SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Logika Tiga Dimensi Teori-teori
Kesantunan Berbahasa
(The Triadic Logic of Linguistic Politeness Theories)
Prof. E. Aminudin Aziz
Drs. (UPI), M.A., Ph.D. (Monash)
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Clayton, 10 Oktober 2000
Kesantunan dan Ketakziman Berbahasa
Kesantunan berbahasa (politeness) terkait dengan
upaya seorang penutur untuk mengurangi dampak
dari sebuah tindakan yang mungkin mengancam
wajah (face-threatening acts);
Ketakziman berbahasa (deference) terkait dengan
upaya seorang penutur untuk menunjukkan rasa
hormat terhadap mitra tuturnya (face-satisfying
acts)
Kesantunan dan Ketakziman terkait dengan
upaya pemuliaan “wajah”.
KONSEP WAJAH
Sebuah atribut sosial yang dimiliki setiap jiwa,
bersifat sakral, dan setiap pemiliknya akan
berusaha mempertahankan kesakralannya
(Goffman 1959; berdasarkan rumusan Hu
[1942] yang mengacu pada konsep wajah dari
K’ung Fu-tzu [+/- 2500 SM])
DALAM FILOSOFI K’UNG FU-TZU
(TRADISI CINA)
Wajah = Mian/lian
(Dimaknai lebih sebagai metafora ketimbang wujud kasar)
Wajah bersifat sosial dan ia ada pada
seseorang sebagai pinjaman dari
masyarakat, yang sewaktu-waktu
dapat dicabut
Konsep Dasar Wajah
Relasional
Kepatuhan terhadap prinsip ini mutlak
diperlukan untuk menjaga keharmonisan sosial
dan hubungan baik seluruh warganya,
sekalipun dengan pengorbanan pribadi
Sifat relasional wajah terkait dengan
mekanisme yang berlaku dalam mengatur
hubungan dan perilaku antarpersonal warga
masyarakat dalam mewujudkan keharmonisan
masyarakatnya.
Komunal/Sosial
Kepatuhan terhadap prinsip ini didorong oleh
rasa takut memperoleh sangsi sosial warga
masyarakat akibat kesalahan yang diperbuat
Sifat komunal/sosial wajah didasarkan pada gagasan
bahwa wajah adalah perisai yang dapat melindungi
seseorang dari berbagai kemungkinan “serangan dan
cercaan” warga masyarakat lainnya tentang perilaku
pemiliknya. Kehilangan perisai tersebut akan berdampak
pada hilangnya wajah seseorang di mata anggota
masyarakat lainnya.
Hirarkis
Menyiratkan keharusan untuk selalu berada pada
tataran “wajar” dan “saling menghargai”, diwujudkan
dalam bentuk “yang tua sayang terhadap yang muda,
yang muda menghormati yang lebih tua”.
Wajah dikatakan bersifat hirarkis, karena realisasi
penghormatan terhadap “wajah” (baca: harga diri)
seseorang, seringkali didasarkan atas atribut-atribut
sosial yang membeda-bedakan seseorang dengan
lainnya, seperti faktor senioritas dalam usia, asal
muasal keturunan, jabatan, harta kekayaan, dan
sejenisnya.
Moral
Ditujukan untuk menggapai derajat manusia yang
memiliki integritas moral tinggi
Wajah dikatakan berbasis moral mengingat
hanya orang yang memiliki integritas moral yang
kuatlah yang akan peduli terhadap kesakralan
wajahnya. Hanya orang yang bermoral yang
akan peduli dengan wajah (baca: harga diri) yang
telah diperolehnya dari masyarakat.
Brown&Levinson (1978; 1987)
Wajah Positif (Positive Face)
Harapan/keinginan pemilik wajah agar
segala hasil jerih payah dan prestasinya
dapat dihargai secara wajar oleh
lingkungannya.
Wajah Negatif (Negative Face)
Harapan/keinginan pemilik wajah agar ia
tidak menerima gangguan dari
lingkungannya
Kesantunan Positif
(Positive Politeness)
• Waduh, bajunya bagus banget tuh! (menunjukkan
apresiasi/pujian terhadap milik/prestasi seseorang)
• Sekarang sudah baikan, ‘kan? (menunjukkan empati
dan solidaritas)
• Kita memang orang-orang hebat dan layak terpilih.
(ungkapan inklusif, mengakui adanya kebersamaan
bagi semua)
• Kita pasti bisa menyelesaikan tugas berat itu pada
waktunya dan pasti berhasil dengan baik.
(menunjukkan optimisme)
• Hati-hati di jalan ya? (memberikan perhatian; bersifat
sok akrab)
Kesantunan Negatif
(Negative Politeness)
• Saya nggak tahu, apakah Ibu lebih suka jengkol atau petai?
(tidak memaksakan; memberikan pilihan)
• Maunya sih...Bapak berkenan hadir pada acara kami itu.
Tapi, kalau terlalu sibuk, ya...gimana lagi. (tidak ingin
mengganggu kebebasan pihak lain; menghargai komitmen
pihak lain)
• Maaf ya mau nanya, kalau bis kota ke alun-alun lewat sini
nggak? (mengakui bahwa tindakan ini mengganggu pihak
lain)
• Keputusannya saya serahkan kepada Bapak saja.
(memberikan kewenangan penuh dan kebebasan kepada
pihak lain).
Strategi Tak Langsung
(Off-record Strategies)
• Sepertinya di dalam ruang ini panas sekali ya? (meminta agar
mitra tutur menghidupkan kipas angin, membuka jendela,
atau pengatur suhu ruang/AC)
• Tidak ada alasan untuk tidak memberi maaf. Saya tidak
sejahat yang dikira orang lain. (ungkapan menerima
permohonan maaf dari mitra tutur)
• Alangkah bijaksana dan terhormat Anda apabila tidak
menambah polusi di ruang ini (larangan untuk tidak merokok).
• Sudah beberapa bulan ini saya belum bisa membayar SPP
anak-anak. (permintaan untuk dipinjami uang)
Konsep wajah dari Brown and
Levinson
Konsep wajah menurut ajaran
K’ung Fu Tzu
1. berpusat pada aspek wajah
yang dimiliki oleh individu,
1. berpusat pada aspek wajah
yang dimiliki oleh masyarakat,
2. berusaha mengakomodasi
keinginan dan harapan individu.
Wajah diperlakukan sebagai
bentuk keinginan,
2. berusaha mengakomodasi
keharmonisan perilaku individu
berdasarkan penilaian
masyarakat. Wajah
diperlakukan sebagai tantangan
normatif dalam masyarakat,
3. terdiri dari wajah positif dan
wajah negatif. Wajah negatif
merujuk pada kebutuhan
individu untuk bebas dari
imposisi/tekanan eksternal.
3. terdiri dari lian and mianzi.
Mianzi tidak dapat
dipersamakan atau difahami
dalam kaitannya dengan wajah
negatif.
Grice (1975): Prinsip Kerjasama
(Cooperative Principle)
Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity)
Maksim Kualitas (Maxim of Quality)
Maksim Relasi (Maxim of Relation)
Maksim Cara (Maxim of Manner)
Leech (1983): Prinsip Kesantunan
(Principle of Politeness)
Jenis-jenis tindak tutur yang
ingin dinyatakan penutur
melalui tuturannya
Posisi yang diambil oleh
penutur dengan cara
berbuat jujur, benar,
santun, ironis, dsb.
Sasaran ilokusi penutur
(S’s illocutionary goals)
Sasaran sosial Penutur
(S’s social goals)
Retorika Antarpersonal
(Interpersonal Rhetoric)
Retorika Tekstual
(Textual Rhetoric)
Maksim kebijaksanaan (Tact maxim)
Minimalkan kerugian kepada orang lain
Maksimalkan keuntungan bagi orang lain
Maksim kemurah-hatian (Generosity maxim)
Minimalkan keuntungan untuk diri sendiri
Maksimalkan kerugian untuk diri sendiri
Maksim Pujian (Approbation maxim)
Minimalkan cacian kepada orang lain
Maksimalkan cacian kepada diri sendiri
Maksim Kesederhanaan (Modesty maxim)
Minimalkan pujian untuk diri sendiri
Maksimalkan cacian untuk diri sendiri
Maksim Kesepahaman (Agreement maxim)
Minimalkan ketidaksepahaman antara diri sendiri dan
orang lain
Maksimalkan kesepahaman antara diri sendiri dan orang
lain
Maksim Simpati (Sympathy maxim)
Minimalkan antipati antara diri sendiri dengan orang lain
Maksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain
Aziz (2000): Prinsip Saling Tenggang Rasa
(Principle of Mutual Consideration/PMC)
Terhadap mitra tutur Anda, gunakanlah
tuturan yang Anda sendiri pasti akan senang
mendengarnya apabila tuturan tersebut
digunakan orang lain kepada Anda
dan …
Terhadap mitra tutur Anda, jangan gunakan
tuturan yang Anda sendiri pasti tidak akan
menyukainya apabila tuturan tersebut
digunakan orang lain kepada Anda
Prinsip-prinsip dalam PMC
Daya Sanjung dan Daya Luka (Harm&Favour
Principle)
Prinsip Berbagi Rasa (Shared Feeling Principle)
Prinsip Kesan Pertama (Prima facie Principle)
Prinsip Keberlanjutan (Continuity Principle)
Keunggulan PMC
Bekerja dalam mekanisme Kausalitas
(bandingkan dengan teori Leech [1983] yang sangat Tautologis)
Mengasumsikan bahkan menyaratkan adanya
Kesantunan sebelum berkomunikasi (pre-event politeness)
Kesantunan pada saat berkomunikasi (on-the-spot politeness)
Kesantunan setelah berkomunikasi (post-event politeness)
TIGA DIMENSI LOGIKA KESANTUNAN
BERBAHASA (2005)
Kebebasan Individual
(Individual Freedom)
Ketentraman Sosial
(Social Harmony)
Kepuasan Ilahiah
(Godlines Contentment)
Dari Gambar di atas…
Proses Komunikasi mesti memuat:
Niat
Formulasi Ujaran
Realisasi Ujaran
Keberlanjutan Interaksi Komunikasi
Catatan:
Proses di atas terpancar dalam sebuah spektrum– niat
menjadi intinya, dan ia berwarna lebih solid
Batas-batas dari proses di atas adalah garis-garis putus;
bergantung pada context of situations (Cf. Hymes’
SPEAKING)
TERIMA KASIH
Ingat Kunjungi
www.rumahbelajarlinguistik.blogspot.comwww.rumahbelajarlinguistik.blogspot.com

More Related Content

What's hot

Fonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi KonsonanFonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi KonsonanNur Aini
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Ibnu Saefullah
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessOktari Aneliya
 
Laras bahasa
Laras bahasaLaras bahasa
Laras bahasadatinayu
 
Aspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacanaAspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacanamursiaekawati
 
Psikolinguistik
Psikolinguistik Psikolinguistik
Psikolinguistik xue er tui
 
Laras bahasa (slideshare 1)
Laras bahasa (slideshare 1)Laras bahasa (slideshare 1)
Laras bahasa (slideshare 1)alongsyue
 
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuKonsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
 
sistemik holliday
 sistemik holliday sistemik holliday
sistemik hollidayRiska sasaka
 

What's hot (20)

Fonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi KonsonanFonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
 
Penjagaan air muka
Penjagaan air mukaPenjagaan air muka
Penjagaan air muka
 
Kohesi gramatikal 1
Kohesi gramatikal 1Kohesi gramatikal 1
Kohesi gramatikal 1
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politeness
 
Laras bahasa
Laras bahasaLaras bahasa
Laras bahasa
 
Aspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacanaAspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacana
 
Psikolinguistik
Psikolinguistik Psikolinguistik
Psikolinguistik
 
Laras bahasa (slideshare 1)
Laras bahasa (slideshare 1)Laras bahasa (slideshare 1)
Laras bahasa (slideshare 1)
 
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuKonsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
 
Falsafah bahasa melayu
Falsafah bahasa melayuFalsafah bahasa melayu
Falsafah bahasa melayu
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Psikolinguistik
PsikolinguistikPsikolinguistik
Psikolinguistik
 
Deiksis
DeiksisDeiksis
Deiksis
 
sistemik holliday
 sistemik holliday sistemik holliday
sistemik holliday
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
Strategi Kesantunan
Strategi KesantunanStrategi Kesantunan
Strategi Kesantunan
 

Similar to TRIADIK

Face negotiation theory
Face negotiation theoryFace negotiation theory
Face negotiation theoryRonzzy Kevin
 
Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)
Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)
Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)Maria Sofea
 
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titinTugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titinapotek agam farma
 
Teorikaunseling
TeorikaunselingTeorikaunseling
Teorikaunselingeswoo
 
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01onnel_91
 
Makalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilaku
Makalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilakuMakalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilaku
Makalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilakuveni zaki
 
Face Negotiation Theory
Face Negotiation TheoryFace Negotiation Theory
Face Negotiation Theorymankoma2012
 
Etiket pergaulan
Etiket pergaulanEtiket pergaulan
Etiket pergaulanQueen Lea
 
kecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorang
kecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorangkecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorang
kecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorangMuhammadSetia1
 
Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2
Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2
Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2Nor Sidah Che Din
 
TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.ppt
TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.pptTEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.ppt
TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.pptAinunShodiq
 
3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf
3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf
3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdfhendroalfarizi
 
Majalah Etique Bussiness by Widi Yanti
Majalah Etique Bussiness by Widi YantiMajalah Etique Bussiness by Widi Yanti
Majalah Etique Bussiness by Widi YantiAtri Yuliansyah
 

Similar to TRIADIK (20)

Face negotiation theory
Face negotiation theoryFace negotiation theory
Face negotiation theory
 
Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)
Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)
Ciri komunikasi yg berkesan (kumpulan 4)
 
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titinTugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
 
Maksim2
Maksim2Maksim2
Maksim2
 
Teorikaunseling
TeorikaunselingTeorikaunseling
Teorikaunseling
 
Powerpoint bk
Powerpoint bkPowerpoint bk
Powerpoint bk
 
Sikap Positif Dan Etika Dalam Bekerja
Sikap Positif Dan Etika Dalam BekerjaSikap Positif Dan Etika Dalam Bekerja
Sikap Positif Dan Etika Dalam Bekerja
 
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
 
Makalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilaku
Makalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilakuMakalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilaku
Makalah kesantunan #kebiasaan sebagai pembentuk perilaku
 
Face Negotiation Theory
Face Negotiation TheoryFace Negotiation Theory
Face Negotiation Theory
 
Etiket pergaulan
Etiket pergaulanEtiket pergaulan
Etiket pergaulan
 
kecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorang
kecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorangkecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorang
kecakapan antar personal untuk meningkatkan kecapakan seseorang
 
Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2
Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2
Organizationalvaluesmksrikukup 120812091426-phpapp01 2
 
4. Komunikasi Interpersonal.pdf
4. Komunikasi Interpersonal.pdf4. Komunikasi Interpersonal.pdf
4. Komunikasi Interpersonal.pdf
 
DISC.pptx
DISC.pptxDISC.pptx
DISC.pptx
 
Teori Kaunseling
Teori KaunselingTeori Kaunseling
Teori Kaunseling
 
Student's Attitude
Student's AttitudeStudent's Attitude
Student's Attitude
 
TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.ppt
TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.pptTEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.ppt
TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.ppt
 
3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf
3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf
3. Psikologi Komunikasi_Komunikasi Interpersonal.pdf
 
Majalah Etique Bussiness by Widi Yanti
Majalah Etique Bussiness by Widi YantiMajalah Etique Bussiness by Widi Yanti
Majalah Etique Bussiness by Widi Yanti
 

More from Andika Dutha Bachari

More from Andika Dutha Bachari (6)

Deiksis (Deixsis)
Deiksis (Deixsis)Deiksis (Deixsis)
Deiksis (Deixsis)
 
Language in Use
Language in UseLanguage in Use
Language in Use
 
Pengantar Perkuliahan Pragmatik (Prof. E. Aminudin Aziz)
Pengantar Perkuliahan Pragmatik (Prof. E. Aminudin Aziz)Pengantar Perkuliahan Pragmatik (Prof. E. Aminudin Aziz)
Pengantar Perkuliahan Pragmatik (Prof. E. Aminudin Aziz)
 
Persoalan Pendidikan di Indonesia
Persoalan Pendidikan di IndonesiaPersoalan Pendidikan di Indonesia
Persoalan Pendidikan di Indonesia
 
Uas dd jurnalistik 2014
Uas dd jurnalistik 2014Uas dd jurnalistik 2014
Uas dd jurnalistik 2014
 
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
 

Recently uploaded

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 

Recently uploaded (20)

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 

TRIADIK

  • 1. Logika Tiga Dimensi Teori-teori Kesantunan Berbahasa (The Triadic Logic of Linguistic Politeness Theories) Prof. E. Aminudin Aziz Drs. (UPI), M.A., Ph.D. (Monash) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia
  • 3. Kesantunan dan Ketakziman Berbahasa Kesantunan berbahasa (politeness) terkait dengan upaya seorang penutur untuk mengurangi dampak dari sebuah tindakan yang mungkin mengancam wajah (face-threatening acts); Ketakziman berbahasa (deference) terkait dengan upaya seorang penutur untuk menunjukkan rasa hormat terhadap mitra tuturnya (face-satisfying acts) Kesantunan dan Ketakziman terkait dengan upaya pemuliaan “wajah”.
  • 4. KONSEP WAJAH Sebuah atribut sosial yang dimiliki setiap jiwa, bersifat sakral, dan setiap pemiliknya akan berusaha mempertahankan kesakralannya (Goffman 1959; berdasarkan rumusan Hu [1942] yang mengacu pada konsep wajah dari K’ung Fu-tzu [+/- 2500 SM])
  • 5. DALAM FILOSOFI K’UNG FU-TZU (TRADISI CINA) Wajah = Mian/lian (Dimaknai lebih sebagai metafora ketimbang wujud kasar) Wajah bersifat sosial dan ia ada pada seseorang sebagai pinjaman dari masyarakat, yang sewaktu-waktu dapat dicabut
  • 6. Konsep Dasar Wajah Relasional Kepatuhan terhadap prinsip ini mutlak diperlukan untuk menjaga keharmonisan sosial dan hubungan baik seluruh warganya, sekalipun dengan pengorbanan pribadi Sifat relasional wajah terkait dengan mekanisme yang berlaku dalam mengatur hubungan dan perilaku antarpersonal warga masyarakat dalam mewujudkan keharmonisan masyarakatnya.
  • 7. Komunal/Sosial Kepatuhan terhadap prinsip ini didorong oleh rasa takut memperoleh sangsi sosial warga masyarakat akibat kesalahan yang diperbuat Sifat komunal/sosial wajah didasarkan pada gagasan bahwa wajah adalah perisai yang dapat melindungi seseorang dari berbagai kemungkinan “serangan dan cercaan” warga masyarakat lainnya tentang perilaku pemiliknya. Kehilangan perisai tersebut akan berdampak pada hilangnya wajah seseorang di mata anggota masyarakat lainnya.
  • 8. Hirarkis Menyiratkan keharusan untuk selalu berada pada tataran “wajar” dan “saling menghargai”, diwujudkan dalam bentuk “yang tua sayang terhadap yang muda, yang muda menghormati yang lebih tua”. Wajah dikatakan bersifat hirarkis, karena realisasi penghormatan terhadap “wajah” (baca: harga diri) seseorang, seringkali didasarkan atas atribut-atribut sosial yang membeda-bedakan seseorang dengan lainnya, seperti faktor senioritas dalam usia, asal muasal keturunan, jabatan, harta kekayaan, dan sejenisnya.
  • 9. Moral Ditujukan untuk menggapai derajat manusia yang memiliki integritas moral tinggi Wajah dikatakan berbasis moral mengingat hanya orang yang memiliki integritas moral yang kuatlah yang akan peduli terhadap kesakralan wajahnya. Hanya orang yang bermoral yang akan peduli dengan wajah (baca: harga diri) yang telah diperolehnya dari masyarakat.
  • 10. Brown&Levinson (1978; 1987) Wajah Positif (Positive Face) Harapan/keinginan pemilik wajah agar segala hasil jerih payah dan prestasinya dapat dihargai secara wajar oleh lingkungannya. Wajah Negatif (Negative Face) Harapan/keinginan pemilik wajah agar ia tidak menerima gangguan dari lingkungannya
  • 11. Kesantunan Positif (Positive Politeness) • Waduh, bajunya bagus banget tuh! (menunjukkan apresiasi/pujian terhadap milik/prestasi seseorang) • Sekarang sudah baikan, ‘kan? (menunjukkan empati dan solidaritas) • Kita memang orang-orang hebat dan layak terpilih. (ungkapan inklusif, mengakui adanya kebersamaan bagi semua) • Kita pasti bisa menyelesaikan tugas berat itu pada waktunya dan pasti berhasil dengan baik. (menunjukkan optimisme) • Hati-hati di jalan ya? (memberikan perhatian; bersifat sok akrab)
  • 12. Kesantunan Negatif (Negative Politeness) • Saya nggak tahu, apakah Ibu lebih suka jengkol atau petai? (tidak memaksakan; memberikan pilihan) • Maunya sih...Bapak berkenan hadir pada acara kami itu. Tapi, kalau terlalu sibuk, ya...gimana lagi. (tidak ingin mengganggu kebebasan pihak lain; menghargai komitmen pihak lain) • Maaf ya mau nanya, kalau bis kota ke alun-alun lewat sini nggak? (mengakui bahwa tindakan ini mengganggu pihak lain) • Keputusannya saya serahkan kepada Bapak saja. (memberikan kewenangan penuh dan kebebasan kepada pihak lain).
  • 13. Strategi Tak Langsung (Off-record Strategies) • Sepertinya di dalam ruang ini panas sekali ya? (meminta agar mitra tutur menghidupkan kipas angin, membuka jendela, atau pengatur suhu ruang/AC) • Tidak ada alasan untuk tidak memberi maaf. Saya tidak sejahat yang dikira orang lain. (ungkapan menerima permohonan maaf dari mitra tutur) • Alangkah bijaksana dan terhormat Anda apabila tidak menambah polusi di ruang ini (larangan untuk tidak merokok). • Sudah beberapa bulan ini saya belum bisa membayar SPP anak-anak. (permintaan untuk dipinjami uang)
  • 14. Konsep wajah dari Brown and Levinson Konsep wajah menurut ajaran K’ung Fu Tzu 1. berpusat pada aspek wajah yang dimiliki oleh individu, 1. berpusat pada aspek wajah yang dimiliki oleh masyarakat, 2. berusaha mengakomodasi keinginan dan harapan individu. Wajah diperlakukan sebagai bentuk keinginan, 2. berusaha mengakomodasi keharmonisan perilaku individu berdasarkan penilaian masyarakat. Wajah diperlakukan sebagai tantangan normatif dalam masyarakat, 3. terdiri dari wajah positif dan wajah negatif. Wajah negatif merujuk pada kebutuhan individu untuk bebas dari imposisi/tekanan eksternal. 3. terdiri dari lian and mianzi. Mianzi tidak dapat dipersamakan atau difahami dalam kaitannya dengan wajah negatif.
  • 15. Grice (1975): Prinsip Kerjasama (Cooperative Principle) Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Maksim Relasi (Maxim of Relation) Maksim Cara (Maxim of Manner)
  • 16. Leech (1983): Prinsip Kesantunan (Principle of Politeness) Jenis-jenis tindak tutur yang ingin dinyatakan penutur melalui tuturannya Posisi yang diambil oleh penutur dengan cara berbuat jujur, benar, santun, ironis, dsb. Sasaran ilokusi penutur (S’s illocutionary goals) Sasaran sosial Penutur (S’s social goals) Retorika Antarpersonal (Interpersonal Rhetoric) Retorika Tekstual (Textual Rhetoric)
  • 17. Maksim kebijaksanaan (Tact maxim) Minimalkan kerugian kepada orang lain Maksimalkan keuntungan bagi orang lain Maksim kemurah-hatian (Generosity maxim) Minimalkan keuntungan untuk diri sendiri Maksimalkan kerugian untuk diri sendiri Maksim Pujian (Approbation maxim) Minimalkan cacian kepada orang lain Maksimalkan cacian kepada diri sendiri
  • 18. Maksim Kesederhanaan (Modesty maxim) Minimalkan pujian untuk diri sendiri Maksimalkan cacian untuk diri sendiri Maksim Kesepahaman (Agreement maxim) Minimalkan ketidaksepahaman antara diri sendiri dan orang lain Maksimalkan kesepahaman antara diri sendiri dan orang lain Maksim Simpati (Sympathy maxim) Minimalkan antipati antara diri sendiri dengan orang lain Maksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain
  • 19. Aziz (2000): Prinsip Saling Tenggang Rasa (Principle of Mutual Consideration/PMC) Terhadap mitra tutur Anda, gunakanlah tuturan yang Anda sendiri pasti akan senang mendengarnya apabila tuturan tersebut digunakan orang lain kepada Anda dan … Terhadap mitra tutur Anda, jangan gunakan tuturan yang Anda sendiri pasti tidak akan menyukainya apabila tuturan tersebut digunakan orang lain kepada Anda
  • 20. Prinsip-prinsip dalam PMC Daya Sanjung dan Daya Luka (Harm&Favour Principle) Prinsip Berbagi Rasa (Shared Feeling Principle) Prinsip Kesan Pertama (Prima facie Principle) Prinsip Keberlanjutan (Continuity Principle)
  • 21. Keunggulan PMC Bekerja dalam mekanisme Kausalitas (bandingkan dengan teori Leech [1983] yang sangat Tautologis) Mengasumsikan bahkan menyaratkan adanya Kesantunan sebelum berkomunikasi (pre-event politeness) Kesantunan pada saat berkomunikasi (on-the-spot politeness) Kesantunan setelah berkomunikasi (post-event politeness)
  • 22. TIGA DIMENSI LOGIKA KESANTUNAN BERBAHASA (2005) Kebebasan Individual (Individual Freedom) Ketentraman Sosial (Social Harmony) Kepuasan Ilahiah (Godlines Contentment)
  • 23.
  • 24. Dari Gambar di atas… Proses Komunikasi mesti memuat: Niat Formulasi Ujaran Realisasi Ujaran Keberlanjutan Interaksi Komunikasi Catatan: Proses di atas terpancar dalam sebuah spektrum– niat menjadi intinya, dan ia berwarna lebih solid Batas-batas dari proses di atas adalah garis-garis putus; bergantung pada context of situations (Cf. Hymes’ SPEAKING)