Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Makassar merupakan pusat perdagangan maritim penting di Sulawesi pada abad ke-16 hingga abad ke-17.
2. Kedatangan bangsa Eropa, khususnya Belanda, mengakhiri kejayaan Makassar sebagai pusat perdagangan setelah dikuasai oleh VOC pada tahun 1667.
3. Perdagangan di Makassar berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang memberikan
1. Sejarah Perdagangan Maritim di Sulselbar
OLEH :
Affandi Ahmad
Andi Mar’atussholihah
Farid Muhammad
Firman Sakti Rizaldy
KELOMPOK 5.
2. Perdagangan Maritim ?
Perdagangan yang dilakukan melalui wilayah
laut.
Meliputi kegiatan jual-beli, barter, bahkan
transit barang dagang.
Pelakunya adalah Kerajaan-kerajaan
maritim di Indonesia dan Pihak asing.
3. Kerajaan Maritim di Wilayah Timur
Kerajaan di Semenanjung selatan-barat Sulawesi:
1. Kerajaan BONE – WAJO – SOPPENG : Tellum Pocco (tiga
kerajaan)
2. Kerajaan GOWA – TALLO : Kerajaan Makassar (1528)
Antara dua persekutuan Kerajaan tersebut terjadi persaingan
Dengan hegemoni di semenanjung ini.
Letak kerajaan Gowa-Tallo di semenanjung barat daya
Pulau Sulawesi sangat STRATEGIS dari sudut perdagangan
rempah-rempah.
Orang-orang Makassar dan Bugis sebagai pelaut telah
mengarungi lautan Nusantara (Semarang, Sumbawa,
Timor, Bengkulu, Aceh, Perak, Malaka, Johor,
Palembang, Banjarmasin, dan Manila)
4. Kerajaan “GOWA – TALLO”
Biasa disebut Kerajaan Makassar (sebenarnya kotanya).
TALLO merupakan kerajaan yang berbatasan dengan
GOWA, dan bersatu sehingga menjadi
Kerajaan Kembar.
Letaknya Kerajaan Makassar yang strategis yaitu di
jalur pelayaran (perdagangan Nusantara) Pusat
persinggahan baik dari Indonesia Timur maupun Barat,
sehingga Kerajaan Makassar berkembang menjadi
kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan.
5. Faktor-faktor Penyebab berkembangnya perdagangan Gowa-Tallo:
• Letaknya strategis
• Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas
perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan
baik.
• Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang
berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga
keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
• Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para
pedagang mencari daerah atau pelabuhan yang menjual
belikan rempah-rempah.
• Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran
dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.
6. Faktor-faktor Pelabuhan-pelabuhan di Sulawesi menjadi pusat perdagangan:
1. Letaknya strategis
2. Munculnya intervensi bangsa Eropa, sehingga pedagang di pusat
perdagangan mengalihkan kegiatan mereka di tempat lain, salah
satunya di Makassar.
3. Pedagang dan pelaut setempat melakukan pelayaran perdagangan
ke daerah-daerah penghasil dan bandar niaga lain.
Makassar tidak begitu saja menjadi kota pelabuhan besar. Sebelum
abad ke-16, Makassar belum menjadi pelabuhan besar. Transformasi
Makassar menjadi pelabuhan besar dimulai dari tahun 1510, ketika
Ibukota Kerajaan Gowa dipindahkan dari Tamalate ke Makassar.
7. Bentuk Perdagangan Maritim di Kerajaan Makassar
Kedudukan Makassar dalam perdagangan maritim:
• Pusat perdagangan dan pangkalan bagi pedagang dan pelaut
Makassar
• Pelabuhan transito terpenting bagi komoditas rempah-rempah
dan kayu cendana
• Daerah yang berlimpah dengan produk pangan (beras dan
ternak)
• Bandar niaga internasional.
Somba Opu menjadi pelabuhan transito utama bagi perdagangan
rempah dari Maluku. Gowa menguasai daerah-daerah pedalaman
Bugis penghasil beras dan hasil hutan.
Untuk meningkatkan ekonomi, Kerajaan ini juga memperdagangkan
Budak. Budak ini akan diganti (barteran) dengan Sutera dan
Cendana.
8. Pelayaran dan perdagangan di Makassar diatur
berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan
ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA
PABBALUE,
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
9. Perdagangan di Makassar sebelum 1800 ada 2 (dua) periode:
1. Awal pertumbuhan hingga 1667. Pada masa ini
Kegiatan niaga berpedoman pada “Politik Pintu
Terbuka” atau prinsip “Mare Liberium” (kebebasan di
laut), sehingga menjadikan Makassar sebagai Bandar
Niaga Internasional.
2. Periode dibawah kekuasaan VOC 1667-1799. Pada
periode ini, Makassar difungsikan sebagai pos
pengaman untuk mencegah pedagang lain memasuki
Maluku.
10. Pada abad ke-17, pedagang asing diperkenankan
membangun perwakilan dagang di Makassar, begitu pula
sebaliknya.
Situasi aman dan damai ini mulai terganggu sepanjang
tahun 1615 sampai 1655. VOC yang juga turut berdagang,
memaksakan hak monopoli perdagangan, tentu saja hal ini
ditolak oleh Sultan Gowa.
Puncaknya pada 1655-1669 pecah perang Makassar,
Kerajaan Gowa yang saat itu dipimpin oleh Sultan
Hasanuddin terpaksa menyerah pada tahun 1667 dengan
menandatangani Perjanjian Bongaya.
11. Isi perjanjian Bongaya :
1. VOC menguasai monopoli perdagangan di Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara.
2. Makassar harus melepas seluruh daerah bawahannya, seperti
Soppeng, Luwu, Wajo, dan Bone.
3. Aru Palaka dikukuhkan sebagai Raja Bone.
4. Makassar harus menyerahkan seluruh benteng-bentengnya.
5. Makassar harus membayar biaya perang dalam bentuk hasil bumi
kepada VOC setiap tahun.
12. Keruntuhan kejayaan
Kerajaan GOWA-TALLO menyerah kepada Belanda pada 1669. Sehingga
mengakibatkan:
• Makassar sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Indonesia
timur berakhir.
• Belanda menguasai Gowa Tallo dan mendirikan
benteng di New Rotterdam.
• Pejuang Makassar banyak yang pergi ke luar daerah untuk
melanjutkan perjuangannya melawan penjajah Belanda. Para pejuang
tersebut antara lain Karaeng Galengsung dan Montemaramo yang
pergi ke Jawa melanjutkan perjuangannya di Jawa.
Beberapa akibat di atas mengakhiri Kerajaan Gowa Tallo (Makassar) dan
berakhir pula peranannya sebagai pelabuhan transito yang besar.
13. Konsekuensinya kekuatan dan kekuasaan VOC di Makassar semakin
nyata, kantor-kantor perwakilan dagang asing dibubarkan untuk
menjamin monopoli VOC berjalan lancar. Pada 1669, Sultan
Hasanuddin kembali melakukan perlawanan tetapi dapat dipatahkan
oleh VOC. Perjanjian di Binanga pun dibuat untuk menegaskan
Perjanjian Bongaya.
Kekuatan VOC di Makassar sangat dipengaruhi oleh keadaan
politik Belanda di Eropa. Rivalitas antara Belanda dengan Inggris
terjadi juga di wilayah koloninya. Makassar yang dikuasai VOC
bersaing dengan Singapura yang dikuasai Inggris. Singapura yang
mempraktekkan perdagangan bebas lebih maju dibandingkan dengan
Makassar yang menganut merkantilisme.
14. Kekuasaan VOC di Nusantara berakhir pada 1799, kemudian diteruskan
oleh kekuasaan imperial Belanda yang membentuk Hindia-Belanda.
Kondisi Belanda yang tidak bagus di Eropa, membuat Inggris menguasai
Nusantara sepanjang 1811-1816 di bawah T.S. Raffles.
Belanda mulai bangkit dan membuat Inggris mengembalikan Hindia-
Belanda sesuai konvensi Inggris, sebagai gantinya Belanda harus
menjalankan perdagangan bebas. Pelaksanaan perdagangan bebas
sebagai konsekuensi pengambilalihan Hindia-Belanda dari Inggris tidak
dijalankan. Sampai pada tahun 1924, Inggris kembali mendesak melalui
Traktat London untuk mempertegas Konvensi London.
15. Pada tahun 1847, Hindia-Belanda kembali menetapkan Makassar
sebagai pelabuhan terbuka. Pemerintah Hindia-Belanda tidak
membuka sepenuhnya, banyak aturan yang diberlakukan. Aturan-
aturan tersebut antara lain, pajak perdagangan yang tinggi,
pelarangan komoditas tertentu (senjata), dan menetapkan aturan
pelayaran yang ketat. Upaya ini dilakukan untuk melindungi Batavia
sebagai pusat ekonomi.