SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
KERACUNAN
&
ANIMAL BITE
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI) BENGKULU
DEFINISI
• Racun adalah bahan atau zat yang dapat menganggu / merusak
kesehatan atau menyebabkan kematian bila tidak di tangani
segera
• Keracunan : Masuknya suatu zat kedalam tubuh, dapat
mengganggu kesehatan, bahkan menimbulkan kematian
• Semua zat dapat jadi racun, tergantung dosis dan cara
pemberian
Cara masuk racun kedalam tubuh:
•Ingestion / Tertelan
•Inhalation / Terhisap
•Absorption / Terserap
•Injection / Tertusuk/gigitan binatang
KERACUNAN BERDASARKAN JENIS
DAN CARA MASUK
TERTELAN
Makanan
Zat kimia :
industri, pertanian
Zat kimia :
industri, pertanian
TERHISAP
Gas berbahaya
(CO, H2S)
TERABSORBSI
Zat kimia
SUNTIKAN,
GIGITAN
BINATANG
Serangga
Ular
Prinsip penanganan keracunan
• KENALI RACUN
• PENGKAJIAN PRIMER (ABC)
• DEKONTAMINASI
• ANTI DOTUM
TERTELAN : KERACUNAN MAKANAN
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Makanan kaleng (Botulinum) - Masa latn 8 jam-8 hr
- Muntah, lemah,
- Gangguan pengihatan,
reflek pupil (-)
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah dengan Na
bicarbonat
-Kumbah lambung,
-Anti dotum ABS, dosis 1 vial tiap 4 jam
Makanan Laut - Masa laten ¼-4 jam
- Pruritus, rasa panas sekitar
mulut
- Lemah, baal ekstremitas
- Mual, muntah, nyeri perut
dan diare
- Sulut bernafas
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah
-Kumbah lambung,
- Berikan nafas buatan jika perlu
KERACUNAN MAKANAN, Cont,…
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Jamur - Masa laten timbul dalam 6
jam
- Nyeri perut, diare campr
darah, untah
- Berkeringats
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah
-Berikan norit 1- SDM dengan air hangat
-Beri anti dotum SA 1 mg IV
-Jika mengandung metilhidrazin, beri
piridoksin 25 mg/kgbb IV
-Jaga balance cairan da elektrolit
-Diet tinggi karohidrat
Singkong (HCN) -Masa laten 1 s.d beerapa jam
- Mual, muntah
- Sesak nafas, sianosis,
- Dapat mengalami koma,
bahkan kematian
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah
-Berikan norit 1- SDM dengan air hangat
- Berikan anti nitrit 1 amp 0,2 ml
- Anti dot Na Nitrit 3 % IV, stop jika
TD <80 mmhg
- Berikan 50 ml larutan Na tiosulfat
25% IV
- Berikn O2 100%
KERACUNAN MAKANAN
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Singkong (HCN) -Masa laten 1 s.d beerapa jam
- Mual, muntah
- Sesak nafas, sianosis,
- Dapat mengalami koma,
bahkan kematian
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah
-Berikan norit 1- SDM dengan air hangat
- Berikan anti nitrit 1 amp 0,2 ml
- Anti dot Na Nitrit 3 % IV, stop jika TD
<80 mmhg
- Berikan 50 ml larutan Na tiosulfat 25%
IV
- Berikn O2 100%
Tempe bongkrek (bacillus
cocovenans)
- Masa laten terjadi dalam
beberapa jam
- Kejang perut
- Kejang otot-otot
- Sesak nafas, bahkan kematian
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah
-Berikan norit 1- SDM dengan air hangat
- Kumbah lambung jika perlu
- Beri nafas buatan jika perlu
Makanan Basi - Mual muntah, diare
- Nyeri perut
- Nyeri kepala, dema
-Netralisasi dengan cairan
-Upayakan muntah
-Berikan norit 1- SDM dengan air hangat
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Deterjen dan pembersih - Saun : iritasi ringan pada
kulit, mata, GE
- Mual, muntah darah, diare
- Peradangan mukosa, nyeri
perut
- BAB Hitam, perforasi
berat
-Netralisasi dengan banyak minum
-Tidak boleh drangsang muntah/bilas
lambung
Bahan Alkali (pembersh kamar
mandi/ mengandung carbonat,
hidroksida atau fosfat
- Rasa terbakar pada mulut
dan dada
- Disfagia, afagia, refluk jika
makan/minum
- Muntah darah
- Syok berat
- Bila sembuh : striktur
osephagus
-Beri minum susu/air untuk netralisasi
alkali
-Tidak direkomendsikan pemberian asam
utk netralisasi
-Tidak boleh angsangan muntah/bilas
lambung
TERTELAN : KERACUNAN BAHAN
KIMIA
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Bahan asam - Rasa terbakar pada mulut
dada dan perut
- Eritema bibr dan dekat mulut
- Penurunan peristaltic usus
- perforasi berat
- striktur osephagus, stenosis
-Netralisasi dengan banyak minum
-Tidak boleh drangsang muntah/bilas
lambung
-Monitor adanya perorasi usus
Etil Alkohol
-Wiski (40-50%)
- Angur (10-15%)
- Bir (2-8%)
- Nausea, vomius
- Depresi
- Inkoordinasi, ataksia,
hipotermia
- 2 jam post minum : rangsang
muntah/bilas lambung
- Bila ada tanda2 depresi SSP : absosbsi
sudh terjadi, bilas lambung sia2
-Koreksi keseimbangan asam basa,
elektroli (dekstrose 50%)
KERACUNAN BAHAN KIMIA, CONT,…
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Metil Alkohol (cairan
pembersih, cuex,
methanol/miras
- Mual, muntah
- Neri abdomen,
- Depresi SSP
-Rangsang muntah
-Bilas lambung
-Pemberian etanol atau fomepizole
(kompetitif inhibitor methanol
-Sodium icarbonat (koreksi asidosis
metabolic)
Isoprofil Alkohol
(Cairan pnyegar kulit,
desinfektan, hair tonic)
Depresi SS, 3x lebih bahaya
dari ethanol, absorbs melalui
GI, tract. Resp
- Nausea, vomitus
- Bingung, stupor, koma
- Hipotermia
- Hipotensi
- Rangsang muntah
-Bilas lambung
KERACUNAN BAHAN KIMIA, CONT,…
KERACUNAN ZAT KIMIA PERTANIAN /
ORGANOFOSFAT
Salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering dijumpai karena
memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut
minyak tanah.
ORGANOFOSFAT, GEJALA KLINIS
Gejala muskarinik
DUMBELS : berkembang lebih awal, 12-24 jam setelah ingestion
•D Diare
•U Urinasi
•M Miosis (absent pada 10% kasus)
•B Bronchorrhoe/bronkospasme/bradikardi
•E Emesis (muntah)
•L lacrimasi
•S salivation dan Hipotensi
ORGANOFOSFAT, GEJALA KLINIS
Gejala nikotinik.
fasikulasi otot lurik dan kelemahan otot. Ditemukan pula gejala sentral
seperti ketakutan, gelisah, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi, tremor
dan kejang.
ORGANOFOSFAT, PENATALAKSANAAN
A. Pertolongan pertama
1. Mencegah/menghentikan penyerapan racun
•Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
•Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit).
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
•Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin),
kesadaran menurun dan penderita kejang.
ORGANOFOSFAT, PENATALAKSANAAN
• Bilas lambung :
•Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
•Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau
asam asetat 5 %.
• Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
•Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
3. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
ORGANOFOSFAT, PENATALAKSANAAN
B. Mengeluarkan racun yang terserap
• diuretic(Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran
urine): lasix, manitol
• Dialisa
• Transfusi exchange
C. Pengobatan simptomatis
Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
Gangguan sistem susunan saraf pusat :
1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
2) Odem otak : beri manitol atau dexametason
Pengobatan spesifik/anti dotum
• Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada
reseptormuscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan
dosis 0,05 mg/kg BBIV pelan-pelan dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit
• atropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila :
•Kulit sudah hangat, kering dan kemerahaN
•Pupil dilatasi (melebar)
•Mukosa mulut kering
•Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan denganrespon penderita.
Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinispenderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan
secara bertahap.
• 2. Antiemetik
Organofosfat , Pengobatan Supportif
• Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV
• Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV
Penyalah gunaan obat
• Jenis penyalah gunaan
• Stimulan
• Depresan
• Analgesik narkotik
• Halusinogen
• Uap bahan kimia
Tanda & gejala penyalah gunaan obat
• Mudah di rangsang
• Mengantuk dan refleks lamban
• Nadi & napas menurun
• Nadi & napas bertambah
• Otot rileks
• Pupil membesar atau mengecil
• Persepsi mengalami penurunan
• Tingkah laku agresif
• Hura-hura
• Mungkin koma
Perawatan pra-RS
• Beri BLS
• Rangsang muntah bila korban sadar dan jika overdosis melalui
mulut baru berlangsung paling lama 30 menit
• Bila korban hyperaktif, cegah agar tidak melukai diri sendiri atau
orang lain
• Bicara dengan korban,timbulkan kepercayaan, sekaligus untuk
monitor tingkat kesadaran
Penatalaksanaan, Cont,……………
• Hati-hati memonitor napas korban,karena napas korban lemah & dapat
menjurus ke henti napas
• Beri dukungan moral & nyamankan korban
• Awasi reaksi alergi
• Simpan semua bukti penyalah gunaan obat
• Hubungi pusat kendali racun ( bila ada)
• Berikan oxygen
Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan
Gas karbon monoksida
(tidak berbau)
- Nyeri kepala, pusing, ngantuk,
bingung, stupor, binir, kulit
merah jambu
- Keluaran korban dari daerah berbahaya
- Tempat di daerah terbuka
- Berikan oksigen murni 100%
- Berikan bantuan nafas, sampai adekuat
- Penolong harus memakai alat breathing
apparatus
- Jauhkan penderita dari sumber h2s,
berlawanan dengan arah angina
- Berikan oksigen murni 100%
Karbon Tetraklorida
(Berefek pada ruang tertutup,
pelarut pada binatu)
- Mengantuk, asfiksia, tidak
sadar
Trikloretilen
(dipakai untuk pencucian
lemak dan pencuci kering
- Mengantuk, tidak sadar
Hidrogen Sulfid (H2S)
(Bebau telur busuk)
- Paralisis pusat penciuman,
kehilangan kesadaran
- Paralisis pusat pernafasan di
otak
TERHIRUP : KERACUNAN GAS INDUSTRIAL
ABSORBSI : ZAT KIMIA
•Tanda & gejala
• Riwayat terpapar
• Cairan atau kotoran di kulit
• Gatal-gatal atau iritasi
• Noda atau melepuh
MENGURANGI ABSORBSI MATA
SEDERHANA
Siapkan air hangat
dalam baskom
Celupkan mata dalam baskom,
dalam keadaan kelopak mata
terukaIrigasi Mata
Irigasi Mata
Buka kelopak mata
Gunakan air mengalir / lartan
fisologis, minimal 15 menit
Lakukan swab, terutama di blik
lipatan kelopak mata
PENANGANAN RACUN ABSORBSI, KULIT
Lepaskan pakaian yang terpapar
Gunakan air bersih yang mengalir
Dibawah kuku di cuci dan di sikat
Rambut kepala di cuci dan di gosok
PENANGANAN BAHAN KOROSIF DI KULIT
Baju dicuci dulu, baru di lepas
Bila pakaian melekat dikulit, jangan di paksa di lepas
Jangan di gosok/disikat
Penolong harus menggunakan pakaian pelindung
ANIMAL BITE
Gigitan & sengatan
• Tanda & gejala
• Riwayat gigitan atau sengatan
• Bekas gigitan atau sengatan
• Nyeri segera bila berat atau terbakar
• Mati rasa setelah beberapa jam
• Merah atau warna lain disekitar luka
• Bengkak disekitar luka atau kadang-kadang perlahan-lahan membengkak
Bila korban alergi, timbul tanda & gejala:
Kulit
• Kesemutan dalam mulut, wajah,
dada,dan tangan
• Gatal di mulut, telinga
• Kulit merah (menyebar)
• Bintik-bintik
• Bengkak pada lidah, wajah, leher,
tangan, kaki
Sistem pernapasan
• Tertekan/ berat di dada atau
tenggorokan
• Batuk
• Napas cepat atau berat
• Parau (suara hilang)
• Napas berbunyi
Temuan umum
• Gatal, mata berair
• Sakit kepala
• Rasa mau mati
• Hidung basah
• Status mental menurun
Sistem peredaran darah
• Denyut jantung meningkat
• Tekanan darah menurun
Gigitan ular/ Snake Bite
Snake bite
• Bisa pada ular merupakan ludah yang termodifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak
di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas
satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang
memiliki aktivitas enzimatik.
• Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran
ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua
taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi.
• Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan
pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring
Riwayat gigitan
BISA ULAR MENURUT SIFATNYA PADA TUBUH MANUSIA
HEMATOTOKSIK
NEUROTOKSIK
SITOTOKSIK
PRINSIP UMUM PENANGANAN GIGITAN ULAR
• Pertolongan Pertama pra rumah sakit
 Istirahatkan daerah gigitan dalam posisi horizontal (imbilisasi), lebih
efektif pada 30 menit awal
Tenangkan korban
Pemasangan tourniket, insisi daerah gigitan, mengisap daerah gigitan, idk di
rekomendasikan
Awasi sindrom kompartemen : edema tungki dengan tnda2 5 p (pain,
pallor, paresthesia, paralisis, pulselessness)
Penatalaksanaan di rumah sakit
 Bersihkan daerah luka dengan NACL, kompres dengan air dingin, untuk
vasokonstriksi
 Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis
dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling
bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang
terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti
membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar
aliran darah tidak terganggu.
• Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi reposisis yang meliputi
penatalaksanaan jalan nafas, penatalaksanaan sirkulasi, resusitasi perlu
dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock,
perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk
akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot
rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
• Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut dan nyeri
• Beberapa Teknik Pemberian SABU:
 Memberikan injeksi Intravena dengan melarutkan sabu sebanyak 10 ml dan di berikan selama kurang dari 2
menit. Methode ini meringankan bagi dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainya. sangat baik serta efisien
digunakan karena membutuh waktu yang singkat dan memiliki sifat ekonomi di kerenakan tidak mengunakan
infus
 SABU diencerkan di sekitar 5-10 ml cairan isotonik per kg berat badan (yaitu 250-500 ml saline isotonik atau
5% dextrose dalam kasus pasien dewasa) dan dikontrol laju selama satu periode sekitar satu jam.
 SABU dapat dilakukan dengan injeksi IM dengan di encerkan sebnyak 5 sampai 10 cc. Akan tetapi hal ini
banyak kelemahan dalam terapi, disamping kinerja injeksi IM yang lambat juga nyeri efek injeksi juga sangat
di perhitungkan. Karena dengan injeksi IM akan membuat odema dareah yang di suntik karenna berkapasitas
besar sekitar 5-10cc.
Recomendasi pilihan tindakan pemberian sabu :
• Jika dapat diketahui secara jelas bahwa ular yang mengigit jenis berbisa dengen kreterian luka
yang menyebabka perdarahan di derah lokasi gigitan maka dapat digunakan methode yang
pertama yaitu pemberian sabu dengan diikuti pemberian cairan isotonik serta observasi
selama 1 jam kemudian dilakukan tindakan keperawatan lanjutan.
• Jika tidak diketahui dengan pasti jenis ular yang mengigit dengan kreteria luka terdapat
pembengkakan atau odem di sekitar gigitan dapat diberikan pada methode yang ke 2 dengan
memberikan sabu secara IV selama 2 menit dan di observasi selama 1 jam, kemudian bila
dimungkinkan diberikan tindakan perawatan lanjutan apabila ada reksi bisa yang tidak di
kehendaki
• Pemberian sabu secara IM di WHO dapat dilakukan akan tetapi sangat diperhitungkan
efektifitas dan resiko setelah pemberian. Di Indonesia tidak banyak yang menerapkan
methode ini, karena tidak banyak efek yang positif bagi pasien dengan gigitan ular berbisa
Indikasi SABU
• Derajat 0-1 : Tidak Perlu
• Derajat 2 : 5-20 cc (1-2 ampul)
• Derat 3 : 40-100 cc (4-10 ampul)
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020rickygunawan84
 
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Sabam Simanjuntak
 
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalNasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalRobertus Arian Datusanantyo
 
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)ADam Raeyoo
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary surveyIra Rahmawati
 
rumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumprumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumpade anggara
 
2. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 112. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 11Benny Gustian
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)rickygunawan84
 

What's hot (20)

Gigitan ular
Gigitan ularGigitan ular
Gigitan ular
 
12 Thermal Trauma / Luka Bakar
12 Thermal Trauma / Luka Bakar12 Thermal Trauma / Luka Bakar
12 Thermal Trauma / Luka Bakar
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Safe intubation
Safe intubationSafe intubation
Safe intubation
 
Penanganan Luka Bakar untuk Umum
Penanganan Luka Bakar untuk UmumPenanganan Luka Bakar untuk Umum
Penanganan Luka Bakar untuk Umum
 
Defibrilasi dan kardioversi
Defibrilasi dan kardioversiDefibrilasi dan kardioversi
Defibrilasi dan kardioversi
 
Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020
 
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
 
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalNasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
 
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
 
Pertolongan pertama pada gigitan ular
Pertolongan pertama pada gigitan ularPertolongan pertama pada gigitan ular
Pertolongan pertama pada gigitan ular
 
Obat obat emergency
Obat obat emergencyObat obat emergency
Obat obat emergency
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
rumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumprumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pump
 
Kontusio paru
Kontusio paruKontusio paru
Kontusio paru
 
2. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 112. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 11
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
 

Similar to 11 Keracuanan & Gigitan Binatang

Similar to 11 Keracuanan & Gigitan Binatang (20)

Antidotum.pptx
Antidotum.pptxAntidotum.pptx
Antidotum.pptx
 
Toksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.pptToksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.ppt
 
Kegawatan pada anak ppt
Kegawatan pada anak pptKegawatan pada anak ppt
Kegawatan pada anak ppt
 
Toxicology
ToxicologyToxicology
Toxicology
 
keracunan.ppt
keracunan.pptkeracunan.ppt
keracunan.ppt
 
Dispepsia
DispepsiaDispepsia
Dispepsia
 
KERACUNAN_pptx.pptx
KERACUNAN_pptx.pptxKERACUNAN_pptx.pptx
KERACUNAN_pptx.pptx
 
Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017
 
Bahan kajian tentang keracunan pada manusia
Bahan kajian tentang keracunan pada manusiaBahan kajian tentang keracunan pada manusia
Bahan kajian tentang keracunan pada manusia
 
Keracunan (khs)
Keracunan (khs)Keracunan (khs)
Keracunan (khs)
 
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptxTatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
 
Presentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptx
Presentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptxPresentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptx
Presentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptx
 
Presentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptx
Presentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptxPresentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptx
Presentation FARMAKOLOGI GASTRITIS.pptx
 
Sharing health secret
Sharing health secretSharing health secret
Sharing health secret
 
Keracunan
KeracunanKeracunan
Keracunan
 
Keracunan pelajari
Keracunan pelajariKeracunan pelajari
Keracunan pelajari
 
Keracunan AKPER PEMKAB MUNA
Keracunan  AKPER PEMKAB MUNA Keracunan  AKPER PEMKAB MUNA
Keracunan AKPER PEMKAB MUNA
 
Keracunan pelajari AKPER PEMKAB MUNA
Keracunan pelajari  AKPER PEMKAB MUNA Keracunan pelajari  AKPER PEMKAB MUNA
Keracunan pelajari AKPER PEMKAB MUNA
 
diet sehat dengan synergy
diet sehat dengan synergydiet sehat dengan synergy
diet sehat dengan synergy
 
Dispepsia
DispepsiaDispepsia
Dispepsia
 

More from Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep

More from Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep (20)

Metode Berfikir Kritis
Metode Berfikir KritisMetode Berfikir Kritis
Metode Berfikir Kritis
 
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP RESUSITASI JANTUNG PARURJP RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
 
Cidera Kepala
Cidera KepalaCidera Kepala
Cidera Kepala
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Transport dan Rujukan Penderita Gawat Darurat
Transport dan Rujukan Penderita Gawat DaruratTransport dan Rujukan Penderita Gawat Darurat
Transport dan Rujukan Penderita Gawat Darurat
 
SHOCK MANAGEMENT
SHOCK MANAGEMENT SHOCK MANAGEMENT
SHOCK MANAGEMENT
 
PEREKAMAN EKG
PEREKAMAN EKGPEREKAMAN EKG
PEREKAMAN EKG
 
Trauma Luka Dan Fraktur
Trauma Luka Dan Fraktur Trauma Luka Dan Fraktur
Trauma Luka Dan Fraktur
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Latihan EKG Strip
Latihan EKG StripLatihan EKG Strip
Latihan EKG Strip
 
Penatalaksanaan Keracunan
Penatalaksanaan KeracunanPenatalaksanaan Keracunan
Penatalaksanaan Keracunan
 
Initial Assessment
Initial AssessmentInitial Assessment
Initial Assessment
 
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan GadarEtika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
 
EKG Konsep Dasar
EKG Konsep DasarEKG Konsep Dasar
EKG Konsep Dasar
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
Biomekanik Trauma
Biomekanik TraumaBiomekanik Trauma
Biomekanik Trauma
 
Bantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup DasarBantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup Dasar
 
Aritmia Jantung & Therapi Listrik
Aritmia Jantung & Therapi ListrikAritmia Jantung & Therapi Listrik
Aritmia Jantung & Therapi Listrik
 
Acut Coronary
Acut CoronaryAcut Coronary
Acut Coronary
 
Pragmatisme
PragmatismePragmatisme
Pragmatisme
 

Recently uploaded

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 

11 Keracuanan & Gigitan Binatang

  • 1. KERACUNAN & ANIMAL BITE HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI) BENGKULU
  • 2. DEFINISI • Racun adalah bahan atau zat yang dapat menganggu / merusak kesehatan atau menyebabkan kematian bila tidak di tangani segera • Keracunan : Masuknya suatu zat kedalam tubuh, dapat mengganggu kesehatan, bahkan menimbulkan kematian • Semua zat dapat jadi racun, tergantung dosis dan cara pemberian
  • 3. Cara masuk racun kedalam tubuh: •Ingestion / Tertelan •Inhalation / Terhisap •Absorption / Terserap •Injection / Tertusuk/gigitan binatang
  • 4. KERACUNAN BERDASARKAN JENIS DAN CARA MASUK TERTELAN Makanan Zat kimia : industri, pertanian Zat kimia : industri, pertanian TERHISAP Gas berbahaya (CO, H2S) TERABSORBSI Zat kimia SUNTIKAN, GIGITAN BINATANG Serangga Ular
  • 5. Prinsip penanganan keracunan • KENALI RACUN • PENGKAJIAN PRIMER (ABC) • DEKONTAMINASI • ANTI DOTUM
  • 6. TERTELAN : KERACUNAN MAKANAN Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Makanan kaleng (Botulinum) - Masa latn 8 jam-8 hr - Muntah, lemah, - Gangguan pengihatan, reflek pupil (-) -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah dengan Na bicarbonat -Kumbah lambung, -Anti dotum ABS, dosis 1 vial tiap 4 jam Makanan Laut - Masa laten ¼-4 jam - Pruritus, rasa panas sekitar mulut - Lemah, baal ekstremitas - Mual, muntah, nyeri perut dan diare - Sulut bernafas -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah -Kumbah lambung, - Berikan nafas buatan jika perlu
  • 7. KERACUNAN MAKANAN, Cont,… Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Jamur - Masa laten timbul dalam 6 jam - Nyeri perut, diare campr darah, untah - Berkeringats -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah -Berikan norit 1- SDM dengan air hangat -Beri anti dotum SA 1 mg IV -Jika mengandung metilhidrazin, beri piridoksin 25 mg/kgbb IV -Jaga balance cairan da elektrolit -Diet tinggi karohidrat Singkong (HCN) -Masa laten 1 s.d beerapa jam - Mual, muntah - Sesak nafas, sianosis, - Dapat mengalami koma, bahkan kematian -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah -Berikan norit 1- SDM dengan air hangat - Berikan anti nitrit 1 amp 0,2 ml - Anti dot Na Nitrit 3 % IV, stop jika TD <80 mmhg - Berikan 50 ml larutan Na tiosulfat 25% IV - Berikn O2 100%
  • 8. KERACUNAN MAKANAN Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Singkong (HCN) -Masa laten 1 s.d beerapa jam - Mual, muntah - Sesak nafas, sianosis, - Dapat mengalami koma, bahkan kematian -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah -Berikan norit 1- SDM dengan air hangat - Berikan anti nitrit 1 amp 0,2 ml - Anti dot Na Nitrit 3 % IV, stop jika TD <80 mmhg - Berikan 50 ml larutan Na tiosulfat 25% IV - Berikn O2 100% Tempe bongkrek (bacillus cocovenans) - Masa laten terjadi dalam beberapa jam - Kejang perut - Kejang otot-otot - Sesak nafas, bahkan kematian -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah -Berikan norit 1- SDM dengan air hangat - Kumbah lambung jika perlu - Beri nafas buatan jika perlu Makanan Basi - Mual muntah, diare - Nyeri perut - Nyeri kepala, dema -Netralisasi dengan cairan -Upayakan muntah -Berikan norit 1- SDM dengan air hangat
  • 9. Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Deterjen dan pembersih - Saun : iritasi ringan pada kulit, mata, GE - Mual, muntah darah, diare - Peradangan mukosa, nyeri perut - BAB Hitam, perforasi berat -Netralisasi dengan banyak minum -Tidak boleh drangsang muntah/bilas lambung Bahan Alkali (pembersh kamar mandi/ mengandung carbonat, hidroksida atau fosfat - Rasa terbakar pada mulut dan dada - Disfagia, afagia, refluk jika makan/minum - Muntah darah - Syok berat - Bila sembuh : striktur osephagus -Beri minum susu/air untuk netralisasi alkali -Tidak direkomendsikan pemberian asam utk netralisasi -Tidak boleh angsangan muntah/bilas lambung TERTELAN : KERACUNAN BAHAN KIMIA
  • 10. Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Bahan asam - Rasa terbakar pada mulut dada dan perut - Eritema bibr dan dekat mulut - Penurunan peristaltic usus - perforasi berat - striktur osephagus, stenosis -Netralisasi dengan banyak minum -Tidak boleh drangsang muntah/bilas lambung -Monitor adanya perorasi usus Etil Alkohol -Wiski (40-50%) - Angur (10-15%) - Bir (2-8%) - Nausea, vomius - Depresi - Inkoordinasi, ataksia, hipotermia - 2 jam post minum : rangsang muntah/bilas lambung - Bila ada tanda2 depresi SSP : absosbsi sudh terjadi, bilas lambung sia2 -Koreksi keseimbangan asam basa, elektroli (dekstrose 50%) KERACUNAN BAHAN KIMIA, CONT,…
  • 11. Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Metil Alkohol (cairan pembersih, cuex, methanol/miras - Mual, muntah - Neri abdomen, - Depresi SSP -Rangsang muntah -Bilas lambung -Pemberian etanol atau fomepizole (kompetitif inhibitor methanol -Sodium icarbonat (koreksi asidosis metabolic) Isoprofil Alkohol (Cairan pnyegar kulit, desinfektan, hair tonic) Depresi SS, 3x lebih bahaya dari ethanol, absorbs melalui GI, tract. Resp - Nausea, vomitus - Bingung, stupor, koma - Hipotermia - Hipotensi - Rangsang muntah -Bilas lambung KERACUNAN BAHAN KIMIA, CONT,…
  • 12. KERACUNAN ZAT KIMIA PERTANIAN / ORGANOFOSFAT Salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering dijumpai karena memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah.
  • 13. ORGANOFOSFAT, GEJALA KLINIS Gejala muskarinik DUMBELS : berkembang lebih awal, 12-24 jam setelah ingestion •D Diare •U Urinasi •M Miosis (absent pada 10% kasus) •B Bronchorrhoe/bronkospasme/bradikardi •E Emesis (muntah) •L lacrimasi •S salivation dan Hipotensi
  • 14. ORGANOFOSFAT, GEJALA KLINIS Gejala nikotinik. fasikulasi otot lurik dan kelemahan otot. Ditemukan pula gejala sentral seperti ketakutan, gelisah, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi, tremor dan kejang.
  • 15. ORGANOFOSFAT, PENATALAKSANAAN A. Pertolongan pertama 1. Mencegah/menghentikan penyerapan racun •Racun melalui mulut (ditelan / tertelan) •Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit). 2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara : •Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
  • 16. ORGANOFOSFAT, PENATALAKSANAAN • Bilas lambung : •Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah. •Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. • Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. •Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang. 3. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
  • 17. ORGANOFOSFAT, PENATALAKSANAAN B. Mengeluarkan racun yang terserap • diuretic(Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine): lasix, manitol • Dialisa • Transfusi exchange
  • 18. C. Pengobatan simptomatis Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP Gangguan sistem susunan saraf pusat : 1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital 2) Odem otak : beri manitol atau dexametason
  • 19. Pengobatan spesifik/anti dotum • Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptormuscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BBIV pelan-pelan dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit • atropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila : •Kulit sudah hangat, kering dan kemerahaN •Pupil dilatasi (melebar) •Mukosa mulut kering •Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan denganrespon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinispenderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. • 2. Antiemetik
  • 20. Organofosfat , Pengobatan Supportif • Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV • Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV
  • 21. Penyalah gunaan obat • Jenis penyalah gunaan • Stimulan • Depresan • Analgesik narkotik • Halusinogen • Uap bahan kimia
  • 22.
  • 23.
  • 24. Tanda & gejala penyalah gunaan obat • Mudah di rangsang • Mengantuk dan refleks lamban • Nadi & napas menurun • Nadi & napas bertambah • Otot rileks • Pupil membesar atau mengecil • Persepsi mengalami penurunan • Tingkah laku agresif • Hura-hura • Mungkin koma
  • 25. Perawatan pra-RS • Beri BLS • Rangsang muntah bila korban sadar dan jika overdosis melalui mulut baru berlangsung paling lama 30 menit • Bila korban hyperaktif, cegah agar tidak melukai diri sendiri atau orang lain • Bicara dengan korban,timbulkan kepercayaan, sekaligus untuk monitor tingkat kesadaran
  • 26. Penatalaksanaan, Cont,…………… • Hati-hati memonitor napas korban,karena napas korban lemah & dapat menjurus ke henti napas • Beri dukungan moral & nyamankan korban • Awasi reaksi alergi • Simpan semua bukti penyalah gunaan obat • Hubungi pusat kendali racun ( bila ada) • Berikan oxygen
  • 27. Jenis Racun Tanda dan Gejala Penanganan Gas karbon monoksida (tidak berbau) - Nyeri kepala, pusing, ngantuk, bingung, stupor, binir, kulit merah jambu - Keluaran korban dari daerah berbahaya - Tempat di daerah terbuka - Berikan oksigen murni 100% - Berikan bantuan nafas, sampai adekuat - Penolong harus memakai alat breathing apparatus - Jauhkan penderita dari sumber h2s, berlawanan dengan arah angina - Berikan oksigen murni 100% Karbon Tetraklorida (Berefek pada ruang tertutup, pelarut pada binatu) - Mengantuk, asfiksia, tidak sadar Trikloretilen (dipakai untuk pencucian lemak dan pencuci kering - Mengantuk, tidak sadar Hidrogen Sulfid (H2S) (Bebau telur busuk) - Paralisis pusat penciuman, kehilangan kesadaran - Paralisis pusat pernafasan di otak TERHIRUP : KERACUNAN GAS INDUSTRIAL
  • 28. ABSORBSI : ZAT KIMIA •Tanda & gejala • Riwayat terpapar • Cairan atau kotoran di kulit • Gatal-gatal atau iritasi • Noda atau melepuh
  • 29. MENGURANGI ABSORBSI MATA SEDERHANA Siapkan air hangat dalam baskom Celupkan mata dalam baskom, dalam keadaan kelopak mata terukaIrigasi Mata Irigasi Mata Buka kelopak mata Gunakan air mengalir / lartan fisologis, minimal 15 menit Lakukan swab, terutama di blik lipatan kelopak mata
  • 30. PENANGANAN RACUN ABSORBSI, KULIT Lepaskan pakaian yang terpapar Gunakan air bersih yang mengalir Dibawah kuku di cuci dan di sikat Rambut kepala di cuci dan di gosok
  • 31. PENANGANAN BAHAN KOROSIF DI KULIT Baju dicuci dulu, baru di lepas Bila pakaian melekat dikulit, jangan di paksa di lepas Jangan di gosok/disikat Penolong harus menggunakan pakaian pelindung
  • 33. Gigitan & sengatan • Tanda & gejala • Riwayat gigitan atau sengatan • Bekas gigitan atau sengatan • Nyeri segera bila berat atau terbakar • Mati rasa setelah beberapa jam • Merah atau warna lain disekitar luka • Bengkak disekitar luka atau kadang-kadang perlahan-lahan membengkak
  • 34. Bila korban alergi, timbul tanda & gejala: Kulit • Kesemutan dalam mulut, wajah, dada,dan tangan • Gatal di mulut, telinga • Kulit merah (menyebar) • Bintik-bintik • Bengkak pada lidah, wajah, leher, tangan, kaki Sistem pernapasan • Tertekan/ berat di dada atau tenggorokan • Batuk • Napas cepat atau berat • Parau (suara hilang) • Napas berbunyi Temuan umum • Gatal, mata berair • Sakit kepala • Rasa mau mati • Hidung basah • Status mental menurun Sistem peredaran darah • Denyut jantung meningkat • Tekanan darah menurun
  • 36. Snake bite • Bisa pada ular merupakan ludah yang termodifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik. • Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. • Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring
  • 38. BISA ULAR MENURUT SIFATNYA PADA TUBUH MANUSIA HEMATOTOKSIK NEUROTOKSIK SITOTOKSIK
  • 39. PRINSIP UMUM PENANGANAN GIGITAN ULAR • Pertolongan Pertama pra rumah sakit  Istirahatkan daerah gigitan dalam posisi horizontal (imbilisasi), lebih efektif pada 30 menit awal Tenangkan korban Pemasangan tourniket, insisi daerah gigitan, mengisap daerah gigitan, idk di rekomendasikan Awasi sindrom kompartemen : edema tungki dengan tnda2 5 p (pain, pallor, paresthesia, paralisis, pulselessness)
  • 40. Penatalaksanaan di rumah sakit  Bersihkan daerah luka dengan NACL, kompres dengan air dingin, untuk vasokonstriksi  Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu.
  • 41. • Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi reposisis yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas, penatalaksanaan sirkulasi, resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal. • Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut dan nyeri
  • 42. • Beberapa Teknik Pemberian SABU:  Memberikan injeksi Intravena dengan melarutkan sabu sebanyak 10 ml dan di berikan selama kurang dari 2 menit. Methode ini meringankan bagi dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainya. sangat baik serta efisien digunakan karena membutuh waktu yang singkat dan memiliki sifat ekonomi di kerenakan tidak mengunakan infus  SABU diencerkan di sekitar 5-10 ml cairan isotonik per kg berat badan (yaitu 250-500 ml saline isotonik atau 5% dextrose dalam kasus pasien dewasa) dan dikontrol laju selama satu periode sekitar satu jam.  SABU dapat dilakukan dengan injeksi IM dengan di encerkan sebnyak 5 sampai 10 cc. Akan tetapi hal ini banyak kelemahan dalam terapi, disamping kinerja injeksi IM yang lambat juga nyeri efek injeksi juga sangat di perhitungkan. Karena dengan injeksi IM akan membuat odema dareah yang di suntik karenna berkapasitas besar sekitar 5-10cc.
  • 43. Recomendasi pilihan tindakan pemberian sabu : • Jika dapat diketahui secara jelas bahwa ular yang mengigit jenis berbisa dengen kreterian luka yang menyebabka perdarahan di derah lokasi gigitan maka dapat digunakan methode yang pertama yaitu pemberian sabu dengan diikuti pemberian cairan isotonik serta observasi selama 1 jam kemudian dilakukan tindakan keperawatan lanjutan. • Jika tidak diketahui dengan pasti jenis ular yang mengigit dengan kreteria luka terdapat pembengkakan atau odem di sekitar gigitan dapat diberikan pada methode yang ke 2 dengan memberikan sabu secara IV selama 2 menit dan di observasi selama 1 jam, kemudian bila dimungkinkan diberikan tindakan perawatan lanjutan apabila ada reksi bisa yang tidak di kehendaki • Pemberian sabu secara IM di WHO dapat dilakukan akan tetapi sangat diperhitungkan efektifitas dan resiko setelah pemberian. Di Indonesia tidak banyak yang menerapkan methode ini, karena tidak banyak efek yang positif bagi pasien dengan gigitan ular berbisa
  • 44.
  • 45. Indikasi SABU • Derajat 0-1 : Tidak Perlu • Derajat 2 : 5-20 cc (1-2 ampul) • Derat 3 : 40-100 cc (4-10 ampul)