksaan
     histopatologi. Kultur dilakukan untuk menentukan spesies.


     Penatalaksanaan
     - Kelainan ini sulit diobati dan kurang responsif terhadap berbagai antijamur
       sistemik yang ada. Tumor dapat mengecil tetapi sering kambuh kembali.
     - Obat yang dapat digunakan antara lain:
           - Itrakonazol 200 mg/hari sampai perbaikan (3 bulan sampai 1 tahun).
           - Flusitosin 150-200 mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis.
36         - Terbinafin 250 mg/hari dilaporkan memberi manfaat pada beberapa
             kasus.
     - Kombinasi dengan pemanasan topikal dapat membantu,demikian juga
       kombinasi dengan bedah beku.




                                      Gbr 31. Nodus-nodus dan tumor.
                                  Permukaan verukous dengan beberapa
                                                             ulserasi

     31
ZIGOMIKOSIS SUBKUTAN
Adalah mikosis profunda yang pertama kali dilaporkan dari Indonesia.
Disebabkan oleh genus Basidiobolus,terutama oleh spesies Basidibolus
ranarum yang dapat ditemukan sebagai organisme komensal dalam intestin
reptil dan tumbuhan yang membusuk. Kelainan berupa nodus tanpa nyeri
yang perlahan membesar secara sentrifugal membentuk tumor yang teraba
keras seperti papan. Permukaan nodus sewarna kulit, kadang dengan eritema
keunguan di bagian tepi. Dapat ditemukan rasa gatal yang mengakibatkan
garukan. Kelainan terutama pada eks-tremitas, meskipun dapat juga pada
badan. Inokulasi jamur penyebab terjadi melalui trauma meskipun diduga juga
melalui gigitan nyamuk. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan histopatologi,
ditemukan hifa tak bersepta dikelilingi massa eosinofilik.


Penatalaksanaan
- Solusio kalium yodida jenuh (KY) memberi hasil baik,diberikan 3X5 tetes
  per hari kemudian dinaikkan sebanyak 5 tetes per hari sampai terjadi tanda
  toksisitas antara lain mual,muntah, hiperlakrimasi,dan hipersalivasi.
  Selanjutnya dosis diturunkan sampai di bawah dosis toksis dan
  dipertahankan sampai gejala klinis hilang.                                   37
- Itrakonazol 100-200 mg/hari selama1 sampai 3 bulan juga memberi hasil
  baik.
                      Gbr 32. Tumor datar keras di dada kanan, meluas, tepi
                                                                  kebiruan

32
Blank page
BAKTERI
INFEKSI BAKTERI

IMPETIGO VESIKOBULOSA (cacar monyet)
Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering dijumpai.
Penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus grup faga II. Tempat
predileksi di ketiak, dada, dan punggung. Pada neonatus sering ditemukan di
daerah selangkangan dan bokong. Kelainan kulit diawali dengan makula
eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion.
Bula mudah pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular
dengan bagian tengah eritema (kolaret), dan cepat mengering. Lesi dapat
melebar membentuk gambaran polisiklik. Keadaan umum biasanya tidak
dipengaruhi.


Pengobatan
- Pengobatan non-medikamentosa termasuk menjaga kebersihan dan higiene
  perorangan serta mengatasi faktor predisposisi.
- Topikal: bergantung pada stadium penyakit dan morfologi kelainan kulit,dapat
  diberikan:                                                                        39
  - Kompres terbuka:larutan permanganas kalikus 1/5000,larutan rivanol 1 ‰.
     Diberikan pada keadaan akut, madidans dan krusta tebal serta lekat.
  - Antibiotik topikal: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap
     basitrasin dan neomisin, dioles 2x/hr
- Antibiotik sistemik: Penisilin G prokain dan semisintetiknya: amoksisilin, 30-
  50 mg/kgBB/hr, 3x/hr; flukloksasilin, 50 mg/kgBB/hr, 4x/hr; atau dikloksasilin,
  25 mg/kg BB/hr, 4x/hr, selama 7 hari. Dapat juga diberikan eritromisin, 30-50
  mg/kgBB/hr, 3x/hr, selama 7 hari.

                                  33




 Gbr 33. Tampak bula,
     bula hipopion dan
            ekskoriasi.
Pada tepinya terdapat
                kolaret
IMPETIGO KRUSTOSA
          Impetigo krustosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan/ atau
          Streptococcus β hemolyticus group A. Tempat predileksi tersering di daerah
          wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut. Kelainan kulit didahului
          oleh makula eritematosa kecil sekitar 1-2 mm. Kemudian secara cepat
          terbentuk vesikel atau pustul yang mudah pecah dan meninggalkan erosi.
          Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna
          kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey
          coloured).Lesi akan melebar dan dapat bergabung membentuk daerah
          krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara oto-inokulasi.


          Penatalaksanaan
          Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa




40


                 Gbr 34. Krusta tebal kekuningan seperti madu disekitar
                                       mulut. Tampak vesikel dan pustul

     34
FOLIKULITIS
Folikulitis adalah radang folikel rambut.Penyebab utama adalah Staphy-
lococcus aureus. Kelainan kulit ini sering ditemukan pada iklim tropis dengan
tempat tinggal yang padat dan higiene buruk. Dikenal 2 bentuk folikulitis,
yaitu folikulitis superfisialis dan profunda. Tempat predileksi folikulitis
superfisialis adalah di daerah kulit kepala, dagu, ketiak dan ekstremitas.
Kelainan kulit diawali dengan pustul pada folikel rambut. Pustul pecah diikuti
pembentukan krusta. Erupsi papulopustular umumnya terlokalisir. Sering
disertai dengan keluhan pruritus. Folikulitis profuda berbentuk nodus
eritematosa, pada perabaan hangat dan nyeri.


Pengobatan
Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa



35                                                                               Gbr 35. Papul-papul
                                                                                 eritematosa, diskret,
                                                                                 diatasnya terdapat
                                                                                 pustul
                                                                                                         41
FURUNKEL/KARBUNKEL
          Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya, sedangkan karbunkel
          adalah kumpulan furunkel yang menjadi satu. Kelainan kulit ini sering disertai
          faktor predisposisi seperti higiene buruk, kurang gizi, adanya penyakit kulit
          lain (misalnya miliaria, dermatitis). Kelainan kulit ini sering terjadi pada tempat
          yang banyak mengalami gesekan, misalnya aksila dan bokong, tetapi dapat
          juga terjadi di kepala dan leher. Keluhan yang ditimbulkan berupa nodus
          eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, dan ditengahnya terdapat pustul.
          Kemudian nodus melunak menjadi abses, bila pecah dapat membentuk fistel.


          Penatalaksanaan
          Bila lesi sedikit, cukup diberi antibiotik topikal, misalnya salap/krim asam fusidat
          2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin. Bila lesi banyak atau
          terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional, dapat diberi antibiotik
          sistemik seperti ampisilin, amoksisilin, eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari, dibagi
          3 dosis.



42



          Gbr 36. Nodus eritematosa multipel dengan pustul diatasnya.
     36
EKTIMA
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya,disebabkan oleh
Streptococcus β hemolyticus. Sering diawali dengan trauma seperti gigitan
serangga, atau dermatitis. Kelainan kulit biasanya berlokasi di tungkai bawah,
yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Lesi berupa krusta tebal
berwarna kuning dan lekat, jika krusta diangkat tampak ulkus dangkal.


Pengobatan
- Kompres terbuka seperti (larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol
  1 ‰; atau yodium povidon 7,5% dilarutkan 10x)
- Krim/salap antibiotik (salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap
  basitrasin dan neomisin).
- Antibiotik sistemik dapat diberikan antara lain ampisilin,amoksisilin, eritromisin
  30-50 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.




                                                                                         Gbr 37. Tampak erosi,    43
                                                                                       ekskoriasi, krusta warna
                                                                                        merah-kehitaman, pada
                                                                                         kedua tungkai bawah.

37
ERISIPELAS
                                Erisipelas adalah infeksi akut epidermis dan dermis yang biasanya disebabkan
                                oleh Streptococcus β hemolyticus dan dapat mengenai semua golongan usia.
                                Gejala utamanya berupa edema, eritematosa berwarna cerah, berbatas tegas,
                                pinggirnya meninggi, disertai tanda radang akut, di atasnya dapat ditemukan
                                vesikel atau bula. Tempat predileksi di wajah dan ekstremitas, biasanya
                                didahului trauma. Pada umumnya disertai gejala konstitusi berupa demam,
                                malese, bahkan mual dan muntah. Bila tidak diobati dapat menjalar ke
                                sekitarnya, terutama ke arah proksimal. Bila sering residif di tempat yang
                                sama dapat terjadi elefantiasis.


                                SELULITIS
                                Selulitis adalah infeksi kulit yang menyerupai erisipelas, merupakan infeksi
                                akut oleh Streptococcus β hemolyticus. Perbedaannya ialah selain mengenai
                                epidermis dan dermis, juga mengenai subkutis. Gejala konstitusi dan tempat
                                predileksi sama dengan erisipelas, tetapi pada selulitis kelainan kulit berupa
                                infiltrat difus di subkutan disertai tanda radang akut.

44
                                Penatalaksanaan
                                - Untuk mempercepat penyembuhan pasien harus banyak istirahat baring
                                  dengan elevasi tungkai yang terkena.
                                - Secara topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik,
                                  misalnya permanganas kalikus 1/5000 atau 1/10000, yodium povidon 7,5%
                                  diencerkan 10x, atau rivanol 1 ‰.
     Gbr 38. Erisipelas. Plak   - Sistemik dengan antibiotik misalnya golongan penisilin, linkomisin,kllndamisin
     eritematosa ukuran
     plakat, batas tegas          eritromisin, atau sefalosporin.
     Gbr 39. Selulitis. Tumor
     dengan kelima tanda                                          39
     radang akut. Jika
     dipalpasi terdapat
     infiltra difus di
     subkutan.


     38
ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT
Kelainan ini merupakan infeksi kuman Stafilokokus di kelenjar keringat ekrin,
terutama dijumpai pada anak. Gambaran klinisnya berupa nodus seperti kubah
tanpa mata yang tidak nyeri, lama memecah, terletak di daerah yang banyak
berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala bagian belakang dan bokong.


Pengobatan
Antibiotik sistemik dan topikal



HIDRADENITIS SUPURATIVA
Kelainan ini merupakan infeksi kuman Stafilokokus di kelenjar keringat
apokrin. Gambaran klinisnya berupa nodus dengan tanda radang akut yang
dapat melunak menjadi abses, memecah dan membentuk fistel, bersifat
menahun.Biasanya terdapat pada usia setelah akil balik sampai dewasa
muda. Kelainan ini sering didahului oleh trauma


Pengobatan                                                                                            45
Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses dapat diinsisi. Pada kasus yang
kronis residif, kelenjar apokrin harus dieksisi.


40                                       Gbr 40 Abses multipel
                                         kelenjar keringat. Banyak
                                         abses eritematosa
                                         berbentuk kubah




41                                                              Gbr 41. Hidradenitis supurativa.
                                                                Tampak nodus multipel yang bersifat
                                                                menahun dan skar hipertrofik. Saat
                                                                akut, biasanya disertai rasa nyeri.
STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME
               (SSSS)
               SSSS ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus grup II dengan lesi khas
               terdapat epidermolisis. SSSS didahului oleh infeksi pada mata, hidung,
               tenggorokan dan telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik.
               Keluhan berupa demam tinggi dengan manifestasi klinis berupa eritema
               mendadak pada leher, ketiak, dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam
               24 jam. Dalam waktu 24-48 jam, timbul bula berdinding kendur, kemudian
               terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan kulit dan meninggalkan
               daerah erosif dalam waktu 2-3 hari.Daerah tersebut akan mongering dan
               terjadi deskuamasi. Penyem-buhan terjadi setelah 10-14 hari, dapat spontan,
               atau bisa mengalami komplikasi seperti selulitis, pneumonia dan septikemia.


               Penatalaksanaan
               Perlu diperhatikan keadaan umum bayi/anak berupa keseimbangan cairan/
               elektrolit dan adanya sepsis. Pengobatan sistemik berupa antibiotik antara lain
               kloksasilin 50mg/kg BB/hari; flukloksasilin 50 mg/kg BB/hari; sefalosporin 25-
               50 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
46             Topikal diberikan antibiotik, seperti: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin
               2%, salap basitrasin dan neomisin.


                              42




       Gbr 42. Tampak
     epidermolisis pada
     wajah, leher, dada,
        dan lipat ketiak
SIFILIS STADIUM II
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Sebelum muncul kelainan kulit, sifilis stadium II
biasanya didahului oleh sifilis stadium I berupa luka/ulkus yang tidak terasa
nyeri di daerah genital sekitar 1-2 bulan sebelumnya. Sifilis stadium II ditandai
oleh kelainan kulit generalisata yang dapat menye-rupai berbagai penyakit
kulit, sehingga disebut sebagai the greatest imitator. Meskipun kelainan kulit
dapat mengenai hampir seluruh tubuh, namun tidak disertai keluhan gatal.
Biasanya lesi kulit sering dijumpai di daerah telapak tangan dan telapak kaki.
Pembesaran kelenjar getah bening superfisialis pada beberapa tempat juga
sering ditemukan. Untuk memastikan diagnosis sifilis perlu dlakukan tes
serologi untuk sifilis (TSS), yaitu VDRL/RPR dan TPHA. Bila pemeriksaan
skrining serologi untuk sifilis dengan RPR atau VDRL memberi hasil positif,
maka kelainan kulit tersebut sangat mungkin disebabkan oleh sifilis dan
selanjutnya dikonfirmasi oleh TPHA (tes antibodi yang spesifik). Di daerah
endemik frambusia, hasil tes positif masih mungkin disebabkan oleh kontak
dengan frambusia. Pada infeksi HIV hasil tes serologi ka-dang tidak sesuai.


Pengobatan                                                                          47
- Penisilin benzatin 2,4 juta unit/intramuskular/minggu selama 3 minggu
- Bila alergi penisilin, dapat diberikan eritromisin 4 x 500 mg/oral/hari selama
 4 minggu
43   Gbr 43. Papul-papul yang berkonfluensi
          berbentuk arsinar dan sirsinar pada dahi,
          disebut sebagai korona venerik.
          Gbr 44. Lesi di perbatasan rambut berbentuk
          papulo-skuamosa yang tidak gatal.
          Gbr 45. Papulo-krustosa yang tidak gatal pada
          telapak kaki, khas untuk sifilis stadium II




     44




48




     45
FRAMBUSIA
Termasuk penyakit treponematosis non seksual, menular, sering kambuh dan
dapat menyebabkan kecacatan. Disebabkan oleh T. pertenue yang secara
mikroskopik dan serologik sulit dibedakan dengan Treponema lainnya.
Berbeda dengan sifilis, penyakit frambusia ini tidak mempengaruhi susunan
saraf pusat dan juga tidak menimbulkan kelainan kongenital. Secara
epidemiologi penyakit ini termasuk penyakit tropis dan di Indonesia pada
awalnya ditemukan pada hampir seluruh propinsi khususnya pada daerah
yang lembab. Setelah dilakukan penanggulangan secara nasional pada awal
tahun lima puluhan, penyakit ini sudah jarang ditemukan. Akan tetapi akhir-
akhir ini ternyata masih ditemukan beberapa kantong frambusia terutama di
Indonesia bagian timur.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, pria
lebih banyak dari wanita, juga umumnya pada tingkat sosio-ekonomi rendah.
Secara epidemiologi dapat ditemukan dalam bentuk stadium dini dan stadium
lanjut dengan jarak waktu sekitar 5 tahun. Secara klinis dibedakan dalam
bentuk stadium primer, sekunder dan tersier. Stadium dini ditandai dengan
lesi berbentuk makulo papular/papiloma/papulo krustosa yang agak
membasah/eksudatif, sedangkan stadium lanjut lesinya kering dan berbentuk
ulkus.                                                                         49
Secara klinis stadium primer berupa papula /papulokrustosa soliter yang
dikenal sebagai mother yaws. Stadium sekunder bentuk kelainan seperti
mother yaws tapi jumlahnya lebih banyak dan terutama pada lubang tubuh
berbentuk cincin (ring worm yaws). Stadium tersier berbentuk guma dengan
ulkus serpiginosa dan dapat meninggalkan jaringan parut yang khas. Diagnosis
ditegakkan terutama berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan serologik
dan bila perlu dengan pemeriksaan histopatologik.


Pengobatan
Pengobatan dengan penisilin dosis 2,4 juta unit dosis tunggal
47     48




     49




50




     50   Gbr 47. Lesi papulokrustosa
          (mother jaws)
          Gbr 48. Mother jaws dan
          jaringan parut yang khas
          Gbr 49. Papilomata dan krusta
          di atasnya di sekitar glutea dan
          paha
          Gbr 50. Stadium lanjut
          berbentuk ulkus.
KUSTA
Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae,
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang
dan testis, kecuali susunan saraf pusat.
Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, penyakit bersifat asimtomatik.
Sebagian kecil yang terlambat didiagnosis dan terlambat diobati,
memperlihatkan gejala klinis dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi
cacat. Gejala tersebut antara lain berbentuk lagoftalmos, gangguan
sensibilitas kornea, hilangnya sensibilitas pada tangan dan kaki, kulit yang
kering dengan/tanpa ulkus. Kadang-kadang ditemukan tangan lunglai, kaki
semper dan mutilasi jari. Keadaan inilah yang membuat timbulnya stigma
tehadap penyakit kusta.
Penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar ahli
berpendapat bahwa penularan melalui saluran napas (inhalasi) dan kontak
kulit erat dan lama.
Gangguan sensibilitas ditemukan dengan pemeriksaan tes sensoris berupa
tes rasa raba (dengan ujung kapas), nyeri (dengan jarum suntik) dan suhu
(dengan 2 tabung reaksi yang masing-masing berisi air panas dan air
dingin).Setelah diberi penjelasan, pasien diminta menutup matanya. Bila           51
sentuhan tidak dirasakan oleh pasien, pemeriksaan ini menunjang diagnosis
kusta. Saraf tepi (N. aurikularis magnus, N. ulnaris, N radialis, N. peroneus,
dan N. tibialis posterior) harus diperiksa, dan pembesaran saraf tersebut
adalah patognomonis untuk kusta.

                                                 51




               Gbr 51. Pembesaran N.
                   aurikularis magnus
Penyakit kusta dibagi atas 2 tipe:
                                 1. Kusta tuberkuloid atau pausibasilar (PB); tipe TT dan BT (Ridley-
                                 Jopling). Jumlah lesi 5 buah atau kurang. Bercak kulit umumnya hipo-
                                 pigmentasi, kadang-kadang eritem; permukaan kering dan berskuama dengan
                                 gangguan sensibilitas, distribusi asimetris, dan hanya mengenai 1 cabang
                                 saraf. Pada peme-riksaan bakterioskopis (slit skin smear) tidak ditemukan
                                 kuman. Tidak menular dan daya tular rendah.
                                 2. Kusta lepromatosa atau multibasilar (MB); tipe BB, BL dan LL (Ridley
                                 Jopling). Jumlah lesi lebih dari 5 buah. Lesi kulit berbentuk makula, infiltrat
                                 difus, papul, dan nodus. Permukaan halus berkilap, gangguan sensibilitas
                                 ringan/tidak ada, distribusi simetris, mengenai lebih dari 1 cabang saraf. Pada
                                 pemeriksaan bakterioskopis ditemukan banyak kuman. Bila tidak diobati akan
                                 menular pada orang yang rentan.

      Gbr 52. Kusta PB dengan
      lesi lebih dari 5 buah.    Tatalaksana kusta tanpa komplikasi
      Pengobatan dengan
                                 1. Kusta pausibasilar.
      rejimen MB                 - Rifampisin 600 mg sekali sebulan dalam pengawasan ditambah
       Gbr 53. Kusta PB tipe
      BT. Lesi hipopig-            dapson 100 mg tiap hari selama sebulan.
      mentasi, berbatas tegas    - Bila makan obat tidak teratur, dosis 6 bulan yang diselesaikan dalam 9
52
      dengan papul papul kecil     bulan masih dapat diterima.
      dipinggirnya, ditemukan    - Selalu perhatikan komplikasi !.
      gangguan sensibilitas.

     52




                                                               53
2. Kusta multibasilar
- Rifampisin 600 mg dan klofazimin (lampren) 300 mg sekali sebulan dalam
  pengawasan, ditambah dapson 100 mg tiap hari dan klofazimin (lampren)
  50 mg tiap hari selama 12 bulan.
- Bila makan obat tidak teratur, dosis 12 bulan yang diselesaikan dalam 18
  bulan masih dapat diterima.
- Selalu perhatikan komplikasi !.




54                                                               55




                                                                                                       53




56                                                                           Gbr 54. Kusta MB tipe
                                                                             BB. Tampak tanda khas
                                                                             berupa lesi
                                                                             Gbr 55. Kusta tipe BL
                                                                             Lesi numuler, asimetris
                                                                             dalam jumlah banyak
                                                                             Gbr 56. Kusta tipe LL.
                                                                             Banyak infiltrat hampir
                                                                             simetris pada muka
Tes sensibilitas

     57                                            Gbr 57. Tes rasa raba
                                                   menggunakan ujung
                                                   kapas yang di sentuhkan
                                                   pada lesi




       Gbr 58. Tes rasa nyeri
                                58
       dengan menggunakan
     ujung jarum suntik yang
54
       disentuhkan pada lesi.




     59                                            Gbr 59. Tes suhu
                                                   menggunakan 2
                                                   tabung reaksi yang
                                                   berisi air dingin dan
                                                   air hangat. Bila ada
                                                   gangguan
                                                   sensibilitas, pasien
                                                   tidak dapat
                                                   membedakan dingin
                                                   dan panas
Pemeriksaan saraf tepi


60                                          61




                                            Gbr 60 dan 61.
                                            Pemeriksaan N. ulnaris


62                                               63




                                                                              55




Gbr 62. Pemeriksaaan N. radikulokutaneus.
Gbr 63. Pemeriksaan N. tibialis posterior


64

                                   65




                                                         Gbr 64 dan 65.
                                                         Pemeriksaaan N.
                                                         peroneus lateralis
PENCEGAHAN CACAT
                                    ( PREVENTION OF DISABILITY )

                                    Titik-titik yang diperiksa pada tangan dan kaki
                                                 66                                   67




      Gbr 68,69, 70, dan 71
      Tangan/kaki yang akan
      diperiksa letakkan di atas
      meja/paha penderita/
      tangan pemeriksa. Sentuh
      titik-titik tersebut dengan
      bolpen plastik ringan,
      tanpa tekanan. Minta
      pasien menunjuk tempat                 Gbr 66.Titik-titik pada
      yang disentuh tsb.                     tangan
      Penyimpangan yang dapat                                                         Gbr 67. Titik-titik
56
      ditoleransi =/< 1 cm                                                            pada kaki

     68
                                                              69




     70                                                       71
KOMPLIKASI KUSTA
Komplikasi kusta ialah reaksi kusta yang dapat menyebabkan kerusakan
saraf dan gejala sisa akibat kerusakan saraf tersebut; kehilangan sensibilitas
dan kehilangan kekuatan otot, dengan akibat ulserasi dan deformitas


REAKSI
Terdapat 2 tipe reaksi yang dapat dikenali, yaitu Reaksi Reversal (RR) dan
Eritema Nodosum Leprosum (ENL). Simtom RR dapat berupa lesi lama yang
lebih udem dan eritematosa, dapat muncul lesi baru, pembesaran saraf tepi
disertai nyeri dengan peningkatan gangguan fungsi, dan kadang-kadang disertai
pembengkakan akral. Reaksi ENL mempunyai bentuk karakteristik, berupa
nodul-nodul eritematosa yang terasa sakit, dan timbul mendadak. Pasien
umumnya merasa sakit. Sarafpun dapat nyeri. Kadang-kadang terjadi arthritis,
limfadenitis, orkitis, iridosiklitis dan glaukoma yang dapat diikuti dengan
kebutaan. Keterlibatan berbagai organ tersebut dapat terjadi terpisah atau
secara bersamaan.

        Gbr 72. Reaksi reversal.           72
          Tampak lesi lama lebih
         eritem, udem, berbatas                                                                          57
         tegas, berukuran besar,
        disertai lesi baru dengan
               ukuran lebih kecil.




73                                                                               Gbr 73. Reaksi ENL.
                                                                                 Lesi beupa nodul
                                                                                 eritematosa yang
                                                                                 nyeri, di pergelangan
                                                                                 tangan
ULSERASI DAN DEFORMITAS
                                  Ulserasi terjadi sekunder akibat hilangnya proteksi sensasi. Pasien tidak
                                  merasakan panas, tekanan atau sakit. Trauma pada kulit tidak terasa dan
                                  seringkali terabaikan, risiko kerusakan meningkat bila disertai kehilangan
                                  kekuatan otot (tangan kiting, kaki lunglai). Ulserasi dapat menyebabkan
                                  selulitis atau infeksi yang dalam, osteomelitis dan berakibat kehilangan jari-
                                  jari.Bila terjadi lagoftalmus,biasanya didapati pula anestesi pada mata,
     74                           sehingga mata tidak berkedip. Mata berisiko terhadap kekeringan dan
                                  ulserasi,yang pada akhirnya akan mengalami kebutaan.
                                  Deformitas terjadi sebagai akibat kehilangan kekuatan otot dan ulserasi,
                                  diikuti oleh osteomielitis dan pemendekan jari-jari, umumnya dihubungkan
                                  dengan kekakuan dan kontraktur.

                                  75




58


      Gbr 74. Ulkus trofik di dekat ibu jari kaki       76
         yang merupakan titik yang mendapat
        tekanan saat berjalan. Ditemukan juga
                     deformitas dan claw toes
             Gbr 75. Lagoftalmos pada mata
           kanan. Tampak celah pada gerakan
               menutup mata secara perlahan
       Gbr 76. Penderita kusta dengan tulang
       hidung yang kolaps (hidung plana) dan
                                     madarosis.
       Gbr 77. Kontraktur jari-jari tangan dan
                                    atrofi otot.


     77
Penatalaksanaan komplikasi kusta
Reaksi Reversal
- Prednisolon dengan dosis awal 40 mg/hari. Bila ada perbaikan diturunkan
  berturut-turut menjadi 30 mg, 20 mg, 15 mg, 10 mg dan 5mg/hari setiap 2
  minggu.. Bila dalam penurunan dosis tidak ada perbaikan/memburuk, dosis
  dapat dipertahankan/dinaikkan.
- Pastikan bahwa pengobatan dapat dilanjutkan sesuai dengan waktu
- Periksa adanya infeksi terkait (tuberculosis dan strongiloides)

Eritema Nodosum Leprosum
- ENL ringan (tanpa keterlibatan saraf, mata, atau genital) dengan tablet asam
  salisilat 3 x 1000 mg/hari selama 1-2 minggu.
- ENL berat (pasien tampak sakit dengan keterlibatan saraf, mata, atau genital)
  dengan steroid. Dosis dan cara pemberian obat sama dengan reaksi reversal.
- Periksa adanya infeksi terkait.
- Tuberkulosis dapat berkomplikasi dengan ENL
- Thalidomid bila tersedia dapat diberikan 100-400 mg sekali sehari selama 1-
  2 minggu. Jangan berikan pada ibu hamil atau wanita yang menggunakan
  kontrasepsi tidak aman 100% !!! Thalidomide dapat menyebabkan deformitas
  berat pada janin.
                                                                                  59
Ulserasi dan deformitas
- Luka harus bersih dan tertutup. Luka superfisial dapat dibalut dengan seng
  adhesive sticking plaster, yang diganti setelah 1-2 minggu. Kulit yang
  hiperkeratotik harus dikikis.
- Jangan gunakan balutan tebal pada kaki. Hal ini akan membuat tekanan
  setempat ketika berjalan dan luka sulit sembuh.
- Gunakan antibiotik hanya bila terjadi selulitis.
- Deformitas lanjut dapat dicegah dengan perawatan harian oleh pasien:
  inspeksi, rendam dan meminyaki, kikis kulit yang tebal dan lunakkan dengan
  pemberian asam salisilat 15% dalam vaselin. Jari-jari kaki diregangkan secara
  aktif dan pasif untuk mencegah kontraktur berlanjut. Untuk mata yang tak
  berkedip dapat digunakan kaca mata di siang hari dan pada malam hari jika
  perlu gunakan penutup lembut yang mengandung vaselin. Pasien harus
  belajar mengedipkan mata terus menerus untuk membasahi matanya.


Peringatan: komplikasi, reaksi, dan deformitas lanjut dapat muncul kemudian
setelah pengobatan antibakteri (menurut WHO) selesai. Pasien harus diberi
informasi tentang hal tersebut dan pengobatan harus segera dimulai
SKROFULODERMA
          Skrofuloderma merupakan bentuk tuberkulosis kutis yang tersering di
          Indonesia. Tempat predileksinya di leher, aksila, dan lipat paha. Mulainya
          sebagai limfadenitis tuberkulosa, berupa pembesaran kelenjar getah bening
          (KGB) tanpa kelima tanda radang akut selain tumor, sebagian berkonfluensi.
          Juga terdapat periadenitis berupa perlekatan KGB dengan jaringan di
          sekitarnya, abses, sinus, fistel, dan ulkus. Ulkus memanjang, tak teratur,
          dinding bergaung, sekitar livid, pus seropurulen. Jika menyembuh terbentuk
          sikatrik yang memanjang dan tak teratur, di atasnya dapat terbentuk jembatan
          kulit.


          Penatalaksanaan
          Pengobatan dengan obat antituberkulosis, digunakan kombinasi tiga obat,
          misalnya INH (untuk anak 10 mg/kg BB; untuk dewasa 5 mg/kg BB, biasanya
          400 mg per hari), rifampisin (10 mg/kgBB), dan pirazinamid (20-35 mg/kgBB).
          Pirazinamid bersifat hepatotoksik, sehingga hanya diberikan selama dua bulan.
          Bila belum sembuh diganti dengan obat antituberkulosis yang lain. Obat yang
          lain ialah etambutol (bulan I/II 25 mg/kg BB, berikutnya 15 mg/kg BB) dan
60        streptomisin (25 mg/kg BB).




     78




                                                    Gbr 78. Tempat predileksi
                                                    yang tersering pada
                                                    skrofuloderma ialah di leher
INFEKSI VIRUS

INFEKSI HIV
Penyakit kulit yang berkaitan dengan HIV dapat timbul di sepanjang perjalanan
penyakit infeksi HIV pada 90% pengidapnya. Pada waktu terjadi serokonversi,
dapat timbul eksantema bersamaan dengan demam dan gejala konstitusi.
Setelah serokonversi akan terjadi masa infeksi HIV asimtomatik. Herpes
zoster pada awal gejala klinis yang terjadi padakelompok usia muda (di bawah
50 tahun) sangat erat kaitannya dengan infeksi HIV. Dermatitis seboroik kronis
dan parah dapat juga timbul sebagai manifestasi dini. Selain itu, manifestasi
kulit pada infeksi HIV antara lain adalah moluskum kontagiosum, erupsi pruritik
papular, infeksi herpes simpleks atau human papilloma virus yang parah,
infeksi bakteri yang parah, infeksi mikobakteria dan jamur dan sarkoma
Kaposi. Infestasi seperti skabies biasanya lebih parah. Reaksi simpang akibat
obat sangat umum ditemukan pada infeksi HIV.

                           Gbr 79. Dermatitis          79
                          seboroik berat pada
                                   pasien HIV                                     61




               Gbr 80. Dermatitis          80
              seboroik berat pada
                       pasien HIV
INFEKSI HERPES SIMPLEKS BIBIR DAN GENITAL
     Manifestasi umum infeksi Herpes simplex virus (HSV) adalah lenting pada
     bibir (herpes labialis, cold sores, fever blisters) dan infeksi herpes genital.
     Setelah beberapa hari terjadinya sensasi seperti ‘terbakar’ sebagai gejala
     prodromal, timbul sekelompok vesikel yang akan cepat pecah sehingga
     terbentuk ulkus dangkal. Infeksi primer dapat disertai gejala konstitusi berupa
     demam, lesu, dan anoreksia yang berlangsung sampai 3 minggu. Bila terjadi
     rekurensi, gejala yang ada lebih ringan, biasanya tanpa gejala konstitusi dan
     menghilang dalam waktu 7 hari. Pada sebagian besar orang, dapat disertai
     sensasi ‘terbakar’ selama beberapa hari. Rekurensi dapat dipicu oleh pajanan
     terhadap matahari (herpes labialis) trauma (misalnya gigitan pada bibir atau
     hubungan seksual), dan demam. Orang dengan defisiensi imun misalnya
     pada infeksi HIV dapat terjadi infeksi yang lebih parah dan rekurensi yang
     lebih sering. Herpes genital dapat menjadi kronik,menetap beberapa
     bulan,berupa ulkus yang dapat meliputi bagian besar daerah genital dan kulit
     sekitarnya,menyebabkan nyeri hebat. Infeksi HSV dapat menular melalui
     kontak langsung. Infeksi ini sangat mudah menular terutama bila terdapat
     lesi, dan pasien dapat melepaskan virusnya meskipun sedang dalam keadaan
     asimtomatik.
62

     Penatalaksanaan
     - Bibir:
       - Kumur-kumur dengan antiseptik misalnya klorheksidin 3-4 kali/hari.
       - Pemberian asiklovir topikal 5 kali sehari.
     - Herpes genital:
       - Larutan betadin atau kalium-permanganat untuk rendam duduk 3 kali sehari
       - Asiklovir oral:
                     Lesi primer: 5 x 200 mg/hari atau
                                    3 x 400 mg/hari selama 7 hari
                     Lesi rekuren: 5 x 200 mg/hari atau
                                    3 x 400 mg/hari selama 5 hari
82                                 81




83
                                                                    63




Gbr 81. Herpes labialis
Gbr 82. Herpes genitalis pada wanita.
Gbr 83. Tampak vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa
pada lipat paha bagian medial, sebagian vesikel sudah pecah.
KONDILOMATA AKUMINATA
     (Kutil kelamin)
     Kondilomata akuminata adalah kelainan berupa kutil yang berlokasi di mukosa
     maupun kulit genital, disebabkan oleh virus HPV tipe tertentu yang umumnya
     ditularkan melalui kontak seksual. Penularan mungkin pula dapat terjadi dari
     ibu kepada bayi saat proses persalinan..
     Keluhan berupa adanya kutil pada kelamin, yang kadang-kadang disertai rasa
     gatal ringan, nyeri, rasa panas, atau berdarah. Pada wanita hamil kutil cepat
     membesar dan terjadi regresi spontan setelah melahirkan. Kutil juga cepat
     membesar pada pasien imunokompromais.
     Bila tejadi pada wanita, umumnya disertai duh tubuh abnormal. Lokasi
     tersering pada laki-laki ialah penis, skrotum, meatus uretra, dan daerah
     perianal, sedangkan pada wanita ialah introitus, vulva, perineum, dan daerah
     perianal. Dapat juga berlokasi di serviks dan dinding vagina, pubis, paha
     bagian atas.
     Terdapat 4 tipe morfologi,yaitu: serupa kembang kol, papular, keratotik, dan
     papul datar. Lesi papular tampak sebagai papul berbentuk kubah, sewarna
     kulit, dengan diameter 1-4 mm. Lesi keratotik tampak sebagai kutil dengan
     permukaan yang keras atau tampak seperti keratosis seboroik.Varian papul
64   kubah dan papul datar disebut sebagai papulosis bowenoid yang
     hiperpigmentasi.
     Diagnosis diferensial antara lain: skin tags, pearly penile papule, papila
     vestibular, nevus melanositik, moluskum kontagiosum, keratosis seboroik,
     liken planus, liken nitidus, dan kondilomata lata.
     Pemeriksaan penunjang: lesi subklinis dapat dideteksi dengan bantuan cairan
     asam asetat 5%; kolposkopi untuk wanita dengan kutil pada alat kelamin
     dalam; anuskopi untuk pasien wanita dan pria dengan kutil perianal berulang
     dan adanya riwayat hubungan seksual anogenital; uretroskopi untuk pasien
     pria dengan kutil pada meatus uretra dan adanya riwayat hematuria serta
     Pap Smear untuk wanita dengan riwayat kondilomata akuminata pada serviks.
Penatalaksanaan
-   Periksa pasangan seksual
-   Tinctura podophylin 25 %
-   Solusio asam trikloroasetat 50-90% (untuk wanita hamil)
-   Gel atau solusio Podofilox 0.5%
-   Krim imiquimod
-   Gel 5 FU                         84
-   Interferon intralesi
-   Krioterapi
-   Electrosurgery




                                                              65
      Gambar 84. Tampak
     papul multipel dengan
      permukaan verukosa
         pada daerah anal.


                                            85




     Gambar 85. Tampak vegetasi
    yang bertangkai maupun tidak
       bertangkai glans penis dan
               sulkus koronarium
VARISELA
          Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan infeksi primer virus
          varisela-zoster (VVZ). Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan sangat
          menular, dapat melalui kontak langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui
          udara (droplet infection). Masa inkubasi pada pasien imunokompeten 10-21
          hari, sedangkan pada pasien imunokompromais lebih singkat, yakni kurang
          dari 14 hari.
          Pada anak kecil imunokompeten jarang terdapat gejala prodromal, kadang
          hanya demam dan malese ringan bersamaan dengan timbulnya lesi kulit.
          Pada pubertas dan dewasa biasanya terdapat gejala prodromal berupa
          demam, kedinginan, malese, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung,dan
          atau nyeri tenggorokan 2-3 hari sebelum lesi kulit timbul. Lesi kulit awalnya
          timbul di wajah dan skalp, kemudian menyebar cepat ke badan dan sedikit
          ke ekstremitas sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Gatal biasanya
          timbul selama vesikel masih terbentuk.
          Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat menjadi papul,vesikel,
          pustul, dan krusta dalam beberapa hari. Gambaran khas adalah terdapatnya
          semua stadia lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada pasien
          imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat bula, serta
66        nekrotik. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain super-infeksi bakterial,
          pneumonia, varisela, ensefalitis/meningoensefalitis varisela.

     86




                                     Gbr 86. Terdapat semua stadia pada
                                     satu saat: papul, vesikel dan krusta.
                                     Distribusi sentral, terutama pada badan
Penatalaksanaan
Pada bayi/anak imunokompeten, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh
sendiri. Gatal dapat diatasi dengan bedak/losio kalamin dengan antipruritus
dan atau antihistamin sedatif oral. Bila vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk
krusta, dapat dioleskan salap antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bak-
terial. Kadang diperlukan antipiretik/analgetik.Obat antivirus (asiklovir, gamsi-
klovir, valasiklovir) dapat diberikan dalam 48–72 jam setelah lesi kulit timbul,
terutama untuk varisela berat atau mempunyai risiko terjadinya komplikasi,
misalnya pada pajanan sekunder, pubertas/dewasa, dan pasien dengan
penyakit kulit kronik. Pencegahan varisela terutama untuk golongan berisiko
tinggi menderita varisela berat, misalnya neonatus dan pubertas/dewasa,
dengan diberikan imunisasi pasif dengan varisela-zoster imunoglobilin (VZIG),
imunisasi aktif dengan vaksin VVZ (Oka strain), atau mencegah pajanan.




                                   87




                                                                                    67




 Gbr 87. Varisela dapat
     mengenai mukosa,
 antara lain konjungtiva
    dan bibir. Terdapat
    eritema dan erosi /
       ulserasi dangkal.
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL
DERMATOLOGI TOPIKAL

More Related Content

What's hot (20)

presentation referat kondiloma akuminata
presentation referat kondiloma akuminatapresentation referat kondiloma akuminata
presentation referat kondiloma akuminata
 
Community Based Early Warning System Guideline
Community Based Early Warning System GuidelineCommunity Based Early Warning System Guideline
Community Based Early Warning System Guideline
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Miastenia Gravis
Miastenia GravisMiastenia Gravis
Miastenia Gravis
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Regurgitasi mitral
Regurgitasi mitralRegurgitasi mitral
Regurgitasi mitral
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Diabetik retinopati
Diabetik retinopatiDiabetik retinopati
Diabetik retinopati
 
Ppt virologi
Ppt virologiPpt virologi
Ppt virologi
 
Kuliah NYERI KEPALA
Kuliah NYERI KEPALAKuliah NYERI KEPALA
Kuliah NYERI KEPALA
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
 
Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
 
Cbd rhinitis vasomotor - Petrisia Luvina
Cbd rhinitis vasomotor - Petrisia LuvinaCbd rhinitis vasomotor - Petrisia Luvina
Cbd rhinitis vasomotor - Petrisia Luvina
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
1. faring
1. faring1. faring
1. faring
 
Klasifikasi stadium klinis hiv aids menurut who
Klasifikasi stadium klinis hiv aids menurut whoKlasifikasi stadium klinis hiv aids menurut who
Klasifikasi stadium klinis hiv aids menurut who
 

Viewers also liked

PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitMeta A
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Iva Maria
 
Penyakit Bula
Penyakit BulaPenyakit Bula
Penyakit BulaMeta A
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesiaSuplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesiaSofie Krisnadi
 
Prof biranabortion in indonesia
Prof biranabortion in indonesiaProf biranabortion in indonesia
Prof biranabortion in indonesiaBiran Affandi
 
Faktor risiko persalinan preterm
Faktor risiko persalinan pretermFaktor risiko persalinan preterm
Faktor risiko persalinan pretermSofie Krisnadi
 
Copy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanCopy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanSofie Krisnadi
 
Sindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipidSindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipidSofie Krisnadi
 
Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Rasy Alzi
 
Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812
Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812
Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812Biran Affandi
 
Nutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janin
Nutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janinNutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janin
Nutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janinMuhammad Ilham Aldika Akbar
 
SURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTION
SURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTIONSURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTION
SURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTIONDr.Nehal Vaidya
 
Varisela pada Kehamilan
Varisela pada KehamilanVarisela pada Kehamilan
Varisela pada KehamilanAris Rahmanda
 

Viewers also liked (20)

PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
 
Penyakit Bula
Penyakit BulaPenyakit Bula
Penyakit Bula
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
Keluarga
Keluarga Keluarga
Keluarga
 
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesiaSuplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
 
Prof biranabortion in indonesia
Prof biranabortion in indonesiaProf biranabortion in indonesia
Prof biranabortion in indonesia
 
Faktor risiko persalinan preterm
Faktor risiko persalinan pretermFaktor risiko persalinan preterm
Faktor risiko persalinan preterm
 
Infeksi perinatal
Infeksi perinatalInfeksi perinatal
Infeksi perinatal
 
Bv dalam kehamilan
Bv dalam kehamilanBv dalam kehamilan
Bv dalam kehamilan
 
Ktg abnormal
Ktg abnormalKtg abnormal
Ktg abnormal
 
Copy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanCopy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilan
 
Sindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipidSindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipid
 
Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012
 
Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812
Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812
Prof biranroadtomaternaldeathpelatihan ponek jakarta290812
 
Nutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janin
Nutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janinNutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janin
Nutrisi ibu dalam kehamilan dan tumbuh kembang janin
 
SURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTION
SURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTIONSURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTION
SURGICAL MANAGEMENT OF SEPTIC ABORTION
 
Varisela pada Kehamilan
Varisela pada KehamilanVarisela pada Kehamilan
Varisela pada Kehamilan
 

Similar to DERMATOLOGI TOPIKAL

Ruam popok pada bayi & anak
Ruam popok pada bayi & anakRuam popok pada bayi & anak
Ruam popok pada bayi & anakpeternugraha
 
PENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdf
PENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdfPENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdf
PENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdfSyarifudinSayrifudin
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
359703965 patologi-kulit-ppt
359703965 patologi-kulit-ppt359703965 patologi-kulit-ppt
359703965 patologi-kulit-pptElvira Cesarena
 
Luka akut swn hotel santika pontianak maret 2018
Luka akut swn  hotel santika pontianak maret 2018Luka akut swn  hotel santika pontianak maret 2018
Luka akut swn hotel santika pontianak maret 2018agussupriyadi84
 
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnyaBerbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnyaLusi Puspita
 

Similar to DERMATOLOGI TOPIKAL (11)

Ruam popok pada bayi & anak
Ruam popok pada bayi & anakRuam popok pada bayi & anak
Ruam popok pada bayi & anak
 
Eflorecensi
EflorecensiEflorecensi
Eflorecensi
 
PENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdf
PENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdfPENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdf
PENYAKIT KULITA AKIBAT BAKTERI.pdf
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
359703965 patologi-kulit-ppt
359703965 patologi-kulit-ppt359703965 patologi-kulit-ppt
359703965 patologi-kulit-ppt
 
KULIT.pptx
KULIT.pptxKULIT.pptx
KULIT.pptx
 
Luka akut swn hotel santika pontianak maret 2018
Luka akut swn  hotel santika pontianak maret 2018Luka akut swn  hotel santika pontianak maret 2018
Luka akut swn hotel santika pontianak maret 2018
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnyaBerbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
 

More from Alvian P Windiramadhan

More from Alvian P Windiramadhan (13)

Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Leafleat kb
Leafleat kbLeafleat kb
Leafleat kb
 
Seminar kasus ruang anyelir rsud bayu asih
Seminar kasus ruang anyelir rsud bayu asihSeminar kasus ruang anyelir rsud bayu asih
Seminar kasus ruang anyelir rsud bayu asih
 
Satuan acara penyuluhan jadi
Satuan acara penyuluhan jadiSatuan acara penyuluhan jadi
Satuan acara penyuluhan jadi
 
Pembatasan cairan dan elektrolit
Pembatasan cairan dan elektrolitPembatasan cairan dan elektrolit
Pembatasan cairan dan elektrolit
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomyAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Leafleat komunitas
Leafleat komunitasLeafleat komunitas
Leafleat komunitas
 
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitamBuku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
 
Buku saku pelayanan kesehatan anak
Buku saku pelayanan kesehatan anakBuku saku pelayanan kesehatan anak
Buku saku pelayanan kesehatan anak
 
Askep Hipoparatiroid
Askep HipoparatiroidAskep Hipoparatiroid
Askep Hipoparatiroid
 
Askep remaja new
Askep remaja newAskep remaja new
Askep remaja new
 
Bahaya rokok dalam tubuh
Bahaya rokok dalam tubuhBahaya rokok dalam tubuh
Bahaya rokok dalam tubuh
 

DERMATOLOGI TOPIKAL

  • 1.
  • 2. PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA Sebuah panduan bergambar Emmy S. Sjamsoe Daili Sri Linuwih Menaldi I Made Wisnu ISBN 979 - 99294 - 1- 5 Buku ini diproduksi oleh para penulis dan penerbit untuk tujuan nir-laba. Isi dapat direproduksi dengan izin, selama tidak bertujuan mencari laba. penerbit : PT MEDICAL MULTIMEDIA INDONESIA Kramat Raya 31, Jakarta Pusat pt_mmi@medical-e-books.com
  • 3. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR 7 PASIEN DENGAN MASALAH KULIT 8 DERMATOTERAPI TOPIKAL 8-10 DERMATITIS Dermatitis kontak 11-12 Dermatitis popok 13 Dermatitis atopik 14-16 Pitiriasis 17 Liken simpleks 18 Dermatitis numularis 19 Dermatitis stasis 20 Pitiriasis rosea 21 Psoriasis 22-23 Dermatitis seboroik 24 Eritroderma 25 INFEKSI JAMUR Tinea pedis interdigitalis 27 Tinea kapitis 28 Tinea korporis 29 Tinea kruris 30 Tinea imbrikata 31 Onikomikosis 32 Pitiriasis versikolor 33 Kandidosis 34-35 Kromomikosis 36 Zigomikosis subkutan 37 INFEKSI BAKTERI Impetigo vesikobulosa 39 Impetigo krustosa 40 Folikulitis 41 Furunkel/Karbunkel 42 Ektima 43 Erisipelas 44 Selulitis 44 Abses multipel kelenjar keringat 45 Hidradenitis supurativa 46
  • 4. Staphylococcus scalded skin syndrome 46 Sifilis stadium II 47-48 Frambusia 49-50 Kusta 51-59 Skrofuloderma 60 INFEKSI VIRUS Infeksi HIV 61 Herpes simpleks 62-63 Kondilomata akuminata 64-65 Varisela 66-67 Herpes Zoster 68 Veruka vulgaris 69 Moluskum kontangiosum 70 INFEKSI PARASIT Creeping eruption 71 Skabies 72 Pedikulosis kapitis 73 5 Pedikulosis (Phthiriasis) pubis 74 ALERGI IMUNOLOGI A.Penyakit vesikobulosa kronik Pemfigus vulgaris 75 Pemfigoid bulosa 76 B.Penyakit otoimun Lupus eritematosus diskoid 77 Vitiligo 78 C.Erupsi obat Erupsi eksantematosa 79 Eksantema fikstum 80 Urtikaria dan angioudem 81 Dermatitis medikamentosa 81 Eritema multiforme/Sindroma Steven Johnson/Nekrolisis epidermal toksik 82-83
  • 5. DERMATOKOSMETOLOGI Lentiginosis 85 Efelid 86 Melasma 87 Melanosis Riehl 88 Nevus Ota 89 Akne 90-92 Erupsi akneiformis 93 TUMOR KULIT Keloid 95 Hemangioma 96 Karsinoma sel basal 97 Karsinoma sel skuamosa 98 Melanoma maligna 99 LAIN-LAIN Pearly penile papules 101 Prurigo hebra 102 Miliaria 103 Urtikaria dan angioudem 104
  • 6. KATA PENGANTAR Penyakit kulit sekalipun tidak berbahaya, mempunyai dampak yang besar bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik. Kecepatan dan ketepatan diagnosis sangat penting untuk pengobatan, yang tentu akan berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien. Banyak variasi gambaran klinis dari satu penyakit kulit, dan sebaliknya satu bentuk kelainan klinis bisa didapati pada beberapa penyakit. Hal semacam ini sangat penting diketahui dan dipelajari oleh tenaga kesehatan medis, paramedis dan mahasiswa kedokteran serta keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, para penulis mencoba membuat buku pedoman tentang berbagai penyakit kulit yang umum ditemukan di Indonesia serta diagnosis bandingnya, dalam bentuk sinopsis dengan gambar. Diharapkan buku ini dapat memudahkan tenaga kesehatan membuat diagnosis penyakit atau memikirkan kemungkinan diagnosis bandingya, terutama bila sarana penunjang tidak memadai. Walaupun para penulis dan tim penyusun buku ini telah berusaha secermat-cermatnya, namun saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan buku selanjutnya. Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Netherlands Leprosy 7 Relief (NLR) yang membiayai penerbitan buku ini. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini menjadi semakin baik. Semoga sumbangsih ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tim editor, 2005
  • 7. PASIEN DENGAN MASALAH KULIT Seorang pasien dengan masalah kulit seringkali mengeluh gatal di seluruh tubuh. Seringkali pasien di kirim/rujuk ke klinik kulit dengan “gatal di seluruh tubuh” sebagai diagnosis. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan kulit, anda akan menemukan pasien tersebut menderita berbagai macam kelainan seperti eksim, urtikaria,erupsi obat, infeksi kulit, skabies atau penyakit kulit lain. Pemeriksaan kulit sebaiknya dilakukan dengan cahaya yang baik, dan lebih disukai sinar matahari langsung. Idealnya seluruh kulit tubuh harus diperiksa. Luas dan lokasi seluruh lesi penting untuk membuat diagnosis dan tatalaksana. Beberapa istilah digunakan untuk mendeskripsikan lesi kulit, yaitu: Makula: perubahan warna kulit semata yang berbatas tegas. Papul: suatu penonjolan kecil berbatas tegas dan superfisial. Plak: penonjolan superfisial berbatas tegas, lebih besar dari papul. Likenifikasi: penebalan pada kulit dengan garis kulit yang makin jelas dan dalam, disebabkan oleh garukan dan gesekan. Nodul: proliferasi padat, batas tegas dan terpisah dari jaringan sekitarnya serta seringkali terletak di dermis atau subkutis. Vesikel: gelembung berisi cairan serum. Pustul: vesikel yang berisi pus. Urtika: elevasi kulit yang bersifat sementara disebabkan oleh edema pada dermis bagian atas, mengakibatkan gatal yang berat. Atrofi: penipisan lapisan kulit. DERMATOTERAPI TOPIKAL Setelah mendiagnosis kelainan kulit dengan benar kemudian dibutuhkan pemberian obat topikal,maka jenis vehikulum dan bahan aktif harus dipilih secara tepat. Efektivitas terapeutik obat topikal bergantung dari potensi bahan aktif yang dibawa oleh bahan dasar (vehikulum) yang mampu berpenetrasi menembus lapisan kulit. Vehikulum utama adalah cairan, bedak, dan salap.Cairan atau solusio merupakan disolusi antara dua substansi atau lebih menjadi satu larutan homogen yang bening. Cairan selain sebagai obat oles dapat dipakai sebagai kompres atau perendam. Bahan pelarut yang digunakan berupa air, alkohol atau minyak. Bahan aktif sebagai zat terlarut misalnya asam salsilat 1/1000 bersifat antiseptik dan astringen. Kalium permanganat (KMnO4) 1/5000 atau 1/10.000, dapat dipakai sebagai antiseptik dan astringen. Rivanol 1/1000 selain sebagai astringen dan antiseptik berguna juga sebagai deodoran. Untuk antiseptik kuat dapat digunakan AgNO3 0,25-0,5%. Bila pelarutnya alkohol disebut tinktura.
  • 8. Linimen adalah solusio non-aqua; zat pelarutnya dapat minyak atau sabun. Bentuk ini dapat dipakai sebagai pereda iritan, astringen, +antipruritus, emolien dan analgesik. Losio adalah campuran dua fase zat berlainan yang tidak larut dan terdispersi dalam bentuk cair. Sebelum pemakaian harus dikocok, sifat cairan mudah tersebar dan menimbulkan rasa dingin karena proses penguapan. Bedak bersifat menyerap cairan, mendinginkan dan mengurangi gesekan. Daya lekatnya kurang baik sehingga mudah berterbangan, hati-hati bila dipakai pada wajah dan leher anak atau bayi. Bedak tidak boleh diberikan pada lesi basah karena akan mengeras membentuk krusta atau bahkan granuloma. Bahan bedak yang dapat digunakan adalah seng-oksida yang bersifat antiseptik dan proteksi mekanis, serta magnesium silikat yang bersifat mengeringkan dan lubrikasi. Seng-oksida 98% dan feri-oksida 1% disebut bedak kalamin yang bersifat antipruritus. Bedak kocok terdiri atas komposisi: seng-oksida, talkum, kalamin, gliserol, alkohol dan air, serta harus ditambah stabilator. Bila air menguap maka komponen bedak tertinggal. Sediaan ini cenderung mengendap, sehingga perlu dikocok sebelum dipakai. Salap merupakan sediaan semisolid yang mudah menyebar, bersifat proteksi, hidrasi dan lubrikasi. Salap dengan dasar hidrokarbon tidak mampu menyerap air, bersifat lengket, berpenetrasi sangat baik, dapat mengatasi dermatosis tebal. Vaselin album adalah bentuk sediaan yang sering dipakai sebagai vehikulum golongan salap, sedangkan vaselin flavum memberi warna kuning yang menodai pakaian. Salap dengan bahan hidrofilik misalnya lanolin dan turunannya dapat dipakai untuk mencampur obat yang menyerap air. Sifatnya lubrikasi, emolien, dan dapat membentuk emulsi. Sifatnya lengket namun mudah dibersihkan. Bentuk vehikulum salap campuran yang sering dipakai adalah krim, yakni campuran dengan air. Terdapat dua bentuk: krim emulsi air (kadar tidak lebih dari 25%) dalam minyak dan krim emulsi minyak dalam air (kadar 31%-80%). Keuntungan pemakaian krim adalah tidak terlalu lengket, menyebar dengan mudah, dapat bersifat protektif, masih bersifat emolien karena mampu menahan penguapan air dan memberi efek mendinginkan. Namun daya serap krim tidak sebaik salap, emulsi air dalam minyak mempunyai daya absorbsi lebih baik dari minyak dalam air. Bentuk vehikulum campuran lainnya yang sering dipakai adalah pasta. Sediaan ini merupakan campuran antara minyak dan bedak. Pasta berguna sebagai barier impermeabel, proteksi dan dapat dipakai bila diperlukan vehikulum yang penyebarannya terbatas. Bahan ini seringkali dipakai untuk vehikulum tabir surya. Bila dibandingkan dengan salap, pasta kurang lengket, kurang menutup, dan lebih kering.
  • 9. Bahan aktif yang dipakai antara lain asam salsilat, sulfur, ter, kortikosteroid, antibiotik dan anti jamur. Asam salisilat 1/1000 sebagai kompres, 2% bersifat keratoplasti, 3-20% berkhasiat keratolitik, 30-60% destruktif. Sulfur presipitatum dalam konsentrasi 4-20% berkhasiat antisebore, antiakne, antiskabies, antibakteri positif-Gram, dan antijamur. Sediaan ter berasal dari batubara, kayu dan fosil. Likuor karbonis detergen merupakan ter berasal dari batubara yang dipakai dalam konsentrasi 3-10%, bersifat sebagai antiproliferasi. Kortikosteroid topikal Sediaan yang banyak dipakai dalam bidang dermatologi. Kekuatan efek vasokonstriksi membagi kortikosteroid menjadi 7 kelas potensi (lemah-sangat kuat). Golongan potensi lemah misalnya hidrokortison, berkhasiat antiinflammasi, tanpa antimitotik sedangkan golongan dengan potensi sangat kuat fungsi antimitotiknya juga kuat, misalnya: klobetasol propionat 0,05%. Kortikosteroid potensi sangat kuat tidak diberikan lebih dari 50 gram/minggu. Efek samping yang harus diperhatikan: atrofi kulit, telangiektasia, purpura, dermatitis perioral, absorbsi perkutan dapat menimbulkan supresi kelenjar adrenal. Antijamur misalnya nistatin mempunyai efek lokal fungistatik terhadap jamur kandidia. Derivat imidazol kini banyak dipakai untuk dermatofita, M furfur, dan kandida. Antibiotik topikal sebaiknya digunakan dari golongan yang tidak dipakai secara sistemik, mempunyai efektivitas yang baik untuk bakteri penyebab, dan tidak menimbulkan sensitasi. Basitrasin, mupirosin, natrium fusidat, polimiksin dan neomisin merupakan jenis yang masuk kriteria di atas dan sering dipakai. Pemakaian neomisin harus berhati-hati sebab sering menimbulkan sensitasi.
  • 11. DERMATITIS Istilah eksim dan dermatitis seringkali dipakai untuk menggambarkan kondisi yang sama. Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, subakut, atau kronis, dan dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya faktor konstitusi, iritan, alergen, panas, stres, infeksi, dll. Dermatitis akut menunjukkan eritema, edema, papul, vesikel, membasah dan krusta. Pada stadium subakut kulit masih kemerahan, tetapi sudah lebih kering dan terdapat perubahan pigmentasi. Stadium kronis menunjukkan likenifikasi, ekskoriasi, skuama,dan fisura. Terdapat berbagai macam dermatitis, namun berikut ini akan dibahas tipe yang paling sering dijumpai. Kelainan ini dapat mempunyai stadium-stadium yang lebih dominan. Gatal seringkali menjadi keluhan utama. DERMATITIS KONTAK Dermatitis kontak (DK) adalah kelainan kulit yang bersifat polimorfi sebagai akibat terjadinya kontak dengan bahan eksogen. Jenis dan Patogenesis: - DK iritan. Bahan iritan akan merusak kulit, lapisan lemak permukaan 11 kulit hilang, kandungan air berkurang, sehingga kulit menjadi kering, mudah retak dan terjadi dermatitis - DK alergik, terjadi berdasarkan mekanisme hipersensitivitas tipe IV (Gell dan Coomb). Terdapat 3 tipe sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu akut (eritem, edema, papul, vesikel, dan bula); sub-akut (eritem, edema ringan, dan krusta); dan kronik (hiperpigmentasi, likenifikasi, dan skuamasi). Lokasi dermatitis umumnya terjadi pada daerah yang berkontak dengan bahan penyebab dan berbatas relatif tegas, kecuali untuk bahan yang bersifat gas/ uap karena dapat juga mengenai daerah yang tertutup pakaian. Pemeriksaan penunjang adalah uji tempel. Terdapat 2 cara yaitu terbuka dan tertutup, dengan prinsip menempelkan alergen yang dicurigai sebagai penyebab pada kulit dalam waktu 24-48 jam, bila positif (sebagai alergen penyebab) akan terjadi dermatitis.
  • 12. Penatalaksanaan - - menghindari penyebab sesuai dengan hasil uji tempel - - obat sistemik hanya diberikan pada keadaan sakit berat dengan lokasi luas, secara simtomatik - - obat topikal diberikan sesuai dengan prinsip terapi kulit, bila basah diberi kompres (sol. Permanganas Kalikus 1:10.000 atau likuor Vieli) dan bila kering dapat diberi krim atau salap 1 12 Gbr 1. DK alergik akibat plester. Kelainan kulit berbatas tegas, bentuk sesuai dengan bentuk penyebab, dengan efloresensi yang polimorfi terdiri atas eritema, papul, vesikel dan bula. Gbr 2. DK iritan akibat iritan kuat.Terlihat vesikel, bula dan ekskoriasi Gbr 3. DK iritan akibat iritan lemah. Ujung jari eritem, tipis, berkilat dan berskuama 3 2
  • 13. DERMATITIS POPOK Dermatitis popok adalah dermatitis yang terletak, paling tidak pada awalnya, pada daerah yang tertutup popok. Keadaan ini hanya terjadi setelah pemakaian popok. Ditandai dengan eritema yang konfluens, berkilat, dapat pula ditemukan papul eritematosa multipel, edema dan skuama, terutama di daerah yang paling lama berkontak dengan popok, misalnya bagian cembung bokong, paha bagian dalam, mons pubis, skrotum, dan labia mayora. Bila sudah terinfeksi dengan jamur kandida, maka akan tampak plak yang sangat Penatalaksanaan Yang perlu diperhatikan adalah menggunakan popok sesuai daya tam-pungnya dan diusahakan diganti sesegera mungkin setelah kotor. Dengan demikian area tersebut terjaga tetap bersih dan kering Topikal : - bila ringan: krim pelindung, dioleskan sebelum memakai popok baru - antifungal topikal: nistatin atau imidazol krim, dioleskan 2x/hari - kortikosteroid topikal potensi ringan, misalnya hidrokortison, dapat diberikan pada dermatitis popok sedang atau berat. 13 - kombinasi mikonazol nitrat dan seng dalam krim, dioleskan 2x/hari. Gbr 4. Dermatitis popok kandida. Plak eritematosa ukuran plakat, batas tegas, disekitarnya terdapat lesi satelit 4
  • 14. DERMATITIS ATOPIK Dermatitis atopik (DA) kadang-kadang disebut juga eksim susu, adalah penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering dijumpai pada anak. Penyebab utama adalah kulit kering yang menyebabkan barier kulit rusak,selain itu berbagai faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi perkembangannya. Walaupun etiopatogenesis belum semuanya jelas, namun sebagian mekanisme imunopatogenesis DA telah dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi faktor genetik (IgE) yang bereaksi spesifik terhadap alergen lingkungan. Alergen makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut, kacang tanah, tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu rumah, tungau debu rumah, serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu binatang. Kolonisasi Staphylococcus aureus sekitar 74% ditemukan pada kulit pasien DA dan berkorelasi dengan derajat beratnya DA. Menurut fasenya dikelompokkan dalam 3 fase, sebagaimana dicantumkan pada Tabel di bawah ini Tempat predileksi Manifestasi klinis plakat eritematosa 14 simetris di pipi, skalp, Bayi berbatas difus, papulo- ekstensor ekstremitas, (infantil) vesikular, eksudatif, kadang kadang di badan dengan skuama halus simetris di fleksural eks - plakat eritematosa berbatas Anak tremitas, fosa kubiti dan difus, papulo-folikular,skuama, poplitea, lipatan leher, hiper-keratosis, kadang pergelangan kaki disertai likenifikasi Dewasa simetris di leher, badan, plakat papular, hiperkeratosis, ekstensor tungkai bawah hiperpigmentasi dan likenifi- kasi. Batas dapat tegas.
  • 15. 5 6 7 1. Fase bayi 15 Gbr 5. Plak eritematosa difus dan kering pada pipi Gbr 6. Pada fossa poplitea dan betis tampak plak eritematosa difus dan eksudatif 2. Fase anak Gbr 7. Plakat eritematosa, erosi, ekskoriasi dan krusta pada fossa kubiti yang meluas ke badan, 3. Fase dewasa Gbr 8. Tampak hyperkeratosis dan 8 likenifikasi
  • 16. Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan medikamentosa dan nonmedikamentosa ditujukan untuk memantau penyakit dengan cara mengurangi gatal, mengatasi inflamasi, mengurangi kekeringan kulit, dan mengeliminasi faktor pencetus atau yang memperberat penyakit Pengobatan medikamentosa Obat sistemik - Antihistamin (AH). Sebaiknya pada anak dipilih antihistamin jenis klasik yang bersifat sedatif, contohnya klorfeniramin maleat (klorfenon) dan hidroksisin. - Antihistamin nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja, diantaranya adalah seterisin, loratadin, terfenadin, dan feksofenadin, - Antibiotik. Diberikan pada DA dengan infeksi sekunder, seperti eritro- misin, kloksasilin, metisilin, atau sefalosporin, maksimal selama 2 minggu. - Kortikosteroid. Digunakan pada DA berat dan luas yang sukar diatasi de- ngan AH dan kortikosteroid topikal. Efek samping pada anak adalah supresi pada axis hipotalamus-pituitari-adrenal korteks (HPA) dan gangguan pertumbuhan tulang. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kg BB cukup bermanfaat. Obat topikal 16 - Kortikosteroid topikal. Merupakan obat pilihan untuk DA.Dianjurkan dimulai dari potensi yang ringan sampai sedang misalnya hidrokortison, atau mometason furoat. Pada kasus yang berat dapat diberikan potensi kuat, tetapi setelah 1 minggu dosis diturunkan perlahan-lahan. - Pelembab (moisturizing) Berbagai pelembab dapat digunakan, antara lain gliserin, propilen glikol, urea, lanolin, vaselin, dan minyak tumbuhan. - Antibiotik topikal. Digunakan bila terdapat infeksi sekunder ringan. Dipilih antibiotik yang tidak digunakan pada terapi sistemik, yaitu golongan asam fusidat 5%, mupirosin 2%, dan kombinasi neomisin-basitrasin-polimiksin B. Pengobatan nonmedikamentosa Pengobatan DA secara komprehensif dan holistik penting pada penatalaksanaan DA, mengingat pengobatan lebih ditujukan untuk mengendalikan penyakitnya. Edukasi pada pasien dan keluarga ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup, cara menghindarkan diri dari alergen, iritan, faktor lingkungan; dan memperbaiki kebiasaan hidup. Kasus DA yang sukar diatasi atau rekalsitrans Sebaiknya berkonsultasi dengan para ahlinya.
  • 17. PITIRIASIS ALBA Sebagian para ahli kulit beranggapan bahwa pitiriasis alba termasuk suatu tanda atopi atau dermatitis atopik, sebagian lagi menyatakan suatu kelainan tersendiri. Namun, sampai saat ini belum jelas penyebab yang sebenarnya. Pitiriasis alba ditandai oleh banyak bercak hipogimentasi berbentuk oval batas tidak jelas, bersisik, permukaannya rata, terdapat pada wajah yaitu di pipi, permukaan ekstensor lengan, dan badan bagian atas. Permukaan agak kasar tertutup oleh akuama halus. Lesi berdiameter 5 sampai 50 mm dalam jumlah banyak. Pitiriasis alba muncul terutama pada usia antara 3 dan 16 tahun, dan sampai 40% anak bisa terkena. Lesi tidak terasa gatal Dapat mengganggu penampilan wajah, terutama bila berkulit gelap, sehingga diperlukan pertolongan medis. Walaupun berlangsung lama, namun dapat menghilang swasirna, dan dapat muncul kembali setelah beberapa tahun. Pengobatan Tidak ada pengobatan spesifik. Pengobatan simtomatik dengan oleum bergamot 15% yang dioleskan pada lesi di pagi hari, atau kortikosteroid potensi tingan. Sebagai pencegahan dapat diberikan tabir surya. 17 Gbr 9. bercak hipopigmentasi multipel, batas tidak tegas, dengan skuama halus di atasnya. 9
  • 18. LIKEN SIMPLEKS Liken simpleks ditandai dengan adanya satu atau lebih bercak pada kulit yang mengalami likenifikasi dan terasa sangat gatal.Bercak-bercak tersebut umumnya terlihat di bagian leher, genital dan pada kaki bagian ekstensor. Pengobatan - Lingkaran setan dari gatal–garuk–likenifikasi harus dihentikan. Oleh karena- nya pasien harus betul-betul paham untuk berhenti menggaruk! - Salap coal tar atau pasta zinci yang mengandung coal tar dioleskan malam hari untuk mengurangi rasa gatal. - Pemasangan plester seng-adhesif bisa mencegah agar luka tidak digaruk dan membantu menghentikan lingkaran setan tadi. - Steroid topikal potensi tinggi, khususnya apabila dioleskan pada malam hari dan kemudian dibalut dengan penutup berbahan plastik (misalnya dua kali se-minggu) biasanya sangat efektif. Jangan gunakan oklusi (penutup) berbahan plastik di area genital. 18 Gbr 11. Gambaran eritematosa Gbr 10. Pada dorsum pedis terdapat hiperpigmentasi dan dan hiperpigmentasi disertai likenifikasi yang merupakan likenifikasi, menunjukkan fase gambaran khas lesi. sub akut LSK. 10 11
  • 19. DERMATITIS NUMULARIS Dermatitis numularis merupakan suatu bentuk dermatitis dengan efloresensi berbentuk papul dan vesikel dengan dasar eritematosa, berbentuk mata uang (coin), berbatas tegas, umumnya mengenai tungkai bawah. Jumlah lesi dapat satu atau lebih. Tempat predileksi lain adalah badan, punggung tangan dan lengan bawah. Penyakit ini cenderung kambuh, bahkan ada yang timbul terus- menerus. Puncak awitan pada usia 55-65 tahun dan 15-25 tahun. Sering mengenai pasien dengan stigmata atopi, dan diduga infeksi ikut berperan dengan ditemukannya peningkatan koloni Staphylococcus dan mikrokokus pada lesi. Diagnosis berdasar gambaran klinis, dengan diagnosis banding dermatitis kontak, dermatitis atopik, liken simpleks kronikus dan dermatomikosis. Pengobatan - Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal potensi sedang sampai berat, dan dapat dikombinasikan dengan preparat ter. - Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik. 19 Gbr 12. Bercak seperti uang logam (coin lesion) berwarna merah dan basah, merupakan gambaran khas dermatitis numularis. 12
  • 20. DERMATITIS STATIS Dermatitis stasis atau dermatitis hipostatik adalah salah satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis stasis merupakan dermatitis varikosum, karena penyebab utamanya ialah insufisiensi vena. Gejala subyektif ialah pruritus. Bila kemudian timbul ulkus stasis, maka akan terasa nyeri. Pada permulaan tampak edema pergelangan kaki, terutama pada sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin ke luar dari pembuluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada bagian medial sepertiga tungkai bawah. Perlahan-lahan timbul dermatitis yang seringkali madidans. Bila timbul infeksi sekunder, maka teraba indurasi subkutan dan kulit di atasnya berwarna coklat-merah. Karena terjadi bendungan serta atrofi kulit, maka dengan mudah akan timbul ulkus. Faktor presipitasi timbulnya ulkus stasis ialah trauma ringan dan infeksi sekunder. Pengobatan - Pengobatan kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi tungkai atau menggunakan pembalut elastis. 20 Gbr 13. Pada maleolus - Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas medialis kiri ditemukan kalikus 1/10.000. Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal lesi eritematatosa dan hiperpigmentasi disertai potensi ringan sampai sedang, dan dapat dikombinasikan dengan varises yang merupakan - preparat ter. kelainan khas bagi Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik. dermatitis ini. 13
  • 21. PITIRIASIS ROSEA Pitiriasis rosea merupakan suatu eksantema peradangan yang ringan, yang belum diketahui penyebabnya Diduga merupakan reaksi erupsi kulit terhadap infeksi virus. Sering terjadi pada anak-anak dan remaja, walaupun dapat ditemukan pada semua usia. Seringkali didahului dengan fase yang tampaknya seperti flu. Gejala klinis diawali dengan adanya bercak induk atau mother patch atau Herald patch, yang terdapat di lengan atas atau badan. Lesi eritem berukuran numuler dengan tepi lebih merah dan bersisik halus. Kemudian diikuti lesi yang lebih kecil di badan dan tersusun sejajar dengan garis lipatan kulit, membentuk pola pohon cemara. Lesi ini biasanya tidak sakit maupun gatal, dan akan swasirna dalam waktu 2 bulan. Perlu dibedakan antara pitiriasis rosea dengan sifilis stadium II (sekunder), untuk itu diperlukan pemeriksaan serologi untuk sifilis. Pengobatan Pengobatan bersifat simtomatik, karena penyakit bersifat swasirna. Losio kalamin atau bila perlu berikan antihistamin untuk gatalnya. Losio, salap atau krim urea 10% untuk kulit kering dan bersisik. 21 Gbr 14. Bercak lentikular 14 dan numular lonjong dengan skuama halus di atasnya, sumbu panjang sejajar dengan lipatan kulit
  • 22. PSORIASIS Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti mika. Perjalanan penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang perempuan maupun laki-laki dengan resiko yang sama. Mengenai semua umur terutama 30-40 tahun. Faktor genetik mempunyai keterkaitan yang besar dengan psoriasis tipe satu: yaitu psoriasis dengan awitan sebelum berumur 40 tahun. Sebaliknya psoriasis tipe dua yaitu bila awitannya lebih dari 40 tahun sedikit dikaitkan dengan faktor genetik. Biasanya psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp, siku, lutut, dan bokong. Dapat juga mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau palmo-plantar (psoriasis plamoplantar). Luas lesi dapat terlokalisir atau meluas ke hampir seluruh tubuh. Berbagai bentuk ragam psoriasis dapat dijumpai: Bila ukuran lesi lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah psoriasis vulgaris dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan, psoriasis juga menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic tounge). Psoriasis bentuk berat adalah psoriasis yang luas, psoriasis pustulosa generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis arthritis,dan umumnya 1/3 kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas hidup pasien menjadi perhatian utama, walaupun seseorang dengan lesi tidak luas namun mengganggu 22 kualitas hidupnya dapat dikategorikan berat. Lesi sering terasa gatal, panas dan kering. Garukan atau trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul lesi baru pada daerah tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan kekambuhan antara lain: trauma, infeksi, faktor endokrin, hipokalsemia, stress emosional, obat-obatan (antimalaria, litium, beta andrenergic blocking agent) dan alkohol. Penatalaksanaan - Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan tersedia di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi pengobatan dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi - Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh. - Terapi topikal: • Pelembab: vaselin album, urea 10% • Ter likuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp) dan asam salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan • Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari 50gram/minggu), dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk daerah lipatan pakai kortiko-steroid lemah –sedang tergantung ketebalan lesi. • Antralin 2%
  • 23. Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topikal • Tazaroten - Lebih dari 15% atau bila rekalsitran - Fototerapi UVB, PUVA - Psoriasis berat - Fototerapi: UVB/PUVA - Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin, terapi biologik (antara lain infliximab, alefacept, etanercept, dan efalizumab 15 Gbr 15. Bercak eritematosa dan hipopigmen-tasi lentikular, numular dan plakat berbatas tegas dengan skuama berlapis- lapis, transparan dan berwarna putih seperti mika 23 16 Gbr 16. Psoriasis gutata. Bercak eritematosa lberukuran lentikular, berbatas tegas dengan skuama berlapis-lapis.
  • 24. DERMATITIS SEBOROIK Dermatitis seboroik merupakan penyakit papuloskuamosa yang kronik. Kelainan ini dapat mengenai bayi dan dewasa,dan berhubungan dengan peningkatan produksi sebum (sebore) pada skalp dan area yang memiliki banyak kelenjar sebasea di wajah dan badan. Penyebabnya multifaktorial. Faktor konstitusi sebore, P.ovale, stres, imunokompromais dan kelainan neurologis dapat mendasari penyakit ini. Manifestasi klinisnya bervariasi dari bentuk ringan berupa skuama halus saja seperti pada pitiriasis sika (dandruff) sampai papul eritematosa dengan skuama kasar berminyak dan kekuningan disertai krusta pada area predileksi. Pada bayi, sering ditemukan skuama kekuningan yang lekat pada kepala disebut cradle cap. Penyakit ini jika meluas dapat menjadi eritroderma, Pengobatan Kasus dengan faktor konstitusi agak sukar disembuhkan. Faktor predisposisi harus diatasi. Pengobatan topikal dapat diberikan kortikosteroid seperti hidrokor- tison krim 2 kali sehari atau pemberian sulfur presipitatum 4-20%, resorsin 1- 3%, likuor karbonas detergens 2-5%, serta golongan azol. Pada kasus berat 24 dapat diberikan kortikosteroid sistemik, seperti prednison 20-30 mg sehari atau antimikotik oral seperti ketokonazol 200 mg per hari. 17 Gambar 17. Dermatitis seboroik pada kepala dengan infeksi sekunder, dapat menyerupai tinea kapitis. 18 Gambar 18 Dermatitis seboroik pada wajah, khas mengenai area sebore
  • 25. ERITRODERMA Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema di seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai skuama. Berdasarkan penyebabnya, eritroderma dibagi menjadi 3 golongan: - Akibat alergi obat - Akibat perluasan penyakit kulit, seperti psoriasis, penyakit Leiner, dermatitis atopik dan lain-lain - Akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan Pengobatan Golongan I : Prednison 3x10 mg sampai 4x10 mg sehari Golongan II : Prednison 4x10 mg sampai 4x15 mg sehari, jika tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan. Pada eritroderma psoriatika diberikan metotreksat atau asitretin. Pada keganasan dapat diberikan sitostatika seperti klorambusil 2-6 mg sehari. Kelainan kulit perlu diberi emolien, seperti salap lanolin 10%. 25 19 Gambar 19. Eritroderma psoriatika. Tampak plak eritematosa dengan skuama, yang tersebar hampir universal
  • 27. INFEKSI JAMUR Kelainan kulit akibat jamur yang sering dijumpai dapat berupa dermatofitosis yang disebabkan oleh dermatofita, kandidosis oleh kandida dan pitiriasis versikolor oleh Malassezia sp. Jamur merupakan organisme saprofit yang pada lingkungan tertentu yang menguntungkannya akan tumbuh menginvasi jaringan kulit, rambut, atau kuku. Kondisi demikian, atau disebut faktor predisposisi, antara lain adalah kelembaban, suhu panas, trauma, respons imunitas yang turun, dsb. Sehingga untuk mendapatkan kesembuhan dan mencegah kekambuhan, selain pengobatan yang tepat dan adekuat, sangat penting menghilangkan berbagai faktor predisposisi tersebut. TINEA PEDIS INTERDIGITALIS Terdapat 3 bentuk tinea pedis yaitu subakut, moccasin foot, dan inter- digitalis.Tinea pedis interdigitalis ialah dermatofitosis pada sela jari kaki, merupakan salah satu bentuk tinea pedis yang paling sering ditemukan. Secara klinis pada sela jari kaki IV dan V tampak fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis, dan sering terlihat maserasi. Lesi dapat meluas ke subdigital dan sela jari lainnya. Lesi dapat berlangsung bertahun-tahun dengan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Dapat disertai infeksi sekunder oleh 27 bakteri dengan komplikasi selulitis dan limfangitis Gbr 20. Tampak maserasi pada sela jari kaki IV-V Penatalaksanaan 20 - Usahakan agar sela jari kaki tetap kering, bila perlu gunakan kapas diantaranya - Pemilihan terapi topikal atau sistemik antara lain bergantung pada luas lesi dan ada/tidaknya kontraindikasi. Preparat topikal yang dapat digunakan antara lain golongan imidazol atau alilamin. Obat topikal digunakan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh.
  • 28. TINEA KAPITIS Dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak prapubertas. Jamur menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut yang selanjutnya akan menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut, bergantung pada spesiesnya. Ditandai rambut rontok yang patah di atas permukaan kulit (bentuk gray patch) atau patah tepat di pangkal rambut (bentuk black dot) dan kadang disertai peradangan ringan berupa papul, pustul, sampai berat berupa kerion. Pengobatan memerlukan obat sistemik kecuali ada kontra-indikasi, misalnya kehamilan. Peradangan yang berat dapat meninggalkan alopesia permanen.Perlu dibedakan kemungkinan infeksi bakterial sekunder. 21 Penatalaksanaan - Perlu dilacak dan eradikasi sumber penularan yang mungkin dari binatang peliharaan atau orang lain yang terinfeksi. - Griseofulvin 10-20 mg/kg berat badan per hari selama 6 sampai 8 minggu. 28 - Untuk mempercepat eradikasi jamur dan mencegah penularan perlu ditambahkan penggunaan sampo antijamur, misalnya selenium sulfida 1,8%, ketokonazol 2% setiap hari. - Obat alternatif: itrakonazol 100-200 mg/ hari atau terbinafin 62,5 mg-250 mg /hari bergantung pada berat badan anak. Gbr 21. Gray patch. 22 Alopesia, rambut suram dan patah beberapa mm di atas permukaan kulit Gbr 22. Kerion. Massa tumor dengan pustul pustul dan alopesia
  • 29. TINEA KORPORIS Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang khas. Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan mem-bentuk gambaran polisiklis. Lesi dapat meluas dan memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi. Pada kasus dermatofitosis dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa peme-riksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10 - 20%. Penatalaksanaan - Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat. - Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. - Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat 29 oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 10-20 mg/ kgBB/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari. 23 Gbr 23. Pada daerah abdomen tampak lesi sirsinar, berbatas tegas, polimorfi dengan tepi aktif
  • 30. TINEA KRURIS Merupakan infeksi jamur golongan dermatofita terbanyak di Indonesia, Etiologi serupa dengan tinea korporis. Pria lebih sering terkena daripada wanita, mengenai daerah lipat paha, perineum dan sekitar anus. Lesi kulit dapat meluas hingga daerah gluteus, perut bagian bawah atau bagian tubuh lainnya. Adanya maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban yang akan memudahkan infeksi. Penatalaksanaan - Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat. - Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. - Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 10-20 mg/kgBB/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari. 30 Gbr 24. Lesi berbatas tegas, polisiklis, polimorfis dengan tepi aktif 24
  • 31. TINEA IMBRIKATA Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronik rekuren disebabkan Trichophyton concentricum. Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu, antara lain Papua, Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur, terutama pada masyarakat terasing. Kerentanan terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan autosomal resesif. Gambaran klinis pada kulit berupa lingkaran-lingkaran konsentris terdiri atas lesi papuloskuamosa, dengan stratum korneum yang lepas sisi bebasnya menghadap ke arah dalam lesi, sehingga tampak tersusun seperti genting. Pada keadaan kronik rasa gatal tidak menonjol. Penatalaksanaan - Penyakit ini relatif sukar diobati dan sering kambuh selama pasien berada dilingkungan yang terkontaminasi jamur penyebab, misalnya lantai rumah, alat tidur, baju, dsb. - Griseofulvin micronized 500 mg per hari dapat menolong, tetapi kekambuhan sangat tinggi dan cepat terjadi. - Itrakonazol 100-200 mg per hari selama 4 minggu. 31 - Terbinafin 250 mg per hari selama 4 minggu. - Pada anak-anak dosis perlu disesuaikan 25 Gbr 25. Cincin-cincin skuama tersusun konsentris. Sisi bebas menghadap ke dalam
  • 32. ONIKOMIKOSIS Onikomikosis adalah infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat disebabkan oleh dermatofita, kandida, dan jamur kapang lain. Gambaran klinis bervariasi tergantung jenis penyebab maupun cara infeksi. Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku subungual distal. Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh paronikia atau peradangan jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat pekerjaan basah atau iritasi kronik. Penyebab pasti ditentukan dengan pemeriksaan KOH dan kultur yang perlu dilakukan untuk pemilihan obat serta menyingkirkan diagnosis banding. Penatalaksanaan - Itrakonazol 200 mg per hari selama 3-4 bulan, atau 400 mg per hari selama seminggu tiap bulan untuk 3-4 bulan, baik untuk penyebab dermatofita mau- pun kandida. Griseofulvin tidak lagi merupakan obat pilihan untuk tinea unguium karena memerlukan waktu lama, sehingga kemungkinan terjadi efek samping lebih besar, serta kurang efektif. Obat alternatif untuk tinea unguium adalah terbinafin 250 mg/hari. 32 - Pengikiran kuku yang rusak disertai pemberian obat topikal, misalnya krim /solusio golongan imidazol dan cat kuku siklopiroksolamin dapat merupakan alternatif bagi pasien yang tidak dapat menggunakan obat sistemik. Tetapi cara ini membutuhkan waktu lama dan efektivitasnya rendah. 26 Gbr 26. Lempeng kuku distrofik, infiltrat eritematosa dan edema jaringan sekitar.
  • 33. PITIRIASIS VERSIKOLOR Pitiriasis versikolor (panu) pada daerah punggung Merupakan penyakit jamur superfisial kronik, umumnya tidak memberikan keluhan subjektif kecuali secara kosmetik, dan banyak dijumpai pada usia belasan tahun. Nampak bercak berskuama halus berwarna putih hingga hitam terutama dijumpai bagian atas dada, lengan atas, tungkai atas, leher, muka hingga kulit kepala yang berambut. Disebab-kan oleh flora normal kulit yaitu Malassezia spp yang berubah menjadi patogen dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi misalnya suhu, kelembaban udara, keringat, defisiensi imun dan genetik Sering ditemukan rekurensi terutama pada terapi inadekuat atau pasien yang sulit menghilangkan faktor predisposisi. Penatalaksanaan - Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat topikal berupa sampo lebih mudah digunakan untuk seluruh tubuh, kecuali wajah dan genital, misalnya selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelum mandi, 1x/hari, atau sampo ketokonazol 2%. Obat topikal lain adalah solusio tiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah mandi selama 2 minggu, dan berbagai derivat imidazol, misalnya krim mikonazol. Pemakaian krim menyu- 33 litkan bila lesi luas. - Pada kasus yang memerlukan pengobatan sistemik dapat digunakan keto- konazol 200 mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi lainnya. - Rekurensi dapat dicegah dengan penggunaan obat topikal 2x/minggu atau 1x/bulan, atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan. - Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan. 27 Gbr 27. Pada daerah punggung tampak lesi berupa plak hipopigmentasi dengan skuama halus dan berbatas tegas.
  • 34. KANDIDOSIS Merupakan infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh Candida spp terutama C. albicans. Terdiri dari kandidosis kutis (kandidosis intertriginosa, generalisata, paronikia, kandidosis popok dan granuloma kandida), kandidosis selaput lendir, paronikia dan onikomikosis, kandidosis sistemik dan reaksi id. Penyakit dipengaruhi oleh faktor predisposisi endogen maupun eksogen, yaitu: - Perubahan fisiologik: misalnya kehamilan, kegemukan, debilitas, iatrogenik - Endokrinopati, diabetes melitus - Penyakit kronik, defisiensi imun pada infeksi HIV-AIDS, pemakai steroid atau sitostatik. - Iklim, suhu dan kelembaban tinggi - Kebersihan kulit, kebiasaan merendam kaki dalam air yang akan menimbulkan maserasi dan bentuk anatomi kaki tertentu yang menyebabkan oklusi alamiah. Kandidosis kutis secara klinis tampak berupa lesi eritematosa merah terang disertai lesi satelit papul dan pustul, mengenai kulit glabrosa juga di lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Pada bayi umumnya lesi di daerah popok 34 (perianal, perigenital, lipat paha sampai bokong). Gbr 28. Pada daerah inframammae tampak lesi berukuran plakat, merah terang dan berbatas tegas. 28
  • 35. Penatalaksanaan - Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. - Untuk lesi basah dapat digunakan kompres dengan larutan kalium permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit beberapa kali sehari. - Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari. - Obat topikal lainnya: Krim,salap dan emulsi nistatin; krim imidazol 2x/hari untuk lesi kulit terbatas, dan imidazol supositoria1x/hari selama 1-3 hari untuk kandidiasis vulvovaginalis. - Bila diperlukan dapat diberikan terapi sistemik : flukonazol 50 mg/hari atau 150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100 mg/hari atau ketokonazol 200 mg/ hari. - Griseofulvin tidak efektif pada infeksi kandida. 29 35 Gbr 29. Plak putih 30 susu pada mukosa bibir dan lidah, dasar hiperemis Gbr 30. Lesi eritematosa dengan lesi satelit berupa vesikel dan pustul di bagian perifer
  • 36. KROMOMIKOSIS Merupakan mikosis profunda yang disebabkan berbagai jamur kapang berwarna (dematiaceae) antara lain Fonsacea pedrosoi, Phialophora verrucosa, Cladosporium carionii yang dapat ditemukan di alam lingkungan. Kelainan berjalan kronik menahun, terutama ditemukan di daerah yang mudah mengalami trauma, umumnya di ekstremitas bawah. Gambaran klinis mula- mula berupa papul yang berkembang menjadi nodus dan selanjutnya plak atau tumor verukosa. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya jamur berupa spora coklat dengan septa longitudinal dan transversal pada pemeriksaan sediaan kerokan langsung, atau dengan pemeriksaan histopatologi. Kultur dilakukan untuk menentukan spesies. Penatalaksanaan - Kelainan ini sulit diobati dan kurang responsif terhadap berbagai antijamur sistemik yang ada. Tumor dapat mengecil tetapi sering kambuh kembali. - Obat yang dapat digunakan antara lain: - Itrakonazol 200 mg/hari sampai perbaikan (3 bulan sampai 1 tahun). - Flusitosin 150-200 mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis. 36 - Terbinafin 250 mg/hari dilaporkan memberi manfaat pada beberapa kasus. - Kombinasi dengan pemanasan topikal dapat membantu,demikian juga kombinasi dengan bedah beku. Gbr 31. Nodus-nodus dan tumor. Permukaan verukous dengan beberapa ulserasi 31
  • 37. ZIGOMIKOSIS SUBKUTAN Adalah mikosis profunda yang pertama kali dilaporkan dari Indonesia. Disebabkan oleh genus Basidiobolus,terutama oleh spesies Basidibolus ranarum yang dapat ditemukan sebagai organisme komensal dalam intestin reptil dan tumbuhan yang membusuk. Kelainan berupa nodus tanpa nyeri yang perlahan membesar secara sentrifugal membentuk tumor yang teraba keras seperti papan. Permukaan nodus sewarna kulit, kadang dengan eritema keunguan di bagian tepi. Dapat ditemukan rasa gatal yang mengakibatkan garukan. Kelainan terutama pada eks-tremitas, meskipun dapat juga pada badan. Inokulasi jamur penyebab terjadi melalui trauma meskipun diduga juga melalui gigitan nyamuk. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan histopatologi, ditemukan hifa tak bersepta dikelilingi massa eosinofilik. Penatalaksanaan - Solusio kalium yodida jenuh (KY) memberi hasil baik,diberikan 3X5 tetes per hari kemudian dinaikkan sebanyak 5 tetes per hari sampai terjadi tanda toksisitas antara lain mual,muntah, hiperlakrimasi,dan hipersalivasi. Selanjutnya dosis diturunkan sampai di bawah dosis toksis dan dipertahankan sampai gejala klinis hilang. 37 - Itrakonazol 100-200 mg/hari selama1 sampai 3 bulan juga memberi hasil baik. Gbr 32. Tumor datar keras di dada kanan, meluas, tepi kebiruan 32
  • 39. BAKTERI INFEKSI BAKTERI IMPETIGO VESIKOBULOSA (cacar monyet) Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering dijumpai. Penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus grup faga II. Tempat predileksi di ketiak, dada, dan punggung. Pada neonatus sering ditemukan di daerah selangkangan dan bokong. Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion. Bula mudah pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritema (kolaret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar membentuk gambaran polisiklik. Keadaan umum biasanya tidak dipengaruhi. Pengobatan - Pengobatan non-medikamentosa termasuk menjaga kebersihan dan higiene perorangan serta mengatasi faktor predisposisi. - Topikal: bergantung pada stadium penyakit dan morfologi kelainan kulit,dapat diberikan: 39 - Kompres terbuka:larutan permanganas kalikus 1/5000,larutan rivanol 1 ‰. Diberikan pada keadaan akut, madidans dan krusta tebal serta lekat. - Antibiotik topikal: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin, dioles 2x/hr - Antibiotik sistemik: Penisilin G prokain dan semisintetiknya: amoksisilin, 30- 50 mg/kgBB/hr, 3x/hr; flukloksasilin, 50 mg/kgBB/hr, 4x/hr; atau dikloksasilin, 25 mg/kg BB/hr, 4x/hr, selama 7 hari. Dapat juga diberikan eritromisin, 30-50 mg/kgBB/hr, 3x/hr, selama 7 hari. 33 Gbr 33. Tampak bula, bula hipopion dan ekskoriasi. Pada tepinya terdapat kolaret
  • 40. IMPETIGO KRUSTOSA Impetigo krustosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan/ atau Streptococcus β hemolyticus group A. Tempat predileksi tersering di daerah wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut. Kelainan kulit didahului oleh makula eritematosa kecil sekitar 1-2 mm. Kemudian secara cepat terbentuk vesikel atau pustul yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey coloured).Lesi akan melebar dan dapat bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara oto-inokulasi. Penatalaksanaan Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa 40 Gbr 34. Krusta tebal kekuningan seperti madu disekitar mulut. Tampak vesikel dan pustul 34
  • 41. FOLIKULITIS Folikulitis adalah radang folikel rambut.Penyebab utama adalah Staphy- lococcus aureus. Kelainan kulit ini sering ditemukan pada iklim tropis dengan tempat tinggal yang padat dan higiene buruk. Dikenal 2 bentuk folikulitis, yaitu folikulitis superfisialis dan profunda. Tempat predileksi folikulitis superfisialis adalah di daerah kulit kepala, dagu, ketiak dan ekstremitas. Kelainan kulit diawali dengan pustul pada folikel rambut. Pustul pecah diikuti pembentukan krusta. Erupsi papulopustular umumnya terlokalisir. Sering disertai dengan keluhan pruritus. Folikulitis profuda berbentuk nodus eritematosa, pada perabaan hangat dan nyeri. Pengobatan Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa 35 Gbr 35. Papul-papul eritematosa, diskret, diatasnya terdapat pustul 41
  • 42. FURUNKEL/KARBUNKEL Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya, sedangkan karbunkel adalah kumpulan furunkel yang menjadi satu. Kelainan kulit ini sering disertai faktor predisposisi seperti higiene buruk, kurang gizi, adanya penyakit kulit lain (misalnya miliaria, dermatitis). Kelainan kulit ini sering terjadi pada tempat yang banyak mengalami gesekan, misalnya aksila dan bokong, tetapi dapat juga terjadi di kepala dan leher. Keluhan yang ditimbulkan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, dan ditengahnya terdapat pustul. Kemudian nodus melunak menjadi abses, bila pecah dapat membentuk fistel. Penatalaksanaan Bila lesi sedikit, cukup diberi antibiotik topikal, misalnya salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin. Bila lesi banyak atau terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional, dapat diberi antibiotik sistemik seperti ampisilin, amoksisilin, eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis. 42 Gbr 36. Nodus eritematosa multipel dengan pustul diatasnya. 36
  • 43. EKTIMA Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya,disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus. Sering diawali dengan trauma seperti gigitan serangga, atau dermatitis. Kelainan kulit biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Lesi berupa krusta tebal berwarna kuning dan lekat, jika krusta diangkat tampak ulkus dangkal. Pengobatan - Kompres terbuka seperti (larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 ‰; atau yodium povidon 7,5% dilarutkan 10x) - Krim/salap antibiotik (salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin). - Antibiotik sistemik dapat diberikan antara lain ampisilin,amoksisilin, eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Gbr 37. Tampak erosi, 43 ekskoriasi, krusta warna merah-kehitaman, pada kedua tungkai bawah. 37
  • 44. ERISIPELAS Erisipelas adalah infeksi akut epidermis dan dermis yang biasanya disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus dan dapat mengenai semua golongan usia. Gejala utamanya berupa edema, eritematosa berwarna cerah, berbatas tegas, pinggirnya meninggi, disertai tanda radang akut, di atasnya dapat ditemukan vesikel atau bula. Tempat predileksi di wajah dan ekstremitas, biasanya didahului trauma. Pada umumnya disertai gejala konstitusi berupa demam, malese, bahkan mual dan muntah. Bila tidak diobati dapat menjalar ke sekitarnya, terutama ke arah proksimal. Bila sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. SELULITIS Selulitis adalah infeksi kulit yang menyerupai erisipelas, merupakan infeksi akut oleh Streptococcus β hemolyticus. Perbedaannya ialah selain mengenai epidermis dan dermis, juga mengenai subkutis. Gejala konstitusi dan tempat predileksi sama dengan erisipelas, tetapi pada selulitis kelainan kulit berupa infiltrat difus di subkutan disertai tanda radang akut. 44 Penatalaksanaan - Untuk mempercepat penyembuhan pasien harus banyak istirahat baring dengan elevasi tungkai yang terkena. - Secara topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik, misalnya permanganas kalikus 1/5000 atau 1/10000, yodium povidon 7,5% diencerkan 10x, atau rivanol 1 ‰. Gbr 38. Erisipelas. Plak - Sistemik dengan antibiotik misalnya golongan penisilin, linkomisin,kllndamisin eritematosa ukuran plakat, batas tegas eritromisin, atau sefalosporin. Gbr 39. Selulitis. Tumor dengan kelima tanda 39 radang akut. Jika dipalpasi terdapat infiltra difus di subkutan. 38
  • 45. ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT Kelainan ini merupakan infeksi kuman Stafilokokus di kelenjar keringat ekrin, terutama dijumpai pada anak. Gambaran klinisnya berupa nodus seperti kubah tanpa mata yang tidak nyeri, lama memecah, terletak di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala bagian belakang dan bokong. Pengobatan Antibiotik sistemik dan topikal HIDRADENITIS SUPURATIVA Kelainan ini merupakan infeksi kuman Stafilokokus di kelenjar keringat apokrin. Gambaran klinisnya berupa nodus dengan tanda radang akut yang dapat melunak menjadi abses, memecah dan membentuk fistel, bersifat menahun.Biasanya terdapat pada usia setelah akil balik sampai dewasa muda. Kelainan ini sering didahului oleh trauma Pengobatan 45 Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses dapat diinsisi. Pada kasus yang kronis residif, kelenjar apokrin harus dieksisi. 40 Gbr 40 Abses multipel kelenjar keringat. Banyak abses eritematosa berbentuk kubah 41 Gbr 41. Hidradenitis supurativa. Tampak nodus multipel yang bersifat menahun dan skar hipertrofik. Saat akut, biasanya disertai rasa nyeri.
  • 46. STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME (SSSS) SSSS ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus grup II dengan lesi khas terdapat epidermolisis. SSSS didahului oleh infeksi pada mata, hidung, tenggorokan dan telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik. Keluhan berupa demam tinggi dengan manifestasi klinis berupa eritema mendadak pada leher, ketiak, dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam 24 jam. Dalam waktu 24-48 jam, timbul bula berdinding kendur, kemudian terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan kulit dan meninggalkan daerah erosif dalam waktu 2-3 hari.Daerah tersebut akan mongering dan terjadi deskuamasi. Penyem-buhan terjadi setelah 10-14 hari, dapat spontan, atau bisa mengalami komplikasi seperti selulitis, pneumonia dan septikemia. Penatalaksanaan Perlu diperhatikan keadaan umum bayi/anak berupa keseimbangan cairan/ elektrolit dan adanya sepsis. Pengobatan sistemik berupa antibiotik antara lain kloksasilin 50mg/kg BB/hari; flukloksasilin 50 mg/kg BB/hari; sefalosporin 25- 50 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 4 dosis. 46 Topikal diberikan antibiotik, seperti: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin. 42 Gbr 42. Tampak epidermolisis pada wajah, leher, dada, dan lipat ketiak
  • 47. SIFILIS STADIUM II Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sebelum muncul kelainan kulit, sifilis stadium II biasanya didahului oleh sifilis stadium I berupa luka/ulkus yang tidak terasa nyeri di daerah genital sekitar 1-2 bulan sebelumnya. Sifilis stadium II ditandai oleh kelainan kulit generalisata yang dapat menye-rupai berbagai penyakit kulit, sehingga disebut sebagai the greatest imitator. Meskipun kelainan kulit dapat mengenai hampir seluruh tubuh, namun tidak disertai keluhan gatal. Biasanya lesi kulit sering dijumpai di daerah telapak tangan dan telapak kaki. Pembesaran kelenjar getah bening superfisialis pada beberapa tempat juga sering ditemukan. Untuk memastikan diagnosis sifilis perlu dlakukan tes serologi untuk sifilis (TSS), yaitu VDRL/RPR dan TPHA. Bila pemeriksaan skrining serologi untuk sifilis dengan RPR atau VDRL memberi hasil positif, maka kelainan kulit tersebut sangat mungkin disebabkan oleh sifilis dan selanjutnya dikonfirmasi oleh TPHA (tes antibodi yang spesifik). Di daerah endemik frambusia, hasil tes positif masih mungkin disebabkan oleh kontak dengan frambusia. Pada infeksi HIV hasil tes serologi ka-dang tidak sesuai. Pengobatan 47 - Penisilin benzatin 2,4 juta unit/intramuskular/minggu selama 3 minggu - Bila alergi penisilin, dapat diberikan eritromisin 4 x 500 mg/oral/hari selama 4 minggu
  • 48. 43 Gbr 43. Papul-papul yang berkonfluensi berbentuk arsinar dan sirsinar pada dahi, disebut sebagai korona venerik. Gbr 44. Lesi di perbatasan rambut berbentuk papulo-skuamosa yang tidak gatal. Gbr 45. Papulo-krustosa yang tidak gatal pada telapak kaki, khas untuk sifilis stadium II 44 48 45
  • 49. FRAMBUSIA Termasuk penyakit treponematosis non seksual, menular, sering kambuh dan dapat menyebabkan kecacatan. Disebabkan oleh T. pertenue yang secara mikroskopik dan serologik sulit dibedakan dengan Treponema lainnya. Berbeda dengan sifilis, penyakit frambusia ini tidak mempengaruhi susunan saraf pusat dan juga tidak menimbulkan kelainan kongenital. Secara epidemiologi penyakit ini termasuk penyakit tropis dan di Indonesia pada awalnya ditemukan pada hampir seluruh propinsi khususnya pada daerah yang lembab. Setelah dilakukan penanggulangan secara nasional pada awal tahun lima puluhan, penyakit ini sudah jarang ditemukan. Akan tetapi akhir- akhir ini ternyata masih ditemukan beberapa kantong frambusia terutama di Indonesia bagian timur. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, pria lebih banyak dari wanita, juga umumnya pada tingkat sosio-ekonomi rendah. Secara epidemiologi dapat ditemukan dalam bentuk stadium dini dan stadium lanjut dengan jarak waktu sekitar 5 tahun. Secara klinis dibedakan dalam bentuk stadium primer, sekunder dan tersier. Stadium dini ditandai dengan lesi berbentuk makulo papular/papiloma/papulo krustosa yang agak membasah/eksudatif, sedangkan stadium lanjut lesinya kering dan berbentuk ulkus. 49 Secara klinis stadium primer berupa papula /papulokrustosa soliter yang dikenal sebagai mother yaws. Stadium sekunder bentuk kelainan seperti mother yaws tapi jumlahnya lebih banyak dan terutama pada lubang tubuh berbentuk cincin (ring worm yaws). Stadium tersier berbentuk guma dengan ulkus serpiginosa dan dapat meninggalkan jaringan parut yang khas. Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan serologik dan bila perlu dengan pemeriksaan histopatologik. Pengobatan Pengobatan dengan penisilin dosis 2,4 juta unit dosis tunggal
  • 50. 47 48 49 50 50 Gbr 47. Lesi papulokrustosa (mother jaws) Gbr 48. Mother jaws dan jaringan parut yang khas Gbr 49. Papilomata dan krusta di atasnya di sekitar glutea dan paha Gbr 50. Stadium lanjut berbentuk ulkus.
  • 51. KUSTA Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, penyakit bersifat asimtomatik. Sebagian kecil yang terlambat didiagnosis dan terlambat diobati, memperlihatkan gejala klinis dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat. Gejala tersebut antara lain berbentuk lagoftalmos, gangguan sensibilitas kornea, hilangnya sensibilitas pada tangan dan kaki, kulit yang kering dengan/tanpa ulkus. Kadang-kadang ditemukan tangan lunglai, kaki semper dan mutilasi jari. Keadaan inilah yang membuat timbulnya stigma tehadap penyakit kusta. Penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar ahli berpendapat bahwa penularan melalui saluran napas (inhalasi) dan kontak kulit erat dan lama. Gangguan sensibilitas ditemukan dengan pemeriksaan tes sensoris berupa tes rasa raba (dengan ujung kapas), nyeri (dengan jarum suntik) dan suhu (dengan 2 tabung reaksi yang masing-masing berisi air panas dan air dingin).Setelah diberi penjelasan, pasien diminta menutup matanya. Bila 51 sentuhan tidak dirasakan oleh pasien, pemeriksaan ini menunjang diagnosis kusta. Saraf tepi (N. aurikularis magnus, N. ulnaris, N radialis, N. peroneus, dan N. tibialis posterior) harus diperiksa, dan pembesaran saraf tersebut adalah patognomonis untuk kusta. 51 Gbr 51. Pembesaran N. aurikularis magnus
  • 52. Penyakit kusta dibagi atas 2 tipe: 1. Kusta tuberkuloid atau pausibasilar (PB); tipe TT dan BT (Ridley- Jopling). Jumlah lesi 5 buah atau kurang. Bercak kulit umumnya hipo- pigmentasi, kadang-kadang eritem; permukaan kering dan berskuama dengan gangguan sensibilitas, distribusi asimetris, dan hanya mengenai 1 cabang saraf. Pada peme-riksaan bakterioskopis (slit skin smear) tidak ditemukan kuman. Tidak menular dan daya tular rendah. 2. Kusta lepromatosa atau multibasilar (MB); tipe BB, BL dan LL (Ridley Jopling). Jumlah lesi lebih dari 5 buah. Lesi kulit berbentuk makula, infiltrat difus, papul, dan nodus. Permukaan halus berkilap, gangguan sensibilitas ringan/tidak ada, distribusi simetris, mengenai lebih dari 1 cabang saraf. Pada pemeriksaan bakterioskopis ditemukan banyak kuman. Bila tidak diobati akan menular pada orang yang rentan. Gbr 52. Kusta PB dengan lesi lebih dari 5 buah. Tatalaksana kusta tanpa komplikasi Pengobatan dengan 1. Kusta pausibasilar. rejimen MB - Rifampisin 600 mg sekali sebulan dalam pengawasan ditambah Gbr 53. Kusta PB tipe BT. Lesi hipopig- dapson 100 mg tiap hari selama sebulan. mentasi, berbatas tegas - Bila makan obat tidak teratur, dosis 6 bulan yang diselesaikan dalam 9 52 dengan papul papul kecil bulan masih dapat diterima. dipinggirnya, ditemukan - Selalu perhatikan komplikasi !. gangguan sensibilitas. 52 53
  • 53. 2. Kusta multibasilar - Rifampisin 600 mg dan klofazimin (lampren) 300 mg sekali sebulan dalam pengawasan, ditambah dapson 100 mg tiap hari dan klofazimin (lampren) 50 mg tiap hari selama 12 bulan. - Bila makan obat tidak teratur, dosis 12 bulan yang diselesaikan dalam 18 bulan masih dapat diterima. - Selalu perhatikan komplikasi !. 54 55 53 56 Gbr 54. Kusta MB tipe BB. Tampak tanda khas berupa lesi Gbr 55. Kusta tipe BL Lesi numuler, asimetris dalam jumlah banyak Gbr 56. Kusta tipe LL. Banyak infiltrat hampir simetris pada muka
  • 54. Tes sensibilitas 57 Gbr 57. Tes rasa raba menggunakan ujung kapas yang di sentuhkan pada lesi Gbr 58. Tes rasa nyeri 58 dengan menggunakan ujung jarum suntik yang 54 disentuhkan pada lesi. 59 Gbr 59. Tes suhu menggunakan 2 tabung reaksi yang berisi air dingin dan air hangat. Bila ada gangguan sensibilitas, pasien tidak dapat membedakan dingin dan panas
  • 55. Pemeriksaan saraf tepi 60 61 Gbr 60 dan 61. Pemeriksaan N. ulnaris 62 63 55 Gbr 62. Pemeriksaaan N. radikulokutaneus. Gbr 63. Pemeriksaan N. tibialis posterior 64 65 Gbr 64 dan 65. Pemeriksaaan N. peroneus lateralis
  • 56. PENCEGAHAN CACAT ( PREVENTION OF DISABILITY ) Titik-titik yang diperiksa pada tangan dan kaki 66 67 Gbr 68,69, 70, dan 71 Tangan/kaki yang akan diperiksa letakkan di atas meja/paha penderita/ tangan pemeriksa. Sentuh titik-titik tersebut dengan bolpen plastik ringan, tanpa tekanan. Minta pasien menunjuk tempat Gbr 66.Titik-titik pada yang disentuh tsb. tangan Penyimpangan yang dapat Gbr 67. Titik-titik 56 ditoleransi =/< 1 cm pada kaki 68 69 70 71
  • 57. KOMPLIKASI KUSTA Komplikasi kusta ialah reaksi kusta yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dan gejala sisa akibat kerusakan saraf tersebut; kehilangan sensibilitas dan kehilangan kekuatan otot, dengan akibat ulserasi dan deformitas REAKSI Terdapat 2 tipe reaksi yang dapat dikenali, yaitu Reaksi Reversal (RR) dan Eritema Nodosum Leprosum (ENL). Simtom RR dapat berupa lesi lama yang lebih udem dan eritematosa, dapat muncul lesi baru, pembesaran saraf tepi disertai nyeri dengan peningkatan gangguan fungsi, dan kadang-kadang disertai pembengkakan akral. Reaksi ENL mempunyai bentuk karakteristik, berupa nodul-nodul eritematosa yang terasa sakit, dan timbul mendadak. Pasien umumnya merasa sakit. Sarafpun dapat nyeri. Kadang-kadang terjadi arthritis, limfadenitis, orkitis, iridosiklitis dan glaukoma yang dapat diikuti dengan kebutaan. Keterlibatan berbagai organ tersebut dapat terjadi terpisah atau secara bersamaan. Gbr 72. Reaksi reversal. 72 Tampak lesi lama lebih eritem, udem, berbatas 57 tegas, berukuran besar, disertai lesi baru dengan ukuran lebih kecil. 73 Gbr 73. Reaksi ENL. Lesi beupa nodul eritematosa yang nyeri, di pergelangan tangan
  • 58. ULSERASI DAN DEFORMITAS Ulserasi terjadi sekunder akibat hilangnya proteksi sensasi. Pasien tidak merasakan panas, tekanan atau sakit. Trauma pada kulit tidak terasa dan seringkali terabaikan, risiko kerusakan meningkat bila disertai kehilangan kekuatan otot (tangan kiting, kaki lunglai). Ulserasi dapat menyebabkan selulitis atau infeksi yang dalam, osteomelitis dan berakibat kehilangan jari- jari.Bila terjadi lagoftalmus,biasanya didapati pula anestesi pada mata, 74 sehingga mata tidak berkedip. Mata berisiko terhadap kekeringan dan ulserasi,yang pada akhirnya akan mengalami kebutaan. Deformitas terjadi sebagai akibat kehilangan kekuatan otot dan ulserasi, diikuti oleh osteomielitis dan pemendekan jari-jari, umumnya dihubungkan dengan kekakuan dan kontraktur. 75 58 Gbr 74. Ulkus trofik di dekat ibu jari kaki 76 yang merupakan titik yang mendapat tekanan saat berjalan. Ditemukan juga deformitas dan claw toes Gbr 75. Lagoftalmos pada mata kanan. Tampak celah pada gerakan menutup mata secara perlahan Gbr 76. Penderita kusta dengan tulang hidung yang kolaps (hidung plana) dan madarosis. Gbr 77. Kontraktur jari-jari tangan dan atrofi otot. 77
  • 59. Penatalaksanaan komplikasi kusta Reaksi Reversal - Prednisolon dengan dosis awal 40 mg/hari. Bila ada perbaikan diturunkan berturut-turut menjadi 30 mg, 20 mg, 15 mg, 10 mg dan 5mg/hari setiap 2 minggu.. Bila dalam penurunan dosis tidak ada perbaikan/memburuk, dosis dapat dipertahankan/dinaikkan. - Pastikan bahwa pengobatan dapat dilanjutkan sesuai dengan waktu - Periksa adanya infeksi terkait (tuberculosis dan strongiloides) Eritema Nodosum Leprosum - ENL ringan (tanpa keterlibatan saraf, mata, atau genital) dengan tablet asam salisilat 3 x 1000 mg/hari selama 1-2 minggu. - ENL berat (pasien tampak sakit dengan keterlibatan saraf, mata, atau genital) dengan steroid. Dosis dan cara pemberian obat sama dengan reaksi reversal. - Periksa adanya infeksi terkait. - Tuberkulosis dapat berkomplikasi dengan ENL - Thalidomid bila tersedia dapat diberikan 100-400 mg sekali sehari selama 1- 2 minggu. Jangan berikan pada ibu hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi tidak aman 100% !!! Thalidomide dapat menyebabkan deformitas berat pada janin. 59 Ulserasi dan deformitas - Luka harus bersih dan tertutup. Luka superfisial dapat dibalut dengan seng adhesive sticking plaster, yang diganti setelah 1-2 minggu. Kulit yang hiperkeratotik harus dikikis. - Jangan gunakan balutan tebal pada kaki. Hal ini akan membuat tekanan setempat ketika berjalan dan luka sulit sembuh. - Gunakan antibiotik hanya bila terjadi selulitis. - Deformitas lanjut dapat dicegah dengan perawatan harian oleh pasien: inspeksi, rendam dan meminyaki, kikis kulit yang tebal dan lunakkan dengan pemberian asam salisilat 15% dalam vaselin. Jari-jari kaki diregangkan secara aktif dan pasif untuk mencegah kontraktur berlanjut. Untuk mata yang tak berkedip dapat digunakan kaca mata di siang hari dan pada malam hari jika perlu gunakan penutup lembut yang mengandung vaselin. Pasien harus belajar mengedipkan mata terus menerus untuk membasahi matanya. Peringatan: komplikasi, reaksi, dan deformitas lanjut dapat muncul kemudian setelah pengobatan antibakteri (menurut WHO) selesai. Pasien harus diberi informasi tentang hal tersebut dan pengobatan harus segera dimulai
  • 60. SKROFULODERMA Skrofuloderma merupakan bentuk tuberkulosis kutis yang tersering di Indonesia. Tempat predileksinya di leher, aksila, dan lipat paha. Mulainya sebagai limfadenitis tuberkulosa, berupa pembesaran kelenjar getah bening (KGB) tanpa kelima tanda radang akut selain tumor, sebagian berkonfluensi. Juga terdapat periadenitis berupa perlekatan KGB dengan jaringan di sekitarnya, abses, sinus, fistel, dan ulkus. Ulkus memanjang, tak teratur, dinding bergaung, sekitar livid, pus seropurulen. Jika menyembuh terbentuk sikatrik yang memanjang dan tak teratur, di atasnya dapat terbentuk jembatan kulit. Penatalaksanaan Pengobatan dengan obat antituberkulosis, digunakan kombinasi tiga obat, misalnya INH (untuk anak 10 mg/kg BB; untuk dewasa 5 mg/kg BB, biasanya 400 mg per hari), rifampisin (10 mg/kgBB), dan pirazinamid (20-35 mg/kgBB). Pirazinamid bersifat hepatotoksik, sehingga hanya diberikan selama dua bulan. Bila belum sembuh diganti dengan obat antituberkulosis yang lain. Obat yang lain ialah etambutol (bulan I/II 25 mg/kg BB, berikutnya 15 mg/kg BB) dan 60 streptomisin (25 mg/kg BB). 78 Gbr 78. Tempat predileksi yang tersering pada skrofuloderma ialah di leher
  • 61. INFEKSI VIRUS INFEKSI HIV Penyakit kulit yang berkaitan dengan HIV dapat timbul di sepanjang perjalanan penyakit infeksi HIV pada 90% pengidapnya. Pada waktu terjadi serokonversi, dapat timbul eksantema bersamaan dengan demam dan gejala konstitusi. Setelah serokonversi akan terjadi masa infeksi HIV asimtomatik. Herpes zoster pada awal gejala klinis yang terjadi padakelompok usia muda (di bawah 50 tahun) sangat erat kaitannya dengan infeksi HIV. Dermatitis seboroik kronis dan parah dapat juga timbul sebagai manifestasi dini. Selain itu, manifestasi kulit pada infeksi HIV antara lain adalah moluskum kontagiosum, erupsi pruritik papular, infeksi herpes simpleks atau human papilloma virus yang parah, infeksi bakteri yang parah, infeksi mikobakteria dan jamur dan sarkoma Kaposi. Infestasi seperti skabies biasanya lebih parah. Reaksi simpang akibat obat sangat umum ditemukan pada infeksi HIV. Gbr 79. Dermatitis 79 seboroik berat pada pasien HIV 61 Gbr 80. Dermatitis 80 seboroik berat pada pasien HIV
  • 62. INFEKSI HERPES SIMPLEKS BIBIR DAN GENITAL Manifestasi umum infeksi Herpes simplex virus (HSV) adalah lenting pada bibir (herpes labialis, cold sores, fever blisters) dan infeksi herpes genital. Setelah beberapa hari terjadinya sensasi seperti ‘terbakar’ sebagai gejala prodromal, timbul sekelompok vesikel yang akan cepat pecah sehingga terbentuk ulkus dangkal. Infeksi primer dapat disertai gejala konstitusi berupa demam, lesu, dan anoreksia yang berlangsung sampai 3 minggu. Bila terjadi rekurensi, gejala yang ada lebih ringan, biasanya tanpa gejala konstitusi dan menghilang dalam waktu 7 hari. Pada sebagian besar orang, dapat disertai sensasi ‘terbakar’ selama beberapa hari. Rekurensi dapat dipicu oleh pajanan terhadap matahari (herpes labialis) trauma (misalnya gigitan pada bibir atau hubungan seksual), dan demam. Orang dengan defisiensi imun misalnya pada infeksi HIV dapat terjadi infeksi yang lebih parah dan rekurensi yang lebih sering. Herpes genital dapat menjadi kronik,menetap beberapa bulan,berupa ulkus yang dapat meliputi bagian besar daerah genital dan kulit sekitarnya,menyebabkan nyeri hebat. Infeksi HSV dapat menular melalui kontak langsung. Infeksi ini sangat mudah menular terutama bila terdapat lesi, dan pasien dapat melepaskan virusnya meskipun sedang dalam keadaan asimtomatik. 62 Penatalaksanaan - Bibir: - Kumur-kumur dengan antiseptik misalnya klorheksidin 3-4 kali/hari. - Pemberian asiklovir topikal 5 kali sehari. - Herpes genital: - Larutan betadin atau kalium-permanganat untuk rendam duduk 3 kali sehari - Asiklovir oral: Lesi primer: 5 x 200 mg/hari atau 3 x 400 mg/hari selama 7 hari Lesi rekuren: 5 x 200 mg/hari atau 3 x 400 mg/hari selama 5 hari
  • 63. 82 81 83 63 Gbr 81. Herpes labialis Gbr 82. Herpes genitalis pada wanita. Gbr 83. Tampak vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa pada lipat paha bagian medial, sebagian vesikel sudah pecah.
  • 64. KONDILOMATA AKUMINATA (Kutil kelamin) Kondilomata akuminata adalah kelainan berupa kutil yang berlokasi di mukosa maupun kulit genital, disebabkan oleh virus HPV tipe tertentu yang umumnya ditularkan melalui kontak seksual. Penularan mungkin pula dapat terjadi dari ibu kepada bayi saat proses persalinan.. Keluhan berupa adanya kutil pada kelamin, yang kadang-kadang disertai rasa gatal ringan, nyeri, rasa panas, atau berdarah. Pada wanita hamil kutil cepat membesar dan terjadi regresi spontan setelah melahirkan. Kutil juga cepat membesar pada pasien imunokompromais. Bila tejadi pada wanita, umumnya disertai duh tubuh abnormal. Lokasi tersering pada laki-laki ialah penis, skrotum, meatus uretra, dan daerah perianal, sedangkan pada wanita ialah introitus, vulva, perineum, dan daerah perianal. Dapat juga berlokasi di serviks dan dinding vagina, pubis, paha bagian atas. Terdapat 4 tipe morfologi,yaitu: serupa kembang kol, papular, keratotik, dan papul datar. Lesi papular tampak sebagai papul berbentuk kubah, sewarna kulit, dengan diameter 1-4 mm. Lesi keratotik tampak sebagai kutil dengan permukaan yang keras atau tampak seperti keratosis seboroik.Varian papul 64 kubah dan papul datar disebut sebagai papulosis bowenoid yang hiperpigmentasi. Diagnosis diferensial antara lain: skin tags, pearly penile papule, papila vestibular, nevus melanositik, moluskum kontagiosum, keratosis seboroik, liken planus, liken nitidus, dan kondilomata lata. Pemeriksaan penunjang: lesi subklinis dapat dideteksi dengan bantuan cairan asam asetat 5%; kolposkopi untuk wanita dengan kutil pada alat kelamin dalam; anuskopi untuk pasien wanita dan pria dengan kutil perianal berulang dan adanya riwayat hubungan seksual anogenital; uretroskopi untuk pasien pria dengan kutil pada meatus uretra dan adanya riwayat hematuria serta Pap Smear untuk wanita dengan riwayat kondilomata akuminata pada serviks.
  • 65. Penatalaksanaan - Periksa pasangan seksual - Tinctura podophylin 25 % - Solusio asam trikloroasetat 50-90% (untuk wanita hamil) - Gel atau solusio Podofilox 0.5% - Krim imiquimod - Gel 5 FU 84 - Interferon intralesi - Krioterapi - Electrosurgery 65 Gambar 84. Tampak papul multipel dengan permukaan verukosa pada daerah anal. 85 Gambar 85. Tampak vegetasi yang bertangkai maupun tidak bertangkai glans penis dan sulkus koronarium
  • 66. VARISELA Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan infeksi primer virus varisela-zoster (VVZ). Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan sangat menular, dapat melalui kontak langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui udara (droplet infection). Masa inkubasi pada pasien imunokompeten 10-21 hari, sedangkan pada pasien imunokompromais lebih singkat, yakni kurang dari 14 hari. Pada anak kecil imunokompeten jarang terdapat gejala prodromal, kadang hanya demam dan malese ringan bersamaan dengan timbulnya lesi kulit. Pada pubertas dan dewasa biasanya terdapat gejala prodromal berupa demam, kedinginan, malese, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung,dan atau nyeri tenggorokan 2-3 hari sebelum lesi kulit timbul. Lesi kulit awalnya timbul di wajah dan skalp, kemudian menyebar cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Gatal biasanya timbul selama vesikel masih terbentuk. Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat menjadi papul,vesikel, pustul, dan krusta dalam beberapa hari. Gambaran khas adalah terdapatnya semua stadia lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada pasien imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat bula, serta 66 nekrotik. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain super-infeksi bakterial, pneumonia, varisela, ensefalitis/meningoensefalitis varisela. 86 Gbr 86. Terdapat semua stadia pada satu saat: papul, vesikel dan krusta. Distribusi sentral, terutama pada badan
  • 67. Penatalaksanaan Pada bayi/anak imunokompeten, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Gatal dapat diatasi dengan bedak/losio kalamin dengan antipruritus dan atau antihistamin sedatif oral. Bila vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat dioleskan salap antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bak- terial. Kadang diperlukan antipiretik/analgetik.Obat antivirus (asiklovir, gamsi- klovir, valasiklovir) dapat diberikan dalam 48–72 jam setelah lesi kulit timbul, terutama untuk varisela berat atau mempunyai risiko terjadinya komplikasi, misalnya pada pajanan sekunder, pubertas/dewasa, dan pasien dengan penyakit kulit kronik. Pencegahan varisela terutama untuk golongan berisiko tinggi menderita varisela berat, misalnya neonatus dan pubertas/dewasa, dengan diberikan imunisasi pasif dengan varisela-zoster imunoglobilin (VZIG), imunisasi aktif dengan vaksin VVZ (Oka strain), atau mencegah pajanan. 87 67 Gbr 87. Varisela dapat mengenai mukosa, antara lain konjungtiva dan bibir. Terdapat eritema dan erosi / ulserasi dangkal.