Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan syok. Syok terjadi ketika oksigenasi sel tidak mencukupi yang dapat disebabkan oleh berbagai etiologi seperti hipovolemik, kardiogenik, septik dan neurogenik. Penatalaksanaan awal syok meliputi pengelolaan jalur nafas, pernafasan, sirkulasi, disability, eksposur dan pemberian terapi cairan serta obat sesuai kebutuhan.
2. SYOK
• Syok merupakan suatu keadaan patofisiologis dinamik yang terjadi
apabila oxygen delivery ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia
tidak mencukupi kebutuhan oxygen consumption.
• kehilangan akut volume peredaran darah yang menyebabkan suatu
kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan
inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel.
• Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka
sel dan organ akan berada dalam keadaan syok
6. Syok Hipovolemik
• sering terjadi pada pasien trauma yang disebabkan oleh hipovolemia
• Terjadi penurunan jumlah darah yang bersirkulasi, yang dapat
disebabkan oleh kehilangan darah yang besar sekali jumlahnya.
• Dapat juga disebabkan oleh hilangnya integritas membran sel semi
permeabel, sehingga timbullah kebocoran plasma dan protein dari
ruang intravaskuler ke ruang interstitial
7. Bagian dari syok hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan
• Hemoragik eksternal
- Trauma :
laserasi dan ruptur miokard, laserasi pembuluh darah besar, dan
perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis dan femur, dan laserasi
pada tengkorak.
- Gastrointestinal : perdarahan varises oesofagus, perdarahan ulkus
peptikum
- Kelainan pada pembuluh darah: aneurisma
- Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan : kehamilan ektopik
terganggu, plasenta previa, dan solutio plasenta.
Syok Haemorrhagik
Sudoyo et al. (2009).
9. Biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak.
Kadang-kadang terlihat berada di bawah permukaan
kulit berupa memar.
Jumlah = 1 liter
Perdarahan Dalam
10. Perdarahan Dalam dapat berasal dari:
Rongga thorak
Rongga abdomen
Rongga pelvis
Tulang Panjang/femur
12. 4 TAHAP PERDARAHAN
Tahap 1:
Darah hilang
diatas 15 %
Tahap 2:
Darah hilang
diatas 30 %
Tahap 3:
Darah hilang
diatas 40 %
Tahap 4:
Darah hilang
> 40 %
13. Klasifikasi Syok hipovolemik KARENA perdarahan
(Haemoragik )berdasarkan berat ringannya keadaan klinis
Sumber: American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008
17. Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
Pengkajian Primer, Cont..
General Impression
22. Cari adanya sumber perdarahan
Circulation, Cont..
Terdapat sumber perdarahan
luar/dalam
Intervensi Segera : Kontrol
perdarahan
23. Kontrol Perdarahan
Circulation, Cont..
• Penekanan Langsung
Perdarahan
Luar
•Perdarahan Fraktur Pelvis :
•Pemasangan PASG
•Fiksasi Panggul dengan Mitela, Korset
•Perdarahan Dalam lain : Tindakan Operasi
Perdarahan
Dalam
29. Circulation, Cont..
• Nilai perfusi jaringan
Kemungkinan temuan pada
pasien perdarahan :
CRT melambat pada syok
perdarahan kels II dan III, tidak
terdeteksi pada kelas IV
31. Circulation, Cont..
• Dapatkan segera akses ke pembuluh darah
Paling baik dengan kateter IV
ukuran besar, dua jalur
Cari posisi terbaik untuk akses
intra vena
32. Circulation, Cont..
• Penggunaan larutan isotonik sebagai terapi cairan awal
RL atau NACL merupakan pilihan utama
Pemberian cairan berdasarkan hukum 3
untuk 1 (3 ml kristaloid untuk tiap 1 ml
estimasi kehilangan darah),
Perlu penilaian berkala dalam hal respon
terhadap pemberian cairan
33. Circulation, Cont,...
• Pemberian transfusi darah
PRC diberikan jika :
Jumlah perdarahan diperkirakan >30% dari volume
total atau perdarahan derajat III
Pasien hipotensi yang tidak berespon terhadap 2 L
kristaloid
Memperbaiki delivery oksigen
Pasien kritis dengan kadar hemoglobin 6-8 gr/dl.
34. Circulation, Cont,...
• Pemanasan cairan plasma dan kristaloid
diberikan Untuk mencegah hipotermi pada
penderita yang menerima volume kristaloid ,
dengan menghangatkan cairan sampai 39˚C
sebelum digunakan.
35. Disability
• Nilai Tingkat Kesadaran : Glasgow Coma SCALE
• Nilai Respon Pupil
• Nilai fungsi motorik dan sensorik
36. EKSPOSURE
• Enviromental control, membuka pakaian untuk memeriksa
adanya deformity, open wounds, tenderness dan swelling , dll
serta pencegahan terjadi hipotermi pada penderita.
37. Mencegah distensi lambung
• Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit.
Pada penderita yang tidak sadar, distensi lambung
menyebabkan resiko aspirasi isi lambung. Dekompresi
dilakukan dengan memasukkan selang melalui mulut atau
hidung dan memasangnya pada penyedot untuk
mengeluarkan isi lambung.
40. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan
• Terlihat adanya tanda nyata pada perdarahan luar
• Terdapat keluhan kelemahan, letargi, atau perubahan status mental pada
perdarahan dalam
• Waktu terjadinya cedera dan mekanisme cedera pada pasien perdarahan
karena trauma
• Terdapat keluhan nyeri pada lokasi tertentu perdarahan
• Riwayat hematemesis, melena, riwayat minum alkohol, penggunaan obat anti-
inflamasi non steroid yang lama, dan koagulopati pada perdarahan GI
• Periode terakhir menstruasi, faktor risiko kehamilan ektopik, perdarahan
pervaginam (termasuk jumlah dan durasinya), produk konsepsi pada saluran
vagina, dan nyeri pada perkiraan perdarahan dengan penyebab ginekologik
41. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan
S = Symptoms (Gejala)
A = Allergies (Alergi)
M = Medications (Obat)
P = Past medical history (Other Illness?) (Riwayat penyakit)
L = Last oral intake (Masukan oral terakhir, apakah benda padat atau
cair)
E = Events preceding the incidents (Kenapa terjadi?)
42. PEMERIKSAAN FISIK
• Periksa kemungkinan adanya cedera pada seluruh kepala,
• Konjungtiva anemis, sianosis dan kering pada bibirKepala dan leher
• Auskultasi untuk memastikan ada tidaknya suara pernafasan yang melemah,
indikasi dari perdarahan yang berasal dari miokard, pembuluh darah atau laserasi
paruDada
• Lakukan pemeriksaan untuk menemukan adanya nyeri atau distensi, petunjuk
adanya cedera intra abdominal
Abdomen
43. PEMERIKSAAN FISIK
• Periksa untuk memastikan ada tidaknya deformitas dan
tanda-tanda fraktur femur dan perdarahan dalam pahaPelvis
• Periksa untuk memastikan ada tidaknya deformitas dan
tanda-tanda fraktur femur dan perdarahan dalam pahaEkstremitas
• Periksa adanya jejas
Punggung
44. PEMERIKSAAN FISIK
• Adanya pengeluaran darah dari Urethra
• Adanya perdarahan pervagina pada ibu
hamil
Genitalia
• Kulit teraba dingin, pucatKulit
45. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pasien tanpa trauma : Sebagian besar perdarahan berasal dari
abdomen, periksa abdomen menyeluruh, untuk mengetahui adanya
nyeri, distensi, bruit. Pastikan ada tidaknya aneurisme aorta, ulkus
peptikum, atau kongesti hepar. Periksa tanda-tanda memar atau
perdarahan.
Pada pasien Hamil : Pemerksaan dengan spekulum steril, termasuk
perdarahan pada trimester tiga, lakukan periksa abdomen, uterus
atau adneksa.
46. Vital signs
• <100 pada syok hemoragik kelas I, >100 pada Kelas II, >120 pada
kelas III dan >140 pada syok kelas IVNadi
• Normal pada syok hemoragik kelas I dan II, 30-40 pada kelas III >35
pada kelas IV
Napas
• Normal pada syok hemoragik kelas I dan II, menurun pda kelas III
dan IVTekanan Darah
Suhu • Suhu kulit perifer teraba dingin terutama pada
syok hemoragik kelas IV
47. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium Awal :
• Hemoglobin dan hematokrit
Pada fase syok perdarahan awal, HB dan Ht belum berubah, HB dan HT menurun pada
perdarahann yang lama, karena proses autotransfusi
• Urin
Produksi urin akan menurun, lebih gelap dan pekat, BJ urin > 1, 020, sering terjadi proteinuria
• Pemeriksaan analisa gas darah
Penurunan PH, PaO2, PaCO2 dan HCO3. Bila syok terus berlangsung, kompensasi tidak berfungsi
lagi, PH dan PaO2 menurun, Paco2 dan HCO3 meningkat, perbedaan yang jelas antara PaO2 dan
PCO2 arteial dan vena
• Pemeriksaan Elektrolit serum
sering kali didapat adanya gangguan keseimbangan elektrolit seperti hiponatremi, hiperkalemia,
dan hipokalsemia terutama pada penderita dengan asidosis
• pemeriksaan BUN (Blood urea nitrogen) dan serum kreatinin
(Schub dan March, 2014)
48. Pemeriksaan Diagnostik, cont,..
• Pemeriksaan radiologi segera :
USG di UGD jika dicurigai aneurisma aorta abdominalis
Foto polos dada posisi tegak jika dicurigai ulkus perforasi
FAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma) jika di
curigai cedera abdomen
• Tes kehamilan, USG pelvis dan konsul spesialis bedah pada
pasien usia subur yang mengalami syok hipovolemik
(Kolecki dan Menckhoff, 2014):
50. obat golongan vasoaktif
• Obat golongan inotropik diberikan untuk menaikkan kontraktilitas
miokard sehingga diharapkan CO dapat me↑, obat yang termasuk
golongan ini adalah :
• Digitalis efektif dalam mengatasi syok pada penderita dengan penyakit
valvuler dan kardiomiopati
• Dopamin (dosis 3-10 mikrogram/kgBB/menit)
• Dobutamin (dosis 5-10 mikrogram/kgBB/menit)
* Dopamin dan Dobutamin banyak dipakai karena efeknya cepat dan
mudah dikontrol karena dapat diberikan dengan drip / pompa infus
* Dopamin dosis rendah (3-5 mikrogram/kgBB/menit) me↑ RBF
prod. urine↑
51. Obat golongan vasodilator
• Nitrogliserin
• Sodium nitroprusid (dosis 0,5-1,0 mikrogram/kgBB/menit)
•Pemberiannya harus dengan drip atau pompa infus dan diberikan
dengan sangat hati-hati, dengan monitor tensi arteriol.
•Bila diberikan terlalu cepat justru menyebabkan syok berat (karena
vasodilatasi ysang hebat)
52. Pemberian antibiotika
• Antibiotika ini diberikan terutama pada syok yang
disebabkan karena invasi bakteri (pada syok septik).
• Secara idealnya, pemberian antibiotika hendaknya
diberikan sesuai dengan hasil pembiakan kuman dan
kepekaannya, namun perlu waktu yang cukup lama.
53. Tindakan operatif
•Pembedahan Cyto, sesuai indikasi
•Tindakan operatif untuk mengatasi syok harus
dilakukan secepatnya setelah hemodinamika
penderita dapat dikuasai, hal ini sangat penting
karena anestesi yang akan diperlukan untuk
pembedahan dapat menyebabkan gangguan
hemodinamika pada penderita.
54. Evaluasi
• Kulit hangat, tidak pucat, turgor normal
• Capilary refill time < 2 detik
• MAP 65-70 mmHg
• O2 sat >95%
• Urine output >0.5 ml/kg/jam (dewasa) ; > 1 ml/kg/jam (anak)
• Shock index = HR/SBP (normal 0.5-0.7)
• CVP 8 to12 mm Hg
• ScvO2 > 70%