Praktikum ini bertujuan untuk membuat dan menstandarisasi larutan standar HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M serta menggunakannya untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Larutan HCl distandarisasi dengan boraks sebagai larutan standar primer, sedangkan NaOH distandarisasi dengan asam oksalat. Kedua larutan standar kemudian digunakan untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka melalui
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Bab iv asidi alkalimetri
1. BAB IV
Nama Andreas Bimanda Cahyadi
NIM 145100100111015
Kelas A
Kelompok A1
ASIDI-ALKALIMETRI
TUJUAN
Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4
Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M
Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 untuk menetapkan kadar asam asetat cuka
perdagangan
A. PRE LAB
1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Analisis volumetri atau volumetri adalah cabang kimia analitik di mana
pengukuran volume adalah operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan
diambil dalam bentuk larutan dan volume larutan standar (larutan yang diketahui
konsentrasinya) yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya, dengan volume
larutan yang tidak diketahui (larutan yang konsentrasinya akan ditentukan).
Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus Normalitas (Pahari,
2006).
2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunaka larutan
baku asam dan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan
menggunakan larutan baku basa (Muchtaridi, 2006).
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?
Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia stabil
yang tersedia dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk menstandarisasi
larutan standar yang digunakan di dalam titrasi (Watson, 2005).
4.Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?
Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah melalui proses standarisasi dan
memiliki konsentrasi tertentu (Watson, 2005).
2. 5. Apa yang dimaksud dengan standarisasi/pembakuan larutan?
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M
(molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan
senyawa baku (Rohman, 2007).
6. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH? Tuliskan
persamaan reaksinya!
Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan:
1. Asam Oksalat. Reaksinya:
C2H4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
2. Asam asetat. Reaksinya:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COOH(aq) + H2O(aq)
(Sumardjo, 2009).
7. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi HCl? Tuliskan persamaan
reaksinya!
Untuk menstandarisasi larutan HCl menggunakan boraks (Na2B4O7.10 H2O),
indikator yang digunakan adalah metil orange.
Persamaan reaksinya :
Na2B4O7.10 H2O + 2H2O 4B(OH)3 + 2NaCl + 5H2O
Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan Boraks. Reaksinya
(Na2B4O710H2O):
Na2B4O710H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O
(Sumardjo, 2009).
8. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan
persamaan reaksinya dengan NaOH!
Jenis asam yang paling dominan pada asam cuka adalah asam asetat (asam
etanoat). Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa
asam dan aroma dalam makanan
Persaman reaksi NaOH (aq) + CH3COOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Watson, 2005).
3. B. TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip Dasar Titrasi
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan
lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
disebut larutan baku. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa
(Muchtaridi, 2006).
Pengertian Asidi-Alkalimetri
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi suatu larutan basa dengan menggunakan
larutan asam sebagai standarnya. Sebaliknya, Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi suatu
larutan asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standarnya (Suyatno, 2007).
Pengertian Larutan Standar Primer dan Sekunder
Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia stabil yang
tersedia dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan standar
yang digunakan di dalam titrasi (Watson, 2005).
Contoh : Kalium Hidrogen Flatat, KBrO3, K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat
Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah melalui proses standarisasi dan
memiliki konsentrasi tertentu (Watson, 2005).
Contoh : NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Fungsi Bahan Dalam Praktikum
1. Fungsi asam cuka komersial berfungsi sebagai larutan yang diuji atau penirat.
2. Fungsi NaOH sebagai pemberi suasana basa
3. Fungsi HCl sebagai larutan sampel keadaan normal
4. Indikator fenolftalein ( PP ) sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika tidak
ada warna menunjukkan netral sedangkan warna merah muda berarti keadaan basa dengan pH
8 – 10
5. Indikator metal orange atau jingga sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai
jika warna kuning berarti keadan netral dengan pH 3,1 - 4,4.
6. Borak berfungsi larutan yang diuji atau penitrat
7. Asam Oksalat sebagai larutan yang di uji atau penitrat.
8. Aquades berfungsi sebagai pelarut Kristal (Widihati, 2008).
4. Aplikasi Titrasi Asam-Basa dalam Bidang Teknologi Pertanian
Titrasi asam basa yang melalui asidi alkalimetri sangat banyak aplikasinya di dunia
industri . Contoh penggunaannya dalam bidang teknologi pertanian dan pertanian yaitu untuk
pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang
dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi (Syamsuni, 2006).
Penentuan keasamaan buah yang menggunakan metode titrasi asam – basa dan juga
dalam membuat air yang akan di jadikan basa untuk penderita maag ( Franks, 2008 ).
5. C. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0.1 M
HCl Pekat
Dihitung konsentrasinya
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Dihomogenkan
2. Standarisasi larutan HCl
Hasil
Na2B4O.10H2O
Ditimbang sebanyak 1,9 gram
Diletakan dalam gelas beker
Dilarutkan
Dipindahkan ke labu ukur 100 mL
Dihomogenkan
Diambil 10 mL
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 1-2 tetes metil orange
Dititrasi dengan HCl
Ditambahkan aquades
Ditambahkan aquades secukupnya
Ditambahkan aquades hingga tanda batas
Indikator metil
6. Diamati hingga perubahan warna
Dilakukan duplo
Dihitung M HCl
Hasil
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M
Kristal NaOH
Ditimbang sebanyak 0,4 gram dengan timbangan analitik
Dimasukkan ke dalam gelas beker
Dilarutkan
Ditambahkan aquades secukupnya
Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
Dihomogenkan
4. Standarisasi larutan NaOH
Hasil
Ditambahkan aquades hingga tanda batas
Asam Oksalat 0,05 M
Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer
Indikator PP
Ditambahkan 1-2 tetes
Dititrasi dengan NaOH
7. Diamati hingga terjadi perubahan warna
Dilakukan duplo
Dihitung M NaOH
Hasil
5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat
pada cuka
Asam Cuka
Diambil sebanyak 10 mL
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Dihomogenkan
Diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 2-3 tetes
Dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret
Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer
Dihitung kadar asam asetat
Dilakukan duplo
Hasil
Ditambahkan aquades hingga tanda batas
Indikator PP
8. D. DATA HASIL PRAKTIKUM dan PEMBAHASAN
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
BJ HCl 1,19
Kadar HCl 32%
Volume HCl yang dibutuhkan 0,96 mL
Perhitungan:
M =
휌 푥 % 푥 10
푀푟
=
1,19 푥 32 푥 10
36,5
= 10,43 M
MHCl pekat . VHCl pekat = MHCl . VHCl
10,43 . V = 0,1 . 100
V = 0,96 mL
Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)
Volume HCl 12,25 mL (V1 = 12,2 ml V2 = 12,3 ml)
Molaritas HCl 0,1 M
Berat boraks 1,905 gram
Molaritas larutan HCl hasil
0,08 M
standarisai
Perhitungan : Na2B4O7.10H2O + 2HCl → NaCl + 4H3BO3 + 5H2
MBoraks =
푔푟
푀푟
푥
1000
푉
gr =
푀퐵표푟푎푘푠 . 푀푟 . 푉
1000
=
0,05 푥 381 푥 100
1000
= 1,9 gram
푀퐻퐶푙 . 푉퐻퐶푙
푀퐵표푟푎푘푠 . 푉퐵표푟푎푘푠
=
푛퐻퐶푙
푛퐵표푟푎푘푠
MHCl =
푛퐻퐶푙 . 푀퐵표푟푎푘푠 .푉퐵표푟푎푘푠
푉퐻퐶푙 . 푛퐵표푟푎푘푠
=
2 .0,05 .100
12,25
MHCl = 0,081 M
Mengapa asam boraks digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl?
Karena antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan bereaksi
dengan boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.
Reaksi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl ===> 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O
9. Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir
titrasinya. Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan
larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :
-. Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi,
boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan murni, tidak korosif.
Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq.
-. HCl merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah
sekali berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi
konsentrasinya.
-. HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan
konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat. Indikator yang paling tepat digunakan untuk titrasi
ini adalah indikator MO, range pH 3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam ) yang
dihasilkan mendekati range pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling tepat
digunakan pada reaksi ini adalah MO.
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Berat NaOH 0,4 gram
Volume larutan NaOH 100
Molaritas larutan NaOH 0,1
Perhitungan:
MNaOH =
푔푟
푀푟
푥
1000
푉
gr =
푀푁푎푂퐻 . 푀푟 . 푉
1000
=
0,1 . 40 . 100
1000
= 0,4 gram
Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?
Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH yang nantinya akan
digunakan sebagai larutan standar, dan untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat
bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat.
10. 4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Volume Na-oksalat 10 ml
Volume aquades 90 ml
Volume larutan NaOH 0,1 M 6 ml (V1 = 6 ml V2 = 6 ml)
Molaritas larutan NaOH 0,167 M
Perhitungan: H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
푀푁푎푂퐻 . 푉푁푎푂퐻
푀퐴푠푎푚 푂푘푠푎푙푎푡 . 푉퐴푠푎푚 푂푘푠푎푙푎푡
=
푛푁푎푂퐻
푛퐴푠푎푚 푂푘푠푎푙푎푡
MNaOH =
푛푁푎푂퐻 . 푀퐴푠푎푚 푂푘푠푎푙푎푡 . 푉퐴푠푎푚 푂푘푠푎푙푎푡
푉푁푎푂퐻 . 푛퐴푠푎푚 푂푘푠푎푙푎푡
=
2 .0,05 .100
1,6
= 0,167 M
Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?
Karena antara NaOH dan asam oksalat terjadi reaksi sempurna. NaOH ( basa kuat ) akan
bereaksi dengan asam oksalat (asam lemah ) membentuk garam yang bersifat basa.
Reaksi :
2NaOH + H2C2O4 ===> Na2C2O4 + 2H2O
Dari reaksi antara basa kuat dan asam lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir
titrasinya. Pada percobaan ini, asam oksalat merupakan larutan standar primer dan NaOH
merupakan larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :
-. Asam oksalat adalah suatu asam lemah, sifatnya yang tidak mudah menguap, asam oksalat
cenderung stabil, selain itu juga asam oksalat ditemukan dalam keadaan murni. Mr asam
oksalat tinggi, yaitu 90
-. NaOH memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap H2O atau CO2 sehingga mudah
dilarutkan didalam air dan memiliki kestabilan rendah. Mr dari NaOH hanya 40
Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?
Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10, mendekati
range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat menunjukkan titik
akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan perubahan warna.
11. 5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Volume larutan asam cuka 10 ml
Volume NaOH (titrasi) 30,65 (V1 = 30,5 ml V2 = 30,8)
Molaritas NaOH 0,167
Persamaan reaksi CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Kadar total asam (% b/v) 30,72%
Perhitungan:
nNaOH = nCH3COOH
MNaOH . VNaOH . Fp = MCH3COOH . VCH3COOH
0,167 . 30,65 . 10 = M . 10
M = 5,12 M
MCH3COOH =
푔푟
푀푟
푥
1000
푉
5,12 =
푔푟
60
푥
1000
10
gr = 3,072 gram
Kadar total asam =
3,072
10
푥 100%
= 30,72%
Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk
pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!
E. ANALISA PROSEDUR
1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Pertama yang dilakukan untuk membuat larutan standar HCl 0,1 M adalah
menghitung volume HCl pekat yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus
pengenceran. Setelah menghitung, membutuhkan 0,96 mL HCl pekat untuk
diencerkan. Mengambil 0,96 ml HCl pekat dengan menggunakan pipet volume dan
memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades hingga mencapai
tanda batas. Menutup labu ukur dengan penutup dan menghomogenkan larutan HCl
0,1 M. Didapatkan hasil berupa larutan standar HCl 0,1 M. Memasukkan larutan
standar HCl 0,1 M ke dalam buret
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)
Mula–mula menimbang massa boraks yang akan digunakan untuk reaksi
standarisasi dengan menggunakan rumus Molaritas. Didapatkan nilai 1,9 gram.
Menimbang boraks sebanyak 1,9 gram dengan menggunakan timbangan analitik.
12. Meletakkan boraks ke dalam gelas beker dengan cara membilas gelas arloji.
Menambahkan aquades secukupnya. Mengaduk boraks hingga larut ke dalam air.
Memasukkan larutan boraks ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades
hingga mencapai tanda batas. Menutup labu ukur dan menghomogenkan. Mengambil
10 mL larutan boraks dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator
metil orange sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi larutan boraks dengan menggunakan HCl
0,1 M pada percobaan sebelumnya. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari
orange menjadi ungu. Mencatat volume HCl yang digunakan untuk menitrasi larutan
boraks. Melakukan duplo atau percobaan yang sama sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan volume rata–rata HCl yang dibutuhkan untuk Menitrasi larutan boraks.
Menghitung konsentrasi HCl. Didapatkan hasil berupa larutan HCl yang telah
terstandarisasi.
3. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M
Pertama menghitung berat kristal NaOH yang dibutuhkan untuk membuat
larutan standar NaOH 0,1 M. Menimbang kristal NaOH sebanyak 0,4 gram dengan
menggunakan timbangan analitik. Memasukkan kristal NaOH ke dalam gelas beker
dengan cara membilas gelas arloji dan selanjutnya menambahkan aquades
secukupnya. Melarutkan kristal NaOH. Memindahkan larutan NaOH ke dalam labu
ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga mencapai tanda batas.
Menghomogenkan larutan NaOH dan didapatkan hasil berupa larutan standar NaOH
sebesar 0,1 M. Memasukkan larutan standar NaOH 0,1 M ke dalam buret yang
selanjutnya digunakan untuk menitrasi asam okasalat.
4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Mula – mula mengambil 10 mL asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan indikator pp sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi asam oksalat dengan
menggunakan NaOH. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari jernih menjadi
ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi asam oksalat.
Melakukan duplo atau mengulangi percobaan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan
volume rata–rata NaOH yang ditambahkan ke dalam asam oksalat. Menghitung M
NaOH. Didapatkan hasil berupa larutan NaOH yang telah di standarisasi.
5. Penggunaan larutan standar basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada
cuka
Pertama mengambil cuka sebanyak 10 mL, lalu memasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL, selanjutnya menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas.
Menghomogenkan larutan cuka. Mengambil sebanyak 10 mL larutan cuka dan
13. memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator pp sebanyak 2–3
tetes. Menitrasi larutan cuka dengan menggunakan larutan NaOH yang berada di
dalam buret. Mengamati hingga terjadi perubahan warna larutan dari jernih menjadi
ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi larutan cuka dan
menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam cuka. Melakukan duplo.
F. ANALISA HASIL
G. KESIMPULAN
H. DAFTAR PUSTAKA
Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia.
Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC
Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC
Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited
Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Johr Wiley &
Sons
Widihati, I Gede. 2008. ”Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan
Tersalut
Tanggal Nilai Paraf
Asisten