1. KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan Ridho-Nya sehingga penyusun mampu dalam
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mandiri mata kuliah
Manajemen Keperawatan yang berjudul “Manajemen Keperawatan”
Penyusun mengucapkan terima kasih, terutama kepada, semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan mohon maaf atas kekurangan yang masih terdapat didalamnya, karena
penyusun menyadari adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Maka
dengan senang hati penyusun akan menerima kritik dan saran pembaca guna
perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Penyusun
Pariaman, September 2012
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Fungsi – Fungsi Manajemen
2.3 Proses Manajemen Keperawatan
2.4 Lingkup Manajemen Keperawatan
BAB III MOTIVASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
3.1 Penerapan Teori Motivasi Dalam Keperawatan
3.2 Kepuasan Kerja Dalam Ruang Lingkup Keperawatan
3.3 Peran Manajer Keperawatan dalam meningkatkan kepuasan
kerja perawat :
3.4 Kegiatan yang perlu dilakukan manajer keperawatan untuk
menciptakan suasana motivatif:
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status
kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan
kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan
oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan
kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang
professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik,
dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada
kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standard professional keperawatan
dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan
profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang
selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
era global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa
akan datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi
di Indonesia secara profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap
4. pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat
tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan
keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai saat ini masih berada
dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi
beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan
tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan
kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan
keperawatan.pelayanan keperawatan melalui pelaksana fungsi perncanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan
pengendalian mutu keperawatan.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
1) Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 4 minggu
di ruang mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan dan
bimbingan praktik klinik keperawatan di ruang rawat inap dengan
menggunakan keterampilan manajemen dan kepemimpinan untuk
menghasilkan kualitas pelayanan profesional yang berkualitas tinggi
2) Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang
mahasiswa mampu :
Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data
masalah dalam pengorganisasian asuhan keperawatan
Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di
ruangan
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
upaya orang lain. Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan
seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda
dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1989).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyrakat.
2.2 Fungsi – Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :
(a.) Gambaran apa yang akan dicapai
(b.) Persiapan pencapaian tujuan
(c.) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
(d.) Persiapan tindakan – tindakan
(e.) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak
saja
(f.) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
6. b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi
pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah
orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan
hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian
merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai
korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi
dan manajemen.
2.3 Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu
sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan
keperawatan, pengembangan staf dan riset.
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,
prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa
7. laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan
kerja perawat.
2.3.1 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di
berbergai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
8. memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan
danpengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.4 Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai
ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang
terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
9. BAB III
MOTIVASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
3.5 Penerapan Teori Motivasi Dalam Keperawatan
Motivasi adalah proses emosional lebih cenderung psikologis dari
pada logika. Mempelajari bagaimana seorang perawat dapat merasakan dan
membantu mempergunakan alat-alat yang akan membantu pencapaian
perasaan tadi. Suatu perasaan yang berkaitan dengan orang0orang pada
pekerjaan yang memungkinkan perawat itu merasa diterima, kinerja dimana
perawat itu mempunyai keterampilan tinggi, dikenal mempunyai
keterampilan memuaskan dibanding yang lainnya.
Sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, motivasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang tidak disadari. Apabila perawat ditanyakan
mengapa perawat melakukan sesuatu, perawat itu tidak akan memberikan
jawaban. Walaupun dasar sesorang itu tersembunyi dan tidak dapat diraba,
kegiatan atau tingkah laku merekan dapat dimengerti oleh mereka.
Seorang perawat kepala bertanggung jawab untuk memotivasi
bawahan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan menggunakan
teori-teori motivasi untuk mencapai tujuan ini, pertama-tama pemimpin
perlu mengkaji kekuatan motif tertinggi dari karyawan, dan kemudian
menentukan tujuan yang akan secara langsung memuaskan kebutuhan
pribadi karyawan. Pimpinan menggunakan factor intrinsic dan ekstrinsik
dalam suatu tujuan. Jalan untuk mencapai tujuan yang, yang dengan
demikian memuaskan kebutuhan, adalah melalui suatu perjalanan yang
mencapai tujuan organisasi.
Proses motivasi yang telah yang telah dijelaskan merupakan proses
untuk memotivasi satu orang. Karena seorang kepala perawat lebih sering
harus memotivasi sekelompok orang dalam menyelesaikan tugas, maka teori
motivasi pertama-tama diterapkan orang-orang secara individual dalam
kelompok. Kebutuhan individu dikaji terlebih dahulu, kemudian kebutuhan
terbanyak yang dianggap menjadi kebutuhan kelompok yang digunakan
10. oleh pemimpin untuk merencanakan suatu strategi untuk memotivasi
kelompok secara eksternal untuk mencapai tujuan organisasi.
Sangatlah logis untuk menyimpulkan bahwa strategi tersebut mungkin
bukan yang terbaik untuk semua orang dalam kelompok. Seorang pemimpin
mungkin bukan segala-galanya untuk setiap orang. Seorang pemimpin harus
menjadi untuk sebagian bbesar orang dalam kelompok dan kemudian
berusaha untuk melakukan pendekatan pribadi terhadap orang-orang yang
belum terpuaskan.
3.6 Kepuasan Kerja Dalam Ruang Lingkup Keperawatan
Adanya kepuasan kerja, menurut Lateiner dan Levine (1971),
karyawan akan merasa senang dalam bekerja sehingga akan menimbulkan
aktifitas dan sikap yang positif dalam bekerja, serta adanya keterikatan
dengan perusahaan dan perasaan selalu ingin dalam lingkungan perusahaan
tersebut.
Sedangkan ketidakpuasan dapat mengakibatkan rendahnya keterikatan
dengan perusahaan yang diwujudkan dalam perilaku penarikan diri dari
pekerjaannya, kurang terlibat dalam pekerjaan, tingkat absensi maupun turn
over yang tinggi.
Perawat pelaksana menginginkan iklim yang memberikan kepuasan
kerja. Kepuasan kerja tercapai jika iklim dapat memberikan kondisi kerja
yang baik, gaji yang tinggi, kesempatan untuk mengembangkan
profesionalitas, tantangan, kesempatan dalam pengambilan keputusan,
staffing yang tepat dan prestasi yang dihargai oleh manajer maupun pasien
(Swansburg,1996).
Kepuasan kerja juga dapat tercipta apabila iklim organisasi dalam hal ini
adalah situasi psikologis dalam pelaksanaan pekerjaan baik dan kondusif.
Situasi psikologis yang kondusif dan baik artinya terciptanya komfomitas,
kejelasan tanggung jawab, adanya standar dalam bekerja, layaknya
penghargan, kejelasan tujuan organisasi, kehangatan dan dukungan antar
sesama karyawan serta kepemimpinan yang berkualitas dan mampu diterima
11. oleh seluruh karyawan. Situasi yang demikian akan menyebabkan karyawan
merasa dirinya merupakan bagian penting dari organisasi kerja atau
perusahaan dan menumbuhkan sikap postif karyawan terhadap kerja. Hal
tersebut akan menghasilkan kepuasan yang optimal karyawan pada
pekerjaanya dan dia akan lebih berdedikasi serta lebih loyal terhadap
perusahannya, sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas kerja yang
maksimal.
Motivasi kerja seorang individu berkaitan dengan kepuasan kerja.
Motivasi tidak terbebas dari lingkungan kerja seorang karyawan atau
kehidupan pribadinya. Suatu penelitian meta analisis yang belum lama
dilakukan menguji sembilan hasil penelitian yang melibatkan 2.237 orang
pekerja yang mengungkapkan ada hubungan yang positif dan signifikan
antara motivasi dan kepuasan kerja. Karena kepuasan dengan pengawasan
juga berkorelasi secara signifikan dengan motivasi, para manajer disarankan
untuk mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi
kepuasan karyawan. Para manajer secara potensial dapat meningkatkan
motivasi para karyawan melalui usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja
(Kreitner & Kinicki, 2005).
3.7 Peran Manajer Keperawatan dalam meningkatkan kepuasan kerja
perawat :
1) bersikap empati, mendengar dan tanggap terhadap semua pernyataan
orang lain,
2) menciptakan situasi yang kondusif dalam komunikasi,
3) membaca dan tanggap terhadap situasi yang terjadi dalam ruangan /
lingkungan organisasi,
4) mengembangkan tim kerja yang efektif,
5) mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesional antar
petugas,
6) menjadi mediator terjadinya konflik antara staf atau kelompok (Harris
& belakley cit. Nursalam, 2002).
12. 3.8 Kegiatan yang perlu dilakukan manajer keperawatan untuk
menciptakan suasana motivatif:
a. Mempunyai harapan yang jelas pada stafnya dan mengkomunikasikan
harapan tersebut pada stafnya,
b. Mengembangkan konsep tim kerja,
c. Hindarkan adanya suatu kelompok / perbedaan antar staf,
d. Mintalah tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang
akan
e. dibuat oleh organisasi,
f. Ciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf
13. BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies,
1989).
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan
staf dan riset.